BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik...

17

Click here to load reader

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Program Food Safety Masuk Desa (FSMD)

2.1.1 Keamanan Pangan (Safety Food)

Keamanan pangan (safety Food) diartikan sebagai kondisi pangan aman

untuk dikonsumsi. Keamanan pangan meliputi pangan bebas dari bahaya biologi

atau mikroorganisme yang membahayakan, bebas cemaran fisik dan bebas

cemaran kimia. Berdasarkan UU Pangan No. 7 tahun 1996, keamanan pangan

adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,

merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.

Pangan yang aman adalah pangan yang tidak mengandung bahaya biologi

atau mikrobiologi, bahaya kimia, dan bahaya fisik. Bahaya biologis atau

mikrobiologi terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus, dan bakteri patogen

yang dapat menyebabkan infeksi dan keracunan pada manusia. Bahaya kimia pada

umumnya disebabkan oleh adanya bahan kimia yang dapat menimbulkan

terjadinya intoksikasi. Bahan kimia penyebab keracunan diantaranya logam berat

(timbal/Pb dan raksa/Hg). Terbentuknya toksin akibat pertumbuhan dan

perkembangan jamur atau kapang penghasil toksin juga termasuk dalam bahaya

kimia. Bahaya fisik terdiri dari potongan kayu, batu, logam, rambut, dan kuku

yang kemungkinan berasal dari bahan baku yang tercemar, peralatan yang telah

aus, atau juga dari para pekerja pengolah makanan. Meskipun bahaya fisik tidak

selalu menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan, tetapi bahaya

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

8

ini dapat sebagai pembawa atau carier bakteri-bakteri patogen dan tentunya dapat

mengganggu nilai estetika makanan yang akan dikonsumsi.

Keamanan pangan merupakan karakteristik yang sangat penting dalam

kehidupan, baik oleh produsen pangan maupun oleh konsumen. Bagi produsen

harus tanggap bahwa kesadaran konsumen semakin tinggi sehingga menuntut

perhatian yang lebih besar pada aspek ini. Konsumen sebaiknya mengetahui

bagaimana cara menentukan dan mengkonsumsi makanan yang aman. Bahan-

bahan atau organisme yang mungkin terdapat didalam makanan dan dapat

menimbulkan keracunan atau penyakit menular terdiri dari bahan kimia beracun

(misalnya beberapa bahan tambahan makanan, obat-obatan, logam dan pestisida).

Kontaminasi makanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kejadian

penyakit-penyakit bawaan makanan atau keracunan makanan. Sumber penyakit

yang mungkin mencemari makanan dapat terjadi selama proses produksi yang

dimulai dari pemeliharaan, pemanenan atau penyembelihan, pembersihan atau

pencucian, persiapan makanan atau pengolahan, penyajian serta penyimpanan.

Selain hal tersebut sekarang juga masih terdapat penggunaan bahan-bahan kimia

dalam produksi makanan, sehingga dengan sendirinya resiko kontaminasi oleh

bahan-bahan kimia juga tidak sedikit. (Marwanti.2010)

Suatu pangan dikatakan aman apabila bebas dari bahaya yang ditimbulkan

akibat dari keberadaan cemaran tersebut. Bebas dalam hal ini tidak selalu berarti

sama dengan nol atau tidak ada sama sekali, namun ditetapkan standar atau batas

maksimal keberadaan dari masing-masing bahan tersebut. Program Food Safety

Masuk Desa merupakan suatu program yang berkoordinasi dengan berbagai

kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

9

pelaku usaha pangan, pengawasan keamanan pangan ini bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat, dalam aplikasinya di lapangan, masyarakat

diberikan informasi mengenai keamanan pangan baik dari cara memilih bahan

pangan, cara mengolah bahan pangan, bahaya penggunaan bahan tambahan

pangan (BTP) yang melebihi ambang batas penggunaan ataupun penggunaan BTP

yang tidak boleh digunakan. Dalam program FSMD ini masyarakat juga diajarkan

cara menggunakan Rapid Test Kit/Cara uji cepat untuk mengetahui sampel aman

atau tidak untuk dikonsumsi.

