BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/5352/4/DWI NOFIANA RAHMAWATI - BAB...dalam...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UMPrepository.ump.ac.id/5352/4/DWI NOFIANA RAHMAWATI - BAB...dalam...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitiana Terdahulu
Penelitian terdahulu yang mendasari penelitin yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Monalisa, (2012) dengan judul
“Pengalaman Ibu Merawat Anak Penderita Asma Yang Mengalami Masalah
Kualitas Hidup”. Tujuan dari penelitian tersebut untuk melihat gambaran
subyektivitas pengalaman seorang ibu memahami pandangan mereka terhadap
masalah yang ditemukan selama merawat anak penderita asma, serta
bagaimana ibu melakukan pendekatan dengan objek masalah dan
mengatasinya.
Desain penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi, pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dengan ukuran sampel tujuh orang rentang usia 28-36
tahun yang tinggal di salah satu daerah di provinsi jambi. Hasil penelitian
tersebut adalah kehadiran seorang ibu sangat penting untuk mendukung anak
penderita asma dalam aktivitas sehari-harinya, namun untuk memberikan
dukungan tersebut seorang ibu juga memerlukan informasi yang berguna
dalam merawat anak penderita asma di rumah saat terjadi kekambuhan.
Winangsit A(2014) meneliti pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perubahan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dalam memberikan
perawatan pada penderita asma di desa sruni musuk boyolali. Desain studi
menggunakan quasi eksperimental, subyeknya adalah keluarga penderita asma
di desa sruni boyolali. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional
random sampling. Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya pengaruh
pendidikan kesehatan keluarga dan sikap keluarga dalam memberikan
perawatan pada penderita asma.
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
6
Aliya, R. (2015) pada penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Konseling Apoteker Terhadap Hasil Terapi Pasien Asma Anak
diBalai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta” menunjukan
bahwa konseling yang diberikan apoteker mampu memberikan kemajuan hasil
terapi berupa penurunan frekuensi serangan pada pasien asma anak umur 5-12
tahun. Penelitian tersebut menggunakan metode quasi eksperimental dengan
desain pretest-postestonly dengan subyek penelitian adalah anak usia 5-12
tahun yang datang ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4).
Penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu “persepsi pasien asma
terhadap konseling yang diberikan oleh apoteker di apotek wilayah Kabupaten
Purbalingga”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
persepsi pasien asma terhadap konseling yang telah mereka dapatkan dari
apoteker terkait pengobatan penyakitnya serta mengetahui hubungan antara
karakteristik responden dengan perseps terhadap konseling yang diberikan
oleh apoteker di apotek. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional
dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling. Data dikumpulkan melalui survey langsung ke
apotek di wilayah Kabupaten Purbalingga menggunakan yang diberikan
kepada pasien asma yang memenuhi kriteria. Analisis data menggunakan
analisis univariatuntuk mengahasilkan persentase dan karakteristik ditribusi
dari setiap responden dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar
variabel.
B. Landasan Teori
1. Definisi Persepsi
Menurut Robbin, persepsi merupakan sebagai proses dimana
orang dapat mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang
dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap suatu
lingkungan (Notoatmodjo, 2010).
Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan
dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu
indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Dengan
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
7
persepsi individu dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di
sekitarnya maupun tentang hal yang ada di dalam diri individu yang
bersangkutan.
Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk
dalam perhatian kita. Faktor-faktor ini dapat kita bagi menjadi dua
kelompok besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal
merupakan faktor yang melekat pada suatu objek, sedangkan faktor
eksternal merupakan faktor yang terjadi bila ada stimulus dari orang yang
mempresentasikan hal tersebut.
1. Faktor Eksternal
a. Kontras: cara paling mudah untuk menarik perhatian seseorang
yaitu dengan kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.
1) Kontras warna: jika kita mendaki gunung maka kita harus
memakai pakaian yang berwarna mencolok seperti warna
jingga, supaya memudahkan pencarian bila kita tersesat.
2) Kontras ukuran: cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan
iklan, dimana mereka akan membuat papan iklan yang besar
untuk menarik perhatian.
3) Kontras bentuk: jika kita berbadan gemuk kemudian kita
berkumpul diantara orang yang berbadan kurus maka kita akan
cepat menjadi perhatian.
