BAB II TINJAUAN PUSTAKA.docx

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 DEFINISI AMPUTASI Amputasi berasal dari bahasa Latin “amputare” dan bahasa Yunani “apocope” yang berarti untuk memotong. Kata amputasi dalam bahasa Inggris yakni "amputation" pertama kali diterapkan di operasi pada abad ke-17, mungkin pertama oleh Peter Lowe A dari wacana the Whole Art of Chirurgerie pada sekitar tahun 1597 atau 1612. Amputasi adalah prosedur pembedahan yang meliputi pengangkatan ekstremitas atau anggota badan (kaki atau lengan) atau bagian dari anggota tubuh (seperti jari kaki, jari, kaki, atau tangan). Amputasi adalah salah satu bentuk osteotomi yang diikuti dengan pemotongan struktur-struktur yang melekat pada tulang (Rasjad, 2007). II.2 ETIOLOGI AMPUTASI Penyebab amputasi secara umum dapat dibedakan menjadi : a) Defek lahir kongenital (5%) Mayoritas tampak pada populasi pediatrik karena kegagalan pembentukan sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. b) Didapat (95%), terdiri dari : 1) Penyakit Oklusi Arterial/Occlusive Arterial Disease (60%) Penyakit vaskuler yang berhubungan dengan amputasi adalah diabetes melitus, arteriosklerosis, dan Buerger’s disease. Mempunyai insidensi pada usia sekitar 60-70 tahun.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA.docx

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI AMPUTASIAmputasi berasal dari bahasa Latin amputare dan bahasa Yunani apocope yang berarti untuk memotong. Kata amputasi dalam bahasa Inggris yakni "amputation" pertama kali diterapkan di operasi pada abad ke-17, mungkin pertama oleh Peter Lowe A dari wacana the Whole Art of Chirurgerie pada sekitar tahun 1597 atau 1612.Amputasi adalah prosedur pembedahan yang meliputi pengangkatan ekstremitas atau anggota badan (kaki atau lengan) atau bagian dari anggota tubuh (seperti jari kaki, jari, kaki, atau tangan). Amputasi adalah salah satu bentuk osteotomi yang diikuti dengan pemotongan struktur-struktur yang melekat pada tulang (Rasjad, 2007).

II.2 ETIOLOGI AMPUTASIPenyebab amputasi secara umum dapat dibedakan menjadi :a) Defek lahir kongenital (5%)Mayoritas tampak pada populasi pediatrik karena kegagalan pembentukan sebagian atau seluruh bagian ekstremitas.b) Didapat (95%), terdiri dari :1) Penyakit Oklusi Arterial/Occlusive Arterial Disease (60%)Penyakit vaskuler yang berhubungan dengan amputasi adalah diabetes melitus, arteriosklerosis, dan Buergers disease. Mempunyai insidensi pada usia sekitar 60-70 tahun.2) Trauma (30%)Paling sering terjadi pada usia antara 17-55 tahun (71% pria). Lebih banyak mengenai ekstremitas bawah, dengan ratio 10 : 1 dibandingkan dengan ekstremitas atas. Trauma dari ekstremitas melibatkan kerusakan pada vaskuler atau nervus, luka bakar, dingin, dan fraktur yang tidak menyembuh. Ini dapat membuat ekstremitas secara permanen kurang fungsional. Dalam kasus tersebut. amputasi awal, dalam upaya menyelamatkan anggota badan, seringkali merupakan pilihan terbaik.3) Tumor (5%)Biasanya pada usia sekitar 10-20 tahun. Dalam kasus keganasan, hal itu biasa di masa lalu untuk mengamputasi proksimal bagian yang baik ke lesi neoplastik. Kemajuan dibidang kemoterapi dan radiaoterapi dengan staging tumor lebih baik sekarang menjadi mungkin, dalam banyak kasus, untuk melakukan reseksi segmental ekstremitas dengan eksisi lokal luas dari tumor.

