BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu...

32
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lanjut Usia 2.1.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia atau disebut juga lansia adalah individu yang berada dalam tahapan usia dewasa akhir dengan usia diatas 60 tahun. Lansia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang dengan usia diatas 60 tahun sehingga terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan (Yulianti, 2016). Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Saat lanjut usia seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, sosial secara bertahap (Azizah, 2011 dalam Yulianti, 2016). 2.1.2 Batasan Lanjut Usia Menurut World Health Organization (WHO), ada 4 tahapan lanjut usia yaitu 1. Usia pertengahan (middle age), yaitu usia 45-59 tahun 2. Lanjut usia (elderly), yaitu usia 60-74 tahun 3. Lanjut usia tua (old), yaitu usia 75-90 tahun 4. Usia sangat tua (very old), yaitu usia diatas 90 tahun 2.1.3 Proses Penuaan Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur seseorang. Manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur tersebut. Semakin bertambah umur semakin berkurang fungsi-fungsi organ antara manusia yang berumur 70 tahun dengan mereka yang berumur 30 tahun, yaitu berat otak pada lansia 56%, aliran darah ke otak 80%, cardiac output 70%, jumlah glomerulus

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lanjut Usia

2.1.1 Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia atau disebut juga lansia adalah individu yang berada dalam

tahapan usia dewasa akhir dengan usia diatas 60 tahun. Lansia adalah periode

penutup dalam rentang hidup seseorang dengan usia diatas 60 tahun sehingga terjadi

perubahan-perubahan seperti penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan

terhadap penyakit dan perubahan lingkungan (Yulianti, 2016).

Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua

merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Saat lanjut usia seseorang mengalami

kemunduran fisik, mental, sosial secara bertahap (Azizah, 2011 dalam Yulianti, 2016).

2.1.2 Batasan Lanjut Usia

Menurut World Health Organization (WHO), ada 4 tahapan lanjut usia yaitu

1. Usia pertengahan (middle age), yaitu usia 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly), yaitu usia 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old), yaitu usia 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old), yaitu usia diatas 90 tahun

2.1.3 Proses Penuaan

Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur

seseorang. Manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur

tersebut. Semakin bertambah umur semakin berkurang fungsi-fungsi organ antara

manusia yang berumur 70 tahun dengan mereka yang berumur 30 tahun, yaitu berat

otak pada lansia 56%, aliran darah ke otak 80%, cardiac output 70%, jumlah glomerulus

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

12

56%, glomelular filtrastion rate 69%, vital capacity 56%, asupan O2 selama olahraga 40%,

jumlah dari axon pada saraf spinal 63%, kecepatan pengantar impuls sarat 90%, dan

berat badan 88%. Banyak faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut,

sehingga terdapat teori-teori yang menjelaskan mengenai faktor penyebab proses

penuaan ini. Di antara teori yang terkenal adalah teori telomere dan teori radikal

bebas, yang di kemukakan oleh J.M. McCord dan I. Fridovich dan Denham Harman

tahun 1956 (Sunaryo, et al., 2015).

Adapun faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi atas

dua bagian. Pertama, faktor genetik, yang melibatkan perbaikan DNA, respons

terhadap stres, dan pertahanan terhadap antioksidan. Kedua, faktor lingkungan, yang

meliputi pemasukan kalori, berbagai macam penyakit, dan stres dari luar, misalnya

radiasi atau bahan-bahan kimia. Kedua faktor tersebut akan memengaruhi aktivitas

metabolisme sel yang akan menyebabkan terjadinya stres oksidasi sehingga terjadi

kerusakan pada sel yang menyebabkan terjadinya proses penuaan (Sunaryo, et al.,

2015).

2.1.4 Perubahan pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari penurunan mental dan

perubahan fisik.

1. Perubahan mental

Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin

egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak jika memiliki sesuatu.

Lansia mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat. Sikap umum yang

sering ditemukan pada setiap lansia yaitu keinginan untuk berumur panjang. Jika

meninggal, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga. Faktor

yang mempengaruhi perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

13

keturunan dan lingkungan. Nilai seseorang sering diukur melalui

produktivitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami

pensiun, seseorang akan mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial,

kehidupan status, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008

dalam Yulianti, 2016).

2. Perubahan fisik

Menurut Hutapea (2005) dalam Yulianti (2016) perubahan fisik yang

dialami oleh lansia adalah sebagai berikut.

1) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi

rentan terhadap alergi dan penyakit.

2) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan

mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien,

gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi.

3) Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan

metabolisme insulin yang menurun. Sekresi menurun juga karena timbunan

lemak.

4) Sistem syaraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat,

kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, reaksi

rambut, fungsi mental menurun, dan ingatan visual berkurang.

5) Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas

paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan

munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat.

6) Perubahan pada sistem sensori seperti penurunan penglihatan, penurunan

pendengaran, penurunan sensitifitas pada perabaan, pengecap dan

penurunan penciuman.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

14

2.1.5 Penilaian Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

Proses penuaan pada lansia menyebabkan terjadinya perubahan dan

penurunan mental sehingga diperlukan pengkajian untuk mengetahui fungsi

intelektual lansia. Pengkajian fungsi intelektual dapat menggunakan Short Portable

Mental Status Questionnaire (SPMSQ). Pengkajian ini digunakan untuk mendeteksi

tingkat kerusakan intelektual. Instrumen SPMSQ terdiri dari 10 pertanyaan tentang

orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan

perawatan diri, memori jauh dan kemampuan matematis. Penilaian dalam pengkajian

SPMSQ adalah nilai 1 jika salah dan nilai 0 jika benar (Sunaryo, et al., 2015).

Tabel 2.1 Pertanyaan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

Pertanyaan

Tanggal berapa hari ini ? Hari apa sekarang ? Apa nama tempat ini ? Dimana alamat anda? Barapa umur anda ? Kapan anda lahir ? Siapa presiden indonesia ? Siapa nama presiden indonesia sebelumnya ? Siapa nama ibu anda ? Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka yang baru, semua secara menurun.

Interpretasi :

1. Salah 0-3 = Fungsi Intelektual utuh

2. Salah 4-5 = Kerusakan Intelektual ringan

3. Salah 6-8 = Kerusakan Intelektual sedang

4. Salah 9-10 = Kerusakan Intelektual berat

2.1.6 Penyakit pada Lansia

Fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga

penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia. Selain itu masalah degeneratif

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

15

menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular.

Hasil Rikesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak

Menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis atau penyakit asam urat, stroke,

penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Penyakit arthritis

atau penyakit asam urat merupakan penyakit yang sering terjadi pada lansia dan

mendapat urutan nomer dua setelah hipertensi yaitu dengan prevalensi usia 55-64

tahun sebesar 45%, usia 65-74 tahun sebesar 51,9%, usia diatas 75 tahun sebesar

54,8 % (Infodatin, 2016).

