BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI...

49
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukum Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Perlindungan berasal dari kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi. Sedangkan perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker. Beberapa unsur kata perlindungan: 1. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/ tampak, menjaga, memelihara, merawat, menyelamatkan; 2. Perlindungan: proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal (perbuatan) memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung); 3. Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi; 4. Terlindung: tertutup oleh sesuatu hingga tidak kelihatan; 5. Lindungan: yang dilindungi, cak tempat berlindung, cak perbuatan; 6. Memperlindungi: menjadikan atau menyebabkan berlindung; 7. Melindungkan: membuat diri terlindungi. Pengertian perlindungan dalam ilmu hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan di Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukum

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Perlindungan berasal dari kata

lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan

membentengi. Sedangkan perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan,

penjagaan, asilun, dan bunker.

Beberapa unsur kata perlindungan:

1. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/ tampak, menjaga,

memelihara, merawat, menyelamatkan;

2. Perlindungan: proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal (perbuatan)

memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung);

3. Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi;

4. Terlindung: tertutup oleh sesuatu hingga tidak kelihatan;

5. Lindungan: yang dilindungi, cak tempat berlindung, cak perbuatan;

6. Memperlindungi: menjadikan atau menyebabkan berlindung;

7. Melindungkan: membuat diri terlindungi.

Pengertian perlindungan dalam ilmu hukum adalah suatu bentuk pelayanan

yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan

untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan

sanksi dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang

diberikan pada tahap penyelidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan di

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

sidang pengadilan. Aturan hukum tidak hanya untuk kepentingan jangka

pendek saja,akan tetapi harus berdasarkan kepentingan jangka panjang.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang

merangkum nilai-nilai sosial

(http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/01/seputar-pengertian

perlindungan-hukum.html).

Menurut Sumodiningrat (1996), bahwa pemberdayaan masyarakat

merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi

kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat

senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat

sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai

pihak yang memberdayakan. Perlindungan yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No.2 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Perlindungan Korban dan

Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat adalah suatu bentuk

pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat

keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada

korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak

manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.

Hukum menurut J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto adalah

Peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku

manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi

yang berwajib. Menurut R. Soeroso, hukum adalah himpunan peraturan yang

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan

bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta

mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang

melanggarnya. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, pengertian hukum yang

memadai harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu perangkat

kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat,

tapi harus pula mencakup lembaga (institusi) dan proses yang diperlukan

untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan

(http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/01/seputar-pengertian

perlindungan-hukum.html).

Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) diartikan sebagai hubungan

antara dua atau lebih subyek hukum, hubungan mana terdiri atas ikatan antara

individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat atau antara

masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Dalam hubungan hukum

ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban

pihak yang lain (Uti Ilmu Royen, 2009: 52).

Tiap hubungan hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu

masing-masing anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan

yang berbeda-beda dan saling berhadapan atau berlawanan, untuk mengurangi

ketegangan dan konflik maka hukum yang mengatur dan melindungi

kepentingan tersebut yang dinamakan perlindungan hukum (Uti Ilmu Royen,

2009: 53).

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap

subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif

maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan

kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum yaitu

konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,

kemanfaatan dan kedamaian

(http // www.artikata.com/ artiperlindunganhukum.html ).

Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau

konsep Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari

keinginan memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi

manusia, konsep Rechtstaat muncul di abad ke-19 yang pertama kali

dicetuskan oleh Julius Stahl.Pada saatnya hampir bersamaan muncul pula

konsep negara hukum (rule of Law ) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.

Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

dengan negara hukum adalah negara yang menyelenggarakan kekuasaan

pemerintahannya didasarkan pada hukum. Konsep Negara hukum atau

Rechtstaat menurut Julius Stahl mencakup 4 elemen, yaitu :

1. Perlindungan hak asasi manusia;

2. Pembagian kekuasaan;

3. Pemerintahan berdasarkan Undang-undang;

4. Peradilan tata usaha Negara (Philips M. Hadjon 1987: 2).

Sedangkan menurut A.V.Dicey menguraikan adanya 3 (tiga) ciri penting

negara hukum yang disebut dengan Rule of Law , yaitu :

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

1. Supermasi hukum, artinya tidak boleh ada kesewenang-wenangan,

sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum;

2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau pejabat

pemerintah;

3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam Undang-undang atau keputusan

pengadilan.

Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting, dalam

kehidupan dimana hukum dibangun dengan dijiwai oleh moral

konstitusionalisme, yaitu menjamin kebebasan dan hak warga, maka mentaati

hukum dan konstitusi pada hakekatnya mentaati imperatif yang terkandung

sebagai subtansi maknawi didalamnya imperatif. Hak-hak asasi warga harus

dihormati dan ditegakkan oleh pengembang kekuasaan negara dimanapun dan

kapanpun, ataupun juga ketika warga menggunakan kebebasannya untuk ikut

serta atau untuk mengetahui jalannya proses pembuatan kebijakan publik

(Sudikno Mertokusumo, 2003: 22).

Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan

hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dilandasi dua prinsip negara

hukum, yaitu :

1. Perlindungan hukum yang preventif, perlindungan hukum kepada rakyat

yang diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya

sebelum suatu keputusan Pemerintah menjadi bentuk yang menjadi

definitife;

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

2. Perlindungan hukum yang represif Perlindungan hukum yang represif

bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Kedua bentuk perlindungan hukum diatas bertumpu dan bersumber pada

pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia serta berlandaskan pada prinsip

Negara hukum (Zahirin Harahap, 2001: 2).

B. Tinjauan Umum Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

1. Sejarah Perundang-undangan HAKI di Indonesia

a. Perundang-undangan HAKI Masa Penjajahan Belanda

Hak Kekayaan Intelektual bukanlah suatu hal yang baru di

Indonesia. Sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia telah

memiliki Undang-undang tentang HAKI yang merupakan Peraturan

Perundang-undangan yang diberlakukan di Belanda, diberlakukan di

Indonesia sebagai negara jajahan Belanda dengan prinsip konkordansi

(Adrian Sutedi, 2009: 1).

