BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN...

32
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN TEORETIK A. CEDERA PADA ARTICULATIO GENUS (SENDI LUTUT) A.1. ANATOMI ARTICULATIO GENUS Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam. Pada articulatio terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan. Sendi lutut merupakan sendi di extremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas (paha/ femur) dengan tungkai bawah (tibia). Fungsi dari sendi ini adalah untuk melakukan gerakan flexi, extensi dan sedikit rotasi pada tugkai bawah. Untuk melakukan fungsi gerak ini diperlukan antara lain: 5 - Otot-otot penggerak sendi - kapsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya jangan lepas bila bergerak - Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang mengatur luasnya gerakan. - Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi. - Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan penghubung kedua buah tulang (femur dan tibia) yang bersendi sehingga sendi menjadi kuat untuk melakukan gerakan. 5 Articulatio genus (sendi lutut) adalah sendi yang terbesar dan paling rumit di seluruh tubuh. Pada dasarnya sendi ini terdiri atas dua buah sendi condylaris antara condylus femoris medialis dan lateralis dengan condylus tibiae yang bersesuaian serta sebuah sendi pelana antara patella dan facies patellaris femoris. Perhatikan bahwa fibula tidak terlibat pada sendi ini. 5,6,7

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN TEORETIK

A. CEDERA PADA ARTICULATIO GENUS (SENDI LUTUT)

A.1. ANATOMI ARTICULATIO GENUS

Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih

yang dihubungkan melalui jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian

dalam. Pada articulatio terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang

yang dilapisi oleh tulang rawan. Sendi lutut merupakan sendi di extremitas

inferior yang menghubungkan tungkai atas (paha/ femur) dengan tungkai

bawah (tibia). Fungsi dari sendi ini adalah untuk melakukan gerakan flexi,

extensi dan sedikit rotasi pada tugkai bawah. Untuk melakukan fungsi

gerak ini diperlukan antara lain: 5

- Otot-otot penggerak sendi

- kapsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang

yang bersendi supaya jangan lepas bila bergerak

- Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang

mengatur luasnya gerakan.

- Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk

mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi.

- Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang

merupakan penghubung kedua buah tulang (femur dan tibia)

yang bersendi sehingga sendi menjadi kuat untuk melakukan

gerakan.5

Articulatio genus (sendi lutut) adalah sendi yang terbesar dan paling

rumit di seluruh tubuh. Pada dasarnya sendi ini terdiri atas dua buah sendi

condylaris antara condylus femoris medialis dan lateralis dengan condylus

tibiae yang bersesuaian serta sebuah sendi pelana antara patella dan facies

patellaris femoris. Perhatikan bahwa fibula tidak terlibat pada sendi ini.5,6,7

7

Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel, yaitu pergerakan

dua condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat

dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan flexi, extensi dan sedikit rotatio.

Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat

menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada kapsul dan

ligamentum di sekitar sendi.5 Sendi antara femur dan tibia adalah sebuah

sendi sinovial tipe ginglymus (sendi engsel), tetapi mempunyai sedikit

kemungkinan gerak rotasi. Sendi antara patella dan femur adalah sendi

sinovial jenis pelana.6

Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada segmen

inferior dari tendo m. quadriceps femoris pada permukaan ateroinferior.

Pinggir atas, lateral dan medial merupakan tempat perlekatan berbagai

bagian m.quadriceps femoris. Patella dicegah bergeser ke lateral selama

kontraksi m. quadriceps femoris oleh serabut-serabut horizontal bawah m.

vastul medialis dan oleh besarnya ukuran condylus lateralis femoris.5,6

A.1.1. Morfologi Articulatio Genus (Sendi Lutut)

Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh

manusia. Sendi ini terletak pada ekstremitas inferior yaitu antara tungkai

atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua

articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan

condylus tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana, diantara patella dan

facies patellaris femoris.5,6,10

Tulang- tulang pembentuk articulatio genus adalah:

1. Os. Femur

2. Os. Tibia

3. Os. Patella

8

Otot – otot yang mempunyai fungsi pada sendi lutut:6

1. Flexi - flexor

M. biceps femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus,

dibantu oleh m. gracilis, m. sartorius, dan m.popliteus. flexi

dibatasi oleh kontak bagian belakang tungkai bawah dengan

tungkai atas.

2. Extensi - extensor

M. quadriceps femoris. Extensi dihambat oleh tegangnya seluruh

ligamentum-ligamentum utama sendi.

3. Rotasi Medial

M. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus

4. Rotasi Lateral

M. biceps femoris

Stabilitas sendi lutut tergantung pada tonus otot-otot kuat yang bekerja

pada sendi dan kekuatan ligamentum-ligamentum. Dari faktor ini tonus

otot adalah yang terpenting dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk

mengembalikan kekuatan otot ini, terutama M. quadriceps femoris setelah

terjadi cedera sendi lutut.6

Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel,

tetapi sebenarnya terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks yaitu :

1. Articulatio condyloidea diantara dua condylus femoris dan

meniscus dan berhubungan dengan condylus tibiae

2. satu articulatio jenis arthrodia parsialis diantara permukaan dorsal

dari patella dan permukaan ventral facies patellaris femoris.

Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang

berbentuk bulat, pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago

semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio antara ujung bawah

femur dengan patella.

9

Fascies articularis femoris. tibiae dan patella diliputi oleh cartilago

hyaline. Fascies articularis condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik

sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan lateralis.

A.1.1.1. Ligamentum Pada Sendi Lutut

A.1.1.1.a. Ligamentum Extracapsularis

1. Ligamentum Patellae

Ligamentum patella (diatas) melekat pada pinggir bawah

patella dan dibawah pada tuberositas tibiae. Sebenarnya

ligamentum ini merupakan lanjutan dari bagian utama tendo

bersama m. quadriceps femoris.5,6

2. Ligamentum Collaterale Laterale (Collaterale Fibulae)

Berbentuk seperti tali dan melekat di atas pada condylus

lateralis femoris dan dibawah pada caput fibulae tendo m. popliteus

berjalan diantara ligamentum dan meniscus lateralis.10

3. Ligamentum Collaterale Mediale (Collaterale Tibiae)

Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar

dan melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris dan

pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae.

