BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

23
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian Demam typhoid (selanjutnya disebut tifoid) merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi (Hidayat A.A: 2008). Demam typhoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh salmonella enteric serotype typhi atau paratyphi (Wibisono et al, 2014). Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Astuti, 2013). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa demam typhoid merupakan penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi yang disertai dengan gangguan pada sistem pencernaan. 2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan Anatomi sistem pecernaan terdiri dari organ-organ pencernaan yang dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu organ dalam saluran pencernaan dan organ pencernaan pelengkap. Saluran pencernaan atau disebut juga dengan saluran gastrointestinal (GI), adalah saluran panjang yang masuk melalui

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Demam typhoid (selanjutnya disebut tifoid) merupakan penyakit

infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi

(Hidayat A.A: 2008).

Demam typhoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan

oleh salmonella enteric serotype typhi atau paratyphi (Wibisono et

al, 2014).

Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit

infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan

gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada

saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Astuti,

2013).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

demam typhoid merupakan penyakit infeksi pada usus halus yang

disebabkan oleh salmonella typhi yang disertai dengan gangguan

pada sistem pencernaan.

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Anatomi sistem pecernaan terdiri dari organ-organ pencernaan yang

dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu organ dalam saluran

pencernaan dan organ pencernaan pelengkap.

Saluran pencernaan atau disebut juga dengan saluran

gastrointestinal (GI), adalah saluran panjang yang masuk melalui

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

tubuh dari mulut ke anus. Saluran ini mencerna, memecah dan

menyerap makanan melalui lapisannya ke dalam darah.

Organ dalam saluran pencernaan ini meliputi mulut, esofagus

(kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, dan berakhir di

anus. Organ pencernaan pelengkap (aksesori) termasuk lidah, gigi,

kantung empedu, kelenjar air liur, hati, dan pankreas.

Gigi dan lidah terletak di dalam mulut yang juga membantu proses

pencernaan, dalam mengubah makanan dari bentuk kasar menjadi

lebih halus.

Sementara kelenjar pencernaan manusia yang terdiri dari kelenjar

air liur, hati, dan pankreas membantu menghasilkan enzim-enzim

yang membantu proses pencernaan.

a) Mulut

Proses pencernaan dimulai di mulut, di mana pencernaan kimia

dan mekanik terjadi. Di dalam mulut terdapat organ aksesori

yang membantu pencernaan makanan, yaitu lidah, gigi, dan

kelenjar air liur.

Mulut berfungsi untuk mengunyah makanan menjadi lebih

halus dan lunak agar lebih mudah untuk ditelan dan dicerna.

Gigi memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil,

yang dibasahi oleh air liur sebelum lidah dan otot-otot lain

mendorong makanan ke dalam faring (Pharynx) dan

melewatkannya ke dalam kerongkongan (esophagus).

Bagian luar lidah mengandung banyak papilla kasar untuk

mencengkeram makanan karena digerakkan oleh otot lidah.

Sementara, air liur yang diproduksi oleh kelenjar air liur

(terletak di bawah lidah dan dekat rahang bawah), dilepaskan ke

dalam mulut.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

Air liur mulai memecah makanan, melembapkannya dan

membuatnya lebih mudah untuk ditelan. Air liur mulai

memecah karbohidrat dengan bantun enzim yang

dihasilkannya, yaitu enzim amilase.

Gerakan oleh lidah dan mulut mendorong makanan ke bagian

belakang tenggorokan untuk menelannya. Klep

(epiglotis) menutup di atas batang tenggorokan (trachea) untuk

memastikan bahwa makanan masuk ke kerongkongan dan

bukan saluran udara. Hal ini untuk mencegah tersedak saat

menelan makanan.

Gambar 2.1 Mulut

b) Kerongkongan (esophagus)

Esofagus (kerongkongan) adalah saluran penghubung antara mulut

dengan lambung, yang letaknya di antara tenggorokan dan

lambung.

Kerongkongan sebagai jalan untuk makanan yang telah dikunyah

dari mulut menuju lambung. Otot kerongkongan dapat

berkontrasksi sehingga mendorong makanan masuk ke dalam

lambung. Gerakan ini disebut dengan gerak peristaltik.

