BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8962/3/BAB II.pdf · Kandungan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8962/3/BAB II.pdf · Kandungan...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terhadap buah pisang raja, yaitu dengan
membandingkan aktivitas antioksidan antara kulit dan daging buah pisang
raja, untuk konsentrasi 0,002 mg/ml didapatkan hasil bahwa kandungan %
aktivitas antioksidan pada kulit pisang raja sebesar 73,89% lebih tinggi
dibandingkan dengan daging buahnya yang mengandung % aktivitas
antioksidan sebesar 66,45% (Alfiani, 2014). Sedangkan pada penelitian
lainnya disebutkan bahwa kulit pisang raja dengan kandungan flavonoid
memiliki kandungan aktivitas paling tinggi dibandingkan dengan kulit buah
pisang mas dan pisang ambon (Pane, 2013). Rohmiyati (2016) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit pisang
raja mempunyai aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar 77,068 ppm dan
mengandung senyawa flavonoid yaitu isoflavon. Penelitian terdahulu
mengenai formulasi alas bedak cair, yaitu formula alas bedak cair yang telah
dilakukan modifikasi formula dengan substitusi lemak kakao dan telah diuji
stabilitas fisiknya. Didapatkan formula yang membentuk stabilitas paling baik
yaitu formula dengan jumlah lemak kakao dan setil alkohol 10 gram (5 gram
lemak kakao dan 5 gram setil alkohol) (Duma, 2014).
B. Landasan Teori
1. Tinjauan Umum Pisang Raja
a. Klasifikasi
Pisang raja merupakan jenis pisang buah yang berasal dari
kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Hingga
akhirnya menyebar ke daerah-daerah tropis dan subtropis hingga
seluruh dunia. Pisang raja merupakan tanaman asli Indonesia yang
banyak tersebar di pulau Jawa (Zuhairini, 1997). Klasifikasi pisang
raja menurut Tjitrosoepomo (2001) adalah sebagai berikut:
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
5
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L.
Gambar 2.1. Pisang raja
b. Deskripsi Tanaman
Menurut Anhwange et al., (2009) tanaman pisang dapat
tumbuh sampai pada ketinggian 2-8 meter dengan daun sekitar 3, 5
meter panjangnya. Batang yang juga disebut pseudostem
menghasilkan sekumpulan tunggal pisang sebelum mati dan diganti
dengan pseudostem baru. Buahnya tumbuh dalam gantung cluster
dengan dua puluh buah per tingkat dan 3-20 tingkatan sekelompok.
Buahnya dilindungi oleh kulit pisang.
c. Kandungan Kulit Pisang Raja
Buah pisang sangat disukai dari berbagai kalangan
masyarakat karena banyaknya kandungan gizi yang terdapat di
dalamnya yaitu vitamin, gula, air, protein, lemak, serat, dan
menyimpan energi yang cukup. Kulit pisang merupakan limbah dari
sisa produksi makanan ringan seperti kripik pisang, sale pisang dan
lain-lain yang biasanya hanya dijadikan sebagai pakan ternak.
Kandungan nutrisi kulit pisang raja yaitu materi organik 91, 5%,
protein 0, 90%, crude lipid 1, 70%, karbohidrat 59%, crude fibre 31,
70% (Anhwange et al., 2009).
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
6
2. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia hewani atau nabati menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1986).
Ada beberapa jenis ekstak yaitu ekstrak cair, ekstrak kental dan ekstak
kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang, biasanya
kadar air lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara 5-
30%. Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5% (Voight,
1994).
Ekstraksi adalah suatu proses menarik kandungan kimia yang
dapat larut dengan pelarut yang sesuai. Dengan mengetahui senyawa
aktif yang dikandung oleh simplisia maka akan mempermudah pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).
Ada beberapa macam metode ekstraksi yaitu:
a. Maserasi
Maserasi adalah penyarian dengan merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari. Digunakan untuk menyari zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengambang dalam
penyari. Contoh cairan penyri yaitu air, etanol-air, etanol (Depkes
RI, 2000).
b. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang digunakan untuk
menyari zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Infundasi dilakukan dengan cara menambahkan serbuk dengan air
secukupnya dalam penangas air selama 15 menit yang dihitung
mulai suhu di dalam panci mencapai 90oC sambil sesekali diaduk.
