BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan...

42
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Kerjasama Pemerintah dan Swasta Secara Umum Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) adalah perjanjian kontrak antara sektor publik (pemerintah) dengan pihak swasta dalam penyediaan pelayanan infrastruktur publik atau pelayanan dasar lainnya dimana pelayanan tersebut secara tradisional biasanya disediakan oleh pemerintah. (Bappenas, 2009). Bagi pemerintah, KPS dilakukan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari adanya efisiensi, memperbaik posisi fiskal, menumbuhkembangkan modal asing, dan memperluas skala sektor swasta (Kirkpatrik, 2002). Manfaat lain adanya pelaksanaan KPS adalah: 1. KPS memungkinkan pemerintah untuk membiayai pembangunan infrastruktur dengan meminimalkan penggunaan APBN sehingga dapat menggunakan anggaran yang tersedia untuk keperluan lainnya. 2. Pemerintah masih memiliki kendali strategis atas proyek dan pelayanan secara keseluruhan 3. Dengan melibatkan keahlian swasta, KPS dapat meningkatkan kualitas dan jumlah fasilitas 4. KPS menawarkan nilai uang dibandingkan jika fasilitas yang sama disediakan secara konvensional, karena swasta memiliki insentif dan keahlian yang dapat menurunkan biaya, memperpendek waktu penyediaan, serta meningkatkan proses manajemen konstruksi serta fasilitas. Tujuan yang diharapkan dengan adanya pelaksanaan KPS adalah untuk mengatasi masalah-masalah yang terdapat di lapangan. Dalam hal ini, biasanya masalah terjadi dari dua sumber, yaitu dari internal utilitas eksisting (penyedia layanan eksisting) atau karena adanya kebutuhan masyarakat yang didukung adanya kebijakan dari pemerintah, misalnya pencapaian MDG yang memerlukan biaya investasi dan jangka perjanjian kerjasama yang beragam. Besar biaya investasi yang diperlukan dan jangka waktu perjanjian kerjasama dapat diamati pada Gambar 2.1.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Kerjasama Pemerintah dan Swasta Secara Umum

Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) adalah perjanjian kontrak antara sektor publik

(pemerintah) dengan pihak swasta dalam penyediaan pelayanan infrastruktur publik atau

pelayanan dasar lainnya dimana pelayanan tersebut secara tradisional biasanya

disediakan oleh pemerintah. (Bappenas, 2009). Bagi pemerintah, KPS dilakukan untuk

memperoleh keuntungan ekonomi dari adanya efisiensi, memperbaik posisi fiskal,

menumbuhkembangkan modal asing, dan memperluas skala sektor swasta (Kirkpatrik,

2002). Manfaat lain adanya pelaksanaan KPS adalah:

1. KPS memungkinkan pemerintah untuk membiayai pembangunan infrastruktur

dengan meminimalkan penggunaan APBN sehingga dapat menggunakan

anggaran yang tersedia untuk keperluan lainnya.

2. Pemerintah masih memiliki kendali strategis atas proyek dan pelayanan secara

keseluruhan

3. Dengan melibatkan keahlian swasta, KPS dapat meningkatkan kualitas dan

jumlah fasilitas

4. KPS menawarkan nilai uang dibandingkan jika fasilitas yang sama disediakan

secara konvensional, karena swasta memiliki insentif dan keahlian yang dapat

menurunkan biaya, memperpendek waktu penyediaan, serta meningkatkan proses

manajemen konstruksi serta fasilitas.

Tujuan yang diharapkan dengan adanya pelaksanaan KPS adalah untuk mengatasi

masalah-masalah yang terdapat di lapangan. Dalam hal ini, biasanya masalah terjadi dari

dua sumber, yaitu dari internal utilitas eksisting (penyedia layanan eksisting) atau karena

adanya kebutuhan masyarakat yang didukung adanya kebijakan dari pemerintah,

misalnya pencapaian MDG yang memerlukan biaya investasi dan jangka perjanjian

kerjasama yang beragam. Besar biaya investasi yang diperlukan dan jangka waktu

perjanjian kerjasama dapat diamati pada Gambar 2.1.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

7

Gambar 2. 1 Grafik Skema KPS Berdasarkan Investasi dan Jangka Waktu Kerja Sama

[Departemen Pekerjaan Umum, 2006]

Perjanjian kerjasama memiliki beberapa jenis skema. Ada beberapa jenis skema yang

biasanya digunakan di negara berkembang diantaranya kontrak manajeman pelayanan,

co-ownership atau co-financing of the projects, mekanisme BOT, kerjasama informal

antara pemerintah dan sektor swasta, serta dukungan finansial atau insentif bagi

pelayanan oleh swasta (Rondinelli, 2002). Pada umumnya, skema kerjasama dapat

dipahami dalam pemahaman kerjasama yang lunak dan kerjasama yang keras. Kerjasama

paling lunak terjadi dalam bentuk pemerintah melakukan kontrak dengan pihak luar

untuk pengadaan jasa rekurtmen pegawai hingga jasa cleaning service. Kerjasama keras

yaitu melepas kepemilikan pemerintah di suatu BUMN/BUMD kepada pihak lain, baik

itu BUMN asing, swasta, manajeman BUMN/BUMD atau publik, melalui pola IPO atau

go public, employee & management buy out (EMBO), hingga private placement atau

mengundang mitra investor strategis (Sanjoyo dan Dwijowijoto, 2006).

Untuk melaksanakan KPS, perlu dilakukan pula kajian terhadap aspek-aspek pendukung

implementasi KPS. Hal ini merupakan hal yang penting, namun sering diabaikan atau

kurang diperhatikan kaitannya dengan kesiapan sektor publik sendiri dalam mengadakan

proyek KPS. Kajian ini diperlukan karena pada kenyataannya negara-negara di dunia

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

8

umumnya masih minim pengalaman dan keahlian dalam pengadaan KPS. Hal ini

disebabkan karena protokol-protokol yang telah dikembangkan masih dalam taraf uji

coba (Zhang,2006). Oleh sebab itu, maka Abdel-Aziz (2007) mengusulkan beberapa

prinsip penting dalam rangka implementasi KPS, yaitu (1) tersedianya kerangka hukum

atau institusional khusus KPS dan (2) tersedianya unit kebijakan dan pelaksana KPS.

2.2 Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Investasi Air Minum

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini lebih banyak lagi pemerintah kota dan

kabupaten di Indonesia mengambil inisiatif mengundang sektor swasta dalam pelayanan

air minum perpipaan di wilayahnya. Berbagai upaya telah dilakukan agar pihak swasta

tertarik untuk berinvestasi, dan istilah Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) mulai dikenal

secara luas. Masuknya pihak swasta di sektor pelayanan air minum yang sebelumnya

dikenal sebagai pelayanan “publik” oleh dinas maupun PDAM mulai dianggap sebagai

hal yang umum dan bahkan keberadaannya perlu didorong.

2.2.1 Penyediaan Air Minum di Indonesia

Infrastruktur air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat Indonesia.

Kebutuhan infrastruktur semakin lama semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan

penduduk yang diperkirakan mencapai 4% per tahun. Dengan semakin meningkatnya

kebutuhan masyarakat akan infrastruktur air bersih, maka proses pelaksanaan

pembangunan tidak dapat ditunda, bahkan dituntut untuk dapat segera mengakomodasi

dan mengantisipasi tuntutan masyarakat.

Pembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar.

Jumlah biaya tersebut kemungkinan besar tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, apalagi

dengan kemampuan pemerintah saat ini. Saat ini dana yang diperoleh oleh pemerintah

kebanyakan berasal hasil kekayaan alam yang dimiliki oleh negara. Meskipun begitu,

kekayaan alam yang ada di Indonesia semakin lama semakin menipis, bahkan sebagian

telah habis.

Alternatif yang memungkinkan saat ini agar dapat dipenuhi kebutuhan yang ada, adalah

dengan cara menarik para investor, baik dalam negeri maupun luar negeri untuk

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

9

menanamkan modalnya dengan sistem KPS. Untuk dapat menarik minat swasta, maka

diperlukan suatu iklim invesatasi yang kondusif, adanya perlindungan hukum, kejelasan

aturan main, dan dapat memberikan keamanan bagi investor, sehingga investasi yang

ditanamkan terjamin dan menguntungkan bagi semua pihak.

Di Indonesia sendiri, sistem KPS pada sektor air minum telah mulai diperkenalkan

sekitar tahun 1990 pada PDAM Bintaro Jaya. Hingga saat ini telah ada 25 PDAM yang

beroperasi dengan sistem KPS di Indonesia. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 2. 1 KPS yang Telah Beroperasi di Indonesia

No Jenis kerjasama dan

wilayah kerjasama

Total Investasi

(juta)

Periode

Kerjasama Investor

1

BOT Medan

- WTP 500 l/sec

- Pipa transmisi

US$ 5

25 Tahun

(2000 - 2025)

Lyonnaise Des Eaux

2

Batam Concession

- Production Capacity :

3000 l/sec

- Pipa transmisi

US$ 100

25 Tahun

(1996 - 2021)

Cascal By

Bangun Cipta Sarana

PT ATP

3

BOT Jambi

- WTP : 200 l/sec

- Operational in 1998

US$ 2 15 Tahun

(1996-2021)

PT. Noviantama

4 Part Palembang

Concession

- WTP : 80 l/sec

- Pipa transmisi

US$ 5 25 Tahun

(1998-2023)

PT. Bangun Cipta Sarana

5

BOT Pekanbaru

JO Existing + 600 l/sec

US$ 10

15 Tahun

(2005 - 2020)

PT. DAPENMA

6

BOO Serang Utara

- Production Capacity

:150 l/sec

- Pipa transmisi 40 km

US$ 5

1993

PT. Sauh Bahtera

Samudra

7

Western Part of Jakarta

Concession

- Production Capacity :

6200 l/sec

- Pipa transmisi

US$ 225

25 Tahun

(1997-2022)

PT. Palyja

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

10

8

Eastern Part of Jakarta

Concession

- Production Capacity :

6500 l/sce

- Pipa transmisi

US$ 225

25 Tahun

(1998 - 2023)

PT. Thames

PAM Jaya

9

JO Cisadane

- Operation of WTP 3000

l/sec

25 Tahun

(1998 - 2023)

Tirta Cisadane

10

BOT Serpong

- WTP 50 l/sec

- Pipa transmisi

US$ 2,5

25 Tahun

(1997 - 2022)

Bintang Jaya

11

BOT Lippo Karawaci

- WTP : 120 l/sec

- Pipa transmisi

US$ 10

25 Tahun

(1999 - 2024)

Lippo Karawaci

Full Private

12

BOO Bintaro Jaya

- Production Capacity :

