BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sesuai dengan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sesuai dengan...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang
definisi stres kerja, faktor-faktor stres, dan sebagainya.
2.1 Umum
Dalam dunia konstruksi tingkat keberhasilan proses produksi dalam setiap
industri konstruksi dapat diukur dengan produktivitas. Menurut Herjanto (2007),
produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya
sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal.
Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri atau
UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi
perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran
produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output atau input yang
digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks produktivitas buruh,
produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi,
produktivitas bahan mentah, dan lain-lain.
Fokus utama produktivitas dalam industri konstruksi adalah produktivitas
pekerja (labor productivity), karena pekerja (labor) adalah sumber daya yang
memberikan pengaruh terbesar pada manajemen. Produktivitas yang rendah sudah
lama menjadi pokok pembahasan para ahli dalam industri konstruksi. Beberapa
metode peningkatan produktivitas telah berhasil diterapkan pada industri-industri
lain, seperti industri manufaktur, namun tidak dapat diterapkan pada industri
konstruksi karena karakteristik industri konstruksi yang unik (Oglesby dkk,1989)
5
2.2 Proyek Konstruksi
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai proyek konstruksi dalam
hubungannya dengan produktivitas.
2.2.1 Pengertian Proyek Konstruksi
Menurut Soeharto (1997) proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/
konstruksi) dalam batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Rangkaian kegiatan
dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu gagasan yang muncul dari
adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian terhadap kemungkinan
terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan). Selanjutnya dilakukan desain
awal (preliminary design), desain rinci (detail design), pengadaan (procurement)
sumber daya, pembangunan di lokasi yang telah disediakan (konstruksi) dan
pemeliharaan bangunan yang telah didirikan (maintenance) sampai dengan
penyerahan bangunan kepada pemilik proyek.
Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya
pembangunan suatu bangunan insfrastruktur, yang umumnya mencakup pekerjaan
pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Meskipun tidak
jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, mesin, elektro, geoteknik,
landscape, dan sebagainya. Bangunan-bangunan tersebut meliputi aspek
kepentingan masyarakat yang sangat luas berupa perumahan untuk tempat tinggal,
apartemen, gedung perkantoran berlantai banyak, pabrik, bangunan industri,
jembatan, jalan raya termasuk jalan layang, jalan kereta api, pembangkit listrik
tenaga nuklir, bangunan dan terowongan PLTA, saluran perairan, sistem sanitasi
dan drainase, bandar udara dan hangar pesawat terbang, pelabuhan laut dan
bangunan lepas pantai, jaringan kelistrikan dan telekomunikasi, kilang minyak
dan bangunan plambing, dan lain sebagainya sehingga semua macam bangunan
tersebut biasanya dikelompokkan menjadi empat golongan besar, yaitu : bangunan
pemukiman dan perumahan; bangunan gedung bertingkat; bangunan berat,
mislanya bendung PLTA, pelabuhan, bandar udara dan sebagainya; dan bangunan
industri.
6
Jadi proyek konstruksi merupakan rangkaian kegiatan-kegiatan dimana
kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu
dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan
dengan jelas.
ciri-ciri pokok proyek adalah sebagai berikut :
1. Bertujuan menghasilkan lingkup tertentu berupa produk akhir dan hasil kerja
akhir.
2. Dalam proses mewujudkan lingkup diatas, ditentukan jumlah biaya; jadwal;
serta kriteria mutu.
3. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik
awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
4. Non rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu ditetapkan beberapa
parameter yang sangat penting dalam penyelenggaraan suatu proyek. Parameter
tersebut adalah meliputi biaya yang dianggarkan, mutu yang harus dihasilkan dan
waktu yang ditetapkan untuk penyelesaian proyek tersebut. Ketiga parameter ini
disebut Tiga Kendala (Triple Constraint). Ketiga parameter yang dimaksud
anatara lain :
a. Biaya
Suatu proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak lebih dari yang
dianggarkan. Untuk proyek yang melibatkan dan dalam jumlah yang besar dan
jadwal bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya untuk total proyek tapi
dipecah menjadi komponen-komponennya, atau per periode tertentu yang
jumlahnya disesuaikan dengan keperluan, dengan demikian penyelesaian
bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggran per periode.
b. Mutu
Mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan
kriteria yang dipersyaratkan.
c. Waktu
Kegiatan proyek harus dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
7
2.2.2 Tenaga Kerja Dalam Proyek Konstruksi
Soeharto (1997) menyatakan bahwa salah satu sumber daya yang menjadi
penentu keberhasilan suatu proyek konstruksi adalah tenaga kerja. Mengingat
bahwa pada umumnya proyek konstruksi berlangsung dalam kondisi yang
berbeda-beda, maka dalam merencanakan tenaga kerja hendaknya dilengkapi
dengan analisis produktivitas dan indikasi variabel yang mempengaruhi. Variabel
atau faktor ini misalnya disebabkan oleh faktor geografis, iklim, ketrampilan,
pengalaman ataupun peraturan-peraturan yang berlaku.