II.3 EPIDEMIOLOGI AMPUTASIAngka insidensi dan prevalensi amputasi yang pasti tidak diketahui, tetapi di Amerika Serikat, sekitar 30.000-40.000 amputasi dilakukan setiap tahun. Ada sekitar 1,6 juta orang yang hidup dengan kehilangan anggota tubuh di tahun 2005 (Janos, 2012). Terdapat kecenderungan peningkatan jumlah amputasi tiap tahun yang disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah populasi manula yang umumnya menderita penyakit degeneratif seperti diabetes melitus dan penyakit pembuluh darah perifer lainnya. Usia puncak insiden amputasi adalah 50-75 tahun dan terutama berkaitan dengan penyakit pembuluh darah dengan atau tanpa diabetes mellitus. Pada kelompok usia muda amputasi disebabkan karena trauma atau sekuelenya. Pada anak-anak, 60% disebabkan oleh karena amputasi kongenital dan amputasi bedah umumnya disebabkan karena trauma atau keganasan. Sekitar 75% amputasi terjadi pada pria. Baik amputasi yang terjadi karena pekerjaan, penyakit dan penyebab lain, insidennya lebih tinggi pada pria. Berdasarkan penelitian pada saat ini amputasi pada pada ekstremitas bawah mencapai 85%-90% dari seluruh amputasi dan amputasi bawah lutut (transtibial amputation) merupakan jenis operasi amputasi yang paling sering dilakukan.

II.4 INDIKASI AMPUTASIIndikasi amputasi adalah 3D :1. Dead (dying), penyakit pembuluh darah perifer bertanggung jawab terhadap hampir 90% dari seluruh amputasi. Penyebab lainnya adalah trauma parah, luka bakar, dan frost bite.2. Dangerous, penyakit yang tergolong berbahaya adalah tumor ganas, sepsis yang berpotensi menyebabkan kematian dan crush injury.3. Damn Nulsance, ada keadaan dimana mempertahankan anggota gerak dapat lebih buruk daripada tidak mempunyai anggota gerak sama sekali. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh nyeri, malformasi berat, sepsis berulang atau kehilangan fungsi yang berat. Kombinasi antara deformitaas dan kehilangan sensasi khususnya merupakan masalah yang berat dan pada alat gerak bawah cenderung untuk menyebabkan ulserasi karena tekanan.

II.5 JENIS AMPUTASIBerdasarkan tujuannya amputasi dibagi atas (Apley 2007):1. Amputasi sementara, diperlukan jika penyembuhan primer tidak mungkin terjadi. Alat gerak diamputasi sedistal mungkin. Kemudian dibuat flap kulit yang cukup untuk menutupi jaringan dalam dipotong dan dijahit secara longgar. Reamputasi kemudian dilakukan ketika kondisi stump memungkinkan2. Definitive end bearing amputation, dilakukan jika kemudian akan diberikan beban berat pada ujung stump. Pada keadaan ini bekas luka amputasi tidak boleh terletak diujung stump dan tulang tidak boleh berongga. Untuk itu tulang harus dipotong melewati sendi atau mendekati sendi. Contohnya adalah amputasi melewati sendi lutut dan symes amputation.3. Definitive non end bearing amputation, merupakan amputasi yang paling sering dilakukan. Karena beban berat tidak akan ditumpukan pada ujung stump, maka bekas luka dapat terletak di terminal.

