BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

21
TINJAUAN PUSTAKA BAB II KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH 2.1. METODE ANALISIS FISIK DASAR Manfaat dari analisis sumber daya lahan adalah untuk memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan dan manfaat lainnya adalah menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan kota yang akan dilekukan dengan keterbatasan ruang. Analisis yang dilakukan yaitu mencermati keadaan fisik lahan sebenarnya yaitu kondisi eksisting dan membandingkan serta mengelompokan syarat-syarat yang digunakan untuk penggunaan lahan tertentu dengan beberapa aspek yang harus dicermati. Mc. Rae dan Burnham (1981) mengemukakan bahwa kegunaan lahan dapat dianalisis dalam 3 aspek, yaitu : 1. Kesesuaian Yaitu kesesuaian yang menyangkut suatu pengunaan tertentu / penggunaan khusus, seperti kesesuaian untuk tanaman jagung, perkebunan teh dan sebagainya. 2. Nilai lahan (value) Nilai suatu lahan didasarkan atas pertimbangan financial atau sejenisnya, yang dinyatakan dengan sejumlah biaya pertahun, misalnya biaya sewa atau sebagai bayaran modal. 3. Kemampuan Yaitu menyangkut serangkaian / sejumlah penggunaan yang ruang lingkupnya lebih luas. Sebagai contoh, lahan dengan kelas kemampuan tertinggi akan sesuai untuk semua jenis penggunaan lahan (pertanian, permukiman dan sebagainya) sedangkan lahan dengan kelas kemampuan rendah hanya memiliki sedikit kesesuaian untuk penggunaan tertentu. Ketiga aspek tersebut merupakan penilaian dasar untuk menentukan karakteristik suatu lahan ataupun sebagai parameter untuk mengukur kualitas suatu lahan untuk dijadikan bahan evaluasi dalam menentukan penggunaan jenis lahan yang optimum, dari proses tersebut dilakukanlah proses pengelompokan yang nantinya dikelompokan berdasarkan nilai yang terkandung dalam lahan tersebut. Proses evaluasi lahan dilakukan melalui beberapa tahapan, kerangka tahapan tersebut sebagai berikut : Sumber : Mc. Rae dan Burnham, 1981 dalam Si 2.1.1 Penilaian kriteria fisik wilayah Penilaian kriteria suatu fisik wilayah dili kesesuaian lahan itu sendiri adalah analisis tin jenis atau katagori penggunaan lahan tertentu alternatif penggunaan yang sesuai dengan kri Biasanya hasil penilaian tersebut diekspresikan sedang , rendah ataupun dengan bentuk penilaia pada dasarnya analisis sumber daya lahan dip lahan yang dilihat dari : a) Kesesuaian b) Nilai lahan ( value ) c) Kemampuan Faktor – faktor lingku Karakteristik Kualitas la Kesesuaian lahan Kemampuan Penggunaan laha II-1 itorus, 1985 ihat atau ditinjau dari analisis kesesuaian lahan, ngkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu u, dimana produk penilai annya akan merupakan iteria peruntukan pada suatu wilayah tinjauan. n dalam bentuk skala tertentung contohnya tinggi, an numerik yaitu berupa nilai 1 hingga 10. Walau peruntukan untuk pemgoptimuman penggunaan ungan alami lahan ahan n lahan Nilai lahan an optimum

description

Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah Demak

Transcript of BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

Page 1: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

2.1. METODE ANALISIS FISIK DASAR

Manfaat dari analisis sumber daya lahan adalah untuk memberikan pengertian tentang

hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada

perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan dan manfaat lainnya adalah

menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi dari

perubahan penggunaan lahan kota yang akan dilekukan dengan keterbatasan ruang.

Analisis yang dilakukan yaitu mencermati keadaan fisik lahan sebenarnya yaitu kondisi

eksisting dan membandingkan serta mengelompokan syarat-syarat yang digunakan untuk

penggunaan lahan tertentu dengan beberapa aspek yang harus dicermati.

Mc. Rae dan Burnham (1981) mengemukakan bahwa kegunaan lahan dapat dianalisis dalam 3

aspek, yaitu :

1. Kesesuaian

Yaitu kesesuaian yang menyangkut suatu pengunaan tertentu / penggunaan khusus,

seperti kesesuaian untuk tanaman jagung, perkebunan teh dan sebagainya.

2. Nilai lahan (value)

Nilai suatu lahan didasarkan atas pertimbangan financial atau sejenisnya, yang dinyatakan

dengan sejumlah biaya pertahun, misalnya biaya sewa atau sebagai bayaran modal.

3. Kemampuan

Yaitu menyangkut serangkaian / sejumlah penggunaan yang ruang lingkupnya lebih luas.

Sebagai contoh, lahan dengan kelas kemampuan tertinggi akan sesuai untuk semua jenis

penggunaan lahan (pertanian, permukiman dan sebagainya) sedangkan lahan dengan kelas

kemampuan rendah hanya memiliki sedikit kesesuaian untuk penggunaan tertentu.

Ketiga aspek tersebut merupakan penilaian dasar untuk menentukan karakteristik suatu

lahan ataupun sebagai parameter untuk mengukur kualitas suatu lahan untuk dijadikan bahan

evaluasi dalam menentukan penggunaan jenis lahan yang optimum, dari proses tersebut

dilakukanlah proses pengelompokan yang nantinya dikelompokan berdasarkan nilai yang

terkandung dalam lahan tersebut. Proses evaluasi lahan dilakukan melalui beberapa tahapan,

kerangka tahapan tersebut sebagai berikut :

Sumber : Mc. Rae dan Burnham, 1981 dalam Sitorus, 1985 2.1.1 Penilaian kriteria fisik wilayah

Penilaian kriteria suatu fisik wilayah dilihat atau ditinjau dari analisis kesesuaian lahan,

kesesuaian lahan itu sendiri adalah analisis tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu

jenis atau katagori penggunaan lahan tertentu, dimana produk penilai

alternatif penggunaan yang sesuai dengan kriteria peruntukan pada suatu wilayah tinjauan.

Biasanya hasil penilaian tersebut diekspresikan dalam bentuk skala tertentung contohnya tinggi,

sedang , rendah ataupun dengan bentuk penilaian n

pada dasarnya analisis sumber daya lahan diperuntukan untuk pemgoptimuman penggunaan

lahan yang dilihat dari :

a) Kesesuaian

b) Nilai lahan ( value )

c) Kemampuan

Faktor – faktor lingkungan alami

Karakteristik lahan

Kualitas lahan

Kesesuaian lahan Kemampuan lahan

Penggunaan lahan optimum

II-1

Mc. Rae dan Burnham, 1981 dalam Sitorus, 1985

Penilaian kriteria suatu fisik wilayah dilihat atau ditinjau dari analisis kesesuaian lahan,

kesesuaian lahan itu sendiri adalah analisis tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu

jenis atau katagori penggunaan lahan tertentu, dimana produk penilaiannya akan merupakan

alternatif penggunaan yang sesuai dengan kriteria peruntukan pada suatu wilayah tinjauan.

Biasanya hasil penilaian tersebut diekspresikan dalam bentuk skala tertentung contohnya tinggi,

sedang , rendah ataupun dengan bentuk penilaian numerik yaitu berupa nilai 1 hingga 10. Walau

pada dasarnya analisis sumber daya lahan diperuntukan untuk pemgoptimuman penggunaan

faktor lingkungan alami

Karakteristik lahan

Kualitas lahan

Kemampuan lahan Nilai lahan

Penggunaan lahan optimum

Page 2: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

Namun ketiga hal tersebut pun ditinjau dari 3 kriteria utama dalam menentukan fungsi

kawasan, ketiga aspek itu antara lain :

1. Lereng / kemiringan

2. Intensitas hujan

3. Jenis tanah

Kesesuaian lahan ( land suitability ) adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan

tertentu. Analisis kesesuaian lahan diperlukan karena karakteristik wilayah sangat berpengaruh

terhadap kegiatan yang diwadahi disuatu tempat. Sebagai contoh, tempat yang subur, jenis tanah

regosol, curah hujan relatif tinggi dan kelerengan relatif datar.

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini merupakan kelas kesesuaian lahan yang

dihasilkan berdasarkan data yang tidak ada dan tidak mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan

dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada di

setiap satuan lahan. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang diduga terdapat pada satuan

lahan yang dievaluasi, ada sifatnya permanen/tidak ekonomis untuk diperbaiki dan secara ekonomis

masih menguntungkan dengan teknologi yang tepat (Zhiddiq, 2003).

Penentuan tingkat kesesuaian lahan untuk pertanian dan non pertanian dilakukan dengan

melakukan analisis terhadap satuan lahan yang diperoleh dari hasil tumpang-susun (overlay) peta

kelerengan, peta jenis tanah dan peta curah hujan.

Adapun hasil dari total nilai kelas ketiga parameter tersebut untuk menentukan kegunaan/

kemampuan/ fungsi dari masing-masing kawasan sebagai berikut.

Nilai < 125 dapat digunakan untuk budidaya pertanian khususnya tanaman

pangan/semusim.

Nilai 125 – 175 dapat digunakan sebagai kawasan untuk kegiatan-kegiatan perkebunan/

tanaman tahunan.

Nilai > 175 digunakan sebagai hutan produksi dengan tambahan perlu memperhatikan dan

mempertahankan ketinggian tanah.

Adapun penilaian kriteria kelayakan fisik wilayah untuk pengelolaan kawasan lindung

berdasarkan SK Menteri pertanian No. 837/KPTS/UM/11.1980 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penilaian Kriteria

No Kriteria

1 Lereng / Kemiringan

2 Jenis tanah Aluvial, tanah glei, panosol,

hidromorf, kelabu, laterit air

Brown forest soil, non calcic brown,

Andosol, laterite, grumosol, podsol, podsolik

Regosol, litosol, organosol,

3 Intensitas hujan 0,0

13,6

20,7

27,7

Sumber : SK Mentri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/11.1980

II-2

riteria Kelayakan Fisik Wilayah

Klasifikasi Keterangan

0 – 8 % Datar

8 – 15 % Landai

15 – 25 % Agak curam

25 – 45% Curam

> 45 % Sangat curam

Aluvial, tanah glei, panosol, hidromorf, kelabu, laterit air

tanah Tidak peka

Latosol Agak peka

Brown forest soil, non calcic brown, mediteran Kurang peka

Andosol, laterite, grumosol, podsol, podsolik peka

Regosol, litosol, organosol, renzina Sangat peka

0,0 – 13,6 mm/hh Sangat rendah

13,6 – 20,7 mm/hh Rendah

20,7 – 27,7 mm/hh Sedang

27,7 – 34,8 mm/hh Tinggi

> 34,8 mm/hh Sangat tinggi

Sumber : SK Mentri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/11.1980

Page 3: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

Tabel 2.2 Perhitungan Skor untuk Peruntukan Lahan

(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)

VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT

1. KELERENGAN KELAS LERENG

DERAJAT LERENG (%)

1 0 - 8 Datar 20

2 8 - 15 Landai 40

3 15 - 25 Agak curam 60

4 25 - 40 Curam 80

> 40 Sangat curam 100

2. KEPEKAAN THD EROSI KELAS TANAH JENIS TANAH

1 Aluvial, Clay, Planosol,

hidromorf kelabu, laterite air tanah

Tdk peka 15

2 Latosol Agak peka 30

3 Brown forest Soil, Non

Calsit Brown, Mediteran

Kurang peka 45

4 Andosol, Laterite,

Grumosol, Podsolik, Podsol.

