BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ......

27
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher 2.1.1 Definisi Nyeri Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidak nyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka (Prajoto, 2006). Definisi nyeri yang diusulkan oleh the Subcommitte on Taxonomy of the International Association for the Study of Pain menyatakan bahwa nyeri merupakan sensasi dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang diikuti gangguan atau kerusakan jaringan yang merupakan kombinasi dari respon sensoris, afektif dan kognitif sehingga hubungan nyeri dengan kerusakan jaringan tidak sama dan tidak konstan. Nyeri menyebabkan fungsi dan gerak

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ......

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri Leher

2.1.1 Definisi Nyeri

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan

maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya.

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah

pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya

kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya

kerusakan. Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi

ketidak nyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai

penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau

fantasi luka (Prajoto, 2006).

Definisi nyeri yang diusulkan oleh the Subcommitte on Taxonomy of the

International Association for the Study of Pain menyatakan bahwa nyeri

merupakan sensasi dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang

diikuti gangguan atau kerusakan jaringan yang merupakan kombinasi dari respon

sensoris, afektif dan kognitif sehingga hubungan nyeri dengan kerusakan

jaringan tidak sama dan tidak konstan. Nyeri menyebabkan fungsi dan gerak

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

7

tertentu dari tubuh menjadi terbatas sehingga sangat mengganggu aktivitas

fungsional. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi

tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan

sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat

fisik dan/atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual

atau pada fungsi ego seorang individu (Gerwin, 2010).

Jadi dapat disimpulkan, nyeri adalah suatu perasaan yang tidak nyaman

yang dirasakan oleh seseorang akibat adanya kerusakan jaringan dan nyeri

tersebut merupakan suatu pengalaman yang pribadi dan bersifat subjektif

sehingga rasa nyeri yang dirasakan setiap orang berbeda – beda.

2.1.2 Fisiologi Nyeri

Ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel saraf

aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron dan sel saraf eferen

atau neuron motorik. Sel - sel saraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang

menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum - sum tulang belakang dan otak.

Reseptor - reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon

perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor - reseptor yang berespon terhadap

stimulus nyeri disebut nosiseptor. Stimulus pada jaringan akan merangsang

nosiseptor melepaskan zat - zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin,

bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat - zat kimia ini akan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

8

mensensitasi ujung saraf dan menyampaikan impuls ke otak (Guyton & Hall,

2008).

Kornu dorsalis dari medula spinalis dapat dianggap sebagai tempat

memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan serabut traktus sensori

asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem neural desenden

dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah

dan bagian tengah dan impuls - impuls dipancarkan ke korteks serebri. Agar

nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus diaktifkan.

Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit

dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang

ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan transmisi informasi yang

menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area

ini disebut “gerbang”. Kecendrungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua

input yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan

mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini berlalu tanpa

perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan menutup gerbang. Stimulasi dari

neuron inhibitor sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri dan

mencegah transmisi sensasi nyeri (Guyton & Hall, 2008).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

9

Teori gerbang kendali nyeri merupakan proses dimana terjadi interaksi

antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim

sensasi tidak nyeri memblok transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang

penghambat. Sel - sel inhibitor dalam kornu dorsalis medula spinalis

mengandung eukafalin yang menghambat transmisi nyeri (Guyton & Hall, 2008).

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Leher

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko

terjadinya nyeri leher, yaitu (Anggraeni, 2013):

a. Trauma pada otot

Kerja otot yang berlebihan saat bekerja, dapat menyebabkan terjadinya trauma

makro dan mikro pada otot. Trauma makro disebabkan karena injury langsung

pada jaringan otot. Trauma makro yang terjadi menyebabkan terjadinya

proses inflamasi yang berujung pada pembentukan jaringan-jaringan kolagen

baru. Jaringan kolagen ini cenderung berbentuk tidak beraturan, dan menjadi

pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. Sedangkan trauma

mikro disebabkan karena adanya cedera yang berulang-ulang pada otot

(repetitive injury) akibat kerja yang terus menerus. Beban kerja yang diterima

terus menerus ini dapat menstimulasi terbentuknya jaringan kolagen baru dan

berujung pada terbentuknya jaringan fibrous. Hal ini lah yang memicu

semakin berkembangnya trigger point pada otot (Gerwin, 2001).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

