BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst...

41
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian Navarette (2015) ingin mengetahui tentang strategi pendidik yang digunakan untuk menilai perkembangan Anak Usia Dini. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pendidik mempunyai beragam pandangan, serta penggunaan alat dan metode yang berbeda dalam melakukan proses penilaian. Data yang didapatkan pada saat penilaian menunjukkan bahwa kolaborasi antara guru dengan orang tua dan guru dengan rekan kerja lain sangat mempengaruhi proses penilaian tersebut. Selain itu kualifikasi dan kompetensi guru berpengaruh terhadap persepsi guru. Selanjutnya menurut penelitian Navarette, hasil asesmen di awal tahun pembelajaran dapat memberikan gambaran kondisi anak dan persepsi orang tua tentang anak dan pendidikan untuk anak. Penelitian lain dilakukan oleh Ajayi (2019) di Nigeria yang melihat proses penilaian di sekolah untuk anak usia dini, dimana pada prosedur tersebut digunakan sebuah strategi agar dapat diambil keputusan tentang tingkat perkembangan anak dan metode pembelajarannya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa prosedur penilaian untuk anak-anak pra Sekolah Dasar kurang sesuai karena penggunaan alat dan metode yang kurang sesuai dengan perkembangan anak, yaitu hanya menggunakan kertas dan pensil untuk belajar.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Navarette (2015) ingin mengetahui tentang strategi pendidik

yang digunakan untuk menilai perkembangan Anak Usia Dini. Penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa pendidik mempunyai beragam pandangan,

serta penggunaan alat dan metode yang berbeda dalam melakukan proses

penilaian. Data yang didapatkan pada saat penilaian menunjukkan bahwa

kolaborasi antara guru dengan orang tua dan guru dengan rekan kerja lain

sangat mempengaruhi proses penilaian tersebut. Selain itu kualifikasi dan

kompetensi guru berpengaruh terhadap persepsi guru. Selanjutnya menurut

penelitian Navarette, hasil asesmen di awal tahun pembelajaran dapat

memberikan gambaran kondisi anak dan persepsi orang tua tentang anak dan

pendidikan untuk anak.

Penelitian lain dilakukan oleh Ajayi (2019) di Nigeria yang melihat

proses penilaian di sekolah untuk anak usia dini, dimana pada prosedur

tersebut digunakan sebuah strategi agar dapat diambil keputusan tentang

tingkat perkembangan anak dan metode pembelajarannya. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa prosedur penilaian untuk anak-anak pra Sekolah Dasar

kurang sesuai karena penggunaan alat dan metode yang kurang sesuai dengan

perkembangan anak, yaitu hanya menggunakan kertas dan pensil untuk

belajar.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

2

Penelitian yang dilakukan oleh Masithah, Mariani, Chee dan Yusof

(2019), yang melihat pada pengembangan otentik asesmen yang mengacu

pada tujuan pembelajaran yang dilaksanakan di Malaysia, menunjukkan

bahwa semua anak dapat melakukan tugas yang diberikan dengan tingkat

kesulitan yang berbeda.

Sementara itu Gleason dan Zeanah (2010) meneliti efektifitas ECSA

(Early Childhood Screening Assessment) yaitu sebuah metode pengukuran

perkembangan anak (tes skrining) untuk mengukur sosial emosional anak.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa melalui tes ini akan

diidentifikasi anak-anak yang memerlukan perhatian khusus terutama

berkaitan dengan perkembangan sosial emosionalnya.

Kelvey, Mansell, Burrow, Swindle dan Fitzgerald (2016) melihat

keefektifan kunjungan rumah dalam membuat penilaian anak usia dini

terutama bagi anak-anak yang diabaikan oleh orang tuanya dan anak-anak

yang mengalami pelecehan. Diketahui pula bahwa dampak negatif pada anak-

anak yang mengalami masalah tersebut sangat buruk. Selanjutnya peneliti

menyarankan adanya pengembangan penilaian ini untuk digunakan sebagai

intervensi awal pembelajaran anak dan meningkatkan ketahanan keluarga.

Penelitian Fitzgerald (2016) menyusun perspektif yang berbeda dalam

melakukan penilaian yaitu dengan menggunakan cerita naratif. Sistem

penilaian di Aotearoa, Selandia Baru menggunakan metode penilaian naratif,

dalam bentuk Learning Stories. Penelitian tersebut menemukan adanya

dukungan literatur bagi pendidik yang tepat, guna memaknai setiap penilaian

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

3

yang dibuat. Penilaian tersebut juga dikaitkan dengan perencanaan

pembelajaran dan perencanaan penilaian itu sendiri agar dapat dilihat

keterpaduan antara perencanaan dan penilaian.

Penelitian yang dilakukan Riley, Miller dan Sorenson (2016),

menemukan bahwa penilaian harus sejalan dengan tujuan pembelajaran dan

strategi intervensi pembelajarannya. Dalam hal ini penilaian otentik sangat

membantu dalam mengumpulkan informasi yang valid tentang perkembangan

anak terutama bagi anak yang mengalami keterlambatan perkembangan,

gangguan intelektual yang signifikan dan anak berkebutuhan khusus lain.

Penilaian yang biasa dilakukan (tradisional) biasanya sudah terstandar dengan

perkembangan anak normal. Hal ini dirasa kurang efektif bagi anak-anak

yang mengalami masalah perkembangan. Penilaian tradisional tersebut juga

kurang sensitif untuk melihat kemajuan perkembangan anak atau hanya

sekedar melihat sedikit perubahan. Sedangkan penilaian otentik membatu

mengisi celah ini dengan menggunakan metode naturalistik yang berkaitan

dengan dunia anak. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini kemudian

digunakan untuk merekomendasi dan mengintervensi perkembangan anak.

Penilaian otentik juga diteliti oleh Gourgiotouz dan Pekis (2017) dimana

dalam penelitian ini bertujuan mengeksplorasi persepsi orang tua akan

pentingnya penilaian bagi perkembangan anak, orang tua terlibat aktif dalam

penilaian yang dilaksanakan. Orang tua yang terlibat adalah sebanyak 18

orang dan 80% orang tua yang ikut terlibat dalam penelitian menyatakan

manfaat penilaian otentik telah sesuai dengan kebutuhan baik anak, orang tua

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

4

maupun guru untuk melihat perkembangan anak dan mementukan kebutuhan

belajar anak.

Intyre dan Golya (2016) melihat penilaian yang berkaitan dengan

perilaku anak, dimana saat ini banyak anak-anak yang bermasalah dengan

ketuntasan aspek sosial emosinalnya di usia dini. Akhir-akhir ini banyak anak

yang berperilaku menentang bahkan banyak pula yang mengalami gangguan

atau kesulitan dalam pengendalian emosi hingga anak-anak yang bermasalah

dengan kesehatan mentalnya. Dari berbagi penelitian menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang erat antara masalah sosial yang dialami anak dimana

hal tersebut mengakibatkan permasalahan pola perilaku anak dan pada

akhirnya berpengaruh pada akademisnya. Melalui FBA (Function Behavioral

Assessment) yaitu sebuah pendekatan penilaian yang menjanjikan untuk

memberikan informasi dari berbagai sumber dalam upaya menentukan tujuan

perilaku dan mengembangkan rencana perilaku yang hendak dicapai.

Sementara itu Burch dan Evangelista (2016) melihat dari berbagai kasus

penitipan anak di Head Start dimana di lembaga tersebut kurang memenuhi

standar kualifikasi yang telah dicantumkan oleh pemerintah setempat. Hal

tersebut terlihat pada kurikulum, penilaian dan fasilitas yang dimiliki oleh

lembaga penitipan anak. Melalui metode penilaian komunikasi dua arah yaitu

antara guru dan orang tua, berbagai permasalahan yang ada dapat tertangani

dengan baik. Permalahan ini berimplikasi positif pada anak yang diagnosa

memiliki perkembangan yang berbeda dengan anak lain juga pada anak yang

memiliki permasalahan pada aspek sosial emosional. Komunikasi ini juga

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

5

berakibat pada penataan lingkungan belajar yang mendukung pada motivasi

belajar anak.

Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian.

Ceklist ini berisi pertanyaan atau indikator capaian dan langkah-langkah

untuk pengisian ceklist. Dunst membuktikan adanya hubungan terus menerus

antara proses pembelajaran dan hasilnya melalui penilaian ini.

Penelitian tentang penilaian anak usia dini di Indonesia telah banyak

dilakukan, baik dari mulai perencanaan penilaian, proses hingga pelaporan.

Banyak pula guru yang telah melakukan beberapa prosedur penilaian dengan

benar, namun masih banyak dijumpai permasalahan dalam penilaian untuk

anak usia dini di Indonesia saat ini.

Suyadi (2016) meneliti tentang bagaimana guru-guru PAUD di

Yogyakarta melakukan perencanaan asesmen perkembangan anak untuk

menilai proses pembelajaran anak juga untuk mengetahui hambatan dalam

proses asesmen tersebut. Suyadi melihat guru-guru tersebut telah mengacu

pada STPPA (Standart Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak) sebuah

standar yang telah dicanangkan dalam Peraturan Pemerintah melalui

peraturan Menteri Pendidikan nomor 146 tahun 2014. Guru-guru tersebut

menggunakan teknik observasi, hasil karya dan portofolio untuk melihat

gambaran umum perkembangan anak. Teknik ini dirasa mudah untuk

dilakukan oleh guru dibandingkan dengan teknik yang lain.

Menurut Yanti, Baharudin dan Surahman (2017), yang meneliti tentang

pengetahuan guru PAUD dalam merancang evaluasi Pembelajaran Anak Usia

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

6

Dini, ditemukan bahwa belum semua guru PAUD mampu merancang

evaluasi pembelajaran. Rata-rata mereka baru mengetahui konsep dasar

evaluasi, macam-macam alat/instrumen evaluasi dan prosedur pembuatan alat

evaluasi. Guru juga kurang memahami prinsip dalam pemberian skor

penilaian (guru belum dapat membedakan nilai dan skor). Penilaian yang

akan digunakan oleh guru, baik teknik, alat hingga pelaporan, hendaknya juga

direncanakan terlebih dahulu dengan melihat keterkaitan dengan perencanaan

pembelajaran, manfaat maupun efek yang dicerna oleh orang tua.

Hani (2019) meneliti tentang kesulitan guru dalam memilih instrument

evaluasi, akibatnya antara Perencanaan Pembelajaran yang telah dibuat

dengan lembar evaluasi tidak sesuai. Penelitian yang dilakukan di Cendekia

Kid’s School madiun ini menghasilkan kesimpulan, bahwa alat evaluasi yang

digunakan guru untuk mengevaluasi perkembangan anak mempunyai

kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pada akhirnya guru dapat

menentukan sendiri alat evaluasi yang sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat dengan mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan pada alat

evaluasi tersebut.

Penelitian Rohita dan Nurfadilah (2017), menunjukkan bahwa beberapa

TK menggunakan lembar kerja yang berisi rangkuman materi dalam satu

semester. Namun ditemukan juga beberapa lembaga yang menggunakan

prinsip penilaian alami, bermakna, otentik holistik individual serta multi

sumber dan multi konteks. Permasalahan yang ada adalah bahwa guru belum

memahami subyek penilaian dengan pemahaman sasaran penilaian masih

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

7

kurang karena yang dinilai hanya aspek kognitif dan Bahasa, sedangkan pada

penggunaan metode untuk mengumpulkan data berupa alat penilaian yang

sering digunakan adalah lembar kerja. Selain itu pelaksanaan penilaian

pembelajaran khususnya semester tidak berdampak pada perencanaan

pembelajaran selanjutnya.

Penelitian lain menunjukkan adanya penggunaan alat observasi,

wawancara bercerita, tanya jawab dan eksperimen (Rahmawati: 2018) bukan

hanya dengan lembar kerja. Sejalan dengan permasalahan yang dialami oleh

lembaga terkait dengan kompetensi pedagogi, maka lembaga tertentu

meningkatkan kompetensi pendidiknya melalui berbagai diklat dan pelatihan.

Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanifah dan Fitria

(2018), evaluasi yang dilakukan pada Pos PAUD Dahlia menggunakan cara

pengamatan, anekdot, portofolio dan hasil karya anak. Guru mencatat

pertumbuhan dan pengembangan anak yang disandingkan dengan

perencanaan yang telah dibuat. Hal-hal yang dicatat adalah kekurangan atau

belum tercapainya pembelajaran pada anak, selain itu prestasi anak dan

keberhasilan program juga menjadi catatan penting guru.

Penelitian yang dilakukan oleh Weni, Hasmalena dan Syafdaningsih

(2017) melihat seberapa banyak guru yang melaksanakan penilaian di

kecamatan Belitang, Oku Timur, Bengkulu, penelitian tersebut menunjukkan

68% TK telah melaksanakan penilaian dengan kriteria baik. Permasalahan

lain yang muncul yaitu adanya keterlibatan orang tua yang kurang. Kita

ketahui bersama bahwa kegiatan anak disekolah rata-rata 3 hingga 5 jam per

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

8

hari, jadi aktivitas anak banyak dilakukan di rumah. Munculnya

perkembangan anak bisa saja terjadi di luar sekolah (rumah) maka

keterlibatan orang-orang disekitar anak sangat besar pengaruhnya dalam

penilaian.

Pelaporan hasil evaluasi dikomunikasikan dengan orang tua yang

kemudian terjadi komunikasi dua arah yaitu antara orang tua dengan guru

(Akhsanti: 2014). Penelitian Akhsanti selain melihat pada proses penilaian

yang dilakukan juga melihat kemanfaatan dan factor-faktor yang

mempengaruhi penilaian tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa TK Al

Mubaarok telah melakukan penilaian sesuai dengan aturan yang berlaku saat

itu (PERMEN 58 tahun 2009), pada saat melaporkan hasil evaluasi ini

mereka juga menggunakan hasil evaluasi ini untuk membuat perencanaan

pembelajaran. Sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu guru

mendiagnosa kesulitan belajar anak kemudian anak tersebut dibimbing dan

dimotivasi guna menentukan tujuan pembelajaran, pengembangan materi,

pengembangan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, pengembangan

media, merencanakan evaluasi berikutnya dan mengorganisasikan kelas.

Damayanti, Hartika, Herawati, Lisna, Jannah, Pratiwi (2018), meneliti

penerapan menejemen penilaian di TK Citra Samata Kabupaten Gowa. Lima

tahapan menejemen penilaian telah dilaksanakan yaitu perencanaan penilaian

yang dicantumkan dalam RPPH, pelaksanaan pencatatan, pengolahan hasil

belajar (yaitu dengan menggabungkan beberapa data), pengarsipan dan

pelaporan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

9

Mulyaningsih (2018) melihat perangkat evaluasi pembelajaran yang

digunakan di beberapa lembaga di Makasar menunjukkan bahwa aspek yang

dievaluasi guru telah dilakukan secara menyeluruh. Namun belum sesuai

dengan prinsip evaluasi yang ada. Bahkan mereka jarang melakukan evaluasi

atau dilakukan tetapi belum menggunakan metode, strategi maupun alat yang

tepat.

Kinasih, Amalia dan Priyambadha (2017) melihat adanya penggunaan

evaluasi berdasarkan acuan dari Kurikulum 2013 PAUD yaitu menggunakan

catatan anekdot, hasil karya dan ceklist di PAUD Seruni 05 Kota Malang.

Hasilnya guru mencatat perkembangan anak kurang detail sehingga masih

dibutuhkan waktu untuk mempelajari lebih. Adanya permasalahan tersebut

menjadikan Kinasih, Amalia dan Priyambadha mengembangkan metode RUP

(Rational United Process) yaitu sebuah metode evaluasi dengan

menggunakan perangkat android terbukti dapat membantu menyajikan hasil

evaluasi yang detail pada setiap anak.

