BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang …eprints.umm.ac.id/51919/39/BAB II.pdfA. Tinjauan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang …eprints.umm.ac.id/51919/39/BAB II.pdfA. Tinjauan...
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuan Umum Tentang Asuransi
1. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi
Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda yaitu assurantie
(asuransi) dan verzekering (pertanggungan). Menurut Abbas Salim
asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil
atau sedikit yang sudah pasti sebagai pengganti kerugian-kerugian besar
yang belum pasti.19
Dalam Pasal 246 KUHD, Asuransi atau pertanggungan adalah
suatu perjanjian yang dimana penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
yang mungkin diderita akibat dari suatu adanya evenemen (peristiwa yang
tidak pasti).20
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian. “Asuransi merupakan perjanjian antara
dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi
dasar bagi penerimaan suatu premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan:
19
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007, hlm. 1. 20
Lihat Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
17
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena adanya kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.21
Dalam asuransi sangat erat dengan kaitannya dengan risiko,
evenemen dan ganti kerugian.
a. Risiko dapat diartikan juga sebagai beban kerugian yang
diakibatkan karena suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Besarnya
risiko tersebut dapat diukur dengan nilai barang yang dapat
merugikan pemiliknya. Dalam hukum asuransi, bahaya yang
menjadi beban penanggung merupakan peristiwa penyebab
timbulnya kerugian, cacat badan atau kematian atas obyek asuransi.
b. Evenemen dalam asuransi adalah istilah yang diadopsi dari bahasa
Belanda evenement yang berarti peristiwa tidak pasti. Evenemen
atau peristiwa tidak pasti adalah peristiwa yang dimana asuransi
diadakan tidak dipastikan terjadi dan tidak diharapkan terjadi.
Dalam hukum asuransi, evenemen yang menjadi beban
21
Lihat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
18
penanggung merupakan peristiwa penyebab timbulnya kerugian
atas obyek asuransi. Selama belum terjadi penyebab timbulnya
kerugian, selama itu pula bahaya yang mengancam obyek asuransi
disebut risiko. Apabila risiko itu sungguh-sungguh menjadi
kenyataan, maka risiko berubah menjadi evenemen, yaitu peristiwa
yang menimbulkan kerugian.22
c. Kerugian dalam evenemen sangat erat sekali persoalannya dengan
ganti kerugian. Akan tetapi tidak setiap kerugian (loss) akibat
evenemen harus mendapat ganti kerugian. Antara evenemen yang
terjadi dan kerugian yang timbul ada hubungan kausal. Evenemen
adalah sebab dan kerugian adalah akibat jika sudah dipastikan
evenemen yang terjadi itu dijamin oleh polis dan karenanya
menimbulkan kerugian, penanggung terikat untuk membayar ganti
kerugian.
2. Fungsi Asuransi
Asuransi sangat memberikan manfaat atau fungsi bagi kehidupan
sosial ekonomi masyarakat dan negara. Menurut Ade Arthesa dan Edia
Handiman manfaat asuransi bagi kehidupan sosial dan ekonomi adalah
sebagai berikut:
a. Dapat memberikan rasa aman dan perlindungan
b. Dapat berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan lain
c. Sebagai alat penyebaran resiko
22 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti,
2002, hlm. 120.
19
d. Pembentukan biaya dan manfaat yang lebih adil.
Fungsi asuransi bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan
negara dapat dijelaskan sebagai berikut:23
1. Memberikan rasa aman dan perlindungan
Pihak tertanggung akan mendapatkan rasa aman dari perlindungan
yang diberikan oleh pihak asuransi. Yaitu, resiko keuangan akibat
kehilangan, kebakaran, kerusakan, kematian, dan resiko lainnya
dapat diatasi dengan penggantian sejumlah dana tertentu sesuai
dengan nilai pertanggungan.
2. Fungsi tabungan dan sumber pendapatan lain
Manfaat yang diperoleh dari tabungan dan sumber pendapat lain
yaitu selain memberikan perlindungan juga dapat memberikan
manfaat berupa bunga sesuai dari hasil penjumlahan total premi
yang sudah dibayarkan oleh tertanggung kepada perusahaan
asuransi.
3. Alat Penyebaran Risiko
Risiko yang seharusnya diterima sepenuhnya oleh tertanggung
dapat disebarkan kepada penanggung atau perusahaan asuransi,
sehingga tertanggung mendapatkan rasa aman dalam menjalankan
aktivitasnya. Tetapi dari permasalahan tersebut tertanggung harus
konsisten terhadap cicilan premi yang harus dibayar oleh
tertanggung.
23 Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jakarta:
PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2006, hlm. 237.
20
4. Pembentukan biaya dan manfaat yang lebih adil
Dalam hal ini nilai dan besarnya premi sudah di diskusikan lebih
awal oleh keduabelah pihak dalam proses pengajuan surat
pembukaan polis asuransi. Pada pembentukan biaya dan manfaat
tidak akan ada pihak yang merasa diuntungkan ataupun dirugikan
karena semua sudah didiskusikan lebih awal. Nilai yang ditentukan
dipastikan sudah dihitung oleh ahlinya.