Pada ujung kerongkongan terdapat sfingter (cincin otot), yang

memungkinkan makanan untuk masuk ke lambung dan kemudian

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

menutupnya untuk mencegah makanan dan cairan naik kembali ke

kerongkongan.

c) Lambung

Lambung adalah organ berbentuk huruf “J”, yang ukurannya sekitar

dua kepalan tangan. Lambung terletak di antara esofagus dan usus

halus di perut bagian atas.

Lambung memiliki tiga fungsi utama dalam sistem pencernaan,

yaitu untuk menyimpan makanan dan cairan yang tertelan; untuk

mencampur makanan dan cairan pencernaan yang diproduksinya,

dan perlahan-lahan mengosongkan isinya ke dalam usus kecil.

Hanya beberapa zat, seperti air dan alkohol, yang dapat diserap

langsung dari lambung. Zat-zat makanan lainnya harus menjalani

proses pencernaan lambung.

Dinding otot perut yang kuat mencampur dan mengocok makanan

dengan asam dan enzim, memecahnya menjadi bagian-bagian yang

lebih kecil.

Makanan diolah menjadi bentuk semi padat yang disebut chyme.

Setelah makan, chyme perlahan dilepaskan sedikit demi sedikit

melalui pyloric sphincter, sebuah cincin otot antara lambung dan

bagian pertama dari usus halus yang disebut duodenum (usus 12

jari). Sebagian besar makanan meninggalkan perut hingga empat

jam setelah makan.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

Gambar 2.1. lambung

d) Usus Halus

Usus halus berbentuk tabung tipis sekitar satu inci dengan

panjang sekitar 10 meter. Usus halus terletak hanya lebih rendah

daripada lambung dan memakan sebagian besar ruang di rongga

perut.

Seluruh usus halus digulung seperti selang dan permukaan

bagian dalamnya penuh dengan banyak tonjolan dan lipatan.

Lipatan ini digunakan untuk memaksimalkan pencernaan

makanan dan penyerapan nutrisi. Pada saat makanan

meninggalkan usus halus, sekitar 90 persen dari semua nutrisi

telah diekstraksi dari makanan yang masuk ke dalamnya.

Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum (usus 12

jari), jejunum (bagian tengah melingkar), dan ileum (bagian

terakhir).

Usus halus memiliki dua fungsi penting, yaitu:

1. Proses pencernaan selesai di sini oleh enzim dan zat lain

yang dibuat oleh sel usus, pankreas, dan hati. Kelenjar di

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

dinding usus mengeluarkan enzim yang memecah pati dan

gula. Pankreas mengeluarkan enzim ke dalam usus kecil

yang membantu pemecahan karbohidrat, lemak, dan

protein. Hati menghasilkan empedu, yang disimpan di

kantong empedu. Empedu membantu membuat molekul

lemak dapat larut, sehingga dapat diserap oleh tubuh.

2. Usus halus menyerap nutrisi dari proses pencernaan.

Dinding bagian dalam dari usus kecil ditutupi oleh jutaan

villi dan mikrovilli. Kombinasi keduanya meningkatkan

luas permukaan usus halus secara besar-besaran,

memungkinkan penyerapan nutrisi terjadi.

e) Usus Besar

Usus besar membentuk huruf “U” terbalik di atas usus halus

yang digulung. Ini dimulai di sisi kanan bawah tubuh dan

berakhir di sisi kiri bawah. Usus besar berukuran sekitar 5-6

meter, yang memiliki tiga bagian, yaitu sekum (cecum), kolon

dan rektum (rectum).

Sekum adalah kantung di awal usus besar. Area ini

memungkinkan makanan lewat dari usus halus ke usus besar.

Kolon adalah tempat cairan dan garam diserap dan memanjang

dari sekum ke rektum. Bagian terakhir dari usus besar adalah

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

rektum, yang mana kotoran (bahan limbah) disimpan sebelum

meninggalkan tubuh melalui anus.

Fungsi utama dari usus besar adalah membuang air dan garam

(elektrolit) dari bahan yang tidak tercerna dan membentuk

limbah padat yang dapat dikeluarkan. Bakteri di usus besar

membantu memecah bahan yang tidak tercerna. Sisa isi usus

besar dipindahkan ke arah rektum, di mana feses disimpan

sampai meninggalkan tubuh melalui anus.