2.1.2 5 (Lima) Kunci Keamanan Pangan

Ada 5 (lima) kunci Keamanan Pangan (Info POM.2010), yaitu:

1. Beli Pangan yang Aman

Dalam membeli bahan pangan hendaknya selalu memperhatikan jenis

pangan yang akan dibeli, tempat (lokasi) pembelian, kemampuan

penyimpanan dirumah dan belilah bahan pangan sesuai kebutuhan, hal

tersebut perlu diperhatikan karena pangan segar seperti daging, unggas,

dan ikan harus diperhatikan kondisi kebersihan dan kesegarannya dengan

cara (visual).

2. Simpan Pangan Dengan Aman

Pangan harus tetap dijaga keamanannya hingga siap diolah dan atau

dikonsumsi. Pastikan pangan dingin disimpan pada suhu kurang dari 5°C

dan pangan beku disimpan pada suhu kurang dari 0°C . Pisahkan

penyimpanan pangan mentah dengan pangan matang. Pisahkan daging

sapi, daging unggas, dan pangan hasil laut dengan pangan lainnya.

Penggunaan peralatan terpisah untuk mengolah pangan amat disarankan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

10

Dapat juga simpan pangan dalam wadah untuk menghindari kontak antara

pangan mentah dan pangan matang. Perlunya pemisahan pangan mentah

dan matang adalah agar tidak ada penyebaran mikroba patogen bahan

pangan mentah ke pangan matang.

3. Siapkan Pangan dengan Seksama

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan pangan adalah

sebagai berikut. :

a. Bahan pangan segar : sebelum dimasak harus dalam keadaan segar,

aman, bermutu dan bersih. Cuci tangan dengan air mengalir sebelum

dan sesudah mengolah pangan, serta selalu mencuci bahan pangan

seperti mencuci masing-masing lembaran sayuran seperti sawi, kol

dsb.

b. Bahan Pangan Beku (daging atau ikan beku): pada pangan beku,

sebelum dimasak hendaknya dilelehkan (thawing) terlebih dahulu dan

segera dicuci sebelum diolah, serta hindari pembekuan kembali karena

kemungkinan bakteri masih ada.

c. Pangan siap saji: Pastikan tidak basi (berbau dan berlendir) dan

berubah warna.

d. Pangan olahan (seperti kecap, bumbu, daging kaleng dsb): pastikan

belum melewati tanggal kadaluarsa, dan kemasan utuh serta tidak

rusak.

e. Peralatan Mengolah Masakan: selalu gunakan peralatan dapur yang

bersih, kering dan berfungsi dengan baik, cuci terlebih dahulu sebelum

digunakan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

11

f. Memasak Bahan pangan: Memasak adalah salah satu cara untuk

mengurangi jumlah mikroba hingga mencapai tingkat yang aman dan

menghasilkan cita rasa yang diinginkan. Dua hal penting yang harus

diperhatikan dalam memasak adalah suhu dan waktu pemasakan. Suhu

dan waktu pemasakan yang tepat (matang sempurna) berbeda untuk

setiap jenis pangan. Dalam menyajikan makanan yang sudah masak

dan telah disimpan, sebaiknya sebelum dihidangkan kembali makanan

tersebut harus dipanaskan kembali, pemanasan kembali harus

sempurna sehingga dapat mematikan mikroba pada pangan. Dalam

memasak khususnya menggoreng perlu menghindari penggunaan

minyak goreng secara berulang karena dapat mengganggu kesehatan

dan pangan menjadi tengik.

g. Penyimpanan Pangan panas: Pangan panas jangan langsung disimpan

ke lemari pendingin karena dapat memanaskan lingkungan di

sekitarnya dan memicu pertumbuhan mikroba.

