BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

23
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian TB Paru berdasarkan berbagai literatur, yaitu : a. Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang merupakan kuman aaerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Rab, 2010) b. Tuberkulosis merupakan penyakit menular disebabkan oleh M.tuberculosis, suatu bakteri aerob tahan asam yang menginfeksi melalui udara dengan cara inhalasi partikel kecil (diameter 1-5 mm) yang menapai alveolus, droplet tersebut keluar saat berbicara, batuk, tertawa, bersin, atau menyanyi (Black & Hawks, 2014) c. Penyakit Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang menyerang hampir semua organ tubuh manusia dan yang terbanyak adalah paru-paru penyakit ini banyak ditemukan didareah urban pada tempat tinggal/lingkungan yang padat penduduknya (Bahar, 2015). d. Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis . penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Somantri, 2008). Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis (TB Paru) merupakan penyakit infeksi yang menular melalui udara dengan cara inhalasi dari droplet dan disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyerang ke semua organ tubuh seperti, meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Salah satu organ tubuh yang

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian TB Paru berdasarkan berbagai

literatur, yaitu :

a. Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

Tuberculosis yang merupakan kuman aaerob yang dapat hidup terutama di

paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial

oksigen yang tinggi (Rab, 2010)

b. Tuberkulosis merupakan penyakit menular disebabkan oleh

M.tuberculosis, suatu bakteri aerob tahan asam yang menginfeksi melalui

udara dengan cara inhalasi partikel kecil (diameter 1-5 mm) yang menapai

alveolus, droplet tersebut keluar saat berbicara, batuk, tertawa, bersin, atau

menyanyi (Black & Hawks, 2014)

c. Penyakit Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang

menyerang hampir semua organ tubuh manusia dan yang terbanyak adalah

paru-paru penyakit ini banyak ditemukan didareah urban pada tempat

tinggal/lingkungan yang padat penduduknya (Bahar, 2015).

d. Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang

parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis .

penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen,

ginjal, tulang, dan nodus limfe (Somantri, 2008).

Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis (TB

Paru) merupakan penyakit infeksi yang menular melalui udara dengan cara

inhalasi dari droplet dan disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

Tuberculosis yang dapat menyerang ke semua organ tubuh seperti,

meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Salah satu organ tubuh yang

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

sering terkena terjadi pada paru-paru. Penyakit TB dapat ditemukan di

daerah urban pada tempat tinggal/lingkungan yang padat penduduknya.

2. Klasifikasi

Sejak tahun 2010 WHO memperbaiki klasifikasi TB berdasarkan :

a. Klasifikasi berdasrakan anatomi

1) TB Paru, TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeobronkial,

termasuk TB milier.

2) TB ekstra paru, Tb yang terdapat di organ luar parenkim paru seperti :

pleura, kelenjar getah bening, abdomen, genito urinaria, kulit, sendi-

tulang, otak dll.

b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan

1) Kasus baru, adalah pasien yang belum pernah dapat OAT sebelumnya

atau riwayat mendapatkan OAT < 1 bulan.

2) Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya, adalah pasien yang

pernah mendapatkan OAT ≥ 1 bulan. Kasus ini diklasifikasikan lebih

lanju berdasarkan hasl pengobatan terakhir sebagai berikut :

a) Kasus kambuh, adalah pasien yang dulunya pernah mendapatkan

OAT dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir

pengobatan dan pada waktu sekarang ditegakkan diagnosis TB

episode rekuren.

b) Kasus setelah pegobatan gagal, adalah pasie yang sbelumnya

pernah mendapatkan OAT ≥ 1 bulan dan tidak lagi meneruskan

selama > 2 bulan berturut-turut atau dinyatakan tidak dapat dilacak

pada akhir pengobatan.

c) Kasus dengan riwayat pengobatan lain nya, adalah pasien yang

sebelumnya pernah mendapat OAT dan hasil pengobatannya tidak

diketahui atau tidak di dokumentasikan.

d) Pasien pindah, adalah pasien yang dipindah dari register TB untuk

melanjutkan pengobatannya.

e) Pasien yang tidak diketahui riwayat pengobatan seblimnya, adalah

pasien yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu kategori

diatas.

3) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologik dan uji

resistensi obat.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

a) Apusan dahak (sputum) BTA positif pada 1 spesimen, sedangkan

yang tanpa mutu jaminan eksternal sedikitnya BTA positif pada 2

spesimen.

b) Apusan dahak BTA negatif.

c) Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA negatif, tetapi biakannya

positif untuk M.tuberculosis.

d) Memenuhi kriteria secara klinik perlu diobati dengan anti TB

lengkap, temuan radiologis sesuai dengan TB Paru aktif, terdapat

bukti kuat berdasarkan laboratorium, atau bila HIV negative, tidak

respon dengan anti biotik spectrum luas.

4) Klasifikasi berdasarkan status HIV

a) Kasus TB dengan HIV positif.

b) Kasus TB dengan HIV negatif.

c) Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui.

3. Etiologi

Menurut Black & Hawks (2014) mengemukakan bahwasanya penyakit TB

merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium

Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri yang tahan asam berukuran

diameter kurang lebih 15 mm dan tebal 0,3 – 0,6 mm. Sedangkan penjelasan

menurut Somantri 2008, bakteri Mycobacterium Tuberculosis merupakan

bakteri yang bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen.

Bakteri ini sebagian besar komponennya berupa lemak/lipid sehingga kuman

mampu tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Oleh karena itu,

Mycobacterium Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang

kandungan oksigennnya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif

untuk penyakit Tuberculosis (Black & Hawks, 2014. Somantri, 2008).

Menurut Amin & Bahar (2014), faktor resiko tertular oleh pasien dengan TB

antara lain, orang yang sering melakukan kontak dekat berulang dengan pasien

yang terinfeksi penyakitnya yang masih belum terdiagnosis, orang tersebut

mungkin yang memiliki kontak dengan pasien yang kurang tertangani secara

medis, populasi pendapatan rendah/lingkungan yang padat penduduk. Menurut

Najmah 2016 juga mengungkapkan, faktor yang beresiko tertular TB adalah

pada kelompok dengan usia anak dan lansia. Selain itu, ada faktor imunitas,

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

penyakit HIV dan perilaku merokok juga mengakibatkan resiko terkena TB.

Resiko TB juga lebih besar terjadi pada penderita penyakit yang merusak

sistem kekebalan tubuh (Amin & Bahar, 2014.,Najmah,2016).

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,

yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori hierarki

kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar,

yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri

(Alimul, 2014).

a. Konsep dasar manusia

Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham

Maslow dalam Potter dan Perry dapat dikembangkan untuk menjelaskan

kebutuhan dasar manusia sebagai berikut.

1) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu

kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan

suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta

kebutuhan seksual.

2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan

fisik dan perlindungan psikologis

a) Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap

tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit,

kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.

b) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari

pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang

dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena

merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang

lain, dan sebagainya.

3) Kebutuhan rasa cinta serta memiliki dan dimiliki, antara lain memberi

dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga,

memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial dan sebagainya.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

4) Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain.

Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan,

meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu,

orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.

5) Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam

hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang

lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

b. Gangguan kebutuhan fisiologis

Abraham Maslow menjelaskan kebutuhan dasar manusia dibagi dalam 5

tahap yaiu, fisiologis, rasa aman dan nyaman, cinta dan dicintai, harga diri

dan aktualisasi diri. Adanya gangguan pada salah satu system tubuh akan

membawa pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Penderita TB Paru akan mengalami perubahan dan gangguan dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu : kebutuhan dasar manusia

1) Oksigenasi

Adanya gejala batuk-batuk berdahak, sekret yang kental

mengakibatkan bersihan jalan nasfas yang tidak efektif dan akhirnya

kebutuhan oksigen tidakterpenuhi secara optimal. Tanda dan gejala

lain yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada kebutuhan

oksigenasi ialah sesak nafas, wheezing, batuk hingga batuk berdarah.

2) Nutrisi

Terjadinya penurunan berat badan akibat dari proses metabolisme yang

meningkat serta timbulnya anoreksi maka akan mengakibatkan

terjadinya ketidak seimbangan nutri yang kurang.

3) Pola aktifitas

Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan suplai oksigen ke

jaringan menurun yang mengakibatkan proses pembentukan ATP

terhambat, akhirnya energi yang dihasilkan sedikit, menyebabkan

penderita TB Paru merasa lelahdan lemah. Bahkan, pasien TB juga

bisa mengalami rasa sakit kepala, meriang, lemah badan dan gejala

malaise lainnya sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada

pola aktifitas.