Berdasarkan teknik yang dipakai secara garis besar amputasi dibagi atas :1. Closed AmputationPada amputasi jenis ini, ujung stump ditutup dengan flap kulit. Amputasi jenis ini memerlukan pemasangan drain yang biasanya dibiarkan selama 48 72 jam setelah operasi. Ujung stump memiliki bentuk yang lebih baik dengan letak bekas luka pembedahan yang diatur tidak pada ujung stump sehingga memudahkan pemakaian prostesis kemudian. Otot, pembuluh darah, dan saraf dipotong pada batas tersendiri. Biasanya otot difiksasi pada ujung tulang dengan teknik miodesis atau dijahit di sekitar ujung tulang secara mioplastik. Dengan demikian, otot mendapat insersi kembali dan dapat berkontraksi sehingga tidak menjadi hipotrofi. Bila fungsi otot membaik, maka peredaran darah di stumb (puntung) juga membaik. Amputasi seperti ini dilakukan pada keadaan yang tidak disertai infeksi berat dengan kerusakan jaringan lunak atau kontaminasi minimal.2. Open Amputation Ujung stump tidak ditutup dengan flap kulit dan amputasi seperti ini dilakukan sebagai tindakan sementara yang akan diikuti dengan penjahitan sekunder, re-amputasi, revisi dan rekonstruksi plastik. Open amputation bertujuan untuk mencegah atau menghilangkan infeksi sehingga penutupan stump dapat dilakukan tanpa resiko terbukanya kembali jahitan. Indikasinya adalah bagi luka yang terinfeksi dan kerusakan jaringan lunak yang luas atau kontaminasi tinggi. Open amputation terbagi menjadi dua jenis yaitu open amputation with inverted skin flap dan circular open amputation. Pada jenis pertama penutupan luka dilakukan kemudian setelah 1014 hari tanpa memerlukan pemendekan stump. Pada jenis kedua penyembuhan luka sering lama dan dipengaruhi oleh tarikan kulit terus menerus diujung stump yang cenderung menarik seluruh jaringan ke ujung stump. Untuk menghindari penyembuhan yang lama dan letak bekas luka yang tidak baik, circular open amputation sering diikuti dengan reamputasi yang lebih proksimal. Amputasi terbuka dikerjakan pada luka kotor seperti luka perang atau infeksi berat, antara lain gangren gas. Pada cara ini, sayatan kulit dibuat secara sirkuler, sedangkan otot dipotong sedikit proksimal dari otot. Luka dibiarkan terbuka sampai infeksi teratasi, kemudian baru dikerjakan reamputasi.

II.6 LOKASI DAN PRINSIP TEKNIK AMPUTASIKebanyakan amputasi ekstremitas bawah disebabkan karena penyakit iskemik dan dilakukan amputasi pada lokasi di bawah dari tempat paling distal dimana pulsasi arteri masih teraba. Pemilihan tingkat amputasi dapat dibantu oleh indeks Doppler, jika indeks ankle/brachial lebih besar dari 0,5 atau jika tekanan oklusi pada betis dan paha lebih besar masing-masing 65 mmHg dan 50 mmHg, maka ada kemungkinan besar amputasi di bawah lutut akan berhasil. Lokasi amputasi dilakukan oleh tuntutan desain protesis dan fungsi lokal. Stump yang terlalu pendek akan membuat protesis cenderung tergelincir dan yang terlalu panjang akan mendapatkan sirkulasi yang tidak adekuat dan akan menjadi nyeri atau mengalami ulserasi, disamping itu akan menyulitkan pemasangan protesis (Apley, 2010).Torniquet selalu digunakan kecuali jika terdapat insufisiensi arterial. Flap kulit dibuat sedemikian rupa sehingga panjang gabungan keseluruhan flap sama dengan 1,5 x lebar anggota gerak pada level amputasi. Sebagai suatu ketetapan, flap anterior dan posterior dengan panjang yang sama dipakai untuk amputasi pada anggota gerak atas dan amputasi transfemoral (above knee), untuk amputasi below knee falp posterior dibuat lebih panjang.Otot dipotong distal dari tempat pemotongan tulang, kelompok otot yang saling berhadapan kemudian dijahit diatas ujung tulang dan juga ke periosteum (myoplasty) sehingga memberikan kontrol otot yang lebih baik dan juga sirkulasi yang lebih baik. Saraf dipotong proksimal dari tempat pemotongan tulang, ujung saraf yang terpotong diperhatikan agar tidak mendapat tekanan karena tumpuan berat badan. Tulang dipotong pada tempat yang telah ditentukan. Pada amputasi transtibial bagian tibia biasanya dibuat serong dan dikikir agar terbentuk tepi yang halus dan membulat. Fibula dipotong 3 cm lebih pendek. Pembuluh darah utama diikat dan setiap sumber perdarahan diikat dengan baik. Pada closed amputation kulit dijahit tanpa tegangan, drain dipasang dan kemudian stump dibalut erat. Pembalutan berulang dengan pembalut elastis dilakukan untuk membantu pengerutan stump dan menciptakan ujung yang konikal. Otototot harus tetap dilatih, sendi tetap dijaga agar bergerak dan pasien diajarkan untuk menggunakan prostesisnya.

