BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA...

23
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Rismawati dan Siti (2014) Menunjukkan bahwa sistem bagi hasil deposito mudharabah ini banyak di minati para nasabah untuk berinvestasi pada bank bni syariah. Dalam penelitiannya, menggunakan akad mudharabah muthlaqah dan menggunakan metode revenue sharing. PT Bank BNI Syariah sudah menerapkan system bagi hasil pada deposito mudharabah sesuai dengan prinsip Syariah. Maka dari itu diharapkan agar tetap menjaga dan menerapkan system Syariah yang dianjurkan. Anan dan Dzulkirom (2015) Menunjukkan bahwa perhitung sistem bagi hasil untuk produk pembiayaan Mudharabah pada bank syariah mandiri cabang malang tidak diberlakukan angsuran, tetapi setiap bulannya hanya membayar bagi hasil saja dan pokok pembiayaan pada waktu selesai kontrak. Dalam penelitiannya, menggunakan akad mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah dan menggunakan metode revenue sharing karena dianggap lebih maslahat daripada profit sharing yang mengacu pada fatwa No. 15/DSN-MUI/IX/2000. Teknik perhitungan bagi hasil yang diterapkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang, pada dasarnya sama seperti teknikbagi hasil yang diterapkan oleh bank Syariah pada umumnya, akan tetapi pada penetapan besarnya nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan jumlah pembiayaan dikalikan dengan expectasi rate.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Rismawati dan Siti (2014) Menunjukkan bahwa

sistem bagi hasil deposito mudharabah ini banyak di minati para nasabah untuk

berinvestasi pada bank bni syariah. Dalam penelitiannya, menggunakan akad

mudharabah muthlaqah dan menggunakan metode revenue sharing. PT Bank BNI

Syariah sudah menerapkan system bagi hasil pada deposito mudharabah sesuai

dengan prinsip Syariah. Maka dari itu diharapkan agar tetap menjaga dan

menerapkan system Syariah yang dianjurkan.

Anan dan Dzulkirom (2015) Menunjukkan bahwa perhitung sistem bagi hasil

untuk produk pembiayaan Mudharabah pada bank syariah mandiri cabang malang

tidak diberlakukan angsuran, tetapi setiap bulannya hanya membayar bagi hasil saja

dan pokok pembiayaan pada waktu selesai kontrak. Dalam penelitiannya,

menggunakan akad mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah dan

menggunakan metode revenue sharing karena dianggap lebih maslahat daripada

profit sharing yang mengacu pada fatwa No. 15/DSN-MUI/IX/2000. Teknik

perhitungan bagi hasil yang diterapkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Cabang

Malang, pada dasarnya sama seperti teknikbagi hasil yang diterapkan oleh bank

Syariah pada umumnya, akan tetapi pada penetapan besarnya nisbah bagi hasil

dihitung berdasarkan jumlah pembiayaan dikalikan dengan expectasi rate.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

9

Wijayanti (2007) Menunjukkan bahwa pendapatan bagi hasil antara metode

revenue sharing dengan profit sharing terjadi penurunan. Penurunan pendapatan

margin dan bagi hasil dikarenakan biaya pengolahan dana pihak ketiga ditanggung

bersama antara pemilik dana dan pengelola dana. Perbedaan besarnya pembagian

ini sekaligus berdampak terhadap rate return. Rate return pada prinsip revenue

sharing dinilai lebih baik dibandingkan dengan prinsip profit sharing. Maka hasil

dari prinsip revenue sharing dapat memberikan keuntungan yang lebih besar untuk

nasabah.