Peka 60

5 Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat peka 75

3. INTENSITAS HUJAN

KLS. INT. HUJAN

INTENSITAS HUJAN (mm/hari hujan)

1 =< 13,5 Sngt rendah 10

2 13,6 – 20,7 Rendah 20

3 20,7 – 27,7 Sedang 30

4 27,7 – 34,8 tinggi 40

5 > 34,8 Sangat tinggi 50

Tabel 2.3 Kesesuaian Lahan Pertanian

Penggunaan lahan Kelas

Suhu (0 C)

Curah hujan (mm)

Pertanian lahan basah

S1 24-29 >1500

S2 29-32 1200 - 1500

S3 >32, <22

800-1200

N1 Td Td

N2 >32, <18 <1000

Pertanian kering

SI

25-32 2500-5000

S2 >32, <22

>5000, <2000

S3 20-22 1000-1500

N1 Td Td

N2 <20 <1000

Pertanian tanaman tahunan

SI 25-30 1500-2000

S2 >30, <25

>2000, <1000

S3 Td >2250, <1000

N1 Td Td

N2 >35, <21

>2500, <1000

Sumber : Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklamatik tahun 1980

II-3

ertanian Berdasarkan Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan

Curah

Kedalaman efektif

Lereng (%)

Bahaya banjir

Bahaya erosi

>50 <3 F0-FI SR

1500 40-50 3-5 F2 R

1200 25-40 5-8 F3 S

20-25 Td F4 B

<20 >8 F4 SB

5000 >75 <3 F0 SR

>5000, 50-70 3-8 F1 R

1500 30-50 8-15 F2 S

<30 15-25 F3 B

<30 >25 F4 SB

2000 >150 <8 F0 SR

>2000,

100-150 8-15 F1 R

>2250,

75-100 15-30 F2 S

50-70 30-50 F3 B

>2500,

<50 >50 F4 SB

Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklamatik tahun 1980

Page 4: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

Keterangan : Td : tidak berlaku F0, dst : banjir semakin berbahaya sesuai tingkatan angka SR : sangat rentan R : rentan S : sedang B : bahaya SB : Sangat bahaya

Tabel 2.4 Karakteristik Kesesuaian Lahan untuk Permukiman

Kualitas parameter lahan

Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N1 N2

Kelerengan (%) 0-3 3-8 8-15 15-30 >30

Daya dukung tanah (kg/cm3) 1,5 1,3-1,5 1,2-1,2 1,1-1,2 1,1

Kedalaman batuan (cm)

a) Batuan lunak b) Batuan keraas

>100 >150

500-100 100-150

<50 <100

- -

- Out rock

Pengatusan permukaan Sangat baik baik sedang jelek Sangat

jelek

Tingkat erosi tanpa ringan Ringan -sedang

Sedang - berat

Berat – sangat berat

Kedalaman air tanah 1,5 - 10 10 – 20/ 0,75 – 1,5

>20/ 0,5 – 0,75 <0,5 berawa

Bahaya banjir Tanpa / sangat jarang

jarang sering Sangat jarang

Sangat sering

2.1.2 Geografis

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan

keruangan atas fenomena fisik dan manusia diatas permukaan bumi.

bahasa Yunani yaitu, geo ( bumi ) dan graphien ( menulis atau menjelaskan ), objek study geografi

dibagi menjadi dua yaitu : Objek material dan Objek formal.

1. Objek Material Geografi

Objek material geografi yaitu merypakan

Objek studi geografi adalah lapisan-lapisan bumi atau tepatnya fenomena geosfer. Geosfer luas

sekali, meliputi:

Atmosfer, yaitu lapisan udara : cuaca dan iklim yang dikaji dalam Klimatologi dan

Meteorologi, dll

Hidrosfer, yaitu lapisan air meliputi perairan di darat maupun di laut yang dikaji dalam

Hidrologi dan Oceanografi, dll

Anthroposfer, yaitu lapisan manusia yang merupakan ‘tema sentral’ di antara lapisan

lapisan lainnya.

2. Objek Formal Geografi

Kalau objek material geografi bersangkutan

geografi bersangkut-paut dengan cara pemecahan masalah. Jadi objek formal adalah metode atau

pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah. Metode atau pendekatan objek f

geografi meliputi beberapa aspek, yakni aspek keruangan (spatial), kelingkungan (ekologi),

kewilayahan (regional) serta aspek waktu (temporal).

2.1.3 Topografi

Jenis dan tekstur tanah

Tanah ( bahasa Yunani : bahasa latin : solum ) adalah bagian kera

mineral dan bahan organik juga berassl dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme. Tanah

sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan

tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus

yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh.

Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme, bagi sebagian besar hewan darat,

tanah menjadi lahan hidup dan bergerak.

II-4

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan

keruangan atas fenomena fisik dan manusia diatas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari

bahasa Yunani yaitu, geo ( bumi ) dan graphien ( menulis atau menjelaskan ), objek study geografi

dibagi menjadi dua yaitu : Objek material dan Objek formal.

Objek material geografi yaitu merypakan sasaran atau yang dikaji dalam studi geografi.

lapisan bumi atau tepatnya fenomena geosfer. Geosfer luas

Atmosfer, yaitu lapisan udara : cuaca dan iklim yang dikaji dalam Klimatologi dan

Hidrosfer, yaitu lapisan air meliputi perairan di darat maupun di laut yang dikaji dalam

Anthroposfer, yaitu lapisan manusia yang merupakan ‘tema sentral’ di antara lapisan-

k material geografi bersangkutan-paut dengan bahan kajian, maka objek formal

paut dengan cara pemecahan masalah. Jadi objek formal adalah metode atau

pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah. Metode atau pendekatan objek formal

geografi meliputi beberapa aspek, yakni aspek keruangan (spatial), kelingkungan (ekologi),

kewilayahan (regional) serta aspek waktu (temporal).

Tanah ( bahasa Yunani : bahasa latin : solum ) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari

mineral dan bahan organik juga berassl dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme. Tanah

sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan

tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penompang akar. Struktur tanah

rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh.

Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme, bagi sebagian besar hewan darat,

Page 5: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

1. litiosol, yaitu tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami

perkembangan tanah. Berasal dari batuan-batuan konglomerat dan granit, kesuburannya

cukup, dan cocok dimanfaatkan untuk jenis tanaman hutan.

2. latosol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung

susunan bahan induknya dan keadaan iklim . latosol merah berasal dari vulkan intermedier

tanah subur, dan dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan.

3. Aluvial, ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari

asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah Aluvial yang berasal dari gunung berapi umumnya

subur karena banyak mengandung mineral, tanah ini cocok untuk persawahan.

4. Regisol, belum jelasmenampakan pemisahan horisonnya. Tanah regosol terdiri dari :

regosol dan abu vulkanik, bukit pasir, batuan sedimen, cocok dimanfaatkan sebagai lahan

pertanian.

5. Grumusol atau Margalit, terdiri dari beberapa macam ; grumusol pada batu kapur,

grumusol pada sedimen tuff, grumusol pada lembah-lembah kaki pegunungan, grumusol

endapan aluvial.

6. Organosol, mengandung paling banyak bahan organik, tidak mengalami perkembangan

profil, disebut juga tanah gambut. Bahan organik ini terdiri atas akumulasi sisa-sisa

vegetasi yang telah mengalami humifikasi tetapi belum mengalami mineralisasi. Tanah ini

kurang subur, tanah ini belum dimanfaatkan, tetapi dapat dimanfaatkan untuk persawahan.

2.1.4 Hidrologi

Adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluruh air yang ada di bumi yaitu

mempelajari tentang asal-usulnya, prosesnya, siklusnya, peredaran, distribusinya, sifat fisik dan

kimianya serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannya dengan kehidupan manusia.

Selain itu dapat diartikan juga bahwa hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan

air di alam kita ini. Secara khusus menurut SNI No. 1724-1989-F hidrologi didefinisikan sebagai

ilmu yang mempelajari system kejadian air di atas, pada permukaan, dan di dalam tanah. Definisi

tersebut terbatas pada hidrologi rekayasa. Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air,

termasuk transformasi antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, diatas dan di bawah

permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpan air

yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.

2.1.5 Geologi Istilah “Geology” berarti pelajaran tentang Bumi. Kata ini pertama kali diperkenalkan oleh

Richard de Bury (1473) sebagai nama lain untuk Ilmu Pengetahuan Bumi (Earthly Science).

Dengan demikian awalnya definisi geologi berarti merupakan ilmu pengetahuan alam untuk

menjelaskan dan memecahkan segala masalah mengenai matra Bumi

Di dalamnya mengkaji mengenai canggaan yang berlaku ke atas batuan, termasuk asal

usulnya, geometri dan kinetiknya. Memahami proses

struktur seperti kekar, retakan, sesar dan lipatan. Semua struktur ini terbentuk sebagai respon

daripada canggaan akibat pergerakan dan interaksi kerak bumi.

2.1.6 Klimatologi

Iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca selama kurun waktuyang panjang, yang

secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukan nilai statistik yang berbeda dengan

keadaan pada setiap saatnya ( World Climate Conference, 1979 ). Ilmu yang mem

beluk tentang iklim disebut klimatologi. Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya

kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak

luas terhadap berbagai sektor kehiduoan manusia (kementria

Adapun istilah perubahan iklim adalah perubahan rata

cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan perubahan iklim secara global adalah perubahan

iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruha,

iklim merunjuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabelitasnya yang

nyata secara statistik untuk jamgka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih).

2.1.7 Klasifikasi Iklim

Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim

matahari dan iklim fisis. Sedangkan klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut :

1. Iklim Matahari

Yaitu iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari yang diterima

Derah-derah yang berada pada lintang tinggi lebih sedikit memperoleh sinar matahari, sedangkan

daerah yang terletak pada lintang rendah lebih banyak menerima sinar matahari, berdasarkan

iklim matahari terbagi menjadi : iklim tropik, iklim

II-5

Istilah “Geology” berarti pelajaran tentang Bumi. Kata ini pertama kali diperkenalkan oleh

Richard de Bury (1473) sebagai nama lain untuk Ilmu Pengetahuan Bumi (Earthly Science).

walnya definisi geologi berarti merupakan ilmu pengetahuan alam untuk

la masalah mengenai matra Bumi

i dalamnya mengkaji mengenai canggaan yang berlaku ke atas batuan, termasuk asal-

i proses-proses geologi dan mekanisma pembentukan

struktur seperti kekar, retakan, sesar dan lipatan. Semua struktur ini terbentuk sebagai respon

daripada canggaan akibat pergerakan dan interaksi kerak bumi.

Iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca selama kurun waktuyang panjang, yang

secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukan nilai statistik yang berbeda dengan

keadaan pada setiap saatnya ( World Climate Conference, 1979 ). Ilmu yang mempelajari seluk

beluk tentang iklim disebut klimatologi. Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya

kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak

luas terhadap berbagai sektor kehiduoan manusia (kementrian lingkungan hidup, 2001).

Adapun istilah perubahan iklim adalah perubahan rata-ratasalah satu atau lebih elemen

cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan perubahan iklim secara global adalah perubahan

iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruha, IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan

rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabelitasnya yang

nyata secara statistik untuk jamgka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih).

n letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim

matahari dan iklim fisis. Sedangkan klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut :

Yaitu iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari yang diterima permukaan bumi.

derah yang berada pada lintang tinggi lebih sedikit memperoleh sinar matahari, sedangkan

daerah yang terletak pada lintang rendah lebih banyak menerima sinar matahari, berdasarkan

iklim matahari terbagi menjadi : iklim tropik, iklim sub tropik, iklim sedang dan iklim dingin.

Page 6: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

2. Iklim Koppen

Wladimir Koppen seorang ahli berkebangsaan jerman membagi iklim berdasarkan curah

hujan dan temperatur menjadi lima tipe iklim :

Iklim hujan tropis

Dengan ciri temperatur bulanan rata-rata dari 18oC, suhu tahunan 20oC – 25oC dengan

curah hujan bulanan lebih dari 60 mm.

