BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 ...
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 ...
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan pustaka
2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
umumnya datang dari pengalaman,juga bisa didapat dari
informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman,
buku dan surat kabar (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
10
diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan
pengetahuan yang rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
11
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek.
2.1.2 Sikap (Attitude)
Sikap dapat didefinisikan sebagai evaluasi positif
atau negatif dari orang, objek, peristiwa, kegiatan, ide, atau
apa saja di lingkungan Anda (Zimbardo dkk., 1999)
Menurut pendapat Bain (1927), sikap adalah "perilaku
terbuka relatif stabil dari seseorang yang mempengaruhi
statusnya". Sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh
Herbert Spencerdi tahun 1862 yang pada saat itu diartikan
olehnya sebagai status mental seseorang (Allen, Guy, &
Adgley, 1980).
Menurut beberapa ahli yang menemukan teori
tentang sikap antara lain Louis Thustone (1928; salah-
seorang tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap),
Rensis Likert (1932; juga seorang pionir dibidang sikap),
dan Cherles Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu
12
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secara lebih
spesifik, Thourstone memformulasikan sikap sebagai
derajat efek positif atau efek negative terhadap suatu objek
psikologis’ (Edwards, 1957).
Mann (1996) mengatakan bahwa sekalipun
diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluatif
yang banyak menentukan individu bertindak,akan tetapi
sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini
dikarenakan tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh
sikap semata akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal
lainya. disamping itu, ternyata untuk satu macam tindakan
saja terdapat banyak pola sikap yang relevan. Karena itu,
ketidak-konsistenan sikap lebih merupakan masalah
orientasi individu terhadap situasi yang ada.Pada dasarnya
memang sikap lebih bersifat pribadi sedangkan tindakan
atau kelakuan lebih bersifat umum atau sosial, karena itu,
tindakan lebih peka terhadap tekanan tekanan sosial.
1. Strukutur Sikap
Sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk
struktur sikap yaitu :
a. Komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu
komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang
13
berhubungan dengan begaimana orang
mempersepsi terhadap objek sikap.
b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu
komponen yang berhubungan dengan rasa senang
atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa
senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa
tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen
ini menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif.
c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action
component), yaitu komponen yang berhubungan
dengan kecendrungan bertindak terhadap objek
sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap,
yaitu menunjukan besar kecilnya kecendrungan
bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek
sikap.
Komponen-komponen tersebut di atas merupakan
komponen yang membentuk struktur sikap.Analisis
dengan melihat komponen-komponen yang membentuk
sikap desebut analisis komponen atau analisi struktur.
2. Analisis fungsi Sikap
Sikap selain dianalisis dengan analisis struktur atau
analisis komponen, juga juga dapat dianalisis dengan
analisis fungsi, yaitu suatu analisis mengenai sikap dan
14
melihat fungsi sikap. Menurut Katz (IiH. Secord dan
Backman, 1964) sikap itu mempunyai empat fungsi,
yaitu:
a. Fungsi instrumental, atau fungsi penyesuaian,
atau fungsi manfaat
Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana-
tujuan.Disini sikap merupakan sarana untuk
mencapai tujuan.Orang memandang sampai sejauh
mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana
atau sebagai alat dalam rangka pencapaian tujuan.
Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam
mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap
positif terhadap objek sikap tersebut, demikian
sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam
pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap
negatif terhadap objek sikap bersangkutan. Karena
itu fungsi ini juga disebut fungsi manfaat (utility), yaitu
sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam
rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut
fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang
diambil oleh seseorang, orang akan dapat
menyesuaikan diri dengan secara baik terhadap
sekitarnya. Misal orang mempunyai sikap anti
kemewahan, karena dengan sikap tersebut orang
15
bersangkutan mudah diterima oleh kelompoknya,
karena ia tergabung dalam kelompok anti
kemewahan.
b. Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh
seseorang demi untuk mempertahankan ego atau
akunya.Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu
orang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau
egonya.Demi mempertahankan egonya, orang yang
bersangkutan mengambil sikap tertentu.Misal orang
tua mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan
egonya, dalam keadaan terdesak pada waktu diskusi
dengan anaknya.
c. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang
merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya.