10

b. Postur tubuh

Postur tubuh yang buruk dalam aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan

terjadinya myofascial pain syndrome. Aktivitas manusia saat ini yang

cenderung statis dengan postur yang buruk, seperti: forward head posture dan

lateral head posture dapat menyebabkan beban yang berlebihan pada otot

upper trapezius. Hal ini jika berlangsung lama akan menimbulkan

terbentuknya trigger point pada otot .

c. Sikap bekerja

Sikap kerja yang buruk saat bekerja, seperti: bekerja dalam posisi stastis

dalam waktu yang lama dan mengangkat beban yang melebihi kemampuan

otot, dapat menyebabkan kompresi pada otot. Hal ini jika dilakukan secara

terus-menerus akan memicu terjadinya myofascial pain syndrome.

d. Usia

Faktor usia juga turut mempengaruhi myofascial pain syndrome. Kasus ini

lebih sering terjadi pada usia pertengahan (usia dewasa). Hal ini kemungkinan

disebabkan karena kemampuan otot untuk menahan beban dan mengatasi

trauma akibat beban tersebut mulai menurun. Selain itu, semakin tua usia

seseorang akan menyebabkan degenerasi pada ototnya. Hal ini ditandai

dengan penurunan jumlah serabut otot, atrofi serabut otot, dan berkurangnya

masa otot. Dampaknya yaitu pada penurunan kekuatan dan fleksibilitas otot.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

11

2.1.4 Nyeri Otot Upper Trapezius

Otot upper trapezius merupakan otot tipe tonik (slow twitch) yang bekerja

secara konstan bersama-sama dengan otot-otot shoulder girdle lain yaitu

memfiksasi scapula dan leher termasuk mempertahankan postur kepala yang

cenderung jatuh ke depan karena kekuatan gravitasi dan berat kepala itu sendiri.

Kerja otot ini akan meningkat pada kondisi tertentu seperti adanya postur yang

jelek, ergonomi kerja yang buruk, degenerasi otot, trauma atau strain kronis.

Keadaan ini akan beresiko untuk terjadinya gangguan pada jaringan miofasial

otot upper trapezius itu sendiri (Neuman, 2002).

Sebagaimana diketahui pada jaringan miofasial yang sehat terdapat

keseimbangan antara kompresi atau ketegangan dengan rileksasi. Keseimbangan

ini dipelihara oleh adanya substansi dasar (ground substance) dari jaringan

miofasial. Substansi dasar ini mempertahankan keseimbangan kompresi atau

tegangan dengan relaksasi melalui cara mempertahankan jarak antar serabut

jaringan ikat, berperan sebagai alat transpor zat gizi dan sebagai alat transpor zat-

zat sisa metabolisme (Neuman, 2002).

2.1.5 Pengukuran Nyeri

Visual Analog Scale (VAS) adalah skala berupa garis lurus yang

panjangnya biasanya 10 cm atau 100 mm, dengan penggambaran verbal pada

masing - masing ujungnya, seperti angka 0 (tanpa nyeri) sampai angka 10 (nyeri

terberat). VAS telah direkomendasikan untuk menilai keparahan nyeri pada IHS

edisi pertama untuk trial kontrol obat-obat migren pada tahun 1991. Beberapa

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

12

studi lainnya juga telah menunjukkan bahwa VAS merupakan alat ukur yang

valid dan reliable pada pengukuran intensitas nyeri baik kronik maupun akut

(Prentice, 2002).

Pengukuran nyeri dilakukan dengan cara pasien diminta untuk menandai

sepanjang garis tersebut, sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan

pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi

oleh pasien (ukuran mm), dan itulah nilai yang menunjukkan level intensitas

nyeri. Kemudian nilai tersebut dicatat untuk melihat kemajuan dari pengobatan

atau terapi yang dilakukan.

Gambar 2.1: Visual Analogue Scale

(Sumber: Warden et al, 2003)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

13

Keterangan :

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul.

