BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id
![Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Demam typhoid (selanjutnya disebut tifoid) merupakan penyakit
infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi
(Hidayat A.A: 2008).
Demam typhoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan
oleh salmonella enteric serotype typhi atau paratyphi (Wibisono et
al, 2014).
Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit
infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Astuti,
2013).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
demam typhoid merupakan penyakit infeksi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella typhi yang disertai dengan gangguan
pada sistem pencernaan.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Anatomi sistem pecernaan terdiri dari organ-organ pencernaan yang
dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu organ dalam saluran
pencernaan dan organ pencernaan pelengkap.
Saluran pencernaan atau disebut juga dengan saluran
gastrointestinal (GI), adalah saluran panjang yang masuk melalui
![Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/2.jpg)
tubuh dari mulut ke anus. Saluran ini mencerna, memecah dan
menyerap makanan melalui lapisannya ke dalam darah.
Organ dalam saluran pencernaan ini meliputi mulut, esofagus
(kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, dan berakhir di
anus. Organ pencernaan pelengkap (aksesori) termasuk lidah, gigi,
kantung empedu, kelenjar air liur, hati, dan pankreas.
Gigi dan lidah terletak di dalam mulut yang juga membantu proses
pencernaan, dalam mengubah makanan dari bentuk kasar menjadi
lebih halus.
Sementara kelenjar pencernaan manusia yang terdiri dari kelenjar
air liur, hati, dan pankreas membantu menghasilkan enzim-enzim
yang membantu proses pencernaan.
a) Mulut
Proses pencernaan dimulai di mulut, di mana pencernaan kimia
dan mekanik terjadi. Di dalam mulut terdapat organ aksesori
yang membantu pencernaan makanan, yaitu lidah, gigi, dan
kelenjar air liur.
Mulut berfungsi untuk mengunyah makanan menjadi lebih
halus dan lunak agar lebih mudah untuk ditelan dan dicerna.
Gigi memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil,
yang dibasahi oleh air liur sebelum lidah dan otot-otot lain
mendorong makanan ke dalam faring (Pharynx) dan
melewatkannya ke dalam kerongkongan (esophagus).
Bagian luar lidah mengandung banyak papilla kasar untuk
mencengkeram makanan karena digerakkan oleh otot lidah.
Sementara, air liur yang diproduksi oleh kelenjar air liur
(terletak di bawah lidah dan dekat rahang bawah), dilepaskan ke
dalam mulut.
![Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/3.jpg)
Air liur mulai memecah makanan, melembapkannya dan
membuatnya lebih mudah untuk ditelan. Air liur mulai
memecah karbohidrat dengan bantun enzim yang
dihasilkannya, yaitu enzim amilase.
Gerakan oleh lidah dan mulut mendorong makanan ke bagian
belakang tenggorokan untuk menelannya. Klep
(epiglotis) menutup di atas batang tenggorokan (trachea) untuk
memastikan bahwa makanan masuk ke kerongkongan dan
bukan saluran udara. Hal ini untuk mencegah tersedak saat
menelan makanan.
Gambar 2.1 Mulut
b) Kerongkongan (esophagus)
Esofagus (kerongkongan) adalah saluran penghubung antara mulut
dengan lambung, yang letaknya di antara tenggorokan dan
lambung.
Kerongkongan sebagai jalan untuk makanan yang telah dikunyah
dari mulut menuju lambung. Otot kerongkongan dapat
berkontrasksi sehingga mendorong makanan masuk ke dalam
lambung. Gerakan ini disebut dengan gerak peristaltik.
Pada ujung kerongkongan terdapat sfingter (cincin otot), yang
memungkinkan makanan untuk masuk ke lambung dan kemudian
![Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/4.jpg)
menutupnya untuk mencegah makanan dan cairan naik kembali ke
kerongkongan.
c) Lambung
Lambung adalah organ berbentuk huruf “J”, yang ukurannya sekitar
dua kepalan tangan. Lambung terletak di antara esofagus dan usus
halus di perut bagian atas.
