BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52964/3/BAB II.pdf · yang sangat...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52964/3/BAB II.pdf · yang sangat...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Turbin Air
Turbin air pada dasarnya mengubah energi potensial fluida menjadi
mekanik, semakin tinggi jatuh air (head) maka semakin besar energy potensial yang
di hasilkan untuk menjadi energy listrik. , tinggi jatuh air juga bisa di buat dengan
cara membendung aliran air sehingga jatuh air dapat maksimal. Pada turbin tidak
terdapat bagian mesin yang bergerak translasi. Bagian turbin yang berputar
dinamakan rotor atau roda turbin. Sedangkan yang tidak bergerak adalah rumah
stator atau rumah turbin. Roda turbin terdapat didalam rumah turbin dan roda turbin
memutar poros daya yang menggerakan atau memutar beban baling-baling,
generator, dan lain – lain.
Adapun perbandingan karakteristik turbin dapat kita lihat pada grafik tinggi
jatuh efektif (m) di banding dengan debit (m3/s) di bawah ini :
Gambar 2.1 Grafik hubungan antara head (m) dengan flow rate (m3/s)
5
Pada gambar 2.1 di jelaskan bahwa turbin Kaplan beroprasi pada head yang
sangat rendah dengan kapasitas aliran yang tinggi atau bisa beroperasi pada
kapasitas yang rendah. Kenapa hal ini terjadi karena sudu-sudu tubin Kaplan bisa
di atur dengan cara manual ataupun otomatis untuk merubah kapasitas. Kebalikanya
dengan dengan turbin Kaplan yaitu turbin pelton, turbin pelton beroprasi pada head
tinggi dengan kapasitas yang rendah. Sedangkan turbin francis dengan
karakteristriknya yang beda dengan turbin lainya yaitu dapat beroperasi pada head
yang sangat rendah atau beroprasi pada head yang tinggi sesuai dengan lingkungan
tersebut dan dapat menyusaikan.
Dengan cara ini kita dapat menentukan turbin yang kita pilih dengan cara
melihat lingkungan yang ada dengan menentukan head air dan kurang lebih pada
rata-rata aliranya. Rata-rata turbin impuls di buat untuk tempat dengan head tinggi,
sedangkan turbin reaksi di gunakan dengan tempat yang head nya rendah. Dengan
ini saya menyimpulkan bahwa turbin Kaplan baik digunakan untuk semua jenis
debit dan head, dengan itu efesiensi yang di hasilkan sangat baik dalam kondisi
aliran apapun.
Dengan teori yang ada, pengaplikasian turbin berdasarkan tinggi head yang
didapatkan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Pengaplikasian turbin air terhadap tinggi head
Jenis Turbin Variasi Head (m)
Kaplan dan Propeller 2<H< 20 Francis 10<H< 3500
Pelton 50<H< 1000
Cross-Flow 6<H< 100
Turgo 50<H< 250 Sumber : (Sunyoto,2013)
6
Di jelaskan bahwa setiap turbine mempunyai kecepatan range dengan
spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 2.2 Spesifikasi kecepatan pada turbin
No kecepatan spesifikasi Ns (RPM) Jenis turbin air
1 10<35 Turbin pelton nozel 1
2 35<60 Turbin pelton nozel <1
3 60<300 Turbin Francis
4 300<1000 Turbin Kaplan
5 350<1050 Turbin Propeller
Sumber : (Sunyoto, 2013)
2.2. Jenis-jenis Turbin Air
Turbin air sendiri mempunyai 2 jenis tipe yaitu:
a.) Turbin impuls atau Turbin aksi
Turbin aksi adalah jenis turbin yang mengalami proses ekspansi fluida
kerja hanya terjadi pada sudu-sudu tetapnya saja. Energi potensial yang ada
pada air dirubah menjadi energi kinetik pada nosel. Dengan demikian air yang
keluar pada nosel akan memancar dengan kecepatan tinggi. Pancaran air
tersebut akan menumbuk sudu-sudu yang terdapat pada runner, sehingga
runner berputar akibat adanya tumbukan air tersebut. Dalam proses ekspansi
fluida kerja diharapkan tidak terjadi penurunan tekanan pada sudu gerak.
Tetapi pada kenyataannya penurunan tekanan pada sudu gerak tetap ada (kecil
dan dapat diabaikan) yang diakibatkan oleh adanya gesekan, aliran turbulen
dan kerugian lainnya.
b.) Turbin Reaksi
Turbin reaksi disebut juga dengan turbin tekanan lebih karena tekanan
air sebelum masuk roda turbin lebih besar dari pada tekanan air saat keluar roda
7
turbin. Secara umum dapat dikatakan bahwa aliran air yang masuk ke roda
turbin mempunyai energi penuh, kemudian energi ini dipakai sebagian untuk
menggerakkan roda turbin dan sebagian lagi dipergunakan untuk
mengeluarkan air kesaluran pembuangan.
