BAB II TINJAUAN TEORITIS II.1. Pengertian...
-
Upload
truongtuong -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORITIS II.1. Pengertian...
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan
vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat
manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan
suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan
vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan
individu – individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk
tetap hidup (Rakhmat, 1998:1).
Setiap saat semua orang selalu berbicara tentang komunikasi. Kata
komunikasi sangat dikenal, tetapi banyak di antara kita yang kurang mengerti
makna dari komunikasi walaupun kita selalu memperbincangannya dan
melakukannya.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari
bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama
(communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang
merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi
menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara
sama (Mulyana, 2005 : 4).
Universitas Sumatera Utara
Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tal langsung melalui
media (Effendy, 2006 : 5).
Pengertian komunikasi memang sangat sederhana dan mudah dipahami,
tetapi dalam pelaksanaannya sangat sulit dipahami, terlebih lagi bila yang terlibat
komunikasi memiliki referensi yang berbeda, atau di dalam komunikasi berjalan
satu arah misalnya dalam media massa, tentunya untuk membentuk persamaan ini
akan mengalami banyak hambatan (Wahyudi, 1986: 29).
Pengertian komunikasi menurut Berelson dan Starainer dalam Fisher
adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui
penggunaan simbol kata, angka, grafik dan lain-lain (Fisher, 1990:10). Sedangkan
menurut Onong U. Effendy (1984 : 6), komunikasi adalah peristiwa penyampaian
ide manusia.
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu
proses penyampaian pesan yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi,
keterampilan dan sebagainya melalui simbol atau lambang yang dapat
menimbulkan efek berupa tingkah laku yang dilakukan dengan media-media
tertentu.
Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of
Communication in Society dalam Effendy (2005: 10), mengatakan bahwa cara
yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai
berikut: Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect?
Universitas Sumatera Utara
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
- Komunikator ( communicator, source, sender )
- Pesan ( message )
- Media ( channel, media )
- Komunikan ( communicant, communicatee, receiver, recipient )
- Efek (effect, impact, influence)
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
II.1.1. Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu.
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau
elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa
terciptanya proses komunikasi, cukup di dukung oleh tiga unsur, sementara ada
juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang
telah disebutkan.
Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dbukunya rhetorica menyebutkan
bahwa proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya, yakni
siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan dan siapa yang mendengarkan.
Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian besar pakar komunikasi dinilai lebih tepat
Universitas Sumatera Utara
untuk mendukung suatu proses komunikasi public dalam bentuk pidato atau
retorika. Hal ini bisa dimegerti, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi
bentuk komunikasi yang sangat popular bagi masyarakat Yunani.
Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) (Cangara, 2005:21), dua
orang insinyur listrik mengatakan bahwa terjadinya proses komunikasi
memerlukan lima unsur pendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal,
penerima dan tujuan. Kesimpulan ini didasarkan atas hasil studi yang mereka
lakukan mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon.
Meski pandangan Shannon dan Weaver pada dasarnya berasal dari
pemikian proses komunikasi elektronika, tetapi para sarjana yang muncul di
belakangnya mencoba menerapkannya dalam proses komunikasi antarmanusia.
Awal tahun 1960-an David k. Berlo membuat formula komunikasi yang
leih sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR”, yakni Source
(pengirim), Message (pesan), Channel (saluran – media), dan Receiver
(penerima).
Tercatat juga Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. de Fleur
menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap
dalam membangun komunikasi yang sempurna. Kedua unsur ini nantinya lebih
banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi (persona) dan
komunikasi massa.
Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito,
K. Sereno dan Erika Vora yang minilai faktor lingkungan merupakan unsur yang
tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan
Kalau unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan
dalam gambar, maka kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Unsur-unsur Komunikasi
a. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri
dari satu orang, tetapip bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai,
organisasi atau lmbaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikastor atau
dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encode.
b. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya
diterjemahkan dengan kata message, content atau information.
SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK
UMPAN BALIK
Universitas Sumatera Utara
c. Media
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat
mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-
macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera
dianggap sebagai media komunikasi.Dalam komunikasi massa, media adalah alat
yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,
dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam
komunikasi massa dapat dibedakan kedalam dua kategori, yakni media cetak dan
media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet,
brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan
media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video recording, komputer,
electronic board, audio cassette dan sebagainya.
d. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa saja satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok,
partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah,
seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut
audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa
keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima
jika tidak ada sumber.
Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah
yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh
Universitas Sumatera Utara
penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut
perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
e. Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang,
karena pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatankeyakinan pada
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
f. Umpan balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang
memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan ittu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-al
seperti ini menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
g. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis,
dan dimensi waktu.
Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa
terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
seringkali sulit dilakukan karenafaktor jarak yang terlalu jauh, dimana tidak
tesedia fasilitas komunikasi sperti telepon, kanto pos atau jalan raya.
Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik
yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial.
Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam
berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan oang
lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini
biasa disebut dimensi internal ( Vora, 1979 dalam Cangara, 2005: 27).
Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yag tepat untuk melakukan
kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan
waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka
informasi memiliki nilai.
Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam
membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu
sama lainya. Artinya, tanpa kekut sertaan satu unsur akan member pengaruh pada
jalannya komunikasi. (Cangara, 2005:21-27)
II.1.2. Tipe Komunikasi
Seperti halnya defenisi komunikasi, maka klasifikasi tipe atau bentuk
komunikasi di kalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu
didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan
bidang studinya.
Universitas Sumatera Utara
Tidak begitu mudah menyalahkan suatu klasifikasi tidak benar, karena
msaing-masing pihak memiliki sumber yang cukup beralasan. Kelompok sarjana
komunikasi Amerika yang menulis buku Human Communication membagi
komunikasi atas lima macam tipe, yakni Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal
Communication), Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication),
Komunikasi Organisasi (Organizational Communication), Komunikasi Massa
(Mass Communication), dan Komunikasi Publik (Public Communication).
Joseph A. de Vito seorang pakar komunikasi di City University of new
York dalam bukunya Comminicology (1982) (dalam Cangara, 2005:29) membagi
komunikasi atas empat macam, yakni Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi
Kelompok Kecil, Komunikasi Publik dan Komunikasi Massa.
Memperhatikan pandangan para pakar di atas, maka tipe komunikasi yang
diperolehterdiri atas empat macam tipe yakni, komunikasi dengan diri sendiri,
komunikasi antarpribadi, komunikasi public dan komunikasi massa.
II.1.3. Fungsi Komunikasi
Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-
tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni, dan lapangan kerja sudah
tentumemiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Untuk memahami fungsi komunikasi kita perlu memahami lebih dulu tipe
komunikasinya. Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk mengembangkan
kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan
kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan. Melalui komunikasi dengan
Universitas Sumatera Utara
diri sendiri, orang akan dapat berpiir dan mengendalikan diri bahwa apa yang
diinginkan mungkin saja tidak menyenangkan orang lain.jadi komunikasi dengan
diri sendiri dapat meningkatkan kematangan berpikir sebelum menarik keputusan.
Ini merupakan proses internal yang dapat membantu dalam menyelesaikan suatu
masalah.
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi adalah berusaha meningkatkan
hubungan insane (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik
pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan
hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup
bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam
hidupnya karena memiliki banyak sahabat.
Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan
(solidaritas), mempengaruhi orang lain, member informasi, mendidik dan
menghibur.
Komunkasi massa, berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan
pendidikan, merangsang pertumbuhan ekoomi, dan menciptakan kegembiraan
dalam hidup seseorang. Tetapi dengan perkembangan teknologi komuniaksi yang
begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran dan media pandang dengar
(audiovisual), menyebabkan fungsi media massa elah mengalami banyak
perubahan.
Universitas Sumatera Utara
II.2. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada khalayak tersebar, heterogen dan menimbulkan media alat-alat elektronik
sehingga pesan yang sama dapat diartikan secara serempak dan sesaat. Maka
komunikasi yang ditujukan kepada massa dengan menggunakan media elektronik
khususnya televisi merupakan komunikasi massa (Rakhmat, 1991 : 189).
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner (Ardianto, 2004 : 3), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang ( mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large
number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi lain, yaitu Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi
yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang
berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masnyarakat industri
(Ardianto, 2004 : 4).
Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C (Nurudin, 2006 : 12)
disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan
yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima
pesan yang luas, anonim, dan heterogen.
Luas disini berarti lebih besar daripada sekadar kumpulan orang yang
berdekatan secara fisik, sedangkan anonim berarti individu yang menerima pesan
cenderung asing satu sama lain, dan heterogen berarti pesan dikirimkan kepada
Universitas Sumatera Utara
orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan dengan
karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang
homogen.
Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah
dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern
(media cetak dan elektronik) dalam penyampaian informasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak.
II.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa
Melalui definisi-definisi komunikasi massa tersebut, kita dapat mengetahui
ciri-ciri komunikasi massa. Menurut Nurudin dalam bukunya Pengantar
Komunikasi Massa (2004: 19), ciri-ciri dari komunikasi massa adalah :
1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang. Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja sama satu sama
lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah
sistem. Sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman, dan media yang
melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan,
simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu
kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu
menjadi sumber informasi.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya
mempunyai ciri sebagai berikut : (1) kumpulan individu, (2) dalam berkomunikasi
individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, (3)
pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama
pribadi unsur-unsur yang terlibat, (4) apa yang dikemukakan oleh komunikator
biasannya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.
2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam.
Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status
sosial ekonomi, jabatan yang beragam, dan memiliki agama atau kepercayaan
ynag berbeda pula.
Herbert Blumer pernah memberikan ciri tentang karakteristik
audience/komunikan sebagai berikut:
a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia
mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari
asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.
b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Di
samping itu, antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara
langsung.
c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal
3. Pesannya Bersifat Umum.
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang
atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan
kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakan
Universitas Sumatera Utara
pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak
disengaja untuk golongan tertentu.
Ketika melihat televisi misalnya, karena televisi ditujukan untuk dinikmati
oleh orang banyak, pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemilihan
kata-katanya, sebisa mungkin memakai kata populer bukan kata-kata ilmiah.
Sebab, kata ilmiah merupakan monopoli kelompok tertentu.
4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah
Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bias
langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang
bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda.
5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah adanya keserempakan
dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati
media massa tersebut hampir bersamaan.
6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada
khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang
dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).
Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat ini tidak terlepas
dari pemancar. Apalagi dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi massa
dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran
pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah
sering televisi melakukan siaran langsung (live) dan bukannya siaran yang
direkam (recorded).
Universitas Sumatera Utara
7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang
pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran
informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut
menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi
yang disebarkan lebih mudah dipahami.
Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan,
menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya,
gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan
dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin
banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang dilakukan. Bahkan,
bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi
yang akan disebarkan.
II.2.2. Fungsi Komunikasi Massa
Pembahasan fungsi komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting,
terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi
massa menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan),
interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values
(penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).
a. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1) Pengawasan Peringatan (Warning or Beware Surveillance)
Universitas Sumatera Utara
Fungsi ini terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman
dari angina topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang
memprihatinkan, tayangan inflasi, atau adanya serangan militer.
Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Kendati banyak
informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat
yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui
tentang ancaman itu.
2) Pengawasan Instrumental (Instrumental Surveillance)
Funsi ini merupakan penyampaian atau penyebaran informasi yang
memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan
sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang diputar di bioskop,
bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru dan
sebagainya, adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.
b. Interpretation (Interpretasi)
Funsi ini erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan. Media massa
tidak hanya menyajikan data dan fakta, tetapi juga informasi beserta interpretasi
mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata fungsi ini adalah
tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau televisi siaran.
c. Linkage (Hubungan)
Media massa mampu menggabungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam
masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perorangan.
Misalnya, hubungan para pemuka partai politik dengan para pengikutnya ketika
membaca berita surat kabar mengenai partainya yang dikagumi oleh para
pengikutnya itu (Effendy, 1992 : 30).
Universitas Sumatera Utara
d. Transmission of value (Penyebaran nilai-nilai)
Funsi ini disebut juga socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada
cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa
yang mewakili gambar masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media
massa memperlihatkan pada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang
diharapkan mereka. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran
yang kita amati dan harapkan untuk menirunya.
e. Entertainment (hiburan)
Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media
menjalankan fungsi hiburan. Mengenai hal ini memang jelas tampak pada televisi,
film, dan rekaman suara. Media massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah,
meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-
rubrik hiburan selalu ada, apakah itu cerita pendek, cerita besambung, atau cerita
bergambar.