2.2 Konsep Penyakit Asam Urat (Gout)

2.2.1 Pengertian Penyakit Asam Urat (Gout)

Asam urat adalah suatu senyawa turunan dari purin atau hasil akhir dari

pemecahan purin. Dalam kadar normal asam urat dalam tubuh berfungsi sebagai

antioksidan alami. Kadar asam urat normal pada pria yaitu 3,0-7,0 mg/dL, sedangkan

pada wanita kadar asam urat normal yaitu 2,4-6,0 mg/dL. Namun, jika kadar asam

urat dalam darah berlebihan dapat menjadi indikator adanya suatu penyakit (Sari &

Syamsiyah, 2017).

Penyakit asam urat adalah suatu penyakit radang sendi yang dapat

menimbulkan rasa panas, bengkak, nyeri, dan kaku pada persendian. Penyakit ini

biasanya disebabkan oleh kandungan asam urat yang berlebih dalam darah sehingga

terjadi penumpukan kristal asam urat dipersendian dan jaringan lunak lainnya. Hal ini

yang menyebabkan peradangan dan nyeri hebat (Sari & Syamsiyah, 2017).

2.2.2 Tanda dan Gelaja Penyakit Asam Urat (Gout)

Pada umumnya gout berkembang setelah beberapa tahun terjadi penumpukan

kristal asam urat pada sendi dan jaringan sekitarnya. Gout mempunyai gejala khas

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

16

yang dirasakan oleh penderitanya, seperti nyeri disalah satu sendi atau lebih. Pada

malam hari, nyeri ini akan semakin terasa sehingga mengakibatkan persendian

menjadi bengkak, kulit menjadi merah atau keungguan, jika kulit di persendian

disentuh akan terasa hangat, kaku dan kesemutan. Terkadang daerah sendi dapat juga

mati rasa karena pembengkakan dan peradangan sehingga menjadi sulit untuk

bergerak pada daerah tertentu. Gejala tersebut paling sering mempengaruhi sendi di

dasar ibu jari kaki, sering juga terasa ditelapak kaki, pergelangan kaki, lutut dan siku.

Tetapi gejala ini menghilang dalam 5-10 hari dan muncul kembali di kemudian hari.

Dalam serangan gout terus-menerus akan terjadi benjolan (tophi) yang sering terlihat

pada tangan, kaki, siku, jari, pergelangan tangan, lutut dan juga terdapat di sekitar

sumsum tulang belakang (Milind, Sushila, & Neeraj, 2013).

Pada penderita gout pada akhirnya menyebabkan cacat permanen. Cairan

kantong pada jaringan bursae (bantalan) bisa menyebabkan peradangan dan mengarah

ke bursitis. Ketika ini terjadi pada siku disebut olcranon bursitis, sedangkan jika terjadi di

lutut disebut bursitis prepaltellar. Kulit disekitar daerah yang terkena mungkin gatal dan

mengelupas setelah penurunan serangan gout. Beberapa penderita memiliki suhu

tinggi 39oC dengan atau tanpa menggigil. Hal ini umumnya disebabkan karena sakit

yang tidak tertahankan dan ketidakseimbangan metabolisme dalam tubuh (Milind,

Sushila, & Neeraj, 2013).

2.2.3 Faktor-faktor Risiko Penyakit Asam Urat (Gout)

Timbulnya penyakit asam urat berkaitan dengan interaksi antara berbagai

faktor risiko atau faktor pemicu. Faktor-faktor yang dapat memicu penyakit asam

urat yaitu keturunan (genetik), jenis kelamin, usia, obesitas. Secara umum, penyakit

asam urat ini dapat terjadi melalui mekanisme seperti peningkatan produksi asam urat

dan gangguan pengeluaran asam urat (Sari & Syamsiyah, 2017).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

17

Peningkatan kadar asam urat dapat terjadi karena terlalu banyak

mengkonsumsi makanan tinggi purin, dipengaruhi oleh penggunaan obat-obat

tertentu yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah seperti obat untuk

penderita hipertensi, aspirin dan obat yang mengandung niasin. Selain itu,

peningkatan kadar asam urat terjadi akibat kelainan bawaan seperti kekurangan enzim

HGPRT yang menyebabkan metabolisme purin bawaan dan aktivitas enzim fosforibosil

piro fosfat sintetase (PRPP -sintetase) yang berlebih (Sari & Syamsiyah, 2017).

Penyakit asam urat dapat terjadi akibat adanya gangguan pada proses

pengeluaran asam urat. Pada umumnya, sebanyak 70% asam urat dapat dikeluarkan

melalui ginjal dan urin, dan sebanyak 30% dikeluarkan melalui saluran pencernaan

yang dikeluarkan bersama feses. Gangguan pada proses pengeluaran asam urat dapat

terjadi karena gangguan pada fungsi ginjal, konsumsi alkohol berlebih, konsumsi

obat-obatan tertentu, kondisi medis tertentu seperti ketoasidosis, dehidrasi, adanya

hiperparatiroidism, dan sarkoidosis sehingga terjadi peningkatan kadar kalsium darah, dan

olahraga terlalu berat sehingga terjadi penumpukan asam laktat (Sari & Syamsiyah,

2017).

2.2.4 Stadium Penyakit Asam Urat (Gout)

Gout arthritis, meliputi 3 stadium dalam Sholihah (2014) :

1. Gout Arthritis Stadium Akut

Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur

tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak

dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa

nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam,

menggigil dan merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1 yang biasanya

disebut podagra. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

18

pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. Faktor pencetus serangan akut antara

lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan

operasi, pemakaian obat diuretik dan lain-lain.

TFP (Task Force Panel) merekomendasikan penatalaksanaan awal arthritis

gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama

serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan pemberian monoterapi

sebagai terapi awal antara lain NSAIDs, kortikosteroidoral atau kolkisin oral.

Kombinasi terapi diberikan berdasarkan tingkat keparahan sakitnya, jumlah

sendi yang terserang atau keterlibatan 1-2 sendi besar. Allopurinol tidak diberikan

saat serangan akut arthritis gout. Namun, jika pasien telah mendapatkan

allopurinol secara regular ketika serangan akut muncul, sebaiknya dilanjutkan

dalam dosis yang sama. Untuk pasien yang perlu memulai allopurinol, tunggu

setindaknya 2 minggu sampai serangan akut teratasi untuk memulai terapi.

2. Stadium Interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode

interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-

tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini

menunjukkan bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa

keluhan.