Ligamentum ini menembus dinding kapsul sendi dan sebagian

melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo

infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendo m.

semimembranosus dan a. inferior medialis genus.5,6

4. Ligamentum Popliteum Obliquum

Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian

posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke

medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun

pada dinding kapsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi

membelok ke atas menutupi tendo m. semimembranosus.5,6

10

5. Ligamentum Transversum Genus

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada

dua meniscus, terdiri dari jaringan conective, kadang- kadang

ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya, sehingga

sering tidak dijumpai pada sebagian orang.5,6

A.1.1.1.b. Ligamentum Intra Capsular

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang

sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini

terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan

perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan

pengikat utama antara femur dan tibiae.5,6

1. Ligamentum Cruciatum Anterior

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior

tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk

melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis

femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan

akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum

cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur bergeser ke

posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan

flexi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik

ke posterior.5

2. Ligamentum Cruciatum Posterior

Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area

intercondylaris posterior tibiae dan berjalan kearah atas, depan dan

medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral

condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur

bila lutut sedang extensi, namun akan menjadi tegang bila sendi

lutut dalam keadaan flexi. Serat-serat posterior akan menjadi

tegang dalam keadaan extensi. Ligamentum cruciatum posterior

berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila

11

sendi lutut dalam keadaan flexi, ligamentum cruciatum posterior

akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.5

A.1.1.2. Cartilago Semilunaris (Meniscus)

Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C,

yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya

tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan

membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya cekung dan berhubungan

langsung dengan condylus femoris.5,10

Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis

condylus tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung.

1. Cartilago Semilunaris Medialis

Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh

lebih lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat

pada area intercondylaris anterior tibiae dan berhubungan

dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat

yang disebut ligamentum transversum. Cornu posterior melekat

pada area intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian

perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale

sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif

tetap.

2. Cartilago Semilunaris Lateralis

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata.

Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior, tepat

di depan eminentia intercondylaris. Cornu posterior melekat

pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia

intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari

cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior

ke condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago

dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendo m.

12

popliteus, sebagian kecil dari tendo melekat pada cartilago ini.

Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris

lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila dibandingkan

dengan cartilago semilunaris medialis.5,8

A.1.1.3. Capsula Articularis

Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendo m.

quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan

anterior dari femur diatas tuberositas articularis. Kemudian capsula ini

berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak

yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari

retinacula patellae menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan ke

bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior. Selanjutnya

capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi

lutut sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum

cruciatum posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis

membentuk dua tonjolan, lipatan synovial, plica alares yang terkumpul

pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial

villi.5

Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang

mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada

bagian paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini

merupakan lipatan sagital yang lebar pada membran synovialis.

Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian,

berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan

kapsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan.

Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian

menutupi permukaan cartilago, dan bagian permukaan anterior dari

femur tidak ditutupi oleh cartilago. Pada tibia kapsul sendi ini melekat

mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari

13

permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-

masing meniscus.5,6

A.1.1.4. Bursa Pada Sendi Lutut

Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di

bagian bawah dan belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendo

origo m. popliteus. Bursa ini membuka kearah sendi melalui celah

yang sempit diatas meniscus lateralis dan tendo m. popliteus. Banyak

bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan enam

terdapat di belakang sendi. Bursa ini terdapat pada tempat terjadinya

gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau tendo.

A.1.1.4. a. Bursa Anterior

1. Bursa Supra Patellaris

Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat

dengan rongga sendi.

2. Bursa Prepatellaris

Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan

belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patellae.

3. Bursa Infrapatellaris Superficialis

Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan

belahan bawah ligamentum patellae

4. Bursa Infrapatellaris Profunda

Terletak di antara permukaan posterior dari ligamentum patellae

dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari cavum sendi

melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini jarang

terjadi.

14

A.1.1.4.b. Bursa Posterior

1. Recessus Subpopliteus

Ditemukan sehubungan dengan tendo m. popliteus dan

berhubungan dengan rongga sendi.

2. Bursa M. Semimembranosus

Ditemukan sehubungan dengan insertio m. semimembranosus dan

sering berhubungan dengan rongga sendi.

Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan :

1. tendo insertio m. biceps femoris

2. tendo m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu

berjalan ke insertionya pada tibia.

3. di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius

4. di bawah caput medial origo m. gastrocnemius

A.1.1.5. Persarafan Sendi Lutut

Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari

nervus yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi lutut. Sehingga sendi

lutut disarafi oleh:5,6

1. N. Femoralis

2. N. Obturatorius

3. N. Peroneus communis

4. N. Tibialis

A.1.1.6. Suplai Darah

Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh

darah disekitar sendi ini. Sendi lutut menerima darah dari descending

genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan

cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang ascending

arteri tibialis anterior. Aliran vena pada sendi lutut mengikuti

perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena femoralis.

15

A.1.1.7. Sistem Lympha

System limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan

fascia subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan

lymphanode sub inguinalis superficialis. Sebagian lagi aliran limfe ini

akan memasuki lymphanode poplitealis, aliran limfe berjalan sepanjang

vena femoralis menuju dee lymphanode inguinalis.

A.1.2. Pergerakan Sendi Lutut

Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan flexi, extensi, dan

sedikit rotasi. Gerakan flexi dilaksanakan oleh m. biceps femoris,

semimembranosus, dan semitendinosus, serta dbantu oleh m.gracilis,

m.sartorius dan m. popliteus. Flexi sendi lutut dibatasi oleh

bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha. Extensi

dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula oleh

ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Extensi sendi

lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta

ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum

obliquum menjadi tegang, serat-serat posterior ligamentum cruciatum

posterior juga di eratkan. Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami

extensi penuh ataupun sedikit hiper-extensi, rotasi medial dari femur

mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semualigamentum utama

dari sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis

kaku. 5,6

Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia, dan

cartilago semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus

femoris dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-

extensi dikatakan dalam keadaan terkunci.

Selama tahap awal extensi, condylus femoris yang bulat

menggelinding ke depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan

cartilago semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di

gerakkan ke depan, femur ditahan oleh ligamentum cruciatum

16

posterior, gerak menggelinding condylus femoris diubah menjadi

gerak memutar. Sewaktu extensi berlanjut, bagian yang lebih rata pada

condylus femoris bergerak kebawah dan cartilago semilunaris harus

menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus femoris yang

berubah.

Selama tahap akhir extensi, bila femur mengalami rotasi medial,

condylus lateralis femoris bergerak ke depan, memaksa cartilago

semilunaris lateralis ikut bergerak ke depan.

Sebelum flexi sendi lutut dapat berlangsung, ligamentum-

ligamentum utama harus mengurai kembali dan mengendur untuk

memungkinkan terjadinya gerakan diantara permukaan sendi.

Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan

oleh m. popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu

condylus lateralis femoris bergerak mundur, perlekatan m. popliteus

pada cartilago semilunaris lateralis akibatnya tertarik kebelakang.

Sekali lagi cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada

garis bentuk condylus yang berubah.

Bila sendi lutut dalam keadaan flexi 90 derajat, maka kemungkinan

rotasio sangat luas. Rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis

dan m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh m. biceps

femoris.

Pada posisi flexi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di

gerakkan ke depan dan belakang terhadap femur, hal ini dimungkinkan

karena ligamentum utama, terutama ligamentum cruciatum sedang

dalam keadaan kendur.

Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada

kekuatan tonus otot yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh

kekuatan kigamentum. Dari faktor-faktor ini, tonus otot berperan

sangat penting, dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk

mengembalikan kekuatan otot ini, terutama m. quadriceps femoris,

setelah terjadi cedera pada sendi lutut.5,6,7

17

A.1.3. Analisis Anatomik Art. Genus

Articulatio genus dibentuk oleh condyli femoris di satu pihak dan

condyli tibiae di pihak lain. Facies articularis condyli femoris

berbentuk silinder. Axis silinder berjalan tidak tepat transversal, tetapi

keduanya saling membentuk sudut yang terbuka ke proximal. Pada

potongan facies articularis tidak tampak bulat, tetapi tampak suatu

bentuk spiral dengan radius makin ke dorsal makin pendek sehingga

lengkung condylus makin ke dorsal makin bertambah. Secara umum

articularis genus dapat dinyatakan sebagai articulatio jenis ginglymus.

Kemungkinan geraknya flexi dan extensi di sekeliling axis transversal,

dan rotasi sekeliling axis longitudinalis. Rotasi terjadi bila lutut sudah

mengalami semiflexi. Condyli tibiae cekung, diantaranya dijumpai

eminentia intercondyloidea. Di sebelah ventral eminentia terdapat

fossa intercondyloidea anterior, dan di sebelah dorsal terdapat fossa

intercondyloidea posterior.8

Alat khusus yang dijumpai adalah meniscus medialis dan lateralis.

Meniscus medialis ini terletak pada facies articularis superior condylus

medialis tibiae dan merupakan kira-kira setengah bagian suatu

lingkaran yang besar, sedang meniscus lateralis merupakan lebih dari

setengah bagian lingakaran yang kecil. Meniscus medialis mempunyai

bentuk huruf C (besar), sedang meniscus lateralis berbentuk lingkaran

kecil yang tidak penuh. Meniscus articularis ini berfungsi untuk

mengurangi diskonqruensi di antara kedua ujung tulang yang bersendi.

Karena meniscus lateralis lebih kecil maka terlihat seakan terjepit oleh

meniscus medialis. Ujung ventral meniscus medialis melekat pada

eminentia intercondiloidea tibiae disebelah depan perlekatan

ligamentum cruciatum anterior. Ujung ventral meniscus medialis

melekat pada tibia di sebelah depan fossa intercondyloidea posterior.

Ujung ventral meniscus lateralis melekat pada tibia, di ventral

eminentia intercondyloideam dan ujung dorsal melekat pada tibia di

dorsal eminentia intercondyloidea. Di sebelah ventral antara kedua

18

meniscus terbentang ligamnetum transversum genus. Pada waktu

berdiri facies articularis conduli femoris bertemu meniscus yang luas.

Bila tungkai bawah dilakukan flexi maka meniscus terdorong ke

belakang dan menjadi lingkaran yang lebih kecil untuk menyesuaikan

dengan radius conyli femoris yang mengecil. capsula articularis

diperkuat oleh ligamentum collaterale laterale dan ligamentum

collaterale mediale. Ligamentum collaterale laterale terbentang antara

epicondylus femoris dan margo ingrglenoidalis. Baik waktu extensi

maupun flexi ligamentum ini tegang.8

A.1.4. Analisis Mekanik Art. Genus

Gerakan pada articulatio genus adalah flexi dan extensi terhadap

axis transversal. Pada waktu extensi kedua ligamentum collaterale

tegang dan pada keadaan extensi tidak dapat terjadi rotasi. Pada waktu

flexi dapat dilakukan gerak rotasi, karena ligamentum collaterale

laterale kendor. Gerak rotasi terjadi axis longitudinalis yang melewati

condylus medialis tibiae. Antara femur dan tibia juga dijumpai

ligamentum cruciatum anterius dan ligamentum crutiatum posterius.

Ligamentum cruciatum anterius pada satu ujung melekat pada facies

medialis condylus lateralis femoris, dan ujung yang lain melekat pada

fossa intercondyloidea posterior. Ligamentum cruciatum anterius dan

ligamentum cruciatum posterius menghambat gerak endorotasi, sedang

exorotasi dihambat oleh ligamentum collaterale laterale. Pada

articulatio genus, femur selain berhadapan dengan tibia, juga dengan

patella. Patella adalah ossa sesamoidea yang besar, yang terdapat di

dalam perlekatan tendo m. quadriceps femoris. Dengan patella

dibentuk articulati fenoropatellaris yang terjadi antara facies patellaris

femoris di satu pihak, dan facies articularis fomoralis patellae di pihak

lain. Articulatio femoralis patellae di pihak lain. Articulatio ini

merupakan articulatio trochlearis, dan merupakan sebagian dari

articulatio genus. Cavum articulare berhubungan dengan bursa

19

suprapatellaris yang terletak di dorsal m. rectus femoris. Bursa ini bisa

menonjol bila terisi cairan dari cavum articulare. Berhubung arah

sumbu longitudinal femur serong, maka femur dan tibia membentuk

sudut terbuka ke lateral lutut, yaitu ke jurusan tempat patella bisa

bergeser bila terjadi dislokasi. Walaupun dislokasi jarang terjadi, tetap

ada faktor yang bisa menyebabkan terjadinya dislokasi tersebut.8

Faktor penyebabnya adalah menonjolnya condylus lateralis femoris

kearah depan, dan perlekatan bagian bawah m. vastus medialis, pada

bagian bawah os patella akan menarik patella ke arah medial. Facies

posterior patella memiliki beberapa pasang facies articularis yang

bersendi silih berganti selama melakukan extensi, flexi ringan, flexi

sedang dan flexi maksimal. Bila terjadi fractura patella, maka patella

akan patah menjadi fragmen atas dan bawah otot-otot yang bekerja

pada articulatio tersebut, merupakan otot-otot yang termasuk otot-otot

tungkai bawah.8

A.2. CEDERA PADA ARTICULATIO GENUS (SENDI LUTUT)