Permasalahn perlindungan HAKI tidak lagi menjadi urusan satu

negara saja, tetapi sudah menjadi urusan masyarakat Internasional.

Terlebih sejak ditandatanganinya Agreement Establishing the World

Trade Organization (WTO). Untuk mewujudkan perlindungan HAKI

yang efisien, efektif dan menguntungkan semua anggota WTO,

diperlukan adanya kerja sama antara anggota WTO baik yang bersifat

regional maupun Internasional (Tim Lindsey, 2011: 23).

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Pada masa itu, bidang HAKI mendapat pengakuan baru 3 (tiga)

bidang HAKI, yaitu bidang hak cipta, merek dagang dan industri, serta

paten.

Adapun Peraturan Perundang-undangan Belanda bidang HAKI adalah

sebagai berikut.

a. Auterswet 1912 (UU Hak Pengarang 1912, UU Hak Cipta;S. 1912-

600);

b. Reglement Industriele Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak

Milik Industrial Kolonial 1912;S. 1912-545 jo. S. 1913-214);

c. Octooiwet 1910 (UU Paten 1910; S. 1910-33, yis S. 1911-33, S.

1922-54.

UU Hak Cipta pertama di Belanda diundangkan pada tahun 1803,

yang kemudian diperbarui dengan UU Hak Cipta tahun 1817 dan

diperbarui lagi sesuai dengan konvensi Bern 1886 menjadi Auterurswet

1912, Indonesia (Hindia Belanda saat itu) sebagai negara jajahan

Belanda, terikat dalam konvensi Bern tersebut, sebagaimana

diumumkan dalam S. 1914-797. Peraturan Hak Milik Industrial

Kolonial 1912 merupakan UU Merek tertua di Indonesia, yang

ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda berlaku sejak tanggal 1

Maret 1913 terhadap wilayah-wilayah jajahannya Indonesia, Suriname,

dan Curacao. UU Paten 1910 tersebut mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli

1912 (Adrian Sutedi, 2009: 2).

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Lingkup berlakunya Perundang-undangan hak kekayaan

intelektual pada zaman Belanda terdapat dalam Indische Staatsregeling

Pasal 131, pada pokoknya mengatur sebagai berikut:

a. Hukum perdata dan hukum dagang (termasuk hukum pidana

maupun hukum acara perdata dan pidana) harus diletakkan dalam

kitab-kitab undang-undang, yaitu dikodifikasi;

b. Untuk golongan bangsa Eropa, dianut (dicontoh) Perundang-

undangan yang berlaku di negeri Belanda (asas konkordansi);

c. Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan Timur Asing (Tionghoa,

Arab, dan sebagainya), jika ternyata “kebutuhan kemasyarakatan”

mereka menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk

bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka, baik seutuhnya

maupun dengan perubahan-perubahan. Dan juga diperbolehkan

membuat suatu peraturan baru bersama, untuk selainnya harus

diindahkan aturan-aturan yang berlaku di kalangan mereka, dan

boleh diadakan penyimpangan jika diminta oleh kepentingan umum

atau kebutuhan kemasyarakatan mereka (ayat 2);

d. Orang Indonesia asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka

belum ditundukan di bawah suatu peraturan bersama dengan bangsa

Eropa, diperbolehkan menundukan diri (onderwerpen) pada hukum

yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan ini boleh dilakukan

baik secara umum maupun secara mengenai suatu perbuatan

tertentu saja (ayat 4);

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

e. Sebelum hukum untuk bangsa Indonesia ditulis dalam Undang-

undang, bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang

berlaku bagi mereka, yaitu “hukum adat” (ayat 6).

Dengan demikian, Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

di Indonesia saat itu bersifat pluralistis sesuai dengan golongan

penduduknya, sehingga ada Peraturan Perundang-undangan Eropa yang

dinyatakan berlaku bagi orang-orang Bumiputra (Indonesia), ada pula

Peraturan Perundang-undangan yang dinyatakan secara khusus dibuat

untuk orang-orang Indonesia Asli (Bumiputra). Peraturan perundang-

undangan Eropa di bidang HAKI yang diatur dalam Reglement

Industriele Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak Milik Industrial

Kolonial 1912;S.1912-545 jo. S.1913-214), Auterswet 1912 (UU Hak

Pengarang 1912, UU Hak Cipta, S. 1912-600) dan Octrooiwet 1910

(UU Paten 1910; S. 1910-33, yis S. 1911-33, S. 1922-54), merupakan

Peraturan Perundang-undangan yang dinyatakan berlaku tidak hanya

untuk golongan Eropa, melainkan juga berlaku untuk golongan bukan

Eropa. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa Peraturan

Perundang-undangan Eropa di bidang HAKI merupakan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku bagi semua golongan penduduk

Indonesia (Adrian Sutedi, 2009: 3).

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

b. Perundang-undangan HAKI Pasca Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia

HAKI merupakan suatu hal yang baru dalam sistem hukum di

Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat, pengakuan terhadap karya

intelektual sudah ada, tetapi hanya berupa pengakuan secara moral dan

etika. Masyarakat Indonesia pada dasarnya merupakan suatu komunitas

yang komunal dengan tingkat kebersamaan yang tinggi, sehingga hak-

hak individu meskipun ada masih kalah oleh kepentingan bersama.

Hak-hak individu tetap dihormati, tetapi pengaturannya sebatas pada

aturan dan norma yang tidak tertulis (Much. Nurachmad, 2012: 17).