4) Gangguan kebutuhan rasa aman

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Timbul perasaan cemas akan penyakit yang diderita dan ancaman

kematian, dan kekhawatiran penyakitnya akan menular kepada orang

lain. Adanya rasa nyeri dada akibat dari batuk yang terus menerus juga

bisa dirasakan pada pasien TB mengakibatkan terjadinya gangguan

rasa nyaman.

5) Gangguan pemenuhan kebutuhan harga diri

Persaan tidak berharaga karena tidak bisa melakukan peran dan

fungsinya akibat adanya sakit. (Alimul, 2014).

5. Manifestasi klinis

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam bahkan

banyak pasien ditemukan TB Paru tanpa keluhan sama sekali. Namun keluhan

yang terbanyak adalah :

a. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang

panas badan dapat mencapai 40-41° C. Serangan demam pertama dapat

sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah

seharusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa

tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berta ringannya infeksi

kuman tuberculosis yang masuk.

b. Batuk/batuk berdarah

Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi kareana adanya iritasi pada

bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang

keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama,

mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan

paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan

bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian

setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).

Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk berdarah karena terdapat

pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batukdarah pada tuberculosis

terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

c. Sesak nafas

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas.

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang

infiltasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

d. Nyeri dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang

sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan

kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.

e. Malaise

Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering

ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, berat badan menurun,

sakitb kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini

makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

f. Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang

disebabkan oleh secret, bronkostenosis, keradangan, jaringan granulasi,

ulserasi dan jaringan lain-lain.

g. Dispneu

Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberculosis paru

akibat adanya restriksi dan obstruksi saluarn pernapasan serta loss of

vascular bed/vascular thrombosis yang dapat meningkatkan gangguan

difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.

h. Menggiggil

Dapat terjadi bila badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran

panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi

umum yang lebih hebat.

i. Keringat malam

Keringat malam bukanlah gejala yang patognomontis untuk penyakit

tuberculosis paru. Keringat malam umuumnya baru timbul bila proses

telah lanjut, kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat

malam dapat timbul lebih dini. Nausea, takikardi dan sakit kepala timbul

bila ada panas.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

j. Anoreksia

Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi toksemia

yang timbul belakangan dan timbul lebih sering dikeluhkan bila proses

progresif.

k. Lemah badan

Gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan

keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan. Karena itu harus di

analisa dengan baik dan harus lebih berhati-hati apabila dijumpai

perubahan sikap dan tempramen (misalnya penderita yang mudah

tersinggung), perhatian penderita berkurang atau menurun pada pekerjaan,

anak yang tidak suka bermain, atau penderita yang kelihatan neurotik.

6. Komplikasi

Penyakit tuberkulosis paru bila tiak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi. Meurut (Sudoyo,2014) komplikasi TB dibagi atas

komplikasi dini dan komplikasin lanjut :

a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus,

pencet’s arthopathy.

b. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberculosis), kerusakan parenkim berat (Fibrosis Paru), korpulmonal,

amyloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering

terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Farmakologis

Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar

dapat mencegah pengembangan resistensi obat. WHO telah menerapkan

strategis DOTS (Direct Observved Treatment Shortcourse) dimana

terdapat petugas kesehatan tambahan yang berfungsi secara ketat

mengawasi pasien minum obat untuk memastikan kepatuhannya. WHO

juga telah menetapkan panduan pengobatan standar yang membagi pasien

menjadi 4 kategori berbeda menurut definisi kasus TB nya.

1) Kategori I

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Pasien TB Paru dengan Sputum BTA positif dan kasus baru. TB Paru

bisa ada bersamaan dengan TB berat lainnya seperti TB milier,

pleuritismasif atau bilateral, pericarditis, peritonitis, TB usus, saluran

kemih, meningitis. Bisa juga TB dengan Sputum BTA negative tetapi

kelainan parunya luas. Pengobatan pada fase awal (intensif)

panduannya terdiri dari 2 HRZE (S), setiap hari selama 2 bulan.

Sputum BTA yang awalnya positif, setelah 2 bulan terapi diharapkan

jadi negative dan terapi TB diteruskan dengan fase lanjutan. Apabila

Sputum BTA masih tetap positif diakhir bulan ke-2 fase awal, maka

fase awal tersebut diperpanjang selama 4 minggu lagi.