3. Stadium Gout Arthritis Kronik

Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati

dirinya sendiri (self medication). Sehingga dalam waktu lama tidak mau berobat

secara teratur pada dokter. Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang

banyak dan poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat,

kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder. Lokasi tofi yang paling sering pada

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

19

aurikula, MTP-1, olekranon, tendon achilles dan distal digiti. Tofi sendiri tidak

menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi disekitarnya, dan menyebabkan

destruksi yang progresif pada sendi serta dapat menimbulkan deformitas. Pada

stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal

menahun.

Penyakit asam urat ditandai dengan serangan-serangan nyeri hebat dan

kemerahan pada bagian bawah sendi dari ibu jari kaki, yang terjadi pada waktu

tengah malam. Serangan berkurang dalam beberapa hari tetapi berulang kembali.

Lama kelamaan, sendi dirusak oleh endapan kristal asam urat didalam sinovia dan

tulang rawan. Asam urat didalam serum meningkat. Penyakit ini dianggap

sebagai suatu penyakit orang berada yang memakan makanan yang kaya akan

DNA, yang memproduksi banyak asam urat (Milind, Sushila, & Neeraj, 2013).

Berdasarkan American College of Rheumatology pada tahun 2012 mengenai pedoman

penatalaksanaan gout, derajat Arthritis Gout berdasarkan beratnya serangan akut

seperti dijelaskan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.2 Intensitas serangan artritis gout berdasarkan derajat nyeri (0-10 skala numerik)

Derajat Skala

Ringan 1-3 Sedang 4-6 Berat 7-10

Sumber: American College of Rheumatology, 2012

Subkomite The American Rheumatism Association dalam Sholihah (2014)

menetapkan bahwa kriteria diagnostik untuk gout adalah:

1. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.

2. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan

mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.

3. Diagnosis lain, seperti ditemukan 6 dari beberapa fenomena klinis, laboratoris,

dan radiologis sebagai tercantum dibawah ini:

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

20

1) Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut.

2) Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari.

3) Serangan artrtis monoartikuler.

4) Kemerahan di sekitar sendi yang meradang.

5) Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau

membengkak.

6) Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).

7) Serangan unilateral pada sendi MTP 1.

8) Dugaan tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago

artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi.

9) Hiperurikemia, yaitu pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh

saja).

10) Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).

2.2.5 Patofisiologi Penyakit Asam Urat (Gout)

Arthritis ada 3 tipe yaitu rheumatoid arthritis, osteoarthritis, gout arthritis. Gout

sangat menyakitkan dan menyebabkan cacat sementara ataupun permanen. Secara

umum, gout disebabkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah yang disebut juga

hiperurisemia. Pada tahap awal, umumnya mempengaruhi satu atau dua sendi.

Kemudian hal itu semakin menyebar di berbagai sendi seperti jari kaki, pergelangan

kaki, lutut, penggelangan tangan, dan siku (Milind, Sushila, & Neeraj, 2013).

Asam urat adalah produk metabolisme RNA dan DNA. Hal ini secara

kimiawi terbentuk dalam tubuh setelah mengonsumsi makanan tertentu yang tinggi

protein, purin dan lemak. Normalnya asam urat dibuang melalui urine tetapi ketika

tubuh gagal untuk metabolisme protein dan asupan purin yang tinggi, menyebabkan

peningkatan kadar asam urat. Kondisi ini dapat disebabkan karena kerusakan ginjal

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

21

sehingga asam urat yang berlebihan tersebut tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dan

akan mengendap pada sendi dan jaringan tubuh (Milind, Sushila, & Neeraj, 2013).

Kumpulan kristal monosodium urat yang biasa dikelilingi oleh sel raksa disebut

juga tophi. Tophi mudah terlihat di sendi jari dan ekstremitas lain. Ketika kristal asam

urat menyatu dengan sel-sel darah putih, maka akan menyebabkan rasa sakit yang luar

biasa, kemerahan dan peradangan pada sendi. Ketika kadar asam urat yang tinggi

dalam tubuh maka akan terjadi endapan dalam ginjal yang akan membentuk batu

ginjal. Batu asam urat terbentuk ketika urine memiliki pH rendah (sangat asam). Tophi

mikro kristal urat (sangat bermuatan negatif dan reaktif) biasanya dilapisi dengan

protein serum (apolipo protein Apo E atau Apo B). Hal ini secara fisik menghambat

pengikatan kristal urat pada reseptor sel. Serangan gout dapat dipicu oleh pelepasan

kristal yang terus-menerus (misalnya akibat pelepasan sebagian dari microtophus yang

disebabkan oleh perubahan kadar serum asam urat) atau pengendapan kristal karena

supersaturasi cairan oleh asam urat dalam tubuh (misalnya pelepasan urat karena

kerusakan sel). Kristal-kristal urat sendiri berinteraksi dengan reseptor sel-sel dendrit

lokal dan makrofag, sehingga menjadi aktivitas sistem imun bawaan. Interaksi ini

dapat ditingkatkan dengan imunoglobulin G (IgG) yang dapat mengikat, memicu

reseptor (termasuk Toll- seperti reseptor (TLR)), inflammasomes NALP3, dan reseptor

diekspresikan pada sel-sel myeloid (TREMs) oleh MSU (monosodium urat) hasil dalam

produksi interleukin (IL)-1. Hal ini mengaktifkan produksi pro-inflamation sitokinin

termasuk IL-6, IL-8, faktor kemotaktik neutrofil dan tumor necrosis factor (TNF)-alpha.

Fagositosis neutrofil menyebabkan banyaknya produksi mediator inflamasi yang lain.

Penurunan dari serangan asam urat akut disebabkan oleh beberapa mekanisme,

termasuk pembersihan neutrofil yang rusak, melapisi kembali kristal asam urat dan

prosuksi sitokinin anti-inflamasi termasuk, IL-1RA, IL-10 dan mengubah faktor

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

22

pertumbuhan (TGF)-beta. Semua ini pada akhirnya akan menyebabkan rasa nyeri,

kemerahan, pembengkakan di sekitar sendi (Milind, Sushila, & Neeraj, 2013).

2.3 Konsep Nyeri

2.3.1 Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, persepsi

seseorang terhadap nyeri sangat ditentukan oleh pengalaman dan status emosional.

Persepsi nyeri sangat bersifat pribadi dan subjektif. Oleh karena, suatu rangsangan

nyeri yang sama dapat dirasakan berbeda oleh kedua orang yang berbeda bahkan

suatu rangsangan nyeri yang sama dapat dirasakan berbeda oleh satu orang karena

keadaan emosionalnya yang berubah ataupun berbeda (Zakiyah, 2015).