Setelah kemerdekaan, Pemerintah Indonesia memperlihatkan

keengganan untuk menerapkan UU Hak Cipta warisan Pemerintah

Kolonial. Indonesia menarik diri dari keikut-sertaannya di Konvensi

Bern pada tahun 1958, dengan alasan Indonesia masih perlu

memperbanyak karya-karya asing demi peningkatan standar

pendidikan, serta bahwa Indonesia tidak layak menjadi anggota

konvensi karena hukum HAKI yang berlaku masih berupa warisan

Belanda. Pemerintah Indonesia saat itu juga tampaknya tidak begitu

tertarik untuk memberlakukan UU Hak Ciptanya sendiri. Banyak

rancangan UU Hak Cipta yang diajukan oleh instansi-instansi

Pemerintah pada tahun 1958, 1968 dan 1972, tetapi tidak ada yang

disetujui dan diterapkan. Barulah pada tahun 1982 Indonesia memiliki

UU Hak Ciptanya sendiri (Simon Butt, 2011: 66).

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

UU merek pertama Indonesia lahir pada tahun 1961 dengan

diundangkannya UU Merek Dagang dan Merek Perniagaan, pada

tanggal 11 Oktober 1961 dan mulai berlaku tanggal 11 November 1961,

yang dikenal juga dengan nomenklatur UU No. 21 Tahun 1961. Dengan

diberlakukannya Undang-undang tersebut, maka Reglement Industriele

Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak Milik Industrial Kolonial

1912; S. 1912-545 jo. S. 1913-214) tersebut dinyatakan dicabut dan

tidak berlaku lagi. Pada tahun 1992 terjadi pembaruan hukum merek di

Indonesia, dengan diundangkan dan diberlakukannya UU No. 19 Tahun

1992 yang mencabut dan menggantikan UU No. 21 Tahun 1961.

Selanjutnya pada tahun 1997, terjadi lagi penyempurnaan terhadap UU

No. 19 Tahun 1992, dengan diundangkan dan diberlakukannya UU No.

14 Tahun 1997. Pada Tahun 2001, UU No. 19 Tahun 1992 jo. UU No.

14 Tahun 1997 tersebut diubah dan disempurnakan serta diganti dengan

lahirnya UU No. 15 Tahun 2001 (Adrian Sutedi, 2009: 4).

UU Hak Cipta pertama Indonesia pasca kemerdekaan baru ada

pada tahun 1982, dengan diundangkan dan diberlakukannya UU No. 6

Tahun 1982. Kemudian pada tahun 1987, UU No. 6 Tahun 1982

tersebut diubah dan disempurnakan dengan diundangkan dan

diberlakukannya UU No. 7 Tahun 1987. Selanjutnya pada tahun 1997,

UU No. 12 Tahun 1997 jo. UU No. 7 Tahun 1987 tersebut. Dan terakhir

pada tahun 2001, UU No. 12 Tahun 1997 jis. UU No. 7 Tahun 1987,

UU No. 6 Tahun 1982 tersebut diubah dan disempurnakan serta diganti

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

dengan UU No. 19 Tahun 2002 serta yang terbaru UU No. 28 Tahun

2014. UU paten Indonesia pertama baru ada pada tahun 1989 dengan

diundangkan dan diberlakukannya UU No. 6 Tahun 1989. Kemudian

pada tahun 1997, UU No. 6 Tahun 1989 tersebut diperbarui dengan UU

No. 13 Tahun 1997 jo. UU No. 6 Tahun 1989 tersebut, diubah dan

disempurnakan serta diganti dengan UU No. 14 Tahun 2001 (Adrian

Sutedi, 2009: 5).

Dengan demikian, sejak tahun 1961 s.d. tahun 1999, yang berarti

selama 54 tahun sejak Indonesia merdeka, bidang HAKI yang telah

mendapat perlindungan dan pengaturan dalam tata hukum Indonesia

baru 3 (tiga) bidang, yaitu merek, hak cipta, dan paten. Adapun 4

(empat) bidang HAKI lainnya varietas tanaman, rahasia dagang, desain

industri, serta desain tata sirkuit terpadu, baru mendapat pengaturan

dalam hukum positif Indonesia pada tahun 2000, dengan

diundangkannya UU No. 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman,

UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 Tahun

2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan UU No. 32 Tahun

2000 tentang Desain Industri (Adrian Sutedi, 2009: 5).

2. Hukum HAKI di Indonesia

Pada dasarnya tidak ada satu pun definisi tentang HAKI atau

Intellectual Property Rights yang diterima secara umum/universal. Namun

untuk dipakai sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan

selanjutnya, berikut ini beberapa definisi mengenai HAKI sebagai berikut.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

a. Menurut W.R. Cornish: Traditionally “the term “intellectual

property” was used to refer to the rights conferred by the grant of

a copying in literary, artistic, and musical works. In more recent

times, however, it has been used to refer to a wide range of

disparate rights, including a number of more often known as

“industrial property”, such as patent and trademarks;

b. Menurut David Brainbridge: Intellectual property law is that area

of law which concern legal rights assorted with creative effort or

commercial reputation and goodwill. Adapun HAKI sebenarnya

bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia. Sejak zaman

Pemerintah Hindia Belanda, Indonesia telah mempunyai Undang-

undang tentang HAKI yaitu Octrooiwet (UU Paten) Stb. No. 33 jjs

S 11-33, S 22-54, Auterswet (UU Hak Pengarang) Stb. 1912 No.

600 serta Reglement Industriele Eigendom (Reglemen Milik

Perindustrian) yang dimuat dalam S. 1912 No. 545 jo. S. 1913 No.

214, yang mulai berlaku sejak tahun 1913.

Sama halnya dengan Undang-undang tentang merek maupun

paten, Undang-undang tentang hak cipta juga telah beberapa kali

mengalami perubahan, yaitu UU No. 6 Tahun 1982 yang telah diubah

pada tahun 1987 (UU No. 7 Tahun 1987), tahun 1997 (UU No. 12

Tahun 1997), dan UU No.19 Tahun 2002 serta yang terbaru adalah UU

No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Adrian Sutedi, 2013: 26-27).

