BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf
-
Upload
adigya-agung-permana -
Category
Documents
-
view
121 -
download
5
description
Transcript of BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
2.1. METODE ANALISIS FISIK DASAR
Manfaat dari analisis sumber daya lahan adalah untuk memberikan pengertian tentang
hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada
perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan dan manfaat lainnya adalah
menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi dari
perubahan penggunaan lahan kota yang akan dilekukan dengan keterbatasan ruang.
Analisis yang dilakukan yaitu mencermati keadaan fisik lahan sebenarnya yaitu kondisi
eksisting dan membandingkan serta mengelompokan syarat-syarat yang digunakan untuk
penggunaan lahan tertentu dengan beberapa aspek yang harus dicermati.
Mc. Rae dan Burnham (1981) mengemukakan bahwa kegunaan lahan dapat dianalisis dalam 3
aspek, yaitu :
1. Kesesuaian
Yaitu kesesuaian yang menyangkut suatu pengunaan tertentu / penggunaan khusus,
seperti kesesuaian untuk tanaman jagung, perkebunan teh dan sebagainya.
2. Nilai lahan (value)
Nilai suatu lahan didasarkan atas pertimbangan financial atau sejenisnya, yang dinyatakan
dengan sejumlah biaya pertahun, misalnya biaya sewa atau sebagai bayaran modal.
3. Kemampuan
Yaitu menyangkut serangkaian / sejumlah penggunaan yang ruang lingkupnya lebih luas.
Sebagai contoh, lahan dengan kelas kemampuan tertinggi akan sesuai untuk semua jenis
penggunaan lahan (pertanian, permukiman dan sebagainya) sedangkan lahan dengan kelas
kemampuan rendah hanya memiliki sedikit kesesuaian untuk penggunaan tertentu.
Ketiga aspek tersebut merupakan penilaian dasar untuk menentukan karakteristik suatu
lahan ataupun sebagai parameter untuk mengukur kualitas suatu lahan untuk dijadikan bahan
evaluasi dalam menentukan penggunaan jenis lahan yang optimum, dari proses tersebut
dilakukanlah proses pengelompokan yang nantinya dikelompokan berdasarkan nilai yang
terkandung dalam lahan tersebut. Proses evaluasi lahan dilakukan melalui beberapa tahapan,
kerangka tahapan tersebut sebagai berikut :
Sumber : Mc. Rae dan Burnham, 1981 dalam Sitorus, 1985 2.1.1 Penilaian kriteria fisik wilayah
Penilaian kriteria suatu fisik wilayah dilihat atau ditinjau dari analisis kesesuaian lahan,
kesesuaian lahan itu sendiri adalah analisis tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu
jenis atau katagori penggunaan lahan tertentu, dimana produk penilai
alternatif penggunaan yang sesuai dengan kriteria peruntukan pada suatu wilayah tinjauan.
Biasanya hasil penilaian tersebut diekspresikan dalam bentuk skala tertentung contohnya tinggi,
sedang , rendah ataupun dengan bentuk penilaian n
pada dasarnya analisis sumber daya lahan diperuntukan untuk pemgoptimuman penggunaan
lahan yang dilihat dari :
a) Kesesuaian
b) Nilai lahan ( value )
c) Kemampuan
Faktor – faktor lingkungan alami
Karakteristik lahan
Kualitas lahan
Kesesuaian lahan Kemampuan lahan
Penggunaan lahan optimum
II-1
Mc. Rae dan Burnham, 1981 dalam Sitorus, 1985
Penilaian kriteria suatu fisik wilayah dilihat atau ditinjau dari analisis kesesuaian lahan,
kesesuaian lahan itu sendiri adalah analisis tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu
jenis atau katagori penggunaan lahan tertentu, dimana produk penilaiannya akan merupakan
alternatif penggunaan yang sesuai dengan kriteria peruntukan pada suatu wilayah tinjauan.
Biasanya hasil penilaian tersebut diekspresikan dalam bentuk skala tertentung contohnya tinggi,
sedang , rendah ataupun dengan bentuk penilaian numerik yaitu berupa nilai 1 hingga 10. Walau
pada dasarnya analisis sumber daya lahan diperuntukan untuk pemgoptimuman penggunaan
faktor lingkungan alami
Karakteristik lahan
Kualitas lahan
Kemampuan lahan Nilai lahan
Penggunaan lahan optimum
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
Namun ketiga hal tersebut pun ditinjau dari 3 kriteria utama dalam menentukan fungsi
kawasan, ketiga aspek itu antara lain :
1. Lereng / kemiringan
2. Intensitas hujan
3. Jenis tanah
Kesesuaian lahan ( land suitability ) adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan
tertentu. Analisis kesesuaian lahan diperlukan karena karakteristik wilayah sangat berpengaruh
terhadap kegiatan yang diwadahi disuatu tempat. Sebagai contoh, tempat yang subur, jenis tanah
regosol, curah hujan relatif tinggi dan kelerengan relatif datar.
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini merupakan kelas kesesuaian lahan yang
dihasilkan berdasarkan data yang tidak ada dan tidak mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan
dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada di
setiap satuan lahan. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang diduga terdapat pada satuan
lahan yang dievaluasi, ada sifatnya permanen/tidak ekonomis untuk diperbaiki dan secara ekonomis
masih menguntungkan dengan teknologi yang tepat (Zhiddiq, 2003).
Penentuan tingkat kesesuaian lahan untuk pertanian dan non pertanian dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap satuan lahan yang diperoleh dari hasil tumpang-susun (overlay) peta
kelerengan, peta jenis tanah dan peta curah hujan.
Adapun hasil dari total nilai kelas ketiga parameter tersebut untuk menentukan kegunaan/
kemampuan/ fungsi dari masing-masing kawasan sebagai berikut.
Nilai < 125 dapat digunakan untuk budidaya pertanian khususnya tanaman
pangan/semusim.
Nilai 125 – 175 dapat digunakan sebagai kawasan untuk kegiatan-kegiatan perkebunan/
tanaman tahunan.
Nilai > 175 digunakan sebagai hutan produksi dengan tambahan perlu memperhatikan dan
mempertahankan ketinggian tanah.
Adapun penilaian kriteria kelayakan fisik wilayah untuk pengelolaan kawasan lindung
berdasarkan SK Menteri pertanian No. 837/KPTS/UM/11.1980 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penilaian Kriteria
No Kriteria
1 Lereng / Kemiringan
2 Jenis tanah Aluvial, tanah glei, panosol,
hidromorf, kelabu, laterit air
Brown forest soil, non calcic brown,
Andosol, laterite, grumosol, podsol, podsolik
Regosol, litosol, organosol,
3 Intensitas hujan 0,0
13,6
20,7
27,7
Sumber : SK Mentri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/11.1980
II-2
riteria Kelayakan Fisik Wilayah
Klasifikasi Keterangan
0 – 8 % Datar
8 – 15 % Landai
15 – 25 % Agak curam
25 – 45% Curam
> 45 % Sangat curam
Aluvial, tanah glei, panosol, hidromorf, kelabu, laterit air
tanah Tidak peka
Latosol Agak peka
Brown forest soil, non calcic brown, mediteran Kurang peka
Andosol, laterite, grumosol, podsol, podsolik peka
Regosol, litosol, organosol, renzina Sangat peka
0,0 – 13,6 mm/hh Sangat rendah
13,6 – 20,7 mm/hh Rendah
20,7 – 27,7 mm/hh Sedang
27,7 – 34,8 mm/hh Tinggi
> 34,8 mm/hh Sangat tinggi
Sumber : SK Mentri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/11.1980
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
Tabel 2.2 Perhitungan Skor untuk Peruntukan Lahan
(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)
VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT
1. KELERENGAN KELAS LERENG
DERAJAT LERENG (%)
1 0 - 8 Datar 20
2 8 - 15 Landai 40
3 15 - 25 Agak curam 60
4 25 - 40 Curam 80
> 40 Sangat curam 100
2. KEPEKAAN THD EROSI KELAS TANAH JENIS TANAH
1 Aluvial, Clay, Planosol,
hidromorf kelabu, laterite air tanah
Tdk peka 15
2 Latosol Agak peka 30
3 Brown forest Soil, Non
Calsit Brown, Mediteran
Kurang peka 45
4 Andosol, Laterite,
Grumosol, Podsolik, Podsol.
Peka 60
5 Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat peka 75
3. INTENSITAS HUJAN
KLS. INT. HUJAN
INTENSITAS HUJAN (mm/hari hujan)
1 =< 13,5 Sngt rendah 10
2 13,6 – 20,7 Rendah 20
3 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 27,7 – 34,8 tinggi 40
5 > 34,8 Sangat tinggi 50
Tabel 2.3 Kesesuaian Lahan Pertanian
Penggunaan lahan Kelas
Suhu (0 C)
Curah hujan (mm)
Pertanian lahan basah
S1 24-29 >1500
S2 29-32 1200 - 1500
S3 >32, <22
800-1200
N1 Td Td
N2 >32, <18 <1000
Pertanian kering
SI
25-32 2500-5000
S2 >32, <22
>5000, <2000
S3 20-22 1000-1500
N1 Td Td
N2 <20 <1000
Pertanian tanaman tahunan
SI 25-30 1500-2000
S2 >30, <25
>2000, <1000
S3 Td >2250, <1000
N1 Td Td
N2 >35, <21
>2500, <1000
Sumber : Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklamatik tahun 1980
II-3
ertanian Berdasarkan Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan
Curah
Kedalaman efektif
Lereng (%)
Bahaya banjir
Bahaya erosi
>50 <3 F0-FI SR
1500 40-50 3-5 F2 R
1200 25-40 5-8 F3 S
20-25 Td F4 B
<20 >8 F4 SB
5000 >75 <3 F0 SR
>5000, 50-70 3-8 F1 R
1500 30-50 8-15 F2 S
<30 15-25 F3 B
<30 >25 F4 SB
2000 >150 <8 F0 SR
>2000,
100-150 8-15 F1 R
>2250,
75-100 15-30 F2 S
50-70 30-50 F3 B
>2500,
<50 >50 F4 SB
Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklamatik tahun 1980
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
Keterangan : Td : tidak berlaku F0, dst : banjir semakin berbahaya sesuai tingkatan angka SR : sangat rentan R : rentan S : sedang B : bahaya SB : Sangat bahaya
Tabel 2.4 Karakteristik Kesesuaian Lahan untuk Permukiman
Kualitas parameter lahan
Kelas kesesuaian lahan
S1 S2 S3 N1 N2
Kelerengan (%) 0-3 3-8 8-15 15-30 >30
Daya dukung tanah (kg/cm3) 1,5 1,3-1,5 1,2-1,2 1,1-1,2 1,1
Kedalaman batuan (cm)
a) Batuan lunak b) Batuan keraas
>100 >150
500-100 100-150
<50 <100
- -
- Out rock
Pengatusan permukaan Sangat baik baik sedang jelek Sangat
jelek
Tingkat erosi tanpa ringan Ringan -sedang
Sedang - berat
Berat – sangat berat
Kedalaman air tanah 1,5 - 10 10 – 20/ 0,75 – 1,5
>20/ 0,5 – 0,75 <0,5 berawa
Bahaya banjir Tanpa / sangat jarang
jarang sering Sangat jarang
Sangat sering
2.1.2 Geografis
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan
keruangan atas fenomena fisik dan manusia diatas permukaan bumi.
bahasa Yunani yaitu, geo ( bumi ) dan graphien ( menulis atau menjelaskan ), objek study geografi
dibagi menjadi dua yaitu : Objek material dan Objek formal.
