BAB II TINJAUAN TEORI A....
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A....
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera
penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005 p.50).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan
formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan
berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah
pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek,
yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan
sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui,
maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi
& Wawan, 2010, p.12).
2. Proses Perilaku “TAHU”
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat
diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar (Dewi &
Wawan, 2010, p.15). Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest(merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan
tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan
baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini
berarti sikap responden sudah baik lagi.
d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pada penelitian selanjutnya Rogers (1974) yang dikutip oleh
Notoadmojo (2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang
melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang
positif, maka perilaku tersebut akan berlangsung langgeng (ling lasting).
Namun sebaliknya jika perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan
berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu
aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari
berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap
dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman,
keyakinan, sarana fisik, dan sosial budaya.
3. Tingkat Pengetahuan (Wawan & Dewi,2010,p.12-14)
Pengetahun yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2003) :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
4. Cara Memperoleh Pengetahuan (Notoatmodjo, 2010 p.10-18)
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan
menjadi dua, yakni :
a. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah
1) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah
digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah
melalui cara coba coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and
error”. Metode ini telah digunakan oleh orang dalam waktu yang
cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai
sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama oleh
mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam
memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak
jasanya, terutama dalam meletakan dasar-dasar mennemukan teori-
teori dalam berbagai cabang iilmu pengetahuan.
2) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah
penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun 1926.
3) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat
tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Para
pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang
sama di dalam penemuan pengetahuan.
4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi
pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu.
5) Cara Akal Sehat
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini
berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau
menuruti nasihat orang tuanya,atau agar anak disiplin menggunakan
cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer
telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai
sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman
adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi
pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and
punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang
untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6) Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang
bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau
tidak.
7) Kebenaran secara Intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia cepat sekali
melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran
atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar
dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang
rasional dan yang sisitematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang
hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
8) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik
melalui induksi maupun deduksi.
9) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum.
Proses berpikir induksi berasal dari hasil pengamatan indra atau hal-
hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari
hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum yang ke khusus. Aristoteles (384-322SM)
mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang
disebut “silogisme”. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umumpada kelas
tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi
pada setiap yang termasuk dalam kelas itu
b. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut „metode
penelitian ilmiah‟, atau lebih popular disebut metodologi penelitian
(research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis
Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan
membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan
dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok
yakni :
1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada
saat dilakukan pengamatan
2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul
pada saat dilakukan pengamatan
3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang
berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Dewi & Wawan, 2010
p.11)
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya
hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003),
pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalha kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam dalam berfikir dan bekerja.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003)
lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
6. Kriteria Tingkat Pengetahuan (Dewi & Wawan, 2010,p.18)
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil presentase 76%-100%.
b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%.
c. Kurang : Hasil presentase >65%.
B. Nifas
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer
yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti masa
sesudah melahirkan (Saleha, 2009 p.4).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil
(Rustam Mochtar, 1998 p.155).
Masa Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu (Saifudin, AB, 2006
p.122).
Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah partus selesai,
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi alat genital akan pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono,
2002, p.237).
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan
selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya
traktus reproduksi wanita tidak hamil lagi (Varney, 2006 p.958).
2. Periode Masa Nifas
Menurut Mochtar (1998 p.115), periode masa nifas dibagi
menjadi 3 periode, yaitu :
a. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan–jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
c. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Varney, 2006 p.959-950)
a. Uterus
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran
desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan placenta yang di
tandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi
uterus juga di tandai dengan warna dan jumlah lokia.
b. Lokia
Lokia mulai terjadi pada jam-jam pertama postpartum, berupa
sekret kental dan banyak. Berturut-turut, banyaknya lokia berkurang,
yaitu berjumlah sedang (berupa lokia alba), berjumlah sedikit (lokia
serosa) dan berjumlah sangat sedikit (berupa lokia alba).
c. Vagina dan Perineum
Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin
mengalami beberapa derajat oedema dan memar dan celah pada introitus.
Setelah satu hingga dua hari pertama postpartum, tonus otot vagina
kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang
vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya dan
umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae
vagina sekitar minggu ketiga postpartum. Ruang vagina selalu sedikit
lebih besar daripada sebelum kelahiran pertama.
d. Payudara
Pengkajian payudara pada periode awal postpartum meliputi
penampilan dan integritas putting susu, memar atau iritasi jaringan
payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah
payudara terisi air susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti dan tanda-
tanda mastitis potensial.
4. Periode Masa Nifas (Saleha, 2009 p.64)
Periode ini di ekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi dalam
tiga tahap berikut ini :
a. Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan
sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya,
ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang
dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b. Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum. Ibu lebih berkonsentrasi
pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya
terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif,
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk
mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c. Letting go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba dirumah. Ibu mulai
secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan
menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
5. Perawatan Pasca Persalinan (Mochtar, 1998 p.116)
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring
ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke dua di perbolehkan duduk, hari ketiga jalan-
jalan dan hari ke empat atau lima sudah di perbolehkan pulang.
Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi
persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori.
Sebaiknyamakan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat di lakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena spingter uretra
di tekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus sphincter ani
selama persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih yang
terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing, sebaiknya di lakukan kateterisasi.
d. Defekasi
Buang air besar harus di lakukan 3-4 hari pasca persalinan.
Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras
dapat di berikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika masih belum
bisa dilakukan klisma.
e. Perawatan Payudara (Mammae)
Perawatan mammae telah di mulai sejak wanita hamil supaya
puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Anjurkan supaya ibu menyusukan bayinya karena
sangat baik untuk kesehatan bayinya.
f. Laktasi
Bila bayi mulai di susui, isapan pada putting susu merupakan
rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin di
keluarkan oleh hipofise. Produksi Air Susu Ibu (ASI) akan lebih banyak.
Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna.
Disamping ASI merupakan bahan makanan utama bayi yang tidak ada
bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa
kasih sayang antara ibu dan anaknya.
g. Cuti Hamil dan Persalinan
Menurut undang-undang, bagi wanita pekerja berhak
mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum
bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.
h. Pemeriksaan Pasca Persalinan
1) Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan, dan sebagainya.
2) Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain
3) Payudara : ASI, puting susu.
4) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum.
5) Sekret yang keluar, misalnya lochia, flour albus.
6) Keadaan alat-alat kandungan.
i. Nasehat Untuk Ibu Postnatal
1) Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan.
2) Sebaiknya bayi disusui.
3) Kerjakan gimnastik sesudah bersalin.
4) Untuk kesehatan ibu, bayi, dan keluarga sebaiknya melakukan KB
untuk menjarangkan anak.
5) Bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi.
6. Tujuan Asuhan Masa Nifas (Saleha, 2009 p.4)
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupunbayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
7. Program dan Kebijakan Teknis (Saleha, 2009)
Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.
a. Kunjungan Pertama (6-8 Jam Postpartum)
Tujuan :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan (rujuk bila
perdarahan berlanjut).
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap hangat dengan cara mencegah hipotermi.
b. Kunjungan Kedua (6 Hari Postpartum)
Tujuan :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau).
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan Ketiga (2 minggu Postparum)
Tujuan sama seperti tujuan kunjungan kedua (6 hari postpartum).
d. Kunjungan keempat (6 minggu postpartum)
Tujuan :
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
C. Kontrasepsi
1. Pengertian
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Upaya ini dapat bersifat sementara dapat juga bersifat permanen
(Prawirohardjo, 2008, p.534). Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode
kontrasepsi yang baik menurut Hanafi (2004, p.36) adalah :
a. Aman/tidak berbahaya.
b. Dapat diandalkan.
c. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter.
d. Murah.
e. Dapat diterima oleh orang banyak.
f. Pemakaian jangka lama(contiunation rate tinggi).
2. Akseptabilitas
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan beberapa faktor
(Prawirohardjo, 2008 p.534), antara lain:
a. Dapat dipercaya.
b. Tidak ada efek samping atau hanya ada efek samping ringan.
c. Tidak mempengaruhi koitus
d. Mudah penggunaanya.
e. Harga obat/kontrasepsi terjangkau.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi (Hartanto, 2004
p.36)
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan
kontrasepsi, diantaranya adalah :
a. Faktor Pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan
b. Faktor Kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul
c. Faktor Metode Kontrasepsi
1) Efektivitas
2) Efek samping minor
3) Kerugian
4) Komplikasi-komplikasi yang potensial
5) Biaya
D. Metode Amenore Laktasi
1. Pengertian
Menurut Saiffudin (2006, p.MK-1) Metode Amenore Laktasi
(MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan
atau minuman apapun lainnya. Cara kerja MAL yaitu penundaan/penekanan
ovulasi. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:
a. Menyusui secara penuh; lebih efektif bila pemberian ≥ 8 x sehari
b. Belum haid
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan.
2. Keuntungan dan Keterbatasan ( Sujiyatini & arum, 2009, p.70 ):
a. Keuntungan
1) Keuntungan Kontrasepsi
a) Efektivitas tinggi ( keberhasilan 98% pada enam bulan
pascapersalinan).
b) Segera efektif.
c) Tidak mengganggu senggama.
d) Tidak ada efek samping secara sistematik
e) Tidak perlu pengawasan medis.
f) Tidak perlu obat atau alat.
g) Tanpa biaya.
2) Keuntungan Nonkontrasepsi
a) Untuk Bayi
(1) Mendapat kekebalan pasif ( mendapatkan perlindungan lewat
ASI ).
(2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal.
(3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu
lain atau formula atau alat minum yang dipakai.
b) Untuk Ibu
(1) Mengurangi perdarahan persalinan.
(2) Mengurangi resiko anemia.
(3) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
b. Keterbatasan metode amenore laktasi :
a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pasca persalinan.
b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
c) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV
dan HIV/AIDS.
3. Indikasi dan Kontraindikasi MAL (Sujiyatini & arum, 2009, p.70-72)
a. Indikasi MAL yaitu ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya
berumur kurang dari 6 bulan, dan belum mendapat haid setelah
melahirkan.
b. Kontraindikasi kontrasepsi MAL yaitu:
1) Sudah mendapat haid setelah bersalin.
2) Tidak menyusui secara ekslusif.
3) Bayinya sudah berumur ≥ 6 bulan.
4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.
4. Hal yang disampaikan kepada klien/pasien ( Saiffudin, 2006 p.MK-3 –
Mk-4 ) :
a. Seberapa sering harus menyusui.
Bayi yang disusui secara on demand ( menurut kebutuhan
bayi ). Biarkan bayi menyelesaikan menghisap dari satu payudara
sebelum memberikan payudara slain, supaya bayi mendapat cukup
banyak susu akhir ( hind milk ). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI
dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu
dapat memulai dengan memberikan payudara memproduksi banyak
susu.
b. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
c. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan
hisapannya.
d. Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam
membantu mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
e. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
f. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
g. Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan
pendamping ASI.
Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan
berat badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI
sampai dengan umur 6 bulan. ( Berat badan naik sesuai umur, sebulan
BB naik minimal 0,5 kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari ).
h. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain,
bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak
lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.
i. Haid
Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur kembali
dan harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.
E. Kerangka Teori
F
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Dewi & Wawan (2010 p.11)
Pengetahuan Ibu
tentang
kontrasepsi
MAL
Faktor Internal :
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Umur
Faktor Eksternal :
- Lingkungan
- Sosial Budaya