Proses ekspansi fluida kerja pada turbin reaksi terjadi pada sudu tetap
dan sudu geraknya. Air mengalir memasuki roda turbin melalui sudu-sudu
pengarah dengan tekanan yang tinggi. Pada saat air yang bertekanan tersebut
mengalir kesekeliling sudu-sudu, runner turbin akan berputar penuh. Energi
yang ada pada air akan berkurang ketika meninggalkan sudu. Energi yang
hilang tersebut telah diubah menjadi energi mekanis oleh roda turbin.
Ada beberapa contoh dari turbin impuls dan turbin rekasi:
1.) Turbin Impuls
- Turgo
- Michell-banki (disebut turbin crossflow)
- Pelton
2.) Turbin Reaksi
- Kincir air
- Tyson
- Kaplan, Propeleer, Tube, Starflo, Blub
- Francis
2.3. Klasifikasi Turbin Air
1. Turbin Pelton
8
Turbin Pelton termasuk jenis turbin impuls yang mengubah seluruh energi
air menjadi energi kecepatan sebelum memasuki runner turbin. Turbin Pelton terdiri
dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu
atau lebih alat yang disebut nozzle. Perubahan energi ini dilakukan didalam nozzle
dimana air yang semula mempunyai energi potensial yang tinggi diubah menjadi
energi kinetis. Pancaran air yang keluar dari nozzle akan menumbuk bucket yang
dipasang tetap sekeliling runner dan garis pusat pancaran air menyinggung
lingkaran dari pusat bucket. Kecepatan keliling dari bucket akibat tumbukan yang
terjadi tergantung dari jumlah dan ukuran pancaran serta kecepatannya. Kecepatan
pancaran tergantung dari tinggi air di atas nozzlenya serta effisiensinya. Turbin
Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien. Turbin Pelton
adalah turbin yang cocok digunakan untuk head tinggi. Turbin Pelton untuk
pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150 m tetapi untuk skala
mikro head 20 m sudah mencukupi.
Gambar 2.2. Runner Turbin Pelton
Sumber : (Sunyoto, 2013)
9
Gambar 2.3. Turbin Pelton dengan Banyak Nozzle
Sumber : (Sunyoto, 2013)
2. Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton
turbin turgo merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari
nozzle membentur sudu pada sudut 20o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar
dari turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke
generator sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya
perawatan.
Gambar 2.4 Sudu turbin Turgo dan Nozzle
(Sumber: Sunyoto, 2013)
3. Turbin Banki/Cross Flow/ Ossberger
10
Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin Michell-
Banki yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin Ossberger yang
merupakan perusahaan yang memproduksi turbin crossflow. Turbin crossflow
dapat dioperasikan pada debit 20 liter/sec hingga 10 m3/sec dan head antara 1 s/d
200 m. Turbin crossflow baik sekali digunakan untuk pusat tenaga air yang kecil
dengan daya kurang dari 750 kW. Pembuatan dan pemasangan konstruksi sangat
sederhana, dan biaya pembuatan murah
Gambar 2.5. Instalasi Turbin Crossflow
Sumber : Sunyoto, 2013
4. Turbin Francis
Turbin francis petama kali dikembangkan oleh James B. Francis, pada tahun
1848 dia mampu membuktikan desainnya untuk menciptakan turbin dengan
efisiensi sampai dengan 90%, dia mengaplikasikan ilmu science dengan metode
pengujian untuk menghasilkan turbin dengan efisiensi yang cukup besar, kemudian
ia juga membuktikannya dengan perhitungan matematika dan grafik. Turbin francis
adalah salah satu jenis turbin air (hidraulik) yang paling sering digunakan sampai
sekarang, turbin ini beroperasi dalam head range antara 10 sampai beberapa ratus
meter dan fungsi utamanya adalah dalam memproduksi tenaga listrik. Memiliki
11
vane antara 9 atau lebih, dimana air akan mengenai vane-vane tersebut dan
mengelilinginya hingga dapat menyebabkannya berputar.
