BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas...

39
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas Saber Pungli A.1 Pengertian Satgas Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi pada tugas atau kelompok kecil yang dibentuk untuk menangani suatu atau sejumlah pekerjaan. 12 Misalnya tim kerja, panitia, dan kelompok regu yang banyak bentuknya termasuk dalam katagori kelompok satuan tugas. Di dalam kelompok social, terdapat pengklasifiksian kelompok dan pembedaan yang luas dan fundamental antara kelompok-kelompok kecil dimana hubungan antara anggota- anggotanya sangat rapat di satu sisi, dengan kelompok-kelompok yang lebih besar di sisi lain. Kelompok sosial dibagi menjadi dua yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer merupakan kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-mengenal dekat antar anggotanya serta mempunyai kerjasama yang erat yang bersifat dekat dalam arti pribadi di dalam kehidupannya. Kelompok ini cara berinteraksi dan berkomunikasinya secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara, jadi dengan adanya hal tersebut menjadi suatu tujuan dari individu menjadi juga tujuan dari kelompok yang menjadikan suatu 12 Myazinda. 2008. Kelompok Sosial Dan Kehidupan Masyarakat. Bandung. CV. Yasindo Multi Aspek. Hal. 20

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Satgas Saber Pungli

A.1 Pengertian Satgas

Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang

berorientasi pada tugas atau kelompok kecil yang dibentuk untuk

menangani suatu atau sejumlah pekerjaan.12 Misalnya tim kerja, panitia,

dan kelompok regu yang banyak bentuknya termasuk dalam katagori

kelompok satuan tugas. Di dalam kelompok social, terdapat

pengklasifiksian kelompok dan pembedaan yang luas dan fundamental

antara kelompok-kelompok kecil dimana hubungan antara anggota-

anggotanya sangat rapat di satu sisi, dengan kelompok-kelompok yang

lebih besar di sisi lain. Kelompok sosial dibagi menjadi dua yaitu

kelompok primer dan kelompok sekunder.

Kelompok primer merupakan kelompok-kelompok yang

ditandai ciri-ciri kenal-mengenal dekat antar anggotanya serta

mempunyai kerjasama yang erat yang bersifat dekat dalam arti pribadi

di dalam kehidupannya. Kelompok ini cara berinteraksi dan

berkomunikasinya secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui

perantara, jadi dengan adanya hal tersebut menjadi suatu tujuan dari

individu menjadi juga tujuan dari kelompok yang menjadikan suatu

12 Myazinda. 2008. Kelompok Sosial Dan Kehidupan Masyarakat. Bandung. CV.

Yasindo Multi Aspek. Hal. 20

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

19

hubungan timbal balik antara kelompok dengan anggotanya. Misalnya:

keluarga, RT, sahabat, kawan sepermainan, dan lain-lain.13

Sedangkan kelompok sekunder adalah pengelompokan anggota-

anggota masyarakat yang terorganisir secara sistematis untuk tujuan-

tujuan tertentu. Kelompok sekunder tersebut biasa dinamakan

perkumpulan atau asosiasi. Contoh kelompok sekunder antara lain;

Koperasi, Perseroan Terbatas / PT, Persatuan Guru Republik Indonesia

(PGRI), Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

Ada beberapa kelompok sosial yang tidak dapat dikelompokkan

ke dalam kelompok sekunder maupun kelompok primer. Kelompok ini

disebut kelompok satuan tugas. Kelompok satuan tugas ini berada di

antara kelompok sekunder dan kelompok primer. Dengan kata lain,

kelompok golongan satuan tugas terdiri dari anggota-anggota yang

berhubungan akrab, namun hubungan yang terjalin adalah secara formal

atau resmi untuk melaksanakan tugas tertentu. Secara umum kelompok

satuan tugas merupakan kelompok kecil yang berorientasi pada

kewajiban atau untuk sejumlah pekerjaan tertentu atau menangani

sesuatu.14

13Bagus Haryono dan Supriyadi. 2004. Mengidentifikasi Bentuk Kontrol Sosial

Berkenaan Dengan Fenomena Pornografi Di Kota Surakarta. Vol. 17 No. 1. Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 14Guru Pintar. 2017. “Kelompok Satuan Tugas”. http://www.gurupintar.com. Diakses 19

April 2017. Pukul 16:50 WIB

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

20

A.2 Regulasi Terkait Satgas Saber Pungli

A.2.1 Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 Tahun 2016 Tentang

Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 87 TAHUN 2016

TENTANG

SATUAN TUGAS SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. Bahwa praktik pungutan liar telah merusak sendi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu

upaya pemberantasan secara tegas, terpadu, efektif, efisien,

dan mampu menimbulkan efek jera;

b. bahwa dalam upaya pemberantasan pungutan liar perlu

dibentuk satuan tugas sapu bersih pungutan liar;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Presiden tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar.

Mengingat:

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN PRESIDEN TENTANG SATUAN TUGAS

SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

21

Pasal 1

(1) Dengan Peraturan Presiden ini dibentuk Satuan Tugas Sapu

Bersih Pungutan Liar yang selanjutnya disebut Satgas Saber

Pungli.

(2) Satgas Saber Pungli sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Presiden.

Pasal 2

Satgas Saber Pungli mempunyai tugas melaksanakan

pemberantasan pungutan liar secara efektif dan efisien dengan

mengoptimalkan pemanfaatan personil, satuan kerja, dan sarana

prasarana, baik yang berada di kementerian/lembaga maupun

pemerintah daerah.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2, Satgas Saber Pungli menyelenggarakan fungsi:

a. intelijen;

b. pencegahan;

c. penindakan; dan

d. yustisi.