II.7 PEMILIHAN LOKASI/LEVEL AMPUTASI Interscapulothoracic (forequarter) : amputasi ini hanya digunakan untuk avulsi traumatik anggota gerak atas akan tetapi jarang terjadi, eradikasi tumor ganas dan paliasi nyeri yang tidak bisa ditangani dengan cara lain. Disartikulasi sendi bahu : amputasi ini jarang diindikasikan dan jika kaput humerus dapat ditanggalkan, maka penampilan setelah amputasi akan lebih baik. Jika 2,5 cm kaput humerus bisa ditinggalkan dibawah lipatan aksila depan, maka prothesis masih dapat dipasang. Amputasi transradial : stump lengan bawah terpendek yang masih memungkinkan untuk pemasangan prothesis adalah 2,5 cm yang diukur dari depan siku dalam keadaan fleksi. Amputasi pada tangan : jari diamputasi hanya jika tidak dapat sembuh, nyeri, dan jika terdapat gangguan pergerakan. Khusus untuk ibu jari setiap milimeter harus diselamatkan bahkan walaupun terdapat deformitas ibu jari dan ibu jari menjadi kaku tetap harus dipertahankan. Jika phalang proksimal bisa dipertahankan, maka penampilan setelah amputasi akan tetap abnormal namun fungsinya akan membaik. Tendon fleksor tidak boleh dijahit pada tendon ekstensor karena akan menjadi pengait bagi venter komunis otot fleksor digitorum profundus dan menghalangi jari jari lain untuk fleksi penuh. Apabila phalang medial diamputasi pada bagian distal dari insersi otot fleksor digitorum superfisialis, maka tendon profundus akan terus menarik akan tetapi melalui otot lumbricalis sehingga menyebabkan sendi interfalangeal proksimal berekstensi. Anomali seperti ini dapat dihindari dengan menjahit stump fleksor superfisial ke fleksor shealth atau dengan memotong otot lumbrical. Pada cedera yang lebih proksimal, seluruh jari beserta tulang metacarpal dapat diamputasi. Tangan menjadi lebih lemah, akan tetapi penampilan akan lebih membaik. Jika jari tengah diamputasi hingga ke metacarpal, maka jari telunjuk dapat menyilanginya pada posisi fleksi dan dapat diatasi dengan memotong tulang metakarpal jari telunjuk dan mentransposisi ke stump dari metakarpal tengah. Hemipelvictomi (hindquarter amputation). Operasi ini hanya dapat dilakukan untuk keganasan. Disartikulasi melalui hip jarang diindiaksikan dan pemasangan protesis akan sulit dilakukan. Amputasi transfemoral : stump yang lebih panjang akan memberikan kontrol yang lebih baik terhadap protesis, paling tidak disisakan 12 cm dibawah stump. Jika panjang stump kurang dari 18 cm dari puncak trokanter mayor maka akan sulit mempertahankan stump dalam rongga. Around the knee/ operasi Stokes Gritti : patella dikikis dan ditempelkan ke kondilus femur yang dikikis. Operasi ini jarang dilakukan karena tulang mugnkin tidak akan kuat menahan beban berat dan tidak terdapat mekanisme lutut yang baik. Amputasi melalui lutut : sering dilakukan, terutama pada keadaan defisiensi vaskular. Flap anterior panjang atau flap medial dan lateral yang sama panjang dapat dibuat. Patella dibiarkan pada tempatnya dan ligamentum patela dijahit ke ligamentum cruciatum. Amputasi melalui lutut juga baik pada anakanak karena tidak mengganggu lempeng pertumbuhan femur bagian bawah. Amputasi below knee yang terlalu pendek (< 3 cm) lebih buruk daripada amputasi melalui lutut dan harus dihindari. Amputasi transtibial (below knee) : stump yang sehat akan terpasang dengan baik pada protesis sehingga memungkinkan fungsi yang baik dan gait yang mendekati normal. Semakin panjang stump maka semakin mudah untuk memasang protesis, akan tetapi panjang stump tidak boleh melebihi 14 cm. Dengan flap posterior yang panjang dan pemasangan drainase penyembuhan dapat berlangsung meskipun terdapat gangguan aliran darah. Above the ankle (amputasi syme) : amputasi ini kadangkala memberikan hasil yang sangat baik selama sirkulasi tungkai baik. Amputasi ini dapat memberikan fungsi yang baik akan tetapi secara kosmetik kurang bagus. Indikasi operasi syme hanya sedikit dan operasinya sulit dilakukan. Flap tidak hanya terdiri dari kulit akan tetapi juga dari seluruh ajringan fibro adiposus agar dapat menajadi tumpuan berat badan yang baik. Tulang dipotong sedikit diatas maleolus untuk memisahkan suatu daerah luas dari kalkaneus sebagai tempat melekatnya flap. Amputasi piogroff pada prinsipnya sama dnegan amputasi syme tetapi jarang dilakukan. Partial foot amputation : pada amputasi metode ini permasalahan yang timbul adalah tendon achiles yang cenderung menarik kaki ke posisis equinus. Akan tetapi hal ini dapat dihindari dengan pembidaian, tenotomy atau transfer tendon. Kaki dapat dipotong pada level manapun, namun yang terpenting adalah mneyelamatkan kaki sedistal mungkin. Protesis yang digunakan biasanya berbentuk sendal yang dibentuk khusus. In the Foot dilakukan dengan melakukan amputasi melalui basis falang proksimal.