Infus disaring sewaktu masih panas dengan menggunakan kain
flannel. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak
stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur (Depkes RI,
1986).
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
7
c. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik (Depkes RI, 1986). Keuntungan metode ini
yaitu cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit, secara langsung
diperoleh hasil yang lebih pekat, serbuk simplisia disari oleh penyari
yang murni, penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan
tanpa menambah volume cairan penyari. Kerugian dari metode ini
yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengekstraksi cukup lama
sampai beberapa jam sehingga kebutuhan energinya tinggi, cairan
penyari dipanaskan terus menerus sehingga kurang cocok untuk zat
aktif yang tidak tahan panas, cairan yang digunakan harus murni
(Voight, 1994).
d. Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya
melalui dan colare yang artinya merembes, secara umum dapat
dinyatakan sebagai bahan yang sudah halus diekstraksi dalam pelarut
yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan bahan dalam
suatu kolom. Bahan yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus
yang disebut perkolator, dan ekstrak yan telah dikumpulkan disebut
perkolat (Ansel, 1989).
3. Metode DPPH (1, 1-difenil-2-pikrilhidrazil)
DPPH merupakan senyawa berwarna ungu dan merupakan radikal
bebas yang stabil pada suhu kamar. Metode DPPH sering digunakan
untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak
bahan alam. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel padat maupun
dalam bentuk larutan, tidak spesifik untuk komponen antioksidan
partikular, tetapi dapat digunakan untuk pengukuran kapasitas
antioksidan secara keseluruhan pada suatu sampel (Kurniawan, 2011).
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
8
Prinsip metode DPPH adalah elektron ganjil pada molekul DPPH
memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 517 nm yang
berwarna ungu. Warna ungu akan berubah menjadi warna kuning lemah
apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang
disumbangkan senyawa antioksidan. Perubahan warna ini berdasarkan
kesetimbangan kimia (Prakash, 2001).
Parameter yang manunjukan aktivitas antioksidan adalah harga
konsentrasi efisiensi (EC50) atau Inhibition Concentration (IC50), yaitu
konsentrasi yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter
radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan memberikan persen
penghambatan sebesar 50%. Zat yang mempunyai aktivitas antioksidan
tinggi mempunyai harga EC50 atau IC50 yang rendah (Andarwulan et al.,
1996).
Gambar 2.2.Struktur kimia DPPH
4. Uraian Bahan
a. Propilen Glikol
Propilen glikol biasanya digunakan sebagai zat tambahan
atau sebagai pelarut. Sifat fisik propilen glikol yaitu cairan kental,
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis dan
higroskopis. Propilen glikol dapat campur dengan air, dengan
ethanol (95%) dan dengan kloroform, larut dalam 6 bagian eter,
tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak
lemak (Depkes RI, 1979).
b. Propil Paraben
Propil parapen berbentuk serbuk hablur putih, tidak berbau
dan tidak berasa. Biasanya digunakan sebagai zat pengawet. Propil
paraben memiliki kelarutan yang sangat sukar larut dalam air, larut
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
9
dalam 3,5 bagian etanol 95%, dalam 8 bagian aseton, dalam 140
bagian gliserol dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut
dalam larutan alkali hidroksida (Depkes RI, 1979).
c. Metil Paraben
Metil paraben disebut juga dengan nipagin. Metil paraben
sering digunakan sebagai zat pengawet. Metil paraben memiliki sifat
fisik berupa serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan metil paraben yaitu larut dalam 500 bagian air, dalam 20
bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3
bagian aseton, mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali
hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40
bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap
jernih (Depkes RI, 1979).
d. Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang
diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat,
C18H36O2 dan asam heksadekanoat C16H32O2. Sifat fisik dari asam
stearat adalah zat padat keras, mengkilat menunjukan susunan
hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin. Asam stearat
berkhasiat sebagai pengemulsi pada sediaan kosmetik dan memiliki
kelarutan praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol
95%, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P (Depkes
RI, 1979).
e. Aquades
Aquades atau disebut juga denagan air suling dibuat dengan
menyuling air yang dapat diminum. Berbentuk cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Air suling
biasanya digunakan sebagai pelarut (Depkes RI, 1979).