2.3.2 Klasifikasi Nyeri

1. Klasifikasi Berdasarkan Lama Waktu Kejadian

Nyeri berdasarkan dengan lama waktu kejadian menurut Potter & Perry

(2016) dapat dibagi mejadi 2 yaitu

1) Nyeri akut

Nyeri akut adalah respon fisiologis normal yang diramalkan terhadap

rangsangan kimiawi, panas, atau mekanik menyusul suatu pembedahan,

trauma, dan penyakit akut. Ciri khas nyeri akut adalah nyeri yang diakibatkan

oleh kerusakan jaringan yang nyata dan akan hilang seirama dengan proses

penyembuhannya, terjadi dalam waktu singkat dari 1 detik sampai kurang dari

6 bulan.

2) Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang menetap melampaui waktu

penyembuhan normal yakni 6 bulan. Nyeri kronis dibedakan menjadi 2, yaitu

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

23

nyeri nonmaligna (nyeri kronis persisten dan nyeri kronis intermitten) dan

nyeri kronis maligna.

2. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi

Berdasarkan lokasi nyeri menurut Andarmoyo (2013), nyeri dapat

dibedakan menjadi:

1) Somatic pain yaitu nyeri yang timbul karena adanya gangguan bagian luar tubuh.

2) Nyeri pantom (phantom pain) yaitu nyeri khusus yang dirasakan klien yang

mengalami amputasi.

3) Nyeri menjalar (radiation of pain) yaitu sensasi nyeri yang meluas dari tempat

awal cedera ke bagian tubuh yang lainnya.

4) Nyeri alih (reffered pain) yaitu nyeri yang timbul akibat adanya nyeri fiseral yang

menjalar ke organ lain sehingga nyeri dirasakan pada beberapa tempat.

3. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Etiologi

1) Nyeri fisiologi atau nyeri organik merupakan nyeri yang diakibatkan oleh

kerusakan organ tubuh. Penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai

akibat adanya cedera, penyakit, atau pembedahan salah satu atau beberapa

organ (Andarmoyo, 2013).

2) Nyeri psikogenik, penyebab fisik nyeri ini sulit diidentifikasi karena nyeri ini

disebabkan oleh berbagai faktor psikologis. Nyeri ini terjadi karena efek-efek

psikogenik serta cemas dan rasa takut yang dirasakan klien (Andarmoyo,

2013).

2.3.3 Fisiologis Nyeri

Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai penerima

rangsang nyeri dan dalam hal ini organ tubuh yang berfungsi sebagai reseptor nyeri

adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang hanya merespon pada stimulus yang kuat

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

24

yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri di sebut juga nosiseptor, secara

anatomis reseptor nyeri ada yang bermielin dan juga ada yang tidak bermielin dari

saraf aferen (Potter & Perry, 2016).

Menurut Zakiyah (2015) reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam 2

komponen :

1. Serabut delta A merupakan serabut nyeri aferen cepat dengan kecepatan transmisi

6-30 m/detik yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang

apabila penyebab nyeri dihilangkan. Impuls yang dihasilkan oleh serabut ini

sifatnya tajam dan memberikan sensasi yang kuat.

2. Serabut delta C merupakan serabut nyeri aferen lambat dengan kecepatan

transmisi 0,5-2 m/detik yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri

biasanya lebih tumpul dan sulit dilokalisasi. Nyeri biasanya pertama kali

dirasakan sebagai sensasi tertusuk tajam yang singkat dan mudah diketahui

lokasinya, sensasi tersebut melibatkan serabut delta A atau jalur cepat. Perasaan

tersebut akan diikuti dengan sensasi yang tumpul yang lokasinya tidak jelas yang

menetap lebih lama disertai rasa tidak nyaman, sensasi tersebut melibatkan

serabut delta C sebagai jalur lambat.

Menurut Zakiyah (2015), reseptor nyeri (serabut delta A dan C) akan bereaksi

menimbulkan nyeri jika nyeri distimulus oleh beberapa faktor, diantaranya :

1. Faktor mekanis yaitu berespon terhadap kerusakan akibat trauma sehingga

reseptornya disebut sebagai “mekanosensetif”.

2. Faktor termis yaitu berespon terhadap suhu yang ekstrem, baik karena panas

yang berlebihan atau suhu yang dingin berlebihan, reseptor ini disebut

“termoresepto/termosensitif”.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

25

3. Faktor kimia yaitu zat kimia yang merangsang reseptor ini adalah bradikinin,

histamin, ion K, dan asetilkolin. Reseptor ini disebut sebagai “kemoreseptor atau

polimodal”.

4. Listrik yaitu timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor

rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.

2.3.4 Neuroregulator

Neuroregulator merupakan substansi yang mempengaruhi tranmisi stimulus

saraf yang memegang peranan penting dalam suatu pengalaman nyeri. Substansi ini

ditemukan pada lokasi nosiseptor dan di ujung saraf pada lokasi kornu dorsalis

medula spinalis. Neuroregulator dibagi menjadi 2, yaitu neurotransmitter dan

nueromodulator (Potter & Perry, 2016).

1. Neurotranmitter

Bertugas mengirim impuls listrik melewati celah sinaps diantara dua

serabut saraf. Neurotranmitter terdiri atas :

1) Substansi P

a. Terdapat dineuron kornu dorsalis

b. Dibutuhkan untuk mentransmisikan nyeri dari perifer ke pusat otak yang

lebih tinggi

c. Menyebabkan vasodilatasi dan edema

d. Serotinin

e. Dilepas dari batang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat

transmisi nyeri

2) Prostaglandin

a. Dihasilkan oleh pemecahan fosfolipid dalam membran sel

b. Diyakini dapat meningkatkan sensitifitas nyeri

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

26

2. Neuromodulator

Bertugas memodifikasi aktifitas neuron dan menyesuaikan atau

memvariasikan transmisi stimulus nyeri. Neuromodulator diyakini tidak bekerja

secara langsung tetapi dapat meningkatkan dan menurunkan efek

neurotrasmitter tertentu (Zakiyah, 2015). Neuromodulator terdiri atas :

1) Endorfin dan dinorfin

a. Endorfin dalam bahasa yunani disebut enkefalin yang artinya di dalam

kepala

b. Merupakan suplai alamiah tubuh berupa substansi seberpt morfin

c. Diaktifkan oleh stes dan nyeri

d. Dilokalisasikan dalam otak, medula spinalis, dan saluran pencernaan

e. Memberikan efek analgesik apabila agen ini menyatu dengan reseptor

opiat di otak.

f. Terdapat dalam kadar yang lebih tinggi pada klien yang tidak terlalu

merasakan nyeri dibanding yang lainnya dengan cedera yang sama.

g. Cara kerja endorfin : pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan impuls

ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron nyeri perifer dan neuron yang

menuju otak tempat seharusnya substansi P akan menghantarkan impuls

(sebagai neurotransmitter). Pada saat tersebut, endorfin akan memblokir

lepasnya substansi P dari neuron sensorik.