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Hukum kekayaan intelektual bersifat asing bagi kepercayaan

yang mendasari hukum adat, sehingga kemungkinan besar tidak akan

berpengaruh atau kalaupun ada pengaruhnya kecil di kebanyakan

wilayah Indonesia. Banyak konstruksi abstrak yang umum di sistem

hukum barat tidak diakui oleh kebanyakan hukum adat. Salah satu

diantaranya adalah perbedaan antara harta yang berwujud dan tidak

berwujud. Hukum adat berdasar pada konstruksi keadilan yang

konkret, nyata dan dapat dilihat, sehingga tidak mengakui penjualan

barang yang tidak berwujud. Dengan demikian, hukum adat sama

sekali tidak dapat mengakui keberadaan hukum hak kekayaan

intelektual. Sangat mungkin bahwa HAKI yang individualistis akan

disalahtafsirkan atau diabaikan karena tidak dianggap relevan (Tomi

Suryo Utomo, 2011: 71).

C. Tinjauan Umum Hak Cipta

1. Peraturan yang berlaku tentang Hak Cipta

Pertama kali peraturan hak cipta yang berlaku ketika Indonesia

merdeka adalah Auteurswet 1912 Staatsblad No. 600 Tahun 1912.

Peraturan tersebut merupakan peraturan peninggalan zaman penjajahan

Belanda dan diberlakukan sesuai dengan ketentuan Pasal II Aturan

Peralihan Undang Undang Dasar 1945, bahwa sebelum dibentuknya

peraturan baru maka peraturan yang lama masih tetap diberlakukan.

Auteurswet 1912 pada pokoknya mengatur perlindungan hak cipta

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

terhadap ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra (Gatot

Supramono, 2009: 5).

Dalam waktu lima tahun sejak pengundangannya, UU No. 6 Tahun

1982 tentang Hak Cipta telah mengalami perubahan pada tahun 1987,

yang menjadi latar belakang perubahan tersebut karena meluasnya

pelanggaran hak cipta, dengan pengamatan terhadap keadaan yang

mendorong pelanggaran secara lebih besar untuk memperoleh keuntungan

ekonomi yang besar secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para

pemilik atau pemegang hak cipta (Suyud Margono, 2010: 58).

Salah satu kelemahan dari UU No. 6 Tahun 1982 dalam

menanggulangi pelanggaran hak cipta karena peraturan pidananya sebagai

delik aduan. Penyidik baru dapat melakukan penangkapan terhadap

pelakunya setelah adanya pengaduan dari pihak korban. Oleh karena itu,

dalam UU No. 7 Tahun 1987 peraturan pidananya diubah menjadi delik

biasa. Warga masyarakat dapat melaporkan adanya peristiwa pelanggaran

hak cipta. Tanpa perlu ada pengaduan dari korban, penyidik dapat

melakukan penangkapan terhadap pelakunya (Gatot Supramono, 2010: 5-

6).

Perubahan kedua terhadap pengaturan hak cipta di Indonesia terjadi

pada tahun 1997, yaitu UU No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas

UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, sebagaimana telah diubah

dengan UU No. 7 Tahun 1987. Disamping itu, pada tahun 1997 juga

dengan Keppres No. 18 Tahun 1997, Indonesia mengesahkan Konvensi

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Bern tentang Perlindungan Karya Kesusasteraan dan Artistik. UU Hak

Cipta Tahun 1997 adalah Undang-undang hak cipta pertama setelah

penandatanganan TRIPs Agreement dengan beberapa perubahan dengan

penyesuaian minimum standar pengaturan dapat terlihat dalam dasar

menimbang (konsiderans) (Suyud Margono, 2010: 66).

Meskipun UU Hak Cipta sudah diubah dengan mengikuti ketentuan

TRIPs, namun lima tahun kemudian Undang-undang tersebut diganti

dengan yang baru yaitu UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Kemudian mengalami Perubahan lagi dengan dikeluarkannya UU No. 28

Tahun 2014, UU baru ini memiliki 126 pasal.

2. Pengertian Ciptaan, Pencipta, Hak Cipta, dan Pemegang Hak Cipta

Dalam membahas hukum hak cipta tidak cukup hanya memberi

pengertian tentang hak cipta saja akan tetapi perlu juga memberi

pengertian tentang ciptaan, pencipta dan pemegang hak cipta karena

masing-masing berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya.

Pengertian tentang ciptaan, pencipta, hak cipta dan pemegang hak cipta

masing-masing telah dirumuskan dalam UU No. 28 Tahun 2014.

a. Ciptaan

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU Hak Cipta 2014, Ciptaan adalah

setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra

yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,

kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam

bentuk nyata.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

b. Pencipta

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU Hak Cipta 2014, Pencipta adalah

seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-

sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Dari

hal diatas, diketahui bahwa siapa saja ataupun beberapa orang atau

kelompok yang dapat menghasilkan karya baik dalam bentuk seni atau

pun yang lain disebut sebagai Pencipta.

c. Hak Cipta

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU Hak Cipta 2014, Hak cipta adalah

hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip

deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa

mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan. Hak eksklusif adalah hak yang hanya

diperuntukan bagi pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat

memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta. Pemegang hak cipta

yang bukan pencipta hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif

berupa hak ekonomi.

d. Pemegang Hak Cipta

Berdasarkan Pasal 1 angka 4 UU Hak Cipta 2014, Pemegang hak cipta

adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak

tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih

lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

3. Ciptaan yang Dilindungi

a. Ruang lingkup perlindungannya

Sejalan dengan pengertian ciptaan di atas bahwa ruang lingkup

ciptaan berada dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, maka

sejalan dengan itu Pasal 40 Ayat (1) UU Hak Cipta 2014 mengatur

ciptaan yang dilindungi hanyalah ketiga bidang tersebut yang

mencakup ciptaan-ciptaan yang berupa sebagai berikut:

a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua

hasil karya tulis lainnya;

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan

pantomim;

f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar,

ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

g. Karya seni terapan;

h. Karya arsitektur;

i. Peta;

j. Karya seni batik atau seni motif lain;

k. Karya fotografi;

l. Potret;

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

m. Karya sinematografi;

n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,

aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi

ekspresi budaya tradisional;

p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca

dengan Program Komputer maupun media lainnya;

q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut

merupakan karya yang asli;

r. Permainan video;

s. Program komputer.