Dari paparan di atas, funsi-fungsi komunikasi massa yang begitu banyak
itu dapat disederhanakan menjadi empat fungsi, yakni:
- menyampaikan informasi (to inform)
- mendidik (to educate)
- menghibur (to entertain)
- mempengaruhi (to influence)
II.2.3. Efek Komunikasi Massa
Setiap proses komunikasi mempunyai hasil akhir yang disebut dengan
efek. Efek muncul dari seseorang yang menerima pesan komunikasi baik secara
Universitas Sumatera Utara
sengaja maupun tidak disengaja. Dalam penelitian efek komunikasi massa, media
massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media dianggap
sedikit bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Hal ini dapat terjadi karena
perbedaan pandangan dalam memandang efek dari media massa tersebut.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada umumnya kita
lebih tertarik kepada apa yang dilakukan media kepada kita daripada apa yang kita
lakukan pada media massa. Contohnya, kita ingin mengetahui untuk apa kita
membaca surat kabar, mendengar radio, atau menonton televisi. Tetapi kita tidak
mau tahu bagaimana surat kabar, radio, atau televisi dapat menambah
pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita.
Donald K. Robert mengungkapkan, ada yang beranggapan bahwa “efek
hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Oleh
karena fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang
disampaikan media massa (Ardianto, 2004 : 48)
Menurut Onong Uchyana Effendy (2006) dalam bukunya Ilmu, Teori, dan
Filsafat Komunikasi, yang termasuk dalam efek komunikasi massa adalah Efek
Kognitif (Cognitive effect), Efek Afektif (Affective effect), serta Efek Konatif yang
sering juga disebut Efek Behavioral (Behavioral effect).
a. Efek Kognitif
Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang
tadinya bigung menjadi lebih jelas.
b. Efek Afektif
Universitas Sumatera Utara
Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar
atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film
bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan
media massa itu bisa bermacam-macam, senang hingga tertawa terbahak-
bahak, sedih hingga mencucurkan air mata, dan lain-lain perasaan yang
hanya bergejolak di dalam hati.
c. Efek Konatif
Efek ini bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung
menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka
sebagaimana disinggung di atas, efek konatif sering juga disebut dengan
efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan
media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan/atau efek afektif.
II.3. Media Massa Televisi
II.3.1. Pengertian dan Sejarah Televisi di Indonesia
Televisi berasal dari dua kata yaitu tele (bahasa Yunani) yang berani jauh,
dan visi atau videre (bahasa Latin) yang berarti penglrbatan. Dengan demikian.
televisi dengan bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh.
Melihat jauh di sini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu
tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat "lain" melalui sebuah perangkat
penerima (televisi set) (Wahyudi, 1986 : 49).
Siaran televisi dapat terwujud karena perpaduan tiga unsur utama yaitu
studio televisi, transmisi pemancar, dan pesawat televisi atau pesawat penerima
siaran. Ketiga unsur utama inilah yang disebut dengan trilogi televisi. Di samping
Universitas Sumatera Utara
itu, yang tidak kalah pentingnya adalah organisasi pendukungnya yaitu organisasi
penyiaran. Organisasi penyiaran ini terdiri atas administrasi manajemen. teknik
dan siaran.
Televisi yang muncul di masyarakat di awal dekade 1960-an, semakin
lama semakin mendominasi komunikasi massa. Sebagai media massa. televisi
memang memiliki kelebihan dalam penyampaian pesan dibandingkan dengan
media massa lain. Pesan-pesan melalui televisi disampaikan melalui gambar dan
suara secara bersamaan (sinkron) dan hidup, sangat cepat (aktual) terlebih lagi
dalam siaran langsung (live broadcast) dan dapat menjangkau ruang yang sangat
luas (Wahyudi, 1986:3).
Alat-alat audiovisual (televisi) juga membuat suatu pengertian atau
informasi menjadi lebih berarti. Sehingga wajar jika pesan yang disampaikan
televisi diterima dan diartikan berbeda-beda oleh pemirsanya tergantung kondisi
dan situasinya. Ada yang terhibur dan puas dan ada yang tidak. Seperti yang
diungkapkan Wahyudi (1986 : 215), televisi tidak dapat memuaskan semua orang
pada saat bersamaan yang memiliki latar belakang, usia, pendidikan, status sosial,
kepercayaan, paham, golongan yang berbeda-beda. Televisi dapat membuat orang
puas, tidak puas, senang, tidak senang, sedih, gembira, marah, yang semuanya
merupakan hal wajar karena sifat manusia yang berbeda-beda.
