BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi...

25
21 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework Convention On Tobacco (FCTC) 2.1.1 Pengertian FCTC Framework Convention On Tobacco yang selanjutnya disebut dengan FCTC diadopsi oleh Majelis Kesehatan Dunia pada 21 Mei 2003, konvensi ini merupakan perjanjian internasional pertama yang dinegosiasikan oleh 192 negara. FCTC berada di bawah naungan WHO mengatur hak setiap orang untuk mendapatkan standar yang tinggi terhadap kesehatan. FCTC ini mulai berlaku secara internasional pada 27 Februari 2005, yaitu 90 hari setelah disetujui, ratifikasi, diterima, atau disetujui oleh 40 negara. 1 Saat ini FCTC sudah menjadi hukum internasional karena sudah diratifikasi oleh lebih dari 40 negara. FCTC merupakan suatu produk hukum internasional yang bersifat mengikat (intetnationally legally binding instrument) bagi negara-negara yang meratifikasinya. 2.1.2 Sejarah Dibentuknya FCTC Sejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal setiap tahunnya. Jika kondisi ini menetap, diperkirakan 10 juta orang meninggal pada tahun 2030 1 Murry Harmawan Saputra, Op.cit, h. 5.

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi...

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

21

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Tinjauan UmumFramework Convention On Tobacco (FCTC)

2.1.1 Pengertian FCTC

Framework Convention On Tobacco yang selanjutnya disebut dengan

FCTC diadopsi oleh Majelis Kesehatan Dunia pada 21 Mei 2003, konvensi ini

merupakan perjanjian internasional pertama yang dinegosiasikan oleh 192 negara.

FCTC berada di bawah naungan WHO mengatur hak setiap orang untuk

mendapatkan standar yang tinggi terhadap kesehatan. FCTC ini mulai berlaku

secara internasional pada 27 Februari 2005, yaitu 90 hari setelah disetujui,

ratifikasi, diterima, atau disetujui oleh 40 negara.1 Saat ini FCTC sudah menjadi

hukum internasional karena sudah diratifikasi oleh lebih dari 40 negara. FCTC

merupakan suatu produk hukum internasional yang bersifat mengikat

(intetnationally legally binding instrument) bagi negara-negara yang

meratifikasinya.

2.1.2 Sejarah Dibentuknya FCTC

Sejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan

publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal setiap tahunnya.

Jika kondisi ini menetap, diperkirakan 10 juta orang meninggal pada tahun 2030

1 Murry Harmawan Saputra, Op.cit, h. 5.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

22

dimana 70%nya terjadi di negara berkembang.2 Penyebaran epidemi tembakau ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor lintas batas negara termasuk liberalisasi

perdagangan dan investasi asing. Selain itu, faktor lain seperti pemasaran global,

pengiklanan lintas negara dan penyelundupan rokok ilegal juga ikut

berkonstribusi terhadap peningkatan konsumsi tembakau (rokok).3 Semua faktor

itu kini tengah berlangsung di negara-negara berkembang karena aturan

pengendalian tembakau masih sangat longgar, termasuk Indonesia.

Atas keprihatinan tersebut kemudian WHO membentuk suatu Konvensi

Pengendalian Tembakau yaitu Framework Convention On Tobacco Control

dalam menanggapi epidemi tembakau di dunia. FCTC menyediakan suatu

kerangka bagi upaya pengendalian tembakau untuk dilaksanakan oleh pihak-pihak

baik dalam tingkat nasional, regional dan internasional . Pada bagian pembukaan

FCTC diawali dengan pernyataan :

“ Negara para pihak dari Konvensi ini, memutuskan untuk

memberikan pririoritas pada hak mereka untuk melindungi

kesehatan”.

Dalam pasal ini diartikan bahwa para pihak konvensi memberlakukan

konvensi FCTC sebagai payung hukum untuk melidungi dari penyebab rusaknnya

kesehatan warga negaranya di masa sekarang maupun yang akan datang.

Penyusunan FCTC dilakukan selama 4 (empat) tahun sejak tahun 1999 melalui

proses negosiasi yang intensif dari negara-negara anggota WHO termasuk

2 World Health Organisation, 2008, WHO report on the Global Tobacco Epidemic, The

MPOWER package, Geneva. h.2.

3 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Pentingnya Aksesi Konvensi Kerangka

Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) bagi Indonesia, PT.Gramedia, Jakarta, h.1.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

23

Indonesia, dan disepakati dalam sidang Kesehatan Sedunia ke-56 pada tanggal 21

Mei 2003. FCTC memasuki fase tanda tangan di Jenewa mulai tanggal 16-22 Juni

2004. Sampai batas waktu yang telah ditentukan, pada tanggal 27 Februari 2005

sudah terdapat 177 negara yang menandatangani konvensi tersebut.

Negara yang menandatangani FCTC dapat meratifikasi dan menjadi party

(negara para pihak) dari konvensi. Negara-negara yang tidak menandatangani

sampai tanggal 29 Juni 2004, hanya membutuhkan satu langkah untuk menjadi

party yaitu dengan aksesi atau meratifikasi. FCTC menjadi instrumen hukum

internasional yang diprakarsai oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health

Organization/WHO) sejak tanggal 27 Februari 2005 yaitu 90 hari setelah 40

negara menandatangani dan kemudian meratifikasinya.