Pasal 4

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 dan Pasal 3, Satgas Saber Pungli mempunyai

wewenang:

a. membangunsistem pencegahan dan pemberantasan

pungutan liar;

b. melakukan pengumpulan data dan informasi dari

kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait dengan

menggunakan teknologi informasi;

c. mengoordinasikan,merencanakan, dan melaksanakan

operasi pemberantasan pungutan liar;

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

22

d. melakukan operasi tangkap tangan;

e. memberikan rekomendasi kepada pimpinan

kementerian/lembaga serta kepala pemerintah daerah untuk

memberikan sanksi kepada pelaku pungli sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. memberikan rekomendasi pembentukan dan pelaksanaan

tugas unit Saber Pungli di setiap instansi penyelenggara

pelayanan publik kepada pimpinan kementerian/lembaga

dan kepala pemerintah daerah; dan

g. melaksanakan evaluasi kegiatan pemberantasan pungutan

liar.

Pasal 5

Susunan organisasi Satgas Saber Pungli terdiri atas:

Pengendali/Penanggung : Menteri Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan

jawab

Ketua Pelaksana : Inspektur Pengawasan Umum

Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Wakil Ketua Pelaksana I : Inspektur Jenderal Kementerian

Dalam Negeri

Wakil Ketua Pelaksana II : Jaksa Agung Muda Bidang

Pengawasan

Sekretaris : Staf Ahli di lingkungan

Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum,dan Keamanan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

23

Anggota terdiri dari unsur : 1 Kepolisian Negara Republik

Indonesia

2 Kejaksaan Agung

3 Kementerian Dalam Negeri

4 Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia

5 Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan

6 Ombudsman Republik

Indonesia

7 Badan Intelijen Negara

8 Polisi Militer Tentara

Nasional Indonesia

Pasal 6

(1) Untuk melaksanakan tugas Satgas Saber Pungli,

Pengendali/Penanggung jawab Satgas Saber Pungli dapat

mengangkat kelompok ahli dan kelompok kerja sesuai

kebutuhan.

(2) Kelompok ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal

dari unsur akademisi, tokoh masyarakat, dan unsur lain

yang mempunyai keahlian di bidang pemberantasan

pungutan liar.

(3) Kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

keanggotaannya terdiri dan unsur-unsur

kementerian/lembaga.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

24

Pasal 7

(1) Untuk memperlancar pelaksanaan tugas Satgas Saber

Pungli dibentuk sekretariat yang mempunyai tugas

memberikan dukungan teknis dan administrasi.

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin

oleh Kepala Sekretariat.

(3) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada

pada salah satu unit kerja di lingkungan Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Pasal 8

(1) Kementerian/lembaga dan pemerintah daerah

melaksanakan pemberantasan pungutan liar di lingkungan

kerja masing-masing.

(2) Dalam melaksanakan pemberantasan pungutan liar,

kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah membentuk

unit pemberantasan pungutan liar.

(3) Unit pemberantasan pungutan liar sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) berada pada satuan pengawas internal atau

unit kerja lain di lingkungan kerja masing-masing.

(4) Pembentukan unit pemberantasan pungutan liar

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan

rekomendasi Satgas Saber Pungli sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 huruf f.

(5) Unit pemberantasan pungutan liar yang berada pada

masing-masing kementerian/lembaga dan pemerintah

daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam

melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Satgas Saber

Pungli.

Pasal 9

Pengendali/Penanggung jawab Satgas Saber Pungli sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 melaporkan pelaksanaan tugas Satgas

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

25

Saber Pungli kepada Presiden paling sedikit 1 (satu) kali setiap 3

(tiga) bulan atausewaktu-waktu jika diperlukan.

Pasal 10

(1) Ketua Pelaksana dan Wakil Ketua Pelaksana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 mempunyai tugas

mengoordinasikan pelaksanaan tugas kelompok kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dalam pelaksanaan

operasi tangkap tangan.

(2) Ketua Pelaksana dan Wakil Ketua Pelaksana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 dan kelompok kerja sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 melaporkan hasil pelaksanaan

tugas kepada Pengendali/ Penanggung jawab Satgas Saber

Pungli secara berjenjang.

Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, tugas, dan

tata kerja kelompok ahli, kelompok kerja, dan sekretariat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 diatur oleh

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Pasal 12

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pemberantasan

pungutan liar, baik secara langsung maupun tidak langsung

melalui media elektronik atau non elektronik.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dalam bentuk pemberian informasi,

pengaduan, pelaporan, dan/atau bentuk lain sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peran serta

masyarakat dalam pemberantasan pungutan liar diatur oleh

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan.

Pasal 13

Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Satgas

Saber Pungli dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

26

Negara melalui Anggaran Belanja Kementerian Koordinator

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Pasal 14

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 20 Oktober 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 21 Oktober 2016

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

2016 NOMOR 202

A.2.2 Keputusan Walikota Malang Nomor

188.45/30/35.73.112/2017 Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih

Pungutan Liar Kota Malang

Berdasarkan keputusan walikota tersebut, tanggal 9

Januari 2017 Kota Malang resmi mempunyai satgas saber

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

27

pungliyang nantinya melakukan pencegahan sampai dengan

penindakan terkait pungutan liar di Kota Malang.

Adapun satgas saber pungli Kota Malang ini terdiri dari

45 orang dari unsur pemerintahan (Inspektorat, Kesbangpol,

BKD serta bagian hukum Pemkot Malang, TNI (POM AD,

Kodim 0833), Polri (intelkam, reskrim, serta satbimas),

akademisi (UB dan UMM) dan Kejaksaan (intel, tipikor plus

jaksa fungsional).15

Satgas saber pungli Kota Malang ini sesuai dengan

Keputusan tersebut, diketahui yaitu:

1. Penanggung jawab adalah Walikota Malang;

2. Wakil Penanggungjawab I adalah Kapolres Malang Kota;

3. Wakil Penanggung jawab II adalah Komandan Kodim 0883

Kota Malang;

4. Ketua Pelaksana adalah Wakapolres Malang Kota (Kompol

Dewa Putu Eka D. S.IK);

5. Wakil Ketua I adalah Inspektur Kota Malang (Drs. Subari);

6. Wakil Ketua II adalah Kasi Intel Kejaksaan Negeri Kota

Malang (Mochamad Arif K, SH.);

Dalam Keputusan tersebut ditetapkan beberapa

Kelompok Kerja (Pokja) yang akan melaksanakan tugas-tugas

sebagai Saber Pungli Kota Malang, diantaranya:

15Bangsa Online. 2017. “Satgas Saber Pungli Kota Malang Dilantik”.

https://www.bangsaonline.com. Diakses 19 April 2017. Pukul 17:10 WIB

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

28

a. Pokja Unit Intelejen yang diketua oleh Kasatintelkam Polres

Malang Kota;

b. Pokja Pencegahan yang diketuai oleh Kasatbinmas Polres

Malang Kota;

c. Pokja Penindakan yang diketuai oleh Kasatreskrim Polres

Malang Kota, dan

d. Pokja Yustisi yang diketuai oleh KBO Satreskrim Polres

Malang Kota.

