BAB II TINJAUAN TEORITIS -...

31
24 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP PERLINDUNGAN HUKUM Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. 13 Perlindungan hukum yang di maksud adalah suatu bentuk kepastian, kejelasan, jaminan yang di berikan oleh hukum yang berlaku kepada para masyarakat untuk dilindungi/diperhatikan kepentingan- kepentingannya dan hak-haknya sepanjang tidak bertentangan dengan perundang- undangan yang berlaku. Pengertian perlindungan hukum dapat ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini pengertiannya juga mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.Tetapi dalam arti sempit, perlindungan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. 14 13 www.google.com perlindungan hukum? 14 Hartono Sunarjati, Apakah the rule of law itu?, Bandung, 1986 : 53.

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORITIS -...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

24

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PERLINDUNGAN HUKUM

Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan

terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang

bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak

tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi

hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban,

kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.13 Perlindungan hukum yang di maksud

adalah suatu bentuk kepastian, kejelasan, jaminan yang di berikan oleh hukum yang

berlaku kepada para masyarakat untuk dilindungi/diperhatikan kepentingan-

kepentingannya dan hak-haknya sepanjang tidak bertentangan dengan perundang-

undangan yang berlaku.

Pengertian perlindungan hukum dapat ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari

segi hukumnya. Dalam hal ini pengertiannya juga mencakup pada nilai-nilai keadilan

yang terkandung didalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang

hidup dalam masyarakat.Tetapi dalam arti sempit, perlindungan hukum itu hanya

menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.14

13 www.google.com perlindungan hukum? 14 Hartono Sunarjati, Apakah the rule of law itu?, Bandung, 1986 : 53.

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

25

Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum

1. Peraturan.

Peraturan merupakan bentuk tertulis dari hukum itu sendiri yang mengatur

hubungan antara masyarakat dengan masyarakat dan dengan negaranya.

2. Pelaksanaan peraturan.

Pelaksanaan peraturan merupakan pelaksanan dari peraturan-peraturan yang

telah ada oleh aparatur negara terkhusunya aparatur hukum tertentu untuk

menjamin dan memastikan terlaksananya peraturan-peraturan untuk

terciptanya perlindungan hukum, apabila di perlukan,aparatur penegak

hukum itu di perkenankan untuk menggunakan daya paksa agar tegaknya

suatu keadilan.

Para pendiri Bangsa ini telah menyatakan dengan tegas bahwa Negara

Indonesia merupakan negara Hukum dan bersifat Demokratis.negara tidak dapat

sewenang-wenang dengan rakyatnya dan begitu pun sebaliknya, karena adanya

pembatasan-pembatasan oleh hukum itu sendiri.

Perlindungan hukum bagi masyarakat adalah prinsip pengakuan perlindungan

terhadap harkat dan martabat yang berdasarkan pancasila. Maka prinsip didahulukan

karna atas dasar prinsip, baru di bentuk saranya karena tanpa dilandaskan pada

prinsip, pembentukan sarana menjadi tanpa arah. Dalam merumuskan prinsip-prinsip

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

26

perlindungan hukum bagi rakyat(di Indonesia), landasan pijak adalah pancasila

sebagai dasar ideology dan dasar falsafah Negara.15

Konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat bersumber pada konsep-konsep

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dan konsep-konsep

recthsstaat dan the rule of law. Konsep pengakuan perlindungan terhadap hak-hak

asasi manusia memberikan isinya dan konsep recthsstaat dan the rule of law.

Konsepsi recthsstaat maupun rule of law menempatkan hak-hak asasi manusia

sebagai salah satu cirri khas pada Negara yang disebut recthsstaat atau menjunjung

tinggi the rule of law. Bagi suatu Negara demokrasi pengakuan dan perlindungan

terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang baik buruknya

pemerintahan.

Perlindungan hukum yang dimaksud bagi pemeluk aliran kepercayaan

Marapu adalah dalam tegaknya peraturan-peraturan itu sendiri dalam pengurusan

kartu tanda penduduk, akta perkawinan dan pendidikan.

15 Filipus M,hadjon. Perlindungan hukum bagi rakyat di Indonesia.IKAPI.surabaya.1987 : 20.

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

27

B. KONSEP KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN

Negara Indonesia merupakan negara yang beranekaragam (pluralitas) dari sisi

etnisitas, budaya, bahasa dan agama, menjadi titik tolak keragaman yang tidak

terbantahkan. Kebebasan beragama merupakan sesuatu hal yang sangat penting

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga harus dipahami makna dan

konsekuensinya, baik oleh negara maupun masyarakat.kebebasaan beragama dan

berkeyakinan diperlukan agar warga Negara jauh dari tindakan diskriminasi dalam

hal melakukan penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.dalam Undang-undang

Dasar 1945 dengan jelas adanya jaminan kebebasan beragama, berkepercayaan dan

beri beribadah, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 28 (E) ayat 1 dan 2 UUD 1945 dan

Bab XI tentang Agama pasal 29 ayat 1 dan 2.

Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, ada dua esensi yang ada dalam ide

konstitusionalisme yaitu negara hukum (rule of law bagi negara-negara yang

menganut Anglo Saxon) dan kebebasan hak-hak sipil warga negara. Konsepsi negara

hukum menyatakan, bahwa kewibawaan hukum secara universal mengatasi

kekuasaan negara, dan sehubungan dengan itu hukum akan mengontrol politik bukan

sebaliknya. Sedangkan konsep kebebasan hak-hak sipil warga negara menyatakan,

bahwa kebebasan warga negara dijamin oleh konstitusi dan kekuasaan negara pun

akan dibatasi oleh konstitusi, dan kekuasaan itupun hanya memperoleh legitimasinya

dari konstitusi16.