1. Objek Material Geografi
Objek material geografi yaitu merypakan
Objek studi geografi adalah lapisan-lapisan bumi atau tepatnya fenomena geosfer. Geosfer luas
sekali, meliputi:
Atmosfer, yaitu lapisan udara : cuaca dan iklim yang dikaji dalam Klimatologi dan
Meteorologi, dll
Hidrosfer, yaitu lapisan air meliputi perairan di darat maupun di laut yang dikaji dalam
Hidrologi dan Oceanografi, dll
Anthroposfer, yaitu lapisan manusia yang merupakan ‘tema sentral’ di antara lapisan
lapisan lainnya.
2. Objek Formal Geografi
Kalau objek material geografi bersangkutan
geografi bersangkut-paut dengan cara pemecahan masalah. Jadi objek formal adalah metode atau
pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah. Metode atau pendekatan objek f
geografi meliputi beberapa aspek, yakni aspek keruangan (spatial), kelingkungan (ekologi),
kewilayahan (regional) serta aspek waktu (temporal).
2.1.3 Topografi
Jenis dan tekstur tanah
Tanah ( bahasa Yunani : bahasa latin : solum ) adalah bagian kera
mineral dan bahan organik juga berassl dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme. Tanah
sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus
yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh.
Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme, bagi sebagian besar hewan darat,
tanah menjadi lahan hidup dan bergerak.
II-4
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan
keruangan atas fenomena fisik dan manusia diatas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari
bahasa Yunani yaitu, geo ( bumi ) dan graphien ( menulis atau menjelaskan ), objek study geografi
dibagi menjadi dua yaitu : Objek material dan Objek formal.
Objek material geografi yaitu merypakan sasaran atau yang dikaji dalam studi geografi.
lapisan bumi atau tepatnya fenomena geosfer. Geosfer luas
Atmosfer, yaitu lapisan udara : cuaca dan iklim yang dikaji dalam Klimatologi dan
Hidrosfer, yaitu lapisan air meliputi perairan di darat maupun di laut yang dikaji dalam
Anthroposfer, yaitu lapisan manusia yang merupakan ‘tema sentral’ di antara lapisan-
k material geografi bersangkutan-paut dengan bahan kajian, maka objek formal
paut dengan cara pemecahan masalah. Jadi objek formal adalah metode atau
pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah. Metode atau pendekatan objek formal
geografi meliputi beberapa aspek, yakni aspek keruangan (spatial), kelingkungan (ekologi),
kewilayahan (regional) serta aspek waktu (temporal).
Tanah ( bahasa Yunani : bahasa latin : solum ) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari
mineral dan bahan organik juga berassl dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme. Tanah
sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penompang akar. Struktur tanah
rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh.
Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme, bagi sebagian besar hewan darat,
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
1. litiosol, yaitu tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami
perkembangan tanah. Berasal dari batuan-batuan konglomerat dan granit, kesuburannya
cukup, dan cocok dimanfaatkan untuk jenis tanaman hutan.
2. latosol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung
susunan bahan induknya dan keadaan iklim . latosol merah berasal dari vulkan intermedier
tanah subur, dan dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan.
3. Aluvial, ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari
asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah Aluvial yang berasal dari gunung berapi umumnya
subur karena banyak mengandung mineral, tanah ini cocok untuk persawahan.
4. Regisol, belum jelasmenampakan pemisahan horisonnya. Tanah regosol terdiri dari :
regosol dan abu vulkanik, bukit pasir, batuan sedimen, cocok dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian.
5. Grumusol atau Margalit, terdiri dari beberapa macam ; grumusol pada batu kapur,
grumusol pada sedimen tuff, grumusol pada lembah-lembah kaki pegunungan, grumusol
endapan aluvial.
6. Organosol, mengandung paling banyak bahan organik, tidak mengalami perkembangan
profil, disebut juga tanah gambut. Bahan organik ini terdiri atas akumulasi sisa-sisa
vegetasi yang telah mengalami humifikasi tetapi belum mengalami mineralisasi. Tanah ini
kurang subur, tanah ini belum dimanfaatkan, tetapi dapat dimanfaatkan untuk persawahan.
2.1.4 Hidrologi
Adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluruh air yang ada di bumi yaitu
mempelajari tentang asal-usulnya, prosesnya, siklusnya, peredaran, distribusinya, sifat fisik dan
kimianya serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannya dengan kehidupan manusia.
Selain itu dapat diartikan juga bahwa hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan
air di alam kita ini. Secara khusus menurut SNI No. 1724-1989-F hidrologi didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari system kejadian air di atas, pada permukaan, dan di dalam tanah. Definisi
tersebut terbatas pada hidrologi rekayasa. Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air,
termasuk transformasi antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, diatas dan di bawah
permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpan air
yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.
2.1.5 Geologi Istilah “Geology” berarti pelajaran tentang Bumi. Kata ini pertama kali diperkenalkan oleh
Richard de Bury (1473) sebagai nama lain untuk Ilmu Pengetahuan Bumi (Earthly Science).
Dengan demikian awalnya definisi geologi berarti merupakan ilmu pengetahuan alam untuk
menjelaskan dan memecahkan segala masalah mengenai matra Bumi
Di dalamnya mengkaji mengenai canggaan yang berlaku ke atas batuan, termasuk asal
usulnya, geometri dan kinetiknya. Memahami proses
struktur seperti kekar, retakan, sesar dan lipatan. Semua struktur ini terbentuk sebagai respon
daripada canggaan akibat pergerakan dan interaksi kerak bumi.
2.1.6 Klimatologi
Iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca selama kurun waktuyang panjang, yang
secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukan nilai statistik yang berbeda dengan
keadaan pada setiap saatnya ( World Climate Conference, 1979 ). Ilmu yang mem
beluk tentang iklim disebut klimatologi. Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya
kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak
luas terhadap berbagai sektor kehiduoan manusia (kementria
Adapun istilah perubahan iklim adalah perubahan rata
cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan perubahan iklim secara global adalah perubahan
iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruha,
iklim merunjuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabelitasnya yang
nyata secara statistik untuk jamgka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih).
2.1.7 Klasifikasi Iklim
Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim
matahari dan iklim fisis. Sedangkan klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut :
1. Iklim Matahari
Yaitu iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari yang diterima
Derah-derah yang berada pada lintang tinggi lebih sedikit memperoleh sinar matahari, sedangkan
daerah yang terletak pada lintang rendah lebih banyak menerima sinar matahari, berdasarkan
iklim matahari terbagi menjadi : iklim tropik, iklim
II-5
Istilah “Geology” berarti pelajaran tentang Bumi. Kata ini pertama kali diperkenalkan oleh
Richard de Bury (1473) sebagai nama lain untuk Ilmu Pengetahuan Bumi (Earthly Science).
walnya definisi geologi berarti merupakan ilmu pengetahuan alam untuk
la masalah mengenai matra Bumi
i dalamnya mengkaji mengenai canggaan yang berlaku ke atas batuan, termasuk asal-
i proses-proses geologi dan mekanisma pembentukan
struktur seperti kekar, retakan, sesar dan lipatan. Semua struktur ini terbentuk sebagai respon
daripada canggaan akibat pergerakan dan interaksi kerak bumi.
Iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca selama kurun waktuyang panjang, yang
secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukan nilai statistik yang berbeda dengan
keadaan pada setiap saatnya ( World Climate Conference, 1979 ). Ilmu yang mempelajari seluk
beluk tentang iklim disebut klimatologi. Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya
kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak
luas terhadap berbagai sektor kehiduoan manusia (kementrian lingkungan hidup, 2001).
Adapun istilah perubahan iklim adalah perubahan rata-ratasalah satu atau lebih elemen
cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan perubahan iklim secara global adalah perubahan
iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruha, IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan
rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabelitasnya yang
nyata secara statistik untuk jamgka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih).
n letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim
matahari dan iklim fisis. Sedangkan klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut :
Yaitu iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari yang diterima permukaan bumi.
derah yang berada pada lintang tinggi lebih sedikit memperoleh sinar matahari, sedangkan
daerah yang terletak pada lintang rendah lebih banyak menerima sinar matahari, berdasarkan
iklim matahari terbagi menjadi : iklim tropik, iklim sub tropik, iklim sedang dan iklim dingin.
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
2. Iklim Koppen
Wladimir Koppen seorang ahli berkebangsaan jerman membagi iklim berdasarkan curah
hujan dan temperatur menjadi lima tipe iklim :
Iklim hujan tropis
Dengan ciri temperatur bulanan rata-rata dari 18oC, suhu tahunan 20oC – 25oC dengan
curah hujan bulanan lebih dari 60 mm.
Iklim kering/gurun
Dengan ciri hujan lebih kecil dari pada penguapan, daerah ini terbagi menjadi iklim stepa
dan gurun.
Iklim sedang basah
Dengan ciri temperatur bulan terdingin -3oC – 18oC daerah ini terbagi menjadi :
a) Cs (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering)
b) Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering)
c) Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)
Iklim dingin
Dengan ciri temperatur bulan terdingin kurang dari 3oC dan temperatur bulan terpanas
lebih dari 10oC, daerah ini terbagi menjadi : Dw,Df
a) Dw adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering
b) Df adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab
Iklim kutub
Dengan ciri bulan terpanas tempereturnya kurang dari 10oC daerah ini terbagi menjadi :
a) ET iklim tundra
b) DF iklim salju
2.2. METODE ANALISIS SOSIAL KEPENDUDUKAN
Analisis kependudukan dapat berupa analisis struktur dan proses penduduk di suatu
wilayah. Struktur penduduk meliputi: jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur
penduduk bersifat dinamis dan perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya proses
demografi, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk. Komposisi
penduduk adalah pengelompokan penduduk atas variabel-variabel tertentu. Komposisi penduduk
menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan karateristik-karakteristik yang
sama (Said Rusli, 1983). Bermacam-macam komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya komposisi
penduduk menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, lapangan pekerjan, bahasa dan agama.
Undang-Undang RI No.10 tahun 1992 menerangkan bahwa penduduk adalah orang dalam
amatannya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara, dan himpunan
kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada wak
tertentu.
Tujuan analisis kependudukan dalam dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah
sebenarnya sangat luas, Riyadi dan Deddy Supriady (2004) mengatakan bahwa secara umum
beberapa tujuan analisis kependudukan adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui kuantitas dan kondisi penduduk, baik berdasarkan kelompok umur, jenis
kelamin, bahkan kondisi sosio ekonominya.
b. Mengetahui pertumbuhan masa lampau, masa sekarang, penurunan dan
penyebarannya (distribusinya) dalam suatu wilayah pembangunan.
c. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
bermacam-macam aspek pembangunan.
d. Mencoba memproyeksikan pertumbuhan dan kemungkinan
konsekuensinya serta pengaruhnya terhadap pelaksanaan pembangunan.
e. Sebagai pemantauan untuk melakukan p
ledakan jumlah penduduk yang dapat mempengaruhi kondisi masyarakat secara
keseluruhan.