4) Kontras gerakan: gerakan akan menarik perhatian kita jika
benda-benda lainnya diam.
b. Perubahan intestinal: suara yang pelan berubah menjadi keras, atau
cahaya yang awalnya redup menjadi terang akan menarik perhatian
kita.
c. Pengulangan: iklan yang sering diulang-ulang akan menarik
perhatian kita, walupun sering sekali membuat kita merasa marah
dibuatnya.
d. Sesuatu yang baru: suatu stimulus yang baru akan lebih menarik
perhatian kita dari pada sesuatu apa yang sudah kita ketahui.
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
8
e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: suatu stimulus
yangmenarik perhatian orang banyak maka akan menarik perhatian
kita.
2. Faktor Internal
a. Pengalaman atau pengetahuan: pengalaman atau pengetahuan
yangdimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan
dalam menginterprestasikan stimulus yang kita peroleh.
Pengalaman masa lalu maka akan mempengaruhi perubahan
interprestasi.
b. Harapan: harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi
akan adanya stimulus yang ada.
c. Kebutuhan: kebutuhan akan mempengaruhi stimulus tersebut dapat
masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan
menginterprestasikan stimulus secara berbeda.
d. Motivasi: motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang.
e. Emosi: emosi seseorang akan mempengaruhi persepsi terhadap
stimulus yang ada. Emosi takut juga akan mempengaruhi persepsi
kita terhadap rasa sakit.
f. Budaya: seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan
menginterprestasikan orang-orang dalam kelompoknya secara
berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang diluar
kelompoknya sebagai sama saja (Notoatmodjo, 2010).
2. PASIEN
a. Definisi Pasien
Sesuai dengan definisi yuridis formal yang terdapat di
Undang-Undang, disebutkan bahwa pasien adalah seorang individu
yang mencari atau menerima perawatan medis.
3. ASMA
a. Definisi Asma
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
9
Asma merupakan gangguan inflamasi pada jalan napas yang
ditandai oleh obstruksi aliran udara napas dan respon jalan napas yang
berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan (Astuti, 2015).
Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi
hiperresponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokontriksi,
edema dan hipersekresi kelenjar yang menghasilkan pembatasan
aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi klinik yang
bersifat periodik berupa mengi.
Asma dapat di klasifikasikan berdasarkan etiologi, berat
penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma
berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan
penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat asma maka semakin
tinggi tingkat pengobatan (Sukandar Elin Yulinah et al, 2009).
Tabel 2. 1 Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit
Derajat asma Gejala Fungsi Paru
I. Intermiten Siang hari <2 kali per minggu
Malam hari <2 kali per bulan
Serangan singkat
Tidak ada gejala antar serangan
Intensitas serangan bervariasi
Variabilitas
APE < 20%
VEP1 >80%
nilai prediksi
APE >80%
nilai terbaik
II. Persisten Ringan Siang hari > 2 kali per minggu,
tetapi < 1 kali per hari
Malam hari > 2 kali per bulan
Serangan dapat mempengaruhi
aktifitas
Variabilitas
APE 20 -
30%
VEP1 >80%
nilai prediksi
APE >80%
nilai terbaik
III. Persisten Sedang Sianghari ada gejala
Malam hari > 1 kali per minggu
Serangan mempengaruhi aktifitas
Serangan >2 kali per minggu
Serangan berlangsung berhari-hari
Sehari-hari menggunakan inhalasi
β2-agonis short acting
Variabilitas
APE > 30%
VEP1 60-
80% nilai
prediksi
APE 60-80%
nilai terbaik
IV. Persisten Berat Siang hari terus menerus ada
gejala
Setiap malam hari sering timbul
gejala
Aktifitas fisik terbatas
Sering timbul serangan
Variabilitas
APE > 30%
VEP1 <60%
nilai prediksi
APE <60%
nilai terbaik
Sumber : DepKes RI, 2007.