Lambung memiliki tiga fungsi utama dalam sistem pencernaan,
yaitu untuk menyimpan makanan dan cairan yang tertelan; untuk
mencampur makanan dan cairan pencernaan yang diproduksinya,
dan perlahan-lahan mengosongkan isinya ke dalam usus kecil.
Hanya beberapa zat, seperti air dan alkohol, yang dapat diserap
langsung dari lambung. Zat-zat makanan lainnya harus menjalani
proses pencernaan lambung.
Dinding otot perut yang kuat mencampur dan mengocok makanan
dengan asam dan enzim, memecahnya menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil.
Makanan diolah menjadi bentuk semi padat yang disebut chyme.
Setelah makan, chyme perlahan dilepaskan sedikit demi sedikit
melalui pyloric sphincter, sebuah cincin otot antara lambung dan
bagian pertama dari usus halus yang disebut duodenum (usus 12
jari). Sebagian besar makanan meninggalkan perut hingga empat
jam setelah makan.
![Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/5.jpg)
Gambar 2.1. lambung
d) Usus Halus
Usus halus berbentuk tabung tipis sekitar satu inci dengan
panjang sekitar 10 meter. Usus halus terletak hanya lebih rendah
daripada lambung dan memakan sebagian besar ruang di rongga
perut.
Seluruh usus halus digulung seperti selang dan permukaan
bagian dalamnya penuh dengan banyak tonjolan dan lipatan.
Lipatan ini digunakan untuk memaksimalkan pencernaan
makanan dan penyerapan nutrisi. Pada saat makanan
meninggalkan usus halus, sekitar 90 persen dari semua nutrisi
telah diekstraksi dari makanan yang masuk ke dalamnya.
Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum (usus 12
jari), jejunum (bagian tengah melingkar), dan ileum (bagian
terakhir).
Usus halus memiliki dua fungsi penting, yaitu:
1. Proses pencernaan selesai di sini oleh enzim dan zat lain
yang dibuat oleh sel usus, pankreas, dan hati. Kelenjar di
![Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/6.jpg)
dinding usus mengeluarkan enzim yang memecah pati dan
gula. Pankreas mengeluarkan enzim ke dalam usus kecil
yang membantu pemecahan karbohidrat, lemak, dan
protein. Hati menghasilkan empedu, yang disimpan di
kantong empedu. Empedu membantu membuat molekul
lemak dapat larut, sehingga dapat diserap oleh tubuh.
2. Usus halus menyerap nutrisi dari proses pencernaan.
Dinding bagian dalam dari usus kecil ditutupi oleh jutaan
villi dan mikrovilli. Kombinasi keduanya meningkatkan
luas permukaan usus halus secara besar-besaran,
memungkinkan penyerapan nutrisi terjadi.
e) Usus Besar
Usus besar membentuk huruf “U” terbalik di atas usus halus
yang digulung. Ini dimulai di sisi kanan bawah tubuh dan
berakhir di sisi kiri bawah. Usus besar berukuran sekitar 5-6
meter, yang memiliki tiga bagian, yaitu sekum (cecum), kolon
dan rektum (rectum).
Sekum adalah kantung di awal usus besar. Area ini
memungkinkan makanan lewat dari usus halus ke usus besar.
Kolon adalah tempat cairan dan garam diserap dan memanjang
dari sekum ke rektum. Bagian terakhir dari usus besar adalah
![Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/7.jpg)
rektum, yang mana kotoran (bahan limbah) disimpan sebelum
meninggalkan tubuh melalui anus.
Fungsi utama dari usus besar adalah membuang air dan garam
(elektrolit) dari bahan yang tidak tercerna dan membentuk
limbah padat yang dapat dikeluarkan. Bakteri di usus besar
membantu memecah bahan yang tidak tercerna. Sisa isi usus
besar dipindahkan ke arah rektum, di mana feses disimpan
sampai meninggalkan tubuh melalui anus.
3. Etiologi
Etiologi typhoid adalah bakteri gram negative, bentuk batang tidak
berkapsul, bersifat aerobic dan anaerob fakultatif, memiliki flagella
dan tidak ber spora, dinamakan Salmonella typi atau Salmonella
enterica serotype.