2.2 Biomekanik dan Anatomi Terapan Cervical

2.2.1 Regio Cervical

Regio cervical disusun oleh 3 sendi penyusun yaitu atlanto-occipital

joint (C0-C1), atlanto-axial joint (C1-C2) dan vertebra joints (C2-C7). Regio ini

merupakan regio yang paling sering bergerak dari seluruh bagian tulang vertebra.

Hal itu dapat terlihat dari peranannya yaitu untuk mengatur sendi dan

memfasilitasi posisi dari kepala, termasuk penglihatan (vision), pendengaran,

penciuman dan keseimbangan tubuh. Adapun gerakan yang dihasilkan pada

regio ini yaitu fleksi-ektensi, rotasi dan lateral fleksi cervical (Neuman, 2002).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

14

b. Atlanto-occipital Joint (C0-C1)

Atlanto-occipital Joint berperan dalam gerakan fleksi-ekstensi dan

lateral fleksi cervical. Arthrokinematika pada gerakan fleksi condylus yang

conveks akan slide ke arah belakang terhadap facet articularis yang concaf

sebesar 10 derajat. Sedangkan pada gerakan ekstensi condylus yang conveks

akan slide ke arah depan terhadap facet articularis yang concaf sebesar 17o.

Pada gerakan lateral fleksi cervical akan terjadi roll dari sisi-sisi pada jumlah

yang kecil pada condylis occipital yang conveks terhadap facet articularis(atlas)

yang concaf sebesar 5o (Neuman, 2002).

c. Atlanto-axial Joint (C1-C2)

Gerakan utama pada atlanto-axial joint adalah gerakan rotasi cervical

ditambah dengan gerakan fleksi dan ekstensi. Pada gerakan fleksi akan terjadi

gerakan pivot kedepan dan sedikit berputar pada atlas terhadap axis (C2) sebesar

15o sedangkan pada gerakan ekstensi gerakan pivot kebelakang dan sedikit

berputar pada atlas terhadap axis (C2).

Gerakan rotasi pada sendi ini sebesar 45o dimana atlas yang berbentuk

cincin akan berputar disekitar procesus odonthoid bagian procesus articularis

inferior atlas yang sedikit concaf akan slide dengan arah sirkuler (melingkar)

terhadap procesus articularis superior axis (Neuman, 2002).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

15

d. Vertebra Joints (C2-C7)

Pada vertebra joint terjadi gerakan fleksi-ekstensi, rotasi dan lateral fleksi

cervical. Pada gerakan fleksi permukaan procesus articularis inferior vertebra

superior yang berbentuk concaf akan slide ke arah atas dan depan terhadap

procesus articularis superior vertebra inferior sebesar 40o, sedangkan pada

gerakan ekstensi permukaan procesus articularis inferior vertebra superior yang

berbentuk concaf akan slide ke arah bawah dan belakang terhadap procesus

articularis superior vertebra inferior sebesar 70o.

Pada gerakan rotasi akan terjadi slide pada procesus articularis inferior

vertebra superior ke arah belakang dan bawah pada ipsilateral arah rotasi dan

akan terjadi slide ke arah depan atas pada sisi contralateral terhadap procesus

articularis superior vertebra inferior sebesar 45o.

Gerakan lateral fleksi cervical, procesus articularis inferior vertebra

superior pada sisi ipsilateral slide ke arah bawah dan sedikit ke belakang dan

pada sisi contralateral akan slide ke arah atas dan sedikit kedepan sebesar 35o.

Inlinasi pada bentuk facet joint akan menghasilkan gerakan coupling yang searah

dimana selama gerakan rotasi akan disertai dengan lateral fleksi yang searah

(Neuman, 2002).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

16

2.2.2 Biomekanik Terapan pada Upper Trapezius

Otot trapezius adalah salah satu grup otot besar pada tubuh manusia, otot

ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu upper, midle dan lower trapezius. Otot upper

trapezius merupakan grup otot pada tubuh manusia yang berfungsi untuk elevasi

bahu, ekstensi dan lateral fleksi cervical. Otot upper trapezius merupakan otot

yang berperan sentral dapan stabilisasi postur kepala. Stabilisasi tersebut

dikarenakan adanya otot agonis dan antagonis yang dimainkan oleh upper

trapezius kiri dan kanan. Otot ini memberikan arah tarikan ke inferolateral pada

cervical sehingga dengan adanya suatu gangguan pada otot ini akan

menyebabkan postur kepala yang tidak seimbang antara kanan dan kiri (Neuman,

2002).