Pentingnya informasi mengenai kependudukan bagi seorang perencana pembangunan
bukan hanya mengetahui keadaan fisik atau yang terl
melalui data seperti jumlah penduduk melalui jenis kelamin, agama atau pekerjaanya, atau juga
perkembangan antara kelahiran dan kematian, proyeksi penduduk dan sebagainya, namun juga
diharapkan dapat mengetahui bagaimana keadaan sosial budayanya.
2.2.1. Analisis Jumlah Dan Sebaran Penduduk
Jumlah penduduk adalah banyaknya jiwa yang menghuni suatu wilayah. Data mengenai
jumlah penduduk sangat penting untuk mengetahui beberapa banyak jiwa yang menghuni
suatu wilayah, yang selanjutnya data tersebut digunakan untuk menghitung kepadatan
penduduk. Data dalam periode waktu tertentu jumlah penduduk dapat menunjukkan
peningkatan atau penurunan jumlah penduduk dan juga mengetahui trend kependudukan yang
terjadi disuatu wilayah tertentu sebagai dasar perencanaan suatu wilayah.
II-6
macam komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya komposisi
penduduk menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, lapangan pekerjan, bahasa dan agama.
Undang RI No.10 tahun 1992 menerangkan bahwa penduduk adalah orang dalam
amatannya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara, dan himpunan
kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada waktu
Tujuan analisis kependudukan dalam dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah
sebenarnya sangat luas, Riyadi dan Deddy Supriady (2004) mengatakan bahwa secara umum
beberapa tujuan analisis kependudukan adalah sebagai berikut:
kuantitas dan kondisi penduduk, baik berdasarkan kelompok umur, jenis
kelamin, bahkan kondisi sosio ekonominya.
Mengetahui pertumbuhan masa lampau, masa sekarang, penurunan dan
penyebarannya (distribusinya) dalam suatu wilayah pembangunan.
bungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
macam aspek pembangunan.
Mencoba memproyeksikan pertumbuhan dan kemungkinan-kemungkinan
konsekuensinya serta pengaruhnya terhadap pelaksanaan pembangunan.
Sebagai pemantauan untuk melakukan pengendalian penduduk agar tidak terjadi
ledakan jumlah penduduk yang dapat mempengaruhi kondisi masyarakat secara
Pentingnya informasi mengenai kependudukan bagi seorang perencana pembangunan
bukan hanya mengetahui keadaan fisik atau yang terlihat dengan jelas oleh mata telanjang saja,
melalui data seperti jumlah penduduk melalui jenis kelamin, agama atau pekerjaanya, atau juga
perkembangan antara kelahiran dan kematian, proyeksi penduduk dan sebagainya, namun juga
agaimana keadaan sosial budayanya.
Analisis Jumlah Dan Sebaran Penduduk
Jumlah penduduk adalah banyaknya jiwa yang menghuni suatu wilayah. Data mengenai
jumlah penduduk sangat penting untuk mengetahui beberapa banyak jiwa yang menghuni
selanjutnya data tersebut digunakan untuk menghitung kepadatan
penduduk. Data dalam periode waktu tertentu jumlah penduduk dapat menunjukkan
peningkatan atau penurunan jumlah penduduk dan juga mengetahui trend kependudukan yang
tentu sebagai dasar perencanaan suatu wilayah.
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
Data mengenai jumlah dan sebaran penduduk dapat digunakan untuk mengetahui
seberapa banyak jumlah penduduk dan persebarannya di suatu wilayah, sehingga data sebagai
input perencanaan dapat dianalisa guna mengetahui lebih lanjut karakteristik kependudukan di
suatu wilayah.
2.2.2. Analisis Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk adalah persentase selisih penduduk dari periode waktu
tertentu dibandingkan dengan tahun awal perhitungan. Analisis terhadap laju pertumbuhan
penduduk diperlukan untuk mengetahui besarnya perubahan jumlah penduduk per tahun
beserta aspek-aspek yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dari data ini, dapat ditarik
kesimpulan-kesimpulan mengenai suatu wilayah, antara lain tentang pertumbuhan secara
umum, pola peraturan dan kemungkinan perluasan, proyeksi penyediaan lapangan kerja serta
jumlah minimum fasilitas layanan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
yang akan datang di wilayah tersebut. Besarnya laju pertumbuhan jumlah penduduk di suatu
wilayah dapat dihitung melalui persamaan di bawah ini:
2.2.3. Analisis Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah, atau dapat
ditulis dengan rumus:
Jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah penduduk
di suatu wilayah tersebut, atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti; penduduk daerah
pedesaan atau penduduk yang bekerja di sektor pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapat
berupa luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian, atau luas daerah pedesaan.
A. Kepadatan Penduduk Bruto
Kepadatan penduduk bruto adalah kepadatan penduduk per satuan luas
wilayah (jiwa/km²). Rumus penghitungan kepadatan penduduk bruto ini yaitu sebag
berikut :
B. Kepadatan Penduduk Netto
Kepadatan penduduk netto adalah jumlah penduduk dengan jumlah area
terbangun yang meliputi perumahan, perkantoran, atau ruang terbuka. Penghitungan
kepadatan penduduk netto ini dipergunakan untuk melihat
di kawasan tersebut. Angka kepadatan penduduk berbanding lurus dengan jumlah
kebutuhan area terbangun di suatu wilayah, artinya semakin besar kepadatan nettonya
maka semakin besar pula kebutuhan masyarakat akan lahan. Penghitungan
dirumuskan sebagai berikut :
2.2.4. Dinamika Penduduk
Komponen dinamika penduduk yang terkait dengan analisis sosial demografi suatu
wilayah meliputi analisis kelahiran, kematian dan migrasi.
dan mengetahui faktor-faktor pertumbuhan penduduk
A. Kelahiran
Tingkat kelahiran biasanya dinyatakan sebagai jumlah anak yang lahir pada
setiap seribu orang penduduk dalam setahun. Tingkat kelahiran juga terkait dengan
fertilitas, dimana fertilitas juga merupakan tingkat daya guna nyata dari sejumlah
penduduk tertentu yang didasarkan atas jumlah kelah
a) Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CDR)
Tingkat kelahiran suatu wilayah dapat dinilai melalui pengukuran
koefisien CBR (Crude Birth Rate) atau tingkat kelahiran kasar. Besarnya CBR dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
II-7
Kepadatan Penduduk Bruto
Kepadatan penduduk bruto adalah kepadatan penduduk per satuan luas
wilayah (jiwa/km²). Rumus penghitungan kepadatan penduduk bruto ini yaitu sebagai
Kepadatan Penduduk Netto
Kepadatan penduduk netto adalah jumlah penduduk dengan jumlah area
terbangun yang meliputi perumahan, perkantoran, atau ruang terbuka. Penghitungan
kepadatan penduduk netto ini dipergunakan untuk melihat banyaknya area terbangun
di kawasan tersebut. Angka kepadatan penduduk berbanding lurus dengan jumlah
kebutuhan area terbangun di suatu wilayah, artinya semakin besar kepadatan nettonya
maka semakin besar pula kebutuhan masyarakat akan lahan. Penghitungan tersebut
Komponen dinamika penduduk yang terkait dengan analisis sosial demografi suatu
kelahiran, kematian dan migrasi. Analisis ini diperlukan untuk menilai
pertumbuhan penduduk di suatu wilayah.
Tingkat kelahiran biasanya dinyatakan sebagai jumlah anak yang lahir pada
setiap seribu orang penduduk dalam setahun. Tingkat kelahiran juga terkait dengan
merupakan tingkat daya guna nyata dari sejumlah
penduduk tertentu yang didasarkan atas jumlah kelahiran – hidup.
Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CDR)
Tingkat kelahiran suatu wilayah dapat dinilai melalui pengukuran
atau tingkat kelahiran kasar. Besarnya CBR dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
b) Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate = GFR)
Tingkat fertilitas umum (GFR) yang telah dibahas sebelumnya bila
digunakan sebagai ukuran fertilitas masih terlalu kasar karena membandingkan
jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk secara umum. Seperti yang diketahui
penduduk yang memilki kemungkinan hamil ialah perempuan (umur 15- 49 tahun).
Dengan alasan tersebut ukuran fertilitas ini perlu diadakan perubahan yaitu
membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur
(15-49 tahun). Tingkat fertilitas penduduk yang dihasilkan dari perhitungan ini
disebut Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate).
GFR dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
B. Kematian
Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses
demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Tinggi rendahnya tingkat
mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan
penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di
daerah tersebut. Dengan memperlihatkan trend dari mortalitas dan fertilitas di masa
lampau dan estimasi perkembangan di masa mendatang, maka dapat disusun atau
dianalisis sebuah proyeksi penduduk di daerah tersebut.
a) Crude Death Rate (CDR)
Pada mulanya angka kematian diukur dengan membandingkan jumlah
penduduk dengan jumlah kematian dalam satu tahun. Tetapi pada tahap berikutnya
berkembang menjadi konsep Rate Kematian Kasar (CDR) dengan didasarkan pada
jumlah kematian dibandingkan dengan jumlah penduduk tengah tahun pada tahun
yang sama, sehingga rumus persamaannya sebagai berikut :
b) Rasio Bertahan Hidup (
Untuk keperluan proyeksi penduduk di masa yang aka datang diperlukan
adanya analisis rasio bertahan hidup di wilayah tersebut. Rasio bertahan hidup
dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk menurut kelompok umur pada
selisih tahun dan pada tahun tertentu di suatu wilayah. Namun, karena keterbatasan
data, rasio bertahan hidup dibuat secara lebih umum dengan membandingkan
jumlah penduduk pada selisih tahun dan pada tahun tertentu, atau dapat
dirumuskan sebagai berikut:
2.2.5. Analisis Struktur dan Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas varabel
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan
pengelompokan penduduk menurut karakteristik
penduduk memiliki pengertian yang sangat luas, tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis
kelamin dan sebagainya tetapi juga klasifikasi tenaga kerja dan watak ekonomi, tingkat
pendidikan, agama, ciri social dan angka statistik lai
frekuensi.
A. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk yang sering digunakan dalam analisis dan perencanaan
pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
menurut umur yaitu penggolongan penduduk menurut umur dengan klasifikasi
penduduk usia sekolah/pendidikan dengan rentang umur 4 tahunan untuk mengetahui
penduduk yang berusia produktif (15
dan diatas 60 tahun). Struktur umur penduduk di suatu wilayah dengan wilayah lain
tidaklah sama. Begitu pula keadaannya bila dibandingkan dengan antara struktur umur
penduduk wilayah pedesaan atau perkotaan.
Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demo
kelahiran, kematian, dan migrasi. Faktor sosial
mempengaruhi ketiga variabel tersebut. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis
II-8
Bertahan Hidup (Survival Ratio)
Untuk keperluan proyeksi penduduk di masa yang aka datang diperlukan
adanya analisis rasio bertahan hidup di wilayah tersebut. Rasio bertahan hidup
dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk menurut kelompok umur pada
selisih tahun dan pada tahun tertentu di suatu wilayah. Namun, karena keterbatasan
data, rasio bertahan hidup dibuat secara lebih umum dengan membandingkan
jumlah penduduk pada selisih tahun dan pada tahun tertentu, atau dapat
Analisis Struktur dan Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas varabel-variabel tertentu.