3. Tujuan Asuransi
Tujuan dari asuransi yang paling dasar adalah untuk memberikan
jaminan perlindungan dari resiko-resiko yang mungkin akan diderita oleh
satu pihak. Asuransi juga digunakan paling tidak untuk memperkecil
kerugian yang diderita tertanggung tersebut.24
Secara umum asuransi mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Teori Pengalihan Risiko
Menurut teori pengalihan risiko (risk transfer theory),
tertanggung menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta
kekayaan miliknya atau terhadap jiwanya. Jika bahaya tersebut
menimpa harta kekayaannya atau jiwanya, dia akan menderita
kerugian atau korban jiwa atau cacat raganya. Perusahaan selalu
siap menerima tawaran dari pihak tertanggung untuk mengambil
alih risiko dengan imbalan pembayaran premi. Tertanggung
mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang
24
C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika, 2002, hlm. 179.
21
mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar
sejumlah premi kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak
itu pula risiko beralih kepada penanggung. Apabila pada saat
berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa yang
merugikan, maka penanggung beruntung memiliki dan menikmati
premi yang telah diterimanya dari tertanggung.25
2. Pembayaran Ganti Kerugian
Jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian (risiko yang
berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung yang
bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian seimbang dengan
jumlah asuransinya. Dalam praktiknya, kerugian yang timbul itu
bersifat sebagian (partial loss), tidak semuanya berupa kerugian
total (total loss).
Dengan demikian, tertanggung mengadakan asuransi yang
bertujuan untuk memperoleh pembayaran ganti kerugian yang
sungguh-sungguh dideritanya. Berbeda dengan asuransi kerugian,
pada asuransi jiwa apabila dalam jangka waktu asuransi terjadi
peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa diri
tertanggung, maka penanggung akan membayar jumlah asuransi
yang telah disepakati bersama seperti tercantum dalam polis.
Jumlah asuransi yang disepakati itu merupakan dasar perhitungan
premi dan untuk memudahkan penanggung membayar sejumlah
25
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit. hlm. 12.
22
uang akibat terjadinya peristiwa kematian atau kecelakaan. Jadi,
pembayaran sejumlah uang itu bukan sebagai ganti kerugian,
karena jiwa atau raga manusia bukan harta kekayaan dan tidak
dapat dinilai dengan uang.26
3. Pembayaran Santunan
Asuransi kerugian diadakan berdasarkan perjanjian bebas
(sukarela) antara penanggung dan tertanggung (voluntary
insurance). Artinya tertanggung terikat dengan penanggung karena
perintah undang-undang, dan karena perjanjian. Asuransi jenis ini
disebut asuransi sosial (social security insurance). Asuransi sosial
ialah bertujuan untuk melindungi masyarakat dari ancaman bahaya
kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat tubuh.
Dengan membayar sejumlah premi, tertanggung berhak
memperoleh perlindungan dari ancaman bahaya. Tertanggung yang
membayar kontribusi ialah mereka yang terikat pada suatu
hubungan hukum tertentu yang ditetapkan undang-undang,
misalnya hubungan kerja, penumpang angkutan umum. Apabila
seseorang tersebut mendapatkan musibah kecelakaan dalam
pekerjaannya atau selama angkutan berlangsung, maka mereka atau
ahli warisnya akan mendapatkan pembayaran santunan dari
penanggung (BUMN), yang jumlahnya telah ditetapkan oleh
undang-undang, jadi tujuan dari mengadakan asuransi sosial
26
Ibid, hlm. 13.
23
menurut undang-undang adalah untuk melindungi kepentingan
masyarakat, dan mereka yang terkena musibah diberi santuna
sejumlah uang.27
4. Manfaat Asuransi
Asuransi sebagai lembaga mempunyai peranan sangat besar baik
bagi masyarakat maupun bagi pembangunan. Adapun peranan tersebut
berupa manfaatnya yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Asuransi dapat memberikan rasa terjamin atau rasa aman dalam
menjalankan usaha. Hal ini terjadi karena seseorang akan terlepas
dari kekhawatiran akan tertimpa kerugian akibat terjadi peristiwa
yang tidak diharapkan, sebab jika walaupun tertimpa kerugian akan
mendapat ganti rugi dari perusahaan asuransi.
b. Asuransi dapat menaikkan efisiensi dan kegiatan perusahaan,
dengan memperalihkan risiko yang lebih besar kepada perusahaan
asuransi, perusahaan tersebut akan mencurahkan perhatian dan
pikirannya untuk peningkatan usahanya.
c. Asuransi cenderung kearah perkiraan penilaian biaya yang layak.
Dengan adanya perkiraan suatu risiko yang jumlahnya dapat dikira-
kira sebelumnya maka suatu perusahaan akan memperhitung
adanya ganti rugi dari asuransi dalam menilai biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan.
27
Ibid, hlm. 14-15.
24
d. Asuransi merupakan dasar pertimbangan dari pemberian suatu
kredit. Apabila seseorang tersebut meminjam kredit dibank, maka
bank tersebut biasanya akan meminta kepada debitur untuk
menutup asuransi benda yang dijamin.
e. Asuransi dapat mengurangi timbulnya kerugian-kerugian. Dengan
ditutupnya perjanjian asuransi, maka risiko yang mungkin akan
dialami oleh seseorang tersebut dapat ditutup oleh perusahaan
asuransi.28
f. Asuransi adalah alat untuk membentuk modal pendapatan atau
untuk harapan masa depan.
g. Asuransi merupakan alat pembangunan. Dalam hal ini premi yang
terkumpul oleh perusahaan asuransi dapat dipakai sebagai dana
investasi dalam pembangunan, bantuan kredit jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang, dan bagi usaha-usaha
pembangunan.