16 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma Metode dan Dinamika Masalahnya, Elsam Huma, Jakarta, 2002 : 404-405.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

28

Kebebasan beragama dan berkeyakinan harus dilindungi oleh konstitusi itu

sendiri, agar menjadi jaminan terhadap adanya kebebasan bagi seluruh warga negara

sebagai corok suatu negara yang beranekaragaman dalam segi suku,budaya, bahasa

dan agama.

Menurut frans magnis suseno kebebasan beragama mempunyai dua segi yaitu :

1. Hak setiap orang untuk hidup sesuai dengan keyakinan-keyakinannya serta

kebebasan masing-masing untuk mengurus dirinya sendiri.

2. Kebebasan beragama juga memuat kebebasan untuk tidak beragama.17

Setiap orang mempunyai kebebasan untuk menjalakan keyakinannya tanpa adanya

paksaan dari siapapun untuk menganut dan meyakini agama tertentu, karena

kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan wujud ketakwaan yang paling

tertinggi kepada adanya sang pencipta, dan kebebasan beragama juga dapat memuat

kebebasan kepada setiap manusia untuk tidak meyakini dan menganut agama tertentu

karena kita tidak dapat memaksakan kehendak kita atas setiap orang tentang

penagkuan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Setiap orang mempunyai kebebasannya

masing-masing dalam mempercayai sesuatu hal. Negara tidak dapat memaksakan

warga negaranya agar beragama atau tidak beragama, karena mempercayai adanya

Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat diterima oleh setiap orang.

Kebebasan dalam memilih atau menganut suatu agama atau aliran merupakan

suatu yang berasal dari hati nurani dari setiap manusia dan menjadi pilihan nuraninya

17 Frans Magnis Suseno, Etika Politik prisip-prinsip Moral Dasar kenegaraan Modern, PT Gramedia, Jakarta 1994 : 363.

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

29

sendiri tanpa paksaan dari siapapun, Menurut Carillo de Albornoz bahwa religious

liberty atau kebebasan beragama memiliki empat aspek utama yakni:

1. kebebasan nurani (liberty of conscience),

2. kebebasan mengekspresikan keyakinan keagamaan (liberty of religious

expression),

3. kebebasan melakukan perkumpulan keagamaan (liberty of religious

association), dan

4. kebebasan melembagakan keagamaan (liberty of religious

institutionalization). 18

Esensi dari kebebasan beragama atau berkeyakinan tercakup dalam delapan

komponen utama, sebagai berikut.

1. Kebebasan Internal: Setiap orang mempunyai kebebasan berpikir,

berkeyakinan dan beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menganut

atau menetapkan agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri termasuk

untuk berpindah agama dan keyakinannya.

2. Kebebasan Eksternal: Setiap orang memiliki kebebasan, apakah secara

individu atau di dalam masyarakat, secara publik atau pribadi untuk

memanifestasikan agama atau keyakinan di dalam pengajaran dan

peribadahannya.

18 Abu Habsin,Demokrasi antara pembatasan dan pembebasan kebebasan beragama serta implikasinya terhadap formalisasi islam. Hal 2.

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

30

3. Tidak ada Paksaan: Tidak seorangpun dapat menjadi subyek pemaksaan yang

akan mengurangi kebebasannya untuk memiliki atau mengadopsi suatu agama

atau keyakinan yang menjadi pilihannya.

4. Tidak Diskriminatif: Negara berkewajiban untuk menghormati dan menjamin

kebebasan beragama atau berkepercayaan semua individu di dalam wilayah

kekuasaannya tanpa membedakan suku, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,

agama dan keyakinan, politik atau pendapat, penduduk: asli atau pendatang,

serta asal usulnya.

5. Hak dari Orang Tua dan Wali: Negara berkewajiban untuk menghormati

kebebasan orang tua, dan wali yang sah, jika ada untuk menjamin bahwa

pendidikan agama dan moral bagi anak-anaknya sesuai dengan keyakinannya

sendiri.

6. Kebebasan Lembaga dan Status Legal: Aspek yang vital dari kebebasan

beragama atau berkeyakinan bagi komunitas keagamaan adalah untuk

berorganisasi atau berserikat sebagai komunitas. Oleh karena itu komunitas

keagamaan mempunyai kebebasan dalam beragama atau berkeyakinan

termasuk di dalamnya hak kemandirian di dalam pengaturan organisasinya.

7. Pembatasan yang dijinkan pada Kebebasan Eksternal: Kebebasan untuk

menjalankan agama atau kepercayaan seseorang hanya dapat dibatasi oleh

undang-undang, dan itupun semata-mata demi kepentingan melindungi

keselamatan dan ketertiban publik, kesehatan atau kesusilaan umum, serta

dalam rangka melindungi hak-hak asasi dan kebebasan orang lain.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