Lebih lanjut Ervianto (2005) menyatakan bahwa pekerja adalah salah satu
sumber daya yang digunakan selama proses konstruksi yang tidak mudah
dikelola.upah yang diberikan sangat bervariasi tergantung pada kecakapan
masing-masing pekerja karena tidak ada satupun pekerja yang sama
karakteristiknya. Biaya untuk pekerja merupakan fungsi dari waktu dan metoda
kontruksi yang digunakan. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian
waktu konstruksi dan pemilihan metoda konstruksi yang akan digunakan adalah
Kepala Proyek.
2.2.3 Produktivitas Pada Industri Konstruksi
Tingkat keberhasilan proses produksi dalam setiap industri dapat diukur
dengan produktivitas. Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan
antara hasil nyata maupun fisik (barang atau jasa) dengan masukan sebenarnya.
Misalnya saja produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai
suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output input .
Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur
dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas juga diartikan sebagai
tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa.
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan
tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif
untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya
kualitas yang tinggi. Produktivitas adalah interaksi terpadu antara tiga faktor yang
mendasar, yaitu investasi, manajemen, dan tenga kerja” (Muchdarsyah, 2000).
8
Permasalahan produktivitas juga berkaitan dengan seberapa besar pekerjaan
itu digolongkan dalam kelompok kerja yang efektif. Efektif biasanya digunakan
sebagai perbandingan/tingkatan dimana sasaran yang dikemukakan dapat
dianggap tercapai. Sedangkan pengertian efektivitas adalah suatu perbandingan
antara evaluasi pekerjan dari satu unit output dengan evaluasi satu unit input
(masukan) sehingga dapat diperoleh besarntya efektivitas dari suatu jenis
pekerjaan yang ditinjau (Muchdarsyah, 2000)
Manajemen memang selalu diarahkan sebagai upaya meminimalisir baik
dalam hal biaya (pendanaan), fasilitas, ataupun sumber daya manusianya, namun
tetap ditempatkan dalam porsi yang tepat sehingga tujuan usaha tercapai. Prinsip
manajemen pada umumnya adalah peningkatan efisiensi dengan mengurangi
pemborosan (wastage). Sumber-sumber yang ada digunakan secara maksimal,
termasuk modal, bahan-bahan mentah dan setengah jadi, dan tenaga kerja sendiri.
Ketidak efisiensian terjadi karena manajemen yang kurang baik atau kurangnya
pengawasan dari manajer. Ketidak efisiensian itu dapat diketahui melalui analisa
dari hasil pengamatan terhadap aktivitas tiap pekerjaan dalam jangka waktu
tertentu.
Menurut Muchdarsyah (2000) produktivitas adalah interaksi antar tiga
faktor yang mendasar, yaitu: Investasi, Manajemen dan Tenaga kerja.
1. Investasi
Komponen pokok dari investasi ialah modal, karena modal merupakan landasan
gerak suatu usaha, namun modal saja tidaklah cukup, untuk itu harus ditambahkan
dengan komponen teknologi. Untuk berkembang menjadi bangsa yang maju kia
harus dapat mengusai teknologi yang memberi dukungan kepada kemajuan
pembangunan nasional, ditingkat mikro tentunya teknologi yang mampu
mendukung kemajuan usaha atau perusahaan.10
2. Manajemen
Kelompok manajemen dalam organisasi bertugas pokok menggerakan orangorang
lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai dengan baik. Hal-hal
yang kita hadapi dalam manajemen, terutama dalam organisasi modern, ialah
semakin cepatnya cara kerja sebagai pengaruh langsung dari kemajuan-kemajuan
yang diperoleh dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang
9
mempengaruhiseluruh aspek organisasi seperti proses produksi, distribusi,
pemasaran dan lain-lain. Kemajuan teknologi yang berjalan cepat harus diimbangi
dengan proses yang terus-menerus melalui pengembangan sumber daya manusia,
yakni melalui pendidikan dan pengembangan. Dari pendidikan, latihan dan
pengembangan tersebut maka antara lain akan menghasilkan tenaga skill yang
mengusai aspek-aspek teknis dan aspek-aspek manajerial.