5. Jenis-jenis Asuransi
Menurut Dessy Danarti usaha asuransi dapat dibagi menjadi beberapa
jenis yaitu:29
a. Dari segi sifatnya:
1. Asuransi sosial atau asuransi wajib
Asuransi sosial adalah program asuransi wajib yang di
selenggarakan pemerintah berdasarkan undang-undang. Maksud
28 Man Suparman, dkk, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito,
Usaha Perasuransian, Bandung: Alumni, 1997, hlm. 70. 29
Dessy Danarti, Jurus Pintar Asuransi, Yogyakarta: Sigma, 2011, hlm. 42.
25
dan tujuan asuransi sosial adalah menyediakan jaminan bagi
masyarakat dan tidak bertujuan untuk mendapat keuntungan
komersil. Contoh : Askes, Taspen, Asbri dll.
2. Asuransi sukarela
Dalam asuransi sukarela ini tidak adanya paksaan bagi siapa pun
untuk menjadi anggota. Jadi setiap orang bebas memilih untuk
menjadi anggota atau tidak Contohnya seperti: PT Jasa
INDONESIA, PT Jiwasraya dll.
b. Dari segi objek dan bidang usahanya:
1. Asuransi Perorangan
Asuransi perorangan meliputi:30
a. Asuransi Jiwa, asuransi jiwa merupakan suatu bentuk kerja sama
antara orang-orang yang menghindarkan atau mengurangi risiko
yang diakibatkan oleh risiko kematian, risiko hari tua dan risiko
kecelakaan. Kerja sama dikoordinasi oleh perusahaan asuransi,
yang bekerja atas dasar hukum bilangan besar yang
menyebabkan risiko kepada orang yang mau bekerja sama.
b. Asuransi Kesehatan, asuransi kesehatan adalah sebuah jenis
produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan
atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh
sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada
30
Ibid, hlm. 43.
26
duajenis perawatan yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi
yaitu rawat inap dan rawat jalan.
c. Asuransi Dana Pensiun, adalah salah satu bentuk investasi untuk
menjamin hari tua. Memiliki asuransi sama halnya dengan
mengalihkan biaya yang harus kita keluarkan menjadi
tanggungan pihak asuransi.31
2. Asuransi Umum atau Kerugian
Asuransi kerugian terdiri dari berbagai jenis atau pertanggungan yaitu:
a. Asuransi Kebakaran (Fire Insurance)
b. Asuransi Paket Rumah Tangga (Home Insurance)
c. Asuransi Paket Toko (Shophause Insurance)
d. Asuransi Prorerty All Risk
e. Asuransi Gempa Bumi (Eartquake Insurance)
f. Asuransi Rekayasa (Engineering Insurance)
g. Asuransi Aneka (Miscellaneous)
h. Asuransi Pencurian (Burgery)
i. Asuransi Uang (Money Insurance)
j. Asuransi Kecelakaan (Personal Accident)
k. Asuransi Keluarga (Family Personal Accident)
l. Asuransi Kesehatan (Health Insurance)
m. Asuransi Perjalanan (Travel Insurance)
n. Asuransi Jaminan (Bonding/ Guarante)
31
M. Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi, Bandung: PT Alumni Bandung, 2004,
hlm. 41.
27
o. Jaminan Tender (Bid Bond)
p. Jaminan Uang Muka (Advance Payment Bond)
q. Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond)
r. Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond)32
3. Perusahaan Reasuransi Umum, perusahaan reasuransi umum
merupakan perusahaan asuransi yang bidang usahanya
menanggung risiko yang benar-benar terjadi dari pertanggungan
yang telah ditutup oleh perusahaan asuransi jiwa atau asuransi
kerugian.
4. Perusahaan Asuransi Sosial, perusahaan asuransi sosial
merupakan perusahaan asuransi yang bidang usahanya
menanggung risiko financial masyarakat kecil yang kurang
mampu. Perusahaan ini diselenggarakan oleh pemerintah,
contohnya: Perum Taspen, PT. Astek dan PT. Jasa Raharja.
B. Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kerja Wanita
A. Tinjauan Umum Tentang Klaim dan Tanggung Jawab Dalam Asuransi
1. Ketentuan Umum Tentang Klaim Dalam Asuransi
a. Pengertian Klaim dalam Asuransi
Klaim asuransi merupakan permintaan resmi kepada perusahaan
asuransi, untuk meminta pembayaran sesuai dalam ketentuan
perjanjian. Klaim asuransi yang diajukan akan ditinjau oleh
32
Ibid, hlm. 42.
28
perusahaan untuk validitasnya, yang kemudian akan dibayarkan
kepada pihak tertanggung dan kemudian disetujui.
Menurut Amrin Abdullah, klaim adalah pengajuan hak yang
dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung untuk mendapatkan
haknya yang berupa pertanggungan atas kerugian yang berdasarkan
perjanjian atau akad yang sudah dibuat.
Mengenai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa klaim adalah
tuntutan yang harus dipenuhi oleh penanggung kepada tertanggung sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati dalam polis asuransi. Polis
asuransi sendiri ialah sejumlah dana yang akan dibayarkan kepada
perusahaan asuransi pada setiap bulannya atau disebut dengan (premi).
b. Jenis-jenis Klaim Asuransi
Jenis-jenis klaim asuransi bermacam-macam dan pada umumnya
dibagi menjadi dua, yaitu:33
1. Klaim Wajar
Klaim wajar ialah klaim satu pihak menurut haknya dan sesuai
dengan kesepakatan atau sesuai dengan yang sudah ada di dalam
polis.