Susana dan Prasetyani (2011) Menunjukkan bahwa Penyaluran pembiayaan

mudharabah disalurkan ke segala sektor perekonomian yang dapat memberikan

keuntungan dan melarang penyaluran untuk usaha yang mengandung unsur tidak

halal. Pembiayaan mudharabah disalurkan untuk jenis usaha pertanian,

perdagangan, konstruksi, dan jasa-jasa usaha lainnya. PT. Bank Muamalat

Indonesia Tbk. Cabang Malang dalam melakukan analisis pembiayaan pada

dasarnya sudah tepat dan sesuai dengan pedoman analisis pembiayaan yang

berdasarkan prinsip syariah, yaitu melakukan analisis yang mendalam atas ikhtikad

dan kemampuan serta kesanggupan nasabah untuk mengembalikan pembiayaan

sesuai dengan yang telah diperjanjikan sebelumnya. Pengambilan keputusan

pembiayaan ini didasarkan pada analisis 6C (character, capacity, capital,

collateral, condition of economy, constrains) dan dalam mewujudkannya

dituangkan dalam analisis kelayakan pembiayaan yang terdiri dari analisis terhadap

aspek legalitas, aspek manajemen, aspek teknis, aspek pemasaran, dan aspek

jaminan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

10

Fauziyah (2006) Menunjukkan bahwa Metode revenue sharing yang dipakai

oleh BMT Khonsa Cilacap sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-

MUI/IX/2000 yang menyebutkan bahwa dilihat dari kemaslahatan, pembagian hasil

usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing).

Junaidi (2006) Menunjukkan bahwa dalam menentukan besarnya nisbah bagi

hasil Bank Syariah Mandiri (BSM ) berpedoman pada Bank Syariah Mandiri

(BSM) Pusat. Sistem revenue sharing dijadikan dasar pembagian nisbah bagi hasil

pada Bank Syariah Mandiri, sistem revenue sharing merupakan format bagi hasil

yang berdasarkan atas pandapatan usaha.

Yusanti (2001) meneliti tentang Analisa Penilaian Pembiayaan yang

Diajukan oleh nasabah di BMT Mitra Sarana. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa di BMT Mitra Sarana dalam penilaian pembiayaan

menerapkan prinsip kredit 5 C seperti yang digunakan oleh perbankan konvensional

lainnya. Penilaian terhadap caracter nasabah lebih mengutamakan hubungan baik

dengan nasabah. Penilaian terhadap aspek capacity atau kemampuan membayar

nasabah dilakukan dengan melihat kemampuan nasabah dalam melunasi

pembiayaan tepat waktu. Penilaian terhadap capital BMT mensyaratkan bahwa

nasabah harus memepunyai modal sendiri atau usaha yang diajukan seperti barang

dagangan. Collateral digunakan sebagai dasar untuk menentukan berapa besarnya

pembiayaan yang akan diberikan. Condition of ekonomi dilakukan dengan

mengamati kemampuan daya beli masyarakat dilingkungan usaha nasabah terhadap

usaha yang dilakukan nasabah.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

11

B. Landasan Teori

1. Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil

a. Pengertian Sistem Bagi Hasil

Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan profit sharing.

Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai pembagian laba. Secara

definitif, profit sharing adalah distribusi beberapa bagian dari laba pada para

pegawai dari suatu perusahaan. Lebih lanjut dikatakan bahwa hal itu dapat

berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang

diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran

mingguan atau bulanan ( Muhamad, 2001:101).

Pada mekanisme bank syariah, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk

produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagaian, atau

bentuk bisnis koorporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan

bisnis yang disebut tadi, harus melakukan transparansi dan kemitraan secara baik

dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang berkaitan dengan

bisnis penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan proyek

( Muhamad, 2001:102).

b. Perbedaan Sistem Bunga Dengan Sistem Bagi Hasil

Sekali lagi, islam mendorong praktik bagi hasil serta mengharamkan riba

Keduanya sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik dana, namun

keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan ini dapat dijelaskan

dalam Tabel berikut.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

12

Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Bunga Dengan Sistem Bagi Hasil

Sumber : Antonio , 2001:67

c. Metode Sistem Bagi Hasil

Ada dua metode dalam sistem bagi hasil yang terdapat dalam menetukan

berapa bagian yang diperoleh oleh masing-masing pihak yang terkait. Sistem bagi

hasil pada dasarnya erat kaitannya dengan berapa marjin yang akan ditetapkan,

yaitu dengan:

1) Profit Sharing (bagi hasil/laba) adalah adalah perhitungan bagi hasil yang

mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi

dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. Apabila

suatu bank menggunakan sistem Profit sharing kemungkinan yang akan terjadi

BUNGA BAGI HASIL

a. Penentuan bunga dibuat padawaktu akad dengan asumsi harusselalu untung.

a) Penentuan besarnya rasio/nisbahbagi hasil dibuat pada waktu akaddengan berpedoman padakemungkinan untung rugi.

b. Besarnya persentase berdasarkanpada jumlah uang (modal) yangdipinjamkan.

b) Besarnya rasio bagi hasilberdasarkan pada jumlahkeuntungan yang diperoleh.

c. Pembayaran bunga tetap sepertiyang dijanjikan tanpapertimbangan apakah proyekyang dijalankan oleh pihaknasabah untung atau rugi.

c) Bagi hasil bergantung padakeuntungan proyek yang dijalankan.Bila usaha merugi, kerugian akanditanggung bersama oleh keduapihak.

d. Jumlah pembayaran bunga tidakmeningkat sekalipun jumlahkeuntungan berlipat atau keadaanekonomi sedang “booming”.

d) Jumlah pembagian laba meningkatsesuai dengan peningkatan jumlahpendapatan.

e. Eksistensi bunga diragukan(kalau tidak dikecam) oleh semuaagama termasuk islam

e) Tidak ada yang meragukankeabsahan bagi hasil.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

13

adalah bagi hasil yang akan diterima shahibul maal akan semakin kecil. Kondisi

ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya

pada bank syariah yang berdampak menurunnya jumlah dan pihak tiga secara

keseluruhan.

2) Revenue Sharing (bagi pendapatan), adalah perhitungan bagi hasil yang

mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan

usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan

usaha tersebut. Bank yang menggunakan sistem Revenue Sharing kemungkinan

akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih

besar dibandingkan tingkat suku bunga pasar yang berlaku, kondisi ini akan

mempengaruhi pemilik dana untuk berinvestasi di bank syariah dan dana pihak

ketiga akan meningkat (Muhamad, 2004:97).

Di dalam perbankan syariah di indoensia, sistem bagi hasil yang berlakukan

adalah sistem bagi hasil dengan berlandaskan pada sistem Revenue Sharing. Bank

syariah dapat berperan sebagai pengelola maupun sebagai pemilik dana, ketika

bank berperan sebagai pengelola maka biaya tersebut akan ditanggung oleh bank,

begitu pula sebaliknya jika bank berperan sebagai pemilik dana akan membebankan

biaya tersebut pada pihak nasabah pengelola dana.

d. Penentuan bagi hasil yang berlaku dapat ditentukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan

berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

2) Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

14

3) Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai

kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An- Taradhin)

di masing- masing pihak tanapa adanya unsur paksaan.

4) Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan sekiranya itu

tidak mendapat keuntungan maka kerugian ditanggung bersama oleh kedua

belah pihak.

5) Jumlah pembagian laba meningkatkan sesuai dengan peningkatan jumlah

pendapatan ( Muhamad, 2003:96-97).

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Bagi Hasil

Pembagian bagi hasil dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor yang

mempengaruhi bagi hasil adalah:

1. Faktor Langsung

a) Investment Rate Merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari

total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini

berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan

merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk

diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah

satu metode:

(a) rata-rata saldo minimum bulanan

(b) rata-rata total saldo harian

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

15

c) Nisbah ( profit sharing ratio)

1) Salah satu ciri al mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan

disetujui pada awal perjanjian.

2) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapt berbeda.

3) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya

deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya

sesuai dengan besarnya dana dan jatuh tempohnya.

2. Faktot Tidak Langsung

a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

1. Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya.

Pendapatan yang “dibagi-hasilkan” merupakan pendapatan yang

diterima dikurangi biaya-biaya.

2. Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing.

b) Kebijakan akunting ( prinsip dan metode akuntansi)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya

aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan

pendapatan dan biaya ( Muhamad, 2002: 106).

f. Cara Penempatan Nisbah Untuk Funding (Pengumpulan Dana)

Bagi hasil yang menginvestasikan dananya di bank syariah dalam

bentuk investasi mudharabah, maka investor akan mendapatkan bagi hasil

yang didasarkan pada nisbah yang dibuat oleh bank. Adapun cara bank syariah

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

16

dalam menentukan nisbah produk pendanaan, dilakukan dengan langkah

sebagai berikut:

1) Hitung pendapatan bank

2) Hitung biaya-biaya

3) Tentukan harapan keuntungan

4) Hitung nisbah untuk bank: biaya+ harapan keuntungan

(Muhamad, 2004:102).

2. Pembiayaan Mudharabah

a. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb berarti memukul atau berjalan.

Pengertian memukul dan berjalan ini lebih tepatnya adalah proses memukulkan

kakinya dalam menjalankan usahanya (Antonio, 2001:95). Secara teknis al-

mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak

pertama (sahibul maal) menyediahkan seluruh (100%) modal, sedangkan

pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah

dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak dan kerugian

ditanggung oleh pemilik modal. Sedangkan apabila kerugian itu diakibatkan

kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian

tersebut (Antonio, 2001:95).

Bank syariah akan membayar bagi hasil kepada nasabah setiap akhir

bulan, sebesar sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikan pada saat

pembukuan rekening tabungan mudharabah. Bagi hasil yang diterima nasabah

akan selalu berubah pada akhir bulan. Perubahan bagi hasil ini disebabkan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

17

karena adanya fluktuasi pada pendapatan bank syariah dan fluktuasi dana

tabungan nasabah.

b. Landasan Syariah

1. Al-Qur’an

Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah

kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-

banyak supaya kamu beruntung.” (QS: Al-Jumu’ah:10)

2. Al-Hadits

Nabi bersabda: “Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli

tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum

dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. “ (HR.

Ibnu Majah dari Shuhaib).

c. Konsep Bagi Hasil

Konsep bagi hasil sangat berbeda dengan konsep bunga yang

diterapkan oleh sistem ekonomi konvensional. Dalam ekonomi syariah, konsep

bagi hasil dijabarkan sebagai berikut:

1. Pihak pemilik dana menanamkan dananya melalui institusi keuangan yang

bertindak sebagai pengelola dana.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

18

2. Pihak pengelola mengelola dana-dana tersebut dalam sistem yang dikenal

dengan sistem pool of fund (penghimpunan dana), selanjutnya pengelola

akan menginvestasikan dana tersebut dalam proyek atau usaha-usaha yang

layak dan menguntungkan serta memenuhi semua aspek syariah.

3. Kedua belah pihak membuat akad yang berisi ruang lingkup kerjasama,

jumlah nominal dana, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan

tersebut.

4. Sumber dana terdiri dari: 1. Simpanan (tabungan dan simpanan berjangka),

2. Modal (simpanan pokok, simpanan wajib, dana lain-lain), dan 3. Hutang

pihak lain.

d. Jenis- jenis Akad Al- Mudharabah

1. Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang

cukup sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan

daerah bisnis.

2. Mudharabah Muqayyadah

Adalah kebalikan dari Mudharabah Muthlaqah. Si mudharib dibatasi

dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan

ini seringkali mencerminkan kecendrungan umum si shahibul maal dalam

memasuki dunia usaha (Antonio, 2001:97).

e. Aplikasi dalam Perbankan

Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan

dan pendanaan. Pada sisi pendanaan dana, Al-mudharabah diterapkan pada:

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

19

1. Tabungan, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti

tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya; deposito biasa;

2. Deposito/Investasi umum (tidak terikat), merupakan deposito berjangka

(pada umumnya untuk satu bulan ke atas) dengan prinsip- mudharabah al-

mutlhaqah. Nasabah rekening investasi ini lebih bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan daripada untuk mengamankan uangnya. Dalam

mudharabah al-mutlhaqah, bank sebagai mudharib mempunyai kebebasan

mutlak dalam pengelolaan investasinya. Jangka waktu investasi dan bagi

hasil disepakati bersama. Deposan dapat menarik dananya dengan

pemberitahuan terlebih dahulu.