B. Kajian Teori

1. Perkembangan Anak Usia Dini

a. Pengertian

Seringkali perkembangan dikaitkan dengan pertumbuhan. Menurut

Hurlock (1978: 23) pertumbuhan lebih diartikan perubahan kuantitatif

yaitu meningkatnya ukuran dan struktur, sedangkan perkembangan

adalah perubahan yang berkaitan dengan kualitatif dan kuantitatif lebih

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

10

jauh diartikan dengan deretan progresif dari perubahan yang teratur dan

koheren. Progresif merupakan tanda tentang perubahan yang ada karena

diarahkan pada suatu hal, membimbing mereka untuk maju atau bahkan

mundur. Sedangkan “teratur dan koheren” diartikan sebagai hubungan

nyata antara perubahan yang terjadi dan yang terdahulu atau bahkan

mengikuti.

Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses perubahan fungsi

yang terjadi sejak anak lahir. Perkembangan Anak Usia Dini tergantung

pada stimulasi dan gizi yang diberikan orang tua, guru dan lingkungan

sekitar anak. Stimulasi yang tepat dan gizi seimbang dapat melejitkan

potensi anak sesuai dengan fitrohnya. Begitu pula sebaliknya. Stimulasi

untuk anak usia dini dirancang khusus berdasarkan beberapa hal, yaitu

memperhatikan keunikan individu anak, usia dan lingkungan budaya

setempat. Hal ini sesuai dengan konsep perkembangan anak usia dini

dalam Development Appropriate Practice (DAP) yang disampaikan

Glassenapp dalam Megawangi (2005:5).

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 137 Tahun 2014, Perkembangan anak merupakan integrasi dari

perkembangan aspek nilai moral dan agama, fisik-motorik, kognitif,

Bahasa, sosial emosional dan seni. Perkembangan yang dimaksud

merupakan perubahan perilaku yang berkesinambungan dan terintegrasi

dari faktor genetik dan lingkungan serta meningkat secara individual baik

kuantitatif maupun kualitatif.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

11

Perkembangan juga dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi

pada anak usia dini yang bersifat progresif, sistematis, permanen dan

berkesinambungan. Perkembangan ini mengikuti pola-pola

perkembangan yang dapat diramalkan dan terjadi akibat interaksi dengan

lingkungan serta bakat bawaan yang dimilikinya.

Kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan terutama

untuk anak usia dini adalah perubahan baik kualitatif maupun kuantitatif

diarahkan dan dibimbing pada suatu hal baik yang berakibat pula pada

perubahan fungsi yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun

internal.

b. Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut Piaget, anak usia dini memahami tentang suatu hal melalui

4 (empat) tahap yaitu : tahap sensorimotor (0 sampai 18 bulan), tahap pra

opersional (usia 18 bulan hingga 7 atau 8 tahun), tahap opersional konkrit

(8 sampai 12 tahun) dan tahap formal operasional (12 tahun sampai usia

dewasa). Sementara itu Eric Ericsson menyoroti perkembangan dari

aspek emosi. Menurut Ericsson emosi yang positif sangat berpengaruh

pada perkembangan jiwa anak. Pada saat anak berusia 0 hingga 10 tahun,

mereka dihadapkan pada 2 (dua) emosi yang saling bertolak belakang

yaitu percaya dan tidak percaya (usia 0 hingga 18 bulan), kemandirian

dengan malu atau tidak percaya diri (usia 18 bulang hingga 3,5 tahun),

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

12

tahap inisiatif dengan merasa malu (usia 3,5 tahun hingga 6 tahun) dan

tahap berkarya dengan minder (usia 6 tahun hingga 10 tahun).

Hampir sama dengan pendapat Piaget, Vygotsky (1896­1934)

mengemukakan bahwa anak akan mudah memahami sesuatu jika

dihadapkan dengan obyek konkrit (nyata). Vygotski menyoroti tentang

perkembangan bahasa anak sangat perpengaruh terhadap pemikiran anak,

pada awalnya mungkin anak hanya mengoceh yang mungkin tidak ada

artinya, namun pad usia 6 tahun anak akan menggunakan bahasanya

untuk belajar.

Sementara itu dalam penelitian yang dilakukan oleh NAEYC (2002)

perkembangan anak usia dini dipengaruhi kurikulum, Asesmen dan

program PAUD. Dalam arti bahwa pendidikan anak usia dini harus

memperhatikan tahap perkembangan setiap anak juga keunikan setiap

individu yang dipengaruhi oleh lingkungan sehingga tidak akan terjadi

“pemaksaaan” sebuah kemampuan pada anak seperti kehendak orang

dewasa.

Indonesia memiliki standar perkembangan anak usia dini yang

tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 137 tahun 2014. Standar ini dinamakan Standar

Tingkat Pencapaian Perkembangan (STPPA). Standar ini menjadi salah

satu acuan PAUD di Indonesia dimana didalamnya terdapat 6 (enam)

aspek perkembangan yaitu nilai agama dan moral, kognitif, fisik motorik,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

13

sosial emosional, bahasa dan seni. Standar ini merupakan acuan yang

digunakan untuk mengembangkan kurikulum PAUD.

STPPA berisi standar kemampuan anak yang terdiri dari sepuluh

kelompok usia yaitu 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, 12-18

bulan, 18-24 bulan, 24-36 bulan, 3-4 tahun, 4-5 tahun dan 5-6 tahun.

Masing-masing kelompok usia memliki lingkup perkembangan yang

sama namun dengan kompetensi berbeda. Sebagai contoh kelompok usia

12-18 bulan pada aspek Nilai Agama dan Moral kompetensi yang dicapai

adalah “Tertarik pada kegiatan (meniru gerakan ibadah, meniru bacaan

doa)” sedangkan usia 18-24 bulan memiliki tiga kompetensi yaitu (1)

Meniru gerakan Ibadah dan doa (2) Mulai menunjukkan sikap-sikap baik

(seperti yang diajarkan agama) terhadap orang yang sedang beribadah,

(3) mengucapkan salam dan kata-kata baik, seperti maaf, terimakasih

pada situasi yang berbeda.

STPPA merupakan salah satu rujukan yang digunakan oleh guru

PAUD dalam melaksanakan program dalam rangka memfasilitasi

pertumbuhan dan perkembangan Anak Usia Dini yang dilayani di Satuan

PAUD. Untuk mencapai standar tersebut dibutuhkan sebuah rumusan

guna mencapai hasil akhir layanan PAUD. Rumusan ini berupa

Kompetensi Inti (KI) dan selanjutnya diurai menjadi Kompetensi Dasar

(KD). Kompetensi dasar ini selanjutnya dibuat materi-materi

pembelajaran yang berkaitan dengan KI dan KD untuk memenuhi

STPPA.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

14

Beberapa ahli mengatakan bahwa dalam membuat perencanaan, guru

harus melihat pada evaluasi yang dilakukan guru sebelumnya. Hal ini

guna mengidentifikasi kemampuan anak secara individu. Mengingat

keunikan anak dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya maka

guru dianjurkan untuk melihat latar belakang tersebut. Kemudian guru

membuat sebuah peta kemampuan atau perkembangan anak didik.

Dimana didalamnya terdapat identifikasi setiap anak yang menunjukkan

tingkat perkembangan (aspek-aspek dalam STPPA yang sudah tuntas

atau belum).

Dari peta yang diperoleh guru akan menetapkan status

perkembangan anak yang dijadikan acuan guna membuat sebuah

perencanaan pembelajaran yang efektif dan memperhatikan keunikan

setiap individu.

Peta ini juga akan mempengaruhi pada pola pembelajaran anak.

Anak usia dini tidak terpancang harus mengikuti kelas tertentu. Ia akan

mengikuti kelas manapun untuk mengikuti materi yang mendukung

perkembangnnya yang belum tuntas. Maka di sekolah harus saling

bekerjasama terutama dalam perencanaan pembelajaran.