31

8. Non-Derogability: Negara tidak boleh mengurangi kebebasan beragama atau

berkeyakinan dalam keadaan apapun dan atas alasan apapun.19

Kebebasan beragama merupakan salah satu media untuk menjalankan hak

otonomi kita sebagai manusia yang memiliki ketertarikan serta kepentingan dalam hal

membuat pilihan-pilihan rasional itu ia membentuk hidupnya.20Sebuah struktur

pemerintahan yang adil harus membiarkan warga negaranya menentukan pilihannya

sendiri dan selanjutnya melindungi pilihan tersebut.21

Hubungan antara negara dan agama sangatlah erat hubungannya, dimana

banyak produk-produk hukum banyak yang mengatur hubungan antara negara, agama

dan masayrakat sebagai pelaksana dari hukum itu sendiri. Dengan adanya hubungan

itu negara telah banyak melakukan intervensi terhadap adanya kebebasan beragama

dan berkeyakinan, Dari penusuran hubungan antara agama dan negara, setidaknya

ada tiga jenis intervensi negara terhadap kehidupan agama yang terjadi selama ini :

Pertama, intervensi negara terhadap kehidupan beragama, yaitu campur

tangan negara terhadap sebuah keyakinan agama yang sesungguhnya bersifat sangat

prifat. negara tidak lagi menjadi manajer yang berkewajiban menfalitasi serta

mengatur atau menjaga eksistensi masing-masing agama dalam rangka masyarakat

yang majemuk, tetapi sudah memasuki ranah yang sesungguhnya menjadi hak

masing-masing agama.agama-agama besar juga mengambil keuntungan atas sikap

19 Siti Musdah Mulia, HAM dan Kebebasan Beragama. 2010 : 5. 20 John garvey. What are freedom for?. 1996 : 56.

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

32

represif negara terhadap aliran-aliran yang dianggap sebagai “gerakansempalan”

karena melakukan perlawanan terhadap negara. Jadi disini telah terjadi semacam

simbiose-mutualistis antara agama-agama resmi dengan negara dalam pelanggaran

hak asasi yang paling mendasar.

Kedua, pendefisian agama resmi oleh negara yang mengacu pada kepentingan

agama resmi dan yang membatasi diri pada formulasi agama semitis (agama langit),

dalam kenyataannya telah membawa implikasi yang serius dalam pelanggaran hak

berkeyakinan.

Ketiga, dampak dari keyakinan kemutlakan terhadap ajaran yang diyakini, dan

adanya perasaan kewajiban untuk mendakwah ajaran kemutlakan itu, yang

seharusnya hanya menjadi keyakinan internal masing-masing agama, di tingkat

empirik telah terjadi proses kolonisasi agama-agama besar (mayoritas). Akibatnya,

elemen nilai-nilai fundamental yang semulatelah memiliki fungsi perlindungan dalam

menciptakan tertip sosial komunitas lokal telah kehilangan otonomi fungsionalnya.

Imunisasi yang semula dimiliki sebagai daya tahan dalam menghadapi pluralitas

mengalami kehancuran.

Lebih dari itu, kolonisasi agama resmi terhadap agama masyarakat lokal seringkali

berangkat dari misionaris dalam agam semitis, khususnya islam, kristen dan katolik.

Karena kolinialisasi itu merupakan tugas suci, maka secara teologis, intervensi itu

telah mendapat legitimasi. Dampak lansung dari semangat itu adalah agama lokal

yang menjadi objek pendakwahan tanpa memperdulikan hak-hak yang paling dasar

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

33

yang dimiliki setiap agama, khusus terhadap agama lokal yang dikategorikan sebagai

animisme.22

Menurut prof. Samuel patty, kata agama diindonesia telah di politisir karena

depertemen agama republik Indonesia(RI) telah memberikan batasan, kelompok

mana saja yang dapat disebut agama sehingga tidak semua sistem kepercayaan dari

setiap kelompok masyarakat Indonesia dapat disebut agama. Hanya mereka yang

memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh depertemen agama yang dapat disebut

agama, yaitu :

1. Harus merupakan jalan hidup yang memuat aturan-aturan tertentu guna

pedoman bagi amal kehidupan penganutnya.

2. Agama itu mengajarkan kepercayaan adanya Tuhan Yang Maha Esa.

3. Agama itu mempunyai kitab suci yang dianggap kumpulan wahyu yang

diterima oleh nabinya dari tuhan yang maha esa dengan melalui bisikan roh

suci,

4. Agama itu di pimpin oleh seorang nabi.23

kepercayaan adalah sebutan bagi kelompok masyarakat yang mempercayai

adanya Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan hasil cipta, rasa dan karsa manusia.

Kepercayaan juga berarti suatu aliran yang mempunyai paham yang bersifat dogmatis

yang terjalin dengan adat istiadat hidup sehari- hari dari berbagai suku bangsa yang

22 Anas Saidi, menekuk agama membangun tahta,desantara,jakarta, 23-25 23 Amuel patty,diklat disampaikan dalam perkuliahan agama dan budaya dengan judul agama dan budaya.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

34

mempercayai terhadap apa saja yang dipercayai pada nenek moyang. Untuk arti

kebatinan menurut Mr. Wongsonegoro ialah satu kebaktian kepada Tuhan Yang

Maha Esa menuju tercapainya budi luhur dan kesempurnaan hidup.24 Dan arti

kerohanian adalah memperhatikan jalan, melalui yang mana roh manusia sudah lama

zaman sekarang ini dapat menikmati kesatuan dengan roh mutlak, sumber asal dan

tujuan roh insani. Terdapatlah kerohanian monistis, menurut mana roh insani yang di

anggap mengalir dari pada Tuhan dialihkan kepada hakikat Ilahi dengan kehilangan

identitasnya sendiri, tetapi dengan partisipasi pada daya gaib adi-insan. Terdapat pula

kerohanian theosentris, dimana roh tercipta merasa dipersatukan dengan Tuhan

Pencipta tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri, entah melalui jalan budi atau