2) Kategori II

Kategori ini diberikan pada kasus kambuh atau gagal dengan Sputum

BTA positif. Tetapi fase awalnya 2 HRZE / 1 HRZE, dimana HRZE

diberikan setiap hari selama 3 bulan sedangkan S diberikan hanya di 2

bulan pertama. Bila Sputum BTA menjadi negative di akhir bulan ke-

3, maka fase lanjutan bisa segera dimulai. Tapi bila Sputum BTA

masih positif maka fase awal dengan HRZE diteruskan lagi selama 1

bulan. Bila pada akhir bulan ke-4 sputum BTA masih tetap positif,

lakukan kultur ulang Sputum BTA dan pbat dilanjutkan.

3) Kategori III

Disini terdapat TB Paru dengan Sputum BTA negative, tetapi kelainan

parunya tidak luas. Dulunya terapi cukup dengan paduan 2 HRZ atau 2

H3R3Z3E3 dan kemudian diteruskan dengan fase lanjutan 2 HR atau 2

H3R3. Dalam perkembangan ternyata paduan ini kurang baik karena

masih berpeluang untuk terjadinya kekambuhan sehingga paduannya

dirubah jadi sama dengan kategori I yakni 2 bulan fase awal dan

diteruskan dengan 4 bulan fase lanjutan.

4) Kategori IV

Disini terjadi TB kronik dimana Sputum BTA tetap positif walaupun

sudah menjalani terapi lengkap selama 6 bulan. Pada kelompok ni

mungkin sudah terjadi resistensi multi obat TB (Multi Drugs Resistant

Tuberculosis / MDBR-TB).

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Menurut Kemenkes RI, 2014 pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan

tahap awal dan tahap lanjutan dengan maksud :

1) Tahap awal : pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada

tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah

kuman yang ada dalam tubuh pasien dengan meminimalisir pengaruh dari

sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien

mendapatkan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya

penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.

2) Tahap lanjutan : pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting

untuk membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya

kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya

kekambuhan.

Tabel 2.1 Efek samping obat OAT

Jenis Sifat Efek Samping

Isoniazid (H) Bakteriosidik Neuropati perifer, psikosis tosik,

gangguan fungsi hati, kejang

Rifampisin (R) Bakteriosidik Flu syndrome, gangguan gastrointestinal,

urine berwarna merah, gangguan

gastrofungsi hati, trombositopeni,

demam, skin rash, sesak nafas, anemia

hemolitik

Pirazinamid (Z) Bakteriosidik Gangguan gastrointestinal, gangguan

fungsi hati, gout artritis.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Streptomycin

(S)

Bakteriosidik Nyeri ditempat suntikan, gangguan

keseimbangan dan pendengaran, renjatan

anafilatik, anemia, agranulositosis,

trombositopeni

Etambutol (E) Bakteriosidik Gangguan penglihatan, buta warna,

neuritis perifer

Sumber : Panduan Nasional Pelayanan Keperawatan Tuberkulosis Kemenkes RI, 2014

b. Penatalaksanaan Non- Farmakologis

Menurut Brunner & Suddart, 2013 beberapa penatalaksanaan pada pasien

dengan TB ialah sebagai berikut

1) Meningkatkan kebersihan jalan nafas

1) Dorong peningkatan asupan cairan

2) Ajarkan tentang posisi terbaik untuk memfasilitasi drainase

2) Dukung kepatuhan terhadap regimen terapi

3) Jelaskan bahwa TB merupakan penyakit menular dan bahwa

meminum obat adalah cara paling efektif dalam mencegah

transmisi

4) Jelaskan tentang medikasi, jadwal, dan efek samping obat anti- TB

5) Instruksikan tentang resiko resistensi obat jika regimen medikasi

tidak dijalankan dengan ketat dan berkelanjutan

6) Pantau tanda-tanda vital dengan seksama dan observasi lonjakan

suhu atau perubahan status klinis pasien

7) Ajarkan pemberi auhan bagi pasien yang tidak dirawat inap untuk

memantau suhu tubuh dan status pernapasan paien, laporkan setiap

perubahan pada status pernapasan pasien ke tenaga kesehatan

primer.