2. Pembelajaran Anak Usia Dini

Pada bagian ini akan dibahas tentang Tujuan adanya PAUD, cara

belajar Anak Usia Dini, Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

15

Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini, Model dan komponen pembelajaran

Anak Usia Dini. Lebih lanjut akan dibahas dibawah ini

a. Tujuan PAUD

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

BAB 1 Pasal 1 ayat 14, menjelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini

merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut.

Jelas bahwa Satuan atau Lembaga PAUD yang melayani pendidikan

bagi anak usia dini bertujuan untuk membantu tumbuh kembang anak

secara optimal sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangannya.

b. Tahap Perkembangan Anak Usia Dini

Terlebih dahulu kita akan mengkaji perkembangan anak menurut

beberapa ahli. Teori Rousseau dalam Crain; (2014; 16-20)

mengemukakan bahwa manusia memiliki 4 tahap perkembangan selama

hidupnya. Tahap Pertama adalah masa bayi (0 sampai 2 tahun), pada

masa ini Anak belajar melalui hal hal nyata yang dilihat, dirasakan

didengar dan dicium, (tahap sensorimotor). Sehingga pembelajarannya

harus dengan hal hal yang nyata dan anak dapat menyentuh, merasakan

dan mencium atau menggunakan panca inderanya untuk belajar.

Pengalaman konkrit ini akan tertanam pada otak anak hingga dewasa.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

16

Anak juga akan lebih mudah memahami, menalar dan berkreasi. Jika

guru dapat memfasilitasi dengan berkomunikasi secara terbuka maka

konsep yang disampaikan guru akan menjadi pembelajaran penting bagi

anak. Tahap ke 2 adalah tahap kanak-kanak (2 sampai 12 tahun) pada

tahap ini anak lebih mengembangkan kemampuannya secara independen

selanjutnya tahap akhir kanak-kanak dan dewasa.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun

2014 menjelaskan tentang Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan

Anak (STPPA). Standar Isi, Standar proses, Standar Penilaian, standar

Pendidik Tenaga Kependidikan Standar sarana dan Prasarana, standar

pengelolaa dan standar pembiayaan.

Peraturan Menteri tersebut menjelaskan bahwa standar PAUD

sebagai Penjamin mutu pendidikan anak usia dini dalam rangka

memberikan landasan untuk; (1) melakukan stimulasi pendidikan dalam

membantu tumbuh kembang jasmani dan rohani sesuai dengan tingkat

pencapaian perkembangan anak; (2) mengoptimalkan perkembangan

anak secara holistik dan integratif, (3) mempersiapkan pembentukan

sikap, pengetahuan dan keterampilan anak. Ayat selanjutnya menegaskan

adanya kewajiban untuk mengevaluasi dan penyempurnaan secara

terencana, terarah dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan lokal,

nasional dan global.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

17

c. Cara Belajar Anak Usia Dini

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa anak usia

dini belajar melalui sensori motornya, maka dapat dianalisa dan

diidentifikasi cara belajar anak yaitu melalui (Mulyasa, 2012:32): (a)

Belajar memerankan perasaaan dan hati nurani, perasaan dan hati nurani

adalah merupakan pemberian Tuhan dan akan mempengaruhi pola pikir

dan tindakan seseorang (b) Belajar sambil bermain, setiap anak yang

normal menyukai permainan. Melalui permainan anak mendapatkan

pengalaman baik dari segi kognitif, seni, motorik, bahasa, moral, sosial

emosional (c) Belajar melalui komunikasi, interaksi dan sosialisasi. Anak

mulai bergaul dengan teman sebaya. Pengalaman yang diperoleh dapat

membentuk sikap perilaku anak (d) Belajar dari lingkungan. Cara belajar

anak terbentuk dari lingkungan dan tantangan dari sekitarnya (e) Belajar

memenuhi hasrat dan kabutuhannya. Hasrat dan kebutuhan baik

fisiologis organis (makan, minum) maupun psikis (kasih sayang, rasa

aman) anak usia dini sangat berpengaruh terhadap perkembangannya.

Cara belajar anak usia dini menurut buku pedoman Pengelolaan

Pembelajaran Anak Usia Dini (2015: 4-6) adalah (a) anak belajar secara

bertahap; (b) cara berpikir anak bersifat khas; (c) anak belajar dengan

berbagai cara, dan (d) anak belajar saat bersosialisasi.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

18

d. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini

Pada prinsipnya pembelajaran di lembaga PAUD adalah (1) belajar

melalui bermain; (2) berorientasi pada perkembangan anak, (3)

berorientasi pada kebutuhan anak secara menyeluruh, (4) berpusat pada

anak, (5) pembelajaran yang aktif, (6) berorientasi pada pengembangan

karakter, (7) berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup, (8)

lingkungan yang kondusif, (9) berorientasi pada pembelajaran

demokratis, dan (10) menggunakan berbagai media dan sumber belajar.

e. Tujuan Pembelajaran Anak Usia Dini

Berbicara tentang tujuan pembelajaran PAUD yang merupakan

rumusan hasil pendidikan yang diinginkan, dimana didalamnya terdapat

tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan pilar yang

memuat pengalaman belajar bagi anak. Tujuan ini merupakan dasar

untuk mengukur hasil pembelajaran, dan juga menjadi landasan untuk

menentukan isi pelajaran dan metode mengajar. Berdasarkan isi dan

metode itu selanjutnya ditentukan kondisi-kondisi kegiatan pembelajaran

yang terkait dengan tujuan tingkah laku tersebut, yang disebut sebagai

kondisi internal.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bahwa tujuan PAUD adalam membantu Tumbuh kembang

Anak Usia Dini menjadi anak atau generasi yang berkualitas. Dengan

kata lain tujuan PAUD adalah membantu tumbuh kembang anak usia dini

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

19

secara optimal melalui layanan yang berkualitas agar tercapai generasi

yang cerdas, tangguh dan berkualitas.

Tujuan pembelajaran bagi anak usia dini terstruktur dalam sebuah

kurikulum. Mulai tahun 2015 PAUD menggunakan pedoman kurikulum

tahun 2013 dimana didalamnya dijabarkan maksud dan tujuan Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 dan 146 tahun 2014

tentang standar dan kurikulum 2013 PAUD.

f. Model Pembelajaran Anak Usia Dini

Berbagai model telah dikembangankan oleh pakar pendidikan anak

usia dini di dunia guna mencapai tujuan pembelajarannya. Berikut akan

diuraikan beberapa metode yang sering digunakan:

1) Model Pendekatan Sudut

Model ini memberikan kesempatan pada anak untuk belajar

lebih dekat dengan lingkungan sekitar (PAUD Jateng: 2015). Disebut

sebagai “sudut” karena kegiatannya dengan berbagai sudut. Biasanya

guru menyediakan 2 hingga 5 sudut kegiatan. Sudut kegiatan tersebut

adalah Alam Sekitar, Ketuhanan, Pembangunan, Keluarga dan

Budaya. Setiap sudut akan disediakan alat main yang bervariasi sesuai

dengan tema yang diangkat saat pembelajaran.

Pembelajaran dilaksanakan rata-rata sekitar 2 jam dalam sehari

dengan kegiatan antara lain: Pembukaan (30 menit), Inti (60 menit)

dan Penutup (30 menit). Dalam kegiatan pemukaan guru mengajak

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

20

anak untuk mengucap salam, bernyanyi, berdoa, kegiatan fisik

motoric dan membicarakan tema juga kegiatan hari itu. Kegiatan inti

diisi dengan bermain di sudut yang telah disediakan guru, anak dapat

memilih di sudut mana yang ingin dimainkan, guru hanya memberi

motivasi pada anak untuk memilihnya. Pada kegiatan akhir anak

diajak untuk bersama-sama membersihkan kelas atau mengembalikan

mainan di tempat yang telah ditentukan. Setelah itu guru mengajak

anak untuk kembali pada kelas untuk bernyanyi, bercerita,

mendiskusikan kegiatan hari itu, memberikan informasi tentang

kegiatan yang akan dilakukan esok hari, berdoa dan pesan-pesan

untuk anak.