gnosis, entah melalui cinta, bhakti dan tawakkal.25

Menurut apa yang di pahami selama ini aliran kepercayaan merupakan

sesuatu ajaran pandangan kehidupan berkepercayaan kepada tuhan yang maha esa,

yang tidak bersandar sepenuhnya kepada ajaran-ajaran agama yang ada. Dengan kata

lain, paham aliran kepercayaan tidak berpegang atau tidak menganut pada suatu ajran

agama tertentu.26 Kata kepeercayaan dewasa ini di indonesia mengandung pengertian

pertama, berarti iman sedangkan kedua ialah yang lengkapnya aliran kepercayaan

24Abd Mutholib Ilyas, Abd Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, Amin, Surabaya, 1988 : 11. 25 Rahmat Subagya, Kepercayaan Kebatianan Kerohanian Kejiwaan Dan Agama, Yogyakarta, Kanisius, 1993 : 44.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

35

kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu merupakan istilah konstituonal dari aliran

kebatinan maupun agama-agama asli di indonesia.27

`Pemerintah melalui depertemen dalam negeri RI merumuskan aliran

kebatinan (kepercayaan) sebagai kepercayaan rakyat indonesia yang tidak termasuk

kedalam salah satu agama. Atau aliran kepercayaan sebagai kepercayaan rakyat

indonesia yang tidak termasuk kedalam salah satu agama atau aliran agama rakyat

indonesia yang telah resmi di akui pemerintah Republik Indonesia yakni: Islam,

katolik, kristen protestan, budha dharma dan hindu dharma. Sedangkan yang

termasuk dalam aliran kepercayaan ialah selain aliran kebatinan juga aliran nistik dan

kepercayaan lokal atau agama suku.28

Ada tiga alasan mengapa agama asli sulit di tinggalkan :

1. Orang indonesia mempunyai bakat siakritisma yang besar.

2. Agama asli itu sudah mendarah daging.

3. Sulit sekali memisahkan ajaran agama asli dari unsur-unsur

kebudayaan yang lain.29

27 Dra. Seno Herbangan Siagian, Agama-agama di Indonesia, Yogyakarta. Hal 23 28 Dra. Seno Herbangan Siagian, Agama-agama di Indonesia, Yogyakarta. Hal 41 29Dra. Seno Herbangan Siagian, Agama-agama di Indonesia, Yogyakarta. Hal 23

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

36

C. HAM DAN KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,

hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia. hal inilah yang telah di sadari oleh dunia internasional dengan

mengeluarkan produk-produk HAM internasional salah satunya adalah deklarasi

universal Hak Asasi Manusia yang berfungsi sebagai penjamin HAM tanpa adanya

diskriminasi.

HAM (Hak Asasi Manusia) merupakan suatu konsep etika politik modern

dengan gagasan pokok penghargaan dan penghormatan terhadap manusia dan

kemanusiaan. Gagasan ini membawa kepada sebuah tuntutan moral tentang

bagaimana seharusnya manusia memperlakukan sesamanya manusia. Tuntutan moral

tersebut sejatinya merupakan ajaran inti dari semua agama. Sebab, semua agama

mengajarkan pentingnya penghargaan dan penghormatan terhadap manusia, tanpa ada

pembedaan dan diskriminasi. Tuntutan moral itu diperlukan, terutama dalam rangka

melindungi seseorang atau suatu kelompok yang lemah atau “dilemahkan” dari

tindakan semena-mena yang biasanya datang dari mereka yang kuat dan berkuasa.

Karena itu, esensi dari konsep hak asasi manusia adalah penghormatan terhadap

kemanusiaan seseorang tanpa kecuali dan tanpa ada diskriminasi berdasarkan apapun

dan demi alasan apapun; serta pengakuan terhadap martabat manusia sebagai

makhluk termulia di muka bumi. Kesadaran akan pentingnya HAM dalam wacana

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

37

global muncul bersamaan dengan kesadaran akan pentingnya menempatkan manusia

sebagai titik sentral pembangunan (human centred development). Konsep HAM

berakar pada penghargaan terhadap manusia sebagai makhluk berharga dan

bermartabat. Konsep HAM menempatkan manusia sebagai subyek, bukan obyek dan

memandang manusia sebagai makhluk yang dihargai dan dihormati tanpa

membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin, jenis gender, suku bangsa, bahasa,

maupun agamanya. Sebagai makhluk bermartabat, manusia memiliki sejumlah hak

dasar yang wajib dilindungi, seperti hak hidup, hak beropini, hak berkumpul, serta

hak beragama dan hak berkepercayaan. Nilai-nilai HAM mengajarkan agar hak-hak

dasar yang asasi tersebut dilindungi dan dimuliakan. HAM mengajarkan prinsip

persamaan dan kebebasan manusia sehingga tidak boleh ada diskriminasi, eksploitasi

dan kekerasan terhadap manusia dalam bentuk apa pun dan juga tidak boleh ada

pembatasan dan pengekangan apa pun terhadap kebebasan dasar manusia, termasuk

di dalamnya hak kebebasan beragama.30

Kebebasan beragama dan berkeyakinan merupakan suatu hak asasi setiap

manusia yang harus di junjung tinggi dan tidak boleh dilanggar oleh manusia lainnya.

perlindungan terhadap jaminan kebebasan beragama juga di lindungi oleh dunia

internasional, hal ini dapat di lihat pada deklarasi universal hak asasi

manusia(Universal Declaration of Human Right) yang sudah di ratifikasi oleh

indonesia melalui undang-undang No 39 Tahun 1999. Kebebasan beragama dan

berkayakinan dapat di lihat pada pasal-pasal sebagai berikut : 30 Siti Musdah Mulia, HAM dan Kebebasan Beragama, 2010 : 1.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