Terhadap semua bentuk ciptaan di atas perlindungannya

termasuk juga semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi

sudah merupakan bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan

perbanyakan hasil karya tersebut.

b. Ciptaan yang tidak diketahui penciptanya

Suatu ciptaan yang tidak diketahui siapa penciptanya pada

prinsipnya negara sebagai pemegang hak cipta, hal ini dimaksudkan

untuk melindungi karya cipta tersebut dengan tujuan agar pihak lain

tidak meniru atau menggandakan seenaknya dan menjual kepada

umum untuk meraih keuntungan pribadi (Gatot Supramono, 2010: 11).

Berdasarkan Pasal 38 Ayat (1) UU Hak Cipta 2014 mengenai ciptaan

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

yang dimaksud seperti Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional

dipegang oleh Negara.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan status hak cipta

dalam hal suatu karya yang penciptanya tidak diketahui dan belum

diterbitkan misalnya, dalam hal karya tulis yang belum diterbitkan

dalam bentuk buku atau karya musik yang belum direkam (Penjelasan

Pasal 39 UU No. 28 Tahun 2014). Negara di sini dalam kedudukannya

sebagai pemegang hak cipta karena undang-undang, tujuannya untuk

kepentingan melindungi kepentingan umum dan pencipta yang tidak

diketahui siapa orangnya (Gatot Supramono, 2010: 12).

c. Pembatasan hak cipta

Pembatasan hak cipta pada dasarnya bahwa orang dapat

mengumumkan atau memperbanyak ciptaan dengan syarat harus

menyebutkan atau mencantumkan dengan jelas sumbernya, sehingga

perbuatan tersebut tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.

Perbuatan tersebut diatur pada Pasal 43 UU Hak Cipta 2014, yaitu

meliputi:

a. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau Penggandaan

lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;

b. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan

segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama Pemerintah,

kecuali dinyatakan dilindungi oleh Peraturan Perundang-

undangan, pernyataan pada ciptaan tersebut, atau ketika terhadap

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

ciptaan tersebut dilakukan pengumuman, pendistribusian,

komunikasi, dan/atau penggandaan;

c. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari

kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber

sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan

secara lengkap; atau

d. Pembuatan dan penyebarluasan konten hak cipta melalui media

teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial

dan/atau menguntungkan pencipta atau pihak terkait, atau pencipta

tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan

penyebarluasan tersebut;

e. Penggandaan, pengumuman, dan/atau pendistribusian potret

Presiden, Wakil Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil

Presiden, Pahlawan Nasional, Pimpinan Lembaga Negara,

Pimpinan Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian,

dan/atau Kepala Daerah dengan memperhatikan martabat dan

kewajaran sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-

undangan.

Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan

kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan

yang wajar dari pencipta (Much. Nurachmad, 2012: 27). Untuk

kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, serta kegiatan penelitian

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

dan pengembangan, terhadap ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan

dan sastra, Menteri Hukum dan HAM setelah mendengar

pertimbangan Dewan Hak Cipta dapat:

1. Mewajibkan pemegang hak cipta untuk melaksanakan sendiri

penerjemahan dan/atau perbanyakan ciptaan tersebut di wilayah

Negara Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan;

2. Mewajibkan pemegang hak cipta yang bersangkutan untuk

memberikan izin kepada pihak lain untuk menerjemahkan

dan/atau memperbanyak ciptaan tersebut di wilayah Negara

Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan;

3. Menunjukan pihak lain untuk melakukan penerjemahan dan/atau

perbanyakan ciptaan tersebut;

4. Kewajiban untuk menerjemahkan dilaksanakan setelah lewat

jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya ciptaan di bidang

ilmu pengetahuan dan sastra selama karya tersebut belum pernah

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia;

5. Kewajiban untuk memperbanyak dilaksanakan setelah lewat

jangka waktu:

a. 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang matematika

dan ilmu pengetahuan alam dan buku itu belum pernah

diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia;

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

b. 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang ilmu sosial

dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara

Republik Indonesia;

c. 7 (tujuh) tahun sejak diumumkannya buku di bidang seni dan

sastra dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah

Negara Republik Indonesia.

6. Penerjemahan atau perbanyakan hanya dapat digunakan untuk

pemakaian di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan tidak

untuk diekspor ke wilayah negara lain.

Pemerintah berhak untuk melarang pengumuman setiap ciptaan

yang bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah di bidang agama,

pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan, serta ketertiban umum

setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta.

4. Hak Cipta Atas Seni Batik Tradisional

Berkembangnya perdagangan internasional dan adanya gerakan

perdagangan bebas mengakibatkan makin terasa kebutuhan terhadap

HAKI yang sifatnya tidak lagi timbal balik, tetapi sudah bersifat

antarnegara secara global. Pada akhir abad ke-19, perkembangan

pengaturan HAKI mulai melewati batas-batas negara. Tonggak sejarahnya

diawali dengan dibentuknya Paris Convention for The Protection of

Industrial Property (disingkat Paris Convention) atau Konvensi Paris

yang merupakan suatu Perjanjian Internasional mengenai perlindungan

terhadap hak kekayaan perindustrian yang diadakan pada tanggal 20 Maret

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

1883 di Paris. Tidak lama kemudian pada tahun 1886, dibentuk pula

sebuah konvensi untuk perlindungan di bidang hak cipta yang dikenal

dengan International Convention for the Protection of Literary and

Artistic Works (disingkat Bern Convention) yang ditandatangani di Bern

(Afrillyanna Purba, 2009: 32).