Penilaian perkembangan anak dengan model sudut adalah

dengan observasi, yaitu mencatat langsung kegiatan anak dan

perkembangannya.

2) Model Kelompok dengan Kegiatan Pengaman

Model ini merupakan model dengan 3 kegiatan main dan satu

pengaman, dimana anak dalam satu kelas akan dibagi menjadi 3

kelompok kegiatan (PAUD Jateng: 2015). Setiap anak harus

mengikuti tiga kegiatan main yang disediakan guru. Masing-masing

kelompok akan menempati dalam tiga tempat main. Apabila anak

akan berganti tempat, sedangkan tempat yang akan dituju masih ada

anak lain maka guru menyediakan kegiatan pengaman untuk

digunakan anak yang akan berpindah tadi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

21

Pengelolaan kegiatan dilakukan hampir sama dengan model

sudut dengan waktu rata-rata 2,5 jam perhari. Diawali dengan

kegiatan pembukaan selama (+ 30 menit) diisi dengan kegiatan

bernyanyi, berdoa, berdiskusi pengalaman anak, tema dan kegiatan

yang akan dilakukan anak hari itu. Dilanjutkan dengan kegiatan inti

selama + 60 menit, pada kegiatan ini anak dapat bereksplorasi dengan

berbagai kegiatan yang disiapkan guru. Anak juga dapat

bereksperimen, membuat pemahaman-pemahaman baru,

memunculkan inisiatif, kemandirian, kreatifitas dn mengembangkan

kebiasaan baik lain. Setelah kegiatan inti, anak diberikan kesempatan

untuk beristirahat dan makan selama + 30 menit. Manfaat kegiatan ini

adalah untuk membiasakan anak dengan makan makanan bergizi

dengan adab makan yang benar menurut budaya setempat dan waktu

yang tersisa digunakan untuk bermain di luar kelas untuk

mengembangkan aspek fisik motoriknya. Kegiatan terakhir adalah

penutup selama +30 menit, diisi dengan bercerita, memaknai kegiatan

hari itu, berdoa dan pesan-pesan.

Penilaian model kelompok hampіr sama dengan model sudut

yaitu dengan mengamati kegiatan dan mencatat setiap perkembangan

yang muncul pada anak.

3) Model Pembelajaran Sentra

Model ini mengadopsi model pembelajaran yang

dikembangkan oleh Pamela Phelp (Beyond Centre and Circle Time

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

22

atau BCCT) sebuah metode yang telah teruji mengembangkan potensi

anak dengan lebih maksimal.

Awal pembelajaran anak diajak untuk duduk bersama untuk

diberikan pijakan sebelum bermain (PAUD Jateng: 2015). Hampir

sama dengan model pembelajaran lain, namun pada kegiatan ini anak

lebih dalam dikenalkan dengan tema, cara bermain dan aturan main.

Kegiatan awal dilakukan sekitar 30 menit. Kegiatan selanjutnya

adalah kegiatan inti, yaitu bermain di sentra. Kegiatan ini dilakukan

sekitar 60 menit untuk memaksimalkan potensi anak. Kegiatan inti

biasa disebut dengan pijakan saat main. Saat ini guru memberikan

motivasi pada anak, memberikan pengalaman baru tentang permainan

dan memberikan contoh komunikasi dan penyelesaian masalah

(misalnya anak sedang berebut). Dalam satu hari guru dapat membuka

satu sentra dengan berbagai kegiatan. Sentra yang biasanya dibuka

adalah Persiapan, Balok, Bahan Alam, Seni, IMTAQ. Beberapa

lembaga mengembangkan sentra lain yaitu memasak, olah raga, fisik

motoric dan sebagainya. Kegiatan terakhir adalah penutup dimana saat

kegiatan ini diberikan kesempatan bagi anak untuk berlatih

tanggungjawab dengan mengembalikan mainan yang telah ia mainkan

ke tempat semula dengan rapi dan siap digunakan lagi, anak juga

diberi kesempatan untuk mengingat kembali pemainan apa yang ia

mainkan saat itu dan konsep apa yang ia temukan saat itu. Selanjutnya

anak diajak untuk berdoa dan diberikan pesan-pesan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

23

Penilaian model ini dilakukan dari awal hingga berakhirnya

kegiatan melalui pengamatan (observasi).

4) Model Area

Model ini hampir sama dengan model sudut, dimana didalamnya

anak diberi kesempatan untuk memilih area bermain, selain itu

keluarga dilibatkan dalam proses pembelajaran. Anak juga berperan

diajarkan untuk menghormati budaya.

g. Komponen Pembelajaran Anak Usia Dini

Berbagai strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran dapat

dilakukan seorang guru. Salah satunya dengan mengembangkan desain

pembelajaran. Banyak tokoh telah meneliti dan mengembangkan desai

pembelajarn ini. Diantaranya adalah Dick dan Carey, Bella H Banathy,

Kemp, Gerlac dan Elly, Gagne dan Bruggs, Wong dan Roullerson dan

masih banyak lagi.

Menurut Bella H Banathy (1972) dalam Nurmaya (2015) telah

mengembangkan sebuah desain pembelajaran yang mengutamakan hasil

dengan pendekatan sistem, yaitu pendekatan yang didasarkan pada

kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang

sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain

harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-

baiknya. Pendekatan sistem ini saling berinterelasi dan berinteraksi untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada langkah

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

24

terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan

perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan.

Komponen pembelajaran Anak Usia Dini menjadi dan merupakan

acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai

berikut :

a. Merumuskan tujuan (formulate objectives).

Perumusan tujuan, oleh Banathy mempunyai 3 langkah yaitu :

(1) Identifikasi masalah (perumusan tujuan umum dalam model

desain pembelajaran). (2) Spesifikasi tujuan, dimana tujuan

merupakan sesuatu yang akan dikerjakan oleh peserta didik setelah

menyelesaikan proses belajar dan merupakan tujuan yang

bermanfaat bagi peserta didik. Tujuan ini kemudian diuraikan

menjadi tujuan-tujuan khusus, yaitu tujuan yang lebih rinci dan

spesifik. Selanjutnya tujuan khusus ini disusun dalam urutan logis.

Atas dasar tujuan inilah isi pelajaran dipilih dan disajikan kepada

peserta didik kelak. (3) Penyusunan tes.

b. Mendesain system pembelajaran (design system)

Desain ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

anak. Tahap mendesain sistem ini merupakan penentuan metode dan

media intruksional yang sangat penting untuk memungkinkan peserta

didik mencapai tujuan intrusional, yang meliputi: (a) Analisis fungsi,

isi dan urutan, (b) Analisis komponen, (c) Distribusi fungsi antar

komponen, (d) Penjadwalan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

25

c. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test

output)

d. Mengadakan Perbaikan

Hasil-hasil yang diperoleh dari evaluasi merupakan umpan balik

(feedback) untuk keseluruhan sistem sehingga perubahan-perubahan,

jika di perlukan dapat dilakukan untuk memperbaiki sistem

instruksional.

Sementara itu menurut Briggs dalam Prawiradilaga (2007), membuat

langkah-langkah untuk mewujudkan tujuan pembelajaran sebagai berikut : (a)

Penentuan Tujuan, (b) Perincian Tujuan, (c) Rumusan Tujuan, (d) Analisis

Tujuan, (e) Penyiapan Evaluasi hasil Belajar, (f) Penentuan Jenjang Belajar,

(g) Penentuan Kegiatan Belajar (h) Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Yang

Telah Dirancang, (i) Uji Coba dan Revisi.

Dick dan Carrey (2009) dalam Nurmaya (2015) membuat langkah

desain pembelajaran sebagai berikut: (1) Analisa Kebutuhan atau Tujuan

Pembelajaran, (2) Analisis Instruksional, (3) Identifikasi Tingkah laku awal

atau karakteristik anak, (4) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus

Berdasarkan Analisis Instruksional, (5) Pengembangan Tes Acuan, (6)

Strategi Pengajaran, (7) Penggunaan Bahan Ajar, (8) Merancang dan

Mengembangkan Evaluasi, (9) Revisi Program Pembelajaran.