38

a. pasal 18 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kemerdekaan berfikir,

berkeyakinan dan beragama; hak ini mencakup kebebasan untuk berganti

agama dan kepercayaan, dan kebebasan untuk menjalankan agama atau

kepercayaan dalam kegiatan pengajaran, peribadatan, pemajuan dan ketaatan,

baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, dimuka umum maupun

secara pribadi”

b. pasal 22 yang menyangkut jaminan hak atas kebebasan beragama.31

pertama, “setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

kedua, “Negara menjamin kemerdekaan setiap orang untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu

selain undang-undang No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi manusia,

indonesia juga meratifikasi International Convenant on Civil and Political Right

(ICCPR) (Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik) lewat Undang-

undang No 12 Tahun 2005, dengan adanya undang-undang ini juga memperkuat dan

menjadi jaminan kebebasan beragama diindonesia.pada kovenan ini, banyak

mendukung tentang adanya kebebasan beragama dan berkayakinan hal ini dapat

dilihat pada pasal-pasal sebagai berikut :

31Undang-undang No 39 Tahun 1999

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

39

a. pasal 18 :

1. Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan

agama. Hak ini harus mencakup kebebasan untuk memiliki atau

mengadopsi suatu agama atau kepercayaan atas pilihannya, dan

kebebasan, baik secara individu atau dalam komunitas dengan orang

lain dan di depan umum atau swasta, untuk menyatakan agama atau

kepercayaan dalam ibadah, praktek ketaatan, dan pengajaran.

2. Tidak seorangpun dapat dikenakan paksaan yang akan mengganggu

kebebasannya untuk memiliki atau mengadopsi suatu agama atau

kepercayaan atas pilihannya.

3. Kebebasan untuk mewujudkan satu agama atau kepercayaan dapat

tunduk hanya pada pembatasan seperti yang ditentukan oleh hukum

dan yang diperlukan untuk melindungi keselamatan publik, ketertiban,

kesehatan, atau moral atau hak-hak mendasar dan kebebasan orang

lain.

4. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menghormati

kebebasan orang tua dan, bila diperlukan, wali hukum untuk

memastikan bahwa pendidikan agama dan moral anak-anak mereka

sesuai dengan keyakinan mereka sendiri.

b. pasal 19 : hak untuk memiliki pendapat tanpa campur tangan pihak lain dan

hak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat,

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

40

c. pasal 26 : persamaan kedudukan semua orang di depan hukum dan hak semua

orang atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi,

d. pasal 27 : Di negara-negara yang memiliki kelompok minoritas etnis, agama

atau bahasa, orang yang tergolong minoritas tersebut tidak boleh diingkari

haknya, dalam masyarakat dengan anggota lain dari kelompok mereka, untuk

menikmati budaya mereka sendiri, untuk mengakui dan praktek agama

mereka, atau untuk menggunakan bahasa mereka sendiri.32

Dunia internasional banyak menghasilkan banyak instrumen tambahan yang

berupa perjanjian-perjanjian internasional yang menurut hukum mengikat, yang

bersifat global maupun regional yang melindungi kebebasan beragama dan

berkeyakinan seseorang dalam langka menjamin Hak Asasi Manusia seluruh

masyarakat internasiol. Produk-produk Hak Asasi Manusia yang telah dihasilkan

yaitu :

1. Deklarasi universal tentang Hak Asasi manusia

2. Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (1966),

3. Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi dan sosial Budaya (1966),

4. Konvensi Bagi Perlindungan Hak-hak Asasi manusia dan kebebasan dasar,

5. Konvensi Internasional tentang penghapusan segala Semua Bentuk

Diskriminasi rasial,

32 Undang-undang No 12 Tahun 2005

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

41

6. Deklarasi Tentang Penghapusan Semua Bentuk Ketidakrukunan dan

Diskriminasi Berdasarkan Agama dan Kepercayaan,

7. Konvensi tentang Hak-hak Anak (1989),

8. Rancangan Deklarasi tentang Hak-hak Orang-orang yang termasuk kelompok

Minoritas Bangsa atau Etnis, agama dan Bahasa.33

9. Konvensi tentang pencegahan dan penghukuman kejahatan genosida (1948),

10. Konvensi Internasional tentang penghapusan segala Semua Bentuk

Diskriminasi terhadap perempuan (1979),

11. Konvensi eropa bagi perlindungan Hak Asasi dan kebebasan Fundamental

Manusia (1950),

12. Protokol no.1 untuk kovensi eropa untuk perlindungan hak asasi manusia dan

kebebasan dasar (1952),

13. Piagam sosial Eropa (1961),

14. Konvensi kerangka untuk perlindungan minoritas sosial (1995),

15. Deklarasi tentang penghapusan semua bentuk intoleransi dan diskriminasi

berdasarkan agama atau keyakinan (1981),

33 Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, yayasan obor Indonesia.

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

42

D. NORMA-NORMA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

KEBEBASAN BERAGAMA DAN BEKEYAKINAN DI INDONESIA

Norma-norma yang memberikan perlindungan hukum bagi kebebasan

beragama dan berkeyakinan di indonesia dapat dilihat dalam peraturan perundang-

undangan di bawah ini.

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahum 1945.