Gambar 2.2 : Otot Upper Trapezius

(Sumber: Lippert, 2011)

ekstensi cervical Latera fleksi cervical

elevasi bahu

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

17

2.2.3 Biomekanik Otot Skeletal

Otot upper trapezius merupakan salah satu jenis otot skeletal yang terdiri

dari banyak serabut otot berbentuk seperti benang/serabut. Membran yang

membungkus serabut otot dinamakan dengan sarkolema. Sarkolema berbentuk

seperti neuron yang mengandung potensial membran. Neuron tersebut akan

mengeluarkan impuls yang berjalan ke sarkolema yang mengakibatkan sel otot

berkontraksi. Transverse tubulus merupakan lubang yang ada pada sarkolema

yang berfungsi menghantarkan impuls dari sarkolema ke dalam sel terutama

pada struktur lain di dalam sel yang menyelubungi miofilamen yang disebut

sarcoplasmic reticulum. Tranverse tubules mempunyai lubang yang

berhubungan dengan sarcoplasmic reticulum dalam menghantarkan impuls serta

tempat penyimpanan ion kalsium. Antara sarcoplasmicreticulum dengan

sitoplasma sel otot disebut sarkoplasma. Pada sarkoplasma tersebut terjadi

pemompaan ion kalsium. Ketika impuls saraf ada pada membrane sarcoplasmic

reticulum maka terjadi pembukaan membran yang memungkinkan ion kalsium

melewati menuju pada sarkoplasma yang akan mempengaruhi miofibril untuk

berkontraksi (Fatmawati, 2012).

Sarkoplasma pada setiap serabutotot mengandung sejumlah nukleus dan

mitokondria, serta sejumlah benang/serabut miofibril yang berjalan parallel

sejajar satu sama lain. Miofibril mengandung 2 tipe filamen protein yang

susunannya menghasilkan karakteristik pola striated sehingga dinamakan otot

striated atau otot skeletal (Sudaryanto & Anshar, 2011). Miofibril terbuat dari

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

18

molekul protein yang panjang disebut miofilamen. Miofilamen terdiri dari 2 jenis

yaitu thick miofilamen yang berwarna lebih gelap dan thin miofilamen yang

berwarna lebih terang. Kedua jenis miofilamen tersebut membentuk sub unit

yang saling berhubungan dalam miofibril. Sub unit tersebut dinamakan sebagai

sarkomer yang merupakan unit strukural dasar dari serabut otot. Di dalam

sarkomer, thick miofilamen berada di tengah dan diapit oleh thin miofilamen.

Jika dilihat dalam microscopis daerah tengah sarkomer akan terlihat lebih gelap

yang disebut dengan I-band sedangkan daerah pinggir terlihat lebih terang yang

disebut dengan A-band. Bagian yang memisahkan antara kedua daerah tersebut

adalah Z-line (Sharewood, 2006).

Kepala miosin mempunyai dua tempat tautan yaitu ATP, binding site dan

aktin binding site. Pergeseran miosin yang terjadi disebabkan karena kepala dari

miosin bertemu dengan molekul aktin di dalam miofilamen. Thin miofilamen

terdiri dari tiga komponen protein yaitu aktin, troponin dan tropomiosin. Pada

otot yang rileks, molekul miosin menempel pada benang molekul tropomiosin,

ketika ion kalsium mengisi troponin maka akan mengubah bentuk dan posisi

troponin. Perubahan tersebut membuat molekul tropomiosin terdorong dan

menjadikan kepala myosin bersentuhan dengan dengan molekul aktin.

Persentuhan tersebut membuat kepala miosin bergeser, pada akhir gerakan ATP

masuk dalam crossbridge dan memecah ikatan antara aktin dan miosin. Kepala

miosin kembali bergerak ke belakang dan ATP dipecah sebagai ADP + P. Kepala

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

19

miosin kembali berikatan dengan molekul aktin yang lain, ikatan ini membuat

terjadinya lagi gerakan aktin terdorong oleh kepala miosin (Fatmawati, 2012).