2.2 Substansi Yang Diatur Dalam Framewok Convention on Tobacco

Control (FCTC)

Kerangka kerja pengendalian tembakau (Framewok Convention on Tobacco

Control) terdiri dari Mukadimah, 11 Bab, 38 Pasal, dan 2 lampiran tentang asal

mula lahirnya FCTC dan sejarah FCTC. Bagian awal berisi tentang Preambule

atau Mukadimah yang berisi tentang pengakuan, penggambaran dan komitmen

para peserta konvensi. Secara umum, pasal-pasal dalam FCTC dapat

dikelompokkan menjadi 2 kelompok kebijakan. Pertama tentang pasal-pasal

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

24

pengendalian permintaan konsumsi tembakau (demand reduction) dan kedua

tentang pasal-pasal pengendalian pasokan tembakau (supply reduction).4

Kelompok pertama mengenai pasal-pasal pengendalian permintaan

konsumsi tembakau (demand reduction) :

1. Perlindungan terhadap Paparan Asap Rokok (Pasal 8)

Paparan asap rokok terbukti secara alamiah menyebabkan kematian,

penyakit, dan kecacatan. Negara para pihak sebagaimana ditetapkan dalam

undang-undang nasionalnya, wajib mengikuti dan menerapkan kebijakan

efektif untuk melindungi perokok pasif dari paparan asap rokok di tempat

umum dan tempat kerja tertutup, angkutan umum, dan di tempat-tempat

umum lainnya.

2. Iklan Promosi dan Sponsor Rokok (Pasal 13)

Dalam waktu lima tahun setelah negara para pihak meratifikasi atau

mengaksesi FCTC, negara para pihak wajib mengadopsi dan

melaksanakan kebijakan efektif tentang larangan komprehensif iklan,

promosi dan sponsor rokok termasuk iklan, promosi, dan sponsor rokok

lintas batas negara dalam teritorial yang sama melalui peraturan

perundang-undangan nasionalnya. Pada kondisi dimana larangan yang

disusun telah secara luas tidak memungkinkan secara konstitusional, maka

dilakukan pembatasan terhadap iklan, promosi dan pemberian sponsor.

Pembatasan diberlakukan juga pada lintas batas negara dalam teritorial

yang sama.

4 Draft WHO Framework Convention on Tobacco Control, 2003, Intergevernmental

Negotiating Body, Sixth session, Geneva.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

25

3. Harga dan Cukai (Pasal 6)

FCTC menyatakan para pihak harus mempertimbangkan tujuan

kesehatan dalam kebijakan harga dan cukai. Meningkatkan harga melalui

peningkatan cukai akan menurunkan konsumsi rokok pada semua

kelompok masyarakat terutama orang muda. Penjualan produk tembakau

bebas bea tidak dibenarkan.

4. Kemasan dan Pelabelan (Pasal 11)

Dalam waktu tiga tahun setelah negara peserta meratifikasi, negara-

negara para pihak sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan nasional, wajib mengikuti dan melaksanakan kebijakan efektif

tentang kemasan dan pelabelan produk tembakau. Tidak mempromosikan

tembakau dengan kata-kata menyesatkan seolah-olah produknya lebih

aman, seperti : “low tar”, “light”, “ultra-light”,”mild”, dsb. Pada setiap

kemasan produk tembakau dicantumkan peringatan tentang bahaya

merkok disertai pesan yang tepat. Peringatan kesehatan harus disetujui

oleh pemerintah pusat, diganti secara periodik, cukup besar dan dapat

dibaca dengan jelas, berbentuk gambar, yang luasnya 50% atau lebih dari

sisi lebar kemasan dan tidak kurang dari 30%. Disamping itu perlu

dicantumkan informasi tentang kandungan dan emisi produk tembakau.

5. Kandungan Produk Tembakau dan Pencantuman Produk Tembakau ( Pasal

9 dan 10)

Konferensi para pihak sepakat untuk menetapkan sebuah pedoman

yang dapat digunakan oleh semua anggotanya dalam mengatur kandungan

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

26

produk tembakau. Setiap negara pihak wajib mengadopsi dan

melaksanakan kebijakan yang mewajibkan produsen untuk

menginformasikan kandungan produk tembakau mereka kepada

pemerintah.

6. Edukasi, Komunikasi, Pelatihan dan Kesadaran Publik (Pasal 12)

Tiap pihak harus mempromosikan dan memperkuat kesadaran masyarakat

tentang isu pengendalian tembakau dengan menggunakan alat komunikasi yang

tersedia, baik melalui program pendidikan yang menyadarkan masyarakat

mengenai resiko kesehatan akibat konsumsi tembakau dan paparan asap rokok,

pelatihan yang efektif atau program kepekaan dan penyadaran mengenai

pengendalian tembakau dan akses informasi yang cukup bagi masyarakat

mengenai akibat buruk dari produk tembakau terhadap kesehatan, ekonomi dan

lingkungan hidup.

Kelompok kedua tentang pasal-pasal pengendalian pasokan tembakau

(supply reduction) yaitu :

1. Perdagangan ilegal produk-produk tembakau (Pasal 15)

Para Pihak memberlakukan dan menerapkan upaya untuk mengatur

perdagangan tembakau yang secara ilegal termasuk penyelundupan,

produksi ilegal dan pemalsuan. Dengan memberikan tanda untuk

menentukan asal produk tembakau tersebut, menentukan pusat penyebaran

dan melakukan pengendalian arus produk tembakau dan status legalnya.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

27

2. Penjualan kepada dan oleh anak-anak di bawah umur (Pasal 16)

Para pihak harus menetapkan aturan untuk melarang penjualan produk

tembakau kepada anak yang di bawah umur, produk tembakau harus

mencantumkan dengan jelas larangan penjualan kepada anak di bawah

umur, menempatkan tempat penjualan rokok di tempat yang sulit

dijangkau anak-anak, dan melarang penjualan rokok batangan per batang

atau dalam paket kecil.