Dari beberapa tokoh tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

komponen pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) Menentukan Tujuan, (b)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

26

Desain system pembelajaran dimana didalamnya terdapat pula analisis

karakteristik dan penentuan metode atau strategi yang tepat untuk digunakan,

bahan ajar atau media yang tepat (c) Pelaksanaan Kegiatan, termasuk

menganalisa hasil ketercapaian pembelajaran atau evaluasi dan (d) Perbaikan

pembelajaran, bagi program yang belum tercapai dan pengembangan

evaluasi.

Komponen Pembelajaran Anak Usia Dini tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a) Penentuan Tujuan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, bahwa Tujuan PAUD adalah untuk membantu

Tumbuh Kembang Anak Usia Dini untuk mencapai Tumbuh Kembang

yang optimal. Jadi adanya lembaga PAUD baik itu TK, RA, BA, KB, TPA

dan SPS harus mendukung tujuan tersebut melalui pelayanannya sesuai

dengan standar pemerintah yang telah ditentukan yaitu STPPA.

Tujuan pembelajaran anak usia dini merupakan deskripsi

perkembangan yang diharapkan pada anak setelah mengikuti proses

belajar mengajar. Secara spesifik tujuan pembelajaran tersebut dapat

dilihat dalam Kurikulum lembaga yang dijabarkan dalam Program

Semester, Perencanaan Mingguan dan Perencanaan Harian.

Kurikulum yang telah dibuat oleh lembaga memuat enam bidang

pengembangan (Nilai Agama dan Moral, Fisik Motorik, Kognitif, Bahasa,

Sosial Emosional dan seni) yang dikemas dalam materi bahan ajar dan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

27

digunakan guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Materi yang

disajikan untuk anak usia dini berbeda pada sepuluh kelompok usia baik

dari variasi maupun tingkat kesulitannya, baik menurut intensitas dan

densitas mainnya.

Tujuan pembelajaran tersebut kemudian digunakan untuk menentukan

komponen-komponen selanjutnya. Terkait dengan evaluasi pembelajaran

anak usia dini yang melihat tujuan pembelajarannya, maka evaluasi akan

disandingkan dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan guru

sebelumnya. Dengan demikian maka akan dapat dilihat relevansi tujuan

pembelajaran dengan hasil evaluasi.

b) Desain Sistem

Setelah ditentukan standar perkembangan anak, komponen

selanjutnya adalah desain sistem. Pada komponen ini akan ditentukan

karakteristik anak melalui tes skrining atau laporan perkembangan anak di

kelas terdahulu, selanjutnya akan ditentukan metode atau cara yang tepat

untuk mencapai tujuan tersebut. Metode yang tepat juga akan menentukan

media atau bahan ajar yang akan digunakan.

c) Pelaksanaan Kegiatan dan/atau mengetes Hasil

Pada saat melaksanakan kegiatan atau proses belajar mengajar, akan

terlihat kemampuan, minat dan kebutuhan anak. Pada proses ini guru

mencatat perkembangan anak secara apa adanya (tanpa persepsi). Bagi

usia 0 hingga 6 tahun tidak ada tes tertentu untuk mengetahui kemampuan

anak, melainkan dari kegiatan, celoteh, apa yang dilakukan anak akan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

28

diketahui status perkembangannya. Sedangkan usia 6 ke atas dapat

dilakukan tes untuk melihat kemampuannya atau mengetahui keberhasilan

programnya.

d) Perbaikan

Setelah diketahui ketercapaian program dalam mengoptimalkan

tumbuh kembang anak, maka akan dapat ditentukan langkah selanjutnya.

Jika terdapat kurang optimalnya program maka pada waktu selanjutnya

akan dikembangkan program dengan menaikkan tingkat kesulitan atau

variasi pengembangan lain atau apabila telah diketahui status

perkembangan anak maka akan dapat dilakukan perencanaan program

yang sesuai dengan kebutuhan anak.

3. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini

Evaluasi disebut juga sebagai penerapan dan penggunaan berbagai cara

dan alat untuk memperoleh beragam informasi mengenai hasil belajar dan

ketercapaian kompetensi dari peserta didik. Pada dasarnya, evaluasi merupakan

istilah lain dari kata penilaian (Arif, 2018). Evaluasi sebagai salah satu metode

untuk mendapatkan hasil belajar siswa sehingga proses evaluasi ini

dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian

perkembangan dari para peserta didik. Menurut Flottman, Stewart dan Tayler

(2011), evaluasi merupakan kumpulan informasi yang dianalisa sehingga

didapatkan gambaran tentang pengetahuan, kemampuan dan ketertarikan anak.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

29

Informasi ini selanjutnya akan berpengaruh pada pengambilan keputusan untuk

pembelajaran dan perkembangan anak usia dini.

Menurut Seefeldt dan Wasik (2008:234), sekolah mempunyai tanggungjawab

untuk melakukan penilaian pada anak agar diketahui berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan pembelajaran dan segera memberikan tindak lanjut yang sesuai

dengan kebutuhan anak.

Menurut Ellingsen (2016) dalam Garro (2016: 25), penilaian

perkembangan anak merupakan proses kompleks dengan membutuhkan

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang besar. Pada penelitian ini

Ellingsen menitikberatkan pada aspek kognitif. Ia menyimpulkan bahwa

perkembangan aspek ini akan berimplikasi pada kemampuan, keberbakatan,

kelemahan dan perilaku anak. Selain itu Ellingsen juga melihat adanya

pengaruh kuat pada anak, yang tidak dapat kita abaikan yaitu budaya dan pola

asuh, dalam proses menilai anak usia dini.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi merupakan proses

untuk memperoleh data atau informasi dari proses pembelajaran dan juga

memberikan umpan baik terhadap guru ataupun kepada peserta didik.

Dengan kata lain evaluasi memegang peranan penting dalam upaya

peningkatan kualitas pembelajaran. Sehingga banyak hal harus diperhatikan dalam

melaksanakan evaluasi terutama untuk anak usia dini. Bukan hanya pada metode

namun juga beberapa hal yang erat berkaitan dengan proses pembelajaran dan

perkembangan masing-masing individu anak.

Menurut SECA (The Southern Early Childhood Association) (2000)

evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan guna

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

30

membuat keputusan penting yang berkaitan dengan kebutuhan perkembangan

dan pendidikan mereka. Sedangkan fungsi evaluasi adalah untuk meningkatkan

tumbuh kembang secara optimal, meningkatkan pembelajaran dan

keberhasilan program.

Berbagai pandangan tentang evaluasi atau penilaian pembelajaran anak

mempengaruhi kegiatan penilain tersebut. Penilaian atau evaluasi dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2007 merupakan

proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian

hasil belajar peserta didik.

Secara spesifik dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia

Dini Di Indonesia, bahwa Evaluasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan

guru dalam menilai pelaksanaan pembelajaran dengan membandingkan antara

perencanaan dan hasil, evaluasi ini nantinya akan digunakan sebagai dasar

pengembangan selanjutnya.

a. Standar penilaian/Evaluasi Perkembangan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tahun 20 tahun 2007 juga

menyebutkan tentang standar penilaian pembelajaran. Standar ini

membicarakan tentang hal hal yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur

dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Peraturan tersebut kemudian disempurnakan pada peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 23 tahun 2016

bahwa standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup,

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

31

tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil

belajar peserta didik yang digunakan sebagai pendidikan dasar dan

pendidikan menengah (Haksari;2016).

Menurut pengertian diatas dapat kita ambil garis tengah bahwa standar

penilaian merupakan mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil

belajar anak didik yang digunakan sebagai dasar pada pendidikan

selanjutnya.