Dengan mengekspresikan diri seseorang akan
mendapatkan kepuasan dapat menunjukan keadaan
dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu
terhadap nilai tertentu, ini menggambarkan keadaan
sistem nilai yang ada pada individu yang
bersangkutan.sistemnilai apa yang ada pada diri
16
individu dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh
individu yang bersangkutan terhadap nilai tersebut.
d. Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin
mengerti, dengan pengalaman-pengalamanya, untuk
memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari
pengalamanya yang tidak konsisten dengan apa
yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali
atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi
konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai
sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukan
tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek
sikap yang bersangkutan.
3. Determinan Sikap
a. Faktor fisilogis
Faktor fisiologis seseorang akan ikut
menentukan bagaimana sikap seseorang. Berkaitan
dengan ini ialah faktor umur dan kesehatan.Pada
umumnya orang muda sikapnya lebih radikal
daripada sikap orang yang lebih tua, sedangkan
pada orang dewasa sikapnya lebih moderat.Dengan
demikian masalah umur akan berpengaruh pada
sikap seseorang.
17
b. Faktor pengalaman langsung pada objek sikap
Bagaimana sikap seseorang terhadap objek
sikap akan dipengaruhi oleh pengalaman langsung
orang yang bersangkutan dengan objek sikap
tesebut.
c. Faktor kerangka acuan
Kerangka acuan merupakan faktor yang
penting dalam sikap seseorang, karena kerangka
acuan ini akan berperan terhadap objek sikap. Bila
kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap,
maka orang akan bersikap negatif terhadap objek
sikap tersebut.
d. Faktor komunikasi sosial
Faktor komunikasi sosial sangat jelas menjadi
determinan sikap seseorang, dan faktor ini yang
banyak diteliti. Komunikasi sosial yang berwujud
informasi dari seseorang kepada orang lain dapat
menyebabkan perubahan sikapyang ada pada diri
orang yang bersangkutan.
4. Ciri-ciri Sikap
a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir
Ini berarti bahwa manusia pada waktu
dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu
18
terhadap suatu objek. Karena sikap tidak dibawa
sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu
terbentuk dalam perkembangan individu yang
bersangkutan. Oleh karena sikap itu terbentuk atau
dibentuk, maka sikap itu dapat dipelajari, dan
karenanya sikap itu dapat berubah.
b. Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap
Oleh karena itu sikap selalu dibentuk atau
dipelajari dalam hubunganya dengan objek-objek
tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap
objek tersebuthubungan positif atau negatif antara
individu dan objek tertentu, akan menimbulkan sikap
tertentu pula dari individu terhadap objek tersebut.
c. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi
juga dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek.
Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif
pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai
kecendrungan untuk menunjukan sikap yang negatif
pula pada kepada kelompok dimana seseorang
tersebut tergabung didalamnya. Disini terlihat adanya
kecenderungan menggeneralisasikan objek sikap.
d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Kalau sesuatu sikap terbentuk dan telah
merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara
19
relaitif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang
bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan
kalaupun dapat berubah akan memekan waktu yang
akan lama. Tetapi sebaliknya bila sikap itu belum
mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap
tersebut relatif tidak bertahan lama, dan sikap
tersebut akan mudah berubah.
e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan
motivasi
Ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatu objek
tertentu kan selalu diikuti oleh perasaan tertentu
yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan)
tetapi juga yang bersifat negatif (yang tidak
menyenangkan) terhadap objek tersebut. Di samping
itu sikap juga mengandung motivasi, ini berarti
bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi
individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap
objek yang dihadapinya.
2.1.3 PeriIaku(Practice)
Menurut S. Notoatmodjo (2003), bahwa suatu sikap
belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour).
Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
20
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat
tindakan diantaranya :
a. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan
tindakan tingkat pertama.
b. Respon Terpimpin (Guided respons)
Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar sesuai dengan contoh merupakan indicator
tindakan tingkat dua.
c. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah
merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
tindakan tingkat tiga.
d. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang
sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu
sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
21
2.1.4 Teori Rosenberg
Teori Rosenberg dikenal dengan teori afecctive-
cognative consistency dalam hal sikap dan teori ini
kadang-kadang juga disebut teori dua faktor.Rosenberg
(Iih.Second & Beckman, 1964) memutuskan perhatiannya
pada hubungan komponen kognitif dan komponen
afektif.Dalam beberapa pendapat diajukan komponen-
komponen ini, tetapi bagaimana hubungan antara
keduanya belum dikupas oleh para ahli, dan Rosenberg
ingin melihat hubungan ini.