4. Sajikan Pangan Secara Aman

Penyajian pangan yang baik atau layak dapat meningkatkan selera dan

mengurangi cemaran mikroba. Jenis pangan segar yang langsung

dikonsumsi seperti lalapan atau karedok, dicuci dengan air bersih dan

dibilas dengan air matang. Jika makanan tidak akan segera dikonsumsi

maka harus disimpan pada suhu dingin yaitu di lemari pendingin (kurang

dari 5°C) atau dipertahankan pada suhu lebih dari 60°C

5. Bersih Selalu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

12

Jaga Kebersihan. Cuci tangan sebelum mengolah pangan dan sesering

mungkin selama pengolahan pangan, sesudah dari toilet, cuci dan sanitasi

seluruh permukaan yang kontak dengan pangan dan alat untuk pengolahan

pangan dan menjaga area dapur dan pangan dari serangga, hama, dan

binatang lainnya. Hal tersebut perlu dilakukan karena walaupun mikroba

(tidak seluruhnya) dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

2.2 Pengertian Adopsi Inovasi

Menurut Notoadmojo (2010), adopsi adalah perilaku baru seseorang atau

inovasi didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

rangsangan/stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi telah melalui

proses tersebut, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku

itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut tidak

berlangsung lama.

Rogers dan Shoemaker (1971) dalam mengatakan adopsi adalah proses

mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan

menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide baru tersebut.

Sedangkan Feder dkk (1981) adopsi didefinisikan sebagai proses mental

seseorang dari mendengar, mengetahui inovasi sampai akhirnya mengadopsi. Di

lain pihak Samsudin (1994) menyatakan bahwa adopsi adalah suatu proses

dimulai dan keluarnya ide-ide dari suatu pihak, disampaikan kepada pihak kedua,

sampai ide tersebut diterima oleh masyarakat sebagai pihak kedua. Sedangkan

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

13

individu atau kelompok masyarakat. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur

secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Kecepatan

adopsi inovasi merupakan kecepatan sebuah inovasi diadopsi oleh suatu system

social yang diukur dengan jumlah individu yang mengadopsi inovasi tersebut

dalam kurun waktu tertentu.

2.3 Karakteristik Inovasi

Kecepatan adopsi suatu inovasi yang diterima oleh individu ditentukan oleh

karakteristik inovasi. Rogers dalam Lestari (2012) mengemukakan lima

karakteristik inovasi meliputi: keunggulan relatif (relative advantage),

kompatibilitas (compatibility), kerumitan (complexity), kemampuan diuji cobakan

(trialability), dan kemampuan untuk diamati (observability).

a. Keuntungan Relatif (Relative advantages): persepsi terhadap keuntungan

relatif dari sebuah inovasi akan diinterpretasikan secara berbeda oleh

setiap orang. Suatu inovasi akan semakin cepat diadopsi jika manfaat

relatifnya lebih besar.

b. Kesesuaian (Compability): kesesuaian inovasi dengan nilai sosial budaya

suatu wilayah dan norma yang berlaku akan mempengaruhi proses adopsi

suatu inovasi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tersebut

tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak

dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang

sesuai (compatible).

c. Kerumitan (Complexity): Kerumitan adalah derajat dimana inovasi

dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

14

Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan

digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah

dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu

inovasi dapat diadopsi. Rogers dalam Lestari (2012) mendefinisikan

kompleksitas sebagai "tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit

untuk dipahami dan digunakan", berlawanan dengan atribut lain,

kompleksitas berkorelasi negatif dengan tingkat adopsi. Dengan demikian,

kompleksitas yang berlebihan dari suatu inovasi adalah hambatan penting

dalam adopsi

d. Kemampuan diuji cobakan (Triability): kemampuan untuk diuji cobakan

adalah dimana suatu inovasi dapat diuji coba kan dalam seting

sesungguhnya, dengan demikian akan lebih cepat diadopsi. Makin mudah

suatu inovasi dikerjakan maka kecenderungan untuk diterima akan lebih

mudah dan cepat.

e. Kemampuan untuk diamati (observability): Kemampuan untuk diamati

adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain.

Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar

kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Serupa

dengan keuntungan relatif, kompatibilitas, dan trailability, observability

juga berkorelasi positif dengan tingkat adopsi dari suatu inovasi. Secara

ringkas, Rogers (2003) berpendapat bahwa inovasi relatif menawarkan

keuntungan lebih, kompatibilitas, kesederhanaan, trailability, dan

observability akan diadopsi lebih cepat daripada inovasi lainnya. Jadi

dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

15

(compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk

diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat

kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

2.4 Tipe Keputusan Inovasi

Wayne Lamble dalam Ibrahim et al (2003) menyatakan bahwa tingkat

adopsi suatu inovasi sangat dipengaruhi oleh keputusan untuk mengadopsi atau

menolak suatu inovasi. Tipe keputusan ini diklasifikasikan menjadi:

1. Keputusan opsional, yaitu keputusan yang dibuat seseorang dengan

mengabaikan keputusan yang dilakukan orang-orang lainnya dalam suatu

sistem sosial. Dalam kaitannya dengan hubungan individual antara

penyuluh dengan adopter. Penyuluh berperan sebagai akseleran

pengambilan keputusan secara opsional.

2. Keputusan kolektif, yaitu keputusan yang dilakukan individu-individu

dalam suatu sistem sosial yang telah dimufakati atau disetujui bersama.

3. Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan oleh seseorang yang

memiliki kekuasaan lebih besar kepada individu lainnya.

Hanafi (1987) menyatakan bahwa tipe keputusan inovasi mempengaruhi

kecepatan adopsi. Secara umum kita dapat mengharapkan bahwa inovasi yang

diputuskan secara otoritas akan diadopsi lebih cepat karena orang yang terlibat

dalam proses pengambilan keputusan inovasi lebih sedikit. Akan tetapi, jika

bentuk keputusan itu tradisional mungkin tempo adopsinya juga lebih lambat.

Keputusan opsional biasanya lebih cepat daripada keputusan kolektif, tetapi lebih

lambat daripada keputusan otoritas.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

16

2.4.1 Model Proses Keputusan Inovasi

Gambar 2.1 Model Proses Pengambilan Keputusan Inovasi (Rogers, (1983)

Model tersebut menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh

terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan

keputusan inovasi.

Ada lima tahap proses keputusan inovasi yakni:

1. Tahap Pengetahuan

Kondisi

Sebelumnya :

1. Pengalaman

2. Kebutuhan/

masalah

3. Kepekaan

inovasi

4. Norma

Sosial

Pengetahuan Bujukan Keputusan Penerapan Konfirmasi

Karakteristik

Pengambilan

Keputusan

1. Sosial ekonomi

2. Kemampuan

3. Kemampuan

berkomunikasi

Karakteristik yang

diamati

1. Keuntungan

yang relative

2. Kompatibalitas

3. Kompleksitas

4. Triabilitas

5. Observabilitas

1. Penerimaan

2. Penolakan

Tetap

Menolak

Berubah

(menolak)

Saluran Komunikasi

Tetap

Menerima

Terlambat

Menerima

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

17

Proses tahap inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada

saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana

fungsi inovasi tersebut.

2. Tahap Bujukan (persuasi)

Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk

sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap

pengetahuan proses kegiatan mental yang utama adalah di bidang kognitif,

maka pada tahap persuasi yang berperan utama adalah bidang afektif atau

perasaan. Individu akan membentuk persepsi dan sikap terhadap inovasi

ke arah penerimaan atau penolakan. Pada tahap ini, individu mencari

informasi sebanyak-banyaknya mengenai inovasi tersebut dan seringkali

muncul berbagai persepsi terhadap suatu inovasi.