Pada keadaan rileks, otot skeletal akan terjadi apabila impuls saraf

melalui end plates. Akibat dari ketiadaan impuls tersebut maka tidak ada ion

kalsium yang masuk ke dalam sitoplasma karena pintu masuk kalsium menjadi

tertutup sehingga kalsium akan kembali masuk ke dalam sarcoplasmic reticulum.

Selanjutnya akibat kembalinya kalsium ke dalam sarcoplasmic reticulum

menyebabkan posisi troponin kembali normal sehingga posisi tropomiosin

kembali normal dan memutus hubungan antara kepala miosin dan aktin. Otot

akan kembali rileks pada saat kepala miosin dan aktin tidak lagi saling

berhubungan sehingga tak ada lagi pergeseran molekul.

Gambar 2.3 : Struktur Otot dan Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot

(Sumber: Sherwood, 2006)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

20

Menurut Azizah & Hardjono (2006), ada 2 tipe serabut yang utama yaitu

serabut slow-twitch dan serabut fast-twitch. Kedua tipe serabut tersebut terdapat

didalam suatu otot tunggal.

1. Tipe I atau slow twitch (tonik muscle fibers) : disebut juga red muscle karena

berwarna lebih gelap dari otot yang lainnya. Otot ini memiliki karakteristik

tertentu, yaitu menghasilkan kontraksi yang lambat (kecepatan kontraktil

yang lambat), banyak mengandung hemoglobin dan mitokondria, kekuatan

motor unit yang rendah, tahan terhadap kelelahan, memiliki kapasitas

aerobik yang tinggi dan berfungsi untuk mempertahankan sikap.

2. Tipe II atau fast twitch (phasic muscle fibers) : disebut juga white muscle

karena berwarna lebih pucat. Otot ini memiliki karakteristik menghasilkan

kontraksi yang cepat (kecepatan kontraktil yang cepat), tidak tahan terhadap

kelelahan (cepat lelah), memiliki kapasitas aerobik yang rendah, banyak

mengandung miofibril, durasi kontraksi lebih pendek dan berfungsi untuk

melakukan gerakan yang cepat dan kuat.

Kontraksi otot skeletal ada dua yaitu kontraksi isotonik dan isometrik.

Kontraksi otot isotonik dibagi menjadi konsentrik dan eksentrik.Kontraksi

konsentrik merupakan kontraksi otot yang membuat otot memendek dan terjadi

gerakan pada sendi sedangkan kontraksi eksentrik merupakan kontraksi otot pada

saat memanjang untuk menahan beban.Kontraksi isometrik merupakan kontraksi

otot yang tidak disertai dengan perubahan panjang otot (Lippert, 2011).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

21

2.3 Penjahit Payung Bali

Menjahit adalah salah satu pekerjaan manual, yang dilakukan dalam

posisi duduk dengan posisi leher menunduk statis ke depan selama beberapa

menit. Pekerjaan menjahit yang dilakukan berulang - ulang dan dalam waktu

yang relatif lama dapat menyebabkan kelelahan secara fisiologis, yang

disebabkan karena aktivitas kerja dan mempertahankan tubuh ketika bekerja.

Penjahit payung bali proses dan sistem kerjanya sama dengan penjahit garmen,

hanya objek yang dijahit yang berbeda. Berdasarkan analisis ilmu ergonomi pada

penjahit, terdapat beberapa permasalahan ergonomi yang ditimbulkan akibat

pekerjaannya, diantaranya (Diana, 2007):

1. Pegal pada bagian kaki

Pegal pada bagian kaki ini dapat disebabkan karena menggerakkan

mesin jahit secara terus - menerus, sehingga lama-kelamaan dapat

menimbulkan gangguan fisiologis pada kaki, seperti pegal - pegal, keram, dan

tapalan pada kaki.