A.2.1. Pengertian Cedera Dalam Dunia Olahraga

Cedera adalah memar atau luka, atau dislokasi dari otot, sendi atau

tulang yang disebabkan oleh kecelakaan, benturan (body contact) atau

gerakan yang berlebihan sehingga otot, tulang, atau sendi tidak dapat

menahan beban atau menjalankan tugasnya. Cedera dalam dunia olahraga

yaitu rusaknya jaringan (lunak atau keras) baik otot, tulang, atau

persendian yang disebabkan oleh kesalahan teknis, benturan, atau aktivitas

yang melebihi batas beban latihan (overtraining) yang dapat menimbulkan

rasa sakit atau nyeri dan atau akibat dari kelebihan latihan dalam

memberikan pembebanan yang terlalu berat (overload) sehingga otot,

tulang, atau persendian tidak lagi dalam keadaan atau posisi anatomis

(dislokasi). Cedera dalam olahraga adalah segala macam cedera yang

timbul pada waktu latihan ataupun pada waktu pertandingan

olahraga.1,11,12

20

A.2.2. Patofisiologi Cedera olahraga

Ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma

akut dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut

adalah suatu cedera berat yang terjadi secara mendadak, seperti robekan

ligament, otot, tendo, atau terkilir, atau bahkan patah tulang. Cedera akut

biasanya memerlukan pertolongan profesional. Sindrom pemakaian

berlebih sering dialami oleh atlet, bermula dari adanya suatu kekuatan

yang sedikit berlebihan, namun berlangsung berulang-ulang dalam jangka

waktu lama. Sindrom ini kadang memberi respon yang baik dengan

pengobatan sendiri.12,13

Cedera olahraga seringkali direspon oleh tubuh dengan tanda

radang yang terdiri atas rubor (merah), tumor (bengkak), kalor (panas),

dolor (nyeri), dan functiolaesi (penurunan fungsi). Pembuluh darah di

lokasi cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim

lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam rangka mendukung penyembuhan.

Pelebaran pembuluh darah ini lah yang mengakibatkan lokasi cedera

terlihat lebih merah (rubor). Cairan darah yang banyak dikirim di lokasi

cedera akan merembes keluar dari kapiler menuju ruang antar sel, dan

menyebabkan bengkak (tumor). Dengan dukungan banyak nutrisi dan

oksigen, metabolisme di lokasi cedera akan meningkat dengan sisa

metabolisme berupa panas. Kondisi inilah yang menyebabkan lokasi

cedera akan lebih panas (kalor) dibanding dengan lokasi lain. Tumpukan

sisa metabolisme dan zat kimia lain akan merangsang ujung saraf di lokasi

cedera dan menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri juga dipicu oleh

tertekannya ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi di lokasi

cedera. Baik rubor, tumor, kalor, maupun dolor akan menurunkan fungsi

organ atau sendi di lokasi cedera yang dikenal dengan istilah

functiolaesa.12,13

21

A.2.3. Mekanisme terjadinya cedera

Proses mekanisme terjadinya cedera olahraga dapat dibedakan

menjadi: 12

1) Traksi: jaringan mengalami tarikan yang cukup kuat melebihi

batas kelenturan sehingga mengakibatkan kerobekan otot atau

ligamentum, misalnya: tarikan tendo Ackhiles, bahkan bisa putus

pada saat melompat, lari ataupun loncat.

2) Kompresi: jaringan mengalami tekanan oleh beban yang berlebih,

misalnya sering melakukan gerakan loncat, loncat jongkok, akan

mengakibatkan tekanan pembebanan terhadap sendi utut ataupun

penekanan oleh berat badan yang berlebihan.

3) Torsi: jaringan mengalami putaran mendadak/ tiba-tiba pada saat

jaringan mengalami pembebanan. Misalnya sewaktu melompat,

saat jaringan mengalami pembebanan. Misalnya sewaktu

melompat, saat menginjakkan kaki ke tanah tubuh berputar arah

sehingga menimbulkan kerusakan jaringan di sekitar lutut.

Ataupun pada pemain sepak bola ketika mengejar bola mendadak

dan disertai perputaran badan.

4) Bending jaringan mengalami penekukan yang berlebihan oleh

adanya gaya yang sangat kuat. Misalnya pada pemain voly ketika

melakukan smes dengan meloncat dan turun dengan posisi

pergelangan kaki menekuk, sehingga mengakibatkan kerobekan

ligament talofibolare atau ketika berlari salah satu kaki terpelosok

ke lubang sempit sehingga sendi lutut seperti di luruskan secara

paksa atau tulang betis tertekuk dan mengakibatkan patah tulang.

5) Stress geser: adanya gaya saling menggeser berlawanan arah

seperti menggunting pada sendi, sehingga dapat merusak

permukaan sendi. Misalnya lari cepat mengejar bola berhenti tiba-

tiba, badan condong ke depan dan lutut menekuk.12

22

6) Pembebanan berulang-ulang walaupun kecil dapat mengakibatkan

cedera, misalnya pada lari jarak jauh, pemain tenis dan pemain

sepeda.12

A.2.4. Derajat cedera olahraga

Cedera dalam dunia olahraga dapat dikategorikan menjadi tiga

tingkatan, yaitu: cedera ringan/ cedera tingkat pertama, cedera sedang/

cedera tingkat kedua, dan cedera berat/ cedera tingkat ketiga.1,4,12

a. Cedera Ringan/ Cedera Tingkat Pertama

Cedera ringan/ cedera tingkat pertama ini ditandai dengan

adanya robekan atau hanya dapat dilihat dengan mikroskop,

dengan keluhan minimal, dan hanya sedikit saja atau tidak terlalu

menggangu penampilan atlet yang bersangkutan baik pada saat

berlatih ataupun bertanding

b. Cedera Sedang/ Cedera Tingkat Kedua

Cedera sedang/ cedera tingkat kedua ini ditandai dengan

kerusakan jaringan yang nyata, nyeri, bengkak, memar, berwarna

kemerah-merahan (suhu agak panas), dengan gangguan fungsi

yang nyata dan berpengaruh pada penampilan atlet yang

bersangkutan baik pada saat berlatih maupun bertanding.

c. Cedera Berat/ Cedera Tingkat Ketiga

Cedera berat/ cedera tingkat ketiga ini ditandai dengan

kerusakan jaringan atau terjadi robekan lengkap atau hampir

lengkap pada otot, ligamentum, dan fraktur pada tulang yang

memerlukan waktu istirahat lebih lama atau total, dan

membutuhkan terapi, pengobatan secara intensif, dan bahkan

dimungkinkan untuk dioperasi.1,4,12

23

A.2.5. Macam Macam Cedera Olahraga

Macam- macam cedera antara lain:12

1) Kontusio: memar, hematom, adanya gumpalan darah pada

jaringan.