100 l/sec

- Pipa distribusi

US$ 10

1990

Pembangunan Jaya

13

BOT Cikampek

- Improvement : 60 l/sec

operated of 2000 SR

US$ 0,5

25 Tahun

(2000 - 2025)

14

BOO Bekasi (Kemang

Pratama)

- Production Capacity :

50 l/sec

- Pipa transmisi

US$ 10

1993

PT. Kemang Pratama

15

BOO Hunday Industrial

Estate

- Water Supply system :

50 l/sec

US$ 5

1994

PT. Hunday

16

BOO Kota Legenda

- Water Supply System

25 l/sec

(WTP + Pipes)

US$ 2,5

1995

PT. Cikarang Permai

17

BOO Bukit Indah

Cikarang

- WTP 150 l/sec

- Pipa distribusi

US$ 10

1998

PT. Bukit Indah

Full Private

18

Subang

- BOT : 50 l/sec

- Pipa distribusi

US$ 2,5 20 Tahun

(2005 - 2025)

PT. MLD

19

Gajah Mungkur

(400 he 600 l/sec)

US$ 2

20 Tahun

(2006-2026)

PT. Tirta Gajah

Mungkur

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

11

20

BOT Bawen

- WTP 250 l/sec +

distribusi

US$ 10

2004

APAC INTI

Full Private

21

BOT Kabupaten Sidoarjo

- Production Capacity :

200 l/sec

+ 450 l/sec

US$ 2,5

US$ 3

(1998 - 2023)

(2005 - 2030)

PT. Vivendi

PT. Hanarida

22

BOT Denpasar

- Production Capacity :

300 l/sec

- Supply to Nusa Dua and

South Bali region

US$ 10

25 Tahun

(1995 - 2020)

PT. Tirta Artha

Buana

23

BOT Samarinda

Construction of :

- WTP : 400 l/sec

- Transmission pipe

US$ 5

25 Tahun

(2004 - 2029)

WATTS

24

BOT Banjarmasin

Construction of :

- WTP 500 l/sec

US$ 5

5 Tahun

(2005 - 2010)

PT. Adi Karya

25

BOT Tangerang City

25 Tahun

(2006 - 2031)

Gadang Berhad

Sumber : BPPSPAM, 2008

2.2.2 Kerangka Peraturan Perundang-undangan

Landasan hukum dalam rangka kerjasama pemerintah dan swasta adalah unsur

perundang-undangan dan peraturan-peraturan mulai dari Undang-Undang Dasar,

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri,

Keputusan Menteri, Peraturan Daerah, dan lainnya. Peraturan-peraturan ini menjadi dasar

dilaksanakannya kerjasama dengan pihak swasta. Peraturan perundangan yang secara

umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi air minum di

Indonesia adalah sebagaimana dideskripsikan secara singkat di bawah ini :

a. Perpres No 67/ 2005 tentang kerjasama pemerintah dengan badan usaha

dalam penyediaan infrastruktur

Perpres ini mengatur mengeni prinsip, jenis, identifikasi dan proses pengadaan,

tarif dan resiko, perjanjian dan ijin perusahaan. Proyek Kerjasama Penyediaan

Infrastruktur antara Menteri/ Kepala Lembaga/ Kepala Daerah dengan Badan

Usaha dilakukan dengan tujuan untuk :

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

12

a. Mencukup kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam penyediaan

Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta;

b. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui

persaingan sehat;

c. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam Penyediaan

Infrastruktur;

d. Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang

diterima, atau dalam hal-hal tertentu mempertimbangkan kemampuan

membayar pengguna.

b. UU NO. 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya (Undang-undang

Otonomi), kewenangan di sektor pelayanan air minum dimiliki oleh pemerintah

kota/kabupaten. DPRD merupakan bagian dari pemerintahan daerah yang tidak

hanya memiliki fungsi legislatif, akan tetapi juga fungsi pengawasan terhadap

pemerintah daerah. Berdasarkan Undang-undang Otonomi, Peraturan Daerah

yang dikeluarkan oleh pemerintah kota/kabupaten atas persetujuan DPRD

merupakan sumber hukum yang penting di daerah. Dalam kaitannya dengan hal

tersebut, di beberapa daerah telah diterbitkan Peraturan Daerah tentang Kerjasama

Pemerintah dengan Swasta (contohnya di Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi,

Gresik).

c. UU NO. 5/1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan

Ekosistemnya

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan

terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan

ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Menurut undang-undang ini, air dan

sumber air diselenggarakan oleh negara dan negara berwenang untuk mengelola

serta mengembangkan air dan atau sumber-sumber air; menyiapkan dan memberi

izin penggunaan air atau daya air; menetapkan prosedur perencanaan air dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

13

sumber-sumber air; memberi ijin operasi usaha air bagi badan usaha maupun

individu.

d. UU NO. 23/1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya mewajibkan perusahaan

penerima KPS pelayanan air minum memiliki Analisa Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL).

e. UU NO. 1/1967 Tentang Penanaman Modal Asing

UU No. 1/1967 (sebagaimana telah beberapa kali dirubah, terakhir dengan UU

No. 7/1983) dan peraturan pelaksanaannya mengatur mengenai prosedur

pendirian perusahaan Penanaman Modal Asing. Dalam peraturan ini disebutkan

bahwa dalam perusahaan pelayanan air minum Penanaman Modal Asing,

sekurang-kurangnya 5% (lima persen) sahamnya harus dimilliki oleh perorangan

atau badan hukum Indonesia.

Adapun peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mengenai KPS

pelayanan air minum adalah sebagai berikut di bawah ini.

a. KEPPRES 7/1998 tentang kerjasama pemerintah dan badan usaha swasta

dalam pembangunan dan atau pengelolaan infrastruktur

Selain mengatur mengenai prosedur pemilihan badan usaha dalam rangka

kerjasama pemerintah dengan badan usaha, Keppres juga mengatur ketentuan-

ketentuan yang harus ada dalam perjanjian kerjasama, yaitu:

1) lingkup pekerjaan;

2) jangka waktu;

3) tarif pelayanan, dalam hal kerjasama menyangkut kegiatan

4) pengelolaan infrastruktur;

5) hak dan kewajiban, termasuk resiko yang harus dipikul para pihak;

6) sanksi dalam hal pihak-pihak tidak memenuhi ketentuan perjanjian;

7) penyelesaian perselisihan;

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

14

8) pemutusan atau pengakhiran perjanjian; dan

9) pengembalian infrastruktur atau pengelolaannya kepada pemerintah

daerah/PDAM.

b. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 43/2000 tentang pedoman

kerjasama perusahaan daerah dengan pihak ketiga

Kepmendagri ini mengatur bahwa kerjasama antara PDAM dengan pihak ketiga

harus memperoleh persetujuan prinsip dari Kepala Daerah. Perjanjian harus

dibuat dengan akta notaris, dan perusahaan asing yang akan menjadi pihak dalam

kerja sama wajib memiliki ijin atau rekomendasi dari pejabat berwenang di

negaranya.

c. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 416/MENKES/PER/IX/1990

tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

Peraturan Menteri ini (sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan Menteri

Kesehatan No. 907/MENKES/sk/VII/2002) mengatur bahwa air yang

didistribusikan oleh PDAM harus memenuhi syarat kualitas air minum. Setiap

pengelola penyedia air minum yang melakukan perbuatan yang bertentangan

dengan ketentuan tersebut yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan

masyarakat serta merugikan kepentingan umum dapat dikenakan sanksi

administratif dan atau sanksi pidana.

d. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 2 TAHUN 1998 tentang

pedoman penetapan tarif air minum pada perusahaan daerah air minum

Menurut Peraturan Menteri ini, tarif air minum harus ditetapkan dengan

didasarkan pada pemulihan biaya, keterjangkauan, efisiensi pemakaian,

kesederhanaan dan transparansi.

Tingkat biaya penetapan tarif terdiri dari tiga macam, yaitu biaya rendah, biaya

dasar, dan biaya penuh, dengan uraian sebagai berikiut :

“biaya rendah” terdiri dari biaya operasional, pemeliharaan dan

admisnistrasi;

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

15

“biaya dasar” terdiri dari biaya rendah ditambah dengan faktor pinjaman

dan bunga;

“biaya penuh” terdiri dari biaya rendah ditambah depresiasi, biaya

perolehan dan faktor investasi yang berjumlah 10% dari total jumlah aset

yang berkaitan.

e. KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

NO. 4409/KPTS/TAHUN 2002

Peraturan Menteri ini mengatur mengenai pedoman teknis pelaksanaan kerjasama

antara Pemerintah dan badan usaha swasta. Petunjuk teknis meliputi penyiapan

kegiatan investasi, pelaksanaan prakualifikasi kegiatan investasi, pelelangan

kegiatan investasi, penyiapan perjanjian dan pelaksanaan pengaturan, monitoring

dan alih milik kegiatan investasi.

f. PERATURAN DAERAH

Setelah diberlakukannya otonomi daerah, Peraturan Daerah merupakan instrumen

hukum yang penting di daerah. Peraturan Daerah dikeluarkan oleh Kepala Daerah

atas persetujuan dari DPRD. Namun demikian ketentuan Peraturan Daerah tidak

boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang

berada di atasnya.

Untuk mendorong sektor swasta agar meningkatkan investasinya diperlukan

pengembangan kerangka hukum, peraturan, dan institusi yang menunjang. Oleh sebab

itu, semua Undang-undang dan peraturan yang berhubungan dengan air bersih KPS akan

menjadi dasar pembentukan model jaringan ANP.

2.2.3 Karakteristik Skema-Skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta

Skema-skema KPS yang saat ini tersedia dan dapat dikembangkan antara lain adalah

service contract, management contract, lease contract, BOT contract, dan concession

contract (ADB, 2000; Gleick, et.al, 2002). Kelima skema KPS bisa dibedakan

berdasarkan struktur kepemilikan aset, tujuan dilakukannya kerjasama, kewenangan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

16

dalam pengelolaan aset, sumber modal investasi, pihak yang menanggung resiko

komersial, durasi kerjasama, jenis pelayanan yang diselenggarakan, jumlah modal swasta

yang dibutuhkan, sumber pembiayaan modal kerja, pengaturan tarif serta kewenangan

pengmpulan tarif. Pengertian dari kelima skema utama tersebut dijelaskan pada bagian

berikut ini.

a. Service Contract ( Kontrak Pelayanan)

Pada kontrak pelayanan, pemerintah memberikan wewenang kepada swasta dalam

kegiatan operasional, perawatan dan kontrak pelayanan pada infrastruktur yang

disediakan oleh pemerintah. Pada jenis kontrak ini, pihak swasta harus membuat suatu

pelayanan dengan harga yang telah disetujui dan harus sesuai dengan standar kinerja

(performance) yang telah ditentukan oleh pemerintah. Contoh dari kontrak pelayanan ini

dalam pengelolaan infrastruktur air minum adalah pada pengoperasian WTP (water

treatment plant), pendistribusian air, pembacaan meteran air, penarikan dan pengumpulan

tagihan, serta operasional dan perawatan pipa.