Jaminan adanya perlindungan kebebasan beragama dan berkeyakinan di

indonesia juga termuat dalam Undang-undang Dasar 1945 yaitu yang terdapat pada

pasal 28E ayat 1 dan 2 dan pasal 29 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi :

Pasal 28E

1) “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan

meninggalkannya, serta berhak kembali”;

2) “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”.

Pasal 29 ayat 2

"Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu."

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

43

2. Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia merupakan

undang-undang yang mengatur tentang pelindungan hak asasi manusia di Indonesia

yang menjadi hak dasar warga Negara Indonesia dan undang-undang ini juga

mengatur dan menegaskan tentang kewajiban dan tanggung jawab pemerintah atas

pemenuhan hak asasi dan pengawasan agar warga negaranya tidak ada yang

melanggar hak asasinya. Negara bertanggung jawab atas dijaminnya perlindungan

hak asasi manusi seperti dalam pasal 8 yang berbunyi :

Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama

menjadi tanggung jawab Pemerintah.

Pada undang-undang ini secara khusus mengatur tentang hak kebebasan

beragama dan berkeyakinan yaitu pada pasal :

Pasal 22

1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah

menurut agamanya dan kepercayaanya itu.

2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu.

Pasal 4

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati

nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

44

dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum

yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam

keadaan apapun dan oleh siapapun.

Dalam undang-undang ini juga menjamin bahwa setiap manusia berhak atas

perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dari manusia tanpa adanya

diskriminasi, hal ini dapat dilihat pada pasal 3 yang berbunyi :

1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama

dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan.

2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan

hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan

hukum.

3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan

manusia, tanpa diskriminasi.

3. Undang-undang No 12 Tahun 2005 tentang hak sipil dan politik.

Selain undang-undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia,

indonesia juga meratifikasi kovenan hak sipil dan politik melalui undang-undang no

12 tahun 2005, hal ini dilakukan agar lebih terjaminnya hak asasi manusia itu sendiri.

Hak kebebasan beragam dan berkeyakinan sudah lama menjadi perbincangan dunia

internasional dan aturan tentang penjaminan kebebasan beragama dan berkeyakinan

juga sudah mendetail.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

45

Lebih lanjut Kovenan menetapkan hak setiap orang atas kebebasan berpikir,

berkeyakinan dan beragama serta perlindungan atas hak-hak tersebut (Pasal 18) dan

pelarangan atas propaganda perang serta tindakan yang menganjurkan kebencian atas

dasar kebangsaan, ras atau agama yang merupakan hasutan untuk melakukan tindak

diskriminasi, permusuhan atau kekerasan (Pasal 20), tindakan untuk melindungi

golongan etnis, agama, atau bahasa minoritas yang mungkin ada di negara pihak

(Pasal 27).

4. Undang-undang No 40 tahun 2008 Tentang Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi Ras dan Etnis.

Dalam rangka melaksanakan konvensi internasional tentang penghapusan

rasial, negara pihak berjanji untuk melarang dan menghapuskan segala bentuk

diskriminasi rasial dan menjamin hak setiap orang, tanpa membedakan ras, warna

kulit, asal usul etnik atau kebangsaan, untuk mendapatkan kederajatan di hadapan

hukum, khususnya dalam menikmati hak atas kebebasan berfikir, berkeyakinan dan

beragama.

Penghapusan diskriminasi ras dan etnis dapat dilihat pada pasal 5 yang

berbunyi :

Penghapusan diskriminasi ras dan etnis wajib dilakukan dengan memberikan:

a. perlindungan, kepastian, dan kesamaan kedudukan di dalam hukum kepada

semua warga negara untuk hidup bebas dari diskriminasi ras dan etnis;

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

46

b. jaminan tidak adanya hambatan bagi prakarsa perseorangan, kelompok orang,

atau lembaga yang membutuhkan perlindungan dan jaminan kesamaan

penggunaan hak sebagai warga negara; dan

c. pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya pluralisme dan

penghargaan hak asasi manusia melalui penyelenggaraan pendidikan nasional.

5. Undang-undang no 1 PNPS tahun 1965 tentang pencegahan dan/atau

penodaan agama.

Undang-undang No 1/PNPS tahun 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan

dan/atau penodaan agama dalam penjelasan pasal 1 menyebutkan agama-agama yang

dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan

khongcu (Confusius). Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah perkembangan Agama-

agama di Indonesia. Karena 6 macam Agama ini adalah agama-gama yang dipeluk

hampir seluruh penduduk Indonesia, maka kecuali mereka mendapat jaminan seperti

yang diberikan oleh pasal 29 ayat 2 Undang-undang Dasar, juga mereka mendapat

bantuan-bantuan dan perlindungan seperti yang diberikan oleh pasal ini. Ini tidak

berarti bahwa agama-agama lain, misalnya: Yahudi, Zarasustrian, Shinto,Taoism

dilarang di Indonesia. Mereka mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan oleh

pasal 29 ayat 2 dan mereka dibiarkan adanya, asal tidak melanggar ketentuan-

ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau peraturan perundangan lain.

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

47

E. KEAGAMAAN DALAM HUKUM ADAT

Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan-

keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan dalam masyarakat.