Dalam masing-masing Pokja tersebut terdapat beberapa

anggota yang berasal dari jajaran Polres Malang Kota, Denpom

V/3 Pomdam V/Brawijaya, Akademisi, Kejaksaan Negeri Kota

Malang dan Pemerintah Kota Malang.16

B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pungutan Liar

B.1 Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana

B.1.1 Pengertian Tindak Pidana

Di dalam hukum pidana terdapat beberapa rumusan

pengertian tindak pidana atau istilah tindak pidana sebagai

pengganti istilah Strafbaar Feit. Sedangkan dalam perundang-

undangan negara kita istilah tersebut disebutkan sebagai

peristiwa pidana, perbuatan pidana atau delik. Melihat apa yang

dimaksud diatas, maka pembentuk undang-undang sekarang

sudah konsisten dalam pemakaian istilah tindak pidana. Akan

16Inspektorat Kota Malang. 2017. “Pengukuhan Saber Pungli Kota Malang”.

http://inspektorat.malangkota.go.id. Diakses 19 April 2017. Pukul 17:15 WIB

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

29

tetapi para sarjana hukum pidana mempertahankan istilah yang

dipilihnya sendiri.17 Adapun pendapat itu diketemukan oleh : D.

Simons, Mulyatno, Van Hamel, WPJ. Pompe, dan Soedarto

yang dalam urainnya adalah sebagai berikut:

1. D. Simons

Strafbaar Feit adalah kelakuan (Hendeling) yang

diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang

berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh

orang yang mampu bertanggung jawab. Unsur-unsur tindak

pidana :

a. Unsur Obyektif : Perbuatan orang, Akibat yang kelihatan

dari perbuatan itu Mungkin ada keadaan tertentu yang

menyertai perbuatan itu

b. Unsur Subyektif : Orang yang mampu bertanggung

jawab, Adanya kesalahan (Dolus atau Culpa). Kesalahan

ini dapat berhubungan dengan akibat dari perbuatan atau

keadaan mana perbuatan itu dilakukan.18

2. Prof. Mulyatno S.H

Perbuatan Pidana adalah perbuatan yang dilarang

oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman

(sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang

melanggar larangan tersebut. Unsur-unsur tindak pidana :

17Tongat. 2012. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif

Pembaharuan.Cetakan 3. Umm Press. Malang. Hal. 94 18Mulyatno. 1987. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta. Bina Aksara. hal.54

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

30

a. Perbuatan manusia;

b. Memenuhi rumusan undang-undang;

c. Bersifat melawan hukum.19

3. Van Hamel

Strafbaar Feit adalah kelakuan (Menselijke

Gedraging) orang yang dirumuskan dalam WET yang

bersifat melawan hukum, yang patut dipidana (Staff

Waardig) dan dilakukan dengan kesalahan. Unsur-unsur

tindak pidana:

a. Perbuatan Manusia;

b. Yang dirumuskan dalam Undang-Undang;

c. Dilakukan dengan kesalahan;

d. Patut dipidana.20

4. W.P.J. Pompe

Pengertian Strafbaar Feit dibedakan antara definisi

yang bersifat teoritis dan yang bersifat Undang-Undang.

Menurut Teori : Strafbaar Feit adalah suatu pelanggaran

terhadap norma yang dilakukan karena kesalahan si

pelanggar dan diancam dengan pidana untuk

mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan

kesejahteraan umum. Menurut Undang-Undang / Hukum

Positif Strafbaar Feit adalah suatu kejadian (Feit) yang oleh

19Teguh Prasetyo. 2010. Hukum Pidana. Jakarta. Rajawali Pers. Hal. 46 20Mulyatno. Op. Cit. Hal 57

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

31

peraturan perundang-undangan dirumuskan sebagai

perbuatan yang dapat dihukum.21

5. Soedarto

Beliau menyebut Staafbaar Feit dengan istilah tindak

pidana, dengan unsur-unsur sebagai berikut :

a. Perbuatan yang memenuhi rumusan Undang-Undang

bersifat melawan hukum;

b. Dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab;

c. Kesalahan (Sculd) baik dalam bentuk kesengajaan

(Dolus) maupun kealpaan (Culpa) dan tidak ada alasan

pemaaf.22

Dalam hukum pidana belanda selain memakai istilah

strafbaatfeit kadang juga menggunakan kata delict yang berasal

dari bahasa latindelictum. Dan secara umum oleh pakar hukum

pidana disetujui penggunaan strafbaarfeit.Dan oleh undang-

undang telah dinyatakan sebagai perbuatan atau tindakan yang

dapat dihukum.Utrecht memandang rumusan yang

dikemukakan oleh Simon itu merupakan rumusan yang lengkap.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

strafbaarfeit meliputi:

a. Suatu perbuatan;

b. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman;

21Bambang Purnomo. 1985. Asas-asas Hukum Pidana Jakarta. Ghalia Indonesia. Hal. 91 22Ibid.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

32

c. Perbuatan itu dilakukan oleh orang yang dapat

dipertanggungjawabkan.23

Oleh karena KUHP bersumber pada W.v.S Belanda,

maka istilah yang digunakan pun sama yaitu strafbaarfeit.