2) Bradikinin

a. Dilepas dari plasma yang keluar dari pembuluh darah dijaringan sekitar

jaringan yang cedera

b. Terikat pada reseptor saraf perifer, meningkatkan stimulus nyeri

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

27

c. Terikat pada sel-sel yang menyebabkan reaksi rantai yang menghasilkan

prostaglandin.

2.3.5 Teori dan Mekanisme Nyeri

1. Teori Nyeri

Terdapat berbagai macam teori yang menjelaskan tentang proses terjadinya

atau yang menggambarkan bagaimana nosiseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri.

Sampai saat ini dikenal berbagai macam teori yang menjelaskan bagaimana nyeri

dapat timbul, namun teori gerbang kendali paling relevan (Potter & Perry, 2016).

1) Teori spesifitas (specifity theory)

Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang

secara khusus mentransmisi nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima ransangan

nyeri dan mentransmisikan melalui ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke

talamus, yang akhirnya dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi sehingga timbul

respon nyeri. Teori ini tidak menjelaskan bagaimana faktor-faktor multidimensional

dapat mempengaruhi nyeri.

2) Teori pola (pattern theory)

Teori ini menjelaskan bahwa ada 2 serabut nyeri yaitu serabut yang dapat

menghantarkan ransang dengan cepat dan serabut yang menghantarkan rangsang

dengan lambat. Kedua serabut ini bersinapsis dan meneruskan rangsang ke otak

mengenai jumlah, intensitas, tipe input sensori nyeri yang menafsirkan karakter dan

kuantitas input sensori nyeri.

3) Teori gerbang kendali nyeri (the gate control)

Melzack dan Wall (1999) menjelaskan teori gerbang kendali nyeri terdapat

semacam “pintu gerbang” yang dapat memfasilitasi atau memperlambat transmisi

sinyal nyeri. Secara umum dapat dijelaskan bahwa didalam tubuh manusia terdapat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

28

2 macam transmitter impuls nyeri. Reseptor berdiameter kecil (serabut delta A dan

C) berfungsi untuk mentransmisi nyeri yang sifatnya keras dan reseptor ini biasanya

berupa ujung saraf bebas yang terdapat pada seluruh permukaan kulit dan pada

struktur lebih dalam seperti tendon, fasia, tulang serta organ-organ interna.

Sementara transmitter yang berdiameter besar (serabut beta A) memiliki reseptor

yang terdapat pada permukaan tubuh dan berfungsi sebagai inhibitor, yaitu

mentransmisikan sensasi lain seperti getaran, sentuhan, sensasi hangat dan dingin,

serta terhadap tekanan halus.

Pada saat terdapat rangsangan, kedua serabut tersebut akan membawa

rangsangan ke dalam kornu dorsalis yang terdapat pada medula spinalis posterior, di

medula spinalis inilah terjadi interaksi antara 2 serabut berdiameter besar dan kecil

di suatu area khusus yang disebut “substansia gelatinosa (SG)”.

Pada SG ini terjadi perubahan dan dimodifikasi yang mempengaruhi apakah

sensasi nyeri yang di terima medula spinalis akan diteruskan ke otak atau di hambat.

Sebelum impuls nyeri diteruskan ke otak, serabut besar dan kecil berinteraksi di area

SG apabila tidak terdapat stimulus atau impuls yang adekuat dari serabut besar,

maka impuls nyeri dari serabut kecil akan dihantarkan ke sel T (sel pemicu/trigger cell)

untuk kemudian di bawa ke otak yang akhirnya menimbulkan sensasi yang

dirasakan oleh tubuh. Keadaan ketika impuls nyeri dihantarkan ke otak inilah yang

dinamakan “pintu gerbang terbuka”. Sebaliknya, apabila terdapat impuls yang di

transmisikan oleh serabut yang berdiameter besar karena adanya stimulasi kulit,

sentuhan, getaran, sensasi hangat atau dingin, serta sentuhan halus. Impuls ini akan

menghambat impuls dari serabut berdiameter kecil sehingga sensasi yang di bawa

serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan ke otak oleh substansia

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

29

gelatinosa sehingga tubuh tidak merasakan sensasi nyeri. Kondisi ini disebut dengan

“pintu gerbang tertutup”.

Pada pengahantaran impuls ke otak, sinaps substansia gelatinosa akan

melepaskan substansi P yang diduga sebagai neurotranmitter utama impuls nyeri.

Paling sedikit terdapat 6 jalur asenden untuk impuls nosiseptif yang terletak pada

belahan ventral medula spinalis. Jalur yang paling utama adalah traktus

spinotalamikus dan traktus spinoretikuler. Impuls yang dibawa oleh traktus

spinotalamikus selanjutnya dibawa ke korteks selebri untuk diinterpretasikan,

sedangkan impuls yang dibawa oleh traktus spinoretikuler akan dibawa ke talamus

dan batang otak untuk mengaktifkan respon autonomik dan limbik (afektif

motivasional). Apabila impuls diteruskan ke pintu gerbang, impuls akan diteruskan

ke otak untuk kemudian diproses didalam otak dalam 3 tingkat yang berbeda, yaitu

pada talamus, otak tengah, dan pada korteks selebri. Talamus bertindak sebagai

penerima input sensori (impuls nyeri) dari traktus spinotalamikus lateral untuk

kemuadian diteruskan ke korteks selebri. Otak tengah berfungsi untuk

meningkatkan kewaspadaan dari korteks terhadap datangnya rangsang, sedangkan

korteks berfungsi untuk melokalisasi impuls dan impuls dipersepsikan sesuai

dengan lokasi terjadinya nyeri. Pada perkembangan selanjutnya, teori pintu gerbang

kendali juga dikembangakan untuk menjelaskan tentang adanya fungsi inhibitor

impuls nyeri ke otak.

2. Mekanisme Nyeri

Suatu rangkaian proses elektrofisiologis terjadi antara kerusakan jaringan

sebagai sumber rangsang nyeri sampai dirasakan sebagai nyeri yang secara kolektif

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

30

disebut nosiseptif. Terdapat 4 proses yang terjadi pada suatu nosiseptif menurut

Zakiyah (2015) yaitu sebagai berikut.

1) Proses Tranduksi

Proses tranduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri diubah

menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini

dapat berupa stimuli fisik, suhu, atau kimia.

2) Proses Transmisi

Transmisi merupakan fase dimana stimulus dipindahkan dari saraf

perifer melalui medula spinalis menuju otak.

3) Proses Modulasi

Proses modulasi adalah proses dari mekanisme nyeri dimana terjadi

interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh dengan

input nyeri yang masuk ke kornu posterior medula spinalis. Sistem analgesik

endogen ini meliputi enkefalin, endorfin, serotonin, dan noradrenalin;

memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medula

spinalis. Kornu posterior dapat diibaratkan sebagai pintu yang dapat tertutup

atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik endogen tersebut diatas.