Bagi pihak swasta, perolehan keuntungan dan biaya yang digunakan untuk pengembalian

biaya operasi serta pemeliharaan didapat dari pemerintah atau dengan cara memungut

biaya pemakaian dari pemakai layanan infrastruktur yang bersangkutan.

Pilihan kerjasama ini bermanfaat apabila pemerintah ingin meningkatkan efisiensi,

mendapatkan alih teknologi kemampuan teknis, serta dalam menghadapi masalah tarif

yang rendah dimana untuk mengubahnya diperlukan kebijakan politis dan penyesuaian

peraturan yang tidak mudah. Skema dari kontrak pelayanan ditunjukkan pada Gambar

2.2.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

17

Investasi

PDAM

Pelanggan

Pemasok Air

Baku

Operator

(Swasta)

2.1

2.2

1.1

1.2

3.1

3.2

1 2

3

Gambar 2. 2 Skema Service Contract

(Sumber. Departemen Pekerjaan Umum, Maret 2006)

Keterangan :

1. Kontrak Pelayanan tanpa penanaman Modal Swasta

1.1. Imbalan Pelayanan

1.2. O&P, Penagihan Rekening, Penurunan Kebocoran Air (UFW),

pembacaan Meter

2. Kontrak Penyediaan Air Baku

2.1. Rekening Air Baku (Rp / m3)

2.2. Penyediaan Air Baku

3. Perjanjian Pelanggan dengan PDAM

3.1. Pelayanan Air Bersih

3.2. Rekening Air Bersih (Rp/ m3)

b. Mangement Contract ( Kontrak Kelola)

Mangement Contract atau kontrak kelola (Inmendagri No. 21/1996) merupakan bentuk

kerjasama antara pemerintah dan swasta dimana pihak swasta diberikan tanggung jawab

untuk menyediakan jasa pengelolaan atas sebagian atau seluruh sistem infrastruktur

tertentu, antara lain pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas serta pemberian layanan

kepada masyarakat dan penyediaan modal kerjanya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

18

Untuk menutupi biaya pengelolaan yang diperlukan, maka pihak swasta akan menerima

jasa manajemen dari pemerintah atau mendapat kewenangan untuk memungut biaya

pemakaian fasilitas dan layanan yang telah dilakukan.

Pilihan kerjasama ini bermanfaat apabila pemerintah menginginkan efektivitas pelayanan

namun menghadapi kendala tarif atau jika pemerintah memerlukan sistem pengaturan

lainnya yang memerlukan pertimbangan sosial dan politik. Skema kontrak kelola

ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Investasi

PDAMPemasok Air

Baku

Operator

(Swasta)

PelangganRekening

Escrow

2.1

2.2

1.2

3.1

1.1

3.2

1

3

2

Gambar 2. 3 Skema Mangement Contract

(Sumber. Departemen Pekerjaan Umum, Maret 2006)

Keterangan :

1. Kontrak Pengelolaan + Penanaman

Modal Swasta

1.1. Imbalan Pelayanan

1.2. O&P, Penagihan Rekening

1.3. Penurunan Kebocoran Air (UFW)

1.4. pembacaan Meter

2. Kontrak Penyediaan Air Baku

2.1. Rekening Air Baku (Rp / m3)

2.2. Penyediaan Air Baku

3. Perjanjian Pelanggan dengan PDAM & Swasta

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

19

3.1. Pelayanan Air Bersih

3.2. Rekening Air Bersih (Rp/ m3)

c. Lease Contract ( Kontrak Sewa)

Kontrak sewa merupakan bentuk kerjasama dimana pihak swasta menyewa suatu fasilitas

infrastruktur tertentu dalam jangka waktu tertentu dari pemerintah. Fasilitas infrastruktur

tersebut kemudian dioperasikan dan dipelihara. Pihak swasta juga menyediakan modal

kerja untuk pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur, termasuk melakukan

penggantian pada bagian-bagian tertentu.

Pada kontrak sewa, kepemilikan aset tetap berada di tangan pemerintah. Untuk

pengembalian biaya sewa, biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya pemberian pelayanan

pada masyarakat, dan keuntungan bagi pihak swasta, maka pihak swasta memperoleh

wewenang untuk memungut biaya dari pihak yang menggunakan fasilitas dan layanan.

Apabila masa sewa telah selesai, maka pihak swasta mengembalikan aset kepada

pemerintah dalam kondisi yang sesuai dengan apa yang ditentukan pada saat perjanjian

kerjasama. Skema kontrak sewa ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Investasi

PDAMPemasok Air

Baku

Operator

(Swasta)

PelangganRekening

Escrow

2.1

2.2

2

3.1

1.1

1.2

3.2

b

3.2a

3.2c

1

3

Gambar 2. 4 Skema Lease Contract

(Sumber. Departemen Pekerjaan Umum, Maret 2006)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

20

Keterangan :

1. Kontrak Pengelolaan + Penanaman

Modal Swasta

1.1. Hak Penggunaan Aset dan Fasilitas O&M

1.2. Pembayaran Sewa

2. Kontrak Penyediaan Air Baku

2.1. Rekening Air Baku (Rp / m3)

2.2. Penyediaan Air Baku

3. Perjanjian Pelanggan dengan Swasta

3.1. Pelayanan Air Bersih

3.2. Rekening Air Bersih (Rp/ m3)

d. BOT (Build, Operate and Transfer)

Kontrak Bangun, Operasikan dan Transfer (Build, Operate and Transfer) digunakan

untuk melibatkan investasi dari pihak swasta pada pembangunan konstruksi infrastruktur

baru. Dengan menggunakan prinsip BOT, pendanaan dari pihak swasta akan digunakan

untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas atau sistem infrastruktur berdasarkan

standar-standar performance yang disusun oleh pemerintah. Masa pengoperasian yang

diberikan kepada pihak swasta haruslah memiliki waktu yang cukup panjang agar pihak

swasta mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan guna membangun konstruksi

beserta keuntungan yang akan didapat. Masa pengoperasian tersebut biasanya sekitar 10

sampai 20 tahun. Dalam hal ini pemerintah tetap menguasai kepemilikan fasilitas

infrastruktur dan pemerintah memiliki dua peran sebagai pengguna dan regulator

pelayanan infrastruktur tersebut.

BOT merupakan cara yang baik untuk pembangunan infrastruktur baru dengan

keterbatasan dana pemerintah. Pemerintah menggunakan sistem BOT ini untuk fasilitas-

fasilitas infrastruktur yang lebih spesifik seperti penampungan supply air yang besar, air

minum, dan WTP.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

21

Struktur pembiayaan dalam BOT, pihak swasta berperan untuk menyediakan modal

untuk membangun fasilitas baru sedangkan Pemerintah akan menyetujui untuk

mengeluarkan tingkat produksi yang minimum untuk memastikan bahwa operator swasta

dapat menutupi biayanya selama pengoperasian. Persyaratan ini menyatakan bahwa

untuk mengantisipasi permintaan yang diperkirakan meningkat sehingga akan

menyebabkan permasalahan bagi rekan pemerintah jika permintaan melewati perkiraan.

Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan kontrak BOT adalah BOT merupakan

cara yang efektif untuk menarik modal swasta dalam pembangunan fasilitas infrastruktur

baru.

Perjanjian BOT akan dapat mengurangi pasar dan resikonya kecil untuk pihak swasta

karena pemerintah adalah penggunan tunggal, pengurangan resiko disini berhubungan

dengan apabila ada permasalahan tidak cukupnya permintaan dan permasalahan

kemampuan membayar. Pihak swasta akan menolak mekanisme BOT apabila pemerintah

tidak memberikan jaminan bahwa investasi swasta akan kembali. Skema perjanjian BOT

ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Investasi

Investor

(Swasta)

Pemasok Air

BakuPDAM

PelangganRekening

Escrow

2

3.2b

3

1.1

1.2

2.1

2.2

3.2c3.1 3.2

3.2a

2

Gambar 2. 5 Skema BOT

(Sumber. Departemen Pekerjaan Umum, Maret 2006)

Keterangan :

1. Perjanjian BOT Penyediaan Kapasitas Air Bersih

1.1. Penyediaan Air Bersih

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

22

1.2. Rekening “Take or Pay” Air Bersih (Rp/m3)

2. Kontrak Penyediaan Air Baku

2.1. Rekening Air Baku (Rp / m3)

2.2. Penyediaan Air Baku

3. Perjanjian Pelanggan dengan PDAM

3.1. Pelayanan Air Bersih

3.2. Rekening Air Bersih (Rp/ m3)

5. Consession Contract ( Kontrak Konsesi)

Dalam Kontrak Konsesi, Pemerintah memberikan tanggung jawab dan pengelolaan

penuh kepada kontraktor (konsesioner) swasta untuk menyediakan pelayanan-pelayanan

infrastruktur dalam sesuatu area tertentu, termasuk dalam hal pengoperasian, perawatan,

pengumpulan dan manajemennya. Konsesioner bertanggung jawab atas sebagian besar

investasi yang digunakan untuk membangun, meningkatkan kapasitas, atau memperluas

sistem jaringan. Konsesioner mendapatkan pendanaan atas investasi yang dikeluarkan

berasal dari tarif yang dibayar oleh konsumen. Sedangkan peran pemerintah bertanggung

jawab untuk memberikan standar performance dan menjamin kepada konsesioner. Pada

dasarnya, peran pemerintah telah bergeser dari yang dulunya penyedia pelayanan

(provider) menjadi pemberi aturan (regulator) atas harga yang dikenakan dan jumlah

yang harus disediakan. Aset-aset infrastruktur yang tetap dipercayakan kepada

konsesioner untuk waktu kontrak tertentu, tetapi setelah kontrak habis maka aset

infrastruktur akan menjadi milik pemerintah. Periode konsesi diberikan biasanya lebih

dari 25 tahun. Lamanya tergantung pada perjanjian kontrak dan waktu yang dibutuhkan

oleh konsesioner swasta untuk menutup biaya yang telah dikeluarkan.

Pada sektor air bersih, konsesi memiliki peran penuh dalam pelayanan air pada suatu area

tertentu. Cara konsesi telah banyak digunakan baik tingkat kota maupun tingkat nasional.