Atas desakan Amerika Serikat dan beberapa negara berkembang,

topik perlindungan HAKI di negara-negara berkembang muncul sebagai

suatu isu baru dalam sistem perdagangan Internasional (Robert M.

Sherwood, 1994: 3). HAKI sebagai isu baru muncul di bawah topik

Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Right

(TRIPs) atau Aspek Perdagangan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

Perjanjian tersebut merupakan sesuatu yang kompleks, komprehensif, dan

ekstensif (H.S. Kartadjoemena: 253).

TRIPs bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hukum HAKI

guna mendorong timbulnya inovasi, pengalihan serta penyebaran

teknologi, diperolehnya manfaat bersama membuat dan pemakaian

pengetahuan teknologi, dengan cara menciptakan kesejahteraan sosial

ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban. Untuk itu, perlu

dikurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan Internasional

dengan mengingat kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan yang

efektif dan memadai terhadap HKI, serta untuk menjamin agar tindakan

dan prosedur untuk menegakkan HKI tidak kemudian menjadi penghalang

bagi perdagangan yang sah (Rooseno Harjowidigdo, 1994: 37).

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Upaya Indonesia untuk menyesuaikan Perundang-undangan

nasional di bidang HAKI adalah dengan meratifikasi Perjanjian TRIPs

melalui UU Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement

Establishing The World Trade Organization (WTO).Khusus bagi karya

seni batik, baik di dalam Konvensi Bern maupun TRIPs tidak

menyebutkan tidak menyebutkan secara eksplisit. Namun, apabila

memperhatikan lebih lanjut ketentuan Pasal 1 ayat (1) Konvensi Bern

yang mengatur mengenai lingkup “karya-karya cipta seni dan sastra”,

yang termasuk dalam karya-karya cipta yang dilindungi antara lain

meliputi karya-karya cipta gambar sehingga dapat dikemukakan bahwa

karya seni batik pun sebenarnya mendapat perlindungan melalui Hak

Cipta secara Internasional. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa pada

karya seni batik terkandung nilai seni berupa ciptaan gambar atau motif

dan komposisi warna yang digunakan.

Sekalipun Konvensi Bern dan TRIPs tidak menyebutkan secara

eksplisit perlindungan terhadap karya seni batik, tidak berarti bahwa

negara anggota konvensi tidak memiliki kewenangan untuk

mengakomodasi seni batik sebagai suatu karya yang layak diberikan

perlindungan melalui hak cipta. Hal ini disebabkan setiap negara mengatur

jenis-jenis ciptaan yang dilindungi selain harus berdasarkan kesesuaian

dengan ketentuan-ketentuan Internasional yang berlaku (Konvensi Bern)

juga diberikan kebebasan menentukan ciptaan-ciptaan tertentu yang lain

untuk diberikan perlindungan (Eddy Damian, 2002: 101).

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Di dalam praktik, banyak karya seni batik yang tidak diketahui

penciptanya. Hal seperti ini tidak diatur dalam TRIPs. Namun Konvensi

Bern Pasal 7 ayat (3) sebagai acuan TRIPs justru mengaturnya. Jangka

waktu perlindungan yang diberikan bagi karya cipta tanpa nama oleh

Konvensi Bern adalah berakhir selama 50 tahun setelah karya cipta

tersebut secara hukum telah tersedia untuk umum. Namun demikian

jangka waktu perlindungan terhadap karya cipta tersebut memiliki

pengecualian dan pembatasan terhadap hak eksklusif yang diberikan

sepanjang tidak bertentangan dengan pemanfaatan secara wajar atas karya

yang bersangkutan dan tidak mengurangi secara tidak wajar kepentingan

sah dari pemegang hak, tercantum pada Pasal 13 TRIPs (Afrillyanna

Purba, 2009: 37).

Seni Batik di Indonesia mulai mendapat perlindungan hak cipta

sejak UUHak Cipta 1987 hingga UUHak Cipta 2014, di dalam masing-

masing Undang-undang tersebut seni batik terus mengalami perubahan

pengertian. Adapun perkembangan pengaturan seni batik di Indonesia

adalah sebagai berikut:

a. Pasal 11 ayat (1) huruf f UUHak Cipta 1987

Di dalam penjelasan pasal tersebut, yang dimaksud dengan seni

batik adalah seni batik yang bukan tradisional. Sebab, seni batik yang

tradisional seperti misalnya: parang rusak, sidomukti, truntum dan

lain-lain, pada dasarnya telah merupakan hasil kebudayaan rakyat yang

menjadi milik bersama yang dipelihara dan dilindungi oleh negara.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

b. Pasal 11 ayat (1) huruf k UUHak Cipta 1997

Di dalam penjelasan pasal tersebut, yang dimaksud dengan

“batik” adalah ciptaan baru atau yang bukan tradisional atau

kontemporer. Karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena

mempunyai nilai seni, baik pada ciptaan motif atau gambar maupun

komposisi warnanya. Sedangkan untuk batik tradisional seperti parang

rusak, sidomukti, truntum dan lain-lain menurut perhitungan jangka

waktu perlindungan hak ciptanya memang telah berakhir dan menjadi

public domein. Karena itu, bagi orang Indonesia sendiri, pada dasarnya

bebas untuk menggunakannya.

c. Pasal 12 ayat (1) huruf i UUHak Cipta 2002

Di dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa batik yang

dibuat secara konvensional dilindungi sebagai bentuk ciptaan

tersendiri. Karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena

mempunyai nilai seni, baik pada ciptaan motif atau gambar maupun

komposisi warnanya. Disamakan dengan pengertian seni batik adalah

karya tradisional lainnya yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia

yang terdapat di berbagai daerah, seperti seni songket, ikat, dan lain-

lain yang dewasa ini terus dikembangkan.

d. Pasal 40 ayat (1) huruf j UUHak Cipta 2014

Di dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa “karya seni

batik” adalah motif batik kontemporer yang bersifat inovatif, masa

kini, dan bukan tradisional. Karya tersebut dilindungi karena

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

mempunyai nilai seni, baik dalam kaitannya dengan gambar, corak,

maupun komposisi warna.