3) Meningkatkan aktifitas dan nutrisi yang adekuat

8) Rencanakan jadwal aktifitas progresif bersama pasien untuk

meningkatkan toleransi terhadap aktifitas dan kekuatan otot

9) Susun rencana pelengkap (komplementer) untuk meningkatkan

nutrisi yang adekuat. Regimen nutrisi makanan dalam porsi sedikit

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

namun sering dan suplemen nutrisi mungkin bermanfaat dalam

memenuhi kebutuhan kalori harian

4) Mencegah penyebaran infeksi TB

10) Jelaskan dengan pertahanan kepada pasien tentang tindakan

kebersihan yang penting dilakukan, termasuk perawatan mulut,

menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, membuang

tissue dengan benar, dan mencuci tangan.

11) Laporkan setiap kasus TB ke departemen kesehatan sehingga orang

yang pernah kontak dengan pasien yang terinfeksi selama stadium

menular dapat menjalani skrining dan kemungkinan terapi, jika

diindikasikan.

12) Informasikan pasien mengenai resiko menularkan TB ke bagian

tubuh lain (penyebaran atau perluasan infeksi TB ke lokasi lain

selain paru pada tubuh dikenal sebagai TB milier)

13) Pantau pasien secara cermat untuk mengetahui adanay TB milier.

Penanganan TB milier sama seperti penanganan untuk TB

pulmonal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal drai proses keperawatan dan merupakan suati proses

pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar

utama dalam memberikan asuahan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan

individu. Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai

dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan

dan dalam meberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respons individu,

sebagaimana yang telah ditentukan oleh standar praktik keperawatan dari

American Nursing Association (ANA).

Menurut Somantri (2008), dalam proses keperawatan

a. Data pasien

Penyakit TB dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa

dengan perbandingan yang hampir sama antara lak-laki dan perempuan.

Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di darah

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam

rumah sangat minim.

Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapapun, namun usia paling

umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalmi TB luar

paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandinagan

3:1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang utama ditemukan pada

usia 3 tahun. Angka kejadian TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah,

kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB Paru menyerupai kasus

pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada pau-paru).

b. Riwayat Kesehatan

Menurut Somantri (2008) dan Kemenkes RI (2014) keluhan yang sering

muncul :

1) Keluhan utama : adanya gejala utama yaitu demam, batuk berdahak selam

2-3 minggu atau lebih, atau disertai gejala lain, yaitu batuk dahak

bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas (malaise), nafsu

makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa

kegiatan fisik, demam lebih dari satu bulan. Menurut Somatri (2008) jyga

menjelaskan beberapa keluhan yang dirasakan oleh pasien yaitu demam

(40-41°C) hilang timbul, batuk karena adanya iritasi bronkus sehingga

menyebabkan batuk kering dan berdahak, nyeri dada serta rasa sesak napas

akibat infiltrasi radang.

Somantri juga mengemukakan keluhan lain dari TB Paru ialah, malaise

atau rasa lemas akibat dari anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala,

nyeri otot hingga keringat malam. Perlu dinyatakan juga dengan siapa

pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai

penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

2) Sianosis, sesak napas, dan kolaps : merupakan gejala atelektaris. Bagian

dada pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong ke

sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan

hitam dan diafragma menonjol ke atas.

3) Tanda vital : suhu badan, frekuensi pernapasan, pola pernapasan, frekuensi

nadi, berat badan (turun atau tetap dalam 6 bulan terakhir), tekanan darah.

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien biasanya didapatkan

peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat

disertai sesak napas, denyut nadi meningkat, da tekanan darah biasanya

sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi

2) Breathing

a) Inspeksi

1.Bentuk dada dan gerakan pernapasan : pasien dengan TB Paru

biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya

penurunan proporsi anterior-posterior dibanding proporsi diameter

lateral.

2.Batuk dan Sputum : batuk produktif disertai adanya peningkatan

produksi sekret dan sekresi sputum yang purulent

b) Palpasi

Gerakan dinding toraks anterior/ekskursi pernapasan. TB Paru tanpa

komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal

dan seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan

dinding pernapaan biasanya ditemukan pada pasien TB Paru dengan

kerusakan parenkim paru yang luas. Pada pemeriksaan Takti Premitus

biasanya ada penurunan Taktil Premitus pada pasien TB Paru dengan

komplikasi efusi pleural massif, sehingga hantaran suara menurun.

c) Perkusi

Pada pasien TB paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan

atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada pasien dengan komplikasi

efusi pleura didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit

sesuai dengan akumulasi cairan.

d) Auskultasi

Pada pasien TB Paru bunyi napas tambahan ronchi pada sisi yang

sakit.