Terhaar terkenal dengan teori “Keputusan” artinya bahwa untuk melihat apakah

sesuatu adat-istiadat itu sudah merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari sikap

penguasa masyarakat hukum terhadap sipelanggar peraturan adat-istiadat. Apabila

penguasa menjatuhkan putusan hukuman terhadap sipelanggar maka adat-istiadat itu

sudah merupakan hukum adat.34

Hukum adat pada umumnya bersifat keagamaan (magis religius) artinya

perilaku hukum atau kaidah-kaidah hukum berkaitan dengan keperayaan terhadap

yang gaib dan didasarkan pada ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurut kepercayaan

Bangsa Indonesia bahwa di alam semesta ini benda-benda itu berjiwa (animisme),

benda bergerak (dinamisme); di sekitar kehidupan mnusia itu ada roh-roh halus yang

mengawasi kehidupan manusia (jin, malaikat, iblis dan sebagainya) dan alam sejagad

ini ada karena ada yang mengadakan yaitu maha pencipta .

Alam berpikir yang demikian oleh koentjaningrat (1958) disebut alam

berpikir religio/magis yang memiliki unsur sebagai berikut :

a. Kepercayaan kepada makluk-makluk halus, dan roh-roh dan hantu-hantu yang

menempati seluruh alam semsesta dan khususnya gejala-gejala alam, tumbuh-

tumbuhan, binatang tubuh manusia dan benda-benda. 34 Prof. Dr.C. dewi wulansari. Hukum adat indonesia.PT. refika aditama. bandung. 2010 : 4

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

48

b. Kepercayaan kepada kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam semsta dan

khususnya terdapat peristiwa-peristiwa yang luar biasa, tumbuh-tumbuhan

yang luar biasa, binatang yang luar biasa, tubuh manusia yang luar biasa,

benda-benda yang luar biasa, dan suara yang luar biasa.

c. Anggapan bahwa kekuatan sakti yang pasif di pergunakan sebagai “magische-

kracht” dalam berbagai perbuatan ilmu gaib untuk mencapai kemauan

manusia atau untuk menolak bahaya gaib.

d. Anggapan bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan keadaan

krisis, menyebabkan timbilnya berbagai macam bahaya gaib yang hanya dapat

dihindari dengan berbagai macam pandangan.

F. ALIRAN KEPERCAYAAN MARAPU

Penduduk pulau Sumba menyebut pulau mereka dengan nama Tana Humba,

artinya tanah Sumba. menurut tradisi Sumba, nama ini berasal dari nama istri nenek

moyang pertama orang Sumba yang datang dan mendiami Sumba, yaitu humba.

Nama suaminya adalah umbu walu mandoku. Umbu walu mandoku mengabadikan

nama istrinya bagi pulau ini sebagai tanda kegembiraan dan cinta kasihnya kepada

istrinya setelah mereka mengarungi lautan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Berdasarkan tradisi pulau sumba, nenek moyang mereka berlayar dari semenanjung

malaka melalui kepulauan Riau, jawa, bali, lombok, sumbawa, flores, roti, sawu dan

akhirnya tiba di tanjung sasar (sumba). Tampaknya orang sumba datang ke sumba

dalam beberapa gelombang. Mereka memasuki sumba pada dua tempat utama, yaitu

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

49

tanjung sasar dan muara sungai pandawai (kambaniru) dan dari sana mereka

menyebar ke seluruh penjuru pulau sumba.

Sumba merupakan suatu pulau yang terlupakan dalam panggung sejarah.

Catatan pertama tentang sumba terdapat dalam buku negara kertagama, karangan

empu prapanca, yang megatakan bahwa pulau ini termasuk daerah jajahan kerajaan

majapahit. Empu prapanca menulis demikian : Di sebelah timur tanah jawa terdapat

tanah jajahan : semua kepulauan makasar serta buton, banggawi kunir, galian serta

selaya, sumba, solor, muar, timor serta pelbagai pulau yang penting.35

Seluruh penduduk Sumba percaya dengan adanya tokoh ilahi yang disebut

Marapu. Adapun yang disebut Marapu adalah segala sesuatu yang termasuk alam

gaib, baik dalam arti dewa, maupun dalam arti roh, jiwa serta barang-barang duniawi

yang menjadi tanda atau simbol akan kehadiran Marapu dari alam gaib tadi.36

Dalam kepercayaan Marapu terdapat struktur organisasi non formal yang

terdapat dalam kampung-kampung adat yang terdiri dari seorang kepala adat yang

disebut sangula sangete yang di bantu beberapa rato (tua adat), yaitu rato rumata,

rato noba dan pa’ama pa’ana. Sangula sengete adalah menduduki jabatan tertinggi

dalam pemerintahan adat, yang tugasnya hanya mengkoordinir pekerjaan

bawahannya. Rato rumata berkedudukan di bawah sangula sengete yang bertugas

sebagai pengawas terhadap pelaksanaan berbagai upacara adat. Rato nobba bertugas

sebagai pemimpin jalannya upacara-upacara adat seperti perkawinan, kematian,

35 F.D. Wellem. Injil dan Marapu. Sekolah tinggi Teologi, Jakarta, 1995 : 16-15 36 Dr. Harun Hadiwijono, religi suku murba di indonesia, BPK Gunung Mulia, jakarta, 1977 : 29

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

50

pembuatan rumah adat dan upacara-upacara lainnya. Pa’ama-pa’ana bertugas

mengawasi roda pembangunan kampung dan juga mengadakan pertemuan dengan

staf pemerintahan desa baik kepala desa maupun pembantu-pembantunya.