3. Deposito/Investasi khusus (terikat), yaitu menawarkan kepada nasabah

yang ingin menginvestasikan dananya langsung dalam proyek yang

disukainya yang dilaksanakan oleh bank dengan prinsip mudharabah

muqayyadah. Rekening ini biasanya ditujukan kepada nasabah/investor

besar dan institusi. Jangka waktu investasi dan bagi hasil disepakati

bersama dan hasilnya langsung berkaitan dengan keberhasilan proyek

investasi yang dipilih.

Investasi khusus ini ada dua jenis, dengan karakteristik masing-masing

sebagai berikut:

a) Investasi Khusus On Balance Sheet (executing)

Pemodal menetapkan syarat; kedua pihak sepakat dengan syarat usaha,

keuntungan; bank menerbitkan bukti investasi khusus; dan bank

memisahkan dana.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

20

b) Investasi Khusus Off Balance Sheet (channeling)

Penyaluran langsung ke nasabah; bank menerima komisi; bank

menerbitkan bukti investasi khusus; dan bank mencatat di rekening

administrasi.

4. Sukuk Al-Mudharabah, yaitu akad mudharabah juga dapat dimanfaatkan

oleh bank syariah untuk penghimpunan dana dengan menerbitkan sukuk

yang merupakan obligasi syariah. Dengan obligasi syariah, bank

mendapatkan alternatif sumber dana berjangkan panjang (lima tahun atau

lebih) sehingga dapat digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan berjangka

panjang (Ascarya, 2011:117-119).

Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:

1) Pembiayaan Modal Kerja, yaitu kebutuhan modal kerja usaha yang

beragam, seperti untuk membayar tenaga kerja, rekening listrik dan air,

bahan baku dan sebegainya, dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola

bagi hasil dengan akad mudharabah dan musyarakah. Sebagai contoh,

usaha rumah makan, usaha bengkel, usaha toko klontong dan sebagainya.

Dengan cara ini bank syariah dan pengusaha berbagi risiko usaha yang

saling menguntungkan dan adil. Agar bank syariah dapat berperan aktif

dalam kegiatan usaha dan mengurangi kemungkinan risiko, seperti moral

hazard, maka bank dapat memilih untuk menggunakan akad musyarakah.

2) Pembiayaan Investasi, yaitu kebutuhan investasi secara umum dapat

dipenuhi dengan pembiayaan berpola bagi hasil dengan akad-mudharabah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

21

dan musyarakah. Sebagai contoh, pembuatan pabrik baru, perluasan pabrik,

usaha baru, perluasan usaha dan sebagainya.

Dengan cara ini bank syariah dan pengusaha berbagi risiko usaha

yang saling menguntungkan dan adil. Agar bank syariah dapat berperan

aktif dalam kegiatan usaha dan mengurangi kemungkinan risiko, seperti

moral hazard, maka bank dapat memilih untuk menggunakan akad

musyarakah.

3) Pembiayaan Aneka Barang, Perumahan, dan Properti, yaitu kebutuhan

barang konsumsi, perumahan atau properti dapat dipenuhi dengan

pembiayaan berpola bagi hasil dengan akad musyarakah mutanaqisah,

misalnya, pembelian mobil, sepeda motor, rumah, apartemen dan

sebagainya. Dengan cara ini bank dan nasabah bermitra untuk membeli aset

yang diinginkan nasabah. Aset tersebut kemudian disewakan kepada

nasabah. Bagian sewa dari nasabah digunakan sebagai cicilan pembelian

porsi aset yang dimiliki oleh bank syariah, sehingga pada periode waktu

tertentu (saat jatuh tempo), aset tersebut sepenuhnya telah dimiliki oleh

nasabah ( Ascarya, 2011:124-127).

f. Bentuk- bentuk Akad Mudharabah

1. Mudharabah Bilateral (sederhana), yaitu bentuk Mudharabah antara satu

pihak sebagai shahibul mal dan satu pihak sebagai mudharib. Contoh untuk

Mudharabah bilateral sebagai berikut:

Shahibul maal yang bermitra dengan mudharib untuk usaha

konveksi selama 6 bulan. Shahibul Maal memberikan uang untuk modal

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

22

usaha sebesar Rp. 10 juta. Dan kedua belah pihak sepakat dengan nisbah

bagi hasil 30:70 (40% keuntungan untuk shahibul maal).