Gambar. Batas level amputasi ekstremitas

II.8 KOMPLIKASI AMPUTASITerdapat 2 macam komplikasi adalah sebagai berikut.1) Komplikasi DiniSalah satu komplikasi yang paling sering dari operasi adalah perdarahan sekunder dari infeksi. Terdapat komplikasi yang berbahaya dari amputasi yaitu : hematoma, kerusakan flap kulit dan gas gangren. Hemostasis yang baik sebelum penutupan luka serta pemakaian suction drainage akan memperkecil frekwensi terjadinya hematoma. Hematoma dapat memperlambat penyembuhan luka dan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Hematoma harus diaspirasi, dan kemudian dibalut dengan erat. Kerusakan flap kulit : biasanya disebabkan oleh iskemia. Terbukanya kembali skin flap dapat disebabkan oleh iskemia, jahitan yang terlalu tegang, atau (pada amputasi below knee) disebabkan oleh tibia yang ditinggalkan terlalu panjang dan menekan flap. Gas gangren : Clostridia dan spora dari perineum mungkin menginfeksi pada amputasi high above knee atau reamputasi, khususnya jika dilakukan pada jaringan yang sudah iskemik.2) Komplikasi Lanjuta. Masalah kulit : yang paling sering terjadi adalah eksema yang disertai pembengkakan purulen yang nyeri di inguinal. Pada keadaan ini diindikasikan untuk tidak memakai prothesis untuk sementara. Ulserasi biasanya terjadi karena sirkulasi yang tidak baik, dan untuk itu diperlukan amputasi pada level yang lebih tinggi. Jika sirkulasi baik dan kulit disekitar ulkus sehat, maka eksisi 2.5 cm tulang yang dilanjutkan dengan penjahitan kembali sudah memadai.b. Otot : Jika terlalu banyak otot yang disisakan diujung stump, efek bantalan yang tidak stabil akan menyebabkan pemakaian prothesis terganggu. Pada keadaan ini jaringan lunak yang berlebihan harus dibuang.c. Infeksi : jika terdapat infeksi pada stump jika sifatnya terbuka maka harus diberikan antibiotik dan bila tertutup maka dilakukan insisi dan pemberian antibiotikd. Sirkulasi arteri : sirkulasi yang tidak baik akan menyebabkan stump yang dingin dan kebiruan yang mudah membentuk ulkus. Masalah seperti ini sering terjadi pada amputasi below knee dan karenanya diperlukan amputasi ulang.e. Masalah tulang : Penggunaan prostetik tidak memberikan pembebanan pada sistem skeletal (bypassing weight bearing) dapat menyebabkan osteoporosis. Sisa dari periosteum dapat berkembang menjadi bone spurs dan dapat menimbulkan tekanan pada kulit. Skoliosis timbul biasanya pada pasien dengan panjang kaki yang tidak sama. Dapat diterapi dengan mengkoreksi panjang prostetik. Dengan tidak adanya streching harian, skoliosis bisa menjadi menetap. f. Neuroma : terjadi apabila ujung ujung saraf dipotong terlalu rendah sehingga melengket dengan kulit ujung stump. Hal tersebut dapat dicegah dengan memotong saraf