Pada Pendidikan untuk Anak Usia Dini Standar patokan yang

digunakan adalah STPPA. Guru akan menilai perkembangan anak melalui

kegiatan, celoteh dan berbagai hal yang dilakukan anak disandingkan

dengan STPPA yang menjadi dasar pembuatan perencanaan pembelajaran

(kurikulum).

b. Tujuan Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut modul Pendidikan Profesi Guru tahun 2019, evaluasi

bertujuan sebagai (1) screening atau penyeleksian, (2) Determining

Eligibility, (3) Program Planing (4) Maping, (5) Monitoring.

Screening atau penyeleksian adalah menyeleksi anak sesuai dengan

program yang dikembangkan di sekolah. Seperti telah kita ketahui bersama

bahwa anak mempunyai potensi masing-masing dan cara belajar yang

berbeda. Melalui screening ini akan didapatkan peta perkembangan anak

dan cara belajar anak yang sesuai.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

32

Determining Eligibility merupakan proses untuk mengetahui dan

menetapkan apakah seseorang masuk dalam kategori berkebutuhan khusus

atau tidak. Seringkali dijumpai anak yang berkabutuhan khusus terlambat

penanganannya karena kurangnya mengevaluasi perkembangan anak.

Melalui proses Determining Eligibility dapat ditentukan perkembangan anak

yang membutuhkan perlakukan khusus dalam belajar atau tidak.

Tujuan selanjutnya adalah Program Planing, atau penyusunan

program yang tepat dan sesuai. Penyususnan program ini adalah untuk

mendapatkan gambaran posisi perkembangan anak, dimana nantinya akan

dibuat keputusan pada anak-anak tertentu yang belum tuntas pada

perkembangannya akan diberikan remidi atau yang telah tuntas akan

diberikan program yang lebih tinggi,

Maping adalah untuk mendapatkan gambaran tentang posisi

perkembangan anak dalam sebuah kelompok, dimana hasilnya akan menjadi

acuan guru dalam membuat program yang berbeda sesuai dengan kebutuhan

anak.

Monitoring yaitu untuk memantau perkembangan anak apakah anak

mampu mengikuti program yang diberikan guru.

c. Sasaran Evaluasi

Berbagai sasaran evaluasi dapat dilakukan guru dalam sebuah

program PAUD. Evaluasi yang berkaitan dengan anak didik biasanya adalah

evaluasi program (Content of Program), evaluasi perkembangan (Content of

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

33

Development) dan evaluasi bermain (Activity for Development). Ada pula

yang membuat sasaran Child Development Based Assessment (CDBA), Play

Based Assessment (PBA) dan Curriculum Based Assessment (CBA).

Sasaran evaluasi yang berbasis perkembangan ditujukan pada tujuan

pembelajaran (content of development) yang terdapat disemua aspek

perkembangan yang digunakan. Hal ini muncul dalam karakteristik perilaku

anak.

Sedangkan evaluasi untuk melihat keberhasilan program biasanya akan

melihat pada ketercapaian kurikulum yang disajikan untuk anak, apakah

anak dapat menguasai keterampilan, pengetahuan dan sikap yang ada dalam

kurikulum tersebut.

Evaluasi lain adalah pada proses pembelajaran (Play Based Assessment)

yaitu sebuah evaluasi tahapan perkembangan anak dilihat dati tahapan

bermainnya (misalnya tahapan main sensori motor, main pembangunan,

main keaksaraan dan sebagainya).

d. Aspek-aspek Evaluasi Dalam PAUD

Aspek aspek yang dinilai dalam evaluasi pembelajaran PAUD

merupakan aspek aspek perkembangan anak usia dini yang terdapat pada

STPPA. Menurut Fauziah (2017: 51) aspek perkembangan adalah potensi

potensi yang terdapat pada diri anak yang harus dikembangkan agar

mencapai perkembangan yang optimal. Aspek perkembangan yang diamati

atau dievaluasi dalam pendidikan anak usia dini menurut Rasyid, Mansyur

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

34

dan Suratno (2012: 93­120) meliputi perkembangan motorik, sosial

emosional, kognitif, bahasa dan tumbuh kembang. Dalam Kerangka kerja

Head Start, aspek yg diamati adalah perkembangan bahasa, kemampuan

baca tulis, matematika, ilmu pengetahuan perkembangan sosial emosional

dan perkembangan fisik dan kesehatan (Morrison, 2012: 150­153).

Sementara itu di dalam STPPA aspek yang diamati adalah Nilai agama dan

moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa dan seni.

Penelitian ini mengamati 6 aspek perkembangan yang terdapat pada

STPPA, karena kurikulum yang digunakan adalah berdasarkan STPPA.

e. Prinsip Evaluasi

Menurut Lachlan, Fleer dan Edwards (2010) terdapat lima prinsip

evaluasi, yaitu 1) validitas, ketepatan usia, kultur Bahasa dan konteks

pembelajaran, 2) reliabilitas, evaluasi harus mendapatkan informasi yang

tepat sehingga dapat dipercaya, 3) dapat diatur (manageability), apakah

penilaian dilakukan dalam kelompok atau individu, 4) Trustworthiness,

yaitu credibility (berdasar observasi), transferable (spesifik) dan

dependability (terdapat audit proses), dan otentik.

Menurut Buku Pedoman Pendidikan Profesi Guru, (Modul PPG: 2019),

Prinsip penilaian Perkembangan anak usia dini adalah (1) Advokasi

(pendampingan), (2) Kesesuaian Pemrograman, (3) Ketergantungan pada

alat dan metode, (4) Equity (keseimbangan), (5) Komprehensif, (6)

Keahlian Administratif (7) Pragmatis.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

35

Advokasi atau pendampingan berkaitan dengan proses belajar anak,

dimana anak masih membutuhkan pendampingan khusus. Beberapa sekolah

telah menerapkan pengelompokkan anak berdasarkan kemampuan. Dengan

pengelompokkan ini akan memudahkan guru dalam membuat program.

Kesesuaian Pemrograman, sekolah perlu untuk membuat sebuah

analisi yang berkaitan dengan kebutuhan anak (Need Assessment Analysis)

dimana hasilnya akan sangat membantu dalam penyususnan dan

pengembangan program sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak. Selain

itu juga akan terbaca minat dan gaya belajar masing-masing anak. Hal ini

juga akan berpengaruh pada media dan penataan lingkungan belajar anak.

Ketergantungan pada alat dan metode sangat mempengaruhi proses

evaluasi yang dilakukan guru. Setiap aspek perkembangan yang direncang

oleh guru akan menggunakan media dan metode yang berbeda, hal ini akan

disesuaikan dengan tujuan dan prosesnya. Pemilihan media dan metode

yang tidak tepat tentu saja akan menghasilnya data yang tidak sesuai pula,

maka penggunaan metode dan media harus disesuaikan dengan sasaran

evaluasi yang akan dilakukan.

Equity atau keseimbangan, proses evaluasi perkembangan dilakukan

dengan seimbang, tidak hanya melihat pada salah satu aspek saja. Hal ini

karena setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda maka setiap anak

berhak untuk mengikuti proses evaluasi terhadap semua aspek

perkembangan dengan sama dan seimbang.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

36

Komprehensif atau menyeluruh, yaitu proses evaluasi perkembangan

harus dilakukan bukan saja dengan keseimbangan namun juga menyeluruh.

Jika sudah terpampang jelas kompetensi yang dimiliki anak, maka hal ini

akan mempermudah guru dalam mengidentifikasi dan mengalokasikan

asperk perkembangan anak yang membutuhkan perhatian khusus atau tidak.

Keahlian Administratif, bahwa proses evaluasi harus terdokumentasi

dengan baik yang kemudian dianalisa secara professional.

Pengadministrasian yang tertib akan memudahkan guru dalam mendata,

mencari dan menyimpulkan perkembangan anak.