3. Etiologi

Etiologi typhoid adalah bakteri gram negative, bentuk batang tidak

berkapsul, bersifat aerobic dan anaerob fakultatif, memiliki flagella

dan tidak ber spora, dinamakan Salmonella typi atau Salmonella

enterica serotype.

Salmonella memiliki cara khas antigen O, H dan Vi. Penyakit tifoid

ini sering dihubungkan dengan paratifoid, yang biasanya lebih

ringan dan menunjukan gambaran klinis yang sama, atau

menyebabkan enteritis akut disebabkan oleh genus bakteri yang

sama dengan subspecies paratyphi A, B, C. salmonella typhi hanya

menginfeksi manusia dan hewan peliharaan

4. Pathofisiologi

Bakteri salmonella typhi masuk ke dalam tubuh melalui makanan

dan air yang tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam

lambung, dan sebagian masuk ke usus halus, mencapai plague

peyeri di ileum terminalis yang hipertrofi. Salmonella

typhi memiliki fimbria khusus yang dapat menempel ke lapisan

plague peyeri, sehingga bakteri dapat di fagositosis. Setelah

menempel, bakteri memproduksi protein yang mengganggu brush

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

bonder usus dan memaksa sel usus untuk membentuk kerutan

membrane yang akan melapisi bakteri dalam vesikel. Bakteri dalam

vesikel akan menyebrang melewati sitoplasma sel usus dan di

presentasikan ke makrofag (Wibisono et al, 2014).

Kuman memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar dari

serangan system imun seperti polisakarida kapsul Vi. Penggunaan

makrofag sebagai kendaraan dan gen Salmonella patogencity Island

2 (SPI2) (Wibisono et al, 2014).

Setelah sampai kelenjar getah bening mensenterika, kuman

kemudian masuk ke aliran darah melalui duktus torasikus sehingga

terjadi bakteremia pertama yang asimtomatik. Salmonella typhi

juga bersarang dalam sistem retikuloendotelial terutama hati dan

limpa, dimana kuman meninggalkan sel fagosit berkemang biak dan

masuk sirkulasi darah lagi sehingga terjadi bakteremia kedua

dengan gejala sistemik. Salmonella typhi menghasilkan endotoksin

yang berperan dalam inflamasi local jaringan tempat kuman

berkembang biak merangsang pelepasan zat pirogendan leukosit

jaringan sehingga muncul demam dan gejala sistemik lain.

Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah

sekitar plague peyeri. Apabila proses patologis semakin

berkembang, perorasi dapat terjadi (Wibisono et al, 2014).

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

Patway Deman Typhoid

5. Manifestasi Klik

Menurut Wibisono et al (2014), masa tunas sekitar 10-14 hari.

Gejala yang timbul beravariasi dari ringan sampai berat. Tanda

dan gejalanya yaitu:

a. Pada minggu pertama, muncul tanda infeksi akut seperti

demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,

muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak nyaman di

perut, batuk dan epistaksis. Demam yang terjadi berpola

seperti anak tangga dengan suhu semakin tinggi dari hari ke

hari. Lebih rendah pada pagi hari dan tinggi pada sore hari.

b. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan

demam, bradikardia relatif, lidah typhoid (kotor ditengah,

tepid dan ujung berwarna merah disertai tremor).

Hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan

kesadaran dan yang lebih jarang berupa roseolae.

6. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat dityphoid adalah:

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

a. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perforasi usus,

ileus paralitik, pankreastitis.

b. Komplikasi ekstra-intestinal : komplikasi kardiovaskuler,

(gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis),

komplikasi paru(pnemonia, pleuritis), komplikasi

darah(anemia hemolitik, trombositopenia, thrombosis),

komplikasi tulang (osteomielitis, peritonitis, arthiritis),

komplikasi neuropsikiatrik / tifoid toksin (Widoyono,

2011).

7. Konsep Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan

yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal

di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

pemulangannya kembali kerumah (Wong, 2009).

Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana

mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani

terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah.

Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga

mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing,

orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan

menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orang tua akan

membuat stress anak meningkat. Dengan demikian asuhan

keperawatan tidak hanya terfokus pada anak terapi juga pada

orang tuanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak

1. Berpisah dengan orang tua dan sparing.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

2. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang

kegelapan,monster,pembunuhan dan binatang buas diawali

dengan yang asing.

3. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan

4. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.

5. Prosedur yang menyakitkan dan takut akan cacat dan

kematian.

8. Tahap Perkembangan Anak Usia 7 tahun

a) Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah ( 7-12

tahun )

Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif

seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak

daripada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak

terjadi terutama karena bertambahnya ukuran system

rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.

1) Parameter umum

Rata – rata tinggi badan anak usia 7 – 12 tahun 113 cm

dan rata – rata berat badan anak usia 6 – 12 tahun

mencapai 21 kg.

2) Nutrisi

Kebutuhan kalori harian anak usia 7 – 12 tahun menurun

sehubungan dengan ukuran tubuh, dan rata – rata

membutuhkan 2400 kalori perhari. Banyaknya anak

yang tidak menyukai sayuran, biasanya hanya satu jenis

makanan, yang disukai orang tua memiliki peranan

penting dalam mempengaruhi pilihan anak.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

3) Pola tidur

Kebutuhan tidur setiap anak bervariasi, biasanya 8

sampai 9,5 jam setiap malam.

4) Kesehatan gigi

Mulai sekitar 6 tahun gigi permanen tumbuh dan anak

secara bertahap kehilangan gigi desi dua.

5) Eliminasi

Pada usia 6 tahun, 85% anak memiliki kendala penuh

terhadap kandung kemih dan defekasi, enurisis,

nocturnal ( mengompol ) terjadi pada 15% anak berusia

6 tahun.

b) Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah ( 7 – 12 tahun )

Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus

dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi.

Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai

meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya.

Untuk memperhalus keterampilan – keterampilan motorik,

anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisk yang

terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan.

Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam

aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti

senam, berenang, dll.

Beberapa perkembangan motorik ( kasar maupun halus ) selama

periode ini, antara lain :

a. Anak Usia 7 Tahun

- Mulai membaca dengan lancer

- Cemas terhadap kegagalan

- Peningkatan minat pada bidang spiritual

- Kadang malu atau sedih

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

b. Anak Usia 8 – 9 Tahun

- Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat

- Mampu menggunakan peralatan rumah tangga

- Keterampilan lebih individual

- Ingin terlibat dalam sesuatu

- Menyukai kelompok dan mode

- Mencari teman secara aktif

c. Anak Usia 10 -12 Tahun

- Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur

tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai

tampak.

- Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti

mencuci, menjemur pakaian sendiri, dll

- Adanya keinginan anak untuk menyenangkan dan

membantu orang lain

- Mulai tertarik dengan lawan jenis.

9. Pemeriksaan

Menurut Ngastiyah (2005, h. 239) & Ranuh (2013, h. 184-185)

pasien yang di rawat dengan diagnosis observasi tifus

abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai

pasien tifus abdominalis dan di berikan pengobatan sebagai

berikut:

a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta

b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi,

mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain

c. Istirahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu

normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika

tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan diruangan

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

d. Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan

tinggi protein.

e. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat,

tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.dianjurkan

minum susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran pasien

menurun di berikan makanan cair, melalui sonde lambung.

Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga di

berikan makanan lunak.

f. Pemberian antibiotic

Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran

bakteri. Obat antibiotik yang sering di gunakan adalah :

a) Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per

oralatau dengan dosis 75 mg/kg/24 jam melalui IV

dibagi dalam 4 dosis.

Cloramhenicol dapat menyembuhkan lebih cepat tetapi

relapse terjadi lebih cepat pula dan obat tersebut dapat

memberikan efek samping yang serius

2) Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV

di bagi dalam 6 dosis. Kemampuan obat ini menurunkan

demam lebih rendah dibandingkan dengan

chloramphenicol

3) Amoxicillin dengan dosis 100mg/kg/24 jam per os

dalam3 dosis

4) Trimethroprim-sulfamethoxazol masing-masing dengan

dosis 50 mg SMX/kg/24 jam per os dalam 2

dosis,merupakan pengobatan klinik yang efisien

5) Kotrimoksazol dengan dosis 2x 2 tablet (satu tablet

mengandung 400mg sulfamethoxazole dan 800 mg

trimetroprim. Efektifitas obat ini hampir sama dengan

cloromphenicol

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Nursalam, Susilaningrum & Utami (2008) adalah sebagai