3) Brain

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Kesadaran biasanya composmentis, ditemukan adanya sionisis perifer

apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian pbjektif, pasien

tampak wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan

pengkajian pada mata, biasanya didapatkan kongtiva anemis pada pasien

TB Paru yang hemaptoe, dan ikterik pada pasien TB Paru dengan

gangguan fungsi hati.

4) Bladder

Pengukuran volume output urin berhungan dengan intake cairan.

Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal

syok.

5) Bowel

Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan

penurunan berat badan.

6) Bone

Aktifitas sehari-hari berkurang banyak pada pasien dengan TB Paru.

Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola

hidup penetap (Muttaqin, 2009).

d. Pemeriksaan penunjang

Menurut Nurafif & Kusuma (2015) pmeriksaan penunjang pada pasien TB

meliputi :

1) Laboratorium darah rutin

LED normal/meningkat, limfositosis

2) Pemeriksaan sputum BTA

Untuk memastikan diagnostik paru, namun pemeriksaan ini tidak spresifik

karena hanya 30-70% pasien yang dapat di diagnosis berdasarkan

pemeriksaan ini.

3) Tes PAP (Peroksidae Anti Peroksidae)

Merupakan uji serologi imunosperoksidae memakai alat histogen staining

untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB

4) Tes Mantoux/Tuberkulin

Merupakan uji serologi imunosperoksidae memakai alat histogen staining

untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basik TB

5) Teknik Polymerase Chain Reaction

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun

hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya

resistensi

6) Becton Dickinson diagnostic instrument Sistemm (BACTEC)

Deteksi Growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari

metabolisme asam lemak oleh mikrobakterium tuberculosis

7) MYCODOT

Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinoamannan yang direkatkan

pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam

jumlah memadai memakai warna sisr akan berubah

8) Pemeriksaan Radiologi : Rontgen Thorax PA dan Lateral

Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :

a) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas satu segment apical

lobus bawah

b) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)

c) Adanya kavitas, tunggal atau ganda

d) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru

e) Adanya klasifikasi

f) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

g) Mayangan millier

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,

membatasi, mencegah, dan mengubah (Nusalam, 2008).

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan TB menurut Somantri (2008) dan

Yasmara & Nursiswanti (2016) ialah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sputum

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi-

perfusi

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat

d. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuat nya mekanisme

pertahanan diri, kurang pengetahuan

e. Resikp gangguan harga diri rendah berhubungan dengan perasaan malu.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan pada TB paru menurut Somantri (2008) dan Yasmara &

Nursiswanti (2016) adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum

Tujuan : jalan nafas efektif

Kriteria hasil :

1) Pasien mengatakan bahwa batuk berkurang/hilang, tidak ada sesak dan

secret berkurang

2) Suara nafas normal (vesikuler)Frekuensi nafas 16-20 kali permenit

3) Tidak ada dyspnea

Rencana tindakan :

1) Kaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, irama, dan

kedalaman nafas serta catatan pula apabila menggunakan bantuan

otot napas tambahan.

2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan sekret/batuk secara efektif

Rasional : ketidak mampuan mengeluarkan sekret menjadikan

timbulnya penumpukan berlebihan pada saluran pernapasan.

3) Atur posisi tidur semi fowler atau fowler, bantu berlatih batuk

secara efektif dan tarik nafas dalam

Rasional : posisi semi fowler/fowler memberikan kesempatan

paru-paru berkembang secara maksimal akibat diafragma turun

kebawah. Batuk efektif mempermudah ekspetorasi mukus.

4) Bersihkan sekret dari dalam mlut dan trakea, suction jika

memungkinkan

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Rasional : pasien dalam kondisi sesak cenderung untuk

bernapas melalui mulut yang jika tidak di tindak lanjuti akan

mengakibatkan stomatitis.

5) Anjurkan minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontrandikasi

Rasional : air digunakan untuk menggantikan keseimbangan

cairan tubuh akibat cairan banyak keluar melalui pernapasan.