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan
pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama. Komposisi
penduduk memiliki pengertian yang sangat luas, tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis
kelamin dan sebagainya tetapi juga klasifikasi tenaga kerja dan watak ekonomi, tingkat
pendidikan, agama, ciri social dan angka statistik lainnya yang menunjukkan distribusi
Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk yang sering digunakan dalam analisis dan perencanaan
pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Penduduk
menurut umur yaitu penggolongan penduduk menurut umur dengan klasifikasi
penduduk usia sekolah/pendidikan dengan rentang umur 4 tahunan untuk mengetahui
penduduk yang berusia produktif (15-59 tahun) dan usia tidak produktif (0-14 tahun
60 tahun). Struktur umur penduduk di suatu wilayah dengan wilayah lain
tidaklah sama. Begitu pula keadaannya bila dibandingkan dengan antara struktur umur
penduduk wilayah pedesaan atau perkotaan.
Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu
kelahiran, kematian, dan migrasi. Faktor sosial-ekonomi dari suatu wilayah juga
mempengaruhi ketiga variabel tersebut. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
kelamin dapat digambarkan secara visual pada sebuah grafik yang disebut piramida
penduduk.
Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin,
karakteristik penduduk di suatu wilayah dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
Ekspansif, jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Tipe
ini umumnya terdapat pada wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kelahiran dan
tingkat kematian tinggi.
Konstruktif, jika penduduk yang berada pada golongan umur termuda jumlahnya
sedikit. Tipe ini terdapat pada wilayah-wilayah di mana tingkat kelahirannya turun
dengan cepat dan tingkat kematiannya rendah.
Stasioner, jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama,
kecuali pada kelompok umur tertentu. Tipe ini terdapat pada wilayah-wilayah yang
memiliki tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah.
B. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Menurut Riyadi dan Deddy Supiadi, data penduduk menurut tingkat
pendidikan penduduk diperlukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam hal peningkatan terhadap
potensi sumber daya manusia. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan
didasarkan pada kelompok jenjang pendidikan yang pernah ditempuh penduduk sejak
bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Selain itu, melalui data komposisi
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, dapat pula diperoleh informasi mengenai
besarnya angka buta huruf serta penduduk yang tidak tamat sekolah dasar.
Selanjutnya, analisis yang lebih lanjut terhadap data komposisi penduduk
menurut tingkat pendidikan juga dipakai sebagai dasar perkiraan jumlah kebutuhan
fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan, sebab perbedaan minat dan perhatian
masyarakat terhadap pentingnya pendidikan turut menentukan besar kecilnya skala
pembangunan sekaligus bagaimana pola distribusi di masing-masing wilayah.
Penduduk menurut tingkat pendidikan diklasifikasikan dari jenjang
pendidikan TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi melalui jenjang D1, D2, D3, S1, S2
dan S3. Analisa mengenai jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ini berguna
untuk mengetahui jenis pendidikan apa yang mendominasi di suatu wilayah.
C. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Struktur penduduk menurut mata pencaharian berkaitan
atau penyebaran tenaga kerja, penyediaan lapangan pekerjaan, serta penyediaan fasilitas
yang dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis
wilayah.
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian diperlukan un
mengetahui jumlah penduduk yang bekerja di tiap
dari data itu dapat dilakukan analisis mengenai potensi pengembangan ekonomi suatu
wilayah, terkait dengan aspek demografi dan peningkatan kesejahteraan sosial
masyarakatnya.
D. Struktur Penduduk Menurut Agama
Penduduk menurut agama dibedakan menjadi klasifikasi sesuai agamanya
yaitu Islam, Katolik, Buddha, Hindu dan Kristen. Data dan analisis kependudukan
mengenai jumlah penduduk sesuai dengan agama dapat digunakan bahan
analisis kebutuhan sarana dan prasarana peribadatan.
2.2.6. Analisis Tingkat Ketergantungan (Dependency Ratio
Angka tingkat ketergantungan merupakan angka yang menyatakan perbandingan
antara banyaknya penduduk tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 60 tahun ke atas)
dengan banyaknya penduduk yang termasuk dalam usia produktif (umur 15
ketergantungan dapat dianalisis dengan menggunakan rumus :
Ada 3 kriteria angka tingkat ketergantungan, yaitu pertama adalah angka tingkat
ketergantungan tinggi, yaitu apabila angka tingkat ketergantungan suatu wilayah lebih besar
dari 70. Kedua adalah angka tingkat ketergantungan sedang, yaitu apabila angka tingkat
ketergantungan suatu wilayah antara 510-
rendah, yaitu apabila angka tingkat ketergantungan suatu wilayah lebih kecil dari 50. Semakin
tinggi nilai angka tingkat ketergantungan, maka kualitas penduduk daerah tersebut semakin
II-9
Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Struktur penduduk menurut mata pencaharian berkaitan dengan distribusi
atau penyebaran tenaga kerja, penyediaan lapangan pekerjaan, serta penyediaan fasilitas
yang dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis-jenis mata pencaharian di suatu
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian diperlukan untuk
mengetahui jumlah penduduk yang bekerja di tiap-tiap sektor perekonomian, sehingga
dari data itu dapat dilakukan analisis mengenai potensi pengembangan ekonomi suatu
wilayah, terkait dengan aspek demografi dan peningkatan kesejahteraan sosial
Struktur Penduduk Menurut Agama
Penduduk menurut agama dibedakan menjadi klasifikasi sesuai agamanya
yaitu Islam, Katolik, Buddha, Hindu dan Kristen. Data dan analisis kependudukan
mengenai jumlah penduduk sesuai dengan agama dapat digunakan bahan acuan untuk
analisis kebutuhan sarana dan prasarana peribadatan.
Dependency Ratio)
Angka tingkat ketergantungan merupakan angka yang menyatakan perbandingan
antara banyaknya penduduk tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 60 tahun ke atas)
dengan banyaknya penduduk yang termasuk dalam usia produktif (umur 15-59 tahun). Rasio
ntungan dapat dianalisis dengan menggunakan rumus :
Ada 3 kriteria angka tingkat ketergantungan, yaitu pertama adalah angka tingkat
ketergantungan tinggi, yaitu apabila angka tingkat ketergantungan suatu wilayah lebih besar
tingkat ketergantungan sedang, yaitu apabila angka tingkat
69. Ketiga adalah angka tingkat ketergantungan
rendah, yaitu apabila angka tingkat ketergantungan suatu wilayah lebih kecil dari 50. Semakin
ngka tingkat ketergantungan, maka kualitas penduduk daerah tersebut semakin
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
buruk. Sebaliknya, semakin rendah nilai angka tingkat ketergantungan, maka kualitas
penduduk daerah tersebut semakin baik.
2.2.7. Analisis Tingkat Partisipasi Kerja
Tingkat Partisipasi Kerja (TPAK) menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu
kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut. Hal ini juga
dapat merupakan tingkat partisipasi total dari seluruh penduduk dalam usia kerja (Tingkat
Aktivitas Umum). Rumus perhitungan yang digunakan untuk meghitung tingkat partisipasi
angkatan kerja adalah:
2.2.8. Analisis Tingkat Kesejahteraan Daerah
Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu daerah jika
dilihat dari berbagai faktor, seperti dari analisis human development indeks atau indeks
pembangunan manusia dan jumlah penduduk menurut tingkat kesejahteraan.
Human Development Indeks
Human Development Indeks atau Indeks Pembangunan Manusia adalah alat ukur
tingkat pencapaian pembangunan manusia merupakan indeks gabungan dari tiga komponen
yang mengindikasikan kualitas sumber daya manusia. HDI dapat diartikan sebagai jarak yang
harus ditempuh oleh suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimum 100. Bagi suatu wilayah
angka HDI yang diperoleh menggambarkan kemajuan pembangunan manusia di daerah
tersebut. Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut :
dimana :
X(1) : Indeks harapan hidup
X(2) : Indeks pendidikan = 2/3(indeks melek huruf) + 1/3(indeks rata-rata lama
sekolah)
X(3) : Indeks standar hidup layak
Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih
suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum
indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut ;
Indeks X(i)= X(i) - X(i)min
dimana :
X(1) : Indikator ke-i (i = 1, 2, 3)
X(2) : Nilai maksimum sekolah X(i)
X(3) : Nilai minimum sekolah X(i)
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM (indikator X
Indikator Komponen IPM (=X(I))
Nilai maks.
Angka Harapan Hidup 85
Angka Melek Huruf 100
Rata-rata lama sekolah 15
Konsumsi per kapita yang disesuaikan 1996
732.720 a)
Catatan:
a. Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk
(Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi
mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1993
b. Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki
tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya. Konsumsi
per kapita yang disesuaikan untuk tahun 2000 sama dengan konsumsi per kapita yang
disesuaikan tahun 1996.
Skala indikasi pembangunan manusia (IPM) antarao Tingkat IPM rendah = 0 – 0,5
o Tingkat IPM medium = 0,51 – 0,79
o Tingkat IPM tinggi = 0,80 – 1,00
A. Analisis Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
Angka harapan hidup pada waktu lahir adalah perbandingan antara bayi yang
lahir hidup dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup umur lebih dari 1
dari 4 tahun atau sama dengan 4 tahun dikalikan 100 %.
II-10
(i)min / [X(i)maks - X(i)min]
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM (indikator X(i))
Nilai min. Catatan
25 Sesuai standar global
(UNDP) 0 Sesuai standar global
(UNDP)
0 Sesuai standar global (UNDP)
300.000 b)
UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang
disesuaikan
Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi
(Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi
mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1993-2018.
Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah
tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya. Konsumsi
per kapita yang disesuaikan untuk tahun 2000 sama dengan konsumsi per kapita yang
Skala indikasi pembangunan manusia (IPM) antara 0-1, yang dibagi lagi:
Analisis Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
Angka harapan hidup pada waktu lahir adalah perbandingan antara bayi yang
dengan jumlah bayi lahir hidup umur lebih dari 1 tahun dan kurang
dari 4 tahun atau sama dengan 4 tahun dikalikan 100 %.
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
Harapan hidup kelahiran digunakan sebagai indikator untuk mengetahui status
kesehatan masyarakat indikator ini juga mengemukakan kondisi sistem khas dalam
suatu masyarakat, sebab secara umum mencerminkan keberhasilan program
pemerintah untuk meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat (Welfare Indicators).
Rumus angka harapan hidup pda waktu lahir dapat dituliskan;
B. Analisis Angka Melek Huruf
Analisis angka melek huruf atau Literacy Rate (LR) dapat mengindikasikan
seberapa besar tingkat partisipasi penduduk untuk meningkatkan kualitas dirinya dalam
rangka lebih menyejahterakan kehidupannya. Angka melek huruf dianalisis dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
2.2. METODE ANALISIS SARANA DAN PRASARANA
2.3.1. Sarana Pendidikan
Kesuksesan penyelenggaraan pendidikan dalam suatu wilayah tidak terlepas dari
tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai di samping juga harus didukung
oleh tenaga pendidik yang memiliki kompetensi dan sistem pendidikan yang baik. Untuk
memenuhi kebutuhan akan sarana pendidikan di suatu wilayah dilakukan standarisasi terkait
dengan cakupan jumlah penduduk dan area yang mampu dilayani oleh sarana dan prasarana
pendidikan.