3. Pemberian dukungan terhadap alternatif kegiatan yang laksana secara

ekonomis (Pasal 17)

Para pihak harus menyebarluaskan alternatif kegiatan yang layak

laksana secara ekonomis kepada pekerja, petani dan penjual perorangan

temabakau.

FCTC merupakan suatu konvensi yang berbeda dengan traktat

pengendalian obat masa lalu, baik dalam hal mengembangkan strategi maupun

mengendalikan dan mengatasi zat adiktif. Pasal-pasal dalam FCTC menegaskan

pentingnya strategi pengurangan permintaan terhadap produk tembakau. Hal itu

karena fokus FCTC adalah mencegah orang merokok daripada mengobati

kecanduan.

Guna memperluas perlawanan terhadap epidemi tembakau, World Health

Organization menyarankan enam langkah-langkah pengendalian tembakau dan

kematian yang disebut dengan strategi MPOWER, meliputi :5

1. Monitor Penggunaan Tembakau dan Pencegahannya

5 WHO, Upaya Pengendalian Konsumsi Tembakau, Country Office for Indonesia, MPOWER.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

28

Monitor penggunaan tembakau dan dampak yang ditimbulkannya

harus diperkuat untuk kepentingan perumusan kebijakan. Saat ini 2/3

negara berkembang di seluruh dunia tidak memiliki data dasar penggunaan

tembakau pada anak muda dan orang dewasa. Hampir 2/3 perokok tinggal

di 10 negara dan Indonesia menduduki posisi keempat.

2. Perlindungan terhadap Asap Tembakau

Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi orang yang menghisap rokok

tetapi juga orang di sekitarnya (perokok pasif). Lebih dari separuh negara

di dunia, dengan populasi mendekati 2/3 penduduk dunia, masih

membolehkan merokok di kantor pemerintah, tempat kerja dan di dalam

gedung. Perlindungan terhadap asap tembakau hanya efektif apabila

diterapkan kawasan tanpa rokok 100%.

3. Optimalkan Dukungan untuk Berhenti Merokok

Tiga dari 4 perokok di seluruh dunia menyatakan ingin berhenti

merokok namun bantuan komprehensif yang tersedia baru dapat

menjangkau 5% nya. Bantuan yang dapat diberikan adalah:

1) Pelayanan konsultasi bantuan berhenti merokok yang terintegrasi

di pelayanan kesehatan primer.

2) Quitline: Telepon layanan bantuan berhenti merokok yang mudah

diakses dan cuma-cuma.

3) Terapi obat yang murah dengan pengawasan dokter.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

29

4. Waspadakan Masyarakat akan Bahaya Tembakau

Walaupun sebagian besar perokok tahu bahwa rokok berbahaya bagi

kesehatan, namun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa bahayanya.

Karena itulah, pesan kesehatan wajib dicantumkan dalam bentuk gambar.

5. Eliminasi iklan, Promosi dan Sponsor terkait Tembakau

Pemasaran tembakau memiliki peranan besar dalam meningkatkan

gangguan kesehatan dan kematian karena tembakau. Larangan terhadap

promosi produk tembakau adalah senjata yang ampuh untuk memerangi

tembakau. Sepuluh tahun sejak inisiasi larangan iklan rokok dijalankan,

konsumsi rokok di negara dengan larangan iklan turun 9 kali lipat

dibandingkan dengan negara tanpa larangan iklan.

6. Raih Kenaikan Cukai Tembakau

Dengan menaikkan cukai tembakau, harga rokok menjadi lebih mahal.

Hal ini merupakan cara yang paling efektif dalam menurunkan pemakaian

tembakau dan mendorong perokok untuk berhenti.

Strategi MPOWER harus dilaksanakan secara keseluruhan untuk mencapai

hasil yang efektif dalam menanggulangi epidemi tembakau.

2.2.1 Epidemi Tembakau

Tembakau adalah genus tanaman yang berdaun lebar yang berasal dari

daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering

digunakan sebagai bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

30

digulung dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah

atau dikulum, dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung.

Robin Appleberry mengemukakan bahwa konsumsi tembakau secara

global menyebabkan kerugian bersih ekonomi tahunan sekitar 200 miliar dolar.6

Sejalan dengan pendapat Appleberry, Alberto Alemanno juga mengatakan bahwa

konsumsi tembakau bertanggung jawab atas kematian 650.000 jiwa setiap

tahunnya, terhitung lebih dari lima belas persen dari semua kematian di Uni

Eropa.7

Promosi aktif produk-produk tembakau oleh perusahaan-perusahaan

tembakau juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi produk-produk tembakau

yang mana juga menyebabkan peringatan-peringatan medis atas bahaya tembakau

kurang menjadi hal yang kurang diperhatikan oleh masyarakat khususnya

konsumen produk tembakau. Ketika individu menyadari dampak kesehatan dari

konsumsi tembakau, kebanyakan dari penggunanya berkeinginan untuk berhenti

mengkonsumsi tembakau namun pada kenyataannya sulit untuk dilakukan

dikarenakan oleh adiksi nikotin.8

Sebatang rokok mengandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun yang

berbahaya untuk tubuh, 43 di antaranya bersifat karsinogenik (yang menyebabkan

kanker atau meningkatkan resiko timbulnya kanker). Bahan berbahaya dan racun

6 Robin Appleberry, 2001, Breaking the Camel’s Back: Bringing Women’s Human Rights to

Bear. Yale Journal of Law & Feminism: Vol. 13: Iss. 1, Article 4. h.86

7 Alberto Alemanno, 2012, Out Sight, Out Mind: Towards a New EU Toabcco

ProductsDirective, The Shredan Press, Hanoven, h. 197.