lebih proksimal dari stump sehingga tertanam dalam otot. Saraf yang terpotong selalu membentuk gumpalan (neuroma) dan kadangkala ini terasa nyeri. Dengan mengeksisi 3 cm saraf diatas neuroma kadangkala akan menghilangkan keluhan. Cara lain adalah dengan mengelupas seluruh epidural dan fasikulus saraf sepanjang 5 cm. Dan kemudian ditutup dengan perekat jaringan sintesis atau ditanam kedalam otot atau tulang jauh dari titik yang mendapat tekanan.g. Phantom sensation : adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu sensasi dimana kaki yang telah dipotong masih dirasakan keberadaannya. Pasien harus diberitahukan tentang kenyataan sebenarnya dan pada akhirnya sensasi tersebut akan berkurang dan menghilang. Biasa dapat disertai rasa nyeri.h. Phantom pain : timbul lebih lambat dibanding phantom sensation. Sebagian besar phantom pain bersifat temporer dan akan berkurang intensitasnya secara bertahap dan menghilang dalam beberapa minggu sampai dengan kurang lebih satu tahun. Rasa nyeri yang timbul merupakan akibat memori bagian yang diamputasi dalam korteks dan impuls saraf yang tetap menyebar karena hilangnya pengaruh inhibisi yang dinisiasi melalui impuls aferen dari alat gerak pusat. Sering dihubungkan dengan gangguan emosional. Phantom pain secara bervariasi digambarkan sebagai nyeri yang berbentuk seperti cramping, electric shock like discomfort, crushing, burning, atau shooting dan dapat bersifat intermitten, berkelanjutan, hilang timbul dalam suatu siklus yang berdurasi beberapa menit. Phantom pain berat yang menetap dapat dikurangi dengan terapi non invasif. Pasien sebaiknya diberikan analgesik yang adekuat preoperatif dan didorong untuk merawat puntungnya paska operasi untuk mengurangi sensitivitasnya.i. Edema : edema pada stump akan menyebabkan proses penyembuhan yang lambat dan akan membuat fitting prostetik menjadi sulit. Edema dapat dicegah dengan menggunakan totalcontact sockets, elastic bandaging, plaster cast, air bags atau unna dressing. Latihan pada stump, penggunaan stump board serta peninggian ujung tempat tidur hingga bersudut kurang lebih 30o juga akan membantu mengontrol edema.j. Masalah sendi : kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak digerakan. Sendi diatas level amputasi mungkin akan kaku atau mengalami deformitas. Deformitass yang sering terjadi adalah fixed flexion atau fixed abduction pada sendi panggul karena amputasi above knee (disebabkan otot adduktor dan hamstring yang telah dipotong). Deformitas ini dapat dicegah dengan melakukan latihan. Jika deformitas ini telah terlanjur terjadi, osteotomy subtrochanteric mungkin diperlukan. Fixed flexion pada lutut juga dapat akan menyebabkan kesulitan berjalan dan karenanya harus dicegah.