Namun dalam menterjemahkan istilah strafbaarfeit kedalam

bahasa Indonesia terdapat perbedaan. Sebagaimana yang dikutip

oleh Andi Hamzah, Moeljatno dan Roeslan Saleh menggunakan

istilah perbuatan pidana meski tidak untuk menterjemahkan

strafbaarfeit.Sedangkan Van Hamel merumuskan istilah

strafbaar feit itu sebagai kelakuan manusia yang dirumuskan

dalam undang-undang, melawan hukum yang patut dipidana dan

dilakukan dengankesalahan.24

B.1.2 Unsur-unsur Tindak Pidana

Untuk mengenakan pidana itu harus dipenuhi syarat-

syarat tertentu. Syarat-syarat tertentu ini lazimnya disebut

dengan unsur-unsur tindak pidana. Jadi seseorang dapat

dikenakan pidana apabila perbuatan yang dilakukan memenuhi

syarat-syarat tindak pidana (strafbaarfeit).

Setiap tindak pidana dalam KUHP pada umumnya dapat

dijabarkan unsur-unsurnya menjadi dua macam, unsur

23Poerwadarminta. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Timur. PT Balai

Pustaka. Hal. 276 24Andi Hamzah. 2008. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta. Rineka Cipta. Hal. 88

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

33

subyektif dan obyektif, yaitu:25

1. Unsur obyektif adalah unsur yang terdapat diluar

pelaku(dader) yang dapat berupa:

a. Perbuatan, baik dalam arti berbuat maupun dalam arti

tidak berbuat;

b. Akibat, yang menjadi syarat mutlak dalam tindak pidana

materiil;

c. Keadaan atau masalah-masalah tertentu dilarang dan

diancam oleh undang-undang.

2. Unsur subyektif yaitu unsur yang terdapat pada diri pelaku.

Unsur subyektif berupa:

a. Hal yang dapat dipertanggung jawabkan seseorang

terhadap perbuatan yang telah dilakukan (kemampuan

bertanggungjawab);

b. Kesalahan atau schuld berkaitan dengan masalah

kemampuan bertanggungjawab diatas, persoalannya

kapan seseorang dikatakan mampu bertanggungjawab.

Seseorang dapat dikatakan bertanggung jawab apabila

pada diri orang itu memenuhi tiga syarat yaitu:

1) Keadaan jiwa seseorang adalah sedemikian rupa,

sehingga ia dapat mengerti akan nilai perbuatannya

25P.A.F Lamintang dan Djisman Samosir. 1981. Delik-delik Khusus kejahatan yang

ditujukan Terdapat Hak Milik. Tarsito. Bandung. Hal. 25 dalam Tongat. 2002. Hukum Pidana

Materiil. Umm Press. Malang. Hal 4.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

34

dan karena juga mengerti akan akibat perbuatannya

itu;

2) Keadaan jiwa seseorang itu sedemikian rupa,

sehingga ia dapat menentukan kehendaknya

terhadap perbuatan yang ia lakukan;

3) Seseorang itu harus sadar perbuatan maa yang tidak

dilarang oleh undang-undang.26

Berkaitan dengan pengertian unsur-unsur tindak

pidana(strafbaar feit) ada beberapa pendapat para sarjana

mengenai pengertian unsur-unsur tindak pidana menurut aliran

monistis dan menurut aliran dualistis. Para sarjana yang

berpandangan aliran monistis, yaitu :

a. D. Simons, sebagai menganut pandanganmonistis Simons

mengatakanbahwa pengertian tindak pidana(strafbaar feit)

adalah ”Een strafbaargestelde, onrechtmatige, met schuld

verband staande handeling van een toerekeningsvatbaar

persoon”.

Atas dasar pandangan tentang tindak pidana tersebut

di atas, unsur-unsur tindak pidana menurut Simons adalah :

1) Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat atau

tidak berbuat atau membiarkan);

2) Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld);

26Ibid.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

35

3) Melawan hukum (onrechtmatig);

4) Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband

staad);

5) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab

(toerekeningsyatbaarpersoon).27

b. Van Hamel, menyatakanStafbaarfeitadalaheen weterlijk

omschre enmensschelijke gedraging onrechmatig,

strafwardig en aan schuld te wijten. Jadi menurutVan

Hamelunsur-unsur tindak pidana adalah :

1) Perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-

undang;

2) Bersifat melawan hukum;

3) Dilakukan dengan kesalahan dan

4) Patut dipidana.28

c. Menurut J. Bauman perbuatan atau tindak pidana adalah

perbuatan yang memenuhi rumusan deli, bersifat melawan

hukum dan dilakukan dengan kesalahan.29

Dari pendapat para sarjana yang beraliran monistis

tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pemisahan

antara criminal act dan criminalresponsibility.

Lebih lanjut mengenai unsur-unsur tindak pidana

menurutpendapat para sarjana yang berpandangan

27Tongat. Op. Cit. Hal. 95 28Sudarto. Op. Cit.. Hal. 33 29Tongat. Op. Cit. Hal. 95

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

36

dualistisadalah sebagai berikut:

a. Pompe, mengatakan dalam hukum positif strafbaarfeit tidak

lain adalah feit (tindakan) yang diancam pidana dalam

ketentuan undang-undang. Menurut Pompe, dalam hukum

positif, sifat melawan hukum dan kesalahan bukanlah syarat

mutlak untuk adanya tindak pidana.30

b. Menurut Moeljatnoperbuatan pidana adalah perbuatan yang

diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar

larangan tersebut, maka untuk terjadinya perbuatan atau

tindak pidana harus dipenuhi unsur :

a) Adanya perbuatan manusia;

b) Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (hal ini

merupakan syarat formil, terkait dengan berlakunya

pasal 1 (1) KUHP);

c) Bersifat melawan hukum (hal ini merupakan syarat

materiil dan fungsinya yang negatif).31

Dengan demikian pandangan sarjana yang beraliran

dualistis ini ada pemisahan antara criminal act dan criminal

responsibility.