3. Tenaga Kerja
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor-faktor tenaga
kerja ialah :
a. Motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa depannya.
b. Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan
2.3 Pengertian stress
Beberapa ahli mengemukakan definisi-definisi stress sebagai berikut.
Menurut Robins (1996), stress kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang,
baik fisik maupun mental terhadapa suatu perubahan di lingkungannya yang di
rasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Gibson dkk (1996) menyatakan bahwa, stres kerja adalah suatu tanggapan
penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu atau proses
psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar
(lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan
atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Sedangkan Davis and Newstrom (2008) menyatakan bahwa, Stres
merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi seseorang. Jika seseorang / karyawan mengalami stres yang terlalu
besar maka akan dapat menganggu kemampuan seseorang / karyawan tersebut
untuk menghadapi lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya.
10
2.4 Penyebab timbulnya stress
Kondisi-kondisi yang cendrung menyebabkan steres disebut strresor, dan
ketegangan yang di sebabkan karna stress disebut strain. Penyebab stress
diakibatkan oleh beberapa hal, menurut Davis dan Newstrom (2008), ada
beberapa kondisi kerja yang biasa menyebabkan stress,yaitu:
1. Beban kerja yang berlebihan
2. Tekanan atau desakan waktu
3. Kualitas penyedian yang buruk
4. Iklim politik yang tidak aman
5. Wewenang yang tidak memadai untuk melakukan tanggung jawab
6. Perbedaan antara nilai perusahaan dan karyawan
7. Perubahan type, khususnya jika penting dan tidak lazim, misalnya
pemberhentian sementara.
8. Frustasi
Menurut Gibson dkk (1996), penyebab stres kerja ada 4 yaitu :
1. Lingkungan fisik
Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik berupa cahaya, suara, suhu dan
udara terpolusi.
2. Individual
Tekanan individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari:
a. Konflik peran
Stressor atau penyebab stres yang meningkat ketika seseorang menerima
pesan- pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku peran yang
sesuai. Misalnya adanya tekanan untuk bergaul dengan baik bersama
orang- orang yang tidak cocok.
b. Peran ganda
Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi
tertentu mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak berbuat
sesuatu. Peran ganda adalah tidak adanya pengertian dari seseorang
tentang hak, hak khusus dan kewajiban- kewajiban dalam mengerjakan
suatu pekerjaan.
11
c. Beban kerja berlebih
Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif. Memiliki
terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat
kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu merasa tidak
memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi.
d. Tidak adanya kontrol
Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak adanya
pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan kerja,
pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar kualitas
dan kendali jadwal merupakan hal yang penting.
e. Tanggung jawab
Setiap macam tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang,
namun tipe yang berbeda menunjukkan fungsi yang berbeda sebagai
stresor.
f. Kondisi kerja.
3. Kelompok
Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara
kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang kuat bagi beberapa
individu. Ketidakpercayaan dari mitra pekerja secara positif berkaitan
dengan peran ganda yang tinggi, yang membawa pada kesenjangan
komunikasi diantara orang- orang dan kepuasan kerja yang rendah. Atau
dengan kata lain adanya hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan
bawahan.
4. Organisasional
Adanya desain struktur organisasi yang tidak teratur, politik yang buruk dan
tidak adanya kebijakan khusus.Penyebab stress yang secara umum dan
secara luas dikenal adalah perubahan suatu pekerjaan ,karna memerlukan
penyesuaian dari karyawan .perubahan cendrung menyebabkan stress yang
lebih berat apabila perubahan itu penting dan tidak lazim, misalnya
pemberhentian sementara atau pemindahan tugas.
12
Selanjutnya sumber stres kerja menurut Cooper dkk (2002) ada 4 yaitu:
1. Kondisi pekerjaan, yang terdiri dari:
a. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan
mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak nyaman, panas, sirkulasi udara
kurang memadahi, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang
bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja
karyawan.
b. Overload. Overload dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif.
Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang
ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan
tersebut mudah lelah dan berada dalam tegangan tinggi. Overload secara
kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit sehingga
menyita kemampuan karyawan.
c. Deprivational stres. Kondisi pekerjaan tidak lagi menantang, atau tidak
lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah
kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung
unsur sosial (kurangnya komunikasi sosial).
d. Pekerjaan beresiko tinggi. Pekerjaan yang beresiko tinggi atau
berbahaya bagi keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak
lepas pantai, tentara,dan sebagainya.