3. Tahap keputusan

Individu mengenal keputusan sesuai dengan sikap yang telah dibentuk

pada persuasi. Keputusan ini bisa menerima atau menolak inovasi melalui

proses-proses sebelumnya. Menurut Rogers adoption (menerima) berarti

bahwa inovasi tersebut akan digunakan secara penuh, sedangkan menolak

berarti “not to adopt an innovation”. Jika inovasi dapat dicobakan secara

parsial, umpamanya pada keadaan suatu individu, maka inovasi ini akan

lebih cepat diterima karena biasanya individu tersebut pertama-tama ingin

mencoba dulu inovasi tersebut pada keadaannya dan setelah itu

memutuskan untuk menerima inovasi tersebut, walaupun begitu,

penolakan inovasi dapat saja terjadi pada setiap proses keputusan inovasi

ini. Rogers menyatakan ada dua jenis penolakan, yaitu active rejection dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

18

passive rejection. Active rejection terjadi ketika suatu individu mencoba

inovasi dan berfikir akan mengadopsi inovasi tersebut namun pada

akhirnya dia menolak inovasi tersebut. Passive rejection yaitu dimana

individu tersebut sama sekali tidak berfikir untuk mengadopsi inovasi.

4. Tahap Implementasi

Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila

seseorang menerapkan inovasi. Pada tahap implementasi ini berlangsung

keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan

atau ide baru dibuktikan dalam praktik. Pada umumnya implementasi tentu

mengikuti asli keputusan inovasi. tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu

hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi.

Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapannya tidak tersedia.

5. Tahap Konfirmasi

Pada Tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap

keputusan yang telah diambilnya dan kemudian dapat menarik kesimpulan

kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi bertentangan

dengan informasi semula. Pada tahap ini dapat terjadi kemungkinan

individu yang semula sudah mengadopsi suatu inovasi bisa saja akhirnya

dapat menolak atau sebaliknya.

2.4.2 Keinovatifan dan kategori Adopter

Rogers dalam Lestari (2012) menjelaskan dalam menerima suatu inovasi

ada beberapa tipologi penerima adopsi yang ideal yaitu:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

19

1. Inovator adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-

hal baru. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memiliki gaya

hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.

2. Pengguna awal (early adopter). Kategori adopter ini menghasilkan lebih

banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi

tentang inovasi.

3. Mayoritas awal (early majority). Kategori pengadopsi seperti ini akan

berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam

mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-

orang seperti ini menjalankan fungsi penting untuk menunjukkan kepada

seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup

bermanfaat.

4. Mayoritas akhir (late majority). Kelompok yang ini lebih berhati-hati

mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan

orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil

keputusan.

5. Lamban (laggard). Kelompok ini merupakan orang yang terakhir

melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan

untuk mencoba hal hal baru. Saat kelompok ini mengadopsi inovasi baru,

kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan

menganggap mereka ketinggalan zaman.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

20

2.5 Saluran Komunikasi

Roger dalam Mardikanto (1988) menyatakan bahwa saluran komunikasi

sebagai sesuatu melalui mana pesan dapat disampaikan dari sumber kepada

penerimanya. Saluran komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran interpersonal

dan media massa.

a. Saluran kumunikasi antarpribadi (interpersonal). Cangara (2011)

menyebutkan, saluran komunikasi antar pribadi ialah saluran yang

melibatkan dua orang atau lebih secara tatap muka. Mardikanto (1988)

menyebutkan bahwa saluran antar pribadi merupakan segala bentuk

hubungan atau pertukaran pesan antar dua orang atau lebih secara langsung

tatap muka, dengan atau tanpa alat bantu yang memungkinkan semua pihak

yang berkomunikasi dapat memberikan respons atau umpan balik secara

langsung.

b. Saluran komunikasi media massa. Rogers (2003) mendefinisikan, saluran

media massa adalah alat-alat penyampaian pesan yang memungkinkan

sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar yang dapat menembus

batasan waktu dan ruang. Misalnya radio, televisi, film, surat kabar, buku,

dan sebagainya.