2) Sprain: robekan sebagian atau total dari ligament karena

peregangan yang berlebihan, biasanya mempengaruhi kestabilan

sendi.

3) Subluxatio: sebagian kedua facies articularis / permukaan sendi

bergeser.

4) Dislokasi: pemisahan total antara facies articularis yang satu

dengan yang lainnya.

5) Strain: kerusakan yang terjadi karena peregangan yang berlebihan

pada jaringan otot, tendo.

6) Tendinitis: terjadi peradangan tendo akibat penggunaan yang

berlebihan.

7) Avulsion fracture: kerusakan tulang pada tempat perlekatan tendo

oleh karena kontraksi tibatiba, tercabutnya origo hamstring pada

pelari gawang.

8) Fraktur bagian tulang yang membentuk per sendian: bila terjadi

perpatahan di daerah ini akan mengakibatkan hemarthrosis

(perdarahan dalam persendian).

9) Fraktur dekat persendian: perpatahan dekat persendian bisa

mengakibatkan kekakuan sendi.11

Secara umum cedera yang mungkin dapat terjadi pada saat latihan

atau pertandingan olahraga, antara lain: cedera memar, cedera

ligamentum, cedera pada otot atau tendo, perdarahan pada kulit, dan

pingsan.1,4

a. Cedera Memar

Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan (body

contact) atau pukulan langsung pada permukaan kulit. Akibat dari

24

benturan atau pukulan tersebut dapat menyebabkan jaringan di

bawah kulit akan rusak dan pembuluh darah kecil akan robek atau

pecah sehingga darah dan cairan seluler akan keluar atau

merembes ke jaringan di sekitarnya.

b. Cedera pada Otot atau Tendo dan Cedera Ligamentum

Ada dua jenis cedera yang dapat terjadi pada otot atau

tendo dan ligamentum, yaitu strain dan sprain. Strain adalah

kerusakan pada suatu bagian jaringan otot atau tendo karena

penggunaan yang berlebihan. Sprain adalah cedera pada bagian

persendian dengan diikuti terjadi robekan pada ligamentum, hal ini

disebabkan oleh peregangan yang berlebihan yang mendadak atau

penggunaan yang berlebihan secara berulang-ulang dari

persendian.4,12

Cedera yang sering terjadi pada atlet adalah sprain yaitu

cedera pada sendi yang mengakibatkan robekan pada ligament.

Sprain terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan dan

mendadak pada sendi, atau karena penggunaan berlebihan yang

berulang-ulang.4 Sprain ringan biasanya disertai hematom dengan

sebagian serabut ligament putus, sedangkan pada sprain sedang

terjadi efusi cairan yang menyebabkan bengkak. Pada sprain berat,

seluruh serabut ligamen putus sehingga tidak dapat digerakkan

seperti biasa dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan, dan adanya

darah dalam sendi.4

c. Dislokasi (Pergeseran Tulang)

Dislokasi atau pergeseran tulang adalah suatu keadaan

persendian tidak dalam keadaan anatomis (bergeser), dalam hal ini

karena terjadi robekan yang mengakibatkan pergeseran tulang dari

tempatnya. Gejala dislokasi antara lain dapat dilihat dengan ciri-

ciri sebagai berikut: pembengkakan terjadi dengan cepat, terasa

nyeri yang sedang sampai berat, terdapat perbedaan yang jelas

pada bagian tubuh yang terluka. Pada pemain sepak bola dislokasi

25

sering terjadi pada organ pergelangan kaki, jari-jari tangan, siku,

lutut, bahu, atau punggung.1,4,12

Dislokasi sendi sering terjadi pada olahragawan yaitu

terpelesetnya bonggol sendi dari tempatnya. Apabila sebuah sendi

pernah mengalami dislokasi, maka ligament pada sendi tersebut

akan kendor, sehingga sendi tersebut mudah mengalami dislokasi

kembali (dislokasi habitualis). Penanganan yang dapat dilakukan

pada saat terjadi dislokasi adalah segera menarik persendian

tersebut dengan arah sumbu memanjang. 1,4

d. Patah Tulang (Fraktur)

Patah tulang (fraktur) adalah suatu keadaan tulang yang

mengalami keretakan, pecah, atau patah. Patah tulang dibagi

menjadi dua macam yaitu: fraktur sederhana (simple fracture) dan

fraktur kompleks (compound fracture).1,4

Patah tulang (fraktur) adalah diskontinuitas dari jaringan

tulang (patah tulang) yang biasanya disebabkan oleh adanya

kekerasan yang timbul secara mendadak. Berdasarkan hubungan

antara ujung tulang yang mengalami fraktur dengan jaringan-

jaringan di sekitarnya.1,12

Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami

keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang

rawan. Fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang

dapat digolongkan menjadi dua yaitu:15,16

1) Patah tulang komplek; tulang terputus sama sakali.

2) Patah tulang stress; tulang retak, tetapi tidak terpisah.

Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari

bagian luar tubuh, patah tulang dibagi manjadi:15,16

1) Patah tulang terbuka; fragmen (pecahan) tulang

melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.

2) Patah tulang tertutup; fragmen (pecahan) tulang tidak

menembus permukaan kulit.

26

e. Kram Otot

Kram otot adalah kontraksi secara terus menerus yang

dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa

nyeri. Kram otot biasanya terjadi karena seseorang mengalami

kelelahan yang berlebihan (overtraining), kekurangan garam dan

mineral, kurang pemanasan atau penguluran, atau gangguan

(terhambatnya) sirkulasi darah yang menuju ke otot-otot. Pada

pemain sepak bola kram otot bisa terjadi pada: otot perut, otot

paha, betis, jari tangan, atau jari kaki.4,12

f. Perdarahan

Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah

sebagai akibat dari terjadinya trauma pukulan, tendangan, atau

terjatuh. Perdarahan ini ada dua macam, yaitu penadarahan dalam

(darah berada di dalam rongga badan) dan perdarahan luar (darah

keluar dari kulit).1,4,12

g. Kejang (Shock)

Kejang (shock) adalah suatu keadaan yang timbul karena

disebabkan gangguan pada otak, karena suplai darah ke otak

berkurang, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan (terlalu

kenyang, terlalu lapar, atau kehausan). 1,4,12

h. Pingsan (Collaps)