Bagan Struktur dalam aliran kepercayaan Marapu

Anggota kabisu dan masyarakat umum

Marapu

Roto adat(rato nobba,rato rumata)

Sangula sengete

Tokoh-tokoh kabisu(suku),pa’ama-pa’ana

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

51

1. DEFINISI MARAPU

Menurut C. Nooteboom :

Marapu adalah kekuatan supra natural, baik yang bersifat oknum maupun

yang tidak, yang tampil dalam berbagai macam bentuk. Kata Marapu dapat pula

diartikan suci, mulia dan sakti sehingga harus di hormati dan tak dapat di perlakukan

sembarangan.37

Secara umum, Sumba masih identik dengan marapu, meski tradisi itu sudah

berangsur-angsur berkurang karena perkembangan modernisasi. Tetapi masyarakat

setempat menempatkan marapu sebagai salah satu budaya. Marapu sendiri bagi

warga Sumba adalah kepercayaan kepada arwah para leluhur yang diyakini mampu

memberikan keselamatan dan ketenteraman serta kerukunan tertinggi yang disebut

amawolu amarawi yang secara harfiah berarti yang membuat dan menciptakan.

Walaupun sebagian besar penduduk setempat sudah beralih ke agama modern,

namun masih banyak pula warga yang tetap setia dalam marapu. Marapu biasanya

disimbolkan dengan benda-benda sakral yang telah dikuduskan sehingga tidak

seorang pun boleh menyentuhnya kecuali rato/kabisu yang telah ditentukan.38

2. KITAB SUCI MARAPU

Kitab suci Marapu disebut Lii Ndai. Kitab ini berupa syair yang dihafal dalam

ingatan para pemuka adat (para rato adat/pendeta Marapu) dan dibacakan pada saat

37 Nooteboom,op.cit.,halaman.35. 38 Pos Kupang, kamis 4 November 2010,12.54. WIB

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

52

upacara-upacara tertentu diselingi nyanyian adat. Kitab orang Marapu ini tidak

pernah dibukukan, hanya dihafalkan oleh rato adat39. Salah satu acara orang sumba

yang membacakan isi kitab adalah acara wulla poddu dimana pada saat proses

pembacaan dilakukan dengan diiringi nyanyian dan tari-tarian adat. Pada saat

pembacaan ini akan diikuti dan di dengarkan oleh seluruh pengikut Marapu.isi kita

ini sendiri mencitrakan tentang asal usul orang sumba,proses penyebaran,kelahiran,

kematian sampai dengan larang-larangan yang ada yang harus diikuti dan dihormati

oleh seluruh pengikut Marapu.

Orang Sumba sangat sering melakukan upacara adat yang berhubungan

dengan kepercayaan Marapu. Upacara adat itu seperti, upacara pengakuan dosa,

upacara memanen jagung, upacara menuai padi, upacara penutupan panen, upacara

membuka hutan, membersihkan kampong (tobba wanno), izin menanam, upacara

turun air, sunat untuk laki-laki, potong rambut untuk perempuan, potong gigi, dan

lainnya.

3. BULAN SUCI (WULLA PODDU/HARI KEAGAMAAN MARAPU)

ALIRAN KEPERCAYAAN MARAPU

a. Pengertian Wulla Poddu (Bulan Suci)

Wullla Poddu mempunyai arti yang sangat mendalam bagi masyarakat Loli,

dimana “wulla” berarti bulan dan “poddu” berarti suci”. Jadi Wulla Poddu berarti

bulan suci. Dengan demikian Wulla Poddu dapat diartikan sebagai bulan suci atau 39 Sigit wahyu. www.google.com

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

53

bulan tabu. Maka setiap orang atau masyarakat pendukung harus mematuhinya

sebagai tanda kepatuhan dan penghormatan mereka pada pelaksannan ritus Wulla

Poddu, maka semua aktifitas lain yang tidak ada hubungannya dengan ritus tersebut

dihentikan yang ada, hanyalah ritus penyembahan terhadap marapu (leluhur atau

dewa) Adat merupakan pencerminan dari pada kepribadian suatu bangsa, merupakan

salah satu penjelmaan dari pada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad.

b. Makna Ritus Wulla Poddu (Bulan Suci)

Pada Bagian ini akan dijelaskan makna yang terkandung dalam ritus Wulla

Poddu (bulan suci) pada orang loli sebagai aset budaya orang Loli. Sebagaimana

telah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa ritus Wulla Poddu (bulan suci) muncul

dari adat-istiadat tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi

penerus sebagai anggota masyarakat yang sampai sekarang masih terus dijaga dan

dilestarikan oleh orang loli.

Menurut rato dodo rato poddu (tua adat), Nisa Ama Magi, Lango Ama Bulu, dan

tokoh adat rato Talo Loja sekaligus tokoh masyarakat Loli menyatakan bahwa ritus

Wulla Poddu (bulan suci) tidak hanya sekedar sebuah ritus biasa tetapi sebuah ritus

yang mempunyai nilai keagamaan yang tinggi.Ritus Wulla Poddu (bulan suci)

merupakan hasil karya, rasa dan cipta dari orang Loli. Oleh karena itu ritus Wulla

Poddu wajib untuk diperlihatkan dan dipertanyakan serta dilestarikan oleh orang Loli.

Dengan mengacu pada aturan tersebut di atas maka ritus Wulla Poddu (bulan

suci) dapat dikatakan sebagai suatu tradisi yang bermakna religius, sehingga apa bila

seseorang atau kelompok orang melanggarnya maka akan berdampak buruk bagi

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/622/3/T1_312007081_BAB II.pdf · terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang

54

orang tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ritus Wulla Poddu (bulan

suci) juga berfungsi sebagai pengatur tata kehidupan antara manusia dengan manusia

dan manusia dengan penciptanya.40

40 Yanto, Ritus wulla poddu. 2006 : 34-35