2. Konflik peran.
Stres karena ketidak jelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu yang
diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering muncul ketidak puasan kerja,
ketegangan, menurunnya prestasi hingga ahirnya timbul keinginan untuk
meninggalkan pekerjaan. Para wanita yang bekerja mengalami stress lebih
tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya wanita bekerja menghadapi
konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.
3. Pengembangan karir.
Setiap orang pasti punya harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan
atau organisasi. Namun cita- cita dan perkembangan karir banyak sekali
yang tidak terlaksana.
13
4. Struktur organisasi .
Gambaran perusahaan yang diwarnai dengan struktur organisasi yang tidak
jelas, kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran, wewenang dan
tanggung jawab,aturan main yang terlalu kaku atau tidak jelas, iklim politik
perusahaan yang tidak jelas serta minimnya keterlibatan atasan membuat
karyawan menjadi stres.
Sarafino (1994) membagi penyebab stres kerja menjadi 4 yaitu ;
1. Lingkungan fisik yang terlalu menekan seperti kebisingan, temperatur atau
panas , udara yang lembab, penerangan di kantor yang kurang terang.
2. Kurangnya kontrol yang dirasakan
3. Kurangnya hubungan interpersonal
4. Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Para pekerja akan merasa
stres bila mereka tidak mendapatkan promosi yang selayaknya mereka
terima.
Selanjutnya Robbins (1996) mengidentifikasikan tiga perangkat faktor,
meliputi lingkungan (environmental), organisasional (organizational), dan
individual yang bertindak sebagai sumber potensial dari stres. Stres bergantung
pada perbedaan individual seperti pengalaman kerja dan kepribadian. Gejalanya
dapat muncul sebagai keluaran atau hasil fisiologis, psikologis, dan perilaku.
Penjelasan mengenai faktor-faktor yang dapat mengakibatkan stres kerja menurut
Robbin (1996) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Lingkungan (Environmental factors).
Lingkungan kerja tidak hanya memberikan pengaruh terhadap desain
struktur organisasi, namun juga pada stress yang terjadi antara pekerja dan
organisasinya. Faktor lingkungan yang berpengaruh meliputi ketidakpastian
politik (political uncertainty), situasi ekonomi yang tidak menentu, yaitu
akibat perubahan dunia bisnis yang meningkatkan kecemasan pegawai akan
kelangsungan pekerjaannya dan ketidakpastian teknologi (technological
uncertainty) yang menuntut pekerja untuk selalu memperbaharui
kemampuan mereka dalam mengoperasikan alat-alat teknologi.
2. Faktor Organisasional (Organizational factors).
14
Tekanan dan tuntutan yang dilakukan untuk menghindari error dan
menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang terbatas, pekerjaan yang
berlebihan, tuntutan yang berlebihan pada pekerjaan, pimpinan yang tidak
perhatian,dan rekan kerja yang tidak nyaman adalah beberapa contoh hal
yang mempengaruhi ada tidaknya stresor yang menyebabkan stres kerja.
Robbin juga menambahkan faktor-faktor organisasi dikategorikan sebagai
berikut :
a. Tuntutan pekerjaan (task demands).
Faktor ini berhubungan dengan pekerjaan, meliputi desain dari
pekerjaan tersebut (autonomi, variasi pekerjaan, struktur organisasi,
kepemimpinan organisasi, dan iklim organisasi).
b. Tuntutan peran (role demands). Faktor ini berhubungan dengan tekanan
yang ada pada lingkungan kerja yang dirasakan pekerja akibat dari peran
yang dimainkan dalam organisasinya. Konflik peran menyebabkan
ekspektasi yang berpotensi membuat pekerja mengalami kesulitan untuk
berbaur dengan lingkungan sosial dan merasa puas dengan
pekerjaannya. Peran yang berlebihan (role overload) juga
mempengaruhi tingkat stress kerja. Peran yang berlebihan juga yang
merupakan situasi yang dirasakan pekerja ketika mereka diminta bekerja
melebihi batas waktu yang disepakati. Faktor peran yang juga dapat
menyebabkan stres kerja adalah ambiguitas peran (role ambiguity) yaitu
ketika pekerja merasa pekerjaan tidak tergambar dan dimengerti dengan
jelas dan pekerja tidak mengetahui secara pasti apa yang dikerjakan.
c. Tuntutan interpersonal (interpersonal demand) adalah faktor yang
mempengaruhi stres yang berasal dari pekerja lain. Kurangnya
dukungan sosial dari kolega dan rendahnya hubungan interpersonal
dapat menyebabkan stres kerja, terutama pada pekerja yang
membutuhkan kebutuhan sosial yang tinggi.
d. Struktur organisasi, yaitu faktor yang menjelaskan perbedaan level pada
organisasi,derajat aturan dan regulasi dan cara keputusan akan dibuat.
Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan
keputusan dapat menyebabkan stress kerja bagi karyawan.
15
e. Kepemimpinan organisasi memberikan gaya manajemen pada
organisasi. Beberapa pihak didalamnya dapat membuat iklim organisasi
yang melibatkan ketegangan,ketakutan dan kecemasan.
3. Faktor individual.
Secara umum individu bekerja dalam 40 sampai 50 jam dalam seminggu.
Pengalaman dan masalah yang dihadapi individu di luar jam kerja dapat
mempengaruhi efektivitas pekerjaan. Faktor-faktor individual, misalnya
masalah keluarga, masalah ekonomi dan keperibadian individu dapat
menjadi sumber stres kerja.
Penyebab stress menurut Manuaba (1992), menyebutkan bahwa stress
pekerja dapat disebabkan oleh.
1. Tuntutan pekerjaan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
2. Pekerja tidak punya hak atau tidak di ikutkan dalam mengorganisis kerja
mereka
3. Dukungan rendah dari manajemen dan rekan sekerja
4. Konflik karna tuntutan yang tinggi seperti tercapainya kualitas dan
produktivitas
Sehingga faktor stres yang di dapatkan pada literatur dapat dilihat pada
tabel 2.1
Keterang pengarangan tabel 2.1 :
P1 : Davis dan Newstrom (1993)
P2 : Gibson dkk (1996)
P3 : Cooper dkk ( 2002)
P4 : Sarafino (1994)
P5 : Robbin (1998)
P6 : Manuaba (2005)
16
Tabel 2.1 Sumber Dan Faktor Stress Berdasarkan Literatur
SUMBER STRES FAKTOR STRESS SUMBERP1 P2 P3 P4 P5 P6
1 Lingkungan
Temperatur Kebisingan Sirkulasi Udara Penerangaan Saat Bekerja
Kebersihan Lingkungan Kerja Ruangan Tidak Nyaman Polusi
2 TeknologiKetersediaan Alat
Kemampuan Menggunakan Alat
3 LingkunganSosial
Tanggung Jawab Atas Orang Lain Tidak Adanya Dukungan Dari Tim Konflik Karena Tuntutan Tinggi Kurangnya Hubungan Interpersonal
4 Kepemimpinan
Kurang Melibatkan Pekerja DalaamPengorganisiran
Kurangnya Kontrol
Kurangnya Perhatian Dari Pemimpin
Tekanan Dari Atasan
Kurangnya Reward Dari Atasan
17
Struktur Organisasi Yang Tidak Jelas
Pemimpin Minim Terlibat
5 ManajemenProyek
Kelebihan Beban Kerja Pengembangan Karir Karakteristik Tugas Desakan Waktu Kualitas Penyediaan Tidak Adanya Wewenang Yang Memadai Pekerjaan Beresiko Tinggi
Tidak Adanya Target Dari Manajemen Aturan Yang Terlalu Kaku
Pemberhentian Sementara Iklim Politik Perusahaan
Tidak Adanya Kebijakan Khusus 6 Design Perubahan Suatu Design Suatu Pekerjaan
7 Individu
Masalah Keluarga Masalah Pribadi Masalah Ekonomi Pengalaman Pekerjaan Pekerjaan Tidak Lagi Menantang/Menarik Menurunnya Prestasi Merasa Tidak Mampu Tuntutan Standart Penampilan
8 KompensasiGaji Yang Telat DibayarGaji Tidak Sesuai Dengan Kontrak Awal
18
2.5 Data dan Pengukuran
Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan
informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuntitatif yang menunjukkan
fakta. Sedangkan pengukuran ialah proses atau cara mengukur. Pengukuran dapat
berupa skala pengukuran yang dimaksud untuk mengklasifikasikan variabel yang
akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan
langkah penelitian selanjutnya (Riduwan,2008).
2.5.1 Pendahuluan
Penelitian adalah berhati-hati, sabar, sistematis, tekun, penyelidikan atau
pemeriksaan pada beberapa bidang ilmu pengetahuan, berusaha untuk pembakuan
fakta atau prinsip.
Secara ringkas penelitian harus memenuhi :
1. Ada hal yang ingin diselidiki
2. Ada metode penelitian
3. Ada hasil penelitian berupa fakta/hukum/rumusan
Pengertian research (penelitian) yang paling sederhana adalah penelitian
dimulai apabila seseorang peneliti mempunyai suatu persoalan (pertanyaan)
dimana untuk menjawab persoalan tersebut peneliti bersangkutan tidak memiliki
cukup informasi.