Pingsan (collaps) adalah keadaan di mana seseorang

mengalami kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan

singkat. Pingsan biasanya disebabkan oleh berkurangnya aliran

darah atau oksigen (O2) dan glukosa dalam tubuh menuju ke otak,

kepanasan, atau keracunan. 1,4

27

A.3. Aspek Klinis Sendi Lutut

A.2.1.Trauma Pada Lutut

Trauma pada lutut lebih sering terjadi pada sisi medial

dibandingkan pada sisi lateral. Ligamentum collaterale laterale

(fibulare) lebih kuat mengikat sendi dari pada ligamentum collaterale

medial (tibiae). Kerusakan pada ligamentum collaterale terjadi sebagai

akibat dari pukulan pada lutut pada sisi yang berlawanan. Pukulan yang

berat pada sisi medial dari lutut, yang mana dapat menimbulkan

kerusakan pada ligamentum collaterale fibulare, adalah jarang terjadi

bila dibandingkan dengan pukulan pada sisi lateral lutut. Meniscus

medialis melekat kuat pada ligamentum collaterale tibialis dan

frekuensi kerusakan 20 kali lebih sering terjadi dibandingkan dengan

meniscus lateralis.5,10

Meniscus yang robek dapat menimbulkan bunyi “ click “ selama

extensi dari kaki, bila kerusakan lebih berat potongan sobekan dari

cartilago dapat bergerak di antara permukaan persendian tibia dan

femur. Hal ini menyebabkan lutut menjadi terkunci pada posisi sedikit

flexi.5

Bila lutut di gerakkan ke anterior dengan berlebihan ataupun bila

lutut hiper-extensi, ligamentum cruciatum anterior dapat robek

sehingga menyebabkab sendi lutut menjadi tidak stabil. Dan bila lutut

di gerakkan ke posterior dengan berlebihan maka ligamentum

cruciatum posterior dapat robek. Tindakan bedah pada ligamentum

cruciatum melalui transplantasi ataupun artificial ligamentum di

gunakan untuk memperbaiki kerusakan. 5,10

Jenis trauma yang sering terjadi pada pemain sepak bola adalah

melalui blok ataupun tackle pada sisi lateral lutut yang menyebabkan

lutut tertekuk kedalam, membuka sisi medial dari sendi dan merobek

ligamentum collateral mediale. Meniscus medialis sering robek juga,

sebab ligamentum ini melekat erat pada meniscus medialis, pada cedera

28

yang berat ligamentum cruciatum anterior, yang juga melekat pada

meniscus medialis juga ikut rusak. 1,5

A.2.2 Fraktur Patella

Tulang patella dapat mengalami fraktur baik secara sendiri ataupun

gabungan antara tulang-tulang pada ekstremitas inferior. Fraktur patella

biasanya jenis transversal sederhana, dapat dikoreksi/ perbaiki. Tetapi

bila fraktur patella kompleks dan disertai dengan dislokasi diperlukan

tindakan bedah yang berupa pengangkatan patella (patellectomy), agar

dapat mengembalikan fungsi sendi lutut dengan lebih baik. 5

A.2.3. Dislokasi Sendi Lutut

Dislokasi pada sendi lutut biasanya terjadi pada trauma yang berat,

yang langsung mengenai sendi lutut. Subluksasio dapat terjadi secara

sekunder pada penyakit degeneratif ataupun pada penyakit infeksi yang

sudah berlangsung cukup lama. Tulang tibia dapat mengalami dislokasi

ke ventral, dorsal ataupun ke setiap sisi. Dapat juga terjadi rotasi yang

abnormal pada femur.

Mekanisme terjadinya dislokasi pada sendi lutut biasanya melalui

hiperextensi dan torsi pada sendi lutut. Dislokasi akut pada sendi lutut

sering disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah ataupun

persarafan pada popliteal space.4,5

A.2.4. Osteochondritis

Sering terjadi pada cartilago pada permukan dorsal dari patella dan

mengganggu pergerakan dari sendi lutut dan sering menimbulkan nyeri

pada daerah patella bila sendi di gerakkan. Bagian cartilago dari

permukaan dorsal patella sama seperti pada permukaan sendi femur

pada saat berada dalam rongg sendi. Hal ini dapat menimbulkan nyeri

pada sendi lutut dan mengunci sendi. Penguncian ini menunjukkan

ketidakmampuan fungsi dari sendi. Walaupun sendi ini terkunci tetapi

masih dapat di flexikan lebih dari 90 derajat.5

29

B. OLAHRAGA SEPAK BOLA DAN FAKTOR PENYEBAB CEDERA

B.1. Pengertian Olahraga Sepak Bola

Olahraga merupakan kegiatan fisik yang bersifat kompetitif dalam

suatu permainan, berupa perjuangan tim maupun diri sendiri. Salah satu

olahraga yang berbentuk kompetitif tersebut adalah sepak bola. Sepak bola

adalah olahraga yang dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang

masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok

lawan.1

Sepak bola merupakan permainan modern yang sangat

memasyarakat dan mendunia di berbagai kalangan masyarakat, dan

tidaklah mengherankan apabila olahraga ini sekarang dapat dimainkan

oleh anak-anak maupun dewasa ataupun oleh kaum wanita. Permainan

sepak bola adalah permainan bola besar yang dimanipulasi dengan kaki

dan seluruh anggota badan kecuali tangan yang dimainkan oleh dua buah

regu yang masing-masing regu terdiri atas sebelas orang pemain.

Permainan sepak bola biasanya dimainkan dalam dua babak dan diberi

waktu istirahat di antara kedua babak itu. Tiap-tiap regu berusaha

memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan

mempertahankan gawangnya sendiri agar jangan sampai kemasukan. Regu

yang lebih banyak mencetak gol dinyatakan sebagai pemenang dalam

pertandingan. Agar permainan itu dapat berdaya guna dan berhasil guna

diperlukan kerja sama dan tolong menolong dalam satu regu dan setiap

pemain dalam satu regu diberi kewajiban-kewajiban sendiri yang dibagi

dalam tiga kelompok besar yaitu: barisan penyerang, barisan penghubung,

dan barisan bertahan.1,17

Menurut pendapat yang lain seperti yang dikemukakan oleh Wade

(1978: 3), sepak bola adalah:

..... a game played between two team. When one time has the ball

they try to score by dribbling it, running with it, kicking it, heading it, and

passing it with from one player to the other so that finally the ball is

played through, past or over opposing players to score a goal. The team

30

which does not have the ball tries to prevent shots towards the goal which

it is defending by tackling for the ball, blocking shots, marking dangerous

opponents, and by kicking, heading, dribbling, or passing the ball away

from danger areas near to goal. At the highest level, the game is played by

eleven players in a team.1

Sepak bola adalah olahraga yang memiliki intensitas tinggi dan

menuntut para atletnya untuk menempuh jarak sekitar 9.800 – 11.500

meter selama pertandingan dengan melakukan berbagai gerakan seperti

berjalan, lari-lari kecil, lari cepat (sprint), lari menjelajah, menggiring

bola, meloncat, tackling, dan menendang bola sehingga sering terjadi

cedera yang disebabkan oleh bebagai penyebab.17,18

B.2. Penyebab Cedera Olahraga Sepak Bola

Penyebab cedera olahraga biasanya akibat dari trauma/ benturan

langsung ataupun latihan yang berulang-ulang dalam waktu lama.