Tabel 2.5. Kriteria Kebutuhan Sarana Pendidikan
No Jenis Sarana
Jumlah Penduduk
Pendukung
Luas Lantai minimum
(m2)
Luas Lahan minimum
(m2)
Standar (m2/Jiwa)
Radius Pencapaian
(m) 1 TK 1250 216 500 0,28 500 2 SD 1600 633 2000 1,25 1000 3 SMP 4800 2282 9000 1,88 1000 4 SMA 4800 3835 12500 0,09 3000
Sumber : SNI 03-1733-1989
2.3.2. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan salah satu elemen penting dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat dalam hal peningkatan derajat
kesehatan fasilitas dapat dilihat dari cakupan fasilitas kesehatan yang terdapat diperkotaan,
tenaga medis yang tersedia dan tekonologi.
Adapun beberapa jenis sarana kesehatan adalah :
1) Balai pengobatan
2) Posyandu
3) BKIA (Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak)
4) Puskesmas
5) Puskesmas pembantu
6) Apotik
7) Praktek Dokter
Tabel 2.6. Kriteria Kebutuhan Sarana KesehatanNo Jenis Sarana Jumlah
Penduduk
Pendukung minimum
1 Posyandu 1250
2 Balai Pengobatan 2500
3 BKIA 30000
4 Puskesmas
Pembantu
30000
5 Puskesmas 120000
6 Praktek Dokter 5000
7 Apotik 30000
Sumber : SNI 03-1733-1989
II-11
Sarana kesehatan merupakan salah satu elemen penting dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat dalam hal peningkatan derajat kesehatan. Kemampuan sarana dan
kesehatan fasilitas dapat dilihat dari cakupan fasilitas kesehatan yang terdapat diperkotaan,
Adapun beberapa jenis sarana kesehatan adalah :
BKIA (Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak)
. Kriteria Kebutuhan Sarana Kesehatan Luas
Lantai
minimum
(m2)
Luas
Lahan
minimum
(m2)
Standar
(m2/Jiwa)
Radius
Pencapaian
(m)
36 60 0,048 500
150 300 0,12 1000
1500 3000 0,1 4000
150 300 0,006 1500
420 1000 0,008 3000
18 - - 1500
120 250 0,025 1500
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
2.3.3 Sarana Perekonomian Berkembangnya perekonomian suatu wilayah tidak terlepas dari kegiatan ekonomi
yang berada di wilayah tersebut. Hal ini erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari masyarakat melalui perkembangan sarana perekonomian. Dasar dari perencanaan sarana
perekonomian ini sendiri didasarkan pada jumlah penduduk dan radius layanan minimal yang
dapat dilayani oleh satu sarana perekonomian.
Jika dilihat menurut skala layanannya, sarana perekonomian ini memiliki beberapa
tingkat pelayanan yang sebagai berikut :
1) Pertokoan, sarana perdagangan ini menjual barang sehari-hari bagi masyarakat. Berbeda
dengan toko dan warung kecil, pertokoan biasanya menyediakan pilihan barang yang
variatif dan lebih lengkap. Pertokoan ini memiliki skala layanan tingkat Rukun Warga atau
sekitar 6.000 jiwa. Luas lahan minimal yang dibutuhkan untuk satu pertokoan adalah
3.000 meter persegi yang juga harus dilengkapi dengan fasilitas pelengkap seperti tempat
parkir dan pos keamanan.
2) Pusat pertokoan dan pasar lingkungan, sarana perdagangan ini juga menjual berbagai
macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Hanya saja, dalam skala yang lebih besar
yaitu skala pelayanan kelurahan atau mampu melayani sekitar 30.000 jiwa. Luas minimal
lahan yang diperlukan untuk membangun sebuah pasar lingkungan adalah 10.000 meter
persegi dan harus dilengkapi dengan fasilitas pelengkap seperti tempat ibadah, tempat
parkir, tempat pemberhentian angkutan umum, pos keamanan dan sebuah sistem
pemadam kebakaran.
3) Pusat perbelanjaan, sarana perekonomian ini dapat dikatakan lebih lengkap dibandingkan
sarana perdagangan lainnya karena tidak hanya melayani pemenuhan kebutuhan sehari-
hari namun juga terdapat kegiatan-kegiatan lain seperti pelayanan jasa, perbankan,
industri kecil dan perkantoran. Skala pelayanan pusat perbelanjaan adalah mampu
melayani 120.000 penduduk dengan luas minimal lahan adalah 36.000 meter persegi dan
dilengkapi dengan fasilitas parkir, pos keamanan, tempat ibadah, pemberhentian
angkutan umum, dan sistem pemadam kebakaran.
Tabel 2.7. Kriteria Sarana Perdagangan dan Niaga
No Jenis Sarana
Jumlah Penduduk
Pendukung (jiwa)
Kebutuhan Per Satuan SaranaLuas
Lantai Min. (m2)
Luas Lahan
Min. (m
1. Toko/ Warung 250
50 (termasuk gudang)
100(bila
berdiri sendiri)
2. Pertokoan 6.000 1.200 3.000
3.
Pusat Pertokoan +
Pasar lingkungan
30.000 13.500 10.000
4.
Pusat Perbelanjaan
dan Niaga (toko + pasar
+bank + kantor)
120.000 36.000 36.000
Sumber : SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota 2.2.4. Sarana dan Prasarana Transportasi
Dalam perencanaan pengembangan wilayah, transportasi memegang peranan
vital dalam aliran barang, jasa dan manusia. Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan
yang sangat penting di kota, karena berkaitan dengan kebutuhan setiap orang yang ada
wilayah. Berkembangnya suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh adanya kemudahan
dari suatu tempat ke tempat kegiatan lainnya.
Dalam merencanakan transportasi suatu wilayah harus dilakukan analisis secara lengkap
dan mendalam. Dengan analisis dan pendekatan yang tepat maka akan dapat men
system transportasi yang tepat untuk suatu wilayah.
II-12
. Kriteria Sarana Perdagangan dan Niaga Kebutuhan Per Satuan Sarana Stan
dar (m2/jiwa)
Kriteria
Luas Lahan
Min. (m2)
Radius Pencapai
an
Lokasi dan Penyelesaian
100 (bila
berdiri sendiri)
0,4 300 m2
Di tengah kelompok tetangga. Dapat
merupakan bagian dari sarana lain.
3.000 0,5 2.000 m2 Di pusat kegiatan sub lingkungan, KDB 40%. Dapat berbentuk P&D
10.000 0,33 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
36.000 0,3
Terletak di jalan utama. Termasuk sarana parkir
sesuai ketentuan setempat.
1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota
Dalam perencanaan pengembangan wilayah, transportasi memegang peranan yang sangat
Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan
yang sangat penting di kota, karena berkaitan dengan kebutuhan setiap orang yang ada di suatu
dipengaruhi oleh adanya kemudahan (aksesbilitas)
Dalam merencanakan transportasi suatu wilayah harus dilakukan analisis secara lengkap
dan mendalam. Dengan analisis dan pendekatan yang tepat maka akan dapat menentukan model
system transportasi yang tepat untuk suatu wilayah.
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
Tabel 2.8. Kriteria Kelas Jalan dan Fungsinya
Fungsi Peranan Jalan
Arteri Kolektor Lokal
Aktivitas utama
1. Pergerakan cepat 2. Perjalanan jauh 3. Tidak ada pejalan kaki dan akses langsung
1. Perjalanan jarak sedang
2. Menuju ke jaringan primer
3. Pelayanan angkutan umum
4. Lalu- lintas terus menerus memperhatikan kondisi lingkungan sekitar
1. Pergerakan kendaraan dekat awal/akhir perjalanan
2. Tempat henti angkutan umum
Pergerakan pejalan kaki
Tidak ada, kecuali diberi pemisah secara vertikal
Aktivitas pejalan kaki dibatasi dengan memperhatikan aspek keselamatan
Penyeberangan dikontrol dengan kanalisasi (zebra cross)
Aktivitas kendaraan
berat angkutan barang
Sesuai untuk semua kendaraan berat, khususnya perjalanan menerus
Perjalanan menerus Diminimalkan
Perjalanan menerus diminimalkan
Akses kendaraan ke
individual pemilikan (tata guna
lahan)
Tidak ada, dipisahkan dari jaringan untuk kepentingan lalu-lintas nasional/regional
Tidak ada, terpisah dari pusat kegiatan utama
Beberapa menuju ke pusat kegiatan yang penting
Pergerakan lalu lintas lokal
Sangat kecil, pengaturan jarak persimpangan akan membatasi pergerakan lokal
1.Beberapa, hanya beberapa lokasi yang dilayani
2.Pengaturan jarak persimpangan
Aktivitas utama
Pergerakan lalu-
lintas menerus
Fungsi utama untuk lalu-lintas jarak jauh
Fungsi utama untuk lalu-lintas jarak sedang
Tidak ada
Kecepatan kendaraan/
batas kendaraan
Lebih dari 40 mil /jam tergantung pada geometrik jalan
1.Berkisar antara 30-40 mil/jam
2.Ada pengurangan kecepatan pada daerah padat
1 Dibatasi 30 mil/ jam 2.Pengurangan
kecepatan dengan pengaturan layout jalan
Sumber : SNI 03-1733-1989
2.2.5. Sarana Peribadatan
Penyediaan sarana ibadah dalam suatu wilayah terkait dengan penempatan (distribusi)
dan jumlah yang dibutuhkan adalah dengan melihat struktur masyarakat yang telah terbentuk
di lingkungan permukiman. Untuk memenuhi kebutuhan beribadatan masyarakat ini perlu
direncanakan secara baik dengan mengikuti peraturan
Cakupan layanan dari sebuah sarana ibadah berkitan dengan radius layanan dan jumlah
penduduk agama tertentu dalam suatu kawasan atau wilayah.
Adapun yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sarana peribadatan adalah :
1) Langgar/Mushola untuk 250 penduduk dengan luas minimal lahan 45 meter persegi.
2) Masjid untuk 2500 jiwa, dengan luas minimal lahan 300 meter persegi
3) Masjid kelurahan untuk setiap 30.000 jiwa dengan luas lahan minimal 1800 meter persegi
4) Masjid kecamatan untuk setiap 120.000 jiwa dengan luas minimal 3600 meter persegi
Di atas adalah merupakan kriteria untuk sarana peribadatan agama islam. Untuk agama
lainnya mengikuti kebiasaan masyarakatnya seperti misalnya Kristen mengikuti paroki, budha
mengikuti system kelembagaan dan hindu sistem adat istiadat.
Tabel 2.9. Kriteria Sarana Peribadatan
No Jenis Sarana
Jumlah Penduduk
Pendukung (jiwa)
Kebutuhan Per Satuan Sarana
Luas Lantai Min. (m2)
1. Mushol
a/ langgar
250 45
2. Mesjid Warga 2.500 300
Bersambung…
II-13
ibadah dalam suatu wilayah terkait dengan penempatan (distribusi)
dan jumlah yang dibutuhkan adalah dengan melihat struktur masyarakat yang telah terbentuk
di lingkungan permukiman. Untuk memenuhi kebutuhan beribadatan masyarakat ini perlu
ara baik dengan mengikuti peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan.
Cakupan layanan dari sebuah sarana ibadah berkitan dengan radius layanan dan jumlah
penduduk agama tertentu dalam suatu kawasan atau wilayah.
Adapun yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sarana peribadatan adalah :
Langgar/Mushola untuk 250 penduduk dengan luas minimal lahan 45 meter persegi.