Struktur pembiayaan pada kontrak konsesia adalah pihak swasta bertanggung jawab atas

semua modal dan biaya operasi, termasuk pembangunan infrastruktur, energi, material,

dan perbaikan-perbaikan selama berlakunya kontrak. Pihak swasta memiliki wewenang

untuk mengambil langsung tarif dari pengguna. Tarif yang berlaku telah ditetapkan

sebelumnya pada penjanjian kontrak konsesi, dimana tarif tersebut memiliki

kemungkinan untuk berubah pada waktu-waktu tertentu. Pada beberapa kasus,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

23

pemerintah dapat membantu pendanaan untuk menutup pengeluaran konsesioner dan hal

ini merupakan salah satu bentuk jaminan pemerintah namun hal ini sebaiknya

dihindarkan. Skema konsesi ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Investasi

Investor

(Swasta)

Pemasok Air

BakuPDAM

PelangganRekening

Escrow

3.2c

3

2

1.1

1.2

2.1

2.2

3.1

3.2a

3.2b

1

Gambar 2. 6 Skema Kontrak Konsesi

(Sumber. Departemen Pekerjaan Umum, Maret 2006)

Keterangan :

1. Perjanjian Konsesi (Produksi, Distribusi, dan Pengembangan)

1.1. Pembayaran Royalti / Kewajiban

1.2. Pembayaran Imbalan (Water Charge)

2. Kontrak Penyediaan Air Baku

2.1. Rekening Air Baku (Rp / m3)

2.2. Penyediaan Air Baku

3. Perjanjian Pelanggan dengan Swasta

3.1. Pelayanan Air Bersih

3.2. Rekening Air Bersih (Rp/ m3)

Lima skema utama KPS yang dibahas dalam penelitian ini memiliki beberapa

karakteristik utama. Karakteristik utama kelima skema KPS tersebut disajikan pada Tabel

2.2 berikut ini.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

24

Tabel 2. 2 Karakteristik Skema-Skema KPS

Fitur

Pilihan KPS

Serrvice

Contract

Management

Contract

Lease

Contract BOT Consession

Kepemilikan

aset Pemerintah Pemerintah Pemerintah

Pemerintah dan

swasta Pemerintah

Tujuan

Kerjasama

Peningkatan

efisiensi

operasioana

Peningkatan

efisiensi

pengelolaan

Peningkatan

efisiensi

pengelolaan

Mobilisasi modal

swasta dan

transfer keahlian

Mobilisasi modal

swasta dan

transfer keahlian

Kewenangan

manajemen

Dominan

pemerintah Swasta Swasta Swasta Swasta

Resiko

komersil Pemerintah Pemerintah Swasta Swasta Swasta

Durasi

kerjasama

(tahun)

1-2 3-5 8-15 25-30 25-30

Kegiatan

Pelayanan Produksi

Distribusi

Pemeliharaan

Penagihan

Produksi

Distribusi

Pemeliharaan

Penagihan

Produksi

Distribusi

Produksi

Distribusi

Produksi

Distribusi

Pemeliharaan

Penagihan

Investasi

swasta Rendah Rendah Rendah-Sedang Tinggi Tinggi

Keuntungan Kecil Kecil Kecil Menguntungkan Menguntungkan

Efisiensi Terbatas Terbatas Terbatas Tinggi Tinggi

Cakupan

Kegiatan Kontrak

perawatan

peralatan dan

fasilitas

Pencatatan

alat

ukur/meter

Pengajuan

rekening dan

penagihan

Perbaikan

darurat

Penyewaan

peralatan

Pengoperasian

dan perawatan

Pengelolaan

fasilitas

Pengelolaan

sistem

Pengelolaan

administrasi

Pengelolaan

seluruh atau

sebagian sistem

Pengelolaan

fasilitas

Pengoperasian

peralatan

Pembangunan

prasarana dan

sarana

Pengelolaan

prasarana dan

sarana

Pengelolaan

sistem

Pembiayaan

modal kerja Pemerintah Pemerintah Swasta Swasta Swasta

Pengaturan tarif Pemerintah

Pemerintah

Sesuai kontrak

dan regulasi Swasta

Sesuai kontrak

dan regulasi

Pengumpulan

tarif Pemerintah Swasta Swasta Swasta Swasta

Sumber : World Bank

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

25

Berdasarkan karakteristik-karakteristik kelima skema KPS yang telah dibahas

sebelumnya, maka pelaksanaan kerjasama dengan pihak swasta seharusnya dapat

diterapkan pada pengelolaan infrastruktur air minum. Pengelolaan air minum di

Indonesia saat ini kebanyakan masih dikelola oleh PDAM. Untuk meningkatkan kinerja

PDAM, maka PDAM perlu menarik minat pihak swasta untuk bergabung. Pada PDAM,

banyak bagian kegiatan yang dapat dilakukan oleh pihak swasta. Untuk itu PDAM harus

mampu menyediakan dan memilih bagian pekerjaan yang akan diberikan kepada swasta

dalam rangka KPS. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain adalah :

1. Produksi, ada dua kegiatan yang beruhubungan dengan produksi, yaitu peningkatan

produksi dan pengelolaan produksi. Sebagian besar sistem distribusi PDAM

mempunyai kebocoran yang cukup tinggi. Dengan kebocoran tersebut PDAM harus

menjual air dengan harga lebih tinggi dari harga yang diberikan oleh swasta.

Sedangkan swasta hanya menghitung air terjual melalui meter induk yang dipasang

bersama.

Dalam kondisi demikian, PDAM harus mampu menghitung harga jual air dari swasta

dan penjualan kepada masyarakat. Jika menggunakan harga jual yang ditetapkan oleh

swasta, maka perlu dilakukan pengamatan terhadap daya beli masyarakat. Hal ini

harus diperhatikan dengan baik agar masyarakat tetap dapat membeli air dari PDAM.

Apabila terjadi kenaikan harga air, maka kenaikan harga tersebut harus disetujui DPR.

Agar kenaikan harga air sesuai jadwal, maka persetujuan DPR perlu diajukan lebih

awal atau persetujuan telah dilakukan sebelum dilakukan kontrak kerjasama dengan

pihak swasta.

Sedangkan untuk pengelolaan produksi akan memberikan keuntungan bagi PDAM

apabila pihak swasta dapat melakukan efisiensi. Dari hasil efisiensi ini dilakukan

pembagian keuntungan antara PDAM dengan Swasta. Oleh karena itu PDAM harus

mempelajari perjanjian kerjasama secara cermat, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan.

2. Distribusi, pada distribusi terdapat dua kegiatan yang perlu diperhatikan yaitu

kebocoran distribusi dan pengelolaan sistem distribusi. Kebocoran distribusi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

26

merupakan pekerjaan yang harus segera ditangani walaupun rumit, memerlukan waktu

dan biaya. Penambahan produksi tidak akan berarti bila kebocoran sistem distribusi

tidak ditangani. Pekerjaan ini sebaiknya tidak ditawarkan kepada swasta karena

biasanya pihak swasta tidak mau menerima pekerjaan yang memiliki resiko tinggi.

Dalam pengelolaan distribusi merupakan pekerjaan rumit dan beresiko tinggi,

sehingga tidak menarik bagi swasta. Bila pekerjaan ini diberikan pengelolaannya

kepada pihak swasta, maka kegiatan yang diberikan harus secara total, mulai dari

pemompaan, kebocoran, pelanggan baru dan pembacaan meter. Tenaga kerja yang

terlibat dalam pengelolaan distribusi ini banyak, sehingga pihak swasta akan

mengadakan seleksi bagi tenaga kerja PDAM. Hal ini dikawatirkan akan banyak

tenaga kerja dari PDAM tidak dapat dialihkan demi efisiensi.

3. Pelayanan distribusi, untuk PDAM tertentu tambahan permintaan khusus industri

cukup tinggi. Kondisi ini merupakan pasar yang jelas, harga air tinggi, sehingga dapat

memberikan pendapatan keuntungan bagi PDAM. Apabila PDAM dapat mencari

modal dengan pinjaman lunak, dan bisa membangun sendiri, maka PDAM akan

memperoleh keuntungan yang besar. Akan tetapi bila pinjaman sulit, maka KPS harus

dilakukan, PDAM harus mampu membuat perjanjian sedemikian rupa sehingga

PDAM memperoleh bagi hasil yang wajar. Pekerjaan yang beresiko kecil ini akan

menarik pihak swasta, sehingga timbul persaingan yang tidak wajar.

4. Area Baru, untuk pengembangan pelayanan air minum pada masyarakat, barangkali

ada suatu area yang sangat potensial dengan jumlah calon pelanggan cukup besar.

Pada area ini PDAM telah melayani sebagian kecil masyarakat. Area inilah merupakan

obyek yang paling mudah diswastakan. Sehingga masyarakat akan mendapat

kemudahan dan keuntungan, antara lain : masyarakat segera terlayani, PDAM akan

mempeoleh tambahan pendapatan, pembagian tanggung jawab jelas, perjanjian dan

peraturan dapat dibuat dengan mudah dan resiko dapat diperkirakan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

27

Berdasarkan perbandingan kelima skema KPS serta pemilihan jenis kegiatan yang dapat

dikelola oleh pihak swasta tersebut, maka perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk

memperoleh skema KPS yang optimal, dan sesuai dengan keadaan di Indonesia.

2.3 Pemilihan Skema KPS

Pemilihan skema KPS yang paling sesuai dengan kondisi suatu negara sangatlah penting.

Skema-skema tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga

penggunaanya harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dan kondisi dari negara

yang akan menerapkannya (Zhang,2005). Pemerintah sebagai pihak yang akan

melaksanakan kerjasama perlu memahami mana skema yang paling sesuai, dan

dikomunikasikan secara terbuka pada masyarakat, karena bagaimanapun juga

infrastruktur yang akan dijalankan adalah milik masyarakat (Sanjoyo & Dwijowijoto,

2006).

Setiap infrastruktur yang akan dikerjasamakan harus dilakukan Feasibility Study (FS),

yang dapat dilakukan oleh pihak swasta, bantuan pemerintah pusat dan PDAM sendiri.

Apabila FS dilakukan swasta, maka PDAM harus mampu memantau variabel-variabel

yang dimainkan, sehingga dapat diketahui hal-yang menguntungkan dan merugikan

PDAM

Dengan kenyataan di lapangan tersebut, maka FS dilakukan dengan bantuan pemerintah

pusat yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk membantu menganalisis hasil FS.

Sehingga apabila ada variabel yang merugikan dan membahayakan PDAM dapat segera

diketahui. Karena kalau terjadi kerugian, maka PDAM yang akan menanggung sendiri

kerugiannya.