II.9 MANAJEMEN REHABILITASI AMPUTASIManajemen rehabilitasi amputasi dibagi menjadi :A. Periode pra operasi (pre operatif) Manajemen preoperatif dimulai saat terdapat keputusan untuk melakukan amputasi atau saat anak lahir dengan congenital skeletal deficiency. Pada periode ini dilakukan penilaian kondisi tubuh secara keseluruhan, edukasi, mendiskusikan level operasi dan rencana paska operasi.Persiapan pra operasi meliputi langkah-langkah berikut : Antibiotik pra operasi yang tepat diberikan dalam kasus infeksi dan antibiotik profilaksis diberikan pada kasus amputasi elektif atau amputasi akibat trauma. Tourniquet ditempatkan pada anggota tubuh. B. Periode paska operasia. Fase akut paska operasiPaska operasi, pasien biasanya memerlukan analgesik yang adekuat dan regular untuk mengatasi rasa nyeri yang dapat timbul dari tempat lukanya atau karena adanya phantom limb. Pasien melakukan latihan luas gerak sendi secara aktif pada sendi di proksimal tempat amputasi. Puntung digerakkan dengan rentang luas gerak sendi yang penuh sedikitnya empat kali sehari. Kontraktur fleksi pada panggul dan lutut dapat dicegah dengan cara pasien berbaring telungkup sedikitnya 4 jam sehari dan jangan meletakkan bantal di bawah atau di antara kaki.b. Pre-prosthetic stageTujuan manajemen rehabilitasi pada fase ini adalah untuk : Penyembuhan luka bekas operasiMemastikan terjadinya penyembuhan luka yang cepat dengan jaringan parut dan adhesi kulit ke tulang yang minimal. Metodenya dapat berupa penggunaan soft dressing pada luka di atas drain dan membiarkan insisi menyembuh serta penggunaan elastic bandage diatas dressing, rigid dressing ataupun dengan menggunakan Unna semirigid dressing. Mengontrol nyeri Mencegah dan mengatasi komplikasi paska amputasi Mempertahankan kekuatan seluruh tubuh dan meningkatkan kekuatan otot yang mengontrol puntung Mempertahankan mobilitas sendi secara keseluruhan Melatih berjalan Mengembalikan kemandirian fungsional Edukasi tentang prothestic fitting dan perawatannya Dukungan untuk adaptasi terhadap perubahan yang terjadi karena amputasic. Prosthetic stageManajemen Prosthetic dimulai 6 minggu setelah operasi, tergantung pada kondisi ekstremitas dan luka. Beberapa pasien tidak dianjurkan untuk penggantian anggota badan palsu karena ekonomi, lemah, atau gangguan kognitif. Untuk menghindari kekecewaan dan biaya, prostesis permanen tidak boleh dianjurkan pada pasien ini.

II.10 PROGNOSIS AMPUTASIKeberhasilan operasi amputasi tergantung multifaktor dalam hal kepuasan secara fungsional maupun emosional. Tujuannya adalah bagian yang tersisa dari amputasi dapat digunakan secara aktif bagi individu tersebut. Sebagian besar amputasi di Amerika Serikat dilakukan pada orangtua dengan penyakit vaskuler perifer. Angka kematian yang terkait sebesar 20% dalam tahun pertama dan 40% dalam waktu 5 tahun. 25-35% pasien mengalami depresi setelah tindakan amputasi.