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
10
APE:arus puncak ekspirasi
FEV1 : Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik.
b. EpidemiologiAsma
Sampai saat ini, penyakit asma masih menunjukan prevalensi
yang tinggi. Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang
menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien asma
mencapai 400 juta. Prevalensi asma di dunia sangat bervariasi dan
penelitian epidemiologi menunjukan bahwa kekerapan asma semakin
meningkat terutama di negara maju. Asma merupakan sepuluh besar
penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari
data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 menunjukkan
asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi)
bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992,
asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian
(mortaliti) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi
asma di seluruh Indonesia sebesar 13/ 1000, dibandingkan bronkitis
kronik 11/ 1000 dan obstruksi paru 2/ 1000 (Antariksa, 2009).
c. PatofisiologiAsma
Asma ditandai dengan konstraksi spastik dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum
adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan
cara, seseorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibody ini menyebabkan reaksi alergi bila bereaksi dengan antigen
spesifik. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
bronkhiolus dan bronchus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut akan meningkat, alergen bereaksi
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
11
dengan antibody yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamine, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat dengan faktor kemotaktik eosinofilik
dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun
sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas
menjadi meningkat (Prasetyo, 2010).
d. Faktor Risiko Asma
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor
pejamu (host faktor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini
termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk
berkembangnya asma, yaitu genetik, alergik (atopi) , hipereaktiviti
bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi
individu dengan kecenderungan/predisposisi untuk berkembang
menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau
menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor
lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok,
polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi dan
besarnya keluarga(DepKes RI, 2007).
e. Gejala Klinis Asma
Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversible dengan
atau tanpa pengobatan. Gejala asma awal berupa batuk disertai sesak
nafas (terutama pada malam atau dini hari), dahak sulit keluar, napas
berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
napasnya dan rasa berat di dada. Gejala asma yang lebih berat dapat
mengancam keadaan jiwa penderitanya, diantaranya serangan batuk
yang hebat, sesak napas berat hingga tersengal-sengal, sianosis (kulit
kebiruan, dimulai dari sekitar mulut) dan kesadaran menurun (DepKes
RI, 2007).
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
12
f. Diagnosis Asma
Diagnosis asma adalah berdasarkan gejala yang bersifat episodik,
pemeriksaan fisiknya dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal dan
terdengar bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat
biasanya tidak lagi terdengar mengi, karena pasien sudah lelah untuk
bernapas). Dan yang cukup penting adalah pemeriksaan fungsi paru, yang
dapat diperiksa dengan spirometri atau peak expiratory flow meter (DepKes
RI, 2007)
g. Penatalaksanaan Asma
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Tujuan
penatalaksanaan asma yaitu::
1) Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma.
2) Mencegah eksaserbasi akut.
3) Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal
mungkin.
4) Menghindari efek samping.
5) Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow
limitation) ireversibel.
6) Mencegah kematian karena asma (DepKes RI, 2007).
Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit
asma. Asma dikatakan terkontrol bila :
1) Gejala minimal (sebaiknya tidak ada) termasuk gejala malam.
2) Tidak ada keterbatasan aktifitas termasuk exercise.
3) Variasi harian APE kurang dari 20%.
4) Nilai APE normal atau mendekati normal.
5) Efek samping obat minimal (tidak ada).
6) Tidak ada kunjungan ke unit gawat darurat.
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
13
Dalam menetapkan atau merencanakan pengobatan jangka
panjang untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang
terkontrol, ada tiga faktor yang perlu dicermati, yaitu :
a) Medikasi (obat-obatan) : obat asma dikelompokan menjadi dua
golongan yaitu : obat-obat pengontrol asma (Controller), yaitu
anti-inflamasi dan obat-obat pelega napas (Reliever), yaitu
bronkodilator.
b) Tahapan pengobatan.
c) Penanganan asma mandiri (DepKes RI, 2007).
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
14
Tabel 2. 2 Pendekatan bertahap penanganan asma pada anak diatas 5 tahun dan dewasa
Derajat Asma Pengobtan yang diperlukan untuk kontrol
jangka panjang
Persisten Berat Pengobatan utama
- Dosistinggi inhalasi kortikosteroid
- Inhalasi β2 kerja panjang
- Kortikosteroid tablet atau sirup (2mg/kg/hari,
tidak boleh melebihi 60 mg/hari. Pemakaian
berulang dapat mereduksi kortikosteroid
sistemik dan untuk pemeliharaan gunakan
kortikosteroid dosis tinggi
Persisten sedang Pengobatan utama
- Dosis rendah menengah inhalasi
kortikosteroid dan inhalasi β2 agonis
kerja panjang
Alternatif pengobatan
- Meningkatkan inhalasi kortikosteroid
dengan range dosis sedang, atau
- Dosis rendah sampai tinggi inhalasi
kortikosteroid dan salah satu modifikasi
leukotrin atau teofilin
(Jika dibutuhkan khususnya pada pasien dengan
eksaserbasi parah )
Persisten ringan Pengobatan utama
- Meningkatkan inhalasi kortikosteroid
dengan range dosis sedang dan ditambah
inhalasi β2 agonis kerja panjang
Intermiten Pengobatan utama
- Dosis rendah inhalasi kortikosteroid
Alternatif pengobatan
- Koromolin, leukotrin, nedocromil atau
sustained reles teofilin dengan
konsentrasi serum 5-15 mcg/ml
- Tidak dibutuhkan pengobatan harian
- Eksaserbasi akan terjadi dalam waktu
lama dengan fungsi paru normal dan
tidak ada gejala. Direkomendasikan
kortikosteroid sistemik.