8 Federal Trade Commission, 2005, Cigarette Report for 2003, Washington D.C, Federal

Trade Comission, h. 1.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

31

dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang

merokok, namun juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok yang

sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa menjadi perokok

pasif oleh karena ayah atau suami mereka merokok di rumah. Padahal perokok

pasif mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru dan

penyakit jantung. Sedangkan pada janin, bayi dan anak-anak mempunyai risiko

yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah, bronchitis

dan pneumonia, infeksi rongga telinga dan asthma.9

Dalam menangggulangi epidemi tembakau global, organisasi kesehatan

dunia yaitu World Health Organization (WHO) melalui Framework Convention

on Tobacco Control dengan 185 negara penandatangan dalam pencapaiannya,

pengendalian tembakau memerlukan koordinasi antara banyak instansi

pemerintah, lembaga akademik, asosiasi profesi dan organisasi masyarakat sipil di

tingkat negara, serta koordinasi dan dukungan kerjasama internasional dan

lembaga pembangunan.

2.3 Indonesia dan Framework Convention On Tobacco Control

2.3.1 Perjajian Internasional

Perjanjian internasional yang dibuat antar negara diatur dalam Vienna

Convention on the Law of Treaties 1969 (Konvensi Wina 1969). Konvensi ini

berlaku pada 27 Januari 1980. Konvensi ini memuat seperangkat peraturan

9 Anonim, 2012, “Komnas HAM Mendukung Aksesi FCTCEdisi IV”, Wacana HAM Edisi IV,

September 2013,h.3

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

32

komprehensif mengenai pembentukan, penafsiran dan pengakhiranperjanjian.10

Sebelum adanya Konvensi Wina 1969 yang mengatur tentang perjanjian

internasional antar negara baik bilateral maupun multilateral, perjanjian

internasional diadakan berdasarkan asas-asas seperti good faith, pacta

sunservanda dan perjanjian tersebut terbentuk atas consent dari negara-negara di

dalamnya.

Perjanjian internasional atau “treaty” adalah sarana utama yang dimiliki

negara untuk memulai dan mengembangkan hubungan internasional. Perjanjian

internasional merupakan bentuk dari semua perbuatan hukum dan transaksi dalam

masyarakat internasional.11

Berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 2 The Vienna

Convention on the Law of Treaties (VCLT), treaty didefinisikan sebagai:

“An international agreement concluded between States in written

form and governed by international law, whether embodied in a

single instrument or in two or more related instruments and

whatever its particular designation”.

Artinya :

Suatu persetujuan yang di buat antara negara dalam bentuk tertulis dan di

atur oleh hukum internasional, apakah dalam instrument tunggal atau dua atau

lebih instrumen yang berkaitan dan apapun nama yang diberikan padanya.

Kemudian menurut Mochtar Kusumaatmaja, perjanjian internasional

adalah perjanjian yang di adakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang

bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu. Berdasarkan defenisi ini

10 Huala Adolf, 1997, Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo

Persada,Jakarta, h.103.

11

F. Sugeng Istanto, 2010, Hukum Internasional, Atma Jaya, Yogyakarta, h. 88.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

33

subyek hukum internasional yang mengadakan perjanjian adalah anggota

masyarakat bangsa-bangsa, lembaga-lembaga internasional dan negara-negara. 12

Definisi ini kemudian dikembangkan oleh pasal 1 ayat 3 Undang -Undang Nomor

37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri yang menerangkan bahwa 13

:

“Perjanjian internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan nama

tertentu yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara

tertulis oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan satu atau lebih

negara, organisasi internasional, atau subyek hukum internasional

lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada pemerintah

Republik Indonesia yang bersifat hukum publik.”

Dari sumber hukumnya, terdapat 2 macam perjanjian internasional yaitu :

a. Treaty Contract : Perjanjian-perjanjian seperti suatu kontrak atau

perjanjian dalam hukum perdata yang mengakibatkan adanya hak dan

kewajiban antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu saja.

b. Law Making Treaties : Perjanjian yang meletakkan ketentuan atau

kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional secara

keseluruhan. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

FCTC termasuk ke dalam jenis perjanjian internasional yang

bersumber pada hukum Law Making Treaties, karena perjanjian

tersebut memuat kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional

secara keseluruhan.

Selain itu, terdapat 2 macam perjanjian internasional jika ditinjau dari

sudut para pihak yang mengadakannya, yaitu antara lain:

12 Boer Mauna, 2001, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era

Dinamika Global, P.T Alumni, Bandung, h. 84.