Proses modulasi ini juga mempengaruhi subjektifitas dan derajat nyeri yang

dirasakan oleh seseorang.

4) Persepsi

Hasil dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari

proses transduksi dan transmisi pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan

subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri. Faktor-faktor psikologis dan

kognitif akan bereaksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam

mempersepsikan nyeri.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

31

2.3.6 Metode Pengukuran Intensitas Nyeri

Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala yaitu

skala numerik (Numerical Rating Scale), skala deskriptif (Verbal Deskriptor Scale) dan

skala analog visual (Visual Analog Scale) (Andarmoyo, 2013).

1. Skala Numerik (Numerical Rating Scale)

Penilaian skala numerik (Numerical Rating Scale) lebih digunakan sebagai

alat pendeskripsi kata. Dalam skala ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan

skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum

dan setelah intervensi (Potter & Perry, 2006)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Tidak Nyeri Tertahankan

Gambar 2.1 Skala Nyeri Numerik (Numerical Rating Scale)

Kriteria nyeri pada skala ini yaitu :

0 : Tidak ada nyeri.

1-3 : Nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat

menujukkan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menujukkan lokasi,

tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alis posisi nafas

panjang dan distraksi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

32

10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul

2. Skala Deskriptif (Verbal Deskriptor Scale)

Skala deskriptif adalah alat ukur tingkat keparahan nyeri yang lebih

objektif. Skala pendeskripsian verbal (Verbal Deskriptor Scale) merupakan sebuah

garis yang terdiri dari 3 sampai 6 kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak

yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsian ini diranking dari “tidak terasa

nyeri” sampai “nyeri tidak terkontrol”. Perawat menunjukkan kepada klien skala

tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang klien

rasakan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri (Potter & Perry, 2006)

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Berat Nyeri Tidak Nyeri Ringan Sedang Berat Terkontrol Terkontrol

Gambar 2.2 Skala Deskriptif (Verbal Deskriptor Scale)

3. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale)

Skala analog visual (Visual Analog Scale) yaitu suatu garis horizontal

sepanjang 10 cm yang mewakili intensitas nyeri yang terus-menerus dan

pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Klien diminta untuk menunjukkan

titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri yang dirasakan sepanjang garis

tersebut. Ujung kiri menandakan “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan

menandakan “nyeri yang tidak tertahankan”. Untuk menilai hasil sebuah

penggaris yang diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat klien pada garis

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

33

dari “tidak nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan” diukur dan ditulis dalam

sentimeter (Potter & Perry, 2006).

Tidak Nyeri Tidak Nyeri Tertahankan

Gambar 2.2 Skala Analog Visual (Visual Analog Scale)

2.3.7 Penanganan Nyeri

Penanganan nyeri secara umum bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu

farmakologi dan non farmakologi. Penanganan secara farmakologi dapat dilakukan

dengan pemberian obat yang mempunyai efek analgesik, biasanya efektif untuk

pengatasi nyeri. Hal tersebut dikarenakan nyeri akan mereda atau hilang seiring

dengan laju penyembuhan jaringan yang rusak atau sakit. Penatalaksanaan secara

farmakologi melibatkan penggunaan opiat (narkotik), non opiad / obat anti-inflamasi

non-steroid (AINS). Sedangkan penanganan non farmakologis bisa dilakukan dengan

stimulasi pada area kulit sebagai salah satu teknik yang dipercaya dapat mengaktifkan

opioid endogen, sebuah sistem analgesik monoamina yang dapat menurunkan

intensitas nyeri. Teknik ini terdiri atas pemberian kompres hangat, kompres dingin,

massase, TENS (trancutaneous electrical nerve stimulation), rendam air garam dan rendam

air jahe (Zakiyah, 2015).

2.4 Konsep Dasar Hidroterapi

2.4.1 Pengertian Hidroterapi

Hidroterapi merupakan metode pengobatan menggunakan air untuk

mengobati atau meringankan kondisi yang menyakitkan dan hidroterapi merupakan

metode terapi dengan pendekatan “lowtech” yang mengandalkan respon-respon tubuh

terhadap air. Beberapa keuntungan dari hidroterapi antara lain untuk mencegah

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

34

flu/demam, memperbaiki fertilitas, menyembuhkan kelelahan, meningkatkan fungsi

imunitas, meningkatkan energi tubuh, dan membantu kelancaran sirkulasi darah

(Dilianti, Candrawati, & Adi, 2017).

Hidroterapi dengan rendam air hangat merupakan salah satu jenis terapi

alamiah yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, mengurang edema,

meningkatkan relaksasi otot, menyehatkan jantung, mengendorkan otot-otot,

menghilangkan stres, nyeri otot, meringankan rasa sakit, meningkatkan permeabilitas

kapiler, dan memberikan kehangatan pada tubuh (Dilianti, Candrawati, & Adi, 2017).

Secara ilmiah air hangat memiliki dampak fisiologis pada pembuluh darah

yang dapat membuat sirkulasi darah menjadi lancar, respon tubuh ketika berendam

dengan air hangat dapat melebarkan pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi darah,

menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Air hangat

juga dapat menyebabkan reaksi rasa nyaman kepada klien, pada saat air menyentuh

kulit akan merangsang pengeluarkan hormon endorfin sehingga tubuh menjadi rileks,

dapat mengurangi stres dan juga dapat mengurangi rasa nyeri. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Dilianti, Candrawati, & Adi (2017) menyatakan bahwa fisiologi air

hangat dapat menyebabkan pembuluh darah melebar dan air hangat dapat

menghilangkan toksin-toksin dari dalam tubuh, air hangat juga dapat merangsang

sirkulasi pada pembuluh darah dan menyegarkan tubuh.

Prinsip kerja dari hidroterapi ini yaitu dengan menggunakan air hangat yang

bersuhu sekitar 37-42oC secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari air

hangat ke tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan dapat

menurunkan ketegangan otot dan rasa nyeri (Potter & Perry, 2006).

2.4.2 Jenis – jenis Hidroterapi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

35

Menurut Jumarani (2009) hidroterapi terdapat berbagai jenis yaitu :

1. Mandi Rendam (underwater massage), adalah terapi air dengan cara berendam di

dalam sebuah bak mandi yang dirancang dengan berbagai jet atau pipa semprot

dengan tekanan dan suhu yang bisa diatur/dikontrol.

2. Pusaran air (whirlpool), adalah terapi air yang menggunakan berbagai jet dengan

ukuran tertentu.

3. Kolam terapi (aquamedic), adalah modifikasi jet shower yang tekanan airnya

disesuaikan dengan bagian-bagian tubuh yang sering mendapatkan keluhan

secara fisiologi dan anatomi. Tekanan dan suhu bisa diatur sesuai dengan

kebutuhan terapi.