2. Pegal pada bagian lengan dan pergelangan tangan

Pegal pada bagian lengan dan pergelangan tangan ini bisa disebabkan

oleh karena aktivitas menjahit yang monoton, sehingga bisa menyebabkan

pegal-pegal pada bagian lengan dan pergelangan tangan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

22

3. Sakit punggung dan nyeri pada pinggang bagian bawah

Sakit punggung dan nyeri pada pinggang bagian bawah ini sama-sama

disebabkan oleh karena posisi duduk terlalu lama, yaitu selama 15-20 menit

sehingga otot-otot punggung biasanya mulai letih. Maka akibatnya mulai

dirasakan nyeri pada pinggang bagian bawah. Nyeri pada pinggang bagian

bawah ini akan menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat

merusak jaringan lunak di sekitarnya. Apabila hal ini berlanjut terus, akan

menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang

mengakibatkan hernia nukleus pulposus, yaitu saraf tulang belakang “terjepit”

di antara kedua ruas tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri pada

pinggang dan juga rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke kaki.

Bahkan, bila parah, dapat menyebabkan kelumpuhan.

4. Sakit leher

Sakit leher ini bisa disebabkan oleh karena posisi duduk yang bungkuk

dan monoton dalam waktu lama pada saat menjahit, sehingga mengakibatkan

leher menjadi pegal-pegal dan sakit.

Pada pekerja penjahit payung bali di Desa Mengwi keluhan yang paling

sering dialami adalah keluhan nyeri leher. Hal tersebut didasari oleh hasil

wawancara kepada 5 orang penjahit payung bali, dan 3 diantaranya menyatakan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

23

mengalami keluhan nyeri leher. Keluhannya berupa rasa nyeri dan kaku di

bagian leher sampai bahu, terkadang keluhan tersebut sampai menjalar ke tangan.

Kalau hal tersebut dibiarkan tanpa mendapat penangan yang tepat bisa

menyebabkan keluhan yang lebih parah, seperti myofacial syndrome (Tana, et al

2009).

Gambar 2.4 : Proses Menjahit Payung Bali

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

24

2.4 Auto Stretching

2.4.1 Pengertian

Auto stretching juga dikenal sebagai self-stretching karena tipe ini

dilakukan sendiri oleh pasien secara aktif. Auto stretching adalah stretching

otot pada posisi yang benar, yang dapat mencegah dan atau mengurangi

kekakuan dan perasaan yang tidak nyaman. Auto stretching merupakan

stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap semua otot yang

membatasi gerakan. Teknik auto stretching merupakan aspek penting dari

program latihan di rumah (home programe) dan merupakan penatalaksanaan

terapi jangka panjang pada beberapa gangguan muskuloskeletal. Pemberian

edukasi terhadap pasien tentang cara yang aman melakukan prosedur auto

stretching di rumah sangat penting untuk pencegahan injuri kembali atau

mencegah terjadinya disfungsi di masa akan datang (Evjenth Olaf & Hamberg

Jean , 1997).

Adapun prinsip untuk mengaplikasikan auto stretching adalah sebagai

berikut (Evjenth Olaf & Hamberg Jean , 1997):

1) Posisi awal harus aman dan stabil

2) Fungsi dari otot atau grup otot yang sebenarnya adalah harus selalu

dihitung.

3) Latihan harus selalu terkontrol dan mempunyai dampak yang sesuai

harapkan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

25

4) Otot atau grup otot harus dalam keadaan terulur di berbagai posisi

dan memanjang sebisa mungkin sehingga dapat mencapai batas dari

mobilitas normal.

Prinsip-prinsip vital ini yang membuat auto stretching efektif dan aman.

Auto stretching membantu bergerak dengan mudah dan lebih baik. Tidak ada

reaksi perlindungan yang ditimbulkan dan tidak terdapat resiko overs tretch

atau kerobekan pada otot jika stretching dilakukan secara perlahan dan lembut

(Evjenth Olaf & Hamberg Jean , 1997).

2.4.2 Mekanisme Penurunan Intensitas Nyeri Otot Upper Trapezius dengan

Pemberian Auto stretching

Pemberian auto stretching dapat mengurangi iritasi terhadap saraf Aδ

dan saraf tipe C yang menimbulkan nyeri akibat adanya abnormal cross link.