Iklim kering/gurun

Dengan ciri hujan lebih kecil dari pada penguapan, daerah ini terbagi menjadi iklim stepa

dan gurun.

Iklim sedang basah

Dengan ciri temperatur bulan terdingin -3oC – 18oC daerah ini terbagi menjadi :

a) Cs (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering)

b) Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering)

c) Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)

Iklim dingin

Dengan ciri temperatur bulan terdingin kurang dari 3oC dan temperatur bulan terpanas

lebih dari 10oC, daerah ini terbagi menjadi : Dw,Df

a) Dw adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering

b) Df adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab

Iklim kutub

Dengan ciri bulan terpanas tempereturnya kurang dari 10oC daerah ini terbagi menjadi :

a) ET iklim tundra

b) DF iklim salju

2.2. METODE ANALISIS SOSIAL KEPENDUDUKAN

Analisis kependudukan dapat berupa analisis struktur dan proses penduduk di suatu

wilayah. Struktur penduduk meliputi: jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur

penduduk bersifat dinamis dan perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya proses

demografi, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk. Komposisi

penduduk adalah pengelompokan penduduk atas variabel-variabel tertentu. Komposisi penduduk

menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan karateristik-karakteristik yang

sama (Said Rusli, 1983). Bermacam-macam komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya komposisi

penduduk menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, lapangan pekerjan, bahasa dan agama.

Undang-Undang RI No.10 tahun 1992 menerangkan bahwa penduduk adalah orang dalam

amatannya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara, dan himpunan

kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada wak

tertentu.

Tujuan analisis kependudukan dalam dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah

sebenarnya sangat luas, Riyadi dan Deddy Supriady (2004) mengatakan bahwa secara umum

beberapa tujuan analisis kependudukan adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui kuantitas dan kondisi penduduk, baik berdasarkan kelompok umur, jenis

kelamin, bahkan kondisi sosio ekonominya.

b. Mengetahui pertumbuhan masa lampau, masa sekarang, penurunan dan

penyebarannya (distribusinya) dalam suatu wilayah pembangunan.

c. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan

bermacam-macam aspek pembangunan.

d. Mencoba memproyeksikan pertumbuhan dan kemungkinan

konsekuensinya serta pengaruhnya terhadap pelaksanaan pembangunan.

e. Sebagai pemantauan untuk melakukan p

ledakan jumlah penduduk yang dapat mempengaruhi kondisi masyarakat secara

keseluruhan.

Pentingnya informasi mengenai kependudukan bagi seorang perencana pembangunan

bukan hanya mengetahui keadaan fisik atau yang terl

melalui data seperti jumlah penduduk melalui jenis kelamin, agama atau pekerjaanya, atau juga

perkembangan antara kelahiran dan kematian, proyeksi penduduk dan sebagainya, namun juga

diharapkan dapat mengetahui bagaimana keadaan sosial budayanya.

2.2.1. Analisis Jumlah Dan Sebaran Penduduk

Jumlah penduduk adalah banyaknya jiwa yang menghuni suatu wilayah. Data mengenai

jumlah penduduk sangat penting untuk mengetahui beberapa banyak jiwa yang menghuni

suatu wilayah, yang selanjutnya data tersebut digunakan untuk menghitung kepadatan

penduduk. Data dalam periode waktu tertentu jumlah penduduk dapat menunjukkan

peningkatan atau penurunan jumlah penduduk dan juga mengetahui trend kependudukan yang

terjadi disuatu wilayah tertentu sebagai dasar perencanaan suatu wilayah.

II-6

macam komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya komposisi

penduduk menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, lapangan pekerjan, bahasa dan agama.

Undang RI No.10 tahun 1992 menerangkan bahwa penduduk adalah orang dalam

amatannya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara, dan himpunan

kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada waktu

Tujuan analisis kependudukan dalam dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah

sebenarnya sangat luas, Riyadi dan Deddy Supriady (2004) mengatakan bahwa secara umum

beberapa tujuan analisis kependudukan adalah sebagai berikut:

kuantitas dan kondisi penduduk, baik berdasarkan kelompok umur, jenis

kelamin, bahkan kondisi sosio ekonominya.

Mengetahui pertumbuhan masa lampau, masa sekarang, penurunan dan

penyebarannya (distribusinya) dalam suatu wilayah pembangunan.

bungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan

macam aspek pembangunan.

Mencoba memproyeksikan pertumbuhan dan kemungkinan-kemungkinan

konsekuensinya serta pengaruhnya terhadap pelaksanaan pembangunan.

Sebagai pemantauan untuk melakukan pengendalian penduduk agar tidak terjadi

ledakan jumlah penduduk yang dapat mempengaruhi kondisi masyarakat secara

Pentingnya informasi mengenai kependudukan bagi seorang perencana pembangunan

bukan hanya mengetahui keadaan fisik atau yang terlihat dengan jelas oleh mata telanjang saja,

melalui data seperti jumlah penduduk melalui jenis kelamin, agama atau pekerjaanya, atau juga

perkembangan antara kelahiran dan kematian, proyeksi penduduk dan sebagainya, namun juga

agaimana keadaan sosial budayanya.

Analisis Jumlah Dan Sebaran Penduduk

Jumlah penduduk adalah banyaknya jiwa yang menghuni suatu wilayah. Data mengenai

jumlah penduduk sangat penting untuk mengetahui beberapa banyak jiwa yang menghuni

selanjutnya data tersebut digunakan untuk menghitung kepadatan

penduduk. Data dalam periode waktu tertentu jumlah penduduk dapat menunjukkan

peningkatan atau penurunan jumlah penduduk dan juga mengetahui trend kependudukan yang

tentu sebagai dasar perencanaan suatu wilayah.

Page 7: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

Data mengenai jumlah dan sebaran penduduk dapat digunakan untuk mengetahui

seberapa banyak jumlah penduduk dan persebarannya di suatu wilayah, sehingga data sebagai

input perencanaan dapat dianalisa guna mengetahui lebih lanjut karakteristik kependudukan di

suatu wilayah.

2.2.2. Analisis Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah persentase selisih penduduk dari periode waktu

tertentu dibandingkan dengan tahun awal perhitungan. Analisis terhadap laju pertumbuhan

penduduk diperlukan untuk mengetahui besarnya perubahan jumlah penduduk per tahun

beserta aspek-aspek yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dari data ini, dapat ditarik

kesimpulan-kesimpulan mengenai suatu wilayah, antara lain tentang pertumbuhan secara

umum, pola peraturan dan kemungkinan perluasan, proyeksi penyediaan lapangan kerja serta

jumlah minimum fasilitas layanan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

yang akan datang di wilayah tersebut. Besarnya laju pertumbuhan jumlah penduduk di suatu

wilayah dapat dihitung melalui persamaan di bawah ini:

2.2.3. Analisis Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah, atau dapat

ditulis dengan rumus:

Jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah penduduk

di suatu wilayah tersebut, atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti; penduduk daerah

pedesaan atau penduduk yang bekerja di sektor pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapat

berupa luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian, atau luas daerah pedesaan.

A. Kepadatan Penduduk Bruto

Kepadatan penduduk bruto adalah kepadatan penduduk per satuan luas

wilayah (jiwa/km²). Rumus penghitungan kepadatan penduduk bruto ini yaitu sebag

berikut :

B. Kepadatan Penduduk Netto

Kepadatan penduduk netto adalah jumlah penduduk dengan jumlah area

terbangun yang meliputi perumahan, perkantoran, atau ruang terbuka. Penghitungan

kepadatan penduduk netto ini dipergunakan untuk melihat

di kawasan tersebut. Angka kepadatan penduduk berbanding lurus dengan jumlah

kebutuhan area terbangun di suatu wilayah, artinya semakin besar kepadatan nettonya

maka semakin besar pula kebutuhan masyarakat akan lahan. Penghitungan

dirumuskan sebagai berikut :

2.2.4. Dinamika Penduduk

Komponen dinamika penduduk yang terkait dengan analisis sosial demografi suatu

wilayah meliputi analisis kelahiran, kematian dan migrasi.

dan mengetahui faktor-faktor pertumbuhan penduduk

A. Kelahiran

Tingkat kelahiran biasanya dinyatakan sebagai jumlah anak yang lahir pada

setiap seribu orang penduduk dalam setahun. Tingkat kelahiran juga terkait dengan

fertilitas, dimana fertilitas juga merupakan tingkat daya guna nyata dari sejumlah

penduduk tertentu yang didasarkan atas jumlah kelah

a) Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CDR)

Tingkat kelahiran suatu wilayah dapat dinilai melalui pengukuran

koefisien CBR (Crude Birth Rate) atau tingkat kelahiran kasar. Besarnya CBR dapat

dihitung dengan persamaan berikut :

II-7

Kepadatan Penduduk Bruto

Kepadatan penduduk bruto adalah kepadatan penduduk per satuan luas

wilayah (jiwa/km²). Rumus penghitungan kepadatan penduduk bruto ini yaitu sebagai

Kepadatan Penduduk Netto

Kepadatan penduduk netto adalah jumlah penduduk dengan jumlah area

terbangun yang meliputi perumahan, perkantoran, atau ruang terbuka. Penghitungan

kepadatan penduduk netto ini dipergunakan untuk melihat banyaknya area terbangun

di kawasan tersebut. Angka kepadatan penduduk berbanding lurus dengan jumlah

kebutuhan area terbangun di suatu wilayah, artinya semakin besar kepadatan nettonya

maka semakin besar pula kebutuhan masyarakat akan lahan. Penghitungan tersebut

Komponen dinamika penduduk yang terkait dengan analisis sosial demografi suatu

kelahiran, kematian dan migrasi. Analisis ini diperlukan untuk menilai

pertumbuhan penduduk di suatu wilayah.

Tingkat kelahiran biasanya dinyatakan sebagai jumlah anak yang lahir pada

setiap seribu orang penduduk dalam setahun. Tingkat kelahiran juga terkait dengan

merupakan tingkat daya guna nyata dari sejumlah

penduduk tertentu yang didasarkan atas jumlah kelahiran – hidup.

Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CDR)

Tingkat kelahiran suatu wilayah dapat dinilai melalui pengukuran

atau tingkat kelahiran kasar. Besarnya CBR dapat

dihitung dengan persamaan berikut :

Page 8: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

b) Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate = GFR)

Tingkat fertilitas umum (GFR) yang telah dibahas sebelumnya bila

digunakan sebagai ukuran fertilitas masih terlalu kasar karena membandingkan

jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk secara umum. Seperti yang diketahui

penduduk yang memilki kemungkinan hamil ialah perempuan (umur 15- 49 tahun).

Dengan alasan tersebut ukuran fertilitas ini perlu diadakan perubahan yaitu

membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur

(15-49 tahun). Tingkat fertilitas penduduk yang dihasilkan dari perhitungan ini

disebut Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate).

GFR dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

B. Kematian

Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses

demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Tinggi rendahnya tingkat

mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan

penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di

daerah tersebut. Dengan memperlihatkan trend dari mortalitas dan fertilitas di masa

lampau dan estimasi perkembangan di masa mendatang, maka dapat disusun atau

dianalisis sebuah proyeksi penduduk di daerah tersebut.

a) Crude Death Rate (CDR)

Pada mulanya angka kematian diukur dengan membandingkan jumlah

penduduk dengan jumlah kematian dalam satu tahun. Tetapi pada tahap berikutnya

berkembang menjadi konsep Rate Kematian Kasar (CDR) dengan didasarkan pada

jumlah kematian dibandingkan dengan jumlah penduduk tengah tahun pada tahun

yang sama, sehingga rumus persamaannya sebagai berikut :

b) Rasio Bertahan Hidup (

Untuk keperluan proyeksi penduduk di masa yang aka datang diperlukan

adanya analisis rasio bertahan hidup di wilayah tersebut. Rasio bertahan hidup

dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk menurut kelompok umur pada

selisih tahun dan pada tahun tertentu di suatu wilayah. Namun, karena keterbatasan

data, rasio bertahan hidup dibuat secara lebih umum dengan membandingkan

jumlah penduduk pada selisih tahun dan pada tahun tertentu, atau dapat

dirumuskan sebagai berikut:

2.2.5. Analisis Struktur dan Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas varabel

Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan

pengelompokan penduduk menurut karakteristik

penduduk memiliki pengertian yang sangat luas, tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis

kelamin dan sebagainya tetapi juga klasifikasi tenaga kerja dan watak ekonomi, tingkat

pendidikan, agama, ciri social dan angka statistik lai

frekuensi.

A. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk yang sering digunakan dalam analisis dan perencanaan

pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

menurut umur yaitu penggolongan penduduk menurut umur dengan klasifikasi

penduduk usia sekolah/pendidikan dengan rentang umur 4 tahunan untuk mengetahui

penduduk yang berusia produktif (15

dan diatas 60 tahun). Struktur umur penduduk di suatu wilayah dengan wilayah lain

tidaklah sama. Begitu pula keadaannya bila dibandingkan dengan antara struktur umur

penduduk wilayah pedesaan atau perkotaan.

Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demo

kelahiran, kematian, dan migrasi. Faktor sosial

mempengaruhi ketiga variabel tersebut. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis

II-8

Bertahan Hidup (Survival Ratio)

Untuk keperluan proyeksi penduduk di masa yang aka datang diperlukan

adanya analisis rasio bertahan hidup di wilayah tersebut. Rasio bertahan hidup

dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk menurut kelompok umur pada

selisih tahun dan pada tahun tertentu di suatu wilayah. Namun, karena keterbatasan

data, rasio bertahan hidup dibuat secara lebih umum dengan membandingkan

jumlah penduduk pada selisih tahun dan pada tahun tertentu, atau dapat

Analisis Struktur dan Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas varabel-variabel tertentu.

Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan

pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama. Komposisi

penduduk memiliki pengertian yang sangat luas, tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis

kelamin dan sebagainya tetapi juga klasifikasi tenaga kerja dan watak ekonomi, tingkat

pendidikan, agama, ciri social dan angka statistik lainnya yang menunjukkan distribusi

Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk yang sering digunakan dalam analisis dan perencanaan

pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Penduduk

menurut umur yaitu penggolongan penduduk menurut umur dengan klasifikasi

penduduk usia sekolah/pendidikan dengan rentang umur 4 tahunan untuk mengetahui

penduduk yang berusia produktif (15-59 tahun) dan usia tidak produktif (0-14 tahun

60 tahun). Struktur umur penduduk di suatu wilayah dengan wilayah lain

tidaklah sama. Begitu pula keadaannya bila dibandingkan dengan antara struktur umur

penduduk wilayah pedesaan atau perkotaan.

Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu

kelahiran, kematian, dan migrasi. Faktor sosial-ekonomi dari suatu wilayah juga

mempengaruhi ketiga variabel tersebut. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis

Page 9: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

kelamin dapat digambarkan secara visual pada sebuah grafik yang disebut piramida

penduduk.

Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin,

karakteristik penduduk di suatu wilayah dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :

Ekspansif, jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Tipe

ini umumnya terdapat pada wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kelahiran dan

tingkat kematian tinggi.

Konstruktif, jika penduduk yang berada pada golongan umur termuda jumlahnya

sedikit. Tipe ini terdapat pada wilayah-wilayah di mana tingkat kelahirannya turun

dengan cepat dan tingkat kematiannya rendah.

Stasioner, jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama,

kecuali pada kelompok umur tertentu. Tipe ini terdapat pada wilayah-wilayah yang

memiliki tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah.

B. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Menurut Riyadi dan Deddy Supiadi, data penduduk menurut tingkat

pendidikan penduduk diperlukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi

masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam hal peningkatan terhadap

potensi sumber daya manusia. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan

didasarkan pada kelompok jenjang pendidikan yang pernah ditempuh penduduk sejak

bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Selain itu, melalui data komposisi

penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, dapat pula diperoleh informasi mengenai

besarnya angka buta huruf serta penduduk yang tidak tamat sekolah dasar.

Selanjutnya, analisis yang lebih lanjut terhadap data komposisi penduduk

menurut tingkat pendidikan juga dipakai sebagai dasar perkiraan jumlah kebutuhan

fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan, sebab perbedaan minat dan perhatian

masyarakat terhadap pentingnya pendidikan turut menentukan besar kecilnya skala

pembangunan sekaligus bagaimana pola distribusi di masing-masing wilayah.

Penduduk menurut tingkat pendidikan diklasifikasikan dari jenjang

pendidikan TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi melalui jenjang D1, D2, D3, S1, S2

dan S3. Analisa mengenai jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ini berguna

untuk mengetahui jenis pendidikan apa yang mendominasi di suatu wilayah.

C. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Struktur penduduk menurut mata pencaharian berkaitan

atau penyebaran tenaga kerja, penyediaan lapangan pekerjaan, serta penyediaan fasilitas

yang dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis

wilayah.

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian diperlukan un

mengetahui jumlah penduduk yang bekerja di tiap

dari data itu dapat dilakukan analisis mengenai potensi pengembangan ekonomi suatu

wilayah, terkait dengan aspek demografi dan peningkatan kesejahteraan sosial

masyarakatnya.

D. Struktur Penduduk Menurut Agama

Penduduk menurut agama dibedakan menjadi klasifikasi sesuai agamanya

yaitu Islam, Katolik, Buddha, Hindu dan Kristen. Data dan analisis kependudukan

mengenai jumlah penduduk sesuai dengan agama dapat digunakan bahan

analisis kebutuhan sarana dan prasarana peribadatan.

2.2.6. Analisis Tingkat Ketergantungan (Dependency Ratio

Angka tingkat ketergantungan merupakan angka yang menyatakan perbandingan

antara banyaknya penduduk tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 60 tahun ke atas)

dengan banyaknya penduduk yang termasuk dalam usia produktif (umur 15

ketergantungan dapat dianalisis dengan menggunakan rumus :

Ada 3 kriteria angka tingkat ketergantungan, yaitu pertama adalah angka tingkat

ketergantungan tinggi, yaitu apabila angka tingkat ketergantungan suatu wilayah lebih besar

dari 70. Kedua adalah angka tingkat ketergantungan sedang, yaitu apabila angka tingkat

ketergantungan suatu wilayah antara 510-

rendah, yaitu apabila angka tingkat ketergantungan suatu wilayah lebih kecil dari 50. Semakin

tinggi nilai angka tingkat ketergantungan, maka kualitas penduduk daerah tersebut semakin

II-9

Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Struktur penduduk menurut mata pencaharian berkaitan dengan distribusi

atau penyebaran tenaga kerja, penyediaan lapangan pekerjaan, serta penyediaan fasilitas

yang dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis-jenis mata pencaharian di suatu

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian diperlukan untuk

mengetahui jumlah penduduk yang bekerja di tiap-tiap sektor perekonomian, sehingga

dari data itu dapat dilakukan analisis mengenai potensi pengembangan ekonomi suatu

wilayah, terkait dengan aspek demografi dan peningkatan kesejahteraan sosial

Struktur Penduduk Menurut Agama

Penduduk menurut agama dibedakan menjadi klasifikasi sesuai agamanya

yaitu Islam, Katolik, Buddha, Hindu dan Kristen. Data dan analisis kependudukan

mengenai jumlah penduduk sesuai dengan agama dapat digunakan bahan acuan untuk

analisis kebutuhan sarana dan prasarana peribadatan.

Dependency Ratio)

Angka tingkat ketergantungan merupakan angka yang menyatakan perbandingan

antara banyaknya penduduk tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 60 tahun ke atas)

dengan banyaknya penduduk yang termasuk dalam usia produktif (umur 15-59 tahun). Rasio

ntungan dapat dianalisis dengan menggunakan rumus :

Ada 3 kriteria angka tingkat ketergantungan, yaitu pertama adalah angka tingkat

ketergantungan tinggi, yaitu apabila angka tingkat ketergantungan suatu wilayah lebih besar

tingkat ketergantungan sedang, yaitu apabila angka tingkat

69. Ketiga adalah angka tingkat ketergantungan

rendah, yaitu apabila angka tingkat ketergantungan suatu wilayah lebih kecil dari 50. Semakin

ngka tingkat ketergantungan, maka kualitas penduduk daerah tersebut semakin

Page 10: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

buruk. Sebaliknya, semakin rendah nilai angka tingkat ketergantungan, maka kualitas

penduduk daerah tersebut semakin baik.

2.2.7. Analisis Tingkat Partisipasi Kerja

Tingkat Partisipasi Kerja (TPAK) menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu

kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut. Hal ini juga

dapat merupakan tingkat partisipasi total dari seluruh penduduk dalam usia kerja (Tingkat

Aktivitas Umum). Rumus perhitungan yang digunakan untuk meghitung tingkat partisipasi

angkatan kerja adalah:

2.2.8. Analisis Tingkat Kesejahteraan Daerah

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu daerah jika

dilihat dari berbagai faktor, seperti dari analisis human development indeks atau indeks

pembangunan manusia dan jumlah penduduk menurut tingkat kesejahteraan.

Human Development Indeks

Human Development Indeks atau Indeks Pembangunan Manusia adalah alat ukur

tingkat pencapaian pembangunan manusia merupakan indeks gabungan dari tiga komponen

yang mengindikasikan kualitas sumber daya manusia. HDI dapat diartikan sebagai jarak yang

harus ditempuh oleh suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimum 100. Bagi suatu wilayah

angka HDI yang diperoleh menggambarkan kemajuan pembangunan manusia di daerah

tersebut. Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut :

dimana :

X(1) : Indeks harapan hidup

X(2) : Indeks pendidikan = 2/3(indeks melek huruf) + 1/3(indeks rata-rata lama

sekolah)

X(3) : Indeks standar hidup layak

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih

suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum

indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut ;

Indeks X(i)= X(i) - X(i)min

dimana :

X(1) : Indikator ke-i (i = 1, 2, 3)

X(2) : Nilai maksimum sekolah X(i)

X(3) : Nilai minimum sekolah X(i)

Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM (indikator X

Indikator Komponen IPM (=X(I))

Nilai maks.

Angka Harapan Hidup 85

Angka Melek Huruf 100

Rata-rata lama sekolah 15

Konsumsi per kapita yang disesuaikan 1996

732.720 a)

Catatan:

a. Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk

(Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi

mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1993

b. Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki

tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya. Konsumsi

per kapita yang disesuaikan untuk tahun 2000 sama dengan konsumsi per kapita yang

disesuaikan tahun 1996.

Skala indikasi pembangunan manusia (IPM) antarao Tingkat IPM rendah = 0 – 0,5

o Tingkat IPM medium = 0,51 – 0,79

o Tingkat IPM tinggi = 0,80 – 1,00

A. Analisis Angka Harapan Hidup Waktu Lahir

Angka harapan hidup pada waktu lahir adalah perbandingan antara bayi yang

lahir hidup dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup umur lebih dari 1

dari 4 tahun atau sama dengan 4 tahun dikalikan 100 %.

II-10

(i)min / [X(i)maks - X(i)min]

Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM (indikator X(i))

Nilai min. Catatan

25 Sesuai standar global

(UNDP) 0 Sesuai standar global

(UNDP)

0 Sesuai standar global (UNDP)

300.000 b)

UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang

disesuaikan

Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi

(Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi

mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1993-2018.

Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah

tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya. Konsumsi

per kapita yang disesuaikan untuk tahun 2000 sama dengan konsumsi per kapita yang

Skala indikasi pembangunan manusia (IPM) antara 0-1, yang dibagi lagi:

Analisis Angka Harapan Hidup Waktu Lahir

Angka harapan hidup pada waktu lahir adalah perbandingan antara bayi yang

dengan jumlah bayi lahir hidup umur lebih dari 1 tahun dan kurang

dari 4 tahun atau sama dengan 4 tahun dikalikan 100 %.

Page 11: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

Harapan hidup kelahiran digunakan sebagai indikator untuk mengetahui status

kesehatan masyarakat indikator ini juga mengemukakan kondisi sistem khas dalam

suatu masyarakat, sebab secara umum mencerminkan keberhasilan program

pemerintah untuk meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat (Welfare Indicators).

Rumus angka harapan hidup pda waktu lahir dapat dituliskan;

B. Analisis Angka Melek Huruf

Analisis angka melek huruf atau Literacy Rate (LR) dapat mengindikasikan

seberapa besar tingkat partisipasi penduduk untuk meningkatkan kualitas dirinya dalam

rangka lebih menyejahterakan kehidupannya. Angka melek huruf dianalisis dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

2.2. METODE ANALISIS SARANA DAN PRASARANA

2.3.1. Sarana Pendidikan

Kesuksesan penyelenggaraan pendidikan dalam suatu wilayah tidak terlepas dari

tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai di samping juga harus didukung

oleh tenaga pendidik yang memiliki kompetensi dan sistem pendidikan yang baik. Untuk

memenuhi kebutuhan akan sarana pendidikan di suatu wilayah dilakukan standarisasi terkait

dengan cakupan jumlah penduduk dan area yang mampu dilayani oleh sarana dan prasarana

pendidikan.

Tabel 2.5. Kriteria Kebutuhan Sarana Pendidikan

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung

Luas Lantai minimum

(m2)

Luas Lahan minimum

(m2)

Standar (m2/Jiwa)

Radius Pencapaian

(m) 1 TK 1250 216 500 0,28 500 2 SD 1600 633 2000 1,25 1000 3 SMP 4800 2282 9000 1,88 1000 4 SMA 4800 3835 12500 0,09 3000

Sumber : SNI 03-1733-1989

2.3.2. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan salah satu elemen penting dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat dalam hal peningkatan derajat

kesehatan fasilitas dapat dilihat dari cakupan fasilitas kesehatan yang terdapat diperkotaan,

tenaga medis yang tersedia dan tekonologi.

Adapun beberapa jenis sarana kesehatan adalah :

1) Balai pengobatan

2) Posyandu

3) BKIA (Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak)

4) Puskesmas

5) Puskesmas pembantu

6) Apotik

7) Praktek Dokter

Tabel 2.6. Kriteria Kebutuhan Sarana KesehatanNo Jenis Sarana Jumlah

Penduduk

Pendukung minimum

1 Posyandu 1250

2 Balai Pengobatan 2500

3 BKIA 30000

4 Puskesmas

Pembantu

30000

5 Puskesmas 120000

6 Praktek Dokter 5000

7 Apotik 30000

Sumber : SNI 03-1733-1989

II-11

Sarana kesehatan merupakan salah satu elemen penting dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat dalam hal peningkatan derajat kesehatan. Kemampuan sarana dan

kesehatan fasilitas dapat dilihat dari cakupan fasilitas kesehatan yang terdapat diperkotaan,

Adapun beberapa jenis sarana kesehatan adalah :

BKIA (Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak)

. Kriteria Kebutuhan Sarana Kesehatan Luas

Lantai

minimum

(m2)

Luas

Lahan

minimum

(m2)

Standar

(m2/Jiwa)

Radius

Pencapaian

(m)

36 60 0,048 500

150 300 0,12 1000

1500 3000 0,1 4000

150 300 0,006 1500

420 1000 0,008 3000

18 - - 1500

120 250 0,025 1500

Page 12: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

2.3.3 Sarana Perekonomian Berkembangnya perekonomian suatu wilayah tidak terlepas dari kegiatan ekonomi

yang berada di wilayah tersebut. Hal ini erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan sehari-

hari masyarakat melalui perkembangan sarana perekonomian. Dasar dari perencanaan sarana

perekonomian ini sendiri didasarkan pada jumlah penduduk dan radius layanan minimal yang

dapat dilayani oleh satu sarana perekonomian.

Jika dilihat menurut skala layanannya, sarana perekonomian ini memiliki beberapa

tingkat pelayanan yang sebagai berikut :

1) Pertokoan, sarana perdagangan ini menjual barang sehari-hari bagi masyarakat. Berbeda

dengan toko dan warung kecil, pertokoan biasanya menyediakan pilihan barang yang

variatif dan lebih lengkap. Pertokoan ini memiliki skala layanan tingkat Rukun Warga atau

sekitar 6.000 jiwa. Luas lahan minimal yang dibutuhkan untuk satu pertokoan adalah

3.000 meter persegi yang juga harus dilengkapi dengan fasilitas pelengkap seperti tempat

parkir dan pos keamanan.

2) Pusat pertokoan dan pasar lingkungan, sarana perdagangan ini juga menjual berbagai

macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Hanya saja, dalam skala yang lebih besar

yaitu skala pelayanan kelurahan atau mampu melayani sekitar 30.000 jiwa. Luas minimal

lahan yang diperlukan untuk membangun sebuah pasar lingkungan adalah 10.000 meter

persegi dan harus dilengkapi dengan fasilitas pelengkap seperti tempat ibadah, tempat

parkir, tempat pemberhentian angkutan umum, pos keamanan dan sebuah sistem

pemadam kebakaran.

3) Pusat perbelanjaan, sarana perekonomian ini dapat dikatakan lebih lengkap dibandingkan

sarana perdagangan lainnya karena tidak hanya melayani pemenuhan kebutuhan sehari-

hari namun juga terdapat kegiatan-kegiatan lain seperti pelayanan jasa, perbankan,

industri kecil dan perkantoran. Skala pelayanan pusat perbelanjaan adalah mampu

melayani 120.000 penduduk dengan luas minimal lahan adalah 36.000 meter persegi dan

dilengkapi dengan fasilitas parkir, pos keamanan, tempat ibadah, pemberhentian

angkutan umum, dan sistem pemadam kebakaran.

Tabel 2.7. Kriteria Sarana Perdagangan dan Niaga

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Per Satuan SaranaLuas

Lantai Min. (m2)

Luas Lahan

Min. (m

1. Toko/ Warung 250

50 (termasuk gudang)

100(bila

berdiri sendiri)

2. Pertokoan 6.000 1.200 3.000

3.

Pusat Pertokoan +

Pasar lingkungan

30.000 13.500 10.000

4.

Pusat Perbelanjaan

dan Niaga (toko + pasar

+bank + kantor)

120.000 36.000 36.000

Sumber : SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota 2.2.4. Sarana dan Prasarana Transportasi

Dalam perencanaan pengembangan wilayah, transportasi memegang peranan

vital dalam aliran barang, jasa dan manusia. Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan

yang sangat penting di kota, karena berkaitan dengan kebutuhan setiap orang yang ada

wilayah. Berkembangnya suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh adanya kemudahan

dari suatu tempat ke tempat kegiatan lainnya.

Dalam merencanakan transportasi suatu wilayah harus dilakukan analisis secara lengkap

dan mendalam. Dengan analisis dan pendekatan yang tepat maka akan dapat men

system transportasi yang tepat untuk suatu wilayah.

II-12

. Kriteria Sarana Perdagangan dan Niaga Kebutuhan Per Satuan Sarana Stan

dar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lahan

Min. (m2)

Radius Pencapai

an

Lokasi dan Penyelesaian

100 (bila

berdiri sendiri)

0,4 300 m2

Di tengah kelompok tetangga. Dapat

merupakan bagian dari sarana lain.

3.000 0,5 2.000 m2 Di pusat kegiatan sub lingkungan, KDB 40%. Dapat berbentuk P&D

10.000 0,33 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

36.000 0,3

Terletak di jalan utama. Termasuk sarana parkir

sesuai ketentuan setempat.

1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

Dalam perencanaan pengembangan wilayah, transportasi memegang peranan yang sangat

Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan

yang sangat penting di kota, karena berkaitan dengan kebutuhan setiap orang yang ada di suatu

dipengaruhi oleh adanya kemudahan (aksesbilitas)

Dalam merencanakan transportasi suatu wilayah harus dilakukan analisis secara lengkap

dan mendalam. Dengan analisis dan pendekatan yang tepat maka akan dapat menentukan model

system transportasi yang tepat untuk suatu wilayah.

Page 13: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

Tabel 2.8. Kriteria Kelas Jalan dan Fungsinya

Fungsi Peranan Jalan

Arteri Kolektor Lokal

Aktivitas utama

1. Pergerakan cepat 2. Perjalanan jauh 3. Tidak ada pejalan kaki dan akses langsung

1. Perjalanan jarak sedang

2. Menuju ke jaringan primer

3. Pelayanan angkutan umum

4. Lalu- lintas terus menerus memperhatikan kondisi lingkungan sekitar

1. Pergerakan kendaraan dekat awal/akhir perjalanan

2. Tempat henti angkutan umum

Pergerakan pejalan kaki

Tidak ada, kecuali diberi pemisah secara vertikal

Aktivitas pejalan kaki dibatasi dengan memperhatikan aspek keselamatan

Penyeberangan dikontrol dengan kanalisasi (zebra cross)

Aktivitas kendaraan

berat angkutan barang

Sesuai untuk semua kendaraan berat, khususnya perjalanan menerus

Perjalanan menerus Diminimalkan

Perjalanan menerus diminimalkan

Akses kendaraan ke

individual pemilikan (tata guna

lahan)

Tidak ada, dipisahkan dari jaringan untuk kepentingan lalu-lintas nasional/regional

Tidak ada, terpisah dari pusat kegiatan utama

Beberapa menuju ke pusat kegiatan yang penting

Pergerakan lalu lintas lokal

Sangat kecil, pengaturan jarak persimpangan akan membatasi pergerakan lokal

1.Beberapa, hanya beberapa lokasi yang dilayani

2.Pengaturan jarak persimpangan

Aktivitas utama

Pergerakan lalu-

lintas menerus

Fungsi utama untuk lalu-lintas jarak jauh

Fungsi utama untuk lalu-lintas jarak sedang

Tidak ada

Kecepatan kendaraan/

batas kendaraan

Lebih dari 40 mil /jam tergantung pada geometrik jalan

1.Berkisar antara 30-40 mil/jam

2.Ada pengurangan kecepatan pada daerah padat

1 Dibatasi 30 mil/ jam 2.Pengurangan

kecepatan dengan pengaturan layout jalan

Sumber : SNI 03-1733-1989

2.2.5. Sarana Peribadatan

Penyediaan sarana ibadah dalam suatu wilayah terkait dengan penempatan (distribusi)

dan jumlah yang dibutuhkan adalah dengan melihat struktur masyarakat yang telah terbentuk

di lingkungan permukiman. Untuk memenuhi kebutuhan beribadatan masyarakat ini perlu

direncanakan secara baik dengan mengikuti peraturan

Cakupan layanan dari sebuah sarana ibadah berkitan dengan radius layanan dan jumlah

penduduk agama tertentu dalam suatu kawasan atau wilayah.

Adapun yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sarana peribadatan adalah :

1) Langgar/Mushola untuk 250 penduduk dengan luas minimal lahan 45 meter persegi.

2) Masjid untuk 2500 jiwa, dengan luas minimal lahan 300 meter persegi

3) Masjid kelurahan untuk setiap 30.000 jiwa dengan luas lahan minimal 1800 meter persegi

4) Masjid kecamatan untuk setiap 120.000 jiwa dengan luas minimal 3600 meter persegi

Di atas adalah merupakan kriteria untuk sarana peribadatan agama islam. Untuk agama

lainnya mengikuti kebiasaan masyarakatnya seperti misalnya Kristen mengikuti paroki, budha

mengikuti system kelembagaan dan hindu sistem adat istiadat.