Setelah mudharib menjalankan usaha selama 6 bulan, modal usaha

telah berkembang menjadi Rp. 20 juta, sehingga diperoleh keuntungan

sebesar Rp. 10 Juta (Rp. 20 juta – Rp. 10 Juta).Maka, shahibul maal berhak

mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 3 Juta (30% x Rp. 10 juta). Dan

sisanya sebesar Rp. 7 juta menjadi hak mudharib.

2. Mudharabah Multilateral, yaitu bentuk Mudharabah antara beberapa pihak

sebagai shahibul mal dan satu pihak sebagai mudharib. Contohnya sebagai

berikut:

Jika shahibul maal dari mudharib dalam usaha konveksi tadi terdiri dari 2

orang. Shahibul maal pertama menyerahkan dana Rp. 4 Juta dan shahibul

maal kedua sebesar Rp. 6 juta. Sehingga porsi kepemilikan dananya adalah 40:60.

Perhitungan bagi hasil dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung bagian

pendapatan keuntungan shahibul maal. Setelah itu, keuntungan untuk masing-

masing shahibul maal dibagi berdasarkan proporsi modal yang disetorkan.

Sehingga, jika bagian shahibul maal pada contoh mudharabah sebelumnya adalah

Rp. 10 Juta. Maka keuntungan untuk shahibul maal pertama adalah Rp. 4 Juta

(40% x Rp. 10 juta). Dan bagian shahibul maal kedua sebesar sisanya.

3. Mudharabah Bertingkat, yaitu bentuk mudharabah antara tiga pihak. Pihak

pertama sebagai shahibul mal, pihak kedua sebagai mudharib antara,dan

pihak ketiga sebagai mudharib akhir. Contoh sebagai berikut:

Jika pada contoh kasus usaha konveksi pada mudharabah bertingkat

sebelumnya, shahibul maal membutuhkan pihak lain untuk mengetahui

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

23

kelayakan dan kemampuan mudharib dalam menjalankan usaha hingga

meraih keuntungan. Untuk itu, Shahibul maal membuat akad mudharabah

dengan mudharib antara dengan kesepakatan nisbah bagi hasil sebesar

50:50 (50% keuntungan untuk mudharib antara).

Dan jangka waktu selama 6 bulan. Mudharib antara kemudian

membuat perjanjian mudharabah dengan mudharib akhir yang akan

mengelola usaha konveksi, dengan jangka waktu selama 6 bulan. Dengan

nisbah bagi hasil sebesar 30:70 (30% untuk mudharib antara). Pada Akhir

masa akad mudharabah, jika keuntungan mudharib akhir adalah Rp. 10

Juta, maka bagian keuntungan mudharib antara adalah Rp. 3 juta (30% x

Rp. 10 juta). Pendapatan mudharib antara harus dibagi dengan shahibul

maal sebesar perjanjian nisbah yang disepakati. Sehingga shahibul

maal memperoleh pendapatan bagi hasil sebesar Rp. 1.5 juta (50% x Rp. 3

juta) (Ascarya, 2011: 68-72).

g. Manfaat dan Risiko Al-Mudharabah

1. Manfaat Al-Mudharabah

a) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan

usaha nasabah meningkat.

b) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah

pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil

usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative

spread.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

24

c) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus

kas nasabah.

d) Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar

halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan

benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

e) Prinsip bagi hasil dalam Al-mudharabah/ al-musyarakah ini berbeda

dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima

pembiayaan (nasabah) satu jumlah tetap berapa pun keuntungan yang

dihasilkan oleh nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

2. Risiko Al-Mudharabah

Risiko yang terdapat dalam Al-Mudharabah, terutama pada

penerapan dalam pembiayaan, relatif tinggi. Di antaranya:

a) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang

disebut dalam kontrak;

b) Lalai dan kesalahan yang disengaja;

c) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur

(Antonio, 2001: 93-94).