Air hangat akan mempermudah pengenceran sekret melalui

proses konduksi yang mengakibakan arteri pada area sekitar

leher vasodiltasi dan mempermudah cairan dalam pembuluh

darah dapat diikat oleh mukus/sekret.

6) Kolaborasi

a) Berikan O2 udara inspirasi yang lembab

Rasional : berfungsi meningkatkan kadar tekanan parsial

O2 dan saturasi O dalam darah.

b) Berikan mukolitik, bronkodilator

Rasional : berfungsi untuk mengencerkan dahak,

memperlebar saluran pernapasan.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan

apect paru, atau atelectasis paru

Tujuan : tidak terjadi gangguan pertukaran gas

Kriteria hasil :

1) Tidak ada sianosis dan dispneu

2)Tanda-tanda vital dalam rentang normal

3)Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

GDA dalam rentang normal

Rencana tindakan :

1) Kaji dyspnea, takipnea, suara nafas abnormal, peningkatan

upaya pernapasan, keterbatasan ekspansi dinding dada dan

keletihan

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Rasional : TB Paru meningkatkan efek luas pada paru dari

bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus yang

luas, nekrosis, efusi pleura, fibrosis yang luas. Efeknya

terhadap pernapasan bervariasi dan gejala ringan, dyspnea

berat, sampai distress pernapasan.

2) Catat sianosis atau perubahan warna kulit, termasuk membrane

mukosa dan bantalan kuku.

Rasional : akumulasi sekret dan berkuranya jaringan paru yang

sehat dapat meggangu oksigenasi organ vital dan jaringan

tubuh.

3) Demonstrasikan dan dorong pernapasan dengan mendorong

bibir selama ekshalasi.

Rasional : membuat tahanan melawan udara luar untuk

mencegah kolaps atau penyempitan jalan nafas, sehingga

membantu menyebarkan udara melalui paru dan

menghilangkan atau menurunkan nafas pendek.

4) Tingkatkan tirah baring, atau batasi aktivitas dan bantu

aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

Rasional : menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama

periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya

gejala.

5) Kolaborasi dengan pantau GDA dan oksimetri nadi, dan beri

oksigen sesuai kebutuhan

Rasional : mencegah pengeringan membrane mukosa,

membantu pengenceran sekret.

c. Keridaksamaan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake tidak adekuat

Tujuan : Nutrisi tidak kurang/seimbang

Kriteria hasil :

1) Mual hilang/berkurang

2)Nafsu makan meningkat

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

3)Berat badan pasien tidak mengalami penurunan drastis dan cenderung stabil

4) Hasil analisis laboratorium dalam rentang normal

Rencana tindakan :

1) Dokumentasikan status nutrisi pasien, catat turgor kulit, berat

badan saat ini, tingkat kehilangan berta badan, integritas mukosa

mulut, nausea.

Rasional : menjadi data fokus untuk menentukan rencana tindakan

selanjutnya.

2) Berikan oral care sebelum dan sesudah penata laksanaan respiratori

Rasional : meningkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga akan

meningkatkan perasaan nafsu makan.

3) Anjurkan makan sedikit tapi sering dengan diet TKTP

Rasional : meningkatkan intake makanan dan nutrisi pasien,

terutama kadar protein tinggi yang dapat meningkatkan mekanisme

tubuh dalam proses penyembuhan.

4) Kolaborasi :

a) Anjurkan kepada ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.

Rasional : menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi

pasien.

b) Monitor pemeriksaan laboratorium, misal ; BUN, serum

protein, dan albumin

Rasional : mengontrol keefektifan tindakan terutama dengan

kadar protein darah.

c) Berikan vitamin sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan komposisi tubuh akan kebutuhan

vitamin dan nafsu makan pasien.

d. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuat nya

mekanisme pertahanan diri, kurang pengetahuan

Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi selam perawatan

Kriteria hasil ;

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

1)Tidak muncul tanda-tanda infeksi lanjutan

2)Pasien dapat menunjukan perilaku sehat (menutup mulut ketika batuk atau

bersin)

3)Tidak anggota keluarga/orang terdekat yang tertular penyakit seperti

penderita

Rencana tindakan :

1) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui

droplet selama batuk, berssin, meludah, berbicara, tertawa.