Tabel 2.9. Kriteria Sarana Peribadatan

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Per Satuan Sarana

Luas Lantai Min. (m2)

1. Mushol

a/ langgar

250 45

2. Mesjid Warga 2.500 300

Bersambung…

II-13

ibadah dalam suatu wilayah terkait dengan penempatan (distribusi)

dan jumlah yang dibutuhkan adalah dengan melihat struktur masyarakat yang telah terbentuk

di lingkungan permukiman. Untuk memenuhi kebutuhan beribadatan masyarakat ini perlu

ara baik dengan mengikuti peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan.

Cakupan layanan dari sebuah sarana ibadah berkitan dengan radius layanan dan jumlah

penduduk agama tertentu dalam suatu kawasan atau wilayah.

Adapun yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sarana peribadatan adalah :

Langgar/Mushola untuk 250 penduduk dengan luas minimal lahan 45 meter persegi.

Masjid untuk 2500 jiwa, dengan luas minimal lahan 300 meter persegi

30.000 jiwa dengan luas lahan minimal 1800 meter persegi

Masjid kecamatan untuk setiap 120.000 jiwa dengan luas minimal 3600 meter persegi

Di atas adalah merupakan kriteria untuk sarana peribadatan agama islam. Untuk agama

rakatnya seperti misalnya Kristen mengikuti paroki, budha

mengikuti system kelembagaan dan hindu sistem adat istiadat.

. Kriteria Sarana Peribadatan

Kebutuhan Per Satuan Sarana Stan

dar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lantai

Luas Lahan Min. (m2)

Radius Pencapai

an

Lokasi dan Penyelesaian

100 (bila

bangunan tersendiri)

0,36 100 m2

Ditengah kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian dari bangunan sarana lain

600 0,24 1.000 m2

Di tengah kelompok tetangga tidak menyebrang jalan raya. Dapat bergabung dalam lokasi balai warga.

Page 14: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

Lanjutan….

3.

Masjid Lingkun

gan Kelurah

an

30.000 1.800 3.600 0,12

Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

4. Masjid

Kecamatan

120.000 3.600 5.400 0,03

Berdekatan dengan pusat lingkungan / kelurahan. Sebagian sarana berlantai 2, KDB 40%

5.

Sarana ibadah agama

lain

Tergantung sistem

kekerabatan / hirarki lembaga

Tergantung kebiasaan setempat

Tergantung kebiasaan setempat

- - -

Sumber : SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota 2.2.6. Sarana dan Prasarana Pembuangan Limbah

A. Sarana Persampahan

Kriteria Pelayanan Prasarana Persampahan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.10. Kriteria Sarana Persampahan

Lingkup Prasarana

Prasarana Keterangan Sarana

Pelengkap Status Dimensi

Rumah (5 jiwa) Tong sampah Pribadi - -

RW (2.500 jiwa)

Gerobak sampah TPS

2 m2

Jarak bebas TPS

dengan lingkungan

hunian minimal

30m

Gerobak mengangkut 3x

seminggu Bak sampah kecil 6 m2

Kelurahan (30.000 jiwa)

Gerobak sampah TPS

2 m2 Gerobak mengangkut 3x

seminggu Bak sampah besar 12 m2

Kecamatan (120.000

jiwa)

Gerobak sampah TPS/ TPA lokal

- Gerobak mengangkut 3x

seminggu Bak sampah besar 25 m2

Kota (> 480.000

jiwa)

Bak sampah akhir TPA

- - Tempat daur

ulang sampah -

Sumber : SNI 03-1733-2004

Ketersedian sarana dan prasarana persampahan sangat penting dalam upaya

peningkatan kesehatan dan estetika fisik kota yang juga harus di atur oleh sistem

dan terintegrasi. Adapun skala pelayanan untuk sarana persampahan dibagi menjadi

wilayah dengan pelayanan intensif yaitu pusat kota, hutan kota, perdagangan, wilayah

dengan pelayanan menengah : permukiman teratur, komplek pendidikan, perkantora

kesehatan, dan industri , dan wilayah dengan pelayanan rendah seperti daerah pinggiran

kota.

B. Pembuangan Air Limbah

Aktivitas yang terjadi di perkotaan setiap harinya menghasilkan produk buangan

atau disebut limbah, baik dari kegiatan rumah tangga, industri maupun kegiatan lainnya.

Limbah atau produk buangan ini harus di kelola dengan baik agar tidak merusak

lingkungan perkotaan. Ketersediaan sarana pembuangan limbah yang memadai dari jumlah

dan distribusi harus dikelola melalui system yang terintegrasi. Elemen jaringan pengelolaan

limbah yang harus ada di perumahan adalah :

1) Bidang resapan

2) Septic tank

3) Jaringan pemipaan air limbah

2.2.7. Sarana dan Prasarana Pertanian

Bagi wilayah yang perekenomiannya ditopang oleh kegiatan pertanian, kegiatan irigasi

sangat penting untuk mendukung kegiatan pertanian dan menjaga produktivitas hasil. Untuk itu

perencanaan irigasi harus diupayakan secara matang menggunakan pendekatan

tepat dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tujuan dari irigasi atau pengairan itu sendiri

adalah :

1) Menjaga kesuburan tanah untuk pertanian

2) Ketersediaan air

Adapun tahapan rencana sarana irigasi adalah (menurut Dirjen Pengairan):

1) Tahapan pendahuluan : Pengukuran (peta topografi, penelitian kemampuan tanah),

menentukan letak bangunan, tata letak jaringan, petak tersier, trase saluran, jaringan dan

bangunan pembuang. Termasuk análisis hidrologi.

2) Tahap perencanaan akhir : Pengukuran dan penyelidikan hidrometri, topografi, geologi,

model hidrolis,dan laporan akhir.

II-14

prasarana persampahan sangat penting dalam upaya

peningkatan kesehatan dan estetika fisik kota yang juga harus di atur oleh sistem yang baik

dan terintegrasi. Adapun skala pelayanan untuk sarana persampahan dibagi menjadi

wilayah dengan pelayanan intensif yaitu pusat kota, hutan kota, perdagangan, wilayah

dengan pelayanan menengah : permukiman teratur, komplek pendidikan, perkantoran,

kesehatan, dan industri , dan wilayah dengan pelayanan rendah seperti daerah pinggiran

Aktivitas yang terjadi di perkotaan setiap harinya menghasilkan produk buangan

atau disebut limbah, baik dari kegiatan rumah tangga, industri maupun kegiatan lainnya.

Limbah atau produk buangan ini harus di kelola dengan baik agar tidak merusak

perkotaan. Ketersediaan sarana pembuangan limbah yang memadai dari jumlah

dan distribusi harus dikelola melalui system yang terintegrasi. Elemen jaringan pengelolaan

limbah yang harus ada di perumahan adalah :

Bagi wilayah yang perekenomiannya ditopang oleh kegiatan pertanian, kegiatan irigasi

sangat penting untuk mendukung kegiatan pertanian dan menjaga produktivitas hasil. Untuk itu

n secara matang menggunakan pendekatan-pendekatan yang

pertimbangan tertentu. Tujuan dari irigasi atau pengairan itu sendiri

Menjaga kesuburan tanah untuk pertanian

ah (menurut Dirjen Pengairan):

Tahapan pendahuluan : Pengukuran (peta topografi, penelitian kemampuan tanah),

menentukan letak bangunan, tata letak jaringan, petak tersier, trase saluran, jaringan dan

bangunan pembuang. Termasuk análisis hidrologi.

erencanaan akhir : Pengukuran dan penyelidikan hidrometri, topografi, geologi,

Page 15: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

Selain itu terdapat juga beberapa jenis irigasi yaitu :

1) Irigasi lokal

Irigasi ini mengalirkan air melalui pipa atau biasa disebut pipanisasi. Irigasi ini hanya

menyalurkan air untuk pertanian lokal.

2) Irigasi Permukaan

Sistem irigasi ini menyadap langsung air dari sungai melalui bendungan maupun

pengambilan langsung dan menggunakan prinsip gravitasi.

3) Irigasi Pompa Air

Sistem irigasi ini mengambil air dari sumber air langsung menggunakan pompa kemudian

dialirkan ke lahan-lahan pertanian.

2.2.8. Prasarana Air Bersih

Penyediaan air bersih ini berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

secara ideal harus mampu melayani seluruh lapisan masyarakat. Komponen jaringan air bersih

yang harus tersedia dalam merencanakan suatu wilayah adalah kebutuhan air bersih, jaringan air

bersih, kran umum dan hidran kebakaran. Adapun kriteria yang harus dipenuhi :

Tabel 2.11. Kriteria Penyediaan Jaringan Air Bersih Elemen Kriteria

Penyediaan Air Bersih

1) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan

yang berlaku 2) Tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan

halaman.

Penyediaan Air Bersih

1) harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah.

2) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass

3) pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP

Penyediaan Kran Umum

1) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa 2) radius pelayanan maksimum 100 meter;

3) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari 4) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-

1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum

Hidran Kebakaran

1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter 2) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter

3) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter 4) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat

sumur-sumur kebakaran 5) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989

Sumber SNI 03-1733-2004

2.2.9. Sarana dan Prasarana Komunikasi

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah (Menurut

tentang tata cara perencanaan lingkungan):

A. Penyediaan Kebutuhan Sambungan Telepon

a. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon

umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan

menggunakan asumsi berdasarkan t

1) R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2

2) R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1

3) R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0

b. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sa

250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat

lingkungan RT tersebut;

c. Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius

bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m;

d. Penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area

ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan dengan bangunan

sarana lingkungan; dan

e. Penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan dan

panas matahari) yang dapat diin

pemakai telepon umum tersebut.

B. Penyediaan Jaringan Telepon

a. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan dan

jaringan telepon ke hunian;

b. Jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan pergerakan (jaringan

jalan) dan jaringan prasarana / utilitas lain;

c. Tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija pada sisi jalur hijau yang

tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar;

d. Stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000

radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai

pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

II-15

Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah (Menurut SNI

Penyediaan Kebutuhan Sambungan Telepon

Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon

umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan

menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut:

1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah

2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan /rumah

3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/rumah

kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap

250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan

Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius

400 m;

wat telepon umum diutamakan di area-area publik seperti

ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan dengan bangunan

Penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan dan

panas matahari) yang dapat diintegrasikan dengan kebutuhan kenyamanan

pemakai telepon umum tersebut.

Tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan dan

Jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan pergerakan (jaringan

jalan) dan jaringan prasarana / utilitas lain;

Tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija pada sisi jalur hijau yang

tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar; dan

Stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan

5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai

pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

Page 16: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

2.2.10. Sarana dan Prasarana Listrik

Ketersediaan listrik sangat penting dalam mendukung aktivitas masyarakat dalam suatu

wilayah. Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan listrik yang harus disediakan pada

lingkungan perumahan di perkotaan adalah:

a. Kebutuhan daya listrik; dan

b. Jaringan listrik.

Adapun persyaratan ataupun kriteria yang harus dipenuhi dalam merencanakan prasarana

jaringan listrik adalah sebagai berikut :

Tabel 2.12. Kriteria Prasarana Jaringan Listrik Elemen Kriteria

Penyediaan Kebutuhan Daya

Listrik

1) setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber lain

2) setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar

40% dari total kebutuhan rumah tangga.