2. Klaim Tidak Wajar
Klaim tidak wajar ialah klaim yang terjadi apabila satu pihak sadar
bahwa telah mengingkari apa yang telah disepakati secara bersama-
sama.
33
Ramli, Rasmita, Manajemen Klaim, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999, hlm. 56.
29
c. Prosedur Pengajuan Klaim Asuransi
Dalam menentukan apakah perusahaan tersebut harus membayar atau
menolak suatu klaim, maka harus mengikuti prosedur penyelesaian
klaim dengan cara-cara sebagai berikut:34
1. Pemberitahuan Klaim
Apabila telah terjadi peristiwa yang membuat tertanggung mengalami
musibah, tertanggung atau pihak yang mewakilinya maka harus segera
melaporkan kepada penanggung. Laporan lisan maka harus dipertegas
dengan laporan tertulis. Pada tahap awal ini tertanggung akan
mendapatkan petunjuk lebih lanjut untuk mengenai apa yang harus
dilakukan oleh tertanggung, dan dokumen apa saja yang harus
dilengkapi oleh tertanggung. Dalam hal ini nasabah dapat
memberitahukan klaim secara personal kepada pengelola atau melalui
otoritas atas namanya seperti pengacara, broker, atau agen.
2. Bukti Klaim
Peserta yang mendapat musibah diminta untuk menyediakan fakta-
fakta yang utuh dan bukti-bukti yang diharuskan oleh perusahaan,
karena pada prakteknya masing-masing perusahaan mempunyai
kebijakan sendiri dalam menentukan dokumen mengenai bukti
klaim yang dibutuhkan. Dalam hal ini sangat penting bagi peserta
yang mendapat musibah untuk menyerahkan klaim tertulis dengan
melengkapi form permohonan klaim.
34
Handayani, Pengertian Premi Asuransi, Polis Asuransi, Klaim Asuransi Underwriting
Tertanggung, Djambatan: Bandung, 2001, hlm. 65.
30
3. Penyelidikan
Setelah melakukan laporan yang dilampiri dengan dokumen
pendukung diterima oleh penanggung, selanjutnya akan dilakukan
analisa administrasi. Misalnya, mengenai premi sudah dibayar atau
belum. Apabila tahap ini telah dilakukan, penanggung akan
memutuskan untuk segera melakukan survei lapangan.
4. Penyelesaian Klaim
Setelah terjadinya kesepakatan, mengenai jumlah penggantian sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Bahwa pembayaran klaim tidak
boleh melebihi 30 hari sejak terjadinya kesepakatan tersebut.
d. Tujuan Proses Klaim Asuransi
Administrasi klaim yang tepat, adil dan sopan. Menurut brown fokus
dan falsafah klaim pada semua perusahaan asuransi, sedangkan tujuan
prosesi klaim adalah :35
1) Klaim yang valid akan dibayarkan
2) Dalam melakukan klaim maka sebelum dibayarkan harus
mengidentifikasikan kemungkinan adanya kecurangan baik yang
disengaja (Froud) maupun yang tidak disengaja (abuse)
3) Sesuai dengan aturan pemerintah
4) Mencegah dan menghindari adanya tuntutan hukum
5) Berkoordinasi untuk keuntungan
6) Biaya klaim harus ada kontrol (claim cost).
35
Ibid, hlm. 66.
31
2. Ketentuan Umum Tentang Tanggung Jawab Dalam Asuransi
a. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia ialah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Yaitu berkewajiban
untuk menanggung, memikul tanggung jawab, menanggung segala
sesuatunya, dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab hukum
adalah kesadaran manusia mengenai tingkah laku atau perbuatan yang
disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab berarti sebagai
perwujudan atas kesadaran akan kewajiban.
Menurut Ridwan Halim, tanggung jawab hukum adalah sebagai
sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu
merupakan hak dan kewajiban atau pun kekuasaan.36 Secara umum
tanggung jawab hukum merupakan kewajiban untuk melakukan
sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu dan tidak menyimpang
dari peraturan yang telah ada.
b. Prinsip-prinsip Tanggung Jawab
Prinsip tanggung jawab merupakan suatu yang sangat penting
dalam hukum perjanjian asuransi. Dalam kasus pengajuan klaim
asuransi diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang
harus bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab yang
dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait.37
36
Ridwan Halim, Hukum Administrasi Negara Dalam Tanya Jawab, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1988, hlm. 23. 37
Shidarta, Perlindungan Konsumen, Jakarta: Grasindo, 2010, hlm 59.
32
Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat
dibedakan sebagai berikut:38
a. Prinsip Tanggung Jawab berdasarkan Unsur Kesalahan
Dalam KUHPerdata, khususnya pada Pasal 1365, Pasal 1366, dan
Pasal 1367. Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang baru dapat
dimintakan pertanggung jawabannya secara hukum jika ada unsur
kesalahan yang dilakukannya. Dalam Pasal 1365 KUHPerdata
yang dikenal sebagai Pasal tentang perbuatan melawan hukum,
mengharuskan terpenuhnya 4 (empat) unsur pokok, yaitu:
1. Adanya perbuatan.
2. Adanya unsur kesalahan.
3. Adanya kerugian yang diterima adanya hubungan kausalitas
antara kesalahan dan kerugian.
Kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum.
Tidak hanya bertentangan dengan undang-undang, tetapi juga
bertentangan dengan kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat.