Di Indonesia, kegiatan penyiaran televisi dimulai pada tanggal 24 Agustus
1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV
atau Asean Games di Senayan. Sejak saat itu pula TVRI menyelenggarakan siaran
secara tetap. Sampai awal tahun 1988, TVRI di Indonesia tampil sendirian tanpa
ada siaran lain yang menjadi tandingannya. Baru pada pertengahan 1988, tepatnya
Universitas Sumatera Utara
18 Agustus 1989, berdiri sebuah stasiun televisi yang dikelola oleh swasta. yang
bemama Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Kehadiran RCTI ini kemudian
diikuti pula dengan hadirnya Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1990.
Pada awalnya, siaran yang dipancarkan oleh kedua stasiun itu hanya dapat
dinikmati oleh masyarakat yang berada di Jakarta dan sekitarnya (untuk RCTI)
dan Surabaya (SCTV). Sedangkan kota-kota lain di Indonesia baru dapat
menangkap siaran itu apabila televisi dilengkapi dengan dekoder tertentu atau
melalui antena parabola. Namun, awal tahun 1993 baik RCTI maupun SCTV
telah mengudara secara nasional yaitu dengan membangun stasiun-stasiun
transmisi di beberapa kota besar di Indonesia.
Kemudian pada awal tahun 1991, hadir stasiun televisi swasta yang ketiga
yaitu Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Stasiun televisi ini langsung
mengudara secara nasional dan ditangkap di seluruh Indonesia. Hingga saat ini,
ada sepuluh stasiun televisi swasta nasional yaitu RCTI, SCTV, TPI, ANTV,
Indosiar, Metro TV, Trans TV, Global TV, TV One, Trans 7 dan satu televisi
milik pemerintah yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pasca reformasi
bangsa Indonesia juga mengenal televisi swasta lokal. Yang mana maksudnya
adalah televisi swasta yang siarannya terbatas di wilayah tempat izin siarannya
dikeluarkan. Perkembangan zaman juga memungkinkan rakyat Indonesia
menikmati fasilitas TV kabel. Di mana para pemirsa yang ingin menikmati
siarannya harus membayar iyuran kepada penyelenggara siaran. Sistem iyuran
yang ditetapkan beragam. Ada yang iyurannya ditentukan berdasarkan jenis siaran
yang inigin di tonton dan ada pula yang memakai sistem interval waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
II.3.2. Fungsi Televisi
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi
informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih
dominan pada media televisi. sebagaimana hasil penelitian-penelitaian yang
dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan
bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk
memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, 2004 :
128).
II.3.3. Karakteristik Televisi
Televisi mempunyai karakteristik sebagai berikut (Ardianto, 2004 : 128-
130):
1. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat
(audiovisual). Khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Kata-kata
dan gambar harus ada kesesuaian secara harmonis. Karena sifatnya yang
audiovisual, siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar
diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita, yakni rekaman peristiwa yang
menjadi topik berita
2. Berpikir dalam gambar
Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar.
Pertama, adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung
gagasan yang menjadi gambar secara individual. Misalnya dajam naskah
disebutkan: "seorang gadis yang dilanda duka sedang duduk termenung", maka
Universitas Sumatera Utara
visualisasinya adalah gadis dengan wajah sedih duduk di kursi dan tangannya
menopang dagu. Kedua, adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai
gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya
mengandung makna tertentu. Misalnya, penggambaran proses metamorphosa
kupu-kupu mulai dari telur kupu-kupu sampai menjadi kupu-kupu. Dalam proses
penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan
gambar yang sangat besar (big close-up), gambar diambil dari jarak dekat (close
shot) dan sebagainya.
3. Pengoperasian lebih kompleks
Pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan
orang.Per alatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya
lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.
II.4. Periklanan
Periklanan (advertising) dapat didefinisikan sebagai bentuk presentasi
non-personal serta promosi ide-ide, barang-barang serta jasa-jasa yang dilakukan
oleh seorang sponsor yang dapat diidentifikasi dan yang memberikan imbalan
untuk tujuan tersebut.
Menurut Wright (1978) iklan merupakan suatu proses komunikasi yang
mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu
menjual barang, memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran
tertentu dalam bentuk informasi persuasif.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat periklsnsn Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala
bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat media
ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. (R. khasali, 1992:28).