Salmonella memiliki cara khas antigen O, H dan Vi. Penyakit tifoid
ini sering dihubungkan dengan paratifoid, yang biasanya lebih
ringan dan menunjukan gambaran klinis yang sama, atau
menyebabkan enteritis akut disebabkan oleh genus bakteri yang
sama dengan subspecies paratyphi A, B, C. salmonella typhi hanya
menginfeksi manusia dan hewan peliharaan
4. Pathofisiologi
Bakteri salmonella typhi masuk ke dalam tubuh melalui makanan
dan air yang tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam
lambung, dan sebagian masuk ke usus halus, mencapai plague
peyeri di ileum terminalis yang hipertrofi. Salmonella
typhi memiliki fimbria khusus yang dapat menempel ke lapisan
plague peyeri, sehingga bakteri dapat di fagositosis. Setelah
menempel, bakteri memproduksi protein yang mengganggu brush
![Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/8.jpg)
bonder usus dan memaksa sel usus untuk membentuk kerutan
membrane yang akan melapisi bakteri dalam vesikel. Bakteri dalam
vesikel akan menyebrang melewati sitoplasma sel usus dan di
presentasikan ke makrofag (Wibisono et al, 2014).
Kuman memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar dari
serangan system imun seperti polisakarida kapsul Vi. Penggunaan
makrofag sebagai kendaraan dan gen Salmonella patogencity Island
2 (SPI2) (Wibisono et al, 2014).
Setelah sampai kelenjar getah bening mensenterika, kuman
kemudian masuk ke aliran darah melalui duktus torasikus sehingga
terjadi bakteremia pertama yang asimtomatik. Salmonella typhi
juga bersarang dalam sistem retikuloendotelial terutama hati dan
limpa, dimana kuman meninggalkan sel fagosit berkemang biak dan
masuk sirkulasi darah lagi sehingga terjadi bakteremia kedua
dengan gejala sistemik. Salmonella typhi menghasilkan endotoksin
yang berperan dalam inflamasi local jaringan tempat kuman
berkembang biak merangsang pelepasan zat pirogendan leukosit
jaringan sehingga muncul demam dan gejala sistemik lain.
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah
sekitar plague peyeri. Apabila proses patologis semakin
berkembang, perorasi dapat terjadi (Wibisono et al, 2014).
![Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/9.jpg)
Patway Deman Typhoid
5. Manifestasi Klik
Menurut Wibisono et al (2014), masa tunas sekitar 10-14 hari.
Gejala yang timbul beravariasi dari ringan sampai berat. Tanda
dan gejalanya yaitu:
a. Pada minggu pertama, muncul tanda infeksi akut seperti
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak nyaman di
perut, batuk dan epistaksis. Demam yang terjadi berpola
seperti anak tangga dengan suhu semakin tinggi dari hari ke
hari. Lebih rendah pada pagi hari dan tinggi pada sore hari.
b. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan
demam, bradikardia relatif, lidah typhoid (kotor ditengah,
tepid dan ujung berwarna merah disertai tremor).
Hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan
kesadaran dan yang lebih jarang berupa roseolae.
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat dityphoid adalah:
![Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/10.jpg)
a. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perforasi usus,
ileus paralitik, pankreastitis.
b. Komplikasi ekstra-intestinal : komplikasi kardiovaskuler,
(gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis),
komplikasi paru(pnemonia, pleuritis), komplikasi
darah(anemia hemolitik, trombositopenia, thrombosis),
komplikasi tulang (osteomielitis, peritonitis, arthiritis),
komplikasi neuropsikiatrik / tifoid toksin (Widoyono,
2011).
7. Konsep Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan
yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal
di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali kerumah (Wong, 2009).
Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah.
Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga
mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing,
orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan
menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orang tua akan
membuat stress anak meningkat. Dengan demikian asuhan
keperawatan tidak hanya terfokus pada anak terapi juga pada
orang tuanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak
1. Berpisah dengan orang tua dan sparing.
![Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/11.jpg)
2. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang
kegelapan,monster,pembunuhan dan binatang buas diawali
dengan yang asing.
3. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
4. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.
5. Prosedur yang menyakitkan dan takut akan cacat dan
kematian.
8. Tahap Perkembangan Anak Usia 7 tahun
a) Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah ( 7-12
tahun )
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif
seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak
daripada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak
terjadi terutama karena bertambahnya ukuran system
rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
1) Parameter umum
Rata – rata tinggi badan anak usia 7 – 12 tahun 113 cm
dan rata – rata berat badan anak usia 6 – 12 tahun
mencapai 21 kg.
2) Nutrisi
Kebutuhan kalori harian anak usia 7 – 12 tahun menurun
sehubungan dengan ukuran tubuh, dan rata – rata
membutuhkan 2400 kalori perhari. Banyaknya anak
yang tidak menyukai sayuran, biasanya hanya satu jenis
makanan, yang disukai orang tua memiliki peranan
penting dalam mempengaruhi pilihan anak.
![Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/12.jpg)
3) Pola tidur
Kebutuhan tidur setiap anak bervariasi, biasanya 8
sampai 9,5 jam setiap malam.
4) Kesehatan gigi
Mulai sekitar 6 tahun gigi permanen tumbuh dan anak
secara bertahap kehilangan gigi desi dua.
5) Eliminasi
Pada usia 6 tahun, 85% anak memiliki kendala penuh
terhadap kandung kemih dan defekasi, enurisis,
nocturnal ( mengompol ) terjadi pada 15% anak berusia
6 tahun.
b) Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah ( 7 – 12 tahun )
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus
dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi.
Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai
meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya.
Untuk memperhalus keterampilan – keterampilan motorik,
anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisk yang
terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan.
Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam
aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti
senam, berenang, dll.
Beberapa perkembangan motorik ( kasar maupun halus ) selama
periode ini, antara lain :
a. Anak Usia 7 Tahun
- Mulai membaca dengan lancer
- Cemas terhadap kegagalan
- Peningkatan minat pada bidang spiritual
- Kadang malu atau sedih
![Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/13.jpg)
b. Anak Usia 8 – 9 Tahun
- Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
- Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
- Keterampilan lebih individual
- Ingin terlibat dalam sesuatu
- Menyukai kelompok dan mode
- Mencari teman secara aktif
c. Anak Usia 10 -12 Tahun
- Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur
tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai
tampak.
- Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti
mencuci, menjemur pakaian sendiri, dll
- Adanya keinginan anak untuk menyenangkan dan
membantu orang lain
- Mulai tertarik dengan lawan jenis.
9. Pemeriksaan
Menurut Ngastiyah (2005, h. 239) & Ranuh (2013, h. 184-185)
pasien yang di rawat dengan diagnosis observasi tifus
abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai
pasien tifus abdominalis dan di berikan pengobatan sebagai
berikut:
a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi,
mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain
c. Istirahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu
normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika
tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan diruangan
![Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/14.jpg)
d. Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan
tinggi protein.
e. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat,
tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.dianjurkan
minum susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran pasien
menurun di berikan makanan cair, melalui sonde lambung.
Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga di
berikan makanan lunak.
f. Pemberian antibiotic
Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran
bakteri. Obat antibiotik yang sering di gunakan adalah :
a) Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per
oralatau dengan dosis 75 mg/kg/24 jam melalui IV
dibagi dalam 4 dosis.