4. Terapi semprot air (jet shower), adalah air hangat dan dingin disemprotkan

langsung ke tubuh bagian dalam. Fungsi dari terapi ini adalah untuk mengatasi

kurang darah, radang sendi, asma dan nyeri dada.

5. Pancuran air (veichy shower), adalah terapi dengan pancuran air dengan

menggunakan dan suhu tertentu yang diatur sesuai kebutuhan. Pancuran air

biasanya dipadukan dengan terapi yang lain, seperti lulur, masker dan sebagainya.

6. Terapi air panas dan dingin (contrast bath), adalah terapi yang menggunakan dua

temperatur, hangat dan dingin.

7. Bubble bath adalah terapi air berupa berendam dalam bak mandi yang di desain

khusus dengan media air yang dapat diatur tekanan dan suhu tertentu.

8. Rendam rempah adalah terapi menggunakan bahan-bahan herbal dan media air

untuk berendam.

9. Rendam air garam adalah terapi menggunakan air garam, produk garam

berfungsi untuk merelaksasi otot-otot tubuh.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

36

10. Terapi air laut (thalasotherapy) adalah terapi menggunakan media air laut yang

memiliki unsur penyembuh. Mineral dalam rumput laut, misalnya berkhasiat

mengurangi produksi keringat yang berlebih, membersihkan sekaligus

memelihara kesehatan kulit.

11. Mandi uap (steam), merupakan terapi duduk tenang dalam ruangan beruap selama

20 menit yang berfungsi mempercepat keluarnya keringat dan mengangkat segala

kotoran di permukaan kulit.

12. Mandi sauna, hampir sama dengan steam, tetapi kondisinya lebih kering,

menggunakan suhu tinggi.

13. Kompres merupakan terapi menggunakan handuk yang direndam dalam air

panas atau dingin. Setelah diperas lalu dibalutkan pada bagian tubuh yang dituju.

Kompres panas berfungsi meningkatkan aliran darah, sedangkan kompres dingin

bermanfaat untuk mengurangi pembengkakan.

14. Rendam kaki (footbath) merupakan terapi rendam yang mudah dilakukan yang

membuat banyak orang mampu menerapkan dirumah dan membuat rileks dan

memperlancar siekulasi.

2.4.3 Tujuan dan Manfaat Hidroterapi Untuk Tubuh

1. Tujuan hidroterapi

Sifat-sifat air tersebut dapat memberikan efek pijatan dan stimulasi pada

jaringan kulit dan otot dengan berbagai keuntungan, antara lain melancarkan

peredaran darah, merilekskan otot, merangsang pembuangan toksin

metabolik/racun-racun yang ada dalam sel ke aliran darah melalui keringat atau

urine, mengurangi ketengangan saraf (Jumarani, 2009).

Hidroterapi secara umum bertujuan untuk menyegarkan, memulihkan

tenaga, merilekskan dan memelihara serta meningkatkan kesehatan baik fisik

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

37

fungsional maupun jiwa. Hal ini terimplementasi dengan kebiasaan dalam tradisi

masyarakat secara turun temurun mandi setiap hari untuk membersihkan diri

dari kotoran, menyegarkan diri dan membuat rileks (Jumarani, 2009).

2. Manfaat hidroterapi

Manfaat hidroterapi untuk tubuh yaitu memperkuat sistem kekebalan

tubuh (immune system), meningkatkan sirkulasi darah dan getah bening (improve

blood vesel dan lymphatic gland), memperbaiki sistem metabolisme tubuh,

memperbaiki sistem pencernaan (Jumarani, 2009).

2.4.4 Indikasi dan Kontraindikasi Hidroterapi

1. Indikasi hidroterapi : demam, kedinginan, akral dingin, kram otot, nyeri saat

menstruasi, nyeri artritis, gout pain, menurunkan sakit kepala, migraine, insomnia

(jika diberikan ketika klien pergi tidur), relaksasi otot, dan lain-lain (Sinclair,

2008).

2. Kontraindikasi hidroterapi menurut Jumarani (2009) :

1) Pengidap penyakit diabetes melitus (DM), sebaiknya menghindari terapi air

hangat untuk kaki. Jenis pembalutan tubuh yang biasanya menggunakan air

hangat juga tidak disarankan.

2) Berendam dalam air hangat atau mandi uap tidak diperbolehkan bagi

penderita tekanan darah rendah, dan ibu hamil.

3) Jangan melakukan terapi air dingin pada kaki, jika kandungan kemih dan

daerah anus anda mudah teriritasi.

4) Jika memiliki masalah obesitas atau kegemukan, harus konsultasi terlebih

dahulu ke dokter.

5) Tidak diperbolehkan jika klien menderita mati rasa atau loss of sensation.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

38

2.4.5 Konsep Rendam Air Garam

Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan

kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa

lainnya, seperti Magnesium Chlorida, Magnesium sulfat, dan Calsium Chlorida. Sumber

garam yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah,

tambang garam, sumber air dalam tanah. Komponen–komponen tersebut

mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia, sehingga diperlukan konsumsi

garam dengan ukuran yang tepat untuk menunjang kesehatan manusia. Konsumsi

garam per orang per hari diperkirakan sekitar 5–15 gram atau 3 kilogram per tahun

per orang (Amalia & Hendarsih, 2013).

Garam epsom mengandung senyawa kimia dengan penyusun terbesar adalah

natrium klorida (NaCl) dan kandungan yang lain termasuk kalsium sulfat (CaSO4),

magnesium sulfat (MgSO4), dan magnesium klorida (MgCl2) (Arwiyah, Zainuri, & Efendy,

2015). Terapi rendam menggunakan air garam dapat mengurangi tingkat nyeri pada

penderita asam urat, air garam dapat memperlancar aliran darah dan penggumpalan

asam urat pada persendian berkurang. Unsur sodium yang terkandung dalam garam

sangat penting untuk mengatur keseimbangan cairan didalam tubuh, selain itu

sodium juga bertugas dalam transmisi syaraf dan kerja otot (Nuyridayanti, 2017).

Kandungan magnesium dalam garam epsom dapat menekan pelepasan prostaglandin

dan menghambat pelepasan asetilkolin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah,

merelaksasi otot-otot dan meningkatkan sirkulasi darah (Tih, et al., 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan Sari, et al (2015), menyatakan bahwa usia yang

banyak mengalami nyeri sendi adalah usia elderly (60-74 tahun). Penyakit persendian

adalah akibat kerusakan pada permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai

pada lanjut usia, terutama yang gemuk. Pada usia tersebut biasanya memiliki keluhan-

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

39

keluhan pada persendian seperti, lini-linu, pegal dan nyeri. Biasanya yang terkena

adalah persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi penahan berat tubuh.