2.5.2 Jenis Penelitian
Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesi tertentu,
tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau
keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan
tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Arikunto, 2000).
Beberapa jenis penelitian yang dapat dikategorikan sebagai penelitian
deskriptif adalah penelitian survei (survei studies), studi khusus (case studies),
penelitian perkembangan (developmental studies), penelitian tindak lanjut (follow-
up studies), analisis dokumen (documentary analyses) dan penelitian korelasional
(corelation studies) (Arikunto, 2000). Penelitian kasus (studi kasus) biasanya
19
meliputi subyek yang jumlahnya terbatas (kadang-kadang hanya seorang subyek
atau sebuah unit), dimaksudkan untuk mengetahui secara mendalam tentang suatu
gejala. Dalam melakukan studi khusus, peneliti berusaha menggali latar belakang
yang dimiliki oleh subyek mengenai “masa lalunya” (Arikunto, 2000).
Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah metode
deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematik, faktual dan akurat mengenai faktor penyebab stres kerja
pada pekerjaan proyek gedung.
2.5.3 Pengumpulan Data
Pada umumnya, pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara
pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan seperti hasil
wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang dilakukan oleh peneliti terhadap
responden. Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang diperoleh pihak
lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan dalam bentuk
tabel-tabel atau diagram-diagram (Sugiarto dkk,2003)
Pengambilan atau pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara
penyebaran kuisioner untuk diisi oleh responden atau dengan cara
interview/wawancara responden dengan peneliti. Untuk data yang hasilnya
diperoleh melalui kuisioner, maka aspek yang penting adalah mendesain
kuisioner, hal yang perlu dilakukan adalah menentukan berapa jumlah proyek
konstruksi yang akan diteliti. Mengingat keterbatasan tenaga dan waktu, penulis
menggunakan sampel dalam pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiarto (2003)
sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan
prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya, dimana populasi adalah
keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti.
Data yang didapatkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif.
Data kualitatif adalah data yang bukan berupa angka atau secara praktis bermakna
tidak dapat dijadikan dalam operasi matematika seperti penambahan,
pengurangan, maupun perkalian atau pembagian. Termasuk dalam klasifikasi data
kualitatif adalah data yang berskala ukur nominal dan ordinal. Sedangkan data
kuantitatif adalah data berupa angka dalam arti sebenarnya di berbagai operasi
20
matematika dapat dilakukan pada data kuantitatif. Termasuk dalam klasifikasi
data kuantitatif adalah data yang berskala ukur interval dan rasio. Yang dimaksud
dengan data nominal adalah data yang hanya menghasilkan satu dan hanya satu-
satunya kategori. Data nominal disebut juga dengan data kategori. Data nominal
dalam praktek statistik biasanya dijadikan ‘angka’, yaitu proses yang disebut
kategori. Misal dalam pengisian data, jenis kelamin lelaki dikategorikan sebagai
‘1’ dan perempuan sebagai ‘2’. Kategori ini hanya sebagai tanda saja, jadi tidak
dapat dilakukan operasi matematika, seperti 1+2 atau 1-2 dan lainnya. Sedangkan
yang dimaksud dengan data ordinal adalah data yang mempunyai tingkatan data.
Ada data dengan urutan lebih tinggi dan urutan lebih rendah.
2.5.4 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi mencakup segala hal,
termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek
(Sugiyono, 2011)
2.5.5 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua
yang ada pada populasi (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu),
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Apa yang dipelajri dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan untuk
populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar
reprensentatif (mewakili). Bila sampel tidak representatif, maka dapat
mengakibatkan kesimpulan yang diambil tidak akan sesuai dengan kenyataan atau
kesimpulan yang diambil salah.
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin
besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahn generalisasi
semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka
semakin besar kesalahan generalisasi. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian
adalah antara 30-500. Bila sampel dibagikan dalam kategori (misalnya pria-
21
wanita, pegawai negri-pegawai swasta, dan lain-lain) maka jumlah anggota
sampel setiap kategori minimal 30 (Sugiyono, 2011).
2.5.6 Teknik Sampling
Dalam suatu penelitian tidak semua data dan informasi akan diproses, serta
tidak semua orang atau benda akan diteliti, melainkan cukup dengan
menggunakan sampel yang mewakilinya. Sampel adalah bagian dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Adapun
keuntungan dari penggunaan sampel (Riduwan,2008) adalah sebagai berikut :
1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan
dengan menggunakan populasi, dan apabila populasinya terlalu besar
dikhawatirkan akan terlewati.
2. Penelitian akan lebih efisien, yaitu dalam arti penghematan uang, waktu, dan
tenaga.