Menurut Rosenberg (Iih. Second & Beckman, 1964)
pengertian kognitif dalam sikap tidak hanya mencakup
tentang pengetahuan-pengetuhan yang berhubungan
dengan objek sikap, melainkan mencakup kepercayaan
atau belief tentang hubungan antara objek sikap itu
dengan sistem nilai yang ada dalam diri individu.
Komponen afektif berhubungan dengan bagaimana
perasaan yang timbul pada seseorang yang menyertai
sikapnya, dapat positif tetapi juga dapat negatif terhadap
objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap yang positif
terhadap objek sikap, maka ini berarti adanya hubungan
pula dengan nilai-nilai positif yang lain yang berhubungan
dengan objek sikap tersebut, demikian juga dengan sikap
yang negatif. Misalnya bila seseorang mengalami
22
kecelakaan dan salah satu bagian tubuhnya mengalami
fraktur tulang (patah tulang) dia lebih memilih pengobatan
tradisional sambung tulang dari pada pengobatan medis.
Karna ada beberapa faktor,yang pertama yaitu faktor
biaya, kebudayaan, dan kepercayaan terhadap
pengobatan tradisional.
Menurut Rosenberg (Iih. Second dan Beckman, 1964)
bahwa komponen afektif akan selalu berhubungan dengan
komponen kognitif,dan hubungan tersebut dalam keadaan
konsisten. Rosenberg menciptakan skala sikap dan
berpendapat bahwa adanya hubungan konsisten antara
komponen afektif dengan komponen kognitif.Ini berarti bila
seseorang mempunyai sikap yang positif pada suatu objek,
maka indeks kognitfnya juga tinggi, demikan sebaliknya.
Suatu hal yang penting pengetrapan teori Rosenberg
ini ialah dalam kaitanya dengan perubahan sikap. Karena
hubungan afektif dan komponen kognitif konsisten, maka
bila komponen afektifnya berubah, maka komponen
kognitifnya juga akan berubah, demikian juga bila
komponen kognitifnya berubah, komponen afektifnya juga
berubah. Pada umumnya dalam rangka pengubahan
sikap, orang akan mengubah dahulu komponen
kognitifnya, sehingga akhirnya komponen afektinya
berubah. Dalam rangka pengubahan sikap Rosenberg
23
mencoba mengubah komponen afektif dahulu. Dengan
rubahnya komponen afektif akan berubah juga komponen
kognitifnya, yang pada akhirnya akan berubah pula
sikapnya (Iih. Second dan Beckman, 1964)
2.1.5 Teori Festinger
Teori Festinger (Iih. Second & Beckman, 1964) dikenal
dengan teori disonansi kognitif (the cognitive dissonance
theory) festinger meneropong tentang sikap dikaitkan
dengan perilaku yang nyata., yang merupakan yang
banyak mengundang perdebatan. Seperti yang dijelaskan,
sikap terbagi menjadi tiga macam komponen, yaitu
komponen kognitif, afektif, dan komponen konatif atau
action component.Dalam hubungan ini Festinger
(Iih.Second & Beckman, 1964) ingin menyelidiki tentang
hubungan sikap dan perilaku.
Festinger dalam teorinya mengemukakan sikap
individu itu biasanya konsisten satu dengan yang lain, dan
dengan tindakanya juga konsisten satu dengan yang lain.
menurut Festinger apa yang dimaksud dengan elemen
kognitif ialah mencakup pengetahuan, pandangan,
kepercayaan tentang lingkungan, tentang seseorang atau
tentang tindakan.
24
2.1.6 Study KAP (knowledge-attitude-practice)
Travers (1977), Gagne (1977) dan Crobach (1977)
sependapat bahwa sikap melibatkan 3 (tiga) komponen
yang saling berhubungan yaitu :
1. Komponen cognitive : berupa pengetahuan,
kepercayaan, atau pikiran yang berdasarkan informasi,
yang berhubungan dengan objek.
Misalnya : warga desa Waai pulau Ambon tahu bahwa
pengobatan tradisonal sambung tulang (Topu Bara )
sangat berkhasiat dan tidak rumit proses
penyembuhannya untuk penderita patah tulang.