2.4 Riset Terdahulu

Untuk mendukung pemilihan aspek-aspek yang akan dikaji pada pemilihan skema KPS,

maka dicari rujukan berupa riset-riset yang telah dilakukan sebelumya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

28

2.4.1 PPP-Readiness Self-Assessment

UNESCAP (2005) dalam PPP-Readiness Self-Assessment membuat suatu alat berupa

kuisioner yang dapat membantu pemerintah dalam menentukan dan memberikan

penilaian dalam melibatkan pihak swasta untuk kerjasama. Fungsi utama dari alat ini

adalah untuk mengetahui masalah dalam rangka menarik pihak swasta untuk berinvestasi

pada pembangunan infrastruktur. Tujuan dari PPP-Readiness Self-Assessment, adalah

kuisioner diisi oleh sekelompok kecil orang-orang yang mengerti mengenai investasi

tersebut. Idealnya kelompok tersebut merupakan gabungan dari stakeholder yang

memiliki minat yang sama. Misalnya grup terdiri dari grup pemerintah atau grup swasta.

Pada saat pengisian kuisioner, grup ini dapat berdiskusi mengenai persamaan dan

perbedaan persepsi mereka mengenai kerjasama. Berdasarkan penilaian mereka maka

dapat dipersiapkan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk melaksanakan kerjasama.

Dalam kajian ini, kuisioner dibagi berdasarkan dua bagian. Bagian pertama difokuskan

pada kondisi investasi secara umum dalam suatu negara. Variabel yang dikaji dalam

fokus ini adalah (1) Lingkungan Makroekonomi; (2) Kondisi Bisnis; (3) Kondisi

Finansial; dan (4) Kondisi Hukum dan Pemerintahan Negara. Sedangkan bagian kedua,

kajian difokuskan pada KPS dan penerapannya. Bagian ini mencakup (1) Hukum dan

Peraturan; (2) Kerangka Kebijakan; (3) Kapasitas; (4) Proses kontrak dan proses

pemilihan proyek; (5) Proses setelah pemilihan; (6) Dimensi Sosial. Dalam setiap

variable, terdapat elemen-elemen yang menjadi indikator dalam pemilihan skema KPS.

Untuk lebih jelasnya, variable dan elemen tersebut disajikan pada Tabel 2.3 dan Tabel

2.4.

Tabel 2. 3 Indikator Latar Belakang secara Umum

Lingkungan Makroekonomi 1. Pertumbuhan GDP dengan tingkat yang sesuai

2. Tingkat kepuasan pertumbuhan pada faktor kunci

3. Tingkat kepercayaan bisnis yang tinggi

4. Stabilitas harga

5. Keseimbangan fiskal

6. Tingkat pengangguran yang rendah

7. Stabilitas dan tingkat suku bunga yang rasional

8. Stabilitas nilai tukar

9. Kepuasan dalam pembayaran

10. Tingkat rasio pinjaman yang dapat diterima

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

29

Kondisi Bisnis 11. Jumlah pajak yang rasional, wajar, dan dapat diprediksi

12. Tingkat pajak yang rasional untuk perusahaan

13. Kemudahan dalam membuka suatu bisnis baru

14. Tingkat pendidikan dan keterampilan sumberdaya

15. Jenis pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan suatu negara

16. Infrastruktur yang memadai

17. Tanggung jawab pemerintah terhadap pelaksanaan KPS

18. Komitmen untuk melaksanakan peraturan

19. Pembatasan yang jelas mengenai jumlah keuntungan

20. Sabilitas nilai tukar mata uang asing

Kondisi Finansial 21. Perkembangan sistem perbankan yang dibutuhkan oleh perusahaan

22. Perkembangan jaminan pasar

23. Terbukanya pasar untuk partisipasi swasta

24. Perkembangan pasar yang wajar

25. Peraturan finansila yang efektif

26. Peraturan yang jelas apabila terjadi kebangkrutan dan pertanggung

jawaban pemegang saham

27. Tingkat kredit yang sesuai bagi bisnis perseorangan

28. Keputusan jangka panjang pada sektor finansial

Kondisi Hukum dan

Pemerintahan Negara

29. Hak dan kompensasi yang jelas

30. Perlindungan efektif bagi properti intelektual

31. Pengadilan yang kompeten, merdeka, dan efisien

32. Pengadaan pemerintah yang adil dan transparan

33. Peraturan yang efektif mengenai korupsi

34. Komitmen politik dalam tranparansi finansial

35. Pelaksanaan pemberantasan korupsi oleh pemerintah

36. Partisipasi stakeholder dalam pembuatan peraturan pemerintah

37. Tidak adanya tekanan

38. Jaminan terhadap upah dan keselamatan pekerja

39. Perlindungan lingkungan yang memadai

40. Hukum lingkungan yang jelas dan transparan dan berlaku untuk

semua pihak

Sumber : PPP-Readiness Self-Assessment

Tabel 2. 4 Indikator yang Difokuskan Pada Isu KPS

Hukum dan Peraturan untuk

KPS

41. Peraturan yang jelas mengenai keikutsertaan pihak swasta dalam

KPS

42. Pembatasan partisipasi investor asing dalam proyek KPS

43. Pengadilan yang mengerti dan menerima kerangka hukum KPS

44. Otoritas dan prosedur yang jelas menganai hak setiap pihak

45. Peraturan yang jelas mengenai jenis-jenis KPS

46. Harga dan pengaturan monopoli KPS untuk melindungi komsumen

47. Regulasi harga yang fleksibel

48. Sumberdaya dan kekuatan yang memadai untuk penegakan hukum

KPS

49. Adanya catatan yang jelas mengenai KPS untuk menghindari

keraguan

50. Peraturan yang berkompetensi, bebas, dan efisien

Kerangka Kebijakan KPS 51. Partisipasi swasta dalam KPS memiliki peraturan dasar yang jelas,

dengan dukungan dari pemerintah

52. Kebijakan KPS yang jelas mengenai otoritas dan kewajiban

pemerintah

53. Proses yang efektif dalam pelaksanaan pengajuan proposal,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

30

identifikasi, dan struktur proyek

54. Kejelasan proses pengajuan prosposal KPS dalam kerangka

kebijakan

55. Kerangka hukum mendukung proposal

56. Kompetisi sektoral dan peraturan rezim yang dipilih untuk

membatasi kekuatan pasar

57. Kesesuaian proyek dengan rencana nasional atau lokal

58. Keseuaian proyek dengan anggaran keuangan yang dimiliki

pemerintah

59. Kriteria proyek yang didukung oleh pemerintah jelas terdefinisi

60. Partisipasi stakeholders pada perencanaan proyek dan

implementasinya

61. Kebijakan KPS telah melalui revisi dan evaluasi berdasarkan

penerapan

Kapasitas KPS 62. Proses KPS memiliki dukungan politik

63. Penetapan mekanisme dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan

KPS

64. Staff pemerintah memiliki sumberdaya atau informasi dalam

manajemen KPS

65. Kesadaran staff mengenai hukum, finansial dan teknik dasar proyek

KPS

66. Kemampuan staff dalam pelaksanaan KPS secara rutin agar terus

berkembang

67. Kemampuan teknis yang cukup dalam palaksanaan

68. Staff dapat memperkirakan kejadian diluar pekerjaan, termasuk studi

pendahuluan dan strategi mitigasi bencana

69. Dokumentasi KPS dapat diakses publik

70. Sumebrdaya dan fasilitas yang memadai untuk mengajarkan

mengenai KPS

71. Ketentuan pemerintah dalam proyek KPS

Proses kontrak dan proses

pemilihan proyek

72. Prediksi terhadap identifikasi, seleksi, dan kontrak suatu proyek

73. Prosedur yang transparan dalam proses KPS

74. Diadakannya studi pendahuluan untuk proposal yang berniali tinggi

75. Perkiraan terhadap dampak sosila dan lingkungan

76. Perkiraan keselamatan konsumen

77. Pemberian informasi yang sesuai bagi penawar

78. Verifikasi mengenai informasi bisnis jika terdapat pemilihan sponsor

79. Adanya konflik terhadap perbedaan kepentingan

80. Proses tender yang transparan

81. Kriteria objektif untuk sponsor

Proses setelah pemilihan 82. Definisi yang jelas mengenai penawaran pendahuluan

83. Pengawasan yang efektif dan transparan mengenai pelaksanaan

84. Rencana yang baik mengenai pembagian resiko

85. Kontrak tidak dapat dibatalkan

86. Adanya penalti apabila terjadi pelanggaran kontrak

87. Proses penyelesaian suatu konflik jelas

88. Abritase internal yang efektif dalam pemecahan masalah

89. Regulasi teknis yang sesuai untuk syarat proyek

90. Adanya banding terhadap regulasi teknis dan ekonomi

Dimensi Sosial KPS 91. Penerimaan masyarakat mengenai KPS untuk menyediakan

infrastruktur dan pelayanan umum

92. Program untuk memberikan pengertian mengenai KPS

93. Sistem yang terencana untuk mengatasi masalah kemiskinan

94. Kebijakan harga bagi masyarakat miskin

95. Kesejahteraan sosial

96. Partisipasi masyarakat dalam KPS

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

31

97. Mekanisme pelaksanaan infrastruktur proyek KPS

98. Rehabilitasi dan perpindahan masyarakat apabila proyek KPS

dianggap mengganggu

Sumber : PPP-Readiness Self-Assessment

2.4.2 Financial Structuring of Infrastructure Projects in Public-Private Partnership:

An Application to Water Projects

Dalam riset yang dilakukan oleh Vives, et. al, pemilihan skema penyelenggaraan air

minum difokuskan pada aspek kondisi lokal negara yang dianggap paling berpengaruh.

Kondisi lokal negara terbagi dalam delapan variabel yaitu (1) Kerangka hukum; (2)

Ruang fiskal; (3) Resiko Politik; (4) Kondisi-kondisi Makroekonomi; (5) Kapasitas

Institusional; (6) Kemampuan pengguna untuk membayar; (7) Ketersinambungan tarif;

(8) Ukuran dan lokasi infrastruktur. Keterangan mengenai variabel-variabel tersebut

disajikan pada Tabel 2.5.

Proses analisis dilakukan secara sistematikal. Penilaian dilakukan berdasarkan batasan

kondisi lokal yang dibuat untuk investasi pihak swasta. Untuk melaksanakan suatu

proyek, dilakukan peninjauan terlebih dahulu agar proyek tersebut sesuai dengan kondisi

lokal. Kemudian dibuat peta hubungan antara kondisi lokal dengan skema yang akan

digunakan. Dari penilaian mengenai kondisi lokal, dapat diperkirakan kemungkinan yang

akan terjadi, kemudian dipetakan dan dapat diketahui skema mana yang paling sesuai

pada negara tersebut.

Tabel 2. 5 Riset Vives, et. al (2006)

Variabel Definisi Area yang Terpengaruh

Kerangka Hukum Kapasitas dari pengadilan,

undang-undang, regulasi, dan

institusi yang melengkapi

(didalamnya termasuk

keberadaan alternatif mekanisme

resolusi) untuk melaksanakan

kontrak

Mekanisme repencapaian

konflik

Pelaksanaan hukum masalah

air, infrastruktur air, hak

properti

Adanya celah untuk

pelanggaran kontrak

Pelaksanaan kontrak

Resiko Politik Kemungkinan bahwa suatu

proyek akan terpengaruh secara

signifikan apabila terjadi

perubahan kondisi politik negara

atau kabupaten/kotamadya.