13

Ibid, h. 10.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

34

a. Perjanjian Bilateral

Perjanjian yang hanya diadakan oleh dua pihak (negara) saja yang

pada umumnya hanya mengatur soal-soal khusus yang menyangkut

kepentingan kedua belah pihak saja perjanjian bilateral pada

umumnya termasuk apa yang dinamakan “treaty contracts”.

b. Perjanjian Multilateral

Perjanjian yang diadakan oleh banyak pihak (negara), yang pada

umumnya merupakan perjanjian terbuka (open verdrag). Di mana hal-

hal yang diatur lazimnya hal-hal yang menyangkut kepentingan

umum, yang tidak hanya menyangkut kepentingan pihak-pihak yang

mengadakan perjanjian itu saja, melainkan menyangkut pula

kepentingan lain yang bukan peserta perjanjian itu sendiri. Perjanjian

Multilateral inilah yang umumnya dikategorikan sebagai “law making

treaties”.14

FCTC dikategorikan sebagai perjanjian multilateral. Hal ini terlihat dari

banyaknya jumlah negara yang tergabung dalam perjanjian internasional tersebut,

kemudian memiliki komitmen yang sama di dalam bidang kepentingan umum

khususnya mengenai pengendalian dampak tembakau.

2.3.2 Ratifikasi

Pada tahun 1969, negara-negara telah menandatangani Konvensi Wina tentang

perjanjian internasional, yang mulai berlaku pada tahun 1980. Pasal 2 Konvensi

Wina 1980 mendefinisikan perjanjian internasional sebagai persetujuan antara dua

14Syahmin A.K, 1985, Hukum Perjanjian Internasional (Menurut Konvensi Wina 1969),

C.V.Armico, Bandung, h.12.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

35

negara atau lebih, dengan tujuan mengadakan hubungan timbal balik menurut

hukum Internasional. Dalam praktiknya, beberapa negara yang membentuk

perjanjian internasional dapat dibedakan menjadi :15

1. Perjanjian internasional melalui 2(dua) tahap.

Kedua tersebut adalah tahap perundingan (negotiation) dan tahap

penandatanganan (signature). Dalam tahap perundingan ini, wakil-

wakil parapihak bertemu dalam suatu forum atau tempat khusus

membahas dan merumuskan masalah-masalah. Perumusan

tersebut kemudian menjadi hasil kata sepakat yang akhirnya berupa

naskah perjanjian. Selanjutnya naskah perjanjian tersebut

ditandatangani yang berarti telah mempunyai kekuatan mengikat bagi

para pihak yang bersangkutan. Perjanjian yang dibentuk melalui dua

tahap cukup sederhana dan cukup prosesnya. Perjanjian dua tahap ini

hanya sesuai untuk masalah-masalah yang pelaksanaannya

segera dapat diselesaikan.

2. Perjanjian internasional melalui 3(tiga) tahap.

1. Tahap perundingan (negotiation), pada tahap ini pihak-pihak

akan mempertimbangkan terlebih dahulu materi yang hendak

dicantumkan dalam naskah perjanjian. Materi tersebut ditinjau

dari sudut pandang politik, ekonomi maupun keamanan dan juga

mempertimbangkan akibat-akibat yang akan muncul setelah

perjanjian disahkan. Penunjukkan wakil suatu negara dalam

15 I Wayan Parthiana, 2003, Pengantar Hukum Internasional, CV. Mandar Maju, Bandung, h.

221.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

36

perundingan diserahkan sepenuhnya kepada negara

bersangkutan.

2. Tahap penandatangan (signature), tahap penandatanganan

diakhiri dengan penerimaan naskah (adoption of the text) dan

pengesahan (authentication of the text). Apabila koferensi tidak

menentukan cara pengesahan maka pengesahan dapat dilakukan

dengan penendatanganan, penandatanganan sementara atau

pembubuhan paraf. Dengan menandatangani suatu naskah

perjanjian, berarti suatu negara telah menyetujui untuk

mengikatkan diri pada suatu perjanjian.

3. Tahap ratifikasi (ratification), meskipun delegasi suatu negara

telah menandatangani suatu perjanjian internasional, tidak

berarti bahwa negara tersebut secara otomatis terikat pada

perjanjian itu. Negara tersebut baru terikat pada materi/ isi

perjanjian setelah naskah tersebut diratifikasi.

Sehingga kekuatan mengikat dari suatu perjanjian internasional erat

kaitannya dengan ratifikasi. Ratifikasi berasal dari bahasa latin yaitu

“ratificare”yang terbentuk dari kata ratus yang berarti dimantapkan (fixed) dan

facto yang berarti dibuat atau dibentuk. Jadi ratifikasi secara harafiah dapat

dikatakan disahkan melalu persetujuan (make valid by approving).16

Dalam

bahasa latin, ratifikasi mempunyai dua arti, pertama ratum babare dan ratum

ducare, ratifikasi dalam hal ini bersifat deklarator karena hanya mengesahkan

16Priyatna Abdurasyid, 1991, Instrument Hukum Nasional bagi Peratifikasian Perjanjian

Internasional, dalam Majalah Hukum Nasional BPHN No.1Tahun 1991, BPHN, Jakarta, h.29.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

37

suatu perjanjian yang telah disepakati oleh wakil-wakil negara. Kedua, ratum

facare dan ratum alicuiesse, ratifikasi dalam hal ini bersifat konstitutif karena

merupakan pengesahan semua ketentuan yang tercantum dalam perjanjian, yang

berarti dapat mengikat bagi negara peserta.17

Pengertian ratifikasi dalam konvensi internasional terdapat pada Konvensi

Wina 1969 (Vienna Convention on the Law of Treaties) Pasal 2 ayat (1b):

"Ratification means in each cases the internasional act so named whereby a state

astheblishes on the internasional plan its consent to be bound by treaty".