Sumber : Sukandar Elin Yulinah et al, 2009.
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
15
Tabel 2. 3 Obat asma yang dapat diserahkan tanpa resep dokter (Obat Wajib Apotek)
No. Kelas terapi Golongan Nama obat Indikasi Jumlah tiap
jenis obat
per pasien
1. Obat Saluran
Pernafasan
Obat asma Aminofilin
Supp
Asma Maksimal 3
supp
Ketotifen Asma Maksimal 20
tablet
Terbutalin
SO4
Asma Inhaler 1
tabung
Salbutamol Asma Maksimal 20
tablet
2 . Obat saluran
pernafasan
Sekretolitik
Mukolitik
Bromheksin Mukolitik Maksimal 20
tablet
Karbosistein Mukolitik Maksimal 20
tablet
Asetilsistein Mukolitik Maksimal 20
tablet
Oksolam
sinitrat
Mukolitik Maksimal 20
tablet
Sumber: KemenKes RI, 1990
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
16
4. KONSELING
a. Definisi Konseling
konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang
sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan
memecahkanmasalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan
(DepKes RI, 2007). Apoteker harus memberikan konseling mengenai
sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan
sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya (Depkes RI, 2004).
Konseling pasien merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian, karena apoteker sekarang tidak hanya berorientasi pada
obat (drug oriented), tetapi juga harus berorientasi kepada pasien
(patient oriented) sehingga terwujud konsep pharmaceutical care.
Tujuan dari konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi,
memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping,
meningkatkan cost effectivitness dan menghormati pilihan pasien
dalam menjalankan terapi (Depkes RI, 2006). Prinsip dasar konseling
adalah menjalin hubungan atau korelasi antara apoteker dengan
pasien sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela
dalam rangka meningkatkan keberhasilan terapi.
b. Aspek Konseling
Berdasarkan Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di
sarana kesehatan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depertemen Kesehatan RI tahun
2006, aspek yang harus disampaikan dalam melaksanakan konseling
antara lain:
1) Deskripsi dan kekuatan obat, apoteker harus memberikan
informasi kepada pasien mengenai bentuk sediaan dan cara
pemakaian, nama dan zat aktif obat serta kekuatan obat.
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
17
2) Jadwal dan cara penggunaan, penekanan dilakukan untuk obat
dengan instruksi khusus seperti waktu minum sebelum atau
sesudah makan, pantangan obat dengan makanan.
3) Mekanisme kerja obat, banyaknya obat yang multi indikasi
mengharuskan apoteker dapat memilih mekanisme mana yang
harus dijelaskan sesuai dengan indikasi obat dan penyakit/gejala
yang sedang diobati.
4) Dampak gaya hidup, apoteker harus menanamkan kepercayaan
pada pasien mengenai perubahan gaya hidup untuk
meningkatkan kepatuhan pasien.
5) Penyimpanan, cara penyimpanan obat harus diberitahukan
kepada pasien terutama obat-obat yang harus disimpan pada
temperatur kamar, adanya cahaya dan lainnya.
6) Efek potensial yang tidak diinginkan, apoteker sebaiknya
menjelaskan mekanisme atau alasan terjadinya efek samping
sederhana. Penjelasan dilakukan terutama untuk obat yang
menyebabkan perubahan warna urin, kekeringan mukosa mulut
dan lainnya (Depkes RI, 2006).
Konseling dapat dilakukan kepada semua pasien, akan tetapi
karena keterbatasan waktu pelaksanaan konseling dilakukan kepada
pasien dengan keadaan khusus, yaeperti :
1) Pasien dengan penyakit kronik seperti : diabetes, TB dan asma.
2) Pasien dengan sejarah ketidakpatuhan dalam pngobatan.