Secara common sense, asas tanggung jawab ini dapat diterima
karena adil bagi orang yang berbuat salah untuk mengganti
kerugian bagi pihak korban.
Mengenai pembagian beban pembuktiannya, asas ini
mengikuti ketentuan Pasal 163 Herziene Indonesische Reglement
38
Abbas Salim, Op.Cit, hlm. 217.
33
(HIR) atau Pasal 283 Rechtsreglement Buitengewesten (Rbg) dan
Pasal 1865 KUH Perdata, yang dikatakan bahwa barang siapa
yang mengakui mempunyai suatu hak, maka harus membuktikan
adanya suatu hak atau peristiwa tersebut.
b. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab
(presumption of liability)
Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap
bertanggung jawab, sampai pada membuktikan ia tidak bersalah.
Jadi beban pembuktian ada pada tergugat. Dasar pemikiran dari
teori beban pembuktian merupakan seseorang yang dianggap
bersalah, sampai yang bersangkutan dapat membuktikan
sebaliknya. Hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum
praduga tidak bersalah (presumption of innocence) yang dikenal
dalam hukum.39 Jika teori ini digunakan, maka yang berkewajiban
untuk membuktikan kesalahan itu ada pada pihak pelaku usaha
yang digugat. Tergugat ini harus menghadirkan bukti-bukti bahwa
dirinya tidak bersalah.
c. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (strict liability)
Prinsip tanggung jawab ini sering diidentikan dengan prinsip
tanggung jawab absolut (absolute liability). Demikian ada juga para
ahli yang membedakan kedua terminologi diatas. Strict liability
merupakan prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan
39
Ibid, hlm. 218.
34
tidak sebagai faktor yang menentukan. Tetapi, ada pengecualian-
pengecualian yang dapat memungkinkan untuk dibebaskan dari
tanggung jawab, misalnya keadaan force majeur. Absolute liability
merupakan prinsip tanggung jawab tanpa adanya kesalahan dan
tidak ada pengecualian. Prinsip tanggungjawab ini diterapkan karena
konsumen tidak dalam posisi menguntungkan, untuk membuktikan
adanya kesalahan dalam suatu proses produksi dan distribusi yang
kompleks, produsen lebih dapat mengantisipasi jika sewaktu-waktu
ada gugatan atas kesalahannya, misalnya dengan asuransi atau
menambah biaya tertentu pada harga produknya.
Asas ini dapat memaksa produsen untuk lebih berhati-hati.
Asuransi ini merupakan transaksi pertanggungan yang melibatkan
dua pihak yaitu tertanggung dan penanggung.40
Penanggung
menjamin pihak tertanggung bahwa ia akan mendapatkan
penggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan diderita.
Bahwa dalam hukum perdata tanggung jawab perusahaan
asuransi terhadap tertanggung merupakan bentuk prinsip praduga
untuk selalu bertanggung jawab karena disini yang diperintahkan
untuk membuktikan adanya klaim asuransi atau kebenaran ialah
asuransi pada pihak tertanggung yang memohonkan.
40
Soesno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Resiko Dan Asuransi, Jakarta:
Salemba Empat, 2003, hlm.73.
35
C. Tinjauan Umum Tentang_Asuransi Kendaraan Bermotor
1. Pengertian Asuransi Kendaraan Bermotor
Asuransi kendaraan bermotor merupakan asuransi kerugian yang
tidak mendapat pengaturan khusus dalam KUHD. Perjanjian asuransi
kendaraan bermotor timbul karena adanya kebutuhan manusia, untuk
mengalihkan risiko yang dapat merugikan, baik bagi dirinya, keluarganya
maupun harta kekayaannya.41
Risiko kecelakaan yang mungkin terjadi dan menimpa kendaraan
bermotor bisa berasal dari luar maupun dalam. Berasal dari luar misalnya
ditabrak oleh kendaraan lain, dirusak atau dibakar oleh orang, karena
banjir, topan badai dan sebagainya. Bersumber dari dalam karena
kesalahan, kelalaian, atau kesengajaan pengemudi, misalnya menabrak
kendaraan lain, menabrak orang, menabrak rumah penduduk, jatuh
kejurang, terbakar dan lain-lain. Risiko-risiko tersebut hanya dapat
menimbulkan kerugian financial tetapi juga terhadap tanggung jawab
pihak lain yang dirugikan.42
Asuransi Kendaraan Bermotor ialah salah satu jenis asuransi
kerugian yang memberikan pertanggungan atas kerugian atau
berkurangnya nilai secara finansial atas obyek pertanggungan kendaraan
bermotor yang disebabkan karena menabrak, ditabrak, dicuri, terbakar, dan
tergelincir. Secara spesifik dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan
41 B, Erlina, 2010, Klaim Ganti Rugi dalam Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor
Jurnal ilmiah hukum, Vol. 5 No. 2 42
Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan yang lahir dari perjanjian
Asuransi dan dari Undang-Undang), Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm. 53.
36
(PMK) No. 01/PMK.010/2011 Tentang Penyelenggaraan Pertanggungan
Asuransi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor. Dalam Pasal 1
ayat (2): Asuransi Kendaraan Bermotor adalah produk asuransi kerugian
yang melindungi tertanggung dari resiko kerugian yang mungkin timbul
sehubungan dengan kepemilikan dan pemakaian kendaraan bermotor.