Masjid untuk 2500 jiwa, dengan luas minimal lahan 300 meter persegi
30.000 jiwa dengan luas lahan minimal 1800 meter persegi
Masjid kecamatan untuk setiap 120.000 jiwa dengan luas minimal 3600 meter persegi
Di atas adalah merupakan kriteria untuk sarana peribadatan agama islam. Untuk agama
rakatnya seperti misalnya Kristen mengikuti paroki, budha
mengikuti system kelembagaan dan hindu sistem adat istiadat.
. Kriteria Sarana Peribadatan
Kebutuhan Per Satuan Sarana Stan
dar (m2/jiwa)
Kriteria
Luas Lantai
Luas Lahan Min. (m2)
Radius Pencapai
an
Lokasi dan Penyelesaian
100 (bila
bangunan tersendiri)
0,36 100 m2
Ditengah kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian dari bangunan sarana lain
600 0,24 1.000 m2
Di tengah kelompok tetangga tidak menyebrang jalan raya. Dapat bergabung dalam lokasi balai warga.
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
Lanjutan….
3.
Masjid Lingkun
gan Kelurah
an
30.000 1.800 3.600 0,12
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
4. Masjid
Kecamatan
120.000 3.600 5.400 0,03
Berdekatan dengan pusat lingkungan / kelurahan. Sebagian sarana berlantai 2, KDB 40%
5.
Sarana ibadah agama
lain
Tergantung sistem
kekerabatan / hirarki lembaga
Tergantung kebiasaan setempat
Tergantung kebiasaan setempat
- - -
Sumber : SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota 2.2.6. Sarana dan Prasarana Pembuangan Limbah
A. Sarana Persampahan
Kriteria Pelayanan Prasarana Persampahan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.10. Kriteria Sarana Persampahan
Lingkup Prasarana
Prasarana Keterangan Sarana
Pelengkap Status Dimensi
Rumah (5 jiwa) Tong sampah Pribadi - -
RW (2.500 jiwa)
Gerobak sampah TPS
2 m2
Jarak bebas TPS
dengan lingkungan
hunian minimal
30m
Gerobak mengangkut 3x
seminggu Bak sampah kecil 6 m2
Kelurahan (30.000 jiwa)
Gerobak sampah TPS
2 m2 Gerobak mengangkut 3x
seminggu Bak sampah besar 12 m2
Kecamatan (120.000
jiwa)
Gerobak sampah TPS/ TPA lokal
- Gerobak mengangkut 3x
seminggu Bak sampah besar 25 m2
Kota (> 480.000
jiwa)
Bak sampah akhir TPA
- - Tempat daur
ulang sampah -
Sumber : SNI 03-1733-2004
Ketersedian sarana dan prasarana persampahan sangat penting dalam upaya
peningkatan kesehatan dan estetika fisik kota yang juga harus di atur oleh sistem
dan terintegrasi. Adapun skala pelayanan untuk sarana persampahan dibagi menjadi
wilayah dengan pelayanan intensif yaitu pusat kota, hutan kota, perdagangan, wilayah
dengan pelayanan menengah : permukiman teratur, komplek pendidikan, perkantora
kesehatan, dan industri , dan wilayah dengan pelayanan rendah seperti daerah pinggiran
kota.
B. Pembuangan Air Limbah
Aktivitas yang terjadi di perkotaan setiap harinya menghasilkan produk buangan
atau disebut limbah, baik dari kegiatan rumah tangga, industri maupun kegiatan lainnya.
Limbah atau produk buangan ini harus di kelola dengan baik agar tidak merusak
lingkungan perkotaan. Ketersediaan sarana pembuangan limbah yang memadai dari jumlah
dan distribusi harus dikelola melalui system yang terintegrasi. Elemen jaringan pengelolaan
limbah yang harus ada di perumahan adalah :
1) Bidang resapan
2) Septic tank
3) Jaringan pemipaan air limbah
2.2.7. Sarana dan Prasarana Pertanian
Bagi wilayah yang perekenomiannya ditopang oleh kegiatan pertanian, kegiatan irigasi
sangat penting untuk mendukung kegiatan pertanian dan menjaga produktivitas hasil. Untuk itu
perencanaan irigasi harus diupayakan secara matang menggunakan pendekatan
tepat dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tujuan dari irigasi atau pengairan itu sendiri
adalah :
1) Menjaga kesuburan tanah untuk pertanian
2) Ketersediaan air
Adapun tahapan rencana sarana irigasi adalah (menurut Dirjen Pengairan):
1) Tahapan pendahuluan : Pengukuran (peta topografi, penelitian kemampuan tanah),
menentukan letak bangunan, tata letak jaringan, petak tersier, trase saluran, jaringan dan
bangunan pembuang. Termasuk análisis hidrologi.
2) Tahap perencanaan akhir : Pengukuran dan penyelidikan hidrometri, topografi, geologi,
model hidrolis,dan laporan akhir.
II-14
prasarana persampahan sangat penting dalam upaya
peningkatan kesehatan dan estetika fisik kota yang juga harus di atur oleh sistem yang baik
dan terintegrasi. Adapun skala pelayanan untuk sarana persampahan dibagi menjadi
wilayah dengan pelayanan intensif yaitu pusat kota, hutan kota, perdagangan, wilayah
dengan pelayanan menengah : permukiman teratur, komplek pendidikan, perkantoran,
kesehatan, dan industri , dan wilayah dengan pelayanan rendah seperti daerah pinggiran
Aktivitas yang terjadi di perkotaan setiap harinya menghasilkan produk buangan
atau disebut limbah, baik dari kegiatan rumah tangga, industri maupun kegiatan lainnya.
Limbah atau produk buangan ini harus di kelola dengan baik agar tidak merusak
perkotaan. Ketersediaan sarana pembuangan limbah yang memadai dari jumlah
dan distribusi harus dikelola melalui system yang terintegrasi. Elemen jaringan pengelolaan
limbah yang harus ada di perumahan adalah :
Bagi wilayah yang perekenomiannya ditopang oleh kegiatan pertanian, kegiatan irigasi
sangat penting untuk mendukung kegiatan pertanian dan menjaga produktivitas hasil. Untuk itu
n secara matang menggunakan pendekatan-pendekatan yang
pertimbangan tertentu. Tujuan dari irigasi atau pengairan itu sendiri
Menjaga kesuburan tanah untuk pertanian
ah (menurut Dirjen Pengairan):
Tahapan pendahuluan : Pengukuran (peta topografi, penelitian kemampuan tanah),
menentukan letak bangunan, tata letak jaringan, petak tersier, trase saluran, jaringan dan
bangunan pembuang. Termasuk análisis hidrologi.
erencanaan akhir : Pengukuran dan penyelidikan hidrometri, topografi, geologi,
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
Selain itu terdapat juga beberapa jenis irigasi yaitu :
1) Irigasi lokal
Irigasi ini mengalirkan air melalui pipa atau biasa disebut pipanisasi. Irigasi ini hanya
menyalurkan air untuk pertanian lokal.
2) Irigasi Permukaan
Sistem irigasi ini menyadap langsung air dari sungai melalui bendungan maupun
pengambilan langsung dan menggunakan prinsip gravitasi.
3) Irigasi Pompa Air
Sistem irigasi ini mengambil air dari sumber air langsung menggunakan pompa kemudian
dialirkan ke lahan-lahan pertanian.
2.2.8. Prasarana Air Bersih
Penyediaan air bersih ini berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
secara ideal harus mampu melayani seluruh lapisan masyarakat. Komponen jaringan air bersih
yang harus tersedia dalam merencanakan suatu wilayah adalah kebutuhan air bersih, jaringan air
bersih, kran umum dan hidran kebakaran. Adapun kriteria yang harus dipenuhi :
Tabel 2.11. Kriteria Penyediaan Jaringan Air Bersih Elemen Kriteria
Penyediaan Air Bersih
1) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan
yang berlaku 2) Tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan
halaman.
Penyediaan Air Bersih
1) harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah.
2) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass
3) pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP
Penyediaan Kran Umum
1) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa 2) radius pelayanan maksimum 100 meter;
3) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari 4) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-
1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum
Hidran Kebakaran
1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter 2) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter
3) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter 4) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat
sumur-sumur kebakaran 5) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989
Sumber SNI 03-1733-2004
2.2.9. Sarana dan Prasarana Komunikasi
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah (Menurut
tentang tata cara perencanaan lingkungan):
A. Penyediaan Kebutuhan Sambungan Telepon
a. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon
umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan
menggunakan asumsi berdasarkan t
1) R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2
2) R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1
3) R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0
b. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sa
250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat
lingkungan RT tersebut;
c. Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius
bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m;
d. Penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area
ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan dengan bangunan
sarana lingkungan; dan
e. Penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan dan
panas matahari) yang dapat diin
pemakai telepon umum tersebut.
B. Penyediaan Jaringan Telepon
a. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan dan
jaringan telepon ke hunian;
b. Jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan pergerakan (jaringan
jalan) dan jaringan prasarana / utilitas lain;
c. Tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija pada sisi jalur hijau yang
tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar;
d. Stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000
radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai
pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.
II-15
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah (Menurut SNI
Penyediaan Kebutuhan Sambungan Telepon
Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon
umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan
menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut:
1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah
2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan /rumah
3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/rumah
kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap
250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan
Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius
400 m;
wat telepon umum diutamakan di area-area publik seperti
ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan dengan bangunan
Penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan dan
panas matahari) yang dapat diintegrasikan dengan kebutuhan kenyamanan
pemakai telepon umum tersebut.
Tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan dan
Jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan pergerakan (jaringan
jalan) dan jaringan prasarana / utilitas lain;
Tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija pada sisi jalur hijau yang
tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar; dan
Stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan
5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai
pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
2.2.10. Sarana dan Prasarana Listrik
Ketersediaan listrik sangat penting dalam mendukung aktivitas masyarakat dalam suatu
wilayah. Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan listrik yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a. Kebutuhan daya listrik; dan
b. Jaringan listrik.
Adapun persyaratan ataupun kriteria yang harus dipenuhi dalam merencanakan prasarana
jaringan listrik adalah sebagai berikut :
Tabel 2.12. Kriteria Prasarana Jaringan Listrik Elemen Kriteria
Penyediaan Kebutuhan Daya
Listrik
1) setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber lain
2) setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar
40% dari total kebutuhan rumah tangga.
Penyediaan Jaringan Listrik
1) disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan
berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun 2) disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan
pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar
3) disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum
4) adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah
5) sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal
Sumber : SNI 03-1733-2004 2.2.11. Prasarana Drainase
Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan
penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan
perumahan di perkotaan. Adapun bagian dari jaringan drainase adalah:
Tabel 2.13. Bagian Jaringan DrainaseSarana
Badan penerima air Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)
Bangunan Pelengkap Gorong-gorong Pertemuan saluran Bangunan terjunan Jembatan Street inlet Pompa Pintu Air
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Dalam perencanaan jaringan drainase, beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah :
Tabel 2.14. Aspek Jaringan DrainaseAspek
Fisik Dasar kemiringan wilayah, sifat fisik tanah dan batuan, pola aliran permukaan dan curah hujan
Kependudukan jumlah, pertambahan, struktur, kepadatan, dan sebarannya
Adapun fungsi dari jaringan drainase adalah :
1) Mengalirkan air dari permukaan jalan dan
2) Mencegah kerusakan lingkungan akibat aliran air
3) Mencegah air masuk ke perkerasan jalan
4) Pengendalian banjir
2.2.12. Sarana Ruang Terbuka dan Olahraga
Menurut Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988 menyatakan ruang terbuka hijau yang
populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam
pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga
kehidupan wilayah perkotaan merupakan komponen berwawasan lingkungan, yan
arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Adapun
persyaratan dan kriteria ruang terbuka dalam suatu wilayah sebagai berikut :
II-16
. Bagian Jaringan Drainase
Prasarana Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau) Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)
gorong Pertemuan saluran Bangunan terjunan
Street inlet
2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Dalam perencanaan jaringan drainase, beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah :
. Aspek Jaringan Drainase Keterangan
kemiringan wilayah, sifat fisik tanah dan batuan, pola aliran permukaan dan curah hujan jumlah, pertambahan, struktur, kepadatan, dan
Mengalirkan air dari permukaan jalan dan dialirkan melalui saluran samping.