Sumber dan saluran komunikasi memberi rangsangan informasi kepada

seseorang selama proses keputusan inovasi berlangsung. Seseorang pertama kali

mengenal dan mengetahui inovasi terutama dari saluran media massa. Pada tahap

persuasi, seseorang membentuk persepsinya terhadap inovasi dari saluran yang

lebih dekat dan antar pribadi. Seseorang yang telah memutuskan untuk menerima

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

21

inovasi pada tahap keputusan ada kemungkinan untuk meneruskan atau

menghentikan penggunaannya (Hanafi, 1987).

2.6 Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan

terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai

tujuan bersama (Rogers, 2003).

Sistem sosial adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang

mempunyai hubungan timbal balik relatif konstan. Hubungan sejumlah orang dan

kegiatannya itu berlangsung terus menerus. Sistem sosial mempengaruhi perilaku

manusia, karena di dalam suatu sistem sosial tercakup pula nilai-nilai dan norma-

norma yang merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam

setiap sistem sosial pada tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan batas-

batas yang memisahkan dan membedakan dari lingkungannya (sistem sosial

lainnya). Selain itu, di dalam sistem sosial ditemukan juga mekanisme-mekanisme

yang dipergunakan atau berfungsi mempertahakan sistem sosial tersebut

(widjajati, 2010).

Norma sistem (system norms) adalah suatu pola perilaku yang dapat

diterima oleh semua anggota sistem sosial yang berfungsi sebagai panduan atau

standar bagi semua anggota sistem sosial. Sistem norma juga dapat menjadi faktor

penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan

derajat kesesuaian (compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan

masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidaksesuaian suatu inovasi

dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

22

masyarakat) dalam suatu sistem sosial berpengaruh terhadap penerimaan suatu

inovasi tersebut.

2.7 Upaya Promosi

Tingkat adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh upaya promosi agen-agen

perubahan. Hubungan antara tingkat adopsi dan upaya agen-agen perubahan

mungkin tidak terjadi secara langsung dan linear. Agen perubahan (change agent)

adalah suatu bagian dari sistem sosial yang berpengaruh terhadap sistem

sosialnya. Agen perubah, biasanya merupakan orang-orang profesional yang telah

mendapatkan pendidikan atau pelatihan tertentu untuk dapat memengaruhi sistem

sosialnya. Fungsi utama dari change agent adalah menjadi mata rantai yang

menghubungkan dua sistem sosial atau lebih. Dengan demikian, kemampuan dan

keterampilan change agent berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya

inovasi tertentu.

Hanafi (1987) juga menyebutkan bahwa kecepatan adopsi juga dipengaruhi

oleh gencarnya usaha-usaha promosi yang dilakukan oleh agen pembaruan.

Dengan lebih sering mengadakan kontak dengan kliennya, terutama kontak-

kontak pribadi untuk menyebarkan ide baru. Lebih banyak anggota masyarakat

yang dihubungi, dan lebih beragam jalan yang ditempuh untuk menyampaikan

pesan-pesan inovasi. Sejalan dengan hal tersebut Mardikanto (1993)

menambahkan bahwa semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi, maka

kecepatan adopsi suatu inovasi juga akan meningkat. Mardikanto (1993)

menyebutkan pula bahwa semakin intensif dan seringnya intensitas atau frekuensi

yang dilakukan oleh agen pembaharuan (penyuluh) setempat dan atau pihak-pihak

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · kepentingan di berbagai lini, baik pemerintahan, tatanan masyarakat termasuk . 9 pelaku usaha pangan, pengawasan ... Cuci tangan

23

lain yang berkompeten dengan adopsi inovasi tersebut sepeti lembaga penelitian

produsen, pedagang, dan atau sumber informasi (inovasi) tersebut.