Pragmatis, bahwa hasil evaluasi ini harus bermanfaat bagi anak, guru

dan orang tua. Manfaat bagi guru adalah memudahkan guru dalam

mengelompokkan kemampuan anak yang selanjutnya akan ditentukan

program pengembangan yang tepat. Sedangkan bagi orang tua, selain orang

tua akan mengetahui kemampuan anak dia juga akan dapat berpartisipasi

dalam pengembangan potensi anak di luar sekolah. Bagi anak, mengetahui

kemampuan ini akan berpengaruh pada stimulsi yang akan diterima juga

gaya belajar yang sesuai dengan anak.

f. Prosedur Evaluasi

Proses evaluasi melalui beberapa tahap diantaranya adalah evaluasi

harian, mingguan, bulan dan semester atau LPPA. Berikut akan dijelaskan

masing-masing tahap (Buku Pedoman Penilaian Pembelajaran Pendidikan

Anak Usia Dini (2015: 5)

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

37

1) Evaluasi Harian

Guru dapat melakukan pengamatan dan pencatatan perkembangan

anak dalam segala kegiatan (dari awal masuk hingga berakhirnya

pembelajaran) baik mulai apa yang diucapkan anak, ekspresi wajah,

gerakan dan karya anak dengan teknik cek list, anekdot dan hasil karya.

Ke tiga teknik tersebut menggunakan empat skala penilaian yaitu BB

(Belum Berkembang) yaitu untuk menggambarkan anak dengan

kemampuan belajar yang masih memerlukan bimbingan dari guru atau

orang dewasa lain, MB (Mulai Berkembang) adalah untuk

mengidentifikasi anak yang mulai melakukan namun masih harus

diingatkan dan dengan bantuan orang dewasa atau guru, BSH

(Berkembang Sesuai Harapan) adalah jika anak telah melakukan tujuan

pembelajaran secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain dan konsisten

dilakukan, BSB (Berkembang Sangat Baik) menggambarkan anak yang

telah mampu melakukan tujuan pembelajaran secara mandiri bahkan

membantu teman yang belum mencapai tujuan pembelajaran (Buku

Pedoman Penilaian, 2015:7). Beberapa TK menggunakan skor angka,

beberapa TK lain menggunakan tanda bintang 1, 2, 3 dan 4 untuk BB,

MB, BSH, BSB, namun ada juga yang menggunakan tanda o, ● dan √

untuk komptensi tahap awal, berkembang dan mampu.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

38

2) Evaluasi Mingguan

Pada proses ini guru mengumpulkan hasil evaluasi harian yang telah

ada. Kemudian dianalisa dan dirangkum menjadi evaluasi mingguan.

Munculnya perkembangan anak yang dicatat oleh guru diambil nilai

tertinggi dari penilaian BB, MB, BSH dan BSB. Sedangkan menurut

Harrisburg (2005: 7-12) kemunculan perkembangan anak tidak dapat

dilihat hanya pada sekali waktu, paling tidak muncul tiga kali dalam satu

tahun.

3) Evaluasi Bulan

Guru mengumpulkan komponen penilaian tersebut sebulan sekali

untuk memudahkan menganalisa perkembangan anak yang nantinya akan

digunakan sebagai pertimbangan pembuatan Laporan Perkembangan

Semester.

Setelah terkumpul semua dokumen yang mendukung penilaian

maka proses selanjutnya adalah dengan menganalisa. Perlu diingat bahwa

proses penilaian tidak lepas dari peran orang-orang disekitarnya baik itu

guru pendamping, guru kelas lain juga orang tua.

Rangkuman evaluasi bulan berisi kompilasi data baik dari Ceklist,

anekdot dan hasil karya satu bulan akan disatukan dalam indikator pada

KD yang sama (Contoh pada lampiran 2).

4) Evaluasi Semester

Proses terakhir adalah pelaporan. Pelaporan dapat diartikan sebagai

kegiatan yang mengkomunikasikan baik pertumbuhan maupun

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

39

perkembangan anak dari guru kepada orang tua berupa deskripsi

kemampuan anak. Pelaporan ini ditulis oleh guru dan disampaikan pada

orang tua dengan tatap muka sehingga diharapkan orang tua dapat

berkomunikasi tentang perkembangan anak dengan guru. Pelaporan ini

dapat dilakukan secara periodik. Secara resmi PAUD memberikan setiap

enam bulan sekali (semester), namun seringkali dilakukan setiap saat

untuk komunikasi secara individual, baik bagi anak-anak yang

bermasalah maupun anak yang normal.

g. Manfaat Evaluasi

Menurut Morrison (2012:159), manfaat Evaluasi tidak hanya bagi

orang tua dan guru, namun anak itu sendiri dan masyarakat juga

merasakan manfaatnya.

1) Bagi anak, ia akan lebih mengenal dirinya, ia juga akan mengenal

kebutuhan yang spesifik untuk dirinya sendiri, ia akan ditempatkan

pada porsinya, kurikulumpun akan disesuaikan dengan kebutuhan

dan ia beserta keluarganya akan diarahkan pada program untuk

mendapatkan layanan tambahan.

2) Bagi Orang Tua, memberikan gambaran kemajuan perkembangan

anak dan menghubungkan kegiatan sekolah dengan rumah.

3) Bagi Program PAUD, dapat membantu membuat keputusan tentang

apa yang baik dan tidak baik bagi anak dan memberikan gambaran

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

40

tentang sejauhmana keberhasilan program bagi anak dapat

membantu dan diterima anak.

4) Bagi Guru PAUD, mengenali keterampilan, kemampuan dan

kebutuhan anak, membuat perencanaan pembelajaran dan kegiatan

juga menentukan tujuan pembelajaran, mengatur ulang kelas,

memilih materi, membuat keputusan tentang bagaimana

menjalankan kegiatan belajar, melaporkan pada orang tua tentang

status perkembangan dan prestasi anak, mengawasi dan

meningkatkan proses belajar mengajar, memenuhi kebutuhan

individual anak dan mengelompokkan instruksi.

5) Bagi Masyarakat, dapat menginformasikan prestasi anak dan dapat

memberikan landasan kebijakan publik. Saat ini kebijakan publik

terutama yang berkaitan dengan anak masih kurang perhatian,

sehingga dibutuhkan promosi yang gencar tentang kebijakan publik

yang berpihak kebutuhan anak dan mendukung prestasi anak.

Seefeldt dan Wasik (2008:255) melihat manfaat penilaian dari sisi guru

yaitu dapat memberi informasi pada guru tentang perkembangan, kebutuhan

anak serta perbaikan kurikulum juga program sekolah.

Sedangkan menurut Buku Pedoman Penilaian Pembelajaran PAUD

(2015), manfaat penilaian bagi guru adalah dapat merancang program

pengembangan pembelajaran sesuai dengan minat, kekuatan dan kebutuhan

anak. Manfaat bagi orang tua adalah mengetahui informasi tentang kemajuan

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/81181/5/5. BAB II titin.pdf · Dunst (2017), meneliti tentang penggunaan ceklist sebagai alat penilaian. Ceklist ini berisi

41

anak dalam belajar. Jika orang tua dan guru telah mengetahui perkembangan

anak diharapkan mampu bekerjasama dalam melejitkan bakat anak. Bagi anak

sendiri apabila mengetahui perkembangan, minat, kekuatan dan kebutuhannya

maka ia pun akan memilih kegiatan yang sesuai dengan kebutuhannya dan

mengurangi yang tidak sesuai meskipun ia sangat menyukai.

Dari paparan diatas kiranya dapat disimpulkan bahwa evaluasi dapat

bermanfaat bagi orang tua, guru, anak dan program sekolah. Bagi orang tua,

akan dapat diketahui kekuatan, keterampilan dan prestasi anak atau kemajuan

belajar anak baik di rumah maupun di sekolah. Bagi guru, dapat membuat

program, kurikulum dan media yang tepat, sesuai dengan kebutuhan masing-

masing individu anak, selain itu juga akan menjadi gambaran tingkat

keberhasilan dan kebermanfaatannya. Bagi anak, akan mengetahui prestasi dan

kebutuhan belajar yang sesuai. Bagi program sekolah akan dapat disesuaikan

dengan kebutuhan dan kebermanfaatan bagi anak sehingga dapat

dikomunikasikan pada orang tua program yang tepat bagi anak yang akan

dijalankan di sekolah maupun di rumah.