Mencegah kerusakan lingkungan akibat aliran air
Ruang Terbuka dan Olahraga
Menurut Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988 menyatakan ruang terbuka hijau yang
populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam
pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga
kehidupan wilayah perkotaan merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai
arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Adapun
persyaratan dan kriteria ruang terbuka dalam suatu wilayah sebagai berikut :
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
Tabel 2.15. Kriteria Sarana Ruang Terbuka No Jenis
Sarana Jumlah
Penduduk Pendukung
Jiwa
Kebutuhan Luas
Lahan Min (m2)
Standar (m2/jiwa)
Radius Pencapaian
(m)
Kriteria Lokasi dan
Penyelesaian
1. Taman/ Tempat Main
250 250 1 100 Di tengah kelompok tetangga
2. Taman/ Tempat Main
2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan lingkungan
3. Taman dan Lapangan Olah Raga
30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan
4. Taman dan Lapangan Olah Raga
120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan utama. Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan
5. Jalur Hijau - - 15 m Terletak menyebar 6. Kuburan /
Pemakaman Umum
120.000 Mempertimbangkan radius pencapaian dan area yang dilayani
Sumber : SNI 03-1733-1989, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. 2.2.13. Sarana Pemerintahan
Penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan erat kaitannya dengan pelayanan yang
diberikan pemerintah terhadap masyarakat. Adapun yang termasuk sarana pemerintahan dan
pelayanan umum adalah kantor administrasi pemerintahan, kantor pos, kantor PDAM, PLN,
Telepon, kantor polisi, pemadam kebakaran dan lain-lain.
Untuk tingkat pelayanannya sendiri dapat dilihat dari level administrasi RW, Kelurahan
hingga kecamatan. Berikut adalah kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum yang
berada pada tingkat kecamatan (mampu melayani 120.000 jiwa penduduk) :
1) Kantor Kecamatan dengan luas minimum 2500 푚
2) Kantor Pemadam kebakaran dengan luas minimum 1000 푚
3) Kantor Polisi dengan luas minimum 1000 푚
4) Parkir Umum dengan luas minimum 2000 푚
5) Gedung serba guna dengan luas minimum 2500 푚
6) Kantor Pos pembantu dengan luas minimum 80 푚
7) Balai Nikah dengan luas minimum 750 푚
2.2.14. Sarana dan Prasarana Pariwisata
Kota merupakan wadah dari segala aktivitas manusia, mulai dari kegiatan ekonomi,
pendidikan, sosial, budaya hingga rekreasi. Sarana rek
sebuah kota sebagai tempat masyarakat menenangkan diri dari segala aktivitas sehari
rekreasi juga merupakan tempat bersosialisasi bagi masyarakat kota dan juga dapat menjadi
sumber pendapatan.
Tabel 2.16. Kriteria Sarana Pariwisata
No Jenis Sarana
Jumlah Penduduk
Pendukung (jiwa)
Kebutuhan Per Satuan SaranaLuas
Lantai Min. (m2)
1. Balai Warga /
Balai Pertemuan
2.500 150
2.
Balai Serbaguna / Balai Karang
Taruna
30.000 250
3. Gedung Serbaguna
120.000 1.500
4. Gedung Bioskop
120.000 1.000
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan
II-17
Sarana dan Prasarana Pariwisata
Kota merupakan wadah dari segala aktivitas manusia, mulai dari kegiatan ekonomi,
pendidikan, sosial, budaya hingga rekreasi. Sarana rekreasi merupakan elemen penting dari
sebuah kota sebagai tempat masyarakat menenangkan diri dari segala aktivitas sehari-hari. Area
rekreasi juga merupakan tempat bersosialisasi bagi masyarakat kota dan juga dapat menjadi
Kriteria Sarana Pariwisata Kebutuhan Per Satuan Sarana
Standar (m2/jiwa)
Kriteria
Luas Lahan Min. (m2)
Radius Pencapaian
Lokasi dan Penyelesaian
300 0,12 100 m2
Di tengah kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian dari bangunan sarana lain
500 0,017 100 m2 Di pusat lingkungan
3.000 0,025 100 m2
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
2.000 0,017 100 m2
Terletak di jalan utama. Dapat merupakan bagian dari pusat perbelanjaan
2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
2.3. METODE ANALISIS PEREKONOMIAN
Analisis kegiatan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengetahui potensi dan
permasalahan kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Demak. Analisis kegiatan ekonomi ini
selanjutnya akan digunakan dalam menentukan kebijakan serta sasaran agar perencanaan
pembangunan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam data
statistik untuk dasar penentuan strategi dan kebijaksanaan agar sasaran pembangunan dapat
dicapai dengan tepat. Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas mutlak diperlukan
untuk memberikan gambatan tentang keadaan pada masa lalu dan masa kini serta sasaran-
sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
menjadi dasar dalam menganalisis kegiatan ekonomi di Kabupaten Demak. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) juga dapat digunakan sebagai tolak ukur kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Demak. Namun, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini belum menggambarkan
secara utuh dan detail mengenai kesejahteraan masyarakat karena Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) ini menggambarkan pendapatan secara keseluruhan sehingga gambaran mengenai
kesenjangan ekonomi tidak dapat diketahui. Cara pengukurannya menggunakan indeks
Williamson.
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah/wilayah dalam suatu periode tertentu. PDRB juga
dapat diartikan sebagai keseluruhan hasil produksi yang diperoleh dari seluruh lapangan usaha
yang ada di suatu wilayah yang dinilai dengan satuan uang.
Analisis PDRB digunakan untuk melihat kemampuan suatu daerah/wilayah dalam
mengelola sumber daya yang dimilikinya, juga untuk melihat pola yang berbeda-beda dari hasil
pembangunan ekonomi yang disebabkan oleh perbedaan kepemilikan sumber daya alam, kondisi
infrastruktur, dan faktor produksi yang tersedia. Secara kuantitatif PDRB merupakan nilai barang
dan jasa, oleh karena itu PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
PDRB dapat dibedakan menjadi beberapa agregat PDRB yaitu PDRB atas dasar harga
berlaku, PDRB atas dasar harga konstan, PDRB atas dasar harga pasar, PDRN atas dasar harga
pasar, PDRN atas dasar biaya faktor, pendapatan regional dan pendapatan perkapita. Dalam
menganalisis ekonomi wilayah, agregat PDRB yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga
berlaku, PDRB atas dasar harga konstan dan pendapatan perkapita.
a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah
pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.
b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau
pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap (harga pada tahun dasar) yang digunakan
dalam setahun.
2.4.1. PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita
PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita merupakan pendapatan rata
penduduk di suatu wilayah. Pendapatan
regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan perkapita ini biasa
digunakan untuk mengukur pendapatan rata
kesejahteraan penduduk. Secara matematis dapat
2.4.2. Struktur Perekonomian
Struktur ekonomi digunakan untuk melihat susunan atau komposisi sektor
ekonomi yang dibangun. Struktur ekonomi merupakan perbandingan antara nilai PDRB dari
setiap sektor dibandingkan dengan nilai PDRB total.
kontribusi masing-masing sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar dan
yang terkecil. Struktur ekonomi berguna untuk mengetahui dan menghitung seberapa besar
peran suatu sektor dalam perekonomian suatu w
Struktur ekonomi dapat dibagi menjadi tiga sektor, yaitu:
1. Sektor Primer (Pertanian, Pertambangan dan Penggalian)
2. Sektor Sekunder (Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih dan Bangunan)
3. Sektor Tersier (Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengankutan dan Komunikasi,
Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan dan Jasa
II-18
PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau
pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.
PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau
inilai atas dasar harga tetap (harga pada tahun dasar) yang digunakan
PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita
PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita merupakan pendapatan rata
penduduk di suatu wilayah. Pendapatan perkapita merupakan PDRB dan pendapatan
regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan perkapita ini biasa
digunakan untuk mengukur pendapatan rata-rata penduduk dan menentukan UMR serta
kesejahteraan penduduk. Secara matematis dapat dirumuskan:
Struktur ekonomi digunakan untuk melihat susunan atau komposisi sektor-sektor
ekonomi yang dibangun. Struktur ekonomi merupakan perbandingan antara nilai PDRB dari
setiap sektor dibandingkan dengan nilai PDRB total. Melalui pendekatan ini, dapat dilihat
masing sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar dan
yang terkecil. Struktur ekonomi berguna untuk mengetahui dan menghitung seberapa besar
peran suatu sektor dalam perekonomian suatu wilayah, yang dirumuskan sebagai berikut:
Struktur ekonomi dapat dibagi menjadi tiga sektor, yaitu:
Sektor Primer (Pertanian, Pertambangan dan Penggalian)
Sektor Sekunder (Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih dan Bangunan)
(Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengankutan dan Komunikasi,
Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan dan Jasa-Jasa)
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
2.4.3. Distribusi Per Sektor Ekonomi
Uraian sektoral mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan
sub sektor. Pembagian uraian sektoral ini mengikuti pola Klasifikasi Lapangan Usaha
Indonesia (KLUI) sebagai rekomendasi dari SNA 2000 yang menggunakan sembilan sektor.
Klasifikasi menurut lapangan usaha ini lebih umum digunakan dalam pembagian sektor
dalam PDRB. Selain itu juga untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan data PDRB
antar daerah. Berikut merupakan kasifikasi sektoral menurut lapangan usaha:
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian terdiri dari lima sub sektor, yaitu tanaman bahan makanan, tanaman
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian terdiri dari tiga sub sektor, yaitu minyak dan
gas bumi, pertambangan tanpa migas dan penggalian.
c. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan terdiri dari dua sub sektor, yaitu industri migas dan
industri non migas. Industri migas terbagi lagi atas pengilangan minyak bumi dan gas
alam cair. Sedangkan industri non migas ini merupakan gabungan dari industri besar,
industri sedang dan industri kecil. Yang termasuk dalam industri non migas yaitu
industri makanan, minuman dan tembakau, tekstil, barang dari kulit dan alas kaki,
barang kayu dan hasil hutan lainnya, kertas dan barang cetakan, pupuk, kimia dan
barang dari karet, semen dan barang galian bukan logam, logam dasar besi dan baja,
alat angkutan, mesin dan peralatannya serta barang lainnya.
d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor listri, gas dan air bersih terdiri dari tiga sub sektor, yaitu listrik, gas kota dan
air bersih.
e. Sektor Bangunan
Sektor bangunan khusus terdiri dari sub sektor bangunan atau konstruksi.
f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdaganan, hotel dan restoran terdiri dari tiga sub sektor, yaitu perdaganan
besar dan eceran, hotel dan restoran.