Penyediaan Jaringan Listrik

1) disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan

berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun 2) disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan

pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar

3) disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum

4) adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah

5) sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal

Sumber : SNI 03-1733-2004 2.2.11. Prasarana Drainase

Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan

penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan

perumahan di perkotaan. Adapun bagian dari jaringan drainase adalah:

Tabel 2.13. Bagian Jaringan DrainaseSarana

Badan penerima air Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)

Bangunan Pelengkap Gorong-gorong Pertemuan saluran Bangunan terjunan Jembatan Street inlet Pompa Pintu Air

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Dalam perencanaan jaringan drainase, beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah :

Tabel 2.14. Aspek Jaringan DrainaseAspek

Fisik Dasar kemiringan wilayah, sifat fisik tanah dan batuan, pola aliran permukaan dan curah hujan

Kependudukan jumlah, pertambahan, struktur, kepadatan, dan sebarannya

Adapun fungsi dari jaringan drainase adalah :

1) Mengalirkan air dari permukaan jalan dan

2) Mencegah kerusakan lingkungan akibat aliran air

3) Mencegah air masuk ke perkerasan jalan

4) Pengendalian banjir

2.2.12. Sarana Ruang Terbuka dan Olahraga

Menurut Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988 menyatakan ruang terbuka hijau yang

populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam

pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga

kehidupan wilayah perkotaan merupakan komponen berwawasan lingkungan, yan

arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Adapun

persyaratan dan kriteria ruang terbuka dalam suatu wilayah sebagai berikut :

II-16

. Bagian Jaringan Drainase

Prasarana Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau) Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)

gorong Pertemuan saluran Bangunan terjunan

Street inlet

2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Dalam perencanaan jaringan drainase, beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah :

. Aspek Jaringan Drainase Keterangan

kemiringan wilayah, sifat fisik tanah dan batuan, pola aliran permukaan dan curah hujan jumlah, pertambahan, struktur, kepadatan, dan

Mengalirkan air dari permukaan jalan dan dialirkan melalui saluran samping.

Mencegah kerusakan lingkungan akibat aliran air

Ruang Terbuka dan Olahraga

Menurut Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988 menyatakan ruang terbuka hijau yang

populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam

pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga

kehidupan wilayah perkotaan merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai

arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Adapun

persyaratan dan kriteria ruang terbuka dalam suatu wilayah sebagai berikut :

Page 17: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

Tabel 2.15. Kriteria Sarana Ruang Terbuka No Jenis

Sarana Jumlah

Penduduk Pendukung

Jiwa

Kebutuhan Luas

Lahan Min (m2)

Standar (m2/jiwa)

Radius Pencapaian

(m)

Kriteria Lokasi dan

Penyelesaian

1. Taman/ Tempat Main

250 250 1 100 Di tengah kelompok tetangga

2. Taman/ Tempat Main

2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan lingkungan

3. Taman dan Lapangan Olah Raga

30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

4. Taman dan Lapangan Olah Raga

120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan utama. Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

5. Jalur Hijau - - 15 m Terletak menyebar 6. Kuburan /

Pemakaman Umum

120.000 Mempertimbangkan radius pencapaian dan area yang dilayani

Sumber : SNI 03-1733-1989, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. 2.2.13. Sarana Pemerintahan

Penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan erat kaitannya dengan pelayanan yang

diberikan pemerintah terhadap masyarakat. Adapun yang termasuk sarana pemerintahan dan

pelayanan umum adalah kantor administrasi pemerintahan, kantor pos, kantor PDAM, PLN,

Telepon, kantor polisi, pemadam kebakaran dan lain-lain.

Untuk tingkat pelayanannya sendiri dapat dilihat dari level administrasi RW, Kelurahan

hingga kecamatan. Berikut adalah kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum yang

berada pada tingkat kecamatan (mampu melayani 120.000 jiwa penduduk) :

1) Kantor Kecamatan dengan luas minimum 2500 푚

2) Kantor Pemadam kebakaran dengan luas minimum 1000 푚

3) Kantor Polisi dengan luas minimum 1000 푚

4) Parkir Umum dengan luas minimum 2000 푚

5) Gedung serba guna dengan luas minimum 2500 푚

6) Kantor Pos pembantu dengan luas minimum 80 푚

7) Balai Nikah dengan luas minimum 750 푚

2.2.14. Sarana dan Prasarana Pariwisata

Kota merupakan wadah dari segala aktivitas manusia, mulai dari kegiatan ekonomi,

pendidikan, sosial, budaya hingga rekreasi. Sarana rek

sebuah kota sebagai tempat masyarakat menenangkan diri dari segala aktivitas sehari

rekreasi juga merupakan tempat bersosialisasi bagi masyarakat kota dan juga dapat menjadi

sumber pendapatan.

Tabel 2.16. Kriteria Sarana Pariwisata

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Per Satuan SaranaLuas

Lantai Min. (m2)

1. Balai Warga /

Balai Pertemuan

2.500 150

2.

Balai Serbaguna / Balai Karang

Taruna

30.000 250

3. Gedung Serbaguna

120.000 1.500

4. Gedung Bioskop

120.000 1.000

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan

II-17

Sarana dan Prasarana Pariwisata

Kota merupakan wadah dari segala aktivitas manusia, mulai dari kegiatan ekonomi,

pendidikan, sosial, budaya hingga rekreasi. Sarana rekreasi merupakan elemen penting dari

sebuah kota sebagai tempat masyarakat menenangkan diri dari segala aktivitas sehari-hari. Area

rekreasi juga merupakan tempat bersosialisasi bagi masyarakat kota dan juga dapat menjadi

Kriteria Sarana Pariwisata Kebutuhan Per Satuan Sarana

Standar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lahan Min. (m2)

Radius Pencapaian

Lokasi dan Penyelesaian

300 0,12 100 m2

Di tengah kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian dari bangunan sarana lain

500 0,017 100 m2 Di pusat lingkungan

3.000 0,025 100 m2

Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

2.000 0,017 100 m2

Terletak di jalan utama. Dapat merupakan bagian dari pusat perbelanjaan

2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Page 18: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

2.3. METODE ANALISIS PEREKONOMIAN

Analisis kegiatan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengetahui potensi dan

permasalahan kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Demak. Analisis kegiatan ekonomi ini

selanjutnya akan digunakan dalam menentukan kebijakan serta sasaran agar perencanaan

pembangunan dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam data

statistik untuk dasar penentuan strategi dan kebijaksanaan agar sasaran pembangunan dapat

dicapai dengan tepat. Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas mutlak diperlukan

untuk memberikan gambatan tentang keadaan pada masa lalu dan masa kini serta sasaran-

sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

menjadi dasar dalam menganalisis kegiatan ekonomi di Kabupaten Demak. Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) juga dapat digunakan sebagai tolak ukur kesejahteraan masyarakat di

Kabupaten Demak. Namun, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini belum menggambarkan

secara utuh dan detail mengenai kesejahteraan masyarakat karena Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) ini menggambarkan pendapatan secara keseluruhan sehingga gambaran mengenai

kesenjangan ekonomi tidak dapat diketahui. Cara pengukurannya menggunakan indeks

Williamson.

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk

mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah/wilayah dalam suatu periode tertentu. PDRB juga

dapat diartikan sebagai keseluruhan hasil produksi yang diperoleh dari seluruh lapangan usaha

yang ada di suatu wilayah yang dinilai dengan satuan uang.

Analisis PDRB digunakan untuk melihat kemampuan suatu daerah/wilayah dalam

mengelola sumber daya yang dimilikinya, juga untuk melihat pola yang berbeda-beda dari hasil

pembangunan ekonomi yang disebabkan oleh perbedaan kepemilikan sumber daya alam, kondisi

infrastruktur, dan faktor produksi yang tersedia. Secara kuantitatif PDRB merupakan nilai barang

dan jasa, oleh karena itu PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.

PDRB dapat dibedakan menjadi beberapa agregat PDRB yaitu PDRB atas dasar harga

berlaku, PDRB atas dasar harga konstan, PDRB atas dasar harga pasar, PDRN atas dasar harga

pasar, PDRN atas dasar biaya faktor, pendapatan regional dan pendapatan perkapita. Dalam

menganalisis ekonomi wilayah, agregat PDRB yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga

berlaku, PDRB atas dasar harga konstan dan pendapatan perkapita.

a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah

pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.

b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau

pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap (harga pada tahun dasar) yang digunakan

dalam setahun.

2.4.1. PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita

PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita merupakan pendapatan rata

penduduk di suatu wilayah. Pendapatan

regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan perkapita ini biasa

digunakan untuk mengukur pendapatan rata

kesejahteraan penduduk. Secara matematis dapat

2.4.2. Struktur Perekonomian

Struktur ekonomi digunakan untuk melihat susunan atau komposisi sektor

ekonomi yang dibangun. Struktur ekonomi merupakan perbandingan antara nilai PDRB dari

setiap sektor dibandingkan dengan nilai PDRB total.

kontribusi masing-masing sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar dan

yang terkecil. Struktur ekonomi berguna untuk mengetahui dan menghitung seberapa besar

peran suatu sektor dalam perekonomian suatu w

Struktur ekonomi dapat dibagi menjadi tiga sektor, yaitu:

1. Sektor Primer (Pertanian, Pertambangan dan Penggalian)

2. Sektor Sekunder (Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih dan Bangunan)

3. Sektor Tersier (Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengankutan dan Komunikasi,

Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan dan Jasa

II-18

PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau

pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.

PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau

inilai atas dasar harga tetap (harga pada tahun dasar) yang digunakan

PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita

PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita merupakan pendapatan rata

penduduk di suatu wilayah. Pendapatan perkapita merupakan PDRB dan pendapatan

regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan perkapita ini biasa

digunakan untuk mengukur pendapatan rata-rata penduduk dan menentukan UMR serta

kesejahteraan penduduk. Secara matematis dapat dirumuskan:

Struktur ekonomi digunakan untuk melihat susunan atau komposisi sektor-sektor

ekonomi yang dibangun. Struktur ekonomi merupakan perbandingan antara nilai PDRB dari

setiap sektor dibandingkan dengan nilai PDRB total. Melalui pendekatan ini, dapat dilihat

masing sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar dan

yang terkecil. Struktur ekonomi berguna untuk mengetahui dan menghitung seberapa besar

peran suatu sektor dalam perekonomian suatu wilayah, yang dirumuskan sebagai berikut:

Struktur ekonomi dapat dibagi menjadi tiga sektor, yaitu:

Sektor Primer (Pertanian, Pertambangan dan Penggalian)

Sektor Sekunder (Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih dan Bangunan)

(Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengankutan dan Komunikasi,

Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan dan Jasa-Jasa)

Page 19: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

2.4.3. Distribusi Per Sektor Ekonomi

Uraian sektoral mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan

sub sektor. Pembagian uraian sektoral ini mengikuti pola Klasifikasi Lapangan Usaha

Indonesia (KLUI) sebagai rekomendasi dari SNA 2000 yang menggunakan sembilan sektor.

Klasifikasi menurut lapangan usaha ini lebih umum digunakan dalam pembagian sektor

dalam PDRB. Selain itu juga untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan data PDRB

antar daerah. Berikut merupakan kasifikasi sektoral menurut lapangan usaha:

a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian terdiri dari lima sub sektor, yaitu tanaman bahan makanan, tanaman

perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian terdiri dari tiga sub sektor, yaitu minyak dan

gas bumi, pertambangan tanpa migas dan penggalian.

c. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan terdiri dari dua sub sektor, yaitu industri migas dan

industri non migas. Industri migas terbagi lagi atas pengilangan minyak bumi dan gas

alam cair. Sedangkan industri non migas ini merupakan gabungan dari industri besar,

industri sedang dan industri kecil. Yang termasuk dalam industri non migas yaitu

industri makanan, minuman dan tembakau, tekstil, barang dari kulit dan alas kaki,

barang kayu dan hasil hutan lainnya, kertas dan barang cetakan, pupuk, kimia dan

barang dari karet, semen dan barang galian bukan logam, logam dasar besi dan baja,

alat angkutan, mesin dan peralatannya serta barang lainnya.

d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor listri, gas dan air bersih terdiri dari tiga sub sektor, yaitu listrik, gas kota dan

air bersih.

e. Sektor Bangunan

Sektor bangunan khusus terdiri dari sub sektor bangunan atau konstruksi.

f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdaganan, hotel dan restoran terdiri dari tiga sub sektor, yaitu perdaganan

besar dan eceran, hotel dan restoran.

g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi terdiri dari dua sub sektor, yaitu pengangkutan

dan komunikasi. Sub sektor pengangkutan terbagi lagi atas angkutan rel, angkutan

jalan raya, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, ang

udara serta jasa penunjang angkutan. Sedangkan sub sektor komunikasi terbagi atas

pos dan komunikasi serta jasa telekomunikasi.

h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdiri dari lima sub sek

bank, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan

jasa perusahaan.

i. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa terdiri dari dua sub sektor, yaitu pemerintahan umum dan swasta.