Hal ini dapat terjadi karena pada saat diberikan auto stretching serabut otot

ditarik keluar sampai panjang sarkomer penuh. Ketika hal ini terjadi maka

akan membantu meluruskan kembali beberapa serabut atau abnormal cross

link akibat sindroma miofasial. Auto stretching dapat bermanfaat pada serabut

otot yang mengalami nyeri miofasial. Serabut otot yang terganggu akan

menyebabkan penurunan elastisitas otot akibat adanya taut band dalam

serabut otot. Sarkomer sebagai komponen elastis di dalam serabut otot akan

mengalami gangguan. Pemberian auto stretching yang dilakukan secara

perlahan akan menghasilkan peregangan pada sarkomer sehingga peregangan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

26

akan mengembalikan elastisitas sarkomer yang terganggu. Auto stretching

dapat mencegah dan atau mengurangi kekakuan dan perasaan yang tidak

nyaman. Auto stretching merupakan stretching yang efektif, karena

berpengaruh terhadap semua otot upper trapezius yang membatasi gerakan

dan merupakan teknik peregangan dengan konsep kontraksi isotonik

(kontraksi dinamik) (Evjenth Olaf & Hamberg Jean , 1997).

2.5 Neck Cailliet Exercise

2.5.1 Definisi

Neck cailliet exercise adalah salah satu terapi latihan isometrik kontraksi

dengan menahan tahanan maksimal dan diakhiri dengan relaksasi. Metode Neck

Cailliet Exercise dapat digunakan untuk mengatasi spasme otot dan untuk

memelihara atau meningkatkan kekuatan otot leher untuk memperoleh ketahanan

statis dan dinamis leher, memelihara luas gerak sendi dan kelenturan leher, serta

memperoleh postur yang benar dengan terkoreksinya muscle imbalance (Cailliet,

1991).

2.5.2 Indikasi dan kontraindikasi

Indikasi pemberian neck cailliet exercise yaitu (Cailliet, 1991)

a) Adanya pemendekan, kontraktur, atau spastisitas pada otot

b) Meningkatkan kekuatan pada otot atau grup otot yang mengalami kelemahan

c) Adanya malposition pada unsur tulang

d) Perbaikan pergerakan sendi yang berhubungan dengan disfungsi artikular

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

27

Kontraindikasi pemberian neck cailliet exercise yaitu (Cailliet, 1991)

a) Cedera muskuloskeletal akut

b) Adanya fraktur tulang yang tidak stabil

c) Adanya penyatuan dan ketidakstabilan pada sendi

d) Osteoporosis

e) Gangguan kardiovaskuler

2.5.3 Prinsip Aplikasi Neck Cailliet Exercise

Terdapat beberapa prinsip pelaksanaan neck cailliet exercise antara lain

(Chaitow, 2006):

1. Palpasi

Sebelum menerapkan neck cailliet exercise, fisioterapis melakukan

pemeriksaan pada otot atau sendi yang mengalami tightness, hipomobile,

hipermobile dan spasme dengan palpasi untuk menentukan target jaringan

yang akan dilakukan treatment. Teknik palpasi yang dilakukan dengan

tekanan yang halus. Otot atau sendi harus dalam keadaan yang relaks saat

dilakukan gerak pasif. Tujuannya untuk menentukan besarnya ketegangan

tonus otot atau mobilitas sendi.

2. Menutup Mata

Fisioterapis melakukan pemeriksaan palpasi pada target jaringan dengan

menutup mata, untuk merasakan seberapa besar ketegangan tonus otot atau

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

28

mobilitas sendi dengan menggerakkan secara pasif bagian yang diterapi.

Gerakan secara perlahan, halus, dan rasakan endfeel pada sendi.

3. Intensitas Kontraksi Otot

Intensitas kekuatan yang digunakan adalah 60% sampai 80% kekuatan

maksimal dan disesuaikan pada setiap posisi. Beban perlahan ditingkatkan

sampai pada akhirnya kekuatan otot meningkat.

4. Waktu Kontraksi

Latihan isometrik dilakukan 6 sampai 10 detik. Latihan yang dilakukan

kurang dari 6 detik belum menimbulkan adaptasi atau perubahan anatomi dan

fisiologi otot sedangkan latihan yang dilakukan terlalu lama dapat

menimbulkan kelelahan dan bahkan bila berulang ulang dapat menimbulkan

cedera.