Maksud dari “karya seni motif lain” adalah motif yang

merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai

daerah, seperti seni songket, motif tenun ikat, motif tapis, motif ulos,

dan seni motif lain yang bersifat kontemporer, inovatif, dan terus

dikembangkan.

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat diketahui bahwa pada UU Hak

Cipta 1987 dan 1997, seni batik yang mendapat perlindungan hak cipta

adalah seni batik yang bukan tradisional dengan pertimbangan bahwa seni

batik yang tradisional telah menjadi milik bersama (public domein).

Konsekuensinya bagi orang Indonesia mempunyai kebebasan untuk

menggunakannya tanpa dianggap sebagai suatu pelanggaran. Pada UU

Hak Cipta 2002 dan 2014, unsur yang ditekankan adalah pada pembuatan

batik secara konvensional. Adapun batik yang dianggap paling baik dan

paling tradisional/konvensional adalah batik tulis (Afrillyanna Purba,

2009: 38-39).

Sebagai ciptaan yang dilindungi, pemegang hak cipta seni batik

memperoleh perlindungan selama hidupnya dan terus berlangsung hingga

70 (lima puluh) tahun setelah meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1

Januari tahun berikutnya. Selama jangka waktu perlindungan tersebut,

pemegang hak cipta seni batik memiliki hak eksklusif untuk melarang

pihak lain mengumumkan dan memperbanyak ciptaanya, atau memberi

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

izin kepada orang lain untuk melakukan pengumuman dan perbanyakan

ciptaan yang dipunyai tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan menurut

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku (Afrillyanna Purba, 2009:

39).

Jangka waktu perlindungan tersebut diberikan bagi seni batik yang

bukan tradisional, sedangkan bagi seni batik tradisional, misalnya parang

rusak, tidak memiliki jangka waktu perlindungan. Hal ini didasarkan

pertimbangan bahwa batik-batik tradisional seperti itu diciptakan dan

dihasilkan secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia sehingga

diperkirakan perhitungan jangka waktu perlindungan hak ciptanya telah

melewati jangka waktu perlindungan yang ditetapkan dalam Undang-

undang (telah berakhir). Selain itu, hak cipta batik tradisional yang ada

dipegang oleh negara. Hal ini berarti bahwa negara menjadi wakil bagi

seluruh masyarakat Indonesia dalam menguasai kekayaan tradisional yang

ada. Perwakilan oleh negara dimaksudkan untuk menghindari sengketa

penguasaan atau pemilikan yang mungkin timbul di antara individu atau

kelompok masyarakat tertentu. Selain itu, penguasaan oleh negara menjadi

penting khususnya apabila terjadi pelanggaran hak cipta atas batik

tradisional Indonesia yang dilakukan oleh warga negara asing dari negara

lain karena akan menyangkut sistem penyelesaian sengketanya

(Afrillyanna Purba, 2009: 39-40).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa pemberian

perlindungan terhadap seni batik dalam hukum hak cipta Indonesia bukan

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

merupakan suatu pelanggaran terhadap ketentuan Internasional yang ada

baik Konvensi Bern maupun TRIPs.

D. Tinjauan Umum Batik

1. Batik Sebagai Warisan Budaya

Kata batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang mempunyai arti

menulis dan “titik” yang berarti titik. Kata batik merujuk pada kain dengan

corak atau gambar yang dihasilkan oleh bahan malam, yang digunakan

untuk menahan masuknya bahan pewarna. Batik adalah kerajinan yang

memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia

sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan

keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga

di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan

sampai ditemukannya batik cap yang memungkinkan masuknya laki-laki

kedalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu

batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada

corak ”Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan

membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal, pertama adalah teknik

pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan

sebagian dari kain, dalam literatur Internasional, teknik ini dikenal sebagai

wax-resist dyeing. Pengertiaan kedua adalah kain atau busana yang dibuat

dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang

memiliki kekhasan. Batik Indonesia sebagai keseluruhan teknik teknologi

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

serta pengembangan motif dan yang terkait, oleh UNESCO telah

ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan

Nonbetawi (Masterpieces of the Oral and Intangible of Humanity) sejak 2

Oktober 2009. Menurut asal pembuatannya batik Jawa adalah sebuah

warisan keseniaan budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang

dikuasai orang Jawa dari turun-temurun. Batik Jawa mempunyai motif

yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarenakan motif-

motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar

akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka.

Batik Jawa banyak berkembang di Solo atau biasa disebut dengan batik

Solo.

Kita perlu memperkenalkan batik pada generasi penerus bangsa, agar

para penerus bangsa juga sadar bahwa mereka juga mempunyai kewajiban

menjaga dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Batik sebagai warisan budaya sangat perlu sekali untuk dilestarikan, salah

satunya dengan upaya ditemurunkan pada generasi penerus bangsa

Indonesia. Hal ini harus dilakukan agar kebudayaan seni batik tidak punah

dari bangsa Indonesia meskipun adanya perubahan zaman yang lebih

modern, karena batik merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki

oleh bangsa Indonesia. Selain itu batik sangat perlu dilestarikan agar tidak

bisa diklaim oleh negara lain.