Menurut Klepper (Liliweri, 1997:17), iklan atau advertising berasal dari
bahasa latin “avere” yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak
lain. Menurut Wright (Liliweri, 1997:20), iklan merupakan suatu proses
komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat
pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan
atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.
Jadi berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa iklan
adalah salah satu sarana dari berbagai kegiatan pemasaran dimana kegiatan ini
bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada konsumen baik berupa informan
mengenai produk maupun jasa. Untuk itu bagian pemasaran harus mengetahui
bagaimana cara memasarkan dan mengajukan penawaran yang lebih baik ke pasar
dan calon konsumen baru serta mempunyai kemampuan mengantisipasi produk
lain sebagai saingannya dalam pemasaran.
Menurut Wright (Liliweri, 1997:20), terdapat beberapa unsur iklan sebagai
proses komunikasi, antara lain:
1. Informan dan persuasi
Informasi, to inform artinya memberitahu sesuatu kepada orang lain agar
mereka mengerti yang dimaksud oleh yang memberitahu. Kunci
periklanan justru terletak pada kecanggihan merumuskan informasi itu.
Persuasi dalam proses komunikasi juga penting karena aktivitas
perpindahan informasi sebagaimana dilukiskan di atas harus mengandung
Universitas Sumatera Utara
daya tarik dan suatu perasaan tertentu. Untuk itu, hanya dengan memakai
teknik persuasi saja periklanan bisa “menggoda” dan “meluluhkan” hati
konsumen.
2. Informasi dikontrol
Karena informasi mengenai suatu produk tertentu akan disebarluaskan
melalui media masa dan bersifat terbuka, maka sebelum dimasukkan ke
media massa harus dikontrol melalui tahap-tahap dan cara-cara tertentu.
3. Teridentifikasinya Informasi
Maksudnya disini, informasi bukan hanya dikontrol saja namun juga harus
jelas siapa yang mempunyau informasi tersebut dan siapa sponsor yang
membayar media (ruang dan waktu).
4. Media Komunikasi Massa
Iklan menggunakan komunikasi yang bersifat non-personal, jadi iklan
memakai medis dengan menyewa ruang dan waktu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan sesuatu yang memiliki
daya tarik bagi masyarakat. Dengan adanya iklan, selain dapat memberikan
informasi tentang pengenalan terhadap produk-produk tertentu, iklan juga dapat
mempersuasi orang agar memiliki ketertarikan terhadap produk yang
diperkenalkan tersebut. Melalui iklan, pihak-pihak tertentu juga dapat memberi
informasi atau penerangan kepada masyarakat yang bertujuan untuk meminta
partisipasi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
II.4.1. Iklan Televisi
Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personel dan
demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan
dalam persaingannya. Sifatnya yang audio visual menjadikan televisi sebagai
media yang sangat efektif.
Beberapa kelebihan televisi sebagai media iklan menurut Jeffkins adalah
sebagai berikut ( Kasali, 1992:101):
1. Kesan Realistik
Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, suara
dan gerakan, maka iklan-iklan televisi tampak begitu hidup dan nyata.
Dengan fasilitas ini para pengiklan dapat dengan mudah menunjukkan
kelebihan produknya secara detail.
2. Masyarakat Lebih Tanggap
Karena iklan televisi disiarkan dirumah-rumah dalam suasana yang serba
santai dan rekreatif, masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian.
3. Repetisi atau Pengulangan
Iklan televisi biasanya ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari
sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah
masyarakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup
sehingga pengaruh iklan tersebut bangkit.
4. Adanya Pemilihan Area Siaran dan Jaringan Kerja
Pengiklan dapat menggunakan kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus
untuk memuat iklannya.
Universitas Sumatera Utara
II.4.2. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan Layanan Masyarakat yang berasal dari bahasa Inggris, Public
Service Ad atau disingkat PSA adalah iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial
yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah
masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam
keselarasan dan kehidupan umum. (Wikipedia)
Iklan layanan masyarakat (ILM) dapat dikampanyekan oleh organisasi
profit atau non profit dengan tujuan sosial ekonomis yaitu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. (Wikipedia)
Menurut dewan periklanan di Amerika Serikat yang mensponsori ILM ada
beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan sebuah iklan tertentu
merupakan iklan layanan masyarakat atau bukan, yaitu:
a. Tidak komersil (contoh: iklan pemakaian helm dalam berkendara)
b. Tidak bersifat keagamaan.
c. Tidak bersifat politis.
d. Berwawasan nasional
e. Diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat.
f. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima.
g. Dapat diiklankan.
h. Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh
dukungan media lokal maupun nasional.