Ratifikasi dalam artian ini merupakan suatu tindakan negara yang dipertegas oleh

pemberian persetujuannya ini menekankan adanya persetujuan yang akan

meningkatkan rencana perjanjian menjadi perjanjian internasional yang berlaku

(mengikat) bagi negara-negara peserta. Ratifikasi tersebut tidak hanya menjadi

persoalan hukum internasional, tetapi juga merupakan persoalan hukum nasional

(Hukum Tata Negara). Hukum internasional hanya menentukan pentingnya suatu

perjanjian internasional diratifikasi, sedangkan tata cara pemberian ratifikasi

perjanjian diatur oleh hukum nasional masing- masing negara. Dengan demikian

perjanjian internasional yang telah di tandatangani agar memiliki suatu kekuatan

hukum diperlukannya suatu persetujuan yang dilakukan oleh lembaga ratifikasi.

Adanya ratifikasi ini bertujuan agara suatu setiap negara dapat meninjau kembali

hasil perundingan perutusannya sebelum menerima kewajiban yang ditetapkan

dalam perjanjian internasional yang bersangkutan dan bahwa negara tersebut

mungkin memerlukan penyesuaian hukum nasionalnya dengan memperhatikan

17 Andreas Pramudianto, 1998, Ratifikasi Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan

Hidup, Mandar Maju, Jakarta, h.237.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

38

dari segala aspek seperti hukum, politik, ekonomi, social serta budaya yang ada

didalamnya termasuk bidang kesehatan masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan

yang diperjanjikan.

Ada beberapa alasan ratifikasi dianggap perlu dan penting yaitu:18

a. Perjanjian-perjanjian itu umumnya menyangkut kepentingan dan masa

depan negara dalam hal-hal tertentu, karena itu harus disahkan oleh

kekuasaan negara tertinggi.

b. Untuk menghindarkan kontroversi antara utusan-utusan yang

berunding dengan pemerintah yang mengutus mereka.

c. Perlu adanya waktu agar instansi-instansi yang bersangkutan dapat

mempelajari naskah yang diterima.

d. Pengaruh rezim parlementer yang mempunyai wewenang untuk

mengawasi kegiatan-kegiatan eksekutif.

Selain ratifikasi, dalam konvensi Wina 196 terdapat istilah lain namun

secara garis besar maknanya sama dengan ratifikasi yaitu aksesi (accession).

Walaupun menurut Konvensi Wina 1969 pengertian aksesi sama dengan

ratifikasi, namun doktrin memberi pengertian lain pada aksesi, aksesi diartikan

sebagai keikut sertaan suatu negara yang bukan negara penandatangan suatu

perjanjian internasional, dalam perjajian internasional tersebut dengan status yang

sama dengan negara para pihak penandatanganan yang pertama.19

Istilah aksesi ini

juga berlaku dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Sebagai

18 Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional,Alumni,Jakarta,h.118.

19

F. Sugeng Istanto, 2010, Hukum Internasional, Atma Jaya, Yogyakarta, h.101.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

39

negara yang tidak meratifikasi naskah FCTC, maka Indonesia dalam hal prosedur

pengikatan diri terhadap FCTC dapat dilakukan melalui cara aksesi.

Dalam FCTC terdapat 3 tahapan untuk memberlakukan ketentuan-

ketentuan FCTC ke dalam hukum nasional masing-masing negara peserta seperti

yang telah diatur dalam Pasal 34, 35 dan 36 konvensi ini. Setelah 90 (sembilan

puluh)hari FCTC diratifikasi oleh sedikitnya 40 negara, maka ia menjadi hukum

internasional dengan aturan dan prosedur tersendiri. Perjanjian internasionalini

hanya mengatur hubungan antar negara-negara yang telah meratifikasinya.

Negara peserta yang meratifikasi FCTC, wajib mengadopsi substansi

utama dari FCTC terhadap hukum domestik mereka sehingga negara tersebut

memiliki ikatan hukum terhadap konvensi.20

Akan tetapi, Indonesia merupakan

satu-satunya negara di Asia Pasifik yang belum menandatangani dan meratifikasi

FCTC serta mengingat Indonesia merupakan negara dengan peringkat ke-4

dengan jumlah perokok terbesar di dunia, banyak pendapat dan keinginan dari

berbagai pihak yang peduli lingkungan dan kesehatan yang meminta agar

pemerintah meratifikasi FCTC, namun hingga tahun 2015 pemerintah masih tetap

belum meratifikasi perjanjian tersebut. Hal tersebut karena Indonesia masih

mempertimbangkan masalah-masalah ekonomi, sosial dan budaya yang akan

dihadapi ketika FCTC tersebut diratifikasi.