Turbin francis bekerja dengan mengunakan proses tekanan lebih. Pada
waktu air masuk ke roda jalan, sebagian dari energi tinggi jatuh telah bekerja di
dalam sudu pengarah dan diubah sebagai kecepatan arus masuk, kemudian sisa
energi tinggi jatuh dimanfaatkan di dalam sudu jalan. Adanya pipa isap
memungkinkan energi tinggi jatuh bekerja di sudu jalan dengan semaksimum
mungkin. Turbin ini termasuk turbin reaksi aliran yang mengkombinasikan konsep
aliran radial dan axial. Temasuk dalam turbin reaksi yang berarti kerja fluida dalam
hal ini air mengubah tekanan dan bergerak memasuki turbin dan memberikan
energi. Inlet dari turbin perancis berbentuk spiral (rumah keong) yang
menyebabkan air bergerak tangensial memasuki daun baling-baling runner
(penggerak turbin), aliran radial ini mengenai runner dan menyebabkan runner ini
berputar. Turbin francis dilaksanakan dengan posisi poros vertikal atau horizontal.
Gambar 2.6. Instalasi Turbin Francis
(Sumber : Sunyoto , 2013)
12
5. Turbin Kaplan dan Propeller
Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran aksial. Turbin
ini tersusun dari propeller seperti pada perahu. Propeller tersebut biasanya
mempunyai tiga hingga enam sudu. Turbin kaplan adalah turbin yang beroperasi
pada head yang rendah dengan kapasitas aliran air yang tinggi atau bahkan
beroperasi pada kapasitas yang sangat renah. Hal ini karena sudu-sudu trubin
kaplan dapat diatur secara manual atau otomatis untuk merespon perubahan
kapasitas.
(a) (b)
Gambar 2.7. (a) Instalasi Pembangkit dengan Turbin Kaplan dan (b) Bagian-Bagian
Turbin Kaplan
(b) Bagian-Bagian Turbin Kaplan
1. Scroll Casing : tempat air lewat sebelum ke runner dalam turbin
2. Guide Vanes : sudu yang mengarahkan air dan mengontrol aliran serta
banyaknya air yang masuk ke turbin.
3. Draft Tube: sebagai discharge line menuju tail race setelah melalui runner.
4. Runner : bagian paling penting dari turbin yang berhubungan langsung
dengan poros/shaft generator dan terdapat vane yang dapat bergerak serta
hub.
5. Hub/Boss : bagian paling penting pada runner yang merupakan tempat
sudu-sudu dimounting.
13
2.4. Putaran Spesifikasi Pada Turbin
Tabel 2.3. Spesifikasi Turbin Pelton
Turbin Bentuk Ns NII Q (m3/s) H(efektif), (m)
Pelton Satu Pancaran 9-11 39,8-39,4 0,007-0,011 1800-1650
11-17 39,4-38,9 0,011-0,024 1650-700
17-25 38,9-37,6 0,024-0,055 700-350
Tabel 2.4. Spesifikasi Turbin Francis
Turbin Bentuk Ns NII Q (m3/s) H(efektif), (m)
Francis Pelahan Normal 50-100 60,8-63,6 0,1-0,35 410-280
100-150 63,6-67,5 0,35-0,59 280-150
150-190 67,5-72,6 0,59-0,83 150-100
Tabel 2.5. Spesifikasi Turbin Kaplan
Turbin Bentuk Ns NII Q (m3/s) H(efektif), (m)
Kaplan 8 daun 190-250 85-145 0,930-1,220 50
6 daun 250-300 100-155 1290-1,800 35
5 daun 240-450 110-170 1,600-2,200 20
4 daun 330-560 120-180 2,000-2,350 15
3 daun 390-690 135-200 2,350-2,450 6
490-750
570-920 Sumber : (Patty, 1995)
1. Daya Turbin
Dari Head (H) dan kapasitas (Q) dapat di simpulkan bahwa daya turbin
yang diperoleh :
P = Q . ρ. g . H . Ƞr (Dietzel,1980)
Dimana :
P = Daya (KW)
ρ = Masa jenis air
g = Gravitasi
H= Tinggi air jatuh
14
Q = Kapasitas Air debit
Ƞr = Efesiensi Turbin
2. Berdasarkan nilai dari efesiensi Turbin
a) 0.8 - 0.9 untuk turbin francis
b) 0.7 - 0.8 untuk turbin cross-flow
c) 0.8 - 0.9 untuk turbin propeller/Kaplan
d) 0.8 - 0.85 untuk turbin pelton
3. Kecepatan Putaran (n)
Dalam menentukan kecepatan putaran harusnya di tentukan setinggi
mungkin , karena dengan kecepatan putar yang tinggi dapat di hasilkan ,
poros yang kecil, moment puntir yang kecil, dan bagian mesin lainya.