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi terdiri dari dua sub sektor, yaitu pengangkutan
dan komunikasi. Sub sektor pengangkutan terbagi lagi atas angkutan rel, angkutan
jalan raya, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, ang
udara serta jasa penunjang angkutan. Sedangkan sub sektor komunikasi terbagi atas
pos dan komunikasi serta jasa telekomunikasi.
h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdiri dari lima sub sek
bank, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan
jasa perusahaan.
i. Sektor Jasa-Jasa
Sektor jasa-jasa terdiri dari dua sub sektor, yaitu pemerintahan umum dan swasta.
Sub sektor swasta mencakup jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi
serta jasa perorangan dan rumah tangga.
2.4.4. Laju pertumbuhan
Laju pertumbuhan ekonomi digunak
suatu wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dihitung melalui selisih PDRB
pada tahun tertentu dengan PDRB pada satu tahun sebelumnya di bandingkan dengan PDRB
pada satu tahun sebelumnya. Secara matematis dapat dirumuskan dengan:
푃퐷푅퐵 = 푛푖푙푎푖 푃퐷푅퐵 푝푎푑푎 푡푎ℎ푢푛
푃퐷푅퐵 − = 푛푖푙푎푖 푃퐷푅퐵 푝푎푑푎 푠푎푡푢
2.4.5. Analisis Location Quotient
Analisis LQ merupakan cara untuk mengklasifikasikan sektor
unggulan melalui indikator besarnya peranan sektor tersebut terhadap perekonomian
daerah. Analisis LQ ini, biasa digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi yang menjadi
leading sektor atau sektor basis pada suatu wilayah. LQ diukur dengan menggunakan
perbandingan antara rasio sektor dengan total PDRD di daerah yang lebih luas.
II-19
jalan raya, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, angkutan
udara serta jasa penunjang angkutan. Sedangkan sub sektor komunikasi terbagi atas
pos dan komunikasi serta jasa telekomunikasi.
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdiri dari lima sub sektor, yaitu
bank, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan
jasa terdiri dari dua sub sektor, yaitu pemerintahan umum dan swasta.
Sub sektor swasta mencakup jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi
serta jasa perorangan dan rumah tangga.
Laju pertumbuhan ekonomi digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi pada
suatu wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dihitung melalui selisih PDRB
pada tahun tertentu dengan PDRB pada satu tahun sebelumnya di bandingkan dengan PDRB
matis dapat dirumuskan dengan:
푡푒푟푡푒푛푡푢
푠푎푡푢 푡푎ℎ푢푛 푠푒푏푒푙푢푚푛푦푎
Analisis LQ merupakan cara untuk mengklasifikasikan sektor-sektor yang menjadi
unggulan melalui indikator besarnya peranan sektor tersebut terhadap perekonomian
daerah. Analisis LQ ini, biasa digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi yang menjadi
atau sektor basis pada suatu wilayah. LQ diukur dengan menggunakan
perbandingan antara rasio sektor dengan total PDRD di daerah yang lebih luas.
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
Variabel yang dibandingkan dalam perhitungan ini pada umumnya adalah kontribusi
dalam PDRB, jumlah lapangan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja. Kisaran nilai LQ yaitu:
a. LQ > 1 wilayah tersebut memiliki spesialisasi terhadap sektor yang bersangkutan
dan dapat dijadikan menjadi sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari 1 mengindikasikan
adanya surplus prosuksi pada sektor yang bersangkutan dan memiliki potensi untuk
diekspor.
b. LQ = 1 kontribusi sektor yang bersangkutan hanya dapan untuk memenuhi
kebutuhan itu sendiri (self sufficient) dan tidak memiliki surplus produksi.
c. LQ < 1 wilayah tersebut tidak memiliki spesialisasi terhadap sektor yang
bersangkutan dan merupakan sektor non basis. Nilai LQ yang kurang dari satu
mengindikasikan bahwa wilayah tersebut masih kurang dalam memenuhi kebutuhan
wilayahnya sendiri dan kemungkinan memiliki kecenderungan untuk mengimpor dari
daerah lain.
2.4.6. Analisis Shift Share
Analisis shift share adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah sektor-
sektor basis tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan. Analisis shift share ini memiliki
dasar pemikiran bahwa pertimbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh pertumbuhan
ekonomi, sektotal dan daya saing. Analisis shift share membagi pertumbuhan wilayah
menjadi tiga komponen yaitu pertumbuhan ekonomi nasional, pergeseran proporsional atau
bauran industri dan pergeseran deferensial. Secara matematis analisis shift share
dirumuskan:
퐷 = 푃푒푟푡푢푚푏푢ℎ푎푛 푊푖푙푎푦푎ℎ
푁 = 푃푒푟푡푢푚푏푢ℎ푎푛 퐸푘표푛표푚푖 푊푖푙푎푦푎ℎ 푦푎푛푔 퐿푒푏푖ℎ 퐿푢푎푠
푀 = 푃푒푟푔푒푠푒푟푎푛 푃푟표푝표푟푠푖표푛푎푙
퐶 = 푃푒푟푔푒푠푒푟푎푛 퐷푒푓푒푟푒푛푠푖푎푙
Analisis shift-share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor di
suatu wilayah dengan wilayah nasional. Analisis shiftshare lebih tajam dibandingkan dengan
analisis LQ karena analisis shift-share memberikan penjelasan atas faktor penyebab
perubahan beberapa variabel. Variabel yang digunakan dalam analisis ini antara lain variabel
lapangan kerja dan nilai tambah.
Analisis shift-share dapat digunakan untuk mengidentifikasikan sektor
mempunyai keunggulan kompetitif (daya saing) yang kuat dan mana yang
analisis ini, kinerja perekonomian suatu wilayah menyangkut 3 hal yang berkaitan, yaitu:
a. Pertumbuhan ekonomi (economic growth
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi suatu daerah dalam kait
PDRB pada wilayah yang lebih luas.
b. Pergeseran proporsional (proportional shift
Pergeseran proporsional (proportional shift
apakah perekonomian pada suatu wilayah terkonsentrasi pada industri
yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian nasional. Jika nilai
shift suatu sektor positif berarti sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibanding
perekonomian nasional. Sebaliknya, jika nilai
negatif berarti sektor tersebut tumbuh lebih lambat atau bahkan sedang merosot
dibanding perekonomian nasional.
c. Pergeseran diferensial (differential shift
Pergeseran diferensial (differential shift
sektor yang mempunyai keunggulan kompet
tertentu. Jadi, suatu wilayah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti
sumber daya yang melimpah/efisien, akan mempunyai
positif, sedangkan wilayah yang secara lokasional tidak menguntungkan
mempunyai nilai differential shift
Proportional shift dan differential shift
regional yang bersifat intern dan ekstern.
unsur-unsur luar yang bekerja secara nasional,
pengaruh faktor-faktor yang bekerja khusus di wilayah yang bersangkutan.
2.4.7. Analisis Typologi Klassen
Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing
Propinsi Jawa Tengah dapat diketahui dengan menggunakan analisis tipologi klassen.
Tipologi klassen ini membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan perkapita. Analisis tipologi klassen memberikan empat
karakteristik pola dan sturktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu:
II-20
dapat digunakan untuk mengidentifikasikan sektor-sektor yang
mempunyai keunggulan kompetitif (daya saing) yang kuat dan mana yang tidak. Dalam
wilayah menyangkut 3 hal yang berkaitan, yaitu:
economic growth)
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi suatu daerah dalam kaitannya dengan pembentukan
PDRB pada wilayah yang lebih luas.
proportional shift)
proportional shift) digunakan untuk mengetahui
apakah perekonomian pada suatu wilayah terkonsentrasi pada industri-industri
yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian nasional. Jika nilai proportional
suatu sektor positif berarti sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibanding
perekonomian nasional. Sebaliknya, jika nilai propotional shift suatu sektor
tor tersebut tumbuh lebih lambat atau bahkan sedang merosot
dibanding perekonomian nasional.
differential shift)
differential shift) digunakan untuk menentukan sektor-
sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dalam suatu kurun waktu
tertentu. Jadi, suatu wilayah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti
sumber daya yang melimpah/efisien, akan mempunyai differential shift yang
positif, sedangkan wilayah yang secara lokasional tidak menguntungkan
shift yang negatif.
differential shift memisahkan unsur-unsur pertumbuhan
regional yang bersifat intern dan ekstern. Proportional shift adalah akibat dari pengaruh
unsur luar yang bekerja secara nasional, sedangkan differential shift adalah akibat dari
faktor yang bekerja khusus di wilayah yang bersangkutan.
Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing di
diketahui dengan menggunakan analisis tipologi klassen.
Tipologi klassen ini membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan perkapita. Analisis tipologi klassen memberikan empat
umbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu:
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH
a. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (Kuadran I)
Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah cepat maju dan cepat tumbuh apabila
daerah tersebut mempunyai pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata daerah pembanding.
b. Daerah maju tertekan (Kuadran II)
Daerah maju tertekan yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita yang
tinggi namun tingkat pertumbuhan ekonominya rendah dibandingkan dengan daerah
pembanding.
c. Daerah berkembang cepat (Kuadran III)
Daerah berkembang cepat yaitu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi,
tetapi tingkat pendapatan perkapitanya rendah di bandingkan denga rata-rata daerah
pembanding.
c. Daerah relatif tertinggal (Kuadran IV)
Daerah yang relatif tertinggal yaitu daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan perkapitanya rendah dibandingkan dengan rata-rata daerah
pembanding.
2.4.8. Dispritas/Kesenjangan Wilayah
Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui kesenjangan pendapatan atau
disparitas pendapatan adalah indeks atau koefisiensi variasi Williamson. Indikator yang
digunakan yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita atas dasar harga
konstan 2000 menurut kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Adapun cara menghitung
koefisiensi variasi Williamson (Tambunan, 2003) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Vw = Koefisiensi Variasi Williamson (Ketimpangan pendapatan antar daerah atau
kabupaten/kota) dengan nilai berkisar antara 0-1.
Yi = PDRB Per Kapita masing-masing Kabupaten/Kota atas dasar harga konstan 2000
Y = PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2000
Fi = Penduduk pertengahan tahun pada masing-masing kabupaten/kota.
N = penduduk pertengahan tahun propinsi Jateng.
Koefisiensi variasi Williamson (tingkat ketimpangan) yang diperoleh terletak antara
0 sampai dengan 1, semakin mendekati 0 berarti disparitas pendapatan antar daerah
kabupaten/kota semakin rendah atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi regional
terjadi secara merata. Tetapi jika koefisiensi variasi Williamson mendekati 1 maka disparitas
pendapatan daerah kabupaten/kota semakin tinggi serta mengindikasikan adanya
pertumbuhan ekonomi regional yang tidak merata.
II-21
nsi variasi Williamson (tingkat ketimpangan) yang diperoleh terletak antara
0 sampai dengan 1, semakin mendekati 0 berarti disparitas pendapatan antar daerah
kabupaten/kota semakin rendah atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi regional
rata. Tetapi jika koefisiensi variasi Williamson mendekati 1 maka disparitas
pendapatan daerah kabupaten/kota semakin tinggi serta mengindikasikan adanya
pertumbuhan ekonomi regional yang tidak merata.