Rasional : untuk mengetahui kondisi nyata dari masalah pasien fase

inaktif tidak berarti tubuh pasien sudah terbebas dari kuman

tuberculosis.

2) Identifikasi resiko penularan kepada orang lain seperti anggota

keluarga dan teman dekat. Instrusikan kepada pasien jika

batuk/bersin maka ludahkan ke tissue.

Rasional : mengurangi resiko anggota keluarga untuk tertular

dengan penyakit yang sama dengan pasien.

3) Anjurkan penggunaan tissue untuk membuang sputum. Mereview

pentingnya mengontrol infeksi, misalnya dengan menggunakan

masker.

Rasional : penyimpanan sputum pada wadah yanf terdesinfeksi dan

penggunaan masker dapat meminimalkan penyebaran infeksi

melalui droplet.

4) Monitor suhu sesuai indikasi

Rasional : peningkatan suhu menandakan terjadinya infeksi

sekunder.

5) Kolaborasi

a) Dalam pemberian agen anti infeksi sesuai indikasi.

Rasional : kombinasi agen anti infesi digunakan contohnya 2

obat primer atau satu primer tambah 1 dan obat sekunder

b) Awasi pemeriksaan laboratorium contoh hasil usap sputum.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Rasional : pasien yang mengalami 3 usapan negative, perlu

menaati program obat, dan simtomatik akan di klasifikasikan

tak menyebar.

e. Resiko gangguan harga diri rendah berhuungan dengan perasaan malu

Tujuan : harga diri pasien dapat terjaga/tidak terjadi gangguan harga diri

rendah

Kriteria hasil :

1)Pasien menunjukan aspek positif dari dirinya

2)Pasien mampu bergaul dengan oarang lain tanpa merasa malu.

Rencana tindakan :

1) Kaji ulang konsep diri pasien

Rasional : mengetahui aspek diri yang negative dan positif,

memungkinkan perawat menentukan rencana lanjutan.

2) Berikan penghargaan pada setiap tindakan yang mengarah kepada

peningkatan harga diri.

Rasional : pujian dan perhatian akan meningkatkan harga diri

pasien.

3) Jelaskan tentang kondisi pasien

Rasional : pujian dan perhatian akan meningkatkan harga diri

pasien.

4) Melibatkan pasien dalam setiap kegiatan

Rasional : perlibatan pasien dalam kegiatan akan meningkatkan

mekanisme koping pasien dalam menangani masalah.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencan intervensi untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap implementasi dilakukan sesuai rencana menggunakan

berbagai media dan sumber yang tersedia disekitar pasien. Setelah rencana

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian

intervensi disusun kemudian ditujukan kepada perawat untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang

spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan klien. Dalam pelaksanaan keperawatan TB terdapat beberapa

tindakan prioritas yang dapat dilakukan menurut Kemenkes RI (2014) :

a. Meningkatkan/mempertahankan ventilasi

b. Mencegah penyebaran infeksi pada pasien lain, keluarga dan tenaga kesehatan

lain termasuk perawat dan dokter.

c. Memberikan minum air hangat, latihan batuk efektif, latihan nafas dalam,

inhalasi sederhana bila produksi sputum banyak dan kental.

d. Memberikan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh dan mengajarkan cara-cara

memenuhi nutrisi sesuai kebutuhan tubuh.\

e. Menciptakan lingkungan yang nyaman.

f. Mengajarakan etika batuk.

g. Mendukung perilaku hidup sehat dan meningkatkan strategi koping efektif

untuk mempertahankan kesehatan.

h. Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.

i. Memastikan pengobatan tuntas, memantau perkembangan pengobatan,

mengidentifikasi efek samping obat dan memberikan alternative untuk

mengatasi efek samping pengobatan.

j. Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat dan OAT.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dapat dilakuka pada tahap proses dan tahap akhir. Evaluasi menilai

perubahan status kesehatan pasien sebagai hasil dari intervensi keperawatan.

Indikator evaluasi tahap proses diantaranya tidak ada ronchi, tidak sesak,

perubahan kualitas makan, peruabahan kualitas tidur, harga diri meningkat,

sementara indikator evaluasi tahap akhir terjadi kenaikan berat badan, pasien

patuh minum obat sesuai program, pasien tidak drop out pengobatan, pasien

sembuh dinyatakan dengan hasil BTA Negative. (Kemenkes RI, 2014).