Secara umum, pada persendian terjadi kemunduran kartilago dan sebagian besar

terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat, dan pembentukan tulang di permukaan

sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada

jaringan penyambung meningkat secara progresif yang jika tidak dipakai lagi akan

menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan metabolisme sendi dan deformitas.

Sedangkan jenis kelamin yang sering mengalami nyeri sendi sebagian besar berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 51,9%. Hal ini dikarenakan pada pria juga mengalami

keadaan yang disebut andropause. Biasanya gejalanya yaitu menurunnya kekuatan dan

massa otot, penumpukan lemak didaerah abdominal dan osteoporosis dan

menurunnya minat terhadap seksual, dengan kejadian diatas Sari, et al (2015)

menerapkan kompres air garam hangat terhadap penderita nyeri sendi. Hasil dari

penelitian tersebut menunjukan bahwa sesudah diberikan kompres air garam hangat

jumlah lansia yang mengalami nyeri sendi berkurang. Penurunan intensitas nyeri

sendi pada lansia dikarenakan pemberian kompres air garam hangat pada persendian

yang mengalami nyeri karena dapat memberikan efek menurunkan spasme otot pada

pembuluh darah, melancarkan sirkulasi darah, dan menstimulasi pembuluh darah.

Garam sendiri mempunyai fungsi yaitu untuk melenturkan otot yang tegang,

mengurai rasa nyeri pada otot yang sakit, menurunkan gejala inflamasi, serta

menyembuhkan infeksi.

Menurut penelitian yang dilakukan Nuyridayanti (2017), didapatkan 13

responden dari 20 responden mengalami penurunan tingkat nyeri setelah dilakukan

rendam air garam. Setelah nyeri hilang penderita tersebut dapat melakukan aktivitas

sehari-hari dengan baik karena rendaman air garam juga mampu memperlancar

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

40

sirkulasi darah, membersihkan tubuh dari racun-racun, menumbuhkan rasa rileks,

dan menurunkan stres. Sisa responden yang tidak efektif diberikan rendam garam

karena ada berbagai faktor. Nyeri yang dialami responden tersebut disebabkan karena

kadar asam urat dalam darah yang tinggi, sehingga penderita tersebut mudah

merasakan nyeri. Selain itu juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri seperti

usia, jenis kelamin, budaya dan lain sebagainya.

Menurut penelitian yang dilakukan F.Benita (2016) tentang studi untuk

menilai efektivitas aplikasi air panas dengan garam epsom untuk mengurangi nyeri

sendi pada lansia dengan reumatoid artritis di rumah sakit, menyatakan bahwa garam

epsom efektif mengurangi nyeri sendi dengan menggunakan 30 gram garam dengan

air hangat sebanyak 3 liter dan diaplikasikan selama 20 menit selama 7 hari berturut-

turut.

2.4.6 Konsep Rendam Air Jahe

Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan rempah-rempah yang sangat penting

dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan maupun dalam

bidang kuliner. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang

semu dan termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Jahe berasal dari Asia

Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina (Setyaningrum & Saparinto, 2013).

Jahe telah dimanfaatkan di Asia sejak ribuan tahun yang lalu untuk mengatasi

berbagai macam penyakit seperti arthritis, rematik, keseleo, nyeri otot, penyakit

selesma, batuk, sinusitis, sakit tenggorokan, diare, kolik, kram, gangguan pencernaan,

kehilangan nafsu makan, mabuk, demam, flu, menggigil, dan penyakit menular

(Setyaningrum & Saparinto, 2013).

Jenis-jenis jahe yang dikenal oleh masyarakat yaitu jahe emprit (jahe kuning),

jahe gajah (jahe badak), dan jahe merah (jahe sunti) tetapi jahe yang banyak

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

41

digunakan untuk obat-obatan adalah jahe merah, karena jahe merah memiliki

kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dibanding dengan jahe lainnya

(Setyaningrum & Saparinto, 2013). Jahe mengandung lemak, protein, zat pati, oleoresin

(gingerol) dan minyak atsiri. Rasa hangat dan aroma yang pedas pada jahe disebabkan

oleh kandungan minyak atsiri (volatil) dan senyawa oleoresin (gingerol). Rasa hangat pada

jahe dapat memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah lancar. Oleorasin

(gingerol) memiliki potensi anti inflamasi, analgetik, antioksidan yang kuat, dan dapat

menghambat sintesis prostlaglandin sehingga rasa nyeri berkurang (Dewi & Kudmasa,

2015).

Hasil penelitian yang dilakukan Damaiyanti dan Siska (2012), intensitas nyeri

artritis rheumatoid pada lanjut usia setelah dilakukan kompres jahe hangat mengalami

penurunan intensitas nyeri yang dirasakan, lebih nyaman dan hangat pada daerah

yang terasa nyeri tersebut. Berkurangnya intensitas nyeri tersebut karena kandungan

di dalam jahe yang dapat mengurangi peradangan dan efek farmakologi yang dimiliki

jahe yang dapat menghasilkan rasa pedas dan panas, dan dengan hantaran panas

makan akan terjadi vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah, sehingga penderita

arthritis rhematoid akan merasa lebih nyaman.

Menurut penelitian yang dilakukan Zuriati (2017), didapatkan bahwa rata-rata

skala nyeri sebelum dilakukan kompres hangat memakai jahe adalah 6,00 (nyeri

sedang), setelah dilakukan kompres hangat memakai jahe adalah 3,67 (nyeri ringan).

Jahe sering kali digunakan sebagai obat nyeri asam urat karena kandungan gingerol

dan rasa hangat yang ditimbulkannya membuat pembuluh darah terbuka dan

memperlancar sirkulasi darah. Sehingga suplai makanan dan oksigen menjadi lebih

baik sehingga nyeri berkurang. Secara fisiologi nyeri, kompres jahe menurunkan nyeri

asam urat pada tahap tranduksi, dimana pada tahap ini jahe mempunyai kandungan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/53441/3/BAB II.pdf · gout pada stadium akut yaitu dengan farmakoterapi dalam 24 jam pertama serangan. Pilihan regimen terapi merekomendasikan

42

gingerol yang mengandung siklooksigenase yang bisa menghambat terbentuknya

prostaglandin sebagai mediator nyeri, sehingga terjadi penurunan nyeri asam urat.

Menurut penelitian yang dilakukan Rayahu, Rahayu, & Sunardi (2017), bahwa

terapi menggunakan jahe merah untuk lansia, efektif untuk mengurangi nyeri sendi.

Oleoresin dan minyak atsiri yang termasuk kandungan dari jahe merah mampu

menghambat cyclooxygenase atau prostaglandin. Intervensi dilakukan selama 7 hari

berturut-turut dengan 20 gram jahe merah dengan air sebanyak 3 liter yang dilakukan

selama 20 menit.