Penyebab ini dapat dibedakan menjadi:12

1) Faktor dari luar, yaitu:

a) Body contact sport (benturan dengan lawan): Permainan

sepak bola merupakan permainan body contact yang

memiliki kekompleksivitasan yang tinggi dalam

mempergunakan berbagai jenis gerakan sehingga akan sangat

rentan terhadap terjadinya cedera baik pada saat latihan

maupun pada saat pertandingan. Body contact yang terjadi

seperti ; sliding tackle dan benturan lawan.12,1

b) Alat olahraga: Alat olahraga yang diapakai pemain seperti

sepatu, deker jika tidak sesuai ukuran dan standar maupun

dalam keadaan tidak baik akan dapat menimbulkan terjadinya

cedera pada pemain.

c) Kondisi lapangan: kondisi lapangan licin, tidak rata, becek

menjadi salah satu penyebab terjadinya cedera pemain.12

31

2) Faktor dari dalam, yaitu:12

a) Faktor kelainan bentuk anatomi. Panjang tungkai yang

tidak sama, arcus kaki rata, kaki cinjit, sehingga pada waktu

lari akan mengganggu gerakan. Kelainan bentuk anatomi

meliputi kelainan kaki seperti; talipes cavus, talipes

equinus, talipes calcaneus, talipes valgus, talipes

equinovalgu, talipes calcaneovalgus, talipes varus, talipes

cavovarus, talipes equinovarus dan talipes calcaneocavus

dan tungkai bawah diantaranya; bentuk O (genu varum) dan

X (genu valgum).12,16

b) Latihan gerakan / pukulan/ tendangan yang keliru misalnya:

tendangan meleset dan tendangan yang luput dari bola.12

c) Adanya kelemahan otot.

kelemahan otot yang terjadi akibat latihan/ permainan

sepak bola dengan tenaga berlebih sehingga terdapat

kelemahan otot paha, betis, dan kurang kuatnya melakukan

tendangan bola. Intensitas yang tinggi pada olahraga sepak

bola mengakibatkan para atletnya sering mengalami

kelelahan sebelum pertandingan selesai. Kelelahan

disebabkan penurunan glikogen otot dan glukosa darah.18

d) Tingkat kebugaran rendah

Kondisi fisik yang kurang fit dan mudah lelah, bila

berbenturan dengan pemain yang fisiknya bagus mudah

timbul cedera.12,13

3) Penggunaan yang berlebihan/ overuse

Gerakan atau latihan yang berlebihan dan berulang-ulang dalam

waktu relative lama/ mikro trauma dapat menyebabkan cedera. 12

B.3. Faktor Risiko Cedera Olahraga

B.3.1. Faktor dari dalam diri atlet12

1. Umur

32

Semakin usia bertambah semakin berpengaruh terhadap

kondisi fisik atlet serta lamanya penyembuhan cedera. Pada usia

30-40 tahun kekuatan otot relative menurun, sedangkan

elastisitas tendo menurun setelah usia 30 tahun dan kekuatan

otot menurun setelah usia 40 tahun. Kekuatan otot mencapai

maksimal pada 25 tahun.

2. Temperamental Atlet (Emosi)

Atlet yang perilakunya kasar. Sangat emosional,

temperamen tinggi cenderung mengalami cedera baik cedera

yang mengenai dirinya atau terhadap lawan bermain, mereka

tidak memperhatikan resiko yang akan terjadi. Misalnya: kalah

dalam perbuatan bola kemudian melakukan tekling keras

terhadap lawan.12

3. Pengalaman

Atlet senior atau banyak pengalaman dalam bertanding

lebih menyadari akan risiko terjadinya cedera, sehingga risiko

terjadinya cedera lebih kecil dibanding dengan atlet pemula.

4. Kurangnya pemanasan

Pemanasan ini membantu tubuh agar lebih enak melakukan

aktivitas gerak yang cukup keras dan untuk mengurangi

kemungkinan mendapatkan cedera.

Kurangnya pemanasan

mengakibatkan otot belum teratur sehingga tidak siap menerima

pembebanan, yang akhirnya mudah terjadi cedera.19

5. Tahap latihan

Pada tahap latihan atau pertandingan biasanya mudah

terjadi cedera karena otot belum siap atau pada tahap akhir

pertandingan karena sudah lelah. Dalam melakukan latihan

perlu diawali dengan pemanasan, dilanjutkan dengan latihan inti

dan diakhiri dengan pendinginan.12

Latihan peregangan dapat

mengurangi risiko keseleo sendi dan cedera otot.19

6. Teknik latihan/ tendangan yang keliru.

33

Misalnya pada tendangan yang luput dari bola, pukulan

backhand tenes dll.

7. Program latihan

Padatnya program latihan menjelang kompetisi atau

programnya terlalu berat, tanpa ada waktu istirahat atau jarak

kompetisi satu dengan yang lain atau terlalu dekat.

8. Tingkat kebugaran fisik

Kondisi fisik akan mempengaruhi performa pemain dan

dapat memicu terjadinya cedera olahraga.

9. Keadaan gizi kurang

Konsumsi makanan dengan gizi kurang seimbang dan istirahat

yang tidak cukup.12

B.3.2. Faktor dari luar diri atlet

1. Fasilitas Olahraga12

a) Kondisi lapangan: lapangan yang tidak rata, becek, licin.

b) Perlengkapan: penggunaan sepatu yang tidak sesuai ukuran,

sol sepatu sudah menipis.

c) Pelindung: kaca mata, helm pada balap sepeda.

d) Penerangan: terlalu silau, remang-remang dapat

mempengaruhi perkiraan jarak pandang datangnya bola/

pukulan.

e) Cuaca: cuaca hujan memudahkanpemain jatuh terpeleset.