f. Oleum Rosae
Oleum rosae atau minyak mawar adalah minyak atsiri yang
diperoleh dengan penyulingan uap bunga segar Rosa gallica L., Rosa
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
10
damascene Miller, Rosa alba L., dan varietas Rosa lain. Oleum rosae
merupakan cairan tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai
bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25o
C kental, jika didinginkan
perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika
dipanaskan mudah melebur. Oleum rosae digunakan sebagai
pewangi atau coringen odoris (Depkes RI, 1979).
g. Setil Alkohol
Setil alkohol (C16H33OH) merupakan butiran berwarna putih,
berbau khas lemak, rasa tawar dan melebur pada suhu 45-50oC. Setil
alkohol larut dalam etanol dan eter namun tidak larut dalam air.
Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi, penstabil, dan pengental.
Setil alkohol adalah alkohol dengan bobot molekul tinggi yang
berasal dari minyak dan lemak alami atau diproduksi secara
petrokimia. Bahan ini termasuk ke dalam fase minyak pada sediaan
kosmetik. Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti stearil
alkohol, setil alkohol, dan gliseril monostearat digunakan terutama
sebagai zat pengental dan penstabil untuk emulsi minyak dalam air
(Ansel, 1989).
h. Gliserin
Gliserin (C3H8O3) disebut juga gliserol atau gula alkohol,
merupakan cairan yang kental, jernih, tidak berwarna, sedikit berbau
dan mempunyai rasa manis diikuti hangat, higroskopik. Jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga
suhu mencapai lebih kurang 20oC. Gliserin larut dalam air, dengan
etanol 95% P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P
dan dalam minyak lemak (Depkes, 1979). Gliserin berfungsi sebagai
humektan. Gliserin tidak hanya berfungsi sebagai humektan tetapi
juga berfungsi sebagai pelarut, penambah viskositas, dan perawatan
kulit karena dapat melumasi kulit sehingga mencegah terjadinya
iritasi kulit.
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
11
i. Lemak kakao
Lemak kakao merupakan campuran beberapa jenis
trigliserida. Trigiserida terdiri dari gliserol dan tiga asam lemak
bebas. Salah satu diantaranya tidak jenuh. Komposisi asam lemak
bervariasi tergantung pada kondisi pertumbuhan. Sifat lemak kakao
yang menjadi pertimbangan konsumen adalah kandungan ffa (asam
lemak bebas). Kandungan ffa merupakan salah satu indikator pada
lemak. Biji kakao yang disimpan dengan baik memiliki kadar ffa
dibawah 1%. Lemak mulai mengalami kerusakan pada kadar ffa 1,
3%. Oleh karena itu salah satu persyaratan tentang kadar ffa adalah
kurang dari 1,3% (Prawoto et al., 2008).
j. Span 80
Span 80 disebut juga dengan sorbitan monooleat. Fungsinya
dalam pembuatan kosmetik adalah sebagai emulgator. Span 80
termasuk emulgator atau surfaktan yang berbentuk larutan
berminyak, tidak berwarna, dan berbau karakteristik dari asam
lemak. Kelarutan span 80 adalah praktis tidak larut tetapi terdispersi
dalam air dan dpat bercampur dengan alkohol, sedikit larut dalam
minyak biji kapas.
k. Tween 80
Tween 80 biasa disebut dengan juga dengan polisorbat-80.
Tween 80 berbentuk cairan kental, transparan, tidak berwarna dan
tidak berasa. Kelarutan tween 80 yaitu larut dalam air, dalam etanol
(95% P), dalam etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam
paraffin cair P dan dalam minyak biji kapas P. Fungsi dari tween 80
dalam pembuatan liquid foundation adalah sebagai emulgator fase
air.
l. Besi Oksida
Besi oksida merupakan serbuk berwarna kuning (Iron oxide
yellow), merah (Iron oxide red), coklat atau hitam (Iron oxide black)
yang berfungsi sebagai zat warna (pigment). Besi oksida dihasilkan
dari sulfat besi dengan perendaman panas, pengangkatan air,
dekomposisi, pencucian pengeringan dan penggilingan. Besi oksida
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
12
memiliki kelarutan tidak larut dalam air dan pelarut organic, larut
dalam mineral terkonsentrasi asam.