3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data. Artinya, jika sebyeknya
banyak, maka dikhawatirkan adanya bias dari orang yang mengumpulkan
data. Misalnya, staf pengumpul data mengalami kelelahan sehingga
pencatatan tidak akurat.
4. Penelitian akan lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak) yang
menggunakan spesimen akan hemat dan dapat terjangkau tanpa merusak
semua bahan yang ada, serta dapat digunakan untuk menjaring populasi yang
jumlahnya banyak.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah cara mengambil
sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili atau
dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarmya.
Secara umum ada dua macam teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian (Riduwan, 2008), yaitu :
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang digunakan untuk
memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel.
22
2. Nonprobability Sampling
Nonprobality sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan
kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota
sampel. Yang tergolong teknik ini adalah:
a. Sampling sistematis
Adalah pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi yang telah
diberi nomor urut, atau anggota sampel diambil dari populasi pada jarak
interval waktu dan ruang dengan utusan seragam.
b. Sampling kuota
Adalah penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah yang dikenhendaki atau pengambilan sampel yang
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti.
c. Sampling aksidental
Adalah titik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas. Artinya,
siapa saja dengan secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai
dengan karakterikstiknya, maka orang tesebut dapat digunakan sebagai
sampel (responden).
d. Purpusive sampling (sampling pertimbangan)
Adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya, atau
penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini hanya mereka yang
ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang
diperlukan. Oleh karena itu, sampling ini cocok untuk studi kasus, dimana
aspek dari kasus tunggal yang representatif diamati dan dianalisis.
e. Sampling jenuh
Adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan
sebagai sampel. Dikenal juga dengan istilah sesnsus. Sampling jenuh
dilakukan apabila populasinya kurang dari 30 responden.
f. Snowball sampling
Adalah teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota
sampel mengajak sahabatnya untuk dijadikan sampel dan seterusnya,
sehingga jumlah sampel semakin banyak jumlahnya.
23
2.5.7 Skala Pengukuran
Maksud skala pengukuran ini adalah untuk mengklasifikasikan variabel
yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data
dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala pengukuran tersebut antara lain:
skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala ratio. Selain keempat jenis
skala pengukuran tersebut, ternyata skala interval yang sering digunakan untuk
mengukur gejala dalam penelitian sosial. Para ahli sosiologi membedakan dua tipe
skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu :
a. Skala pengukuran untuk mengukur prilaku susila dan kepribadian.
Termasuk tipe ini adalah: skala sikap, skala moral, test karakter, skala
partisipasi sosial.
b. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan
lingkungan sosial. Termasuk tipe ini adalah: skala mengukur status sosial
ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (sosial), kemasyarakatan,
kondisi rumah tangga, dan lain sebagainya.
Dari tipe-tipe skala pengukuran tersebut, yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala sikap yaitu skala likert. Menurut Dawes (2008) skala likert
digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi seseorng atau kelompok
tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian ini gejala sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut dengan variabel
penelitian.
Dengan menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden menentukan
tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu
dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format
seperti :
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Ragu-ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
24
2.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian, keampuhan instrumen penelitian (valid dan reliabel)
merupakan hal yang penting dalam pengumpulan data. Karena data yang benar
sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya
data tergantung dari benar tidaknya instrumen pengumpul data. Oleh karena itu,
pada penelitian ini dilakukan uji validitas instrumen dan uji reliabilitas inistrumen
a. Uji Validias Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen. Suatu instrument yang valid mempunyai validitas tinggi dan
sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumen tersebut kurang
valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
hendak diukur/diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
dikatakan mengungkap data dari variabel yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2011), Uji Validitas adalah tingkat keandalah dan
kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti
menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid
atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Dengan
demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar
tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Dengan kata lain, uji
validitas ialah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content)
dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen
yang digunakan dalam suatu penelitian.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menurut Sugiyono (2011), menunjuk pada suatu pengertian
bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik. Instrumen
yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk
memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya juga
dapat diandalkan. Sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap
sama (konsisten). Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal
(stability/test retest equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal
(analisis konistensi butir-butir yang ada pada instrumen).
25
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal
ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh
responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata
lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi dalam suatu
penelitian. Logikanya, jika kita lakukan penelitian yang sama, dengan tujuan
yang sama dan karakteristik responden yang sama, maka hasil pengambilan
data berikutnya akan kita dapatkan respon yang kurang lebih sama.