2. Jenis olahraga. 12

a) Jenis olahraga body contact: tinju, karate, sepak bola, basket.

b) Olahraga yang membutuhkan kekuatan besar: angkat besi,

angkat berat, gulat, judo.

c) Sifat olahraga kompetitif, yang membutuhkan semangat

tinggi/ persaingan tinggi sehingga atlet berusaha semaksimal

mungkin.

34

B.3.3. Faktor lain

a. Wasit

Wasit yang kurang tegas/ kurang memahami peraturan

pertandingan dan tidak fair play.

b. Pelatih

Pelatih yang berambisi kemenangan dengan cara apapun

tanpa melihat atletnya cedera.

c. Penonton

Penonton yang fanatic/ emosional, tidak bisa menerima

kekalahan.

d. Petugas keamanan kurang siap. 12

C. HUBUNGAN CEDERA PADA ARTICULATIO GENUS DENGAN

FAKTOR PENYEBAB CEDERA OLAHRAGA SEPAK BOLA

Pada saat berolahraga (terutama olahraga body contact langsung)

sangat rentan terhadap terjadinya cedera baik otot, tulang, ligamentum

maupun persendian yang bisa terjadi pada bagian kepala, bagian badan,

bagian lengan tangan, atau bagian tungkai kaki. Olahraga permainan sepak

bola merupakan olahraga body contact langsung, sehingga atlet atau

pemain sepakbola akan sangat dekat dengan cedera-cedera pada bagian

tersebut. Cedera yang dialami oleh seorang pemain atau atlet sepak bola

dapat menyebabkan mundurnya prestasi seorang atlet, trauma, gangguan

psikologis, fisik menurun, dan bahkan cacat permanen atau bahkan sampai

pada kematian.1,4,12

Cedera yang terjadi pada olahraga permainan sepak bola antara lain

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: body contact antar pemain atau

dengan objek lain, kondisi alam atau lingkungan yang kurang kondusif,

taktik atau teknik dasar yang salah, salah jatuh, beban latihan yang

berlebihan (overload), kelelahan (overtraining), kurang pemanasan-

penguluran-pendinginan, atau penggunaan perlengkapan olahraga

(equipment) yang salah. Cedera yang terjadi dalam cabang olahraga

35

permainan sepak bola ini dapat terjadi pada beberapa bagian, antara lain:

(1) cedera pada bagian kepala, misalnya: gagar otak ringan/ berat, mimisan

pada hidung, perdarahan pada rongga mulut, (2) cedera pada bagian badan,

misalnya: pada leher, pada punggung, pada dada atau bahu, (3) cedera

pada bagian lengan tangan, misalnya: pergelangan tangan, jari-jari tangan

siku, dan (4) cedera pada bagian tungkai-kaki, misalnya: tungkai atas,

lutut, ankle, jari-jari kaki, dan telapak kaki.1,4

Permainan sepak bola merupakan permainan body contact yang

memiliki kekompleksivitasan yang tinggi dalam mempergunakan

berbagai jenis gerakan sehingga akan sangat rentan terhadap terjadinya

cedera baik pada saat latihan maupun pada saat pertandingan. Dalam

permainan sepak bola, cedera strain dan sprain antara lain dapat terjadi

pada:1,12

1) Cedera Lutut (Knee Injuries)

Cedera ini dapat terjadi karena terkilir pada saat menggiring

bola atau berlari zig-zag/ putar badan yang melebihi

kemampuan sendi lutut, body contact/ sliding-tackle, benturan

antar kaki, ketidakmampuan sendi lutut atau ligamentum dalam

melakukan gerakan atau menahan beban berat badan, lapangan

yang tidak rata, kesalahan melakukan gerakan teknik dasar atau

penggunaan jenis sepatu yang tidak sesuai. Biasanya cedera

lutut yang terjadi :1,12

a) Kerusakan ligament dan meniscus, karena benturan dari sisi

luar/ dalam atau lutut extensi disertai badan memutar pada

pemain sepak bola.12

b) Strain tendo patella dan lain – lain.

2) Jari-Jari Kaki

Cedera ini dapat terjadi karena adanya body contact

(terinjak), lapangan tidak rata, kesalahan pada saat melakukan

36

gerakan teknik dasar, penggunaan jenis sepatu yang tidak sesuai

atau gesekan antara kulit dan sepatu (melepuh).

3) Pergelangan Kaki (ankle)

Cedera ini dapat terjadi misalnya karena terkilir pada saat

menggiring bola atau berlari zig-zag, body contact/ sliding-

tackle, lapangan yang tidak rata, kesalahan pada saat melakukan

gerakan teknik dasar, atau penggunaan jenis sepatu yang tidak

sesuai. Biasanya terjadi footballers ankle pada pemain sepakbola

dengan hyperdorsi flexi ankle atau hyperplantar flexi pada

waktu menendang.1,12,14

II. KERANGKA TEORI

Cedera Olahraga

Sepak Bola

1. Faktor Penyebab dari

luar:

a. Body contact

b. Alat olahraga

c. Kondisi lapangan

Patofisiologi Cedera:

1. Trauma akut

2. Overuse syndrome

Cedera

pada Art.

genus

2. Faktor penyebab dari

dalam:

a. Faktor Anatomi

b. Gerakan/ pukulan

keliru

c. Kelemahan otot

d. Kebugaran rendah

3. Faktor penyebab

lain (penggunaan

yang berlebihan/

overuse)

Faktor Risiko ;

a. Umur

b. Emosi

c. Pengalaman

d. Kurangnya

pemanasan

e. Teknik keliru

f. Program latihan

g. Tingkat kebugaran

fisik

h. gizi

37

III. KERANGKA KONSEP

IV. HIPOTESIS

Hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan Body contact dengan kejadian cedera pada articulatio genus

(sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

2. Ada hubungan Kondisi lapangan dengan kejadian cedera pada articulatio genus

(sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

3. Ada hubungan alat olahraga dengan kejadian cedera pada articulatio genus

(sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

4. Ada hubungan kelainan anatomi pemain dengan kejadian cedera pada

articulatio genus (sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

5. Ada hubungan tendangan yang keliru dengan kejadian cedera pada articulatio

genus (sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

6. Ada hubungan kelemahan otot dengan kejadian cedera pada articulatio genus

(sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

7. Ada hubungan kebugaran rendah dengan kejadian cedera pada articulatio

genus (sendi lutut) akibat aktivitas olahraga sepak bola

Cedera pada Art.

Genus Olahraga Sepak Bola

Faktor Penyebab