berikut :

a. Identitas klien

b. Keluhan utama

Perasan tidak enak badan , lesu, nyeri kepala, pusing, dan

kurang bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama

selama masa inkubasi

c. Suhu tubuh

pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3minggu,

bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Sselama

minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik ntiap

harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada

sore dan malam hari. Pada minggu kedua,pasien terus berada

dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-

angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

d. Kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa

dalam,yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor,

koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat

mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut

mungkin terdapat gejala lainya. Pada penanggung dan anggota

gerak terdapat reseole, yaitu bintik-bintik kemerahan karena

emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu

pertama demam. Kadangkadang ditemukan pula bradikardi dan

epitaksis pada anak besar.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Mulut

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering

dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih, sementara

ujung dan tepinya berwarna kemerahan,dan jarang di sertai

tremor.

2) Abdomen

Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismuas),

bisa terjadi konstipasi atau mungkin diare atau normal

3) Hati dan limfe

Membesar disertai nyeri pada perabaan

f. Pemeriksaan laboratorium

1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leokopenia,

limfositosis, relatif pada permukaan sakit darah untuk kultur

(biakan, empedu) dan widal

2) biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan

dalam darah pasien pada minggu pertama sakit, selanjutnya

lebih sering ditemukan dalam feces dan urine

3) pemeriksaan widal untukmembuat diagnisis, pemeriksaan

yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen 0, titer

yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukan kenaikan yang

progresif.

2. Diagnosa

a. hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi salmonella

typhi.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan

tidak adekuat.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan malabsorbsi nutrien.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

3. Intervensi Keperawatan

a. hipertermi berhubungn dengan proses inflamasi salmonella

typhi.

Tujuan : suhu tubuh kembali normal.

Kriteria Hasil :

1) pasien mempertahankan suhu tubuh normal yaitu 36ºC -

37ºC dan bebas dari demam.

2) Nadi dan RR dalam rentan normal

3) Tidak perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi:

1) pantau suhu tubuh pasien tiap 3 jam sekali

Rasional: suhu tubuh 38ºC-40ºC menunjukan proses

penyakit infeksi akut .

2) beri kompres hangat

Rasional: kompres dengan air hangat akan menurunkan

demam

3) anjurkan kepada ibu klien agar klien memakai pakaian tipis

dan menyerap keringat

Rasional : memberi rasa nyaman, pakaian tipis membantu

mengurangi penguapan tubuh

4) Beri banyak minum

Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan

menurunkan dehidrasi

5) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotic

Rasional : antipiretik untuk mengurangi demam, antibiotik

untuk membunuh kuman infeksi.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake

cairan tidak adekuat.

Tujuan: volume cairan terpenuhi

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

Kriteria hasil:

a) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB

b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi elastis turgor kulit baik,

membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus berlebihan

d) tanda-tanda vital normal

Intervensi :

1) Monitor tanda-tanda vital

Rasional : mengetahui suhu, nadi dan pernafasan

2) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan

Rasional: mengontrol keseimbangan cairan

3) Kaji status dehidrasi

Rasional : mengetahui drajat status dehidrasi

4) Beri banyak minum

Rasional:membantu memelihara kebutuhab cairan dan

menurunkan resiko dehidrasi.

5) Timbang popok / pembalut jika diperlukan

Rasional : membantu mengetahui berat urine didalam

popok.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan malabsorbsi nutrien.

Tujuan : tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria hasil:

a) Nafsu makan maningkat

b) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

c) berat badan klien meningkat

d) tidak ada tanda-tanda malnutrisi

e) tidak terjadi penurunan berat badan

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

Intervensi :

1) Kaji status anak

Rasional : mengetahui langkah pemenuhan nutrisi

2) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan

dengan teknik porsi kecil tapi sering

Rasional : meningkatkan jumlah masukan dan mengurangi

mual dan muntah

3) Pertahankan kebersihan tubuh anak

Rasional : menghilangkan rasa tidak enak pada mulut atau

lidah dan dapat nafsu makan

4) Beri makan lunak

Rasional : mencukupi kebutuhan nutrisi tanpa memberi

beban yang tinggi pada usus.

5) Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang

adekuat

Rasional : memberikan motivasi pada keluarga untuk

memberikan makanan sesuai kebutuhan.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan : dapat beraktivitas secara mandiri

Kriteria hasil :

a) Berparsipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi, dan RR

b) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLS) secara

mandiri

c) Tanda-tanda vital normal

d) Level kelemahan

e) Nampu berpindah: denganatau tanpa bantuan alat

f) Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

Intervensi :

a) Kaji toleransi terhadap aktivitas

Rasional: menunjukan respon fisiologis pasien terhadap

aktivitas

b) Kaji kesiapan meningkatkan aktivitas

Rasional : stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk

memajukan tingkat aktivitas individual

c) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan

menggunakan kursi mandi, menyikat gigi atau rambut

Rasional : teknik penggunaan energi menurunkan

penggunaan energi

d) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memiliki periode

aktivitas

Rasional : seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap

kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.

4. Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan

(tindakan keperawatan) yang telah direncakan dalam rencna

tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui

beberapa hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan

pada klien, tiknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur

tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam

memahami tingkat perkembangan psaien. Dalam pelaksanaan

rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis

mandiri dan tindakan kolaborasi. Sebagai profesi, perawat

mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam menentukan

asuhan keperawatan (Hidayat, 2009)

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

Tahap-tahap tindakan keperawatan yaitu :

a. Tahap Persiapan

Tahap awal pelaksanaan asuhan keperawatan menuntut perawat

mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk

melakukan intervensi. Persiapan tersebut meliputi kegiatan

meninjau ulang (review) asuhan keperawatan yang telah

diidentifikasi pada tahap perencanaan, menganalisis

kemampuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan,

mengetahui komplikasi dari intervensi keperawatan yang

mungkin timbul, menentukan dan mempersiapkan peralatan

yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang kondusif

sesuai dengan intervensi yang akan dilaksanakan,

mengidentiikasi aspek hukum dan kode etik keperawatan

terhadap risiko yang mungkin muncul akibat dilakukan

intervensi.

b. Tahap Intervensi

Pendekatan asuhan keperawatan meliputi intervensi independen

(suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa penunjuk

atau instruksi dokter atau profesi kesehatan lainnya), dependen

(pelaksanaan rencana tindakan medis), dan interdependen

(menjelaskan kegiatan yang memerlukan kerjasama dengan

profesi kesehatan lainnya seperti tenaga sosial, ahli gizi,

fisioterapi, dan dokter).

c. Tahap Dokumentasi

Implementasi asuhan keperawatan harus diikuti oleh

pendokumentasian yang lengkap dan akurat terhadap suatu

kejadian dalam proses keperawatan. Ada tiga tipe sistem

pencatatan yang digunakan pada dokumentasi, Sources

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

Oriented Record; Problem – Oriented Record; POR; dan

Computed Assisted Record.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis

keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan

evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat

dapat mengambil keputusan.

a. Mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien telah

mencapai tujuan yang ditetapkan).

b. Memodifikasi rencana asuhan keperawatan (jika klien

mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan)

c. Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien

memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)

Proses evaluasi terdiri dari 2 tahap :

a. Mengukur pancapaian tujuan klien.

Perawat menggunakan keterampilan pengkajian untuk

mendapatkan data yang akan digunakan dalam evaluasi yang

terdiri dari beberapa komponen yaitu kognitif (pengetahuan),

afektif (status emosional), psikomotor, perubahan fungsi tubuh.

b. Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan

pencapaian tujuan.

Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini :

1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.

2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. 1. - perpus.fikumj.ac.id

3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan.

Kualitas asuhan keperawatan dapat dievaluasi pada saat proses

(formatif) dan dengan melihat hasilnya (sumatif).

a. Evaluasi proses atau formatif

Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan

dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi

proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan

keperawatan dilaksanakan untuk membantu menilai efektifitas

intervensi tersebut. Evaluasi formatif terus menerus

dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.

b. Evaluasi hasil atau sumatif

Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status

kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Meskipun

informasi pada tahap ini tidak secara langsung berpengaruh

terhadap klien yang dievaluasi, tetapi evaluasi hasil dapat

menjadi suatu metode untuk memonitor kualitas dan efektifitas

intervensi yang telah diberikan.