Sub sektor swasta mencakup jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi

serta jasa perorangan dan rumah tangga.

2.4.4. Laju pertumbuhan

Laju pertumbuhan ekonomi digunak

suatu wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dihitung melalui selisih PDRB

pada tahun tertentu dengan PDRB pada satu tahun sebelumnya di bandingkan dengan PDRB

pada satu tahun sebelumnya. Secara matematis dapat dirumuskan dengan:

푃퐷푅퐵 = 푛푖푙푎푖 푃퐷푅퐵 푝푎푑푎 푡푎ℎ푢푛

푃퐷푅퐵 − = 푛푖푙푎푖 푃퐷푅퐵 푝푎푑푎 푠푎푡푢

2.4.5. Analisis Location Quotient

Analisis LQ merupakan cara untuk mengklasifikasikan sektor

unggulan melalui indikator besarnya peranan sektor tersebut terhadap perekonomian

daerah. Analisis LQ ini, biasa digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi yang menjadi

leading sektor atau sektor basis pada suatu wilayah. LQ diukur dengan menggunakan

perbandingan antara rasio sektor dengan total PDRD di daerah yang lebih luas.

II-19

jalan raya, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, angkutan

udara serta jasa penunjang angkutan. Sedangkan sub sektor komunikasi terbagi atas

pos dan komunikasi serta jasa telekomunikasi.

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdiri dari lima sub sektor, yaitu

bank, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan

jasa terdiri dari dua sub sektor, yaitu pemerintahan umum dan swasta.

Sub sektor swasta mencakup jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi

serta jasa perorangan dan rumah tangga.

Laju pertumbuhan ekonomi digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi pada

suatu wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dihitung melalui selisih PDRB

pada tahun tertentu dengan PDRB pada satu tahun sebelumnya di bandingkan dengan PDRB

matis dapat dirumuskan dengan:

푡푒푟푡푒푛푡푢

푠푎푡푢 푡푎ℎ푢푛 푠푒푏푒푙푢푚푛푦푎

Analisis LQ merupakan cara untuk mengklasifikasikan sektor-sektor yang menjadi

unggulan melalui indikator besarnya peranan sektor tersebut terhadap perekonomian

daerah. Analisis LQ ini, biasa digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi yang menjadi

atau sektor basis pada suatu wilayah. LQ diukur dengan menggunakan

perbandingan antara rasio sektor dengan total PDRD di daerah yang lebih luas.

Page 20: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

Variabel yang dibandingkan dalam perhitungan ini pada umumnya adalah kontribusi

dalam PDRB, jumlah lapangan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja. Kisaran nilai LQ yaitu:

a. LQ > 1 wilayah tersebut memiliki spesialisasi terhadap sektor yang bersangkutan

dan dapat dijadikan menjadi sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari 1 mengindikasikan

adanya surplus prosuksi pada sektor yang bersangkutan dan memiliki potensi untuk

diekspor.

b. LQ = 1 kontribusi sektor yang bersangkutan hanya dapan untuk memenuhi

kebutuhan itu sendiri (self sufficient) dan tidak memiliki surplus produksi.

c. LQ < 1 wilayah tersebut tidak memiliki spesialisasi terhadap sektor yang

bersangkutan dan merupakan sektor non basis. Nilai LQ yang kurang dari satu

mengindikasikan bahwa wilayah tersebut masih kurang dalam memenuhi kebutuhan

wilayahnya sendiri dan kemungkinan memiliki kecenderungan untuk mengimpor dari

daerah lain.

2.4.6. Analisis Shift Share

Analisis shift share adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah sektor-

sektor basis tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan. Analisis shift share ini memiliki

dasar pemikiran bahwa pertimbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh pertumbuhan

ekonomi, sektotal dan daya saing. Analisis shift share membagi pertumbuhan wilayah

menjadi tiga komponen yaitu pertumbuhan ekonomi nasional, pergeseran proporsional atau

bauran industri dan pergeseran deferensial. Secara matematis analisis shift share

dirumuskan:

퐷 = 푃푒푟푡푢푚푏푢ℎ푎푛 푊푖푙푎푦푎ℎ

푁 = 푃푒푟푡푢푚푏푢ℎ푎푛 퐸푘표푛표푚푖 푊푖푙푎푦푎ℎ 푦푎푛푔 퐿푒푏푖ℎ 퐿푢푎푠

푀 = 푃푒푟푔푒푠푒푟푎푛 푃푟표푝표푟푠푖표푛푎푙

퐶 = 푃푒푟푔푒푠푒푟푎푛 퐷푒푓푒푟푒푛푠푖푎푙

Analisis shift-share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor di

suatu wilayah dengan wilayah nasional. Analisis shiftshare lebih tajam dibandingkan dengan

analisis LQ karena analisis shift-share memberikan penjelasan atas faktor penyebab

perubahan beberapa variabel. Variabel yang digunakan dalam analisis ini antara lain variabel

lapangan kerja dan nilai tambah.

Analisis shift-share dapat digunakan untuk mengidentifikasikan sektor

mempunyai keunggulan kompetitif (daya saing) yang kuat dan mana yang

analisis ini, kinerja perekonomian suatu wilayah menyangkut 3 hal yang berkaitan, yaitu:

a. Pertumbuhan ekonomi (economic growth

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar kontribusi suatu daerah dalam kait

PDRB pada wilayah yang lebih luas.

b. Pergeseran proporsional (proportional shift

Pergeseran proporsional (proportional shift

apakah perekonomian pada suatu wilayah terkonsentrasi pada industri

yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian nasional. Jika nilai

shift suatu sektor positif berarti sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibanding

perekonomian nasional. Sebaliknya, jika nilai

negatif berarti sektor tersebut tumbuh lebih lambat atau bahkan sedang merosot

dibanding perekonomian nasional.

c. Pergeseran diferensial (differential shift

Pergeseran diferensial (differential shift

sektor yang mempunyai keunggulan kompet

tertentu. Jadi, suatu wilayah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti

sumber daya yang melimpah/efisien, akan mempunyai

positif, sedangkan wilayah yang secara lokasional tidak menguntungkan

mempunyai nilai differential shift

Proportional shift dan differential shift

regional yang bersifat intern dan ekstern.

unsur-unsur luar yang bekerja secara nasional,

pengaruh faktor-faktor yang bekerja khusus di wilayah yang bersangkutan.

2.4.7. Analisis Typologi Klassen

Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing

Propinsi Jawa Tengah dapat diketahui dengan menggunakan analisis tipologi klassen.

Tipologi klassen ini membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan perkapita. Analisis tipologi klassen memberikan empat

karakteristik pola dan sturktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu:

II-20

dapat digunakan untuk mengidentifikasikan sektor-sektor yang

mempunyai keunggulan kompetitif (daya saing) yang kuat dan mana yang tidak. Dalam

wilayah menyangkut 3 hal yang berkaitan, yaitu:

economic growth)

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar kontribusi suatu daerah dalam kaitannya dengan pembentukan

PDRB pada wilayah yang lebih luas.

proportional shift)

proportional shift) digunakan untuk mengetahui

apakah perekonomian pada suatu wilayah terkonsentrasi pada industri-industri

yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian nasional. Jika nilai proportional

suatu sektor positif berarti sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibanding

perekonomian nasional. Sebaliknya, jika nilai propotional shift suatu sektor

tor tersebut tumbuh lebih lambat atau bahkan sedang merosot

dibanding perekonomian nasional.

differential shift)

differential shift) digunakan untuk menentukan sektor-

sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dalam suatu kurun waktu

tertentu. Jadi, suatu wilayah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti

sumber daya yang melimpah/efisien, akan mempunyai differential shift yang

positif, sedangkan wilayah yang secara lokasional tidak menguntungkan

shift yang negatif.

differential shift memisahkan unsur-unsur pertumbuhan

regional yang bersifat intern dan ekstern. Proportional shift adalah akibat dari pengaruh

unsur luar yang bekerja secara nasional, sedangkan differential shift adalah akibat dari

faktor yang bekerja khusus di wilayah yang bersangkutan.

Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing di

diketahui dengan menggunakan analisis tipologi klassen.

Tipologi klassen ini membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan perkapita. Analisis tipologi klassen memberikan empat

umbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu:

Page 21: BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Wilayah.pdf

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

KABUPATEN DEMAK| STUDIO ANALISIS WILAYAH

a. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (Kuadran I)

Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah cepat maju dan cepat tumbuh apabila

daerah tersebut mempunyai pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang

lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata daerah pembanding.

b. Daerah maju tertekan (Kuadran II)

Daerah maju tertekan yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita yang

tinggi namun tingkat pertumbuhan ekonominya rendah dibandingkan dengan daerah

pembanding.

c. Daerah berkembang cepat (Kuadran III)

Daerah berkembang cepat yaitu daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi,

tetapi tingkat pendapatan perkapitanya rendah di bandingkan denga rata-rata daerah

pembanding.

c. Daerah relatif tertinggal (Kuadran IV)

Daerah yang relatif tertinggal yaitu daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi

dan pendapatan perkapitanya rendah dibandingkan dengan rata-rata daerah

pembanding.

2.4.8. Dispritas/Kesenjangan Wilayah

Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui kesenjangan pendapatan atau

disparitas pendapatan adalah indeks atau koefisiensi variasi Williamson. Indikator yang

digunakan yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita atas dasar harga

konstan 2000 menurut kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Adapun cara menghitung

koefisiensi variasi Williamson (Tambunan, 2003) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Vw = Koefisiensi Variasi Williamson (Ketimpangan pendapatan antar daerah atau

kabupaten/kota) dengan nilai berkisar antara 0-1.

Yi = PDRB Per Kapita masing-masing Kabupaten/Kota atas dasar harga konstan 2000

Y = PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2000

Fi = Penduduk pertengahan tahun pada masing-masing kabupaten/kota.

N = penduduk pertengahan tahun propinsi Jateng.

Koefisiensi variasi Williamson (tingkat ketimpangan) yang diperoleh terletak antara

0 sampai dengan 1, semakin mendekati 0 berarti disparitas pendapatan antar daerah

kabupaten/kota semakin rendah atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi regional

terjadi secara merata. Tetapi jika koefisiensi variasi Williamson mendekati 1 maka disparitas

pendapatan daerah kabupaten/kota semakin tinggi serta mengindikasikan adanya

pertumbuhan ekonomi regional yang tidak merata.

II-21

nsi variasi Williamson (tingkat ketimpangan) yang diperoleh terletak antara

0 sampai dengan 1, semakin mendekati 0 berarti disparitas pendapatan antar daerah

kabupaten/kota semakin rendah atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi regional

rata. Tetapi jika koefisiensi variasi Williamson mendekati 1 maka disparitas

pendapatan daerah kabupaten/kota semakin tinggi serta mengindikasikan adanya

pertumbuhan ekonomi regional yang tidak merata.