Berikut ini adalah daftar negara-negara yang menandatangani dan

meratifikasi FCTC :21

20 Oscar Cabrera and Alejandro Madrazo, 2010,“Human Rights as a Tool for Tobacco Control

in Latin America”, Salud Publica de Mexico,USA, h. 288.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

40

Participant Signature Ratification

Afghanistan 29-Jun-04 13 Aug 2010

Albania 29-Jun-04 26-Apr-06

Algeria 20-Jun-03 30-Jun-06

Angola 29-Jun-04 20-Sep-07

Antigua and Barbuda 28-Jun-04 5 Jun 2006

Argentina 25-Sep-03

Armenia 29 Nov 2004

Australia 5 Dec 2003 27 Oct 2004

Austria 28 Aug 2003 15-Sep-05

Azerbaijan 1 Nov 2005

Bahamas 29-Jun-04 3 Nov 2009

Bahrain 20 Mar 2007

Bangladesh 16-Jun-03 14-Jun-04

Barbados 28-Jun-04 3 Nov 2005

Belarus 17-Jun-04 8 Sep 2005

Belgium 22-Jan-04 1 Nov 2005

Belize 26-Sep-03 15 Dec 2005

Benin 18-Jun-04 3 Nov 2005

Bhutan 9 Dec 2003 23 Aug 2004

Bolivia (Plurinational State of) 27-Feb-04 15-Sep-05

Bosnia and Herzegovina 10 Jul 2009

Botswana 16-Jun-03 31-Jan-05

Brazil 16-Jun-03 3 Nov 2005

Brunei Darussalam 3 Jun 2004 3 Jun 2004

Bulgaria 22 Dec 2003 7 Nov 2005

Burkina Faso 22 Dec 2003 31-Jul-06

Burundi 16-Jun-03 22 Nov 2005

Cabo Verde 17-Feb-04 4 Oct 2005

Cambodia 25 May 2004 15 Nov 2005

Cameroon 13 May 2004 3 Feb 2006

21 United Nations- Trety Collection “Status Of The Who Framework Convention On Tobacco

Control (FCTC)”.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

41

Canada 15-Jul-03 26 Nov 2004

Central African Republic 29 Dec 2003 7 Nov 2005

Chad 22-Jun-04 30-Jan-06

Chile 25-Sep-03 13-Jun-05

China 10 Nov 2003 11 Oct 2005

Colombia 10 Apr 2008

Comoros 27-Feb-04 24-Jan-06

Congo 23-Mar-04 6 Feb 2007

Cook Islands 14 May 2004 14 May 2004

Costa Rica 3 Jul 2003 21 Aug 2008

Côte d'Ivoire 24-Jul-03 13 Aug 2010

Croatia 2 Jun 2004 14-Jul-08

Cuba 29-Jun-04

Cyprus 24 May 2004 26 Oct 2005

Czech Republic 16-Jun-03 1 Jun 2012

Democratic People's Republic of

Korea 17-Jun-03 27-Apr-05

Democratic Republic of the Congo 28-Jun-04 28 Oct 2005

Denmark 16-Jun-03 16 Dec 2004

Djibouti 13 May 2004 31-Jul-05

Dominica 29-Jun-04 24-Jul-06

Ecuador 22-Mar-04 25-Jul-06

Egypt 17-Jun-03 25-Feb-05

El Salvador 18-Mar-04 21-Jul-14

Equatorial Guinea 17 Sep 2005

Estonia 8 Jun 2004 27-Jul-05

Ethiopia 25-Feb-04 25-Mar-14

European Union 16-Jun-03 30 Jun 2005

Fiji 3 Oct 2003 3 Oct 2003

Finland 16-Jun-03 24-Jan-05

France 16-Jun-03 19 Oct 2004

Gabon 22 Aug 2003 20-Feb-09

Gambia 16-Jun-03 18-Sep-07

Georgia 20-Feb-04 14-Feb-06

Germany 24 Oct 2003 16 Dec 2004

Ghana 20-Jun-03 29 Nov 2004

Greece 16-Jun-03 27-Jan-06

Grenada 29-Jun-04 14 Aug 2007

Guatemala 25-Sep-03 16 Nov 2005

Guinea 1 Apr 2004 7 Nov 2007

Guinea-Bissau 7 Nov 2008

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

42

Guyana 15 Sep 2005

Haiti 23-Jul-03

Honduras 18-Jun-04 16-Feb-05

Hungary 16-Jun-03 7 Apr 2004

Iceland 16-Jun-03 14-Jun-04

India 10-Sep-03 5 Feb 2004

Iran (Islamic Republic of) 16-Jun-03 6 Nov 2005

Iraq 29-Jun-04 17-Mar-08

Ireland 16-Sep-03 7 Nov 2005

Israel 20-Jun-03 24 Aug 2005

Italy 16-Jun-03 2 Jul 2008

Jamaica 24-Sep-03 7 Jul 2005

Japan 9 Mar 2004 8 Jun 2004

Jordan 28 May 2004 19 Aug 2004

Kazakhstan 21-Jun-04 22-Jan-07

Kenya 25-Jun-04 25-Jun-04

Kiribati 27-Apr-04 15-Sep-05

Kuwait 16-Jun-03 12 May 2006

Kyrgyzstan 18-Feb-04 25 May 2006

Lao People's Democratic Republic 29-Jun-04 6 Sep 2006

Latvia 10 May 2004 10-Feb-05

Lebanon 4 Mar 2004 7 Dec 2005

Lesotho 23-Jun-04 14-Jan-05

Liberia 25-Jun-04 15-Sep-09

Libya 18-Jun-04 7 Jun 2005

Lithuania 22-Sep-03 16 Dec 2004

Luxembourg 16-Jun-03 30-Jun-05

Madagascar 24-Sep-03 22-Sep-04