5. Pernapasan

Pernapasan pada saat melakukan neck cailliet exercise sangat penting, karena

rileksasi yang diberikan lebih besar dan sangat baik untuk meningkatkan

sirkulasi darah. Saat melakukan kontraksi isometrik, pasien diinstruksikan

untuk mengeluarkan napas dengan perlahan dan rileks. Setelah penerapan

neck cailliet exercise, pasien diinstruksikan untuk menarik dan

menghembuskan napas dengan perlahan dan rileks. Tujuan pernapasan ini

dilakukan untuk memberikan efek rileksasi pada jaringan dan otot agar

ketegangan jaringan dan otot menurun serta memberikan efek yang nyaman

bagi pasien.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

29

6. Waktu pengulangan

Pengulangan yang dilakukan sebanyak 10 kali, sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Waktu pengulangan ini efektif bagi rileksasi jaringan dan otot.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

30

Gambar 2.5: Neck Calliet Exercise

(Sumber : Cailliet, 1991)

- Posisi awal kepala tegak, mata lurus

kedepan, gerakan kepala bergeser

kedepan dengan tinggi dagu tetap

tahan 6 detik, istirahat 6 detik dan

ulangi 10x

- Posisi awal kepala tegak, mata lurus ke depan

- Tundukkan kepala dengan pelan tetapi cukup

kuat dan sekaligus bersamaan dengan itu

kedua tangan pasien berusaha menahan

gerakan menunduk tersebut dengan

mendorong dahi ke arah tengadah, seolah –

olah saling dorong mendorong sehingga hasil

akhirnya kepala tetap tegak.

- Tahan 6 detik, istirahat 6 detik dan ulangi 10x

- Lakukan juga gerakan tengadah ke blakang,

mieing kanan-kiri, sambil ditahan.

- Posisi awal sama dengan laithan 2

- Dorong/tarik kepala ke arah bahu

kanan, tahan 6 detik dengan

menghitung 101 s/d 106

- Istirahat 6 detik ulangi sampai 10x

- Terapkan yang sama pada bagian kiri

-

- Posisi awal sama dengan diatas

- Dorong/tarik kepala rotasi dengan

sedikit ke bawah, ke arah kanan,

tahan 6 detik seperti diatas lalu

istirahat 6 detik dan ulangi 10x ke

kanan dan ke kiri

PEDOMAN LATIHAN NECK

CAILLIET EXERCISE

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

31

2.5.4 Mekanisme Penurunan Intensitas Nyeri Otot Upper Trapezius dengan

Pemberian Terapi Latihan Neck Cailliet Exercise

Pada intervensi neck cailliet exercise akan terjadi mekanisme post

isometric relaxation (PIR). Post isometric relaxation yang mengacu pada

pengurangan tonus otot agonis setelah kontraksi isometrik. Hal ini terjadi

karena pengaruh reseptor stretch yang disebut golgi tendon organ pada otot

agonis. Reseptor ini bereaksi terhadap overstretching otot oleh inhibisi otot

yang selanjutnya berkontraksi. Hal ini secara natural melindungi reaksi terhadap

regangan berlebih, mencegah ruptur dan memiliki pengaruh pemanjangan

karena relaksasi yang terjadi tiba-tiba pada seluruh otot dibawah pengaruh

stretching (Chaitow, 2006).

Gambar 2.6 : Post Isometric Relaxation

(Sumber: Chaitow, 2006)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher ... pemicu munculnya myofascial trigger point pada otot. ... terus-menerus akan memicu

32

Dalam teknik ini, kekuatan kontraksi otot terhadap perlawanan yang

sama memicu reaksi golgi tendon organ. Impuls saraf afferent dari golgi

tendon organ masuk ke bagian dorsal spinal cord dan bertemu dengan

inhibitor motor neuron. Hal ini menghentikan impuls motor neuron efferent

dan oleh karena itu terjadi pencegahan kontraksi lebih lanjut, tonus otot

menurun, yang menghasilkan relaksasi dan pemanjangan otot agonist

sehingga nyeri dapat berkurang (Chaitow, 2006).