BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf ·...

25
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak pidana Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam Undang-undang melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang yang mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan pandangan normatif mengenai kesalahan yang telah dilakukan orang tersebut. 10 Tindak pidana merupakan hasil terjemahan dari kata strafbaarfeit. Strafbaarfeit berasal dari bahasa belanda yang kemudian oleh banyak pakar telah diberikan bermacam-macam pengertian atau definisi yang berbeda-beda meskipun maksudnya mengandung makna yang sama. 11 Strafbaar feir, terdiri dari 3 kata, yakni straf, baar dan feir. Dari tiga istilah yang digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feir itu, ternyata straf diterjemahkan dengan pidana dan hukum. Perkataan baar 10 Andi Hamzah. 2001. Bunga rampai hukum pidana dan acara pidana. Ghalia Indonesia Jakarta. hlm 20. 11 Adami Chazawi. 2005. Pelajaran Hukum Pidana bagian 1, Stelsel pidana, tindak pidana, teori-teori pemidanaan, dan batasan berlakunya hukum pidana. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. hlm 69.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak pidana

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam

Undang-undang melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan

dengan kesalahan. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan

mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut dengan pidana apabila ia

mempunyai kesalahan, seseorang yang mempunyai kesalahan apabila pada

waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan

pandangan normatif mengenai kesalahan yang telah dilakukan orang

tersebut.10

Tindak pidana merupakan hasil terjemahan dari kata strafbaarfeit.

Strafbaarfeit berasal dari bahasa belanda yang kemudian oleh banyak

pakar telah diberikan bermacam-macam pengertian atau definisi yang

berbeda-beda meskipun maksudnya mengandung makna yang sama.11

Strafbaar feir, terdiri dari 3 kata, yakni straf, baar dan feir. Dari tiga

istilah yang digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feir itu, ternyata

straf diterjemahkan dengan pidana dan hukum. Perkataan baar

10 Andi Hamzah. 2001. Bunga rampai hukum pidana dan acara pidana. Ghalia Indonesia

Jakarta. hlm 20.

11

Adami Chazawi. 2005. Pelajaran Hukum Pidana bagian 1, Stelsel pidana, tindak pidana,

teori-teori pemidanaan, dan batasan berlakunya hukum pidana. Jakarta. PT Raja Grafindo

Persada. hlm 69.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

19

diterjemahkan dengan dapat dan boleh. Sementara itu, untuk kata feir

diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.12

Menurut Moeljatno, hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan

hukum yang berlaku diseluruh negara, yang mengadakan dasar-dasar dan

aturan-aturan untuk :

a. Menentukan mana perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan,

yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana

tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut.

b. Menetukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah

melanggar larangan-larangan itu dapat dilakukan atau dijatuhi pidana

sebagaimana yang telah diancamkan.

c. Menentukan dengan cara bagaimana pidana itu dapat dilaksanakan

apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.13

Terkait dengan persoalan ini, Moeljatno juga menyatakan, bahwa dua

hal yang sangat penting dalam hukum pidana adalah syarat-syarat untuk

memungkinkan penjatuhan pidana dan pidana. Apabila yang pertama itu

diperinci lebih lanjut, maka dapat dikatakan, bahwa dalam hukum,

(maksudnya hukum pidana, pen) ada tiga pokok persoalan: pertama,

tentang perbuatan yang dilarang (koersif dari penulis), kedua, orang yang

melanggar larangan itu, dan ketiga, tentang pidana yang diancamkan

kepada si pelanggar itu.

Dengan demikian, terdapat tiga masalah pokok yang menjadi masalah

sentral dalam hukum pidana, yaitu masalah tindak pidana, kesalahan dan

pidana.

12 Ibid. hlm 69.

13

Tongat, SH., M.Hum. 2012. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia dalam perspektif

pembaharuan. Universiatas Muhammadiyah Malang Perss. hlm 13

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

20

Dalam hal ini, Tongat mengatakan penggunaan berbagai istilah

tersebut pada hakekatnya tidak menjadi persoalan, sepanjang

penggunaannya disesuaikan dengan konteksnya dan dipahami maknanya,

karna dalam penulisan beliau berbagai istilah tersebut digunakan secara

bergantian bahkan dalam konteks yang lain juga digunakan istilah

kejahatan untuk menunjukan maksud yang sama.

2. Unsur-unsur tindak pidana

Sebelum mengetahui unsur-unsur tindak pidana perlu diberikan

penjelasan yang sangat memadai karena penjelasan ini dapat dikatakan sangat

perlu untuk mengetahui kapan suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tindak

pidana atau tidak. Dengan demikian dapat diberikan suatu batasan terhadap

suatu perbuatan yang dapat disebut sebagai tindak pidana.

Menurut Moeljatno perbuatan pidana adalah perbuatan yang diancam

dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut, maka

untuk terjadinya perbuatan atau tindak pidana harus dipenuhi unsur:

a. Adanya perbuatan manusia

b. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (hal ini merupakan

syarat formil, terkait dengan berlakunya pasal 1 (1) KUHP)

c. Bersifat melawan hukum (hal ini merupakan syarat materiil dan

fungsinya yang negatif).14

Setelah mengetahui definisi mengenai tindak pidana maka di dalam

tindak pidana itu sendiri terdapat unsur-unsur tindak pidana yaitu unsur

obyektif dan subyektif yaitu:

14 Ibid. hlm 97

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

21

1. Unsur obyektif adalah unsure yang terdapat diluar pelaku (dader) yang

dapat berupa ;

a. Perbuatan, baik dalam arti berbuat maupun dalam arti tidak berbuat;

b. Akibat, yang menjadi syarat mutlak dalam tindak pidana materiil;

c. Keadaan atau masalah-masalah tertentu dilarang dan diancam oleh

undang-undang.15

2. Unsur yang kedua merupakan unsur subektif. Unsur subyektif yaitu

unsur yang terdapat pada diri pelaku. Unsur subyektif berupa:

a. Hal yang dapat dipertanggungjawabkan seseorang terhadap

perbuatan yang telah dilakukan (kemampuan bertanggungjawab)

b. Kesalahan atau schuld berkaitan dengan masalah kemampuan

bertanggungjawab diatas, persoalannya kapan seseorang dikatakan

mampu bertanggungjawab. Seseorang dapat dikatakan bertanggung

jawab apabila pada diri orang itu memenuhi tiga syarat yaitu:16

1) Keadaan jiwa seseorang adalah sedemikian rupa, sehingga ia

dapat mengerti akan nilai perbuatannya dan karena juga mengerti

akan akibat perbuatannya itu.

2) Keadaan jiwa seseorang itu sedemikian rupa, sehingga ia dapat

menentukan kehendaknya terhadap perbuatan yang ia lakukan.

3) Seseorang itu harus sadar perbuatan maa yang tidak dilarang oleh

undang-undang.17

3. Jenis-jenis Tindak Pidana

Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP kita terbagi atas

kejahatan dan pelanggaran. Pembagian dalam dua jenis ini, tidak

15 P.A.F Lamintang dan Djisman Samosir, 1981, Delik-delik Khusus kejahatan yang ditujukan

Terdapat Hak Milik, Tarsito, Bandung, hlm. 25 dalam Tongat, 2002, Hukum Pidana Materiil,

Umm Press, Malang, hlm 4.

16

Ibid.

17

Ibid.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

22

ditentukan dengan nyata-nyata dalam suatu pasal KUHP tetapi sudah

dianggap demikian adanya, dan ternyata antara lain dari pasal 4, 5, 39, 45

dan 53 buku I. Buku II melulu tentang kejahatan dan Buku III tentang

Pelanggaran.18

a. Tindak Pidana Umum

Tindak pidana umum ini adalah suatu perbuatan pidana yang

pengaruhnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP) yang terdiri dari :

1) Kejahatan

Kejahatan adalah perbuatan yang melanggar dan bertentangan

dengan apa yang ditentukan dalam kaedah. Dengan kata lain, yaitu

perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaedah

hukum dan tidak memenuhi atau melawan perintah yang ditetapkan

dalam kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Berdasarkan definisi di atas, pada dasarnya kejahatan adalah suatu

bentuk perbuatan dan tingkah laku yang melanggar hukum dan

undang-undang lain serta melanggar norma sosial sehingga

masyarakat menentangnya.19

2) Pelanggaran

KUHP mengatur tentang pelanggaran dari pasal 489-569 Bab I,

pelanggaran adalah perbuatan-perbuatan yang sifat hukumnya baru

dapat di ketahui setelah ada wet yang mentang demikian.20

Jonkers membedakan kejahatan dan pelanggaran, pembunuhan,

pencurian penganiayaan, dan peristiwa-peristiwa semacam itu

merupakan kejahatan (rechtsdelicten) karena terpisah dari aturan pidana

18 Prof. Moeljatno, S.H. 2006. Asas-asas hukum pidana. Penerbit : RINEKA CIPTA. Jakarta.

hlm 78

19

M. Ali Zaidan. 2016. Kebijakan kriminal. Sinar Grafik. Jakarta. hlm 56

20

Ibid. hlm 57

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

23

yang tegas, dirasakan sebagai perbuatan yang tidak adil. Sedangkan,

peristiwa seperti : bersepeda di atas di atas jalan yang dilarang,

berkendara tampa lampu atau kejurusan yang dilarang merupakan

kejahatan undang-undang/pelanggaran (wetsdelicten), karena oleh

undang-undang diancam dengan pidana.

b. Tindak pidana Khusus

Tindak pidana khusus adalah suatu perbuatan pidana yang diatur di

luar Kitab Undang-undang Hukum Pidana dasar pemberlakuan pidana

khusus adalah KUHP diluar dalam pasal 103 yaitu : ketentuan Bab I

sampai dengan Bab IV buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan

yang oleh ketentuan perundang-undang lainnya diancam dengan pidana

kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain.

Tindak pidana khusus maksudnya ditinjau dari peraturan yang menurut

undang-undang bersifat khusus baik jenis pidnanya, penyelesaiannya,

sanksinya bahkan huku acaranya sebagai diatur secara khusus dalam

undang-undang tersebut dan secara umum tetap berpedoman pada Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

KUHP sebagai induk atau sumber utama hukum pidana telah

merinci jenis-jenis pidana, sebagaimana dirumuskan dalam pasal 10

KUHP yaitu:

a. Pidana pokok :

1. Pidana mati;

2. Pidana penjara;

3. Pidana kurungan;

4. Pidana denda;

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

24

b. Pidana tabahan :

1. Pidana pencabutan hak-hak tertentu

2. Pidana perampasan

3. Pidana pengumuman keputusan hakim.21

Stelse pidana Indonesia berdasarkan KUHP mengelompokan jenis-

jenis pidana ke dalam pidana pokok dan pidana tambahan. Adapun

perbedaaan antara jenis-jenis pidana pokok dengan jenis pidana

tambahan sebagai berikut :

1. Penjatuhan salah satu jenis pidana pokok bersifat keharusan

(imperatife), sedangkan penjatuhan pidana tambahan bersifat

fakultatif.

2. Penjatuhan pidana pokok tidak harus dengan demikian menjatuhkan

jenis pidana tambahan (berdiri sendiri), tetapi menjatuhkan jenis

pidana tambahan tidak boleh tanpa dengan menjatuhkan jenis pidana

pokok.

3. Jenis pidana pokok yang dijatuhkan, bila telah mempunyai kekuatan

hukum tetap (in kracht van gewijsde zaak) diperlukan suatu tindakan

pelaksaan (executive).22

4.

A.4 Pertanggung Jawaban Pidana

Pengertian pertanggungjawaban menurut kamus bahasa Indonesia

adalah perbuatan, pertanggungjawaban, suatu yang bertanggung jawabkan.

Pengertian pidana menurut bahasa Indonesia adalah kejahatan tentang

pembunuhan, perampokan, korupsi dan sebagainya. Kemudian, pengertian

pertanggungjawaban pidana menurut kamus bahasa indonesia adalah suatu

perbuatan yang wajib dipertanggungjawabkan oleh pelaku pidana.23

Pertanggungjawaban pidana mengandung asas kesalahan (asas

culpabilitas), yang didasarkan pada keseimbangan monodualistik bahwa

21 Muhammad Andri Fauzan Kubis. 2013. Pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku

tindak pidana penistaan agama melalui jejaring sosial dikaitkan dengan undang-undang No 11

Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik. Jurnal. Dapartemen hukum pidana. hlm 35

22

Ibid. hlm 36

23

Kamus besar bahasa Indonesia. 1999. hlm 122

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

25

asas kesalahan yang didasarkan pada nilai keadilan harus disejajarkan

berpasangan dengan asas legalitas yang didasarkan pada nilai kepastian.

Walaupun konsep berprinsip bahwa pertanggungjawaban pidana

berdasarkan kesalahan, namun dalam beberapa hal tidak menutup

kemungkinan adanya pertanggungjawaban pengganti (vicarious liability)

dan pertanggungjawaban yang ketat (strict liability). Masalah kesesatan

(error) baik kesesatan mengenai keadaannya (error facti) atau kesesatan

mengenai hukumnya sesuai dengan konsep merupakan salah satu alasan

pemaaf sehingga pelaku tidak dipidana kecuali kesesatannya itu patut

dipersalahkan kepadanya.24

Selanjutnya dalam hukum pidana tidak semua orang yang telah

melakukan tindak pidana dapat dipidana, pada hal terkait dengan alasan

pembenar dan pemaaf. Alasan pemaaf yaitu suatu alasan tidak dapat

dipidananya seseorang dikarenakan keadaan orang tersebut secara hukum

dimaafkan. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 44, 48 dan 49 ayat (1) KUHP.

Selain hal diatas, juga alasan pembenar yaitu tidak dapat dipidananya

seseorang yang telah melakukan tindak pidana dikarenakan ada undang-

undang yang mengatur bahwa perbuatan tersebut sebenarnya. Hal ini dapat

dilihat dalam pasal 48, 49 ayat (1), 50 dan 51 KUHP.

Pasal 44 KUHP :

a. Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungkan

kepadanya karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu

karena penyakit, tidak dipidana.

24 barda Nawawi Arief. 2001. Masalah penegakan hukum dan kebijakan penanggulangan

kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. hlm 23

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

26

b. Jika ternyata perbuatanya itu tidak dapat dipertanggungkan kepada

pelakunya karena pertumbuhan jiwanya cacat atau terganggu karena

penyakit, maka hakim dapat memerintahkan supaya orang itu

dimasukan kerumah sakit jiwa, paling lama satu tahun sebagai

percobaan.

c. Ketentuan dalam ayat (2) berlaku hanya bagi Mahkama Agung,

Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

Pasal 48 :

Barangsiapa melakukan perbuatan kerena pengaruh daya paksa, tidak

dipidana.

Pasal 49 ayat (1) KUHP :

a. Tidak dipidana, barangsiapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa

untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan atau harta

benda sendiri maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman

serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum.

b. Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan

oleh keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancama

serangan itu, tidak boleh dipidana.

Pasal 50 KUHP :

Barangsiapa yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan

undang-undang, tidak boleh dipidana.

Pasal 51 KUHP :

a. Barangsiapa yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah

jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana.

b. Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan hapusnya pidana,

kecuali yang diperintah diberi wewenang dan pelaksaannya termasuk

dalam lingkungan pekerjaannya.

B. Jenis-jenis Obat berbahaya

Kesehatan adalah hak setiap warga negara, di Indonesia sendiri negara

menjamin setiap warga negaranya untuk mendapatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang layak sebagaimana didalam pasal 34 ayat (3) Undang-undang

Dasar Tahun 1945 yang berbunyi : “Negara bertanggung jawab atas

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang

layak”.25

Yang dimaksud dengan obat-obat berbahaya adalah berbagai macam

jenis obat yang diproduksi untuk keperluan dunia medis untuk pengobatan.

25 Rio Irnanda. Jurnal. 2015. Kebijakan formulasi terhadap pengguna pil Doubel L

(Triheksifenidil HCL) dalam rangka upaya pencegahan pengguna pil Doubel L. hlm 3

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

27

Karena daya kerjanya obat-obat tersebut sangatlah keras, sehingga

penggunaannya pun harus melalui resep dokter. Obat-obat dimaksud jika

disalahgunakan akan berpengaruh dan merusak psikis maupun fisik dari si

pemakai dan mengakibatkan ketergantungan sebagai mana narkotika lainnya.

Sedangkan zat-zat berbahaya mempunyai pengertian zat-zat yang tidak

termasuk golongan narkotika maupun obat-obat berbahaya tetapi mempunyai

pengaruh dan efek merusak fisik dan psikis seseorang jika disalahgunakan

sebagaimana penggunaan narkotik maupun obat-obatan berbahaya lainnya.

Menurut Bentuk Sediaan Obat :

1. Bentuk padat Contohnya Serbuk, Tablet, Pil, Kapsul, Supositoria.

2. Bentuk setengah Padat contohnya sale, krim, pasta, cerata, gel, salep mata

3. Bentuk cair/larutan contohnya potio, sirop, eliksir, obat tetes, dan lotio.

4. bentuk gas contohnya inhalasi/spray/aerosol.26

Menanggapi persoalan penyalahgunaan obat berbahaya yang dilakukan oleh

masyarakat Indonesia, Kepala badan pengawas obat dan makanan mengeluarkan

peraturan Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan obat-obat tertentu

yang sering disalahgunakan. Sebagaimana di jelaskan dalam pasal 1 ayat (1)

Peraturan kepala Badan pengawas obat dan makanan Nomor 7 Tahun 2016 tentang

Pedoman Pengelolaan obat-obat tertentu yang sering disalahgunakan yaitu :

“Obat-obat tertentu yang sering disalahgunakan, yang selanjutnya disebut

dengan obat-obat tertentu adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf

pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis

terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas

26 Adhe Irmha. Pengertian obat dan sediaan. : http://adheeirmha.blogspot.co.id/2012/09/.

Diunduh tanggal 18 Juni 2017.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

28

mental dan perilaku, terdiri atas obat-obat yang mengandung Tramadol,

Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin dan/atau haloperidol”.

Adapun beberapa jenis obat yang dimaksudkan dalam Peraturan tersebut akan

dijelaskan dibawah ini, antara lain :

1. Tramadol

Obat analgesik adalah obat yang mempunyai efek menghilangkan atau

mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik

lainnya. Obat analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang nyeri,

mempengaruhi emosi (sehingga mempengaruhi persepsi nyeri),

menimbukan sedasi atau sopor (sehingga nilai ambang nyeri naik) atau

mengubah persepsi modalitas nyeri. Pada dasarnya obat analgesik dapat

digolongkan ke dalam analgentik golongan narkotik dan analgesik non-

narkotik.27

Tramadol adalah analgesik sintetik yang bekerja sentral dengan daya

ikat lemah terhadap reseptor opioid (opioid lemah). Merupakan suatu

analog sintetik 4-pheny piperedine dari kodein yang bekerja sebagai

analgesik murni untuk nyeri yang sedang sampai berat.28

Dalam skripsi

Wahyu Rinaningsih yang berjudul Xerostomia akibat penggunaan

Tramadol, yaitu Tramadol merupakan analgetik golongan opiod yang

sering digunakan untuk mengatasi nyeri paska bedah. Tramadol bekerja

dengan menghambat reutake norepinefrin dan serotonin di presinaps. Efek

samping yang sering dijumpai antara lain mual dan muntah.

27 Imai Indra. Farmakologi Tramadol. Jurnal kedokteran Syiah kuala volume 13 no 1 April

2013. hlm 50

28

Ronny ajartha. 2007. Efek pemberian Tramadol intramuskular terhadap nyeri persalinan

pada primigravida. Tesis. hlm 23

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

29

Mual adalah perasaan subjektifitas sensasi untuk muntah. Muntah

adalah refleks pengeluaran bahan-bahan dari lambung melewati esophagus

sampai mulut.29

Tramadol bekerja dengan dua macam mekanisme yang saling

memperkuat yaitu :

a. Berikatan dengan reseptor opioid yang ada di spinal dan otak sehingga

menghambat transmisi sinyal nyeri dari perifer ke otak.

b. Meningkatkan aktifitas saraf mengahambat monoaminergik yang

berjalan dari otak ke spinal sehingga terjadi transmisi sinyal nyeri.30

Dosis tramadol hendaknya dititrasi menurut intensitas rasa nyeri dan

respon masing-masing pasien dengan 50 sampai 100 mg 4 kali sehari

biasanya untuk memberikan penghilangan rasa nyeri yang memadai. Total

dosis harian sebanyak 4000 mg biasanya cukup. Suntikan intravena harus

diberikan secara perlahan-lahan guna mengurangi potensi kejadian yang

merugikan, terutama rasa mual. Berdasarkan data farmakokinetik, perlu

hati-hati pada pasien dengan disfungsi ginjal atau hepatik karena potensi

tertundanya eliminasi dan akumulasi obat yang ada. Pada sejumalah pasien

ini, interval dosis harus diperpanjang. Tramadol dapat digunakan pada

anak-anak dengan dosis sebesar 1 hingga 2 mg/kgBB.

2. Trihekifenidil

Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral

lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi

29 Wahyu Rinaningsih. 2007. Xerostomia akibat penggunaan Tramadol. Skripsi medan. hlm

21

30

Ibid. hlm 24

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

30

penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan

asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf

pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis

toksik.

Ada dua pendapat tentang penggunaan THP, yaitu tidak diberikan

secara rutin dan diberikan rutin untuk profilaksis sebelum timbul EPS.

Dampak penggunaan THP berpengaruh dalam penatalaksanaan pasien

ganguan mental yang menggunakan antipsikotik, karena THP dapat

meningkatkan depresi psikotik dan inersia mental yang sering dikaitkan

dengan penyakit parkinson sehingga diperlukan suatu pedoman dalam

penggunaan triheksifenidil.31

Adapun Dosis dari obat Triheksinidil ialah, antara lain :

a. Parkinson idiopatik: Dosis awal 1 mg (hari pertama), kemudian

ditingkatkan menjadi 2 mg, 2-3 x sehari selama 3-5 hari atau sampai

tercapai dosis terapi;

b. Pasca ensefalitis: 12-15 mg/hari;

c. Parkinson karena obat (gangguan ekstrapiramidal): Dosis harian total 5-

15mg/hr, pada awal terapi dianjurkan 1 mg/dosis.

d. Pasien > 65 tahun perlu dosis lebih kecil.32

31 Anggie Rahayu dan Noor Cahaya. GALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 2 (2) : 124 - 131

ISSN : 2442-8744 October 2016. Studi restospektif penggunaan Trihexyfenidil pada pasien

skizofrenia rawat inap yang mendapat terapi antipskotik di rumah sakit jiwa sambang lihum. hlm

2

32

Fatimah Radhi. 2012. Triheksifenidil/Trihexyphenidyl (THP). Alamat situs :

http://publichealthnote.blogspot.co.id

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

31

Peringatan dan Perhatian obat jenis ini ialah Penyakit jantung, hati dan

ginjal, hipertensi, glaukoma, pria dewasa dengan kemungkinan hipetrofi

prostat.

Efek samping perifer yang umum adalah mulut kering, kurang

berkeringat, penurunan sekresi bronkhial, pandangan kabur, kesulitan

buang air kecil, konstipasi, dan takikardia. Efek samping sentral dari

antikolinergik termasuk sulit berkonsentrasi, perhatian, dan memori. Efek

samping ini harus dibedakan dari gejala yang disebabkan oleh psikotik.

Gangguan psikiatri dapat disebabkan pemakaian sembarangan (sampai

dosis berlebihan) berlanjut menjadi Euphoria.33

3. Klorpromazin

Chlorpromazine adalah obat yang termasuk golongan antipsikotik

fenotiazina yang bekerja dengan menstabilkan senyawa alami otak. Obat

ini dapat digunakan untuk menangani berbagai gangguan mental, seperti

skizofrenia dan gangguan psikosis yang lainnya, perilaku agresif yang

membahayakan pasien atau orang lain, Kecemasan dan kegelisahan yang

parah, serta autisme pada anak-anak. Selain masalah mental,

chlorpromazine juga digunakan untuk menangani mual dan muntah yang

dialami oleh pengidap penyakit serius, serta meredakan cegukan yang

tidak kunjung berhenti. Manfaat dari obat Klorpromazin sendiri ialah,

antara lain :

33 I Gusti Ayu Vivi Swayami. Jurnal Kedokteran. Program Pendidikan Dokter Spesialis-1

Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Aspek biologi Triheksifinidil di bidang psikiatri. hlm 91

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

32

a. Menangani skizofrenia dan gangguan psikosis lain yang sejenis,

kecemasan dan kegelisahan yang parah untuk jangka pendek, perilaku

agresif yang berbahaya, serta autisme pada anak-anak.

b. Mengatasi mual dan muntah pada penyakit yang serius.

c. Meredakan cegukan yang tak kunjung sembuh.

Dosis penggunaan chlorpromazine yang dibutuhkan tiap pasien bisa

berbeda-beda. Penentuannya berdasarkan pada jenis kondisi yang

ditangani, usia pasien, respons tubuh pasien terhadap obat.

4. Amitriptilin

Amitriptyline adalah obat yang digunakan untuk mengobati depresi.

Obat yang masuk ke dalam kelompok antidepresan trisiklik ini berfungsi

meningkatkan kadar zat kimia tertentu di dalam otak, sehingga gejala

depresi berangsur menurun. Selain untuk mengatasi gangguan depresi

pada pasien, ternyata amitriptyline juga memiliki manfaat lain yakni,

untuk meredakan nyeri saraf serta mencegah penyakit migrain.34

Untuk membeli obat ini membutuhkan resep dokter, penting untuk

ketahui, bahwa obat amitriptyline tidak boleh dikonsumsi oleh anak kecil,

obat ini hanya untuk orang dewasa dan tentunya digunakan sesuai dosis

yang telah diberikan oleh dokter. Untuk bentuk obatnya sendiri ada yang

tablet serta ada yang cairan minum.35

Cara obat bekerja bisa berubah karena adanya interaksi obat, bahkan

resiko efek samping yang bersifat serius pun dapat meningkat, karena itu

harus ekstra hati-hati. Jika dokter hendak meresepkan obat amitriptyline,

maka harus memberitahu dokter jika saat itu sedang mengkonsumsi obat-

34 Nadya Triputri. 2016. Khasiat, Efek Samping dan List Obat yang berinteraksi fatal. Alamat

: http://bidhuan.id/edukasi/obat/4219. Diunduh tanggal 17 Oktoberr 2017. hlm 1

35

Ibid. hlm 1

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

33

obatan yang lain atau tidak. Hal ini dilakukan untuk mencegah interaksi

obat yang bisa fatal akibatnya bagi tubuh. Tanpa mendapatkan persetujuan

dokter, tidak boleh mulai menggunakan amitriptyline, juga berhenti,

apalagi mengubah dosis obat, sangat-sangat dilarang.

5. Haloperidol

Haloperidol adalah obat dengan fungsi untuk mengobati gangguan

mental/mood (misalnya skizofrenia, gangguan skizoafektif). Obat ini

membantu berpikir lebih jernih, lebih tidak gugup, berpartisipasi setiap

hari dalam hidup. Obat ini juga dapat mencegah ide bunuh diri pada orang

yang ingin melukai diri, mengurangi agresi dan keinginan untuk melukai

orang lain serta obat ini dapat mengurangi pikiran negatif dan halusinasi.36

Haloperidol dapat juga digunakan untuk mengobati pergerakan tak

terkontrol dan kata-kata atau suara semburan berkaitan dengan gangguan

Tourette. Haloperidol juga dapat digunakan untuk masalah perilaku berat

pada anak hiperaktif saat terapi atau obat lain tidak bekerja. Haloperidol

adalah obat kejiwaan (tipe antipsikotik) yang bekerja dengan menjaga

keseimbangan substansi kimia otak tertentu (neurotransmiter). Sedangkan

untuk efek samping dari obat ini adalah berupa: pusing, mengantuk, sulit

buang air kecil, masalah tidur, sakit kepala, cemas, dan nyeri di tempat

suntikan dapat terjadi. Jika efek ini menetap atau memburuk, dianjurkan

untuk mendatangi dokter atau apoteker.

36 Lika Aprilia Samiadi. 2016. Haloperidol obat apa. Alamat https://hellosehat.com. hlm 1

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

34

Beberapa gejala overdosinya, antara lain ialah pergerakan anggota tubuh

tidak biasa, lambat atau tak terkontrol, otot kaku atau lemah, napas lambat,

mengantuk, penurunan kesadaran.

C. Pengertian peredaran obat berbahaya

Selalu menjadi sehat dan tetap sehat adalah keinginan setiap orang. Tetapi

tidak selamanya keinginan itu sesuai dengan kenyataannya. Aktifitas yang

tinggi seiring dengan gaya hidup yang cenderung menyukai hal yang instan,

misalnya mengkonsumsi makanan siap saji yang memicu turunnya kesehatan.

Bila sudah dalam kondisi yang tidak sehat tidak ada pilihan lain selain

melakukan pengobatan. Sayangnya berbagai jenis obat tidak selamanya tidak

semua obat dipergunakan sebagaimana mestinya.37

1. Pengertian Peredaran

Peredaran adalah gerakan berkeliling, peralihan (pergantian) dari

keadaan yang satu ke keadaan yang lain yang berulang-ulang seakan-akan

merupakan suatu lingkaran.38

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peredaran adalah gerakan

(perjalanan dan sebagainya) berkeliling (berputar); keadaan beredar:

peredaran bumi dan bulan.39

Peredaran yang dimaksud adalah setiap kegiatan atau serangkaian

kegiatan penyaluran atau penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan

37 Teguh Wibowo, 100 Ramuan Herbal Warisan Leluhur, (Jogjakarta: Ozura, 2012). hlm 5

38

Moeljatno, 1984, Azas-azas Hukum Pidana, Jakarta : Bina Aksara, hlm 54.

39

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1999. hlm 130

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

35

baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan, atau pemindah

tanganan.40

Kejahatan yang terjadi di negara indonesia semakin hari semakin

bertambah jenisnya, mulai dari pengeksporan Narkoba sampai

pengeksporan obat berbahya jenis baru yang pembeliannya harus melalui

resep dokter antara lain Tramadol dan lain sebagainya yang diperuntukan

untuk penyakit tertentu. Dalam hal ini yang dapat dipertanggung jawabkan

secara hukum adalah pengedar. Secara sempit dapat dikatakan bahwa

pengedar Narkotika atau Psikotropika dan obat daftar G adalah orang yang

melakukan kegiatan penyaluran dan penyerahan Narkotika atau

Psikotropika dan obat daftar G.

2. Pengertian Obat berbahaya

Membahas mengenai obat-obatan perlu memahami terlebih dahulu

hakekat mengenai obat itu sendiri. Pengertian obat secara umum dapat

dijelaskan sebagai suatu bahan atau campuran bahan yang digunakan

untuk menentukan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan dan

menyembuhkan suatu penyakit pada tubuh manusia, hewan atau

tumbuhan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) berbahaya adalah

mendatangkan kecelakaan (bencana, kesengsaraan, kerugian dan

sebagainya).

40 Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan

Alat Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 138

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

36

Obat-obat berbahaya adalah berbagai macam jenis obat yang di

produksi untuk keperluan dunia medis untuk pengobatan. Karena daya

kerjanya obat-obat tersebut sangatlah keras, sehingga penggunaannya

harus melalui resep dokter. Obat-obat tersebut jika disalahgunakan akan

berpengaruh dan merusak psikis maupun fisik dari si pemakai dan

mengakibatkan ketergantungan sebagaimana narkotika lainnya.

D. Pengaturan Obat berbahaya dalam Peraturan Perundang-undangan

Obat keras (Dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu

obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter,

memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di

dalamnya. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik

(tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung

hormon (obat kencing manis, obat penenang, dan lain-lain).41

Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila digunakan sembarangan bisa

berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan

mematikan.42

1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang

memberikan arah pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya

kesehatan.

41

Ridwan M. 2013. Obat Keras. Alamat : http://id.wikipedia.org/wiki/Farmasi. Diunduh

tanggal 17 Tahun 2017. hlm 1

42

Ibid. hlm 1

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

37

Dalam pasal 196 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan menyatakan bahwa :

“Setiap orang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan

farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau

persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana

dimaksud dalam pasal 98 ayat (2) dan (3) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.

1.000.000.000,00 (Satu miliyar rupiah)”

Dalam pasal 98 ayat (2) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan menjelaskan bahwa “Setiap orang yang tidak memiliki

keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah,

mempromosikan dan mengedarkan obat dan bahan obat berkhasiat obat”.

Dari beberapa uraian pasal tersebut diatas sudah dijelaskan mengenai

sanksi pidana untuk tersangka pengedar sediaan farmasi yang tidak

memiliki izin untuk mengadakan dan menyimpan obat golongan G.

Peredaran obat Tramadol sebagai sediaan farmasi yang beredar di

masyarakat harus mendapatkan perhatian yang mendalam dari pemerintah,

mengingat dalam Undang-undang Nomor 36 Tahan 2009 Tentang Kesehatan

sendiri hanya mengatur mengenai sanksi bagi pengedar yang tanpa memiliki

kemampuan dalam bidang pengobatan maupun tidak memiliki izin edar, tetapi

bagaimana sanksi bagi pengguna, pembeli obat-obat tersebut terutama obat

Tramadol ini merupakan obat yang sangat berbahaya jika tidak diawasi.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Dalam ketentuan umum pasal 1 ayat (1) peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 1998 menyatakan bahwa :

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

38

“Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.”

Sedangkan dalam pasal 1 ayat (4) menjelaskan tentang peredaran,

yang dimaksud dengan “peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian

kegiatan penyaluran atau penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan

baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan, atau pemindah

tanganan”.

Dalam ketentuan pidana 74 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan menyatakan

bahwa :

“Barangsiapa dengan sengaja memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan

farmasi berupa obat memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 ayat (1) dan (2) huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling

lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,-

(Tiga ratus juta rupiah) sesuai dengan ketentuan dalam pasal 80 ayat (4)

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan”

Lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 72

Tahun 1998 Tentang Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan

menyatakan bahwa :

“Barangsiapa dengan sengaja :

a. Memproduksi dan/atau mengedarkan alat kesehatan yang tidak

memenuhi persyaranan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)

dan ayat (2) butir d

b. Mengedarkan sediaan farmasi dan alat kesehatan tanpa izin edar

sebagaimana dimaksud dala pasal 9

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (Tujuh) Tahun dan/atau

pidana denda paling banyak Rp. 140.000.000,-(seratus empat puluh juta

rupiah) sesuai dengan ketentuan pasal 81 ayat (2) Undang-undang Nomor

23 Tahun 1992 tentang Kesehatan”

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

39

Selanjutnya dalam ketentuan lain Pasal 80 Peraturan pemerintah Nomor 72

Tahun 1998 Tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan

menyatakan bahwa :

“Upaya pengamanan sediaan farmasi yang berupa obat keras, sepanjang

belum diatur dalam peraturan pelaksana Ordonansi obat keras, dilakukan

berdasarkan pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagaimana

dimaksud dalam peraturan pemerintah ini”.

E. Efektifitas Hukum

Teori efektivitas hukum dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski dan

Soerjono Soekanto. Bronislaw Malinowski menyajikan teori efektivitas

pengendalian sosial atau hukum. Bronislaw Malinowski menyajikan teori

efektivitas hukum dengan menganalisis tiga masalah yang meliputi:

1. Dalam masyarakat modern, tata tertib kemasyarakatan dijaga antara lain

oleh suatu sistem pengendalian sosial yang bersifat memaksa, yaitu hukum,

untuk melaksanakannya hukum didukung oleh suatu sistem alat-alat

kekuasaan (kepolisian, pengadilan dan sebagainya) yang diorganisasi oleh

suatu negara.

2. Dalam masyarakat primitif alat-alat kekuasaan serupa itu kadang- kadang

tidak ada.

3. Dengan demikian apakah dalam masyarakat primitif tidak ada hukum.43

Bronislaw Malinowski menganalisis efektivitas hukum dalam masyarakat.

Masyarakat dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu masyarakat modern dan

masyarakat primitif. Masyarakat modern merupakan masyarakat yang

perekonomiannya berdasarkan pasar secara luas, spesialisasi di bidang industri

dan pemakaian teknologi canggih. Dalam masyarakat modern, hukum yang

dibuat dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang itu ditegakkan oleh

43 Koentjaraningrat dalam H. Halim HS, Erlies Septiana Nurbani, 2014, Penerapan Teori

Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 305

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

40

kepolisian, pengadilan dan sebagainya, sedang masyarakat primitif merupakan

masyarakat yang mempunyai sistem ekonomi yang sederhana dan dalam

masyarakat primitif tidak mengenal alat-alat kekuasaan.

Soerjono Soekanto mengatakan bahwa efektif adalah taraf sejauh mana

suatu kelompok dapat mencapai tujuannya. Hukum dapat dikatakan efektif jika

terdapat dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai

sasarannya dalam membimbing ataupun merubah perilaku manusia sehingga

menjadi perilaku hukum. Sehubungan dengan persoalan efektivitas hukum,

pengidentikkan hukum tidak hanya dengan unsur paksaan eksternal namun

juga dengan proses pengadilan. Ancaman paksaan pun merupakan unsur yang

mutlak ada agar suatu kaidah dapat dikategorikan sebagai hukum, maka tentu

saja unsur paksaan inipun erat kaitannya dengan efektif atau tidaknya suatu

ketentuan atau aturan hukum.44

Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif

atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu :

1. Faktor hukumnya sendiri (Undang-undang).

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.45

Kelima (5) faktor di atas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena

merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada

44 Soerjono Soekanto, 1988. Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, (Bandung : CV.

Ramadja Karya), hlm 80.

45

Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), hlm 8.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

41

efektivitas penegakan hukum. Pada elemen pertama, yang menentukan dapat

berfungsinya hukum tertulis tersebut dengan baik atau tidak adalah tergantung

dari aturan hukum itu sendiri.

Teori efektivitas hukum yang dikemukakan Soerjono Soekanto tersebut

relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Romli Atmasasmita yaitu bahwa

faktor-faktor yang menghambat efektivitas penegakan hukum tidak hanya

terletak pada sikap mental aparatur penegak hukum (hakim, jaksa, polisi dan

penasihat hukum) akan tetapi juga terletak pada faktor sosialisasi hukum yang

sering diabaikan.46

Sehubungan dengan sarana dan prasarana, Soerjono

Soekanto memprediksi patokan efektivitas elemen-elemen tertentu dari

prasarana. Prasarana tersebut harus secara jelas memang menjadi bagian yang

memberikan kontribusi untuk kelancaran tugas-tugas aparat di tempat atau

lokasi kerjanya. Adapun elemen-elemen tersebut sebagai berikut :

1. Prasarana yang telah ada apakah telah terpelihara dengan baik.

2. Prasarana yang belum ada perlu diadakan dengan memperhitungkan angka

waktu pengadaannya.

3. Prasarana yang kurang perlu segera dilengkapi.

4. Prasarana yang rusak perlu segera diperbaiki.

5. Prasarana yang macet perlu segera dilancarkan fungsinya.

6. Prasarana yang mengalami kemunduran fungsi perlu ditingkatkan lagi fungsinya.47

Ada beberapa elemen pengukur efektivitas yang tergantung dari kondisi

masyarakat, yaitu:

1. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi aturan walaupun peraturan

yang baik.

2. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi peraturan walaupun peraturan

sangat baik dan aparat sudah sangat berwibawa.

3. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi peraturan baik, petugas atau

aparat berwibawa serta fasilitas mencukupi.

46 Romli Atmasasmita, 2001. Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan

Hukum, (Bandung : Mandar Maju), hlm 55

47

Loc. Cip.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Tindak ...eprints.umm.ac.id/39940/3/BAB II.pdf · Tinjauan umum tentang Tindak Pidana 1. ... terdapat tiga masalah pokok yang menjadi

42

Elemen tersebut di atas memberikan pemahaman bahwa disiplin dan

kepatuhan masyarakat tergantung dari motivasi yang secara internal muncul.

Internalisasi faktor ini ada pada tiap individu yang menjadi elemen terkecil dari

komunitas sosial. Oleh karena itu pendekatan paling tepat dalam hubungan

disiplin ini adalah melalui motivasi yang ditanamkan secara individual. Dalam

hal ini, derajat kepatuhan hukum masyarakat menjadi salah satu parameter

tentang efektif atau tidaknya hukum itu diberlakukan sedangkan kepatuhan

masyarakat tersebut dapat dimotivasi oleh berbagai penyebab, baik yang

ditimbulkan oleh kondisi internal maupun eksternal.

Kondisi internal muncul karena ada dorongan tertentu baik yang bersifat

positif maupun negatif. Dorongan positif dapat muncul karena adanya

rangsangan yang positif yang menyebabkan seseorang tergerak untuk

melakukan sesuatu yang bersifat positif. Dorongan yang bersifat negative

dapat muncul karena adanya rangsangan yang sifatnya negative seperti

perlakuan tidak adil dan sebagainya. Dorongan yang sifatnya eksternal karena

adanya semacam tekanan dari luar yang mengharuskan atau bersifat memaksa

agar warga masyarakat tunduk kepada hukum. Pada takaran umum, keharusan

warga masyarakat untuk tunduk dan menaati hukum disebabkan karena

adanya sanksi atau punishment yang menimbulkan rasa takut atau tidak

nyaman sehingga lebih memilih taat hukum daripada melakukan pelanggaran.

Motivasi ini biasanya bersifat sementara atau hanya temporer.