Malaysia 23-Sep-03 16-Sep-05

Maldives 17 May 2004 20 May 2004

Mali 23-Sep-03 19 Oct 2005

Malta 16-Jun-03 24-Sep-03

Marshall Islands 16-Jun-03 8 Dec 2004

Mauritania 24-Jun-04 28 Oct 2005

Mauritius 17-Jun-03 17 May 2004

Mexico 12 Aug 2003 28 May 2004

Micronesia (Federated States of) 28-Jun-04 18-Mar-05

Mongolia 16-Jun-03 27-Jan-04

Montenegro 4 23 Oct 2006

Morocco 16-Apr-04

Mozambique 18-Jun-03

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

43

Myanmar 23 Oct 2003 21-Apr-04

Namibia 29-Jan-04 7 Nov 2005

Nauru 29 Jun 2004

Nepal 3 Dec 2003 7 Nov 2006

Netherlands 16-Jun-03 27 Jan 2005

New Zealand 5 16-Jun-03 27-Jan-04

Nicaragua 7 Jun 2004 9 Apr 2008

Niger 28-Jun-04 25 Aug 2005

Nigeria 28-Jun-04 20 Oct 2005

Niue 18-Jun-04 3 Jun 2005

Norway 16-Jun-03 16 Jun 2003

Oman 9 Mar 2005

Pakistan 18 May 2004 3 Nov 2004

Palau 16-Jun-03 12-Feb-04

Panama 26-Sep-03 16 Aug 2004

Papua New Guinea 22-Jun-04 25 May 2006

Paraguay 16-Jun-03 26-Sep-06

Peru 21-Apr-04 30 Nov 2004

Philippines 23-Sep-03 6 Jun 2005

Poland 14-Jun-04 15-Sep-06

Portugal 9 Jan 2004 8 Nov 2005

Qatar 17-Jun-03 23-Jul-04

Republic of Korea 21-Jul-03 16 May 2005

Republic of Moldova 29-Jun-04 3 Feb 2009

Romania 25-Jun-04 27-Jan-06

Russian Federation 3 Jun 2008

Rwanda 2 Jun 2004 19 Oct 2005

Samoa 25-Sep-03 3 Nov 2005

San Marino 26-Sep-03 7 Jul 2004

Sao Tome and Principe 18-Jun-04 12-Apr-06

Saudi Arabia 24-Jun-04 9 May 2005

Senegal 19-Jun-03 27-Jan-05

Serbia 28-Jun-04 8 Feb 2006

Seychelles 11-Sep-03 12 Nov 2003

Sierra Leone 22 May 2009

Singapore 29 Dec 2003 14 May 2004

Slovakia 19 Dec 2003 4 May 2004

Slovenia 25-Sep-03 15-Mar-05

Solomon Islands 18-Jun-04 10 Aug 2004

South Africa 16-Jun-03 19-Apr-05

Spain 16-Jun-03 11-Jan-05

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

44

Sri Lanka 23-Sep-03 11 Nov 2003

St. Kitts and Nevis 29-Jun-04 21-Jun-11

St. Lucia 29-Jun-04 7 Nov 2005

St. Vincent and the Grenadines 14-Jun-04 29 Oct 2010

Sudan 10-Jun-04 31 Oct 2005

Suriname 24-Jun-04 16 Dec 2008

Swaziland 29-Jun-04 13-Jan-06

Sweden 16-Jun-03 7 Jul 2005

Switzerland 25-Jun-04

Syrian Arab Republic 11-Jul-03 22 Nov 2004

Tajikistan 21 Jun 2013

Thailand 20-Jun-03 8 Nov 2004

The former Yugoslav Republic of

Macedonia 30 Jun 2006

Timor-Leste 25 May 2004 22 Dec 2004

Togo 12 May 2004 15 Nov 2005

Tonga 25-Sep-03 8 Apr 2005

Trinidad and Tobago 27 Aug 2003 19 Aug 2004

Tunisia 22 Aug 2003 7 Jun 2010

Turkey 28-Apr-04 31 Dec 2004

Turkmenistan 13 May 2011

Tuvalu 10-Jun-04 26-Sep-05

Uganda 5 Mar 2004 20-Jun-07

Ukraine 25-Jun-04 6 Jun 2006

United Arab Emirates 24-Jun-04 7 Nov 2005

United Kingdom of Great Britain and

Northern Ireland 16-Jun-03 16 Dec 2004

United Republic of Tanzania 27-Jan-04 30-Apr-07

United States of America 10 May 2004

Uruguay 1 19-Jun-03 9 Sep 2004

Uzbekistan 15 May 2012

Vanuatu 22-Apr-04 16-Sep-05

Venezuela (Bolivarian Republic of) 22-Sep-03 27-Jun-06

Viet Nam 3 Sep 2003 17 Dec 2004

Yemen 20-Jun-03 22-Feb-07

Zambia 23 May 2008

Zimbabwe 4 Dec 2014

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan UmumFramework … ii.pdfSejak tahun 1990, epidemi tembakau menjadi suatu masalah kesehatan publik yang mengakibatkan hampir 5 juta orang yang meninggal

45

Negara Peserta yang telah menanda tangani FCTC namun belum mertifikasi :

Negara – negara yang tidak menjadi peserta FCTC dan yang tidak

menandatangani FCTC :22

22Ibid.

1. Argentina

2. Cuba

3. Haiti

4. Moroco

5. Mozambique

6. Switzerland

7. United State of America

1 Andora

2 Dominica Republic

3 Eritrea

4 Indonesia

5 Liectenstein

6 Malawi

7 Monaco

8 Somalia

9 South Sudan