Di Indonesia tidak ada organisasi khusus yang dibentuk untuk menangani
ILM. Pada umumnya ILM dibuat secara sendiri-sendiri oleh biro iklan yang
bekerja sama dengan media dan pengiklan. Hal ini mengakibatkan kurangnya
Universitas Sumatera Utara
komitmen dan sinergi dalam merumuskan iklan, biaya, serta pesan yang ingin
disampaikan sehingga ILM tidak dilakukan secara rutin. Selain itu ILM juga
dikenakan pajak iklan, walalupun ruang dan waktunya disumbangkan oleh media.
Iklan layanan masyarakat secara resmi diperkenalkan pertama kalinya di
Amerika Serikat pada tahun 1942 ketika dibentuk The Advertising Council
(Dewan Iklan). Pada saat itu Perang Dunia II telah mendorong terciptanya ahli-
ahli komunikasi yang menggunakan bakat dan kemampuan mereka untuk
memenangkan Perang Dunia II. Dewan iklan AS saat itu didirikan oleh American
Association of Advertising Agency (4A), Associatin of national Advertiser (ANA),
Magazine Publisers Associations (MPA), Newspaper Advertising Bureau (NAB),
dan Outdoor Advertising Association (OAA).
Setelah perang usai dan keadaan masyarakat telah berubah Dewan Iklan
gencar melakukan iklan layanan masyarakat untuk memperbaiki sistem
pendidikan dan promosi vaksin polio (1950), untuk mencegah bahaya polusi
(1960), kampanye untuk bahaya penggunaan obat-obatan terlarang (1970-
sekarang).
Pada tahun 1989 Dewan Iklan Amerika Serikat menerima 300-400
permintaan dari berbaga pihak, organisasi nirlaba, atau pemerintah untuk
mengkampanyekan masalah sosial. Dewan Iklan AS juga menerima sumbangan
dari beberapa perusahaan senilai 1,9 juta dollar untuk hal ini.
Kalau sejarahnya iklan layanan masyarakat di Indonesia dimulai tahun
1968, dimana biro iklan Intervista menjadi biro iklan pertama yang mempelopori
pembuatan ILM yang mengangkat masalah tentang pemasangan petasan yang
sedang marak saat itu.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian pada tahun 1974 Matari Ad membuat iklan yang mengangkat
makna hubungan orang tua dan anak. Beberapa kampanye ILM yang dikenal luas
di Indonesia diantaranya adalah kampanye tentang Keluarga Berencana, Aku
Anak Sekolah, Pemilu Visi Anak Bangsa.
Pada Tahun 1970an Iklan Matari Ad membuat ILM yang dapat dikenang
sampai saat ini yaitu iklan "Renungan Bagi Orang Tua" mengangkat puisi Khalil
Gibran. (Wikipedia)
II.5. Model AIDDA
Seperti yang disampaikan Wilbur Schramm, “the condition of success in
communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jikakita menginginkan agar
suatu pesan yang membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki dengan
memperhatikan:
a. Pesan harus dirancang dan disampaikan dengan menarik.
b. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman
antara komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan.
d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
komunikan.
Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya
kita harus bisa menarik perhatian komunikan. Dengan mendapatkan perhatian
komunikan, maka kita juga akan membuat komunikan tertarik untuk mengetahui
isi pesan yang disampaikan. Penyajian pesan agar menarik, jelas pada awalnya,
tergantung pada packaging pesan sesuai dengan media yang akan digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Saat menggunakan media cetak misalnya, pesan yang disampaikan
haruslah disajikan dengan menarik. Baik dari segi content, maupun tampilan
secara keseluruhan. Bisa diakali dengan pemilihan font (jenis huruf), warna
ataupun desain grafis secara keseluruhan.
Isi sesuai dengan konsep komunikasi yang dinamakan AIDDA,
dikembangkan sekitar dasawarsa 1920-an. AIDDA merupakan singkatan dari
Attention (Perhatian) Interest (Minat) Decision (Keputusan) dan Action
(Kegiatan).
Universitas Sumatera Utara