Secara garis besar, jenis-jenis pertanggungan Asuransi Kendaraan
Bermotor terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:43
1. Comprehensive/All Risk (Kerugian Gabungan) memberikan jaminan
terhadap:
a. Kerugian atau kerusakan atas kendaraan bermotor yang
diasuransikan karena tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari
jalan.
b. Kerugian keuangan/kerusakan kendaraan bermotor karena
perbuatan jahat orang-orang terkecuali oleh keluarga sendiri atau
orang yang bekerja dengan tertanggung atau membawa kendaraan
tersebut seizin tertanggung.
c. Kebakaran yang diakibatkan oleh api yang muncul dari dalam
kendaraan maupun dari luar kendaraan.
d. Pencurian, termasuk pencurian yang dilakukan dengan kekerasan.
e. Sambaran petir.
2. Total Loss Only (TLO) menjamin kerugian kendaraan yang
diasuransikan baik karena kecelakaan, kebakaran, maupun
43
Ronny Hanitijo Sumitra, Asuransi Kendaraan bermotor, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1998, hlm. 18.
37
pencurian, dimana kerugian tersebut memenuhi salah satu syarat
berikut:
a. Akibat kecelakaan atau kebakaran, dimana biaya kerugian atau
kerusakan mencapai 75% atau lebih dari harga kendaraan.
b. Akibat pencurian, apabila dalam batas waktu 60 hari kendaraan
tersebut belum diketemukan.
c. Resiko sendiri, untuk resiko kecelakaan dan pencurian berlaku
jumlah yang tercantum dalam polis.44
Perbedaan keduanya adalah bahwa pada jenis pertanggungan Total
Loss Only (TLO), penanggung baru akan membayar kerugian apabila nilai
kerugian yang diakibatkan oleh resiko yang dijamin melebihi 75% dari
harga pertanggungan yang disepakati di awal. Sedangkan pada jaminan
Comprehensive (all risk), tertanggung dapat mengajukan klaim untuk
kerusakan akibat resiko yang dijamin berapapun nilai kerugian yang
terjadi, sepanjang tidak melebihi harga pertanggungan.
2. Asuransi Kepentingan Pihak Ketiga
Menurut ketentuan dalam Pasal 250 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang, bahwa kepentingan itu harus sudah ada pada saat diadakan
asuransi. Apabila pada saat membuat perjanjian asuransi tertanggung tidak
mempunyai kepentingan, kemudian terjadi peristiwa yang menimbulkan
kerugian, penanggung tidak berkewajiban membayar klaim ganti
44
Ibid, hlm. 19.
38
kerugian.45 Ketentuan dalam Pasal 250 KUHD ditujukan kepada
tertanggung sebagai suatu isyarat bahwa pada waktu mengadakan asuransi,
tertanggung perlu menyatakan dengan tegas dan menyatakan jelas apa
kepentingannya mengadakan asuransi tersebut. Dengan adanya
kepentingan tersebut, maka sejumlah premi dapat dibayar sehingga
asuransi berjalan. Jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian,
tertanggung yang berkepentingan berhak mengklaim pembayaran ganti
kerugian dari penanggung.
Bahwa setiap orang yang mengadakan asuransi pasti memiliki suatu
kepentingan, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi pihak ketiga.
Perjanjian pertanggungan selain dilakukan oleh orang yang
berkepentingan sendiri, perjanjian pertanggungan juga dapat dilakukan
oleh orang yang bertindak atas nama orang yang mempunyai kepentingan,
dimana sering disebut dengan pertanggungan untuk kepentingan pihak
ketiga. Mengenai pertanggungan oleh pihak ketiga ini diatur dalam Pasal
264 KUHD, dimana dalam Pasal tersebut dikatakan bahwa suatu
pertanggungan itu tidak saja dapat ditutup atas tanggungan sendiri, tetapi
dapat juga atas tanggungan pihak ketiga, baik berdasarkan atas kuasa
umum atau khusus, maupun diluar pengetahuan yang berkepentingan, hal
yang demikian harus diindahkan pada ketentuan-ketentuan berikut, yaitu
Pasal 265, 266 dan Pasal 267 KUHD.46
45
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta: PT. Intermasa, 1979,
hlm. 56. 46
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
39
Dari ketentuan Pasal tersebut di atas, bahwa pertanggungan oleh
pihak ketiga ini dapat dilakukan baik atas perintah yang berupa pemberian
kuasa baik secara umum ataupun khusus atau tanpa perintah dapat saja
terjadi dengan sepengetahuan dan persetujuan, namun perjanjian
pertanggungan oleh pihak ketiga ini tidak lepas dari kepentingan para
pihak.
3. Para Pihak Asuransi Kendaraan Bermotor
a. Penanggung
Penanggung adalah orang yang memiliki hak untuk menuntut
pembayaran premi kepada tertanggung, meminta keterangan yang benar
dan lengkap kepada tertanggung yang berkaitan dengan objek asuransi.