3) Pasien yang menerima obat dengan indeks terapi sempit yang
memerlukan pemantauan.
4) Pasien dengan multirejimen obat.
5) Pasien lansia.
6) Pasien pediatrik melalui orang tua atau pengasuhnya.
7) Pasien yang mengalami masalah berkaitan dengan obat (Depkes
RI, 2006).
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
18
c. Tahapan-tahapan Konseling
Kegiatan konseling memerlukan beberapa tahapan yang meliputi:
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2) Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui
Three Prime Question, yaitu :
a) Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
b) Apa yang dijlaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat
Anda?
c) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah Anda menerima terapi obat tersebut?
3) Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan
kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
4) Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan
masalah penggunaan obat.
5) Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi
yang diberikan dalam konseling dengan menggunakan formulir
sesuai ketepatan peraturan (Astuti, 2015).
5. APOTEKER
a. Definisi Apoteker
Menurut KepMenKes No.1027/MENKES/SK/IX/2004
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi
dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai apoteker. Menurut definisi tersebut seorang
apoteker merupakan lulusan perguruan tinggi farmasi yang memenuhi
ciri profesi yaitu memiliki pengetahuan yang jelas dan pendidikan
khusus berbasis keahlian pada jenjang perguruan tinggi (Depkes RI,
2004).
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
19
b. Tugas dan Fungsi Apoteker di Apotek
Apoteker yang melaksanakan pengabdiannya di apotek
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kefarmasian, memimpin
dan melakukan pengawasan atas seluruh aktivitas apotek sesuai
peraturan perundangan yang berlaku dengan fungsi sebagai berikut :
1) Melakukan asuhan kefarmasian dengan kegiatan :
2) Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan
dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
3) Melakukan skrining resep dari segi administratif, kesesuaian
farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara pemberian dan lama pemberian) dan
pertimbangan klinis ( adanya alergi, efek samping, kesesuaian
dosis, durasi dan jumlah obat).
4) Melaksanakan peracikan obat dan penyerahan obat.
5) Memilihkan obat bagi pasien yang akan melakukan swamedikasi.
6) Melaksanakan konsultasi dan edukasi kepada pasien dengan
resep dokter ataupun swamedikasi.
7) Melaksanakan promosi dan edukasi program kesehatan
daripemerintah.
8) Melakukan kunjungan rumah atau pelayanan residensial (home
care).
9) Melakukan pengelolaan sumber daya di apotek dengan kegiatan :
a) Memimpin dan mengawasi tugas karyawan.
b) Membuat struktur organisasi dan uraian tugas karyawan.
c) Membuat perencanaan pengadaan obat.
d) Membuat kebijakan tentang penyimpanan obat di apotek.
e) Membuat laporan sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.
f) Membuat pembukuan keuangan (DepKes RI,2004).
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
20
c. Peran Apoteker dalam Penatalaksanaan Asma
Pengobatan asma merupakan long term medication, oleh
karena itu kepatuhan pasien dalam menggunakan obat sangat
diharapkan. Peran apoteker dalam penatalaksanaan asma yaitu
mendeteksi, mencegah dan mengatasi masalah terkait obat yang dapat
timbul pada tahapan berikut(Depkes RI, 2006) :
1) Rancangan Pengobatan (Care Plane)
Dalam tim terpadu, peran apoteker adalah memberikan
rekomendasi pemilihan obat yang tepat berdasarkan kondisi
pasien yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil diagnosis
dokter.
2) Implementasi Pengobatan :
a) Menyediakan obat (drug supply management)
b) Pemberian informasi dan edukasi
Tujuan pendidikan kepada pasien adalah agar mereka
lebih mengerti dan memahami rejimen pengobatan yang
diberikan sehingga pasien dapat lebih berperan aktif dalam
pengobatan yang dapat meningkatkan kepatuhan mereka
dalam menggunakan obat.
Secara umum, tujuan jangka panjang yang ingin dicapai
dengan memberikan penyuluhan atau konseling kepada penderita
asma dan keluarganya antara lain :
1) Agar penderita asma memiliki harapan hidup lebih lama dengan
kualitas hidup yang optimal. Kualitas hidup sudah merupakan
keniscayaan. Seseorang yang dapat bertahan hidup tetapi dengan
kualitas hidup yang rendah, akan mengganggu kebahagiaan dan
ketenangan keluarga.