5. Alas Bedak (Foundation)
Alas bedak (Foundation) adalah produk yang dirancang untuk
digunakan pada wajah setelah dibersihkan untuk menyediakan bahan
yang sesuai untuk alas bedak dan tata rias wajah lainnya yang digunakan
setelah alas bedak tersebut. Fungsinya adalah untuk menutupi noda, flek
wajah dan untuk melindungi wajah agar sinar matahari tidak langsung
mengenai wajah yang dapat menyebabkan hiper pigmentasi sehingga
mengganggu penampilan wajah (Duma, 2014). Menurut Kusantati (2008)
foundation dapat menahan bedak hingga bedak mudah menempel pada
kulit wajah, alas bedak juga dapat memperhalus permukaan kulit dengan
menutupi noda, luka bekas jerawat, noda kebiruan diseputar pipi. Ada
beberapa jenis alas bedak yaitu:
a. Liquid Foudation (Water Based Foundation)
Alas bedak jenis ini cocok untuk wanita muda dan dewasa
yang berkulit normal. Menggunakan foundation ini kulit menjadi
lebih lembab dan akan menghasilkan riasan yang halus. Bahan dasar
foundation ini adalah air sehingga penggunaan akan lebih mudah
menyerap kedalam kulit dan lebih ringan dari minyak. Hasil akhir
dari penggunaan foundation ini, riasan akan tampak lebih natural.
b. Oil Based Foundation
Alas bedak jenis ini cocok untuk wanita dewasa dan mereka
yang berkulit kering, karena foundation ini mengandung minyak dan
pelembab. Alas bedak ini dapat menutupi kerutan sehingga riasan
lebih bagus dan rata. Oil based foundation dikemas dalam bentuk
compact atau stick.
c. Oil Free Moisturizer Foundation
Kosmetik ini cocok untuk kulit berminyak, dan jenis alas
bedak ini mampu menyerap kelebihan minyak pada kulit sehingga
wajah tidak tampak mengkilap.
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
13
d. Concealer
Jenis foundation ini digunakan untuk menutupi bagian-bagian
kulit yang memerlukan penutupan khusus seperti noda, bercak-
bercak, bekas jerawat atau luka sehingga kulit wajah akan tampak
bersih dan rata. Selain itu juga dapat menutupi lingkaran hitam di
seputar mata.
e. Foundation Krim Pemutih
Jenis alas bedak ini biasanya digunakan dibawah mata untuk
memberikan efek cerah di daerah tersebut dan mampu menyamarkan
kantung mata.
6. Antioksidan
a. Pengertian antioksidan
Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia
yang dalam kadar atau jumlah tertentu mampu menghambat atau
memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi. Secara kimia
antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (donor elektron).
Sedangkan secara biologis antioksidan adalah senyawa yang dapat
menangkal atau meredam radikal bebas (Sayuti et al., 2015).
b. Manfaat antioksidan
Antioksidan penting untuk mempertahankan mutu produk
pangan, kesehatan dan kecantikan. Pada bidang kesehatan dan
kecantikan, antioksidan berfungsi untuk mencegah penyakit kanker
dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini dan lain-lain.
Antioksidan juga mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga
kerusakan sel dapat dicegah. Reaksi oksidasi dengan radikal bebas
sering terjadi pada molekul protein, asam nukleat, lipid dan
polisakarida (Sayuti et al., 2015).
c. Fungsi zat antioksidan
Fungsi utama dari antioksidan adalah untuk memperkecil
terjadinya proses oksidasi baik dalam makanan maupun dalam
tubuh. Dalam tubuh antioksidan diharapkan mampu menghambat
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
14
proses oksidasi. Proses oksidasi yang terjadi secara terus menerus
dapat menimbulkan beberapa penykit degeneratif dan penuaan dini
(Sayuti et al., 2015).
d. Penggolongan antioksidan
Ada beberapa penggolongan antioksidan menurut Sayuti et
al., (2015) yaitu:
1) Antioksidan enzimatis dan antioksidan non enzimatis
Antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksida
dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase.