Cloramhenicol dapat menyembuhkan lebih cepat tetapi
relapse terjadi lebih cepat pula dan obat tersebut dapat
memberikan efek samping yang serius
2) Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV
di bagi dalam 6 dosis. Kemampuan obat ini menurunkan
demam lebih rendah dibandingkan dengan
chloramphenicol
3) Amoxicillin dengan dosis 100mg/kg/24 jam per os
dalam3 dosis
4) Trimethroprim-sulfamethoxazol masing-masing dengan
dosis 50 mg SMX/kg/24 jam per os dalam 2
dosis,merupakan pengobatan klinik yang efisien
5) Kotrimoksazol dengan dosis 2x 2 tablet (satu tablet
mengandung 400mg sulfamethoxazole dan 800 mg
trimetroprim. Efektifitas obat ini hampir sama dengan
cloromphenicol
![Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/15.jpg)
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Nursalam, Susilaningrum & Utami (2008) adalah sebagai
berikut :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Perasan tidak enak badan , lesu, nyeri kepala, pusing, dan
kurang bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama
selama masa inkubasi
c. Suhu tubuh
pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3minggu,
bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Sselama
minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik ntiap
harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore dan malam hari. Pada minggu kedua,pasien terus berada
dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-
angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
d. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa
dalam,yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor,
koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut
mungkin terdapat gejala lainya. Pada penanggung dan anggota
gerak terdapat reseole, yaitu bintik-bintik kemerahan karena
emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu
pertama demam. Kadangkadang ditemukan pula bradikardi dan
epitaksis pada anak besar.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Mulut
![Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/16.jpg)
Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering
dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih, sementara
ujung dan tepinya berwarna kemerahan,dan jarang di sertai
tremor.
2) Abdomen
Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismuas),
bisa terjadi konstipasi atau mungkin diare atau normal
3) Hati dan limfe
Membesar disertai nyeri pada perabaan
f. Pemeriksaan laboratorium
1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leokopenia,
limfositosis, relatif pada permukaan sakit darah untuk kultur
(biakan, empedu) dan widal
2) biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan
dalam darah pasien pada minggu pertama sakit, selanjutnya
lebih sering ditemukan dalam feces dan urine
3) pemeriksaan widal untukmembuat diagnisis, pemeriksaan
yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen 0, titer
yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukan kenaikan yang
progresif.
2. Diagnosa
a. hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi salmonella
typhi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan
tidak adekuat.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan malabsorbsi nutrien.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
![Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/17.jpg)
3. Intervensi Keperawatan
a. hipertermi berhubungn dengan proses inflamasi salmonella
typhi.
Tujuan : suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
1) pasien mempertahankan suhu tubuh normal yaitu 36ºC -
37ºC dan bebas dari demam.
2) Nadi dan RR dalam rentan normal
3) Tidak perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi:
1) pantau suhu tubuh pasien tiap 3 jam sekali
Rasional: suhu tubuh 38ºC-40ºC menunjukan proses
penyakit infeksi akut .
2) beri kompres hangat
Rasional: kompres dengan air hangat akan menurunkan
demam
3) anjurkan kepada ibu klien agar klien memakai pakaian tipis
dan menyerap keringat
Rasional : memberi rasa nyaman, pakaian tipis membantu
mengurangi penguapan tubuh
4) Beri banyak minum
Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan
menurunkan dehidrasi
5) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotic
Rasional : antipiretik untuk mengurangi demam, antibiotik
untuk membunuh kuman infeksi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake
cairan tidak adekuat.
Tujuan: volume cairan terpenuhi
![Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/18.jpg)
Kriteria hasil:
a) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB
b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi elastis turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus berlebihan
d) tanda-tanda vital normal
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui suhu, nadi dan pernafasan
2) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasional: mengontrol keseimbangan cairan
3) Kaji status dehidrasi
Rasional : mengetahui drajat status dehidrasi
4) Beri banyak minum
Rasional:membantu memelihara kebutuhab cairan dan
menurunkan resiko dehidrasi.
5) Timbang popok / pembalut jika diperlukan
Rasional : membantu mengetahui berat urine didalam
popok.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan malabsorbsi nutrien.
Tujuan : tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil:
a) Nafsu makan maningkat
b) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
c) berat badan klien meningkat
d) tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e) tidak terjadi penurunan berat badan
![Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/19.jpg)
Intervensi :
1) Kaji status anak
Rasional : mengetahui langkah pemenuhan nutrisi
2) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi sering
Rasional : meningkatkan jumlah masukan dan mengurangi
mual dan muntah
3) Pertahankan kebersihan tubuh anak
Rasional : menghilangkan rasa tidak enak pada mulut atau
lidah dan dapat nafsu makan
4) Beri makan lunak
Rasional : mencukupi kebutuhan nutrisi tanpa memberi
beban yang tinggi pada usus.
5) Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang
adekuat
Rasional : memberikan motivasi pada keluarga untuk
memberikan makanan sesuai kebutuhan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan : dapat beraktivitas secara mandiri
Kriteria hasil :
a) Berparsipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi, dan RR
b) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLS) secara
mandiri
c) Tanda-tanda vital normal
d) Level kelemahan
e) Nampu berpindah: denganatau tanpa bantuan alat
f) Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat
![Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/20.jpg)
Intervensi :
a) Kaji toleransi terhadap aktivitas
Rasional: menunjukan respon fisiologis pasien terhadap
aktivitas
b) Kaji kesiapan meningkatkan aktivitas
Rasional : stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk
memajukan tingkat aktivitas individual
c) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan
menggunakan kursi mandi, menyikat gigi atau rambut
Rasional : teknik penggunaan energi menurunkan
penggunaan energi
d) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memiliki periode
aktivitas
Rasional : seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap
kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
4. Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncakan dalam rencna
tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui
beberapa hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan
pada klien, tiknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam
memahami tingkat perkembangan psaien. Dalam pelaksanaan
rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis
mandiri dan tindakan kolaborasi. Sebagai profesi, perawat
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam menentukan
asuhan keperawatan (Hidayat, 2009)
![Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/21.jpg)
Tahap-tahap tindakan keperawatan yaitu :
a. Tahap Persiapan
Tahap awal pelaksanaan asuhan keperawatan menuntut perawat
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk
melakukan intervensi. Persiapan tersebut meliputi kegiatan
meninjau ulang (review) asuhan keperawatan yang telah
diidentifikasi pada tahap perencanaan, menganalisis
kemampuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan,
mengetahui komplikasi dari intervensi keperawatan yang
mungkin timbul, menentukan dan mempersiapkan peralatan
yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang kondusif
sesuai dengan intervensi yang akan dilaksanakan,
mengidentiikasi aspek hukum dan kode etik keperawatan
terhadap risiko yang mungkin muncul akibat dilakukan
intervensi.
b. Tahap Intervensi
Pendekatan asuhan keperawatan meliputi intervensi independen
(suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa penunjuk
atau instruksi dokter atau profesi kesehatan lainnya), dependen
(pelaksanaan rencana tindakan medis), dan interdependen
(menjelaskan kegiatan yang memerlukan kerjasama dengan
profesi kesehatan lainnya seperti tenaga sosial, ahli gizi,
fisioterapi, dan dokter).
c. Tahap Dokumentasi
Implementasi asuhan keperawatan harus diikuti oleh
pendokumentasian yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan. Ada tiga tipe sistem
pencatatan yang digunakan pada dokumentasi, Sources
![Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/22.jpg)
Oriented Record; Problem – Oriented Record; POR; dan
Computed Assisted Record.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat
dapat mengambil keputusan.
a. Mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien telah
mencapai tujuan yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana asuhan keperawatan (jika klien
mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan)
c. Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)
Proses evaluasi terdiri dari 2 tahap :
a. Mengukur pancapaian tujuan klien.
Perawat menggunakan keterampilan pengkajian untuk
mendapatkan data yang akan digunakan dalam evaluasi yang
terdiri dari beberapa komponen yaitu kognitif (pengetahuan),
afektif (status emosional), psikomotor, perubahan fungsi tubuh.
b. Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan
pencapaian tujuan.
Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini :
1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan.
![Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022012018/615cba283733263ae2315eb7/html5/thumbnails/23.jpg)
3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan.
Kualitas asuhan keperawatan dapat dievaluasi pada saat proses
(formatif) dan dengan melihat hasilnya (sumatif).
a. Evaluasi proses atau formatif
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan
dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi
proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan dilaksanakan untuk membantu menilai efektifitas
intervensi tersebut. Evaluasi formatif terus menerus
dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi hasil atau sumatif
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Meskipun
informasi pada tahap ini tidak secara langsung berpengaruh
terhadap klien yang dievaluasi, tetapi evaluasi hasil dapat
menjadi suatu metode untuk memonitor kualitas dan efektifitas
intervensi yang telah diberikan.