3. Perlakuan Akuntansi

a. Pengertian Umum Akuntansi

Dhaniel (2009) menjelaskan bahwa: “Akuntansi adalah suatu kegiatan

jasa yang fungsinya memberikan fungsi kwantitatip terutama yang bersifat

keuangan dari suatu kesatuan usaha ekonomi yang berguna dalam pengambilan

keputusan-keputusan yang bersifat ekonomi”.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

25

b. Akuntansi Syariah

Akuntansi syariah adalah akuntansi yang berhubungan dengan aspek-

aspek lingkungan. Karena syariah adalah mencakup seluruh aspek kehidupan

umat manusia, baik ekonomi, politik dan sosial. Dengan kata lain syariah

berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan manusia termasuk didalamnya

dalam hal akuntansi (Muhamad, 2002).

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tujuan akuntansi keuangan syariah adalah:

1. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai

laporan dalam pengambilan keputusan.

2. Mengamankan aktiva dan kewajiban bank serta kewajiban pihak lain secara

memadai.

3. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan

kegiatan usaha.

c. Perlakuan Akuntansi menurut PSAK 105

PSAK 105 tentang pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama

usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan

seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku

pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan

sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana.

Mudharabah Muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan

kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah

ini disebut juga investasi tidak terikat. Jenis mudharabah ini tidak ditentukan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

26

masa berlakunya, di daerah mana usaha tersebut dilakukan, tidak ditentukan line

of trade, line of industry, atau line of service yang akan dikerjakan.

Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana

memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara

dan atau obyek investasi. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah

dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama

investasi.

Pengakuan dan Pengukuran

a. Entitas sebagai pemilik dana

1. Dana syirkah temporer yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai

investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset

nonkas kepada pengelola dana.

2. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan, jurnalnya :

Investasi Mudharabah xxx

Kas xxx

b) Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai

wajar aset nonkas pada saat penyerahan.

3. Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya

diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu

akad mudharabah. Jurnal pada saat penyerahan asset non kas:

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

27

Investasi Mudharabah xxx

Keuantungan xxx

Aset Nonkas xxx

Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:

Keuntungan Tangguhan xxx

Keuntungan xxx

4. Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya

diakui sebagai kerugian, jurnalnya:

Investasi mudharabah xxx

Kerugian penurunan nilai xxx

Asset non kas mudharabah xxx

5. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan

rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak

pengelola dana, maka penurunan nilai.

tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi

mudharabah. Jurnal:

Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Investasi Mudharabah xxx

6. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa

adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut

diperhitungkan pada saat bagi hasil, jurnalnya:

Kas xxx

Penyisihan Investasi Mudharabah xxx

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

28

Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx

7. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui

sebagai piutang. jurnalnya:

Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx

a. Penghasilan Usaha

1. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan

usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang

disepakati.

2. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah

berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian

investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:

a) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi;

dan

b) Pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau

kerugian.

3. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada

pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.

4. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang, jurnalnya:

Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx

Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

29

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:

Kas xxx

Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx

b. Entitas sebagai pengelola dana

Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui

sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas

yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur

sebesar nilai tercatat. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian

pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana.

c. Mudharabah Musytarakah

Jika entitas juga menyertakan modal dalam mudharabah musytarakah

maka penyaluran modal milik entitas diakui sebagai investasi mudharabah.

Penyajian

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan

sebesar nilai tercatat.

Pengungkapan

Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi

tidak terbatas, pada:

1) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil

usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;

2) rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;

3) penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/38630/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan

30

4) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan

Keuangan Syariah.