2) Untuk membantu pasien asma agar dapat merawat dirinya
sendiri, sehingga komplikasi yangg mungkin timbul dapat
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
21
diminimalkan, selain itu juga agar jumlah hari sakit dapat
ditekan.
3) Agar penderita asmadapat berfungsi dan berperan optimal dalam
masyarakat.
4) Agar penderitaasma dapat lebih produktif dan bermanfaat.
5) Untuk menekan biaya perawatan, baik yang dikeluarkan secara
pribadi, keluarga ataupun negara.
Segala informasi yang dianggap perlu untuk meningkatkan
kepatuhan dan kerjasama penderita dan keluarganya terhadap
program penatalaksanaan asma dapat disampaikan dalam konseling.
Namun dalam penyampaiannya harus mempertimbangkan kondisi
penderita, baik kondisi pengetahuan, kondisi fisik, maupun kondisi
psikologisnya.
6. APOTEK
a. Definisi Apotek
Menurut KepMenKes No. 1027/MENKES/SK/IX/2004,
Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan kefarmasian, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Menurut definisi tersebut dapat diketahui bahwa apotek
merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan
praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian
(Depkes RI, 2004).
Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku apotek
harus dikelola oleh seorang apoteker yang professional. Dalam
pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan
menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil
keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi,
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
22
menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidispliner,
kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang
karir dan membantu memberikan pendidikan dan memberi peluang
untuk meningkatkan pengetahuan.
b. Sarana Apotek
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali
oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan
jelas tertulis kata apotek, apotek harus dapat diakses dengan mudah
oleh masyarakat, pelayanan produk kefarmasian diberikan pada
tempat yang terpisah dari aktifitas pelayanan hal ini berguna untuk
menunjukan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko
kesalahan penyerahan obat. Selain itu apotek juga harus memiliki :
1) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
2) Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk
penempatan brosur/materi informasi.
3) Ruang tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi
dengan meja kursi, lemari untuk menyimpan catatan medikasi
pasien.
4) Ruang racikan.
5) Tempat pencucian alat (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009 pasal 5, pelaksanaan
pekerjaan kefarmasian meliputi :
1) Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan sediaan farmasi.
2) Pekerjaan kefarmasian dalam produk sediaan farmasi.
3) Pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan
farmasi.
4) Pekerjaan kefarmasian dalam pelayanan sediaan farmasi.
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
23
c. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian yang
berdasarkan pharmaceutical care di apotek, dibutuhkan tenaga
apoteker yang profesional. Dengan diterapkannya standar pelayanan
kefarmasian di apotek ini diharapkan tujuan dapat dicapai secara
maksimal. Adapun pelayanan kefarmasian di apotek sebagai berikut :
1) Pelayanan resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
a) Persyaratan administratif :
(1) Nama, Sip dan alamat dokter.
(2) Tanggal penulisan resep.
(3) Tanda tangan / paraf dokter penulis resep.
(4) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan
pasien.
(5) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta.
(6) Cara pemakainan yang jelas.
(7) Informasi lainnya.
b) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada
keraguan terhadap resep dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan
alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan
setelah pemberitahuan.
2) Penyiapan obat.
a) Peracikan, Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang,
mencampur mengemas dan memberikan etiket pada wadah.
b) Etiket, etiket harus jelas dan dapat dibaca.
c) Kemasan, obat yang diserahkan dikemas dengan rapi dalam
kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
24
3) Informasi Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien.
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas
dan mudah dimengerti oleh pasien. Informasi obat pada pasien
meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka
waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang
harus dihindari selama terapi.
4) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan
farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga
dapat memperbaiki kualitas hidup pasien, terhindar dari bahaya
penyalahgunaan atau pengobatan obat yang salah. Untuk pasien
yang menderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes,
TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus
memberikan konseling secara berkelanjutan.
5) Monitoring penggunaan obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk
pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan
penyakit kronis lainnya.
6) Promosi dan edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus
meberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri
sendiri untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang
sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam
promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu memberikan
informasi antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,
penyuluhan, dan lain-lain.
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017
25
7) Pelayanan residensial (home care)
Apoteker sebagai care giver diharapkan dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Untuk aktifitas ini apoteker harus
membuat catatan berupa catatan pengobatan atau medication
record (Depkes RI, 2004).
PERSEPSI PASIEN ASMA ...,DWI NOFIANA RAHMAWATI,FARMASI, UMP 2017