Cognitive masyarakat Waai tentang pengobatan
tradisonal sambung tulang (Topu Bara) bahwa meraka
tahu dan percaya pengobatan tradisional ini sangat
berkhasiatdan tidak rumit proses penyembuhannya.
2. Komponen Afektif : menunjukan pada dimensi
emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan
dengan obyek. Obyek disini dirasakan sebagai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Misalnya : jika warga desa Waai mengatakan senang
karna menggunakan pongobatan tradisional sambung
tulang, ini melukiskan perasaan mereka terhadap
pengobatan tradisional sambung tulang (Topu Bara) .
25
3. Komponen behavior atau conative : melibatkan salah
satu predisposisi untuk bertindak terhadap obyek.
Misalnya : karena pengobatan tradisonal sambung
tulang (Topu Bara) itu sudah dipercaya oleh warga desa
Waai Ambon, dan mereka berusaha (bertindak) untuk
kalau sakit atau mengalami patah tulang akan segera di
bawa ke sana.
2.1.7 Pengobatan tradisional (Topu Bara)
WHO menyatakan pengobatan tradisional adalah ilmu
dan seni pengobatanberdasarkan himpunan dari
pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat
diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan
diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap
ketidakseimbangan fisik, mental, ataupun sosial.
Hasil keputusan “Seminar Pelayanan Pengobatan
Tradisional Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat 2
definisi untuk Pengobatan Tradisional Indonesia yaitu :
a. Ilmu dan atau seni pengobatan yang dilakukan oleh
Pengobat Tradisional Indonesia dengan cara yang
tidak bertentangan dengan kepercayaan kepada
Tuhan YME sebagai upaya penyembuhan,
pencegahaan penyakit, pemulihan dan peningkatan
kesehatan jasmani, rohani, dan sosial masyarakat.
26
b. Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan,
pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan
masyarakat yang berlandaskan cara berpikir, kaidah-
kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu kedokteran
modern, diwariskan secara turun menurun atau
diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara-
cara yang tidak lasim digunakan dalam ilmu
kedokteran.
Pengobatan tradisional sambung tulang “Topu Bara”
adalah : pengobatan tradisional, menggunakan bara, daun
pisang, dan minyak kelapa, di letakan pada bagian yang
patah tulang, dan di urut atau pijat di bagian patah tulang
yang patah. “Topu Bara” ini salah satu pengobatan
tradisional untuk penderita patah tulang di desa Waai
Ambon.
2.1.8 Perspektif Teoretis
Pengetahuan
(Knowledge)
Sikap
(attitude)
Perilaku
(Practice)
Komponen
kognitif
Komponen
afektif
Komponen
konatif
Objek sikap
27
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
umumnya datang dari pengalaman,juga bisa didapat dari
informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman,
buku dan surat kabar (Notoatmodjo,2003). Dari
pengetahuan yang kita dapat akan menstimulus pikiran
kita untuk member nilai positif atau negatif yang ditunjukan
oleh sikap kita.
Sikap dapat didefinisikan sebagai evaluasi positif atau
negatif dari orang, objek, peristiwa, kegiatan, ide, atau apa
saja di lingkungan Anda (Zimbardo dkk., 1999) Menurut
pendapat Bain (1927), sikap adalah " perilaku terbuka
relatif stabil dari seseorang yang mempengaruhi
statusnya". Sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh
Herbert Spencerdi tahun 1862 yang pada saat itu diartikan
olehnya sebagai status mental seseorang (Allen, Guy, &
Adgley, 1980).Sikap itu mengandung tiga komponen yang
membentuk struktur sikap yaitu :
a. Komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu
komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
28
pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan begaimana orang mempersepsi
terhadap objek sikap.
b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu
komponen yang berhubungan dengan rasa senang
atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak
senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini
menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif.
c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action
component), yaitu komponen yang berhubungan
dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap.
Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu
menunjukan besat kecilnya kecendrungan bertindak
atau berprilaku seseorang terhadap objek sikap.
Menurut S. Notoatmodjo (2003), bahwa suatu sikap
belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour).
Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat
tindakan diantaranya :
29
a. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan
tindakan tingkat pertama.
b. Respon Terpimpin (Guided respons)
Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar sesuai dengan contoh merupakan indicator
tindakan tingkat dua.
c. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah
merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
tindakan tingkat tiga.
d. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang
sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu
sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.