Reliabilitas disebut juga keterandalan, keajegan, consistency, stability, atau
dependability. Uji reliabilitas pada tugas akhir ini mengunakan tes
konsistensi internal yaitu suatu instrumen diuji cobakan kepada kelompok
tertentu kemudian dihitung skor-skornya dan akhirnya diuji konsistensi inter
item-itemnya. Tes konsistensi internal pada tugas akhir ini menggunkan
jenis Cronbach Alpha (α). Cronbach Alpha dapat digunakan untuk menguji
reliabilitas instrumen skala likert (1 sampai 5) atau instrumen yang item-
itemnya dalam bentuk esai.
2.7 Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik Multivariate
yang bertujuan untuk mereduksi data. Analisis faktor adalah suatu analisis data
untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan dalam menjelaskan suatu masalah.
Tujuan utama teknik ini adalah untuk membuat ringkasan informasi yang
dikandung dalam sejumlah besar variabel kedalam suatu kelompok faktor yang
lebih kecil. Secara statistik tujuan pokok teknik ini adalah untuk menetukan
kombinasi linier variabel-variabel yang akan membantu dalam penyelidikan
saling terkaitnya variabel-variabel tersebut, atau dalam kata lain digunakan untuk
mengidentifikasi variabel-variabel atau faktor-faktor yang menerangkan pola
hubungan dalam seperangkat variabel. Teknik ini bermanfaat untuk mengurangi
jumlah data dalam rangka untuk mengidentifikasi sebagian kecil faktor yang dapat
menerangkan varians yang sedang diteliti secara lebih jelas dalam suatu kelompok
variabel yang jumlahnya lebih besar (Supranto,2004). Analisis faktor
dipergunakan dalam situasi sebagai berikut :
26
a. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari atau faktor yang
menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.
b. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak
berkorelasi, yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set
variabel asli yang saling berkorelasi didalam analisis multivariate
selanjutnya.
c. Mengenali atau mengidentifikasi satu set variabel yang penting dari suatu
set variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan didalam
analisis multivariate selanjutnya.
Kegunaan utama analisis faktor adalah untuk melakukan pengurangan data
atau dengan kata lain melakukan peringkasan sejumlah variabel menjadi lebih
kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi (saling
ketergantungan) beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut dengan
faktor sehingga diketemukan variabel-variabel atau faktor-faktor yang dominan
atau penting untuk dianalisa komponen utama yang pada dasarnya bertujuan
untuk mendapatkan sejumlah kecil faktor yang memiliki sifat-sifat:
1. Mampu menerangkan semaksimal mungkin keragaman data
2. Faktor-faktor tersebut saling bebas, dan
3. Tiap-tiap faktor dapat diinterpretasikan.
Karakterisitik yang akan didapatkan berupa besarnya pengaruh setiap unit
obsevasi atau variabel dalam satu dimensi baru yang disebut dengan faktor dan
sebagai hasilnya akan diperoleh faktor-faktor yang jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah variabel awalnya. Analisa faktor pada tugas akhir ini
menggunakan bantuan Statistical Program for Social Science (SPSS) for
Windows.
27
Secara umum tahapan dalam analisa faktor adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Langkah – Langkah Analisis Faktor
1. Membentuk matrik korelasi, yaitu tabel yang menunjukkan interkorelasi
diantara seluruh variabel yang diobservasi.
2. Menentukan nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin), nilainya dianggap layak jika
diatas 0,50.
3. Menentukan Measure of Sampling Adequnce (MSA), yaitu kelayakan untuk
seluruh matrik korelasi dari setiap variabel yang diobservasi untuk
dilakukan analisa faktor. Nilai (MSA) yang layak dianalisis adalah 0,50.
4. Melakukan ektrasi faktor, kriteria ektrasi yang digunakan adalah latent root
criterion yaitu berdasarkan eigen value. Metode yang dapat digunakan
dalam ekstaksi faktor antara lain Principal Component Analysis.
5. Melakukan rotasi faktor. Rotasi dimaksudkan untuk memudahkan dalam
interpretasi, metode yang digunakan dalam rotasi faktor adalah metode
Orthogonal yaitu rotasi Varimax. Berdasarkan metode ektraksi dan metode
rotasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Principal Component
Analysis-Varimax.
6. Menginterpretasikan hasil analisis faktor. Hasil yang dilihat pada bobot faktor dan
nilai komunalitas (persentase varians variabel yang dikombinasikan kedalam
korelasi dengan variabel lain).
Bentuk Matrik Korelasi
Menetukan Nilai KMO
Menentukan MSA
Ektrasi Faktor
Lakukan Rotasi Faktor
Interpretasikan Faktor
Hitung Skor Faktor