4. Kecepatan Spesifik (nq )
Kecepatan spesifikasi (nq) dari suatu turbin adalah kecepatan runer yang
dapat di hasilkan daya efektif 1 BHP untuk setinggi 1 m.
nq = n . √𝑄
𝐻34
= rpm (Sularso,1994)
n= kecepatan turbin
Dimana :
H = Head (m)
n = Kecepatan putar turbin (rpm)
Q = Kapasitas Air (m3/s)
5. Kapasitas aliran
Kapasitas air yang mengalir merupakan pengaruh dan luas penampang
dan kecepatan aliran. Setelah di ketahui luas saluran penampang A dan
kecepatan aliran C, maka kapasitas air yang mengalir Q adalah :
15
Q = A . c
Dimana :
A= luas penampang saluran (m2)
c= Kecepatan aliran (m/s)
2.5. Diameter pipe
D = √4 .𝑄
𝜋 . 𝑣2
Dimana :
D = Diameter pipe
Q = debit air (m3/s )
2.6. Perancangan tebal pipe
tp = 𝐷+50
400 + 𝜀
Dimana :
Tp = Tebal pipe (cm)
D = diameter penstock (cm)
2.7. Kecepatan aliran
Untuk menghitung kecepatan air pada sudu turbin diperlukan factor :
V = √2. 𝑔. 𝐻
Dimana :
V = Kecepatan aliran air (m/s) (Dietzel,1980)
g = Gravitasi (m/s2 )
16
H= Head (m)
Sehingga :
a. Kecepatan Tangensial masuk sudu sisi luar :
U1 = U1.√2. 𝑔. 𝐻 (Dietzel,1980)
Dimana :
U1 = Kecepatan tangensial masuk sudu sisi luar
g = Gravitasi
H = Head
b. Diameter luar sudu
D1 = 60.𝑢1
𝜇.𝑛 (Dietzel,1980)
c. Kecepatan tangensial masuk sudu pada leher poros :
UN = UN .√2. 𝑔. 𝐻 (Dietzel,1980)
Dimana:
UN = kcepatan tangensial masuk sudu pada leher poros (m/s)
g = Gravitasi (m/s2)
H = Head (m)
d. Diameter leher poros:
DN = 0.5 . D1
Dimana :
DN = Diameter leher poros
D1 = Diameter luar sudu
e. Kecepatan meridian pengarah :
Cmpengarah = Cmpengarah . √2. 𝑔. 𝐻
17
Dimana:
Cmpengarah = Kecepatan meridian pengarah (m/s)
g = Gravitasi (m/s2)
H = Head (m)
f. Luas penampang sudu (A)
A= (D12 – DN
2) 𝜋
4
Dimana:
A= Luas penampang sudu (m2)
DN = Diameter leher poros
D1 = Diameter luar sudu
g. Kecepatan Meredian Sudu C2m / C2
C2m = C2 = 𝑄
𝐴
Dimana:
C2m = Kecepatan Meredian Sudu (m/s)
Q = Debit air (m3/s)
A = A= Luas penampang sudu (m2)
h. Kecepatan tangensial pada tengah sudu atau U rata-rata :
UM = U1+UN / 2
Dimana :
UM = Kecepatan tangensial pada tengah sudu U (m/s)
U1 = Kecepatan tangensial masuk sudu sisi luar (m/s)
UN = kcepatan tangensial masuk sudu pada leher poros (m/s)
i. Kecepatan mutlak msuk sudu pada arah u (m/s)
18
CU1 = 𝑛𝑇.𝑔.𝐻
𝑈𝑚
Dimana:
CU1 = Kecepatan mutlak msuk sudu pada arah u (m/s)
ȠT = Efesiensi turbin
g = Gravitasi (m/s2)
H = Head (m)
UM = Kecepatan tangensial pada tengah sudu U (m/s)
j. Kecepatan Mutlak masuk sudu pada tengah sudu:
C1 = √𝐶2𝑚2 + 𝐶𝑢₁²
Dimana :
C1 = Kecepatan Mutlak masuk sudu pada tengah sudu (m/s)
C2m = Kecepatan meridian keluar sudu (m/s)
Cu1 =Kecepatan absolute (m/s)
k. Kecepatan relative keluar sudu pada tengah-tengah sudu :
W1 = √𝑈𝑚2 + 𝐶₂𝑚²
Dimana :
W1 = Kecepatan relative keluar sudu pada tengah-tengah sudu (m/s)
UM = Kecepatan tangensial pada tengah sudu U (m/s)
C2m = Kecepatan meridian keluar sudu (m/s)
l. Jumlah kesuluruhan lebar sudu (bx) :
B = 𝐷1
2−
𝐷𝑛
2
Dimana :
B = Jumlah kesuluruhan lebar sudu
19
D1 = Diameter luar sudu
Dn = Diameter leher poros
m. Jarak antara sudu :
L = 𝐷𝑛 .𝜋
𝑍
Dimana :
L = Jarak antara sudu (cm)
Dn = Diameter leher poros
Z = jumlah sudu
Z= 5 buah
Gambar 2.8 Grafik mencari Un, U1, Cm, dan Cm2
(Dietzel ,1980)