Menurut Sudarto, baik aliran monistis maupun dualistis,

tidak mempunyai perbedaan yang prinsipil dalam menentukan

adanya pidana. Apabila orang menganut pendirian yang satu,

30Ibid. Hal. 96 31Ibid.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

37

hendaknya memegang pendirian itu secara konsekuen, agar

tidak terjadi kekacauan pengertian. Bagi orang yang

berpandangan monistis, seseorang yang melakukan tindak

pidana sudah dapat dipidana, sedangkan bagi yang

berpandangan dualistis, sama sekali belum mencukupi syarat

untuk dipidana karena masih harus disertai syarat

pertanggungjawaban pidana yang harus ada pada si pembuat

atau pelaku pidana. Jadi menurut pandangan dualistis semua

syarat yang diperlukan untuk pengenaan pidana harus lengkap

adanya.32

B.1.3 Subyek Hukum Tindak Pidana

Manusia Sebagai Subyek Tindak Pidana

Setelah berbagai hal tentang tindak pidana, yaitu

mengenai istilah, penegerttian jenis-jenis tindak pidana,

maka hal yang sangat penting berkaitan dengan tindak

pidana adalah mengenai subyek tindak pidana..Hal ini

berkaitan dengan siapakah yang dapat menjadi pelaku

tindak pidana.Apabila melihat bahasan pada bagian

terdahulu tentang pengertian dan unsur-unsur tindak pidana,

maka telah terlihat bahwa unsur yang pertama dari tindak

pidana ialah perbuatan manusia.

32Sudarto. 1975. Hukum Pidana. jilid 1 A-B Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.

Semarang. Hal. 28

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

38

Dengan kata lain dapat dikatakan, bahawa yang

dapat menjadi pelaku tindak pidana itu adalah manusia

(natuurlijke person). Dapat dikatakan bahwa yang dapat

menjadi pelaku tindak pidana adalah manusia dapat

disimpulkan dari hal-hal seperti berikut:33

1) Rumusan delik pada undang-undang (pidana) lazim

dimulai dengan kata-kata “barang siapa” sebagai

contoh dapat dilihat dalam beberapa rumusan delict

dalam KUHP seperti beriku:

a) Pasal 338 KUHP misalnya merumuskan : “barang

siapa sengaja merampas nyawa orang lain,

diancam, karena pembunuhan, dengan pidana

paling lama 15 tahun.”;

b) Pasal 359 KUHP merumuskan : “barang siapa

karena kealpaannya menyebabkan matinya orang

lain, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.”

Kata “barang siapa” dalam rumusan delik diatas,

tidak dapat diartikan lain dari pada “orang” atau “manusia”.

Dengan demikian, kata “barang siapa” dalam rumusan

pasal-pasal diatas maknanya menunjuk pada pengertian

“orang” atau “manusia”.

33Tongat. Op. Cit. Hal. 117

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

39

2) Apabila melihat sanksi yang dapat diterapkan terhadap

pelaku tindak pidana (manusia) sesuai dengan pasal 10

KUHP yaitu:

a) Pidana pokok :

1. Pidana mati;

2. Pidana penjara;

3. Kurungan;

4. Denda;

5. Pidana tutupan.

b) Pidana tambahan :

1. Pencabutan hak-hak tertentu;

2. Perampasan barang-barang tertentu;

3. Pengumuman putusan hakim.

3) Syarat adanya kesalahan

Syarat adanya kesalahan pada diri pelaku untuk

dapat dijatuhkan pidana menunjukkan, bahwa yang

dapat dipertanggungjawabkan hukum pidana itu adalah

manusia. Sebab kesalahan, baik yang berupa

kesengajaan maupun kealpaan, merupakan sikap batin

dari diri manusia.34

34Tongat. Op. Cit. Hal. 118

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

40

B.2 Tinjauan Umum Tentang Pungutan Liar

B.2.1 Pengertian Pungutan Liar

Secara umum pengertian pungutan liar adalah kegiatan

meminta sejumlah uang atau barang yang dilakukan dengan

tidak tertata, tidak berijin resmi dan dilakukan secara sembunyi-

sembunyi dari aparat penegak hukum.

Pungutan liar atau pungli adalah pengenaan biaya di

tempat yang tidak seharusnya biaya dikenakan atau dipungut.

Kegiatan pungutan liar (selanjutnya disebut pungli) bukanlah hal

baru. Pungli berasal dari frasa pungutan liar yang secara

etimologis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

memungut bayaran/meminta uang secara paksa. Jadi pungli

merupakan praktek kejahatan.35

Istilah pungli ini juga terdapat dalam kamus bahasa

China. Li artinya keuntungan dan Pung artinya persembahan,

jadi Pungli diucapkan Pung Li, artinya adalah

mempersembahkan keuntungan.36

Pungutan liarmerupakan perbuatan yang dilakukan oleh

seseorang atau Pegawai Negeri atau Pejabat Negara dengan cara

meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau

tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan

35Sudut Hukum. 2017. “Pengertian Pungutan Liar”. http://www.suduthukum.com.

Diakses 19 April 2017. Pukul 20:12 WIB 36H. Helmy. 2017. “Ternyata Pungli Berasal Dari Bahasa Cina”. https://sulsel.

kemenag.go.id.Diakses 19 April 2017. Pukul 20:15 WIB

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

41

pembayaran tersebut. Hal ini sering disamakan dengan

perbuatan pemerasan.37

Pungutan liar adalah suatu perbuatan yang dilakukan

oleh pegawai negeri atau aparatur negara yang memiliki dan

menyalahgunakan suatu kewenangan tertentu dengan

mengharap sebuah imbalan dengan menyalahi aturan hukum

sehingga menimbulkan akibat moril dan materill bagi orang

lain.38

Sebenarnya, istilah pungli hanyalah merupakan istilah

politik yang kemudian dipopulerkan lebih lanjut oleh dunia

jurnalis. Di dalam dunia hukum (pidana), istilah ini tidak

dijumpai. Belum pernah kita mendengar adanya tindak pidana

pungli atau delik pungli.