Sedangkan untuk antioksidan non enzimatis, dibagi dalam dua
kelompok lagi yaitu: antioksidan larut lemak seperti : tokoferol,
karotenoid, flavonoid, quinolone dan bilirubin. Antioksidan larut
air seperti: asam askorbat, protein dan pengikat logam.
2) Antioksidan berdasarkan meknisme kerjanya
a) Antioksidan primer
Antioksidan primer bekerja untuk mencegah
pembentukan senyawa radikal baru, yaitu mengubah radikal
bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak
negatifnya sebelum senyawa radikal bebas bereaksi.
Antioksidan primer mengikuti mekanisme pemutusan rantai
reaksi radikal dengan mendonorkan atom hidrogen secara
cepat pada suatu lipid yang radikal, produk yang dihasilkan
lebih stabil dari produk awal.
b) Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengkelat
logam yang bertindak sebagai pro-oksidan, menangkap
radikal dan mencegah terjadinya reaksi berantai.
Antioksidan sekunder berperan sebagai pengikat ion-ion
logam, penangkap oksigen, pengurai hidroperoksida
menjadi senyawa non radikal, penyerap radiasi UV dan
deaktivasi singlet oksigen.
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
15
c) Antioksidan tersier
Antioksidan tersier bekerja dengan memperbaiki
kerusakan biomolekul yang disebabkan radikal bebas.
Contoh antioksidan tersier adalah enzim-enzim yang
memperbaiki DNA dan metionin sulfid reduktase.
3) Antioksidan berdasarkan sumbernya
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua
kelompok yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh
dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami
(antioksidan hasil ekstraksi bahan alami). Contoh dari
antioksidan sintetik antara lain : Butylated Hidroxyanisol
(BHA), Butylated Hidroxytoluen (BHT), Terbutylated
Hidroxyquinon (TBHQ) dan tokoferol. Sedangkan antioksidan
alami contohnya Vitamin A, Karotenoid, Vitamin C, Vitamin E,
Antosianin, dan Isoflavon.
7. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah metode analisa yang
penggunaannya cukup luas, baik untuk analisa kualitatif maupun analisa
kuantitatif. Sinar ultraviolet memiliki panjang gelombang antara 200-400
nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-750
nm. Penyerapan (absorpsi) sinar UV dan sinar tampak pada umumnya
dihasilkan oleh eksitasi elektron-elektron ikatan, akibatnya panjang
gelombang pita yang mengabsorbsi dapat dihubungkan dengan ikatan
yang mungkin ada dalam suatu molekul (Gandjar dan Rohman, 2007).
Instrumen yang digunakan menurut Gandjar dan Rohman (2007)
untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai
fungsi dari panjang gelombang disebut “spektrometer” atau
spektrofotometer. Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer
adalah:
a. Sumber-sumber lampu
Lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang
gelombang 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
16
lampu tungsten di gunakan untuk daerah visibel (pada panjang
gelombang antara 300-900 nm).
b. Monokromator
Digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-
komponen panjang gelombanganya yang selanjutnya akan dipilih
oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga
kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan
intrumen melewati spektrum.
c. Optik-optik
Dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga
sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam
spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko
dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi
pembacaan atau spektrum sampel. Yang paling sering digunakan
sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua pelarut yang
digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi.
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.3.Kerangka konsep
Uji aktivitas
antioksidan sediaan
Uji stabilitas fisik sediaan
Kulit pisang raja
Ekstraksi dengan metode maserasi, fraksinasi etil
asetat dan pengujian DPPH
Variasi ekstrak kulit pisang
raja
Sediaan liquid foundation dengan aktivitas
antioksidan dan stabilitas fisik baik
Bahan Formulasi sediaan liquid foundation
Suhu, Spektrofotometri UV-Vis
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018
17
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Kulit pisang raja dapat diformulasikan menjadi sediaan liquid foundation.
2. Sediaan liquid foundation fraksi etil asetat kulit pisang raja memiliki sifat
fisik yang baik.
3. Sediaan liquid foundation fraksi etil asetat kulit pisang raja memiliki
stabilitas fisik yang baik.
4. Sediaan liquid foundation fraksi etil asetat kulit pisang raja memiliki
aktivitas antioksidan.
Pemanfaatan Kulit Pisang... Fitri Listiani, Fakultas Farmasi UMP, 2018