Pemerintah Departemen Kebudayaan berusaha keras untuk

mengembangkan kesenian batik, salah satu upayanya yaitu dengan

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

memperbanyak produksi batik agar banyak konsumen yang menggunakan

batik. Hal ini dilakukan agar mendapatkan pengakuan dari dunia bahwa

batik merupakan kesenian atau kerajinan asli Indonesia serta agar

mendapatkan piagam yang menyatakan batik itu milik Indonesia

sepenuhnya. Karena akhir-akhir ini ada negara yang mengakui bahwa

batik merupakan hasil dari kebudayaannya namun hal ini disangkal oleh

Indonesia dan tidak didiamkan oleh bangsa Indonesia untuk

melepaskannya begitu saja.

Batik merupakan salah satu kesenian budaya yang bernilai tinggi

yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, jadi dengan cara apa pun semua

generasi bangsa Indonesia wajib menjaga dan melestarikannya agar batik

tidak diklaim oleh negara lain dan juga tidak akan pernah punah meskipun

dihadang ganasnya era globalisasi seperti sekarang ini. Kenyataan saat ini

hasil kerajinan batik banyak sekali peminatnya, tidak hanya dari orang

Indonesia saja melainkan banyak orang luar negeri atau wisatawan asing

yang kagum dan suka memakai batik. Bila diamati pasti masa dahulu

hampir semua orang Indonesia merasa tidak bangga dengan batik malah

seakan-akan lupa bahwa mereka mempunyai suatu kerajinan budaya batik

yang begitu istimewa yang perlu untuk dijaga. Selain itu para generasi

bangsa pun juga seperti itu, mereka malu bila menggunakan pakaian yang

bercorak batik tapi semua itu kini telah berbalik setelah ada negara lain

yang mengklaim batik atau mengakuinya bahwa batik merupakan

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

budayanya. Kini antusias mereka untuk menjaga dan melestarikan batik

sangat tinggi.

Upaya dan perlunya melestarikan batik seolah-olah terbangun dari

tidur panjang, Pemerintah baru mulai giat mempromosikan salah satu

kerajinan milik bangsa Indonesia, yaitu batik. Kesadaran akan batik

sebagai suatu produk kerajinan bangsa yang kaya akan nilai seni budaya

ini, memang datangnya agak telat. Setidaknya setelah kebakaran jenggot

gara-gara kerajinan ini sempat diklaim oleh salah satu negara tetangga

terdekat sebagai miliknya. Patut disyukuri peristiwa itu menjadi tamparan

keras buat kita untuk lebih menyadari keberadaan kekayaan budaya yang

dimiliki. Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai upaya dalam

melestarikan batik, salah satu terobosan yang dilakukan adalah menggelar

kegiatan pameran guna menghilangkan kesan dan anggapan batik hanya

cocok dikonsumsi oleh kelompok tua dan hanya digunakan untuk

kegiatan formal.

Melibatkan generasi muda dalam proses produksi hingga menjadi

produk akhir berupa kain batik. Aktivitas tersebut tentunya sangat

membekas mendalam untuk mereka karena mereka menjalani proses

antara teori dan praktek yang berjalan bersamaan. Selain itu, Pemerintah

juga mulai berupaya mendorong pelaku bisnis yang bergerak di industri

kerajinan batik untuk memanfaatkan momentum kebangkitan batik di

tanah air saat ini, kemudian mulai memasarkan produk batik hingga ke

mancanegara untuk mecapai sasaran konsumen yang lebih luas.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Upaya Pemerintah tersebut tak jauh dari bagian untuk lebih

memperkenalkan produk asli Indonesia ini ke dunia Internasional,

mempertegas bahwa batik sebenarnya adalah milik bangsa Indonesia,

sekaligus menjadi alat yang bisa digunakan sebagai sarana promosi

industri pariwisata nasional (http://mudaindonesia.com/pelestarian-batik-

sebagai-warisan-budaya-nasional-2/).

2. Sejarah Batik Purbalingga

Kabupaten Purbalingga termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah

bagian barat daya, tepatnya ada posisi: 101011’ – 109

035’ Bujur timur, dan

7010’ – 7

029’ Lintang Selatan dengan luas wilayah Kabupaten Purbalingga

77.764,122 ha atau sekitar 2,39 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah

(3.254 ribu ha). Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pemalang di

utara, Kabupaten Banjarnegara di timur dan selatan, serta Kabupaten

Banyumas di barat dan selatan

(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purbalingga).

Selama ini Purbalingga lebih dikenal sebagai produsen knalpot dan

rambut palsu sebagai tiang penyangga perekonomian masyarakat,

sementara itu, industri kerajinan batik tulis yang merupakan salah satu

intangible heritage cultur (warisan budaya bukan benda) dari

leluhur.Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah

menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.

Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan

mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan (Laporan

Akhir Profil UKM Kabupaten Purbalingga,2010: III-1).

Dalam keseharian di masyarakat Jawa kata “mbathik” atau “nyerat”

yaitu menuliskan malam menggunakan canthing dan membuat motif pada

kain mori yang akhirnya menjadi kain dengan ragam hias tertentu, melalui

proses penciptaan yang dapat menerangkan dan menjelaskan apa sebab

sampai ragam hias itu dibuat. Pada akhirnya, ada maksud tertentu di balik

sebuah kain batik, terdapat nilai-nilai luhur yang dikandungnya. Nilai-nilai

yang melekat ketika sebuah kain batik diciptakan dan nilai-nilai spiritual

budaya yang mnyertai pembuatannya, mengajak/menasehati keturunannya

melalui sebuah Suluk Prawan mBatik Tumeka Mbabar yang tercantum

dalam serat Suluk Pangolahing Sandhang (Sekar Jagad, 2015: 6).

Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan

Majapahit, ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Setelah

majapahit pecah dan penduduknya banyak yang berpencar, persebaran

penduduk tersebut mulai dari Pekalongan, Jogjakarta, Solo, Banyumas

bahkan ke luar Pulau Jawa. Kebiasaan membatik ini sudah melekat kepada

ibu-ibu pada umumnya, sehingga disaat waktu senggang mereka masih

melakukan tradisi membatik (Laporan