Campurtangan politik pada

proyek, pengambilalihan

apabila tejadi pelanggaran

kontrak, isu transfer dan

perubahan

Jaminan apabila terjadi perang

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

32

Ruang Fiskal Kapasitas finansial secara

nasional atau subnasional untuk

menyediakan support pada

proyek.

Tersedianya modal untuk

pembangunan area baru

Kemampuan untuk

melaksanakan pemeliharaan

pada infrastruktur yang ada

Kemampuan untuk

mendukung suatu proyek

dengan cara subsidi

pemerintah

Kondisi-Kondisi Makroekonomi Perubahan ekonomi, termasuk di

dalamnya devaluasi nilai mata

uang, tingkat inflasi yang tinggi

sebagai konsekuensi dari

perubahan internasional dan

ketidakstabilan kebijakan

makroekonomi

Devaluasi dan kejadian

makroekonomi lainnya yang

berakibat pada kestabilan

ekonomi suatu proyek

Kapasitas Institusional Kapasitas institusional

berhubungan dengan empat topik

umum, yaitu (i) Eksistensi dari

peraturan mengenai air, (ii)

Kemampuan untuk melaksanakan

kerangka peraturan, (iii) Kualitas

dari pihak yang berwenang untuk

melaksanakan peraturan, dan (iv)

Pemberantasan korupsi pada

suatu negara dan sektor air dan

sanitasi.

Kemampuan untuk

menegakkan dan mengawasi

peraturan, termasuk peraturan

tarif

Kekurangan kapasitas dan

kemampuan dalam

pengetahuan teknis yang

membatasi kemapuan operasi

Tingkat korupsi, tranparansi

dan kepercayaan, tingkat

kepercayaan investor

Kemampuan Pengguna untuk

Membayar

Kepercayaan dan sikap

masyarakat bahwa air merupakan

komoditas bebas, penerimaan

sektor swasta dalam kerjasama

atau investasi asing.

Kemampuan dari provider

untuk mengumpulkan dan

menetapkan tarif dasar

Ketersinambungan Tarif Kemapuan konsumen untuk

membayar seluruh tarif perbaikan

untuk ketentuan air

Penerimaan tarif oleh

konsumen akan berimbas pada

ketersinambungan proyek

secara jangka panjang

Ukuran dan Lokasi Infrastruktur Efek dari ukuran suatu proyek

dan lokasi proyek tersebut dalam

menentukan kepemilikan, modal,

strategi, dan konfigurasi dari

suatu proyek secara spesifik

Ukuran akan berpengaruh pada

akses investor dan sumberdaya

Lokasi di daerah urban atau

rural dapat menentukan supply

air menjadi lebih efisien

Sumber : Vives, et. al

2.4.3 Approaches to Private Participation in Water Services

World Bank (2006) membuat paper yang dapat membantu negara berkembang yang

tertarik untuk melaksanakan kerjasama dengan swasta untuk meningkatkan akses air

bersih dan pelayanan sanitasi dengan harga yang rasional. Kerjasama di bidang air dan

sanitasi memiliki banyak bentuk. Paper ini fokus pada rencana untuk melibatkan pihak

swasta pada pelayanan rumah tangga dan perkantoran dengan menggunakan jenis

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

33

kerjasama manajemen kontrak, sewa, affermages, dan konsesi. Untuk melaksanakan

kerjasama dengan pihak swasta, diperlukan empat tahap persiapan, yaitu :

1. Mengembangkan aturan mengenai KPS

2. Mendesain detail rencana

3. Memilih mitra swasta yang tepat

4. Melaksanakan rencana yang telah dibuat

Selain itu, world bank juga menyatakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan oleh

pemerintah yang berminat malakukan kerjasama di bidang air minum meliputi (1)

mengurangi hutang negara; (2) Stimulasi pasar modal domestik; (3) Mengurangi subsidi

modal dan operasi; (4) Investasi infrastruktur baru atau rehabilitasi yang sudah ada; (5)

Meningkatkan kualitas layanan; (6) Memperluas jangkauan pelayanan; (7) Mengurangi

harga-harga untuk mengadakan layanan; (8) Pelayanan yang berorientasi; (9) Pemasaran

yang lebih efektif.

2.4.4 Pendekatan Sistem (System Approach) pada Pengelolaan Air Bersih di

Indonesia

Makalah yang dibuat oleh Pramono tahun 2006 ini menguraikan mengenai pendekatan

sistem pengelolaan air bersih di Indonesia. Pendekatan sistem tersebut dapat membantu

menyelesaikan kompleksitas permasalahan pengelolaan air bersih dengan melihat

masalah secara komprehensif. Pandangan komprehensif dapat dilakukan dengan

mengaitkan aspek-aspek yang terkait pada pengelolaan air bersih. Menurut Pramono,

kondisi penyediaan air minum di Indonesia mengatakan bahwa PDAM saat ini selalu

menyelesaikan permasalahan dengan mencari pencapaian terhadap satu aspek tanpa

melihat aspek lain yang terkait, misalnya kerugian yang dialami oleh PDAM selalu

diatasi dengan meningkatkan tarif dasar air tanpa melihat sebab-sebab masalah lainnya.

Keadaan tersebut membuat PDAM mengalami penurunan secara terus-menerus setiap

tahunnnya. Oleh sebab itu pengelolaan air bersih harus dipandang dari beberapa aspek

terkait, yaitu :

a. Lingkungan fisik, terdiri dari lingkungan alamiah yang meliputi: (1) Topografi,

yang mempengaruhi keputusan dimana instalasi pengolah air, pompa, tangki

distribusi harus diletakkan, yang akan mempengaruhi terhadap pengoperasian

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

34

sistem tersebut, (2) kondisi hidrologi, mempengaruhi jumlah dan kualitas air baku

yang tersedia, dan (3) Iklim, mempengaruhi pola kebutuhan air rumah tangga, dan

lingkungan buatan manusia terdiri dari pencemaran air tanah dan air permukaan

(kualitas lingkungan), tata letak geografi yang sangat mempengaruhi proses

pengambilan keputusan dalam perencanaan dan perancangan sistem air bersih,

biaya pelayanan dan cara pengolahan sistem.

b. Lingkungan sosial, yang terdiri dari kependudukan, kondisi ekonomi, peta politik,

dan tata hukum. Kependudukan sangat berpengaruh pada pola distribusi air

dengan adanya tingkat kelahiran dan laju urbanisasi yang tinggi. Kondisi ekonomi

mempengaruhi pola kebutuhan air non rumah tangga, sementara distribusinya

kegiatan sosial dan ekonominya akan mempengaruhi pola sistem distribusinya.

Peta politik terdiri dari sistem politik dan kemauan politik dari pemerintah

mengembangkan pelayanan air bersih. Sistem politik dan sistem pemerintahan

suatu negara akan memepengaruhi kelembagaan dalam perusahaan air bersih.

Kemauan politik adalah kemauan pemerintah untuk mengembangkan pelayanan

air bersih. Sedangkan tata hukum adalah himpunan peraturan perundangan dari

pemerintah pusat maupun daerah, yang secra langsung atau tidak langsung

mempengaruhi pengoperasian pengelolaan air bersih.

c. Aspek teknologi, dengan adanya kebutuhan yang besar, teknologi dibutuhkan

untuk mengembangkan pelyanan air bersih di Indonesia sama dengan yang

diterapkan di negara maju. Penerapan teknologi mutakhir dihadapkan pada

kendala-kendala pemeliharaan yang tidak baik, ketergantungan teknologi, kurang

terampilnya operator. Hal-hal tersebut yang membedakan negara maju dan negara

berkembang.

d. Aspek Kelembagaan, karena pengelolan dan penyediaan air bersih di Indonesia

dibagi menjadi tiga bagian yaitu tingkat nasional, tingkat daerah, maupun tingkat

komunitas. Tingkat nasional diwujudkan keterlibatan pemerintah pusat dalam

pengawasan dan pengontrolan dalam semua tahap pengelolaan sistem, termasuk

pada aspek teknologi dan keuangan. Pengelolaan di tingkat daerah, pemerintah

daerah menyerahkan langsung ke perusahaan daerah, dinas atau lembaga swasta

untuk melakukan pengelolaan air bersih, sedangkan pemerintah daerah hanya

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

35

bersifat pengawas. Tingkat komunitas terjadi karena terbatasnya kemampuan

membayar dan kekurangan kapasitas air bersih maka banyak orang memperoleh

air bersih dari penjaja air dan hidran-hidran umum.

e. Aspek keuangan, dalam penyediaan dan pengelolaan keuangan adalah

menciptakan keadilan di antar para pengguna dan mengelola sistem secara efisien

dan efektif. Beberepa prinsip seperti kemandirian, pemulihan biaya, struktur tarif

dan penggalangan sumberdaya merupakan pedoman dalam pengelolaan keuangan

dari pelayanan air bersih pada kota maupun kabupaten di Indonesia.

f. Tingkat pelayanan, meliputi (1) cakupan pelayanan adalah perbandingan antara

penduduk yang dilayani dan jumlah penduduk kota seluruhnya, (2) tingkat

konsumsi rata-rata adalah perbandingan antara produksi air total dan penduduk

yang dilayani oleh sistem air bersih, (3) keaneka ragaman pemakai air, dan (4)

kualitas air, kualitas air yang didistribusikan sesuai dengan syarat yang

ditetapkan.

g. Efisiensi pengelolaan, merupakan ukuran kelangsungan sistem manajemen dalam

memberikan dan meningkatkan pelayanan. Hal tersebut diukur dengan empat

indikator yaitu, (1) produktivitas adalah angka rata-rata dari jumlah pelanggan

yang dilayani dibagi jumlah karyawan, (2) efisiensi produksi adalah perbandingan

antara air secara nyata diproduksi dan kapasitas pengolah air, (3) air tak terhitung,

(4) program pengembangan adalah tanda bahwa perusahaan air bersih mengalami

perkembangan atau setidaknya menjaga tingkat pelayananya dalam hal cakupan

pelayanan atau dalam memenuhi tingkat konsumsi rata-rata atau kedunya

berkembang secara bertahap.

2.5 Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

Salah satu prosedur pendekatan yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan

yaitu dengan menggunakan pengambilan keputusan kriteria majemuk atau yang lebih

dikenal dengan MCDM (Multiple Criteria Decision Making). Sistem pengambilan

keputusan kriteria majemuk berhubungan dengan pengambilan keputusan yang memiliki

banyak kriteria dengan konflik yang saling berhubungan didalamnya. MCDM dibuat

dengan tujuan untuk mendukung dan mengembangkan keputusan untuk mencari

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

36

pencapaian terbaik dari berbagai sudut pandang pengambil keputusan. Pengambil

keputusan menggunakan beberapa kriteria keputusan yang dapat mendukung untuk

memperoleh pencapaian atau keputusan yang terbaik dari berbagai sudut pandang

sehingga diharapkan keputusan yang diperoleh merupakan keputusan yang paling efektif.

Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap persoalan

pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

1. Lengkap, sehingga dapat mencakup seluruh aspek penting dalam pesoalan

tersebut.

2. Operasional, yang berarti bahwa kumpulan kriteria harus memiliki arti bagi

pengambil keputusan, sehingga pengambil keputusan tersebut dapat benar-benar

mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap alternative yang ada. Hal ini

dibutuhkan agar kumpulan dari kriteria tersebut dapat digunakan dalam analisis.

Selain itu, jika tujuan pengambilan keputusan harus dapat digunakan sebagai

sarana untuk meyakinkan pihak lain, maka kumpulan kriteria tersebut harus dapat

digunakan sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk

berkomunikasi.

3. Tidak berlebihan, hal ini perlu dilakukan untuk menghindari perhitungan

berulang. Dalam menentukan suatu kriteria, jangan sampai terdapat kriteria yang

pada dasarnya memiliki pengertian yang sama.

4. Minimum, yaitu mengusahakan agar dapat menentukan jumlah kriteria sesedikit

mungkin. Hal ini diperlukan untuk lebih memudahkan persoalan, karena semakin

banyak kriteria akan semakin susah untuk mengerti persoalan dengan baik, dan

jumlah perhitungan yang diperlukan dalam analisis akan meningkat dengan cepat.

2.5.1 Analytic Hierarchy Process (AHP)

AHP adalah suatu sistem pengambilan keputusan yang dibuat untuk memecahkan

masalah yang memiliki aspek atau kriteria cukup banyak Dengan hirarki suatu masalah

yang kompleks dan tidak terstruktur dapat dipecahkan ke dalam kelompok–kelompok,

lalu diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Saaty,T.L,1986 ). AHP didesain untuk dapat

digunakan pada penilaian yang bersifat subyektif untuk menyusun urutan dari prioritas

elemen–elemen berdasarkan bobot elemen yang ditinjau dengan menggunakan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

37

perbandingan berpasangan antar elemen. AHP digunakan untuk mendapatkan bobot

elemen, atau dalam metode ini bisa disebut sebagai skala rasio, dari perbandingan

pasangan pada struktur hirarki yang multi level. Model AHP dalam proses pengambilan

keputusan menggunakan pendekatan kolektif dari beberapa opini atau pendapat individu.

Pengambilan keputusan dengan menggunakan metode AHP didasarkan pada tiga prinsip

pokok, yaitu :

1. Penyusunan hirarki

Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah yang dilakukan untuk

mendefinisikan suatu maslah yang rumit dan kompleks hingga menjadi lebih jelas

dan detail. Hirarki keputusan disusunberdasarkan pandangan dan opini dari pihak-

pihak yang memiliki keahlian dan pengetahuan pada bidang yang bersangkutan.

Keputusan yang akan diambil dijadikan sebagai tujuan dan dibuat menjadi

elemen-elemen yang lebih rinci hingga tercapai suatu tahapan yang terukur.

Hirarki permasalahan akan mempermudah pengamil keputusan untuk menarik

kesimpulan dari permasalahan tersebut.

2. Penentuan prioritas

Prioritas elemen-elemen kriteria dapat dilihat sebagai kontribusi elemen tersebut

terhadap tujuan. AHP melakukan analisis prioritas elemen dengan metode

perbandingan berpasangan antar dua elemen sehingga seluruh elemen yang ada

tercakup. Prioritas dibuat berdasarkan pandangan para pihak yang dianggap ahli

dan yang memiliki kepentingan terhadap pengambilan keputusan baik secara

langsung maupun tidak langsung.

3. Konsistensi logis

Konsistensi dari jawaban yang diberikan oleh responden merupakan prinsip

pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil pengambilan keputusan.

Secara umum, responden harus memiliki konsistensi dalam melakukan

perbandingan elemen. Jika A>B dan B>C maka secara logis responden harus

menyatakan bahwa A>C, berdasakan nilai numeric yang telah disediakan.

Langkah–langkah yang dilakukan dalam AHP secara ringkas dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

38

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan pencapaian yang diinginkan yang

merupakan fokus dari masalah yang akan diambil keputusannya.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan

sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria

yang paling bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria

yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan penetapan dari

pengambilan keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen

terhadap elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh penentapan seluruhnya

sebanyak n x [(n -1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang

dibandingkan.

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka

pengambilan data diulang.

6. Mengulangi langkah 3,4 dan 5 untuk seluruh tingkatan hirarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis

penetapan dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkatan terendah

sampai pencapaian tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian

data penetapan harus diperbaiki.

Thomas L. Saaty menetapkan skala satu sampai dengan sembilan untuk menilai

perbandingan berpasangan (paired comparison). Hal tersebut didasarkan pada psikologis

manusia yang mampu mengestimasi besaran sederhana dengan menggunakan panca

indera. Skala perbandingan berpasangan tersebut disajikan pada tabel berikut ini.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

39

Tabel 2. 6 Skala perbandingan berpasangan pada AHP

Intensitas

Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyaipengaruh yang

sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting daripada elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit

menyokong satu elemen dibandingkan

elemen lainnya

5 Elaman yang satu lebih penting

daripada elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat

menyokong satu elemen dibandingkan

elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih mutlak

penting daripada elemen lainnya

Satu elelemen yang kuat disokong dan

dominan terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting daripada

elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang

satu terhadap elemen yang lain memiliki

tingkat penegasan tertinggi yang

mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua perbandingan

yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua

kompromi di antara dua pilihan

Kebalikan

(aji = 1/aij) Jika untuk aktivitas i mendapatkan satu angka dibandingkan dengan aktivitas j,

maka j mempunyai nilai kebalikannya dibandingkan dengan i.

Sumber : Saaty, 1986

2.5.2 Analytic Network Process (ANP)

Secara umum, dikarenakan metode ANP relatif baru dan merupakan pengembangan dari

metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Saaty (1980),

memiliki kelebihan dibanding AHP, karena tidak semua persoalan dapat disusun secara

hirarkis karena adanya dependensi (inner/outer), hubungan saling mempengaruhi diantara

dan di dalam kluster (kriteria dan alternatif).

Secara ringkas, Saaty (1999), ANP menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level-

level seperti pada hierarki yang digunakan dalam AHP, yang merupakan titik awal ANP.

Konsep utama dalam ANP adalah pengaruh (influence), sedangkan konsep utama AHP

adalah preferensi (preferrence).

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

40

Tujuan

Sub

Tujuan

Kriteria

Sub

Kriteria

Faktor-

faktor

Evaluasi

Alternatif-

Altenatif

Cluster AAlternatif-

Alternatif

Cluster DCluster B

Cluster C

Gambar 2. 7 Perbandingan Struktur Hirarki dan Jaringan

(Sumber. Saaty, 1996)

Pada AHP terdapat level tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif, dimana masing-

masing level memiliki elemen. Sedangkan pada ANP, level dalam AHP disebut kluster

yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya, disebut dengan simpul. Dengan

feedback, alternatif-alternatif dapat bergantung atau terikat pada kriteria seperti pada

hierarki tetapi dapat juga bergantung atau terikat pada sesama alternatif. Kriteria-kriteria

itu sendiri dapat tergantung pada alternatif-alternatif dan pada sesama kriteria. Adanya

feedback tersebut akan meningkatkan prioritas yang diturunkan dari judgements dan

membuat prediksi menjadi lebih akurat, sehingga hasil dari ANP diasumsikan akan lebih

stabil.

AHP dan ANP sama-sama menggunakan skala rasio. Kedua skala diperoleh dari pairwise

comparison (pembandingan berpasangan) dengan menggunakan judgements atau rasio

dominasi pasangan dengan menggunakan pengukuran aktual. Konsepsi ini membuat

ANP menawarkan obyektifitas pengukuran terkait masalah yang ingin dipecahkan dalam

penelitian ini. Pada dasarnya, dengan AHP, para pengambil keputusan akan diarahkan

untuk memilih yang “paling disukai” atau “lebih diinginkan”, sebaliknya ANP akan

menuntun kepada suatu konsep yang lebih obyektif, yaitu “apa yang paling

berpengaruh”. Pertanyaan terakhir jelas memerlukan observasi faktual dan pengetahuan

untuk menghasilkan jawaban-jawaban yang valid, yang membuat pertanyaan kedua lebih

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

41

obyektif dari pada pertanyaan pertama. Prosedur untuk mendapatkan skala rasio dapat

dibaca pada bagian a, sedangkan supermatriks dalam ANP dapat dibaca pada bagian b.

Adanya pengaruh-pengaruh feedback dalam ANP memberi konsekuensi, dibutuhkannya

matriks besar yang dikenal dengan supermatriks, yang berisikan suatu set dari sub-

matriks. Keberadaan supermatriks ini diharapkan dapat menangkap pengaruh dari

elemen-elemen pada elemen-elemen lain dalam jaringan.

a. Formulasi Matematis pada Metode ANP

Formulasi matematis pada Model Pemilihan Skema KPS dilakukan dengan

menggunakan matriks seperti yang digunakan pada AHP. Untuk suatu subsistem operasi

dengan n elemen operasi (A1,A2,...,An) maka hasil perbandingan berpasangan elemen-

elemen operasi tersebut membentuk matriks perbandingan yang dimulai dari tingkat

hirarki tertinggi dimana terdapat suatu kriteria yang digunakan sebagai dasar pembuatan

perbandingan.

Tabel 2. 7 Matriks Perbandingan Berpasangan

nnnnn

n

n

n

aaaA

aaaA

aaaA

AAA

...

.....

.....

.....

...

...

...

21

222212

112111

21

Matriks A berukuran n x n diasumsikan terdapat n elemen, yaitu w1,w2,...,wn yang akan

dinilai secara perbandingan. Nilai (judgement) perbandingan secara berpasangan antara

(wi, wj) dapat dipresentasikan sebagai berikut :

wi / wj = a(j,i) ; i,j = 1,2, 3, ..., n ( 2.1)

Dalam hal ini matriks yang digunakan sebagai matriks pembanding adalah matriks A

yang memiliki unsusr-unsur aij dengan i,j = 1,2, 3, ..., n.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

42

Nilai unsur aij adalah perbandingan kepentingan elemen operasi Ai terhadap elemen

operasi Aj. Besarnya nilai aji adalah 1/ aij, yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan

elemen operasi Aj terhadap elemen operasi Ai.

Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi A1,A2,...,An tersebut dinyatakan sebagai

vektor w, dengan w =( w1,w2,...,wn), maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1

dibandingkan A2 dapat pula dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen operasi A1

terhadap A2 yaitu w1/w2 yang sama dengan a1,2 , sehingga matriks perbandingan

dinyatakan sebagai berikut :

Tabel 2. 8 Matriks Perbandingan Preferensi

nnnnn

n

n

n

wwwwwwA

wwwwwwA

wwwwwwA

AAA

/...//

.....

.....

.....

/...//

/...//

...

21

222122

121111

21

Nilai w1/w2 , dengan i,j = 1,2, 3, ..., n diperoleh melalui penilaian responden yang ahli dan

berkompeten di bidang masalah yang dianalisis. Bila matriks dikalikan dengan vektor

kolom w =( w1,w2,...,wn), maka diperoleh hubungan :

nnnnnn

n

w

w

w

n

w

w

w

wwwwww

wnwwwww

wwwwww

2

1

2

1

21

22212

12111

///

............

/...//

/...//

aij . wi / wj = 1 ; i,j = 1,2, 3, ..., n

n

j 1

aij . wi / wj = n ; i,j = 1,2, 3, ..., n

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

43

n

j 1

aij . wj = n wi ; i,j = 1,2, 3, ..., n

w adalah eigenvetor dari matriks A dengan eigenvalue n.

Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai w, maka dapat diselesaikan melalui

persamaan berikut :

𝐴 − 𝑛𝐼 𝑤 = 0

Dimana I adalah matriks identitas. Persamaan ini menghasilkan pencapaian yang tidak

nol bila (jika dan hanya jika) n yang merupakan merupakan eigenvalue dari A dan w

adalah eigenvector. Dari persamaan Aw = nw. Jika n diganti dengan vektor λ maka

menjadi :

Aw = λw ; λ=( λ1, λ2, ..., λn ) (2.2 )

Jika A = [aij] adalah matriks n x n yang diberikan dengan persamaan vektor Aw = λw ,

dengan λ suatu bilangan, maka dapat dibuktikan bahwa vektor nol, w = 0, merupakan

penyelesaian dari persamaan vektor tersebut untuk sembarang nilai λ. Apabila persamaan

tersebut memberikan penyelesaian w ≠ 0 maka λ disebut nilai eigen (eigenvalue) atau

nilai karakteristik dari matriks A. Sembarang matriks n x n paling tidak akan mempunyai

I atau paling banyak n nilai eigen (bilangan riil atau kompleks) yang berbeda (Kreyzig,

1988).

Penyelesaian padanannya, yaitu untuk w ≠ 0 dari persamaan tersebut adalah vektor eigen

(eigenvector) atau vektor karakteristik dari A yang berpadanan dengan nilai λ. Himpunan

nilai-nilai eigen disebut spektrum dari A. Nilai mutlak terbesar dari nilai eigen A disebut

radius spektral dari A (Kreyzig, 1988). Vektor eigen dari matriks A tidak bernilai nol (w ≠

0) sehingga Aw = λw atau (1/ λ)A mentransformasikan matriks W menjadi W (Saaty 1996).

Sistem persamaan linear homogen mempunyai penyelesaian nontrivial jika dan hanya

jika determinan dari matriks A sama dengan nol. Nilai w akan menjadi vektor eigen jika

merupakan pencapaian bukan nol dari (λI-A)w = 0, dimana I adalah matriks identitas.

Persamaaan ini dapat menghasilkan pencapaian tidak nol jika dan hanya jika λ

merupakan nilai eigen dari A dan w adalah vektor eigennya. Komponen matriks W terdiri

A w = n w

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

44

dari set pencapaian dengan matriks (λI-A). Dengan tujuan matriks menjadi bukan nol,

maka determinannya, det(λI-A), desebut sebagai determinan persamaan karakteristik, atau

disederhanakan menjadi │λI-A│harus bernilai nol.

Dengan menguraikan determinan matriks, maka kita memperoleh suatu polinom

berderajat n dalam λ, dan memiliki bentuk λn-a1 λn-1+...+ an dan disebut juga sebagai

polinom karakteristik yang berkaitan dengan A. Akar-akar dari λi, i=1,...,n dari

persamaan karakteristik │λI-A│=0 merupakan nilai eigen yang didinginkan.

Dalam karakteristik polinominal, koefisien dari λn-1 yaitu a1 merupakan penjumlahan dari

elemen-elemen diagonal matriks A sehingga :

a1 =

n

i 1

aij ≡ perunutan (A) (2.3)

Merupakan hal yang juga benar bahwa akar-akar persamaan karakteristik yang

dinyatakan sebagai akar-akar persamaan polinominal berderajat ke-n, akan memenuhi :

λi=

n

i 1

a1≡ perunutan (A) (2.4)

Nilai eigen dari suatu matriks bujur sangkar A adalah akar-akar dari persamaan polinom

karakteristik yang berkaitan dengan A.

n

i 1

λi =│A│ (2.5)

Berdasarkan beberapa persamaan tersebut, diketahui bahwa persamaan dapat

difaktorisasi menjadi (λ-λ1) (λ-λ2)... (λ-λn) dari persamaan polinomial karakteristik, maka

persamaan karakteristik tersebut akan mempunyai banyak akar. Akar multiple λi dari

multiplikasi k akan muncul dalam faktorisasi dalam bentuk (λ-λ1)k untuk akar sederhana

k=1.

Untuk menentukan vektor eigen, maka nilai eigen harus ditentukan terlebih dahulu.

Setelah nilai ini diketahui, maka vektor eigen dapat ditentukan dengan sistem persamaan

homogen (λ-λ1)w = 0, dimana λ adalah nilai eigen yang vektor eigennya akan ditentukan.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

45

b. Formulasi Supermatriks

Supermatriks terdiri atas beberapa submatriks, dimana setiap blok submatriks berisi

eigenvector-eigenvector dari matriks perbandingan berpasangan A (eigenvector-

eigenvector hasil matriks perbandingan berpasangan antar kriteria atau alternatif) yang

terbentuk pada tahap sebelumnya, atau merupakan submatriks-submatriks nol (elemen-

elemen dalam submatriks seluruhnya bernilai nol). Supermatriks terbentuk tersebut

merupakan supermatriks yang belum diberikan bobot (unweighted supermatriks). Untuk

membentuk supermatriks maka dapat diasumsikan bahwa komponen k, dinyatakan

dengan Ck, k=1,...,N dengan nk elemen, yang dinyatakan dengan ek1, ek2,...,ekN

sebagaimana diperlihatkan dalam supermatriks pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 9 Supermatriks

NNNN

NnN

N

N

N

N

n

N

n

NnNNNnn

N

WWW

e

e

e

C

WWW

e

e

e

C

WWW

e

e

e

C

eeeeeeeee

CCC

W

......

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

......

......

............

...

21

2

1

22221

22

22

21

2

11211

11

12

11

1

21222221111211

21

Sumber : Saaty,1996

Di dalam supermatriks dimungkinkan adanya perhitungan setiap efek interdependensi

yang terjadi antar elemen-elemen ANP. Dalam supermatriks ini, vektor-vektor bobot

perbandingan antar kriteria diperlihatkan secara jelas sebagai kolom-kolom di dalam

supermatriks yang merepresentasikan dampak dari elemen-elemen di dalam suatu

komponen terhadap elemen dalam komponen lainnya atau terhadap elemen dalam

komponen itu sendiri.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

46

c.Transformasi Nilai Kolom Supermatriks

Dalam supermatriks yang belum diberi bobot (unweighted supermatrix) pada setiap

kolomnya kemungkinan berbentuk kolom yang jika dijumlahkan tidak bernilai satu.

Transformasi perlu dilakukan terhadap kolom-kolom tersebut agar hasil dari penjumlahan

setiap kolom supermatrik tersebut bernilai satu (Sarkis,1999).

Secara umum nilai penjumlahan kolom supermatrik jarang bernilai satu karena setiap

kolom terdiri dari beberapa eigenvector yang apabila dijumlahkan maka masing-masing

kolom menjadi bilangan bulat yang lebih besar dari satu (Saaty 1996). Setiap kolom

supermatriks harus dibuat agar setiap kolomya bila dijumlahkan bernilai 1 (satu) untuk

menghindari divergensi pada nilai yang tak terhingga dan mendapatkan nilai konvergen

dan stabil dalam jangka panjang pada saat dilakukan perhitungan batas limit prioritas.

d. Konsistensi Matriks Perbandingan Berpasangan

Matriks A harus bersifat konsisten, dengan demikian harus memenuhi aspek transivitas.

Matriks bobot A yang diperoleh dari hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai

hubungan kardinal (aij.ajk = aik) dan hubungan ordinal (A>B, B>C, Maka A>C) dengan

demikian apabila A1 lebih disukai daripada A2, dan A2 lebih disukai daripada A3, maka

seharusnya A1 lebih diuskai daripada A3.

Pada kenyataannya, akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut.

Kemampuan numerik manusia terbatas sehingga prioritas yang diberikan untuk

sekumpulan elemen tidak selalu konsistem secara logis terutama jika terdapat banyak

elemen yang harus dibandingkan.

Jika penilaian dilakukan secara konsisten, akan diperoleh niali eigen maksimum dari A

yang berniali N. Jika judgement yang dilakukan tidak konsisten, maka masalah yang

dihadapi akan menjadi A’w’ = λmaxw’. Dimana λmax merupakannilai eigen terbesar

(largest or principal eigenvalue) matriks A (Saaty, 1980).

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - · PDF filePembangunan infrastruktur air bersih akan membutuhkan biaya yang cukup besar. ... umum terkait dengan kerjasama pemerintah dan swasta dalam investasi

47

A akan konsisten jika dan hanya jika λmax=n , dan hasil yang diperoleh selalu λmax≥n.

Untuk itu perlu dilakukan pengukuran error karena ketidakkonsistenan (inconsistency).

Variansi error yang muncul pada saat mengestimasi aij adalah (λmax-n)/(n-1). Indeks

ketidakkonsistenan diformulasikan dalam persamaan C.I = (λmax-n)/(n-1).

Menurut Saaty, suatu matriks pebandingan berpasangan adalah konsisten apabila nilai

Rasio konsistensi (CR) 0,10 dimana CR=CI/RI. Random Index (RI) adalah CI matriks

random dengan skala perbandingan (1-9) beserta kebalikannya.

Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel diperoleh nilai rata-rata

RI untuk setiap orde matriks tertentu sebagai berikut :

Tabel 2. 10 Hubungan antara Orde Matriks dan Random Index (RI)

Orde Matriks 3 4 5 6 7 8 9 10

R.I 0.52 0.89 1.11 1.25 1.35 1.40 1.45 1.49

Sumber : Saaty,1996