Kewajiban penanggung memberikan ganti kerugian atau memberikan
sejumlah uang kepada tertanggung, dan mengembalikan premi kepada
tertanggung jika asuransi batal atau gugur.47
Penanggung dalam asuransi kendaraan bermotor ialah pihak
perusahaan asuransi yang mengikatkan diri dengan tertanggung untuk
memberikan ganti rugi terhadap kerugian dan kerusakan pada
kendaraan bermotor atau kepentingan yang dipertanggungkan.
b. Tertanggung
Tertanggung adalah orang yang memiliki hak untuk meminta ganti
kerugian kepada penanggung apabila terjadi evenemen, sedangkan
kewajiban tertanggung adalah membayar premi kepada penanggung,
47
M. Suparman Sastrawidjaja, Op.Cit, hlm. 21.
40
memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai
objek yang di asuransikan, mengusahakan atau mencegah agar
peristiwa yang dapat terjadi menimbulkan kerugian terhadap objek
yang di asuransikan tidak terjadi atau dapat dihindari.48 Tertanggung
disini ialah berstatus sebagai pemilik atau pihak yang berkepentingan
atas harta yang diasuransikan, dalam asuransi kendaraan bermotor yang
menjadi tertanggung adalah perorangan, atau badan hukum yang
memiliki kepentingan keuangan atas kendaraan bermotor miliknya dan
mengikatkan diri dengan penanggung untuk mendapatkan perlindungan
atas kendaraan bermotor tersebut.
c. Pemegang polis
Pihak yang mengasuransikan atau membeli produk asuransi
kendaraan bermotor maka dan pemegang polis dapat menentukan jenis
asuransi apa yang akan dipilih dan kebijakan yang dilakukan dan dibuat
dengan penanggung berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh kedua
belah pihak, yang kemudian disebut polis asuransi kendaraan bermotor.
4. Objek Asuransi Kendaraan Bermotor
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 25 UU Nomor 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan objek
asuransi adalah jiwa, raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum,
48
Ibid, hlm 22.
41
benda, jasa, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak,
rugi, atau berkurang nilainya.49
Objek asuransi ialah dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang
melekat pada benda dan sejumlah uang yang disebut dengan premi atau
ganti kerugian. Dalam Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor
Indonesia (PSAKBI) menyebutkan bahwa kendaraan bermotor adalah
kendaraan yang digerakan oleh peralatan tehnik yang berada pada
kendaraan tersebut, dan tidak termasuk kendaraan yang sedang berjalan
diatas rel. Melalui objek asuransi tersebut ada tujuan yang ingin dicapai
oleh para pihak. Penanggung bertujuan untuk memperoleh pembayaran
sejumlah premi sebagai imbalan pengalihan resiko. Sedangkan
tertanggung bertujuan bebas dari resiko dan memperoleh penggantian
apabila jika timbul kerugian atas harta miliknya.
5. Risiko dan Evenemen Kecelakaan Kendaraan Bermotor
1. Risiko
Risiko adalah beban kerugian yang mengancam benda
pertanggungan yang diakibatkan karena terjadinya suatu peristiwa
diluar kesalahan.50 Pada asuransi kendaraan bermotor dikenal sebagai
istilah risiko sendiri (Own Risk) yang artinya besarnya risiko yang
ditanggung oleh tertanggung apabila terjadi evenemen yang
menimbulkan kerugian. Hal ini agar tertanggung lebih berhati-hati
dalam berkendara.
49
Lihat Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. 50 Abdul R Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Jakarta: Edisi 4 Kencana, 2014,
hlm. 184.
42
Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat digunakan
oleh masyarakat dalam melaksanakan kebutuhan. Walaupun alat
transportasi memenuhi persyaratan tehnis yang telah dinyatakan layak
jalan, namun bahaya selama berkendara tetap selalu ada dan dapat
mengancam keselamatan bagi pengendara. Bahaya-bahaya yang mungkin
akan terjadi saat dalam berkendara melalui jalan raya ini adalah kecelakaan
lalu lintas jalan, yang akibatnya dapat merugikan orang yang
berkepentingan dalam berkendara tersebut.
Bahaya kecelakaan kendaraan bermotor tersebut sifatnya tidak terduga
dan tidak dapat diperhitungkan terlebih dahulu. Oleh Karena itu pihak
tertanggung dapat mengatasi kemungkinan akan terjadinya kerugian akibat
kecelakaan lalu lintas jalan, yaitu dengan mengadakan perjanjian asuransi.
Perjanjian asuransi yaitu mengalihkan risiko kerugian, dengan membayar
sejumlah premi. Setelah terjadi adanya kesepakatan mengenai perjanjian
asuransi kendaraan bermotor tersebut antara pihak penanggung dan pihak
tertanggung.51
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa risiko adalah
kerugian yang tidak pasti yang menimpa tertanggung yang sifatnya
tidak terduga dan tidak dapat diperhitungkan terlebih dahulu. Mengenai
hal ini, risiko mempunyai dua unsur yaitu ketidakpastian dan kerugian.
51
Ibid, hlm. 185.
43
Oleh karena itu apapun yang dapat menyebabkan kerugian disebut
sebagai risiko.
2. Evenemen
Evenemen ialah yang berarti peristiwa tidak pasti, dalam bahasa
inggris disebut dengan fortuitous event. Evenemen atau peristiwa tidak
pasti adalah peristiwa yang dimana asuransi diadakan, tidak dapat
dipastikan terjadi tidak diharapkan terjadi. Evenemen adalah peristiwa
yang tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun sudah pasti terjadi,
saat terjadinya itu tidak dapat ditentukan dan juga tidak dapat
diharapkan akan terjadi, apabila jika terjadi akan mengakibatkan
kerugian. Sebelum terjadinya peristiwa penyebab timbulnya kerugian,
bahwa selama itu bahaya yang mengancam objek asuransi disebut
risiko. Apabila sungguh- sungguh terjadi, maka berubah menjadi
evenemen. Dalam hal ini, risiko yang menjadi beban bagi penanggung
berubah menjadi kerugian yang wajib diganti oleh penanggung.
Mengenai jenis-jenis kecelakaan kendaraan bermotor yang
ditanggung oleh penanggung ini bahwa dijelaskan didalam polis. Hal
ini sesuai dengan ketentuan Pasal 256 KUHD tentang isi polis, yaitu
salah satunya harus memuat bahaya-bahaya atau evenemen yang
ditanggung oleh penanggung, sehingga jelas sampai dimana batas
tanggung jawab penanggung terhadap bahaya (evenemen) yang telah
dicantumkan di dalam polis.52
52
Ibid, hlm. 186.
44
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa evenemen adalah
suatu peristiwa terhadap mana benda itu diasuransikan. Peristiwa
tersebut tidak dapat diketahui sebelumnya dan tidak diharapkan
terjadinya. Selama belum terjadi bahaya yang mengancam ini disebut
risiko. Evenemen harus merupakan sebab langsung dari kerugian
tertanggung. Hubungan antara evenemen dengan kerugian itu harus
kausal (hubungan sebab akibat). Dengan terjadinya evenemen, maka
timbul kewajiban kepada penanggung untuk mengganti kerugian
kepada tertanggung. Kerugian yang harus diganti oleh penanggung itu
adalah kerugian yang benar-benar diderita langsung oleh tertanggung
mengenai kecelakaan kendaraan bermotor.
6. Premi Asuransi Kendaraan Bermotor
Penanggung menerima pengalihan risiko dari tertanggung dan
tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Agar risiko
beralih kepada penanggung, maka tertanggung harus membayar uang
premi lebih dahulu, kecuali apabila diperjanjikan lain. Jika premi tidak
dibayar dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja terhitung mulai tanggal
permulaan asuransi atau tanggal perpanjangan asuransi, maka berlakunya
asuransi ditunda oleh penanggung tanpa pemberitahuan lebih dahulu.53
Jika sewaktu-waktu terjadi suatu kerugian atau kerusakan atas
kendaraan bermotor yang diasuransikan, tertanggung tidak berhak atas
suatu penggantian kerugian. Penundaan tersebut akan berakhir 24 (dua
53
Nitisusastro, Mulyadi, Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia, Bandung:
Alphabeta, 2013, hlm. 63.
45
puluh empat) jam sesudah premi diterima oleh penanggung atau asuransi
batal demi hukum. Apabila premi tidak dibayar setelah lewat 90 (sembilan
puluh) hari kalender terhitung mulai tanggal berlakunya asuransi.
7. Kerugian dan Ganti Rugi Asuransi Kendaraan Bermotor
1. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam perasuransian biasanya dinyatakan
dalam bentuk kerugian ekonomi dan besarnya dinilai dalam satuan mata
uang, meskipun dampak kerugian yang ditimbulkan oleh terjadinya
risiko bisa menimpa harta benda dan jiwa manusia, namun hakim
pengadilan biasanya menjatuhkan keputusannya ke dalam kerugian
ekonomi dan menyatakan besarnya dalam satuan mata uang.54
Jika kendaraan bermotor yang diasuransikan pada saat terjadinya
kerugian atau kerusakan oleh suatu bahaya yang ditanggung dalam
asuransi kendaraan bermotor ini, dan harga sebenarnya kendaraan
tersebut lebih besar dari pada harga asuransi, maka penanggung akan
menggantinya menurut hitungan dari bagian yang diasuransikan
terhadap bagian yang tidak diasuransikan. Kerugian ini disebut sebagai
kerugian sebagian (partial loss) dan asuransi ini disebut sebagai
asuransi dibawah harga (under insurance). Selain itu, ada pula yang
disebut kerugian total (total loss). Kerugian total adalah kerusakan atau
kerugian yang biaya perbaikannya diperkirakan sama dengan atau lebih
dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari harga sebenarnya kendaraan
54
Ibid, hlm. 64.
46
bermotor tersebut bila diperbaiki atau hilang karena dicuri dan tidak
ditemukan dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak terjadinya
pencurian atas kendaraan bermotor yang diasuransikan tersebut.
2. Ganti Rugi
Ganti rugi merupakan kompensasi yang harus dibayarkan oleh
pelanggar terhadap kerugian yang timbul akibat tindakan yang
dilakukannya. Pengertian ganti rugi dapat dibedakan ke dalam beberapa
kategori, yaitu:55
a. Ganti rugi nominal, yaitu ganti rugi berupa pemberian sejumlah
uang, meskipun kerugian sebenarnya tidak bisa dihitung dengan
uang, maka bahkan bisa jadi tidak ada kerugian material sama
sekali.
b. Ganti rugi penghukuman (punitive damages) yaitu suatu ganti
rugi dalam jumlah besar yang melebihi dari jumlah kerugian yang
sebenarnya, ganti rugi itu dimaksudkan sebagai hukuman bagi si
pelaku.
c. Ganti rugi aktual (actual damages) yaitu kerugian yang benar-
benar diderita secara aktual dan dapat dihitung dengan mudah
sampai kenilai rupiah.
d. Ganti rugi campuran (remedy meddling) yaitu suatu variasi dari
berbagai taktik dimana pihak kreditur berusaha untuk
memperbesar haknya jika pihak debitur wanprestasi dan
55
H. Mashudi & Moch. Chidir Ali, Hukum Asuransi, Bandung: Mandar Maju, 1998, hlm.
59.
47
mengurangi atau menghapuskan kewajibannya jika digugat oleh
pihak lain dalam kontrak tersebut.