Sesungguhnya, pungli adalah sebutan semua bentuk

pungutan yang tidak resmi, yang tidak mempunyai landasan

hukum, maka tindakan pungutan tersebut dinamakan sebagai

pungutan liar (pungli).

Dalam rumusan korupsi pada pasal 12 huruf e UU nomor

20 tahun 2001 berasal dari pasal 423 KUHP yang dirujuk dalam

pasal 1 ayat (1) huruf c UU nomor 3 tahun 1971, dan pasal 12

UU nomor 31 tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang

37Lijan Poltak Sinambela. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan

Implermentasi. Jakarta. Sinar Grafika Offset. hal 96. 38Soedjono Dirdjosisworo. 1983. Pungli: Analisa Hukum & Kriminologi, Cetakan Ke-2.

Bandung. Sinar Baru. Hal 52

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

42

kemudian dirumuskan ulang pada UU nomor 20 tahun 200139,

pengertian pungutan liar adalah suatu perbuatan yang dilakukan

oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan

maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya

memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau

menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk

mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

B.2.2 Unsur-unsur Pungutan Liar

Pungutan liar terdiri atas unsur- unsur obyektif dan

unsur-unsur subjektif antara lain, yaitu:

Unsur-Unsur Obyektif

Pada pungutan liar yang menjadi unsur-unsur objektif

dalam hal ini diatur dalam rumusan korupsi pada Pasal 12

huruf e UU Nomor 20 Tahun 2001 berasal dari Pasal 423

KUHP adalah :

1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara

(deambtenaar);

2. Menyalahgunakan kekuasaan (misbruik van gezag);

3. Memaksa seseorang (iemand dwigen om) untuk :

a. Memberikan sesuatu (iets af geven);

b. Membayar (uitbetaling);

39Undang-Undang nomor 20 tahun 2001 Tentang, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

43

c. Menerima pembayaran dengan potongan, atau (eene

terughouding genoegen nemenbij eene uitbetaling);

d. Mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri (een

persoonlijken dienst verrichten).

Unsur-unsur Subyektif

Pada pungutan liar yang menjadi unsur-unsur

subjektif dalam hal ini diatur dalam rumusan korupsi pada

Pasal 12 huruf e UU Nomor 20 Tahun 2001 berasal dari

Pasal 423 KUHP adalah :

1. Dengan maksud untuk (met het oogmerk om)

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum (zich of een ander wederrechtelijk te

bevoordelen);

2. Menguntungkan secara melawan hukum (wederrechtelijk

te bevoordelen).

B.2.3 Konsep Pungutan Liar Dalam Prespektif Sosiologis, Yuridis,

dan Kriminologis

a. Prespektif Sosiologis

Prespektif sosiologis ini menekankan pada konteks

sosial dalam mana manusia hidup. Perpektif sosiologis

mengkaji bagaimana konteks tersebut mempengaruhi

kehidupan manusia. Perspektif sosiologis merupakan pola

pengamatan ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

44

kehidupan masyarakat dengan segala aspek atau proses

sosial kehidupan di dalamnya. Pada intinya perpektif ini

adalah pertanyaan bagaimana kelompok mempengaruhi

manusia, khususnya bagaimana manusia di pengaruhi

masyarakat.40Oleh karena itu, dalam masyarakat tentunya

sering ditemukan beberapa pandangan yang berbeda satu

sama lain.Tindak pidana pungutan liar ada karena berasal

dari perilaku manusia yang menyimpangdan saling

mempengaruhi satu sama yang lain.

Pada dasarnya masyarakat adalah suatu kenyataan

subjektif, dalam arti bagi setiap orang, dan lembaga-

lembaga lain tergantung pada pandangan subjektif orang

tersebut.

b. Prespektif Yuridis

Prespektif Yuridis disini maksudnya adalah sudut

pandang hukum yang mengandung hal yang harus ditaati.

Pengertian yuridis sendiri adalah segala hal yang memiliki

arti hukum dan sudah disahkan oleh pemerintah. Yuridis

sendiri bersifat memaksa dimana seseorang harus

mematuhinya. Yuridis tidak hanya dalam bentuk tertulis

melainkan juga berbentuk tidak tertulis. Yuridis yang

tertulis diantaranya adalah undang-undang sedangkan

40James M. Henslin. 2007. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta. Erlangga.

Hal 57

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

45

yuridis tidak tertulis adalah hukum adat. Sekalipun dalam

bentuk tidak tertulis, adanya hukum adat tersebut harus

dipatuhi oleh masyarakat. Jika aturan baku tersebut

dilanggar maka yang melanggarnya akan mendapatkan

sanksi. Jika hukum tertulis maka sanksinya adalah dari

pemerintah atau pihak yang berwenang berdasarkan

undang-undang, namun jika hukum tidak tertulis maka

sanksi pelanggaran bisa datang dari masyarakat sendiri.

Berdasarkan prespektif yuridis, tindak pidana

pungutan liar merupakan yuridis dalam bentuk tertulis yang

mana sanksinya telah tercantum di dalam peraturan

perundang-undangan. Sanksi yang diberikan terhadap

pelaku tindak pidana pungutan liar dapat disamakan dengan

sanksi yang tercantum dalam pasal 368 tentang pemerasan,

pasal 378 tentang penipuan, dan undang-undang No. 20

Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi.

c. Prespektif Kriminologis

Topo Santoso mengemukakan bahwa:

Kriminologi mempelajari kejahatan sebagai fenomena

sosial sehingga sebagai pelaku kejahatan tidak terlepas dari

interaksi sosial, artinya kejahatan menarik perhatian karena

pengaruh perbuatan tersebut yang dirasakan dalam

hubungan antar manusia. Kriminologi merupakan kumpulan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

46

ilmu pengetahuan dan pengertian gejala kejahatan dengan

jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah

keterangan-keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-

pola dan faktor-faktor kausal yang berhubungan dengan

kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat

terhadap keduanya.41 Berkaitan dengan apa yang di

kemukakakan Topo Santoso, bahwa objek dari kajian

kriminologi adalah:42

1. Kejahatan

Berbicara tentang kejahatan, maka suatu yang

dapat kita tangkap secara spontan adalah tindakan yang

merugikan orang lain atau masyarakat umum, atau

lebih sederhana lagi kejahatan adalah suatu perbuatan

yang bertentangan dengan norma. Seperti apakah

batasan menurut kriminologi. Banyak para pakar

mendefinisikan kejahatan dari berbagai sudut.

Pengertian kejahatan merupakan suatu pengertian yang

relatif, suatu kondisi yang tegantung pada nilai-nilai

dan skala sosial. Kejahatan yang dimaksud disini

adalah kejahatan dalam arti pelanggaran terhadap

undang-undang pidana. Disinilah letak berkembangnya

kriminologi dan sebagai salah satu pemicu dalam

41Topo Santoso dan Eva Achjani. 2011. Kriminologi. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Hal.

23 42Ibid. Hal 12

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

47

perkembangan kriminologi. Kejahatan didefinisikan

secara luas, dan bentuk kejahatan tidak sama menurut

tempat dan waktu. Kriminologi dituntut sebagai salah

satu bidang ilmu yang bisa memberikan sumbangan

pemikiran terhadap kebijakan hukum pidana.

2. Perilaku

Setelah mempelajari kejahatannya, maka

sangatlah tepat kalau pelaku kejahatan tersebut juga

dipelajari. Akan tetapi, pemikiran tersebut tidak

demikian adanya, yang dapat dikualifikasikan sebagai

pelaku kejahatan untuk dapat dikategorikan sebagai

suatu pelaku adalah mereka yang telah ditetapkan

sebagai pelanggar hukum oleh pengadilan. Objek

penelitian kriminologi tentang pelaku adalah tentang

mereka yang telah melakukan kejahatan, dan dengan

penelitian tersebut diharapkan dapat mengukur tingkat

kesadaran masyaakat terhadap hukum yang berlaku

dengan muaranya adalah kebijakan hukum pidana baru.

3. Reaksi masyarakat terhadap perbuatan melanggar

hukum dan pelaku kejahatan.

Tidaklah salah kiranya, bahwa pada akhirnya

masyarakatlah yang menentukan tingkah laku yang

tidak dapat dibenarkan serta perlu mendapat sanksi

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

48

pidana. Sehingga dalam hal ini keinginan-keinginan

dan harapan-harapan masyarakat inilah yang perlu

mendapatkan perhatian dari kajian-kajian kriminologi.

B.2.4 Penafsiran Hukum Terhadap Pungutan Liar Dalam Hukum

Pidana

Pada dasarrnya tidak ada sebuah peraturan perundang-

undangan yang mengatur secara pasti mengenai tindak pidana

pungutan liar. Dengan tidak adanya sebuah peraturan

perundang-undangan yang mengaturnya, bukan berarti pelaku

tindak pidana pungutan liar tidak dapat di hukum. Oleh karena

itu diperlukan sebuah penafsiran hukum untuk mencari jalan

keluar guna dapat menjerat pelaku tindak pidana pungutan liar

tersebut. Adapun jenis-jenis dari penafsiran hukum, yaitu:43

1. Penafsiran Tata Bahasa (Gramatikal)

Pada penafsiran gramatikal ketentuan yang terdapat di

peraturan perundang-undangan ditafsirkan dengan

berpedoman pada arti perkataan menurut tata bahasa atau

menurut kebiasaan.

2. Penafsiran Autentik/resmi

Penafsiran autentik adalah penafsiran yang dilakukan

berdasarkan pengertian yang ditentukan oleh pembentuk

undang-undang

43Wibowo Tunardy. 2017. “Penafsiran Hukum/Interprestasi Hukum”.http://www.jurnal

hukum.com. Diakses 13 Mei 2017. Pukul 13:50 WIB

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

49

3. Penafsiran Historis

Penafsiran historis dilakukan berdasarkan:

Sejarah hukumnya, yaitu berdasarkan sejarah terjadinya

hukum tersebut

Sejarah undang-undangnya, yaitu dengan menyelidiki

maksud pembentuk undang-undang pada saat

membentuk undang-undang tersebut

4. Penafisran Sistematis

Penafsiran sistematis dilakukan dengan meninjau

susunan yang berhubungan dengan pasal-pasal lainnya, baik

dalam undang-undang yang sama maupun dengan undang-

undang yang lain.

5. Penafsiran Nasional

Penafsiran nasional merupakan penafsiran yang

didasarkan pada kesesuaian dengan sistem hukum yang

berlaku.

6. Penafsiran Teleologis (sosiologis)

Penafsiran ini merupakan penafsiran yang dilakukan

dengan memperhatikan maksud dan tujuan dari undang-

undang tersebut. Penafsiran teleologis dilakukan karena

terdapat perubahan di masyarakat, sedangkan bunyi undang-

undang tidak berubah.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

50

7. Penafsiran Ekstensif

Penafsiran ekstensif dialakukan dengan memperluas arti

kata-kata yang terdapat dalam suatu peraturan perundang-

undangan.

8. Penafsiran Restriktif

Penafsiran restriktif dilakukan dengan mempersempit

arti kata-kata yang terdapat dalam suatu peraturan perundang-

undangan.

9. Penafsiran Analogis

Penafsiran analogis dialakukan dengan memberikan

suatu kiasan atau ibarat pada kata-kata sesuai dengan asas

hukumnya.

10. Penafsiran a contrario menurut peringkaran)

Penafsiran a contrario adalah penafsiran yang didasari

pada perlawanan antara masalah yang dihadapi dengan

masalah yang diatur dalam undang-undang.

Dari penafsiran-penafsiran diatas, penafsiran yang dapat

digunakan untuk menjerat pelaku tindak pidana pungutan liar

ialah menggunakan penafsiran sistematis. Dimana dengan cara

meninjau susunan yang berhubungan dengan pasal-pasal lainnya

baik dalam undang-undang yang sama maupun dengan undang-

undang yang lain. Seperti halnya melihat unsur-unsur subyektif

dan unsur-unsur obyektif dari pasal-pasal tindak pidana lainnya

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

51

yang ciri-cirinya mempunyai kesamaan dengan unsur-unsur

subyektif dan unsur-unsur obyektif yang terdapat dalam tindak

pidana pungutan liar. Karena pada hakikatnya terbentuknya

suatu undang-undang merupakan bagian dari keseluruhan sistem

perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak mungkin ada

satu undang-undang yang berdiri sendiri tanpa terikat dengan

peraturan perundang-undangan lainnya.

Berdasarkan penafsiran sistematis, pelaku tindak pidana

pungutan liar dapat dijerat menggunakan pasal pemerasan, pasal

penipuan dan undang-undang tindak pidana korupsi. Penjelasan

lebih rincinya yaitu:

Pungutan liar bisa dikategorikan sebagai pemerasan, Hal

tersebut telah tercantum secara jelas pada Pasal 368 KUHP

Tentang Pemerasan:

"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa

orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,

untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau

sebagian adalah milik orang lain, atau supaya

memberikan hutang maupun menghapus piutang,

diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara

paling lama sembilan tahun".

Pungutan liar juga bisa dikatagorikan sebagai tindak pidana

penipuan, yang telah tercantum di dalam Pasal 378 KUHP

Tentang Penipuan:

"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan

memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

52

muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan

menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu

benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun

menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan

pidana penjara paling lama 4 tahun".

Selsain itu pungutan liar juga bisa dikatagorikan sebagai

tindak pidana korupsi, yang mana telah tercantum dalam Pasal

12 huruf e Undang-undang No. 20 Tahun 2001 Tentang

Tindak Pidana Korupsi :

"Pegawai negeri atau penyelenggaranegara yang dengan

maksud menguntungkan diri sendiri atau oang lain secara

melawan hukum atau dengan menyalahgunakan

kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,

membayar atau menerima pembayaran dengan potongan

atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

Dengan ancaman pidana seumur hidup atau minimal

empat tahun penjara dan maksimal 20 tahun penjara serta

denda minimal Rp200 juta rupiah dan maksimal Rp1

miliar rupiah.

Selain dua pasal tersebut, tindak pidana pungutan liar juga

dapat dijerat menggunakan pasal gratifikasi yang terdapat dalam

Pasal 5 dan Pasal 12 huruf a dan huruf b Undang-undang

No. 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi, yaitu:

Pasal 5:

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana

denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus

lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:

a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai

negeri atau penyelenggara negara dengan maksud

supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara

tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam

jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;

atau

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

53

b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara karena atau berhubungan

dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban,

dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

Pasal 12 huruf a dan huruf b:

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):

a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang

menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau

patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut

diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau

tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang

bertentangan dengan kewajibannya;

b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang

menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga

bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau

disebabkan karena telah melakukan atau tidak

melakukan sesuatu dalam jabatannya yang

bertentangan dengan kewajibannya.

Akan tetapi perlu diketahui, didalam Undang-undang No.

20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi terdapat

penambahan 3 pasal yaitu pasal 12 A, 12 B, dan 12 C yang

disisipkan diantara pasal 12 dan 13.

Di dalam pasal 12 A menjelaskan bahwa di dalam pasal 5

dan 12 Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tidak berlaku bagi

tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari 5 juta rupiah.

Akan tetapi tetap bisa di hukum dengan pidana penjara paling

lama 3 tahun dan pidana denda paling banyak 50 juta rupiah.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

54

Yang mana telah tercantum secara jelas pada pasal 12A

Undang-undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana

Korupsi:

(1) Ketentuan mengenai pidana penjara dan pidana

denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal

6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan

Pasal 12 tidak berlaku bagi tindak pidana korupsi

yang nilainya kurang dari Rp 5.000.000,00 (lima juta

rupiah).

(2) Bagi pelaku tindak pidana korupsi yang nilainya

kurang dari Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun

dan pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00

(lima puluh jutarupiah).

Didalam penjelasan Pasal 12 B ayat (1) Undang-undang

No. 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi,

dijelaskan bahwa Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas,

yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,

pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,

perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun

di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana

elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila

berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan

kewajiban atau tugasnya (Pasal 12 B ayat (1) Undang-undang

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

55

Tipikor). Secara logis, tidak mungkin dikatakan adanya suatu

penyuapan apabila tidak ada pemberi suap dan penerima suap.44

Adapun contoh-contoh pemberian yang dapat

dikategorikan sebagai gratifikasi yang sering terjadi, yaitu:45

1. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari

raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya

2. Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari

pejabat oleh rekanan kantor pejabat tersebut

3. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya

untuk keperluan pribadi secara cuma-Cuma

4. Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk

pembelian barang dari rekanan

5. Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada

pejabat

6. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi

lainnya dari rekanan

7. Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat

kunjungan kerja

8. Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih

karena telah dibantu

44Hukum Online. 2017. “Ancaman Pidana bagi Pemberi dan Penerima Gratifikasi”.

http://www.hukumonline.com. Diakses 14 Mei 2017. Pukul 10:25 WIB 45Komisi Pemberantasan Korupsi. 2017. “Buku Saku KPK: Memahami Untuk Membasmi

Tindak Pidana Korupsi”. Jakarta. Sinar Grafika Offset. hal 15

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satgas ...eprints.umm.ac.id/37883/3/jiptummpp-gdl-bayuakbars... · Satgas (satuan tugas) merupakan sebuah kelompok yang berorientasi

56

Akan tetapi, menurut Pasal 12 C ayat (1) Undang-undang

No. 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi,

gratifikasi yang diterima oleh pegawai negeri atau

penyelenggara negara tidak akan dianggap sebagai suap apabila

penerima gratifikasi melaporkan kepada KPK. Pelaporan

tersebut paling lambat adalah 30 hari sejak tanggal diterimanya

gratifikasi.

Jadi, ancaman hukuman pidana tidak hanya dikenakan

kepada pelaku penerima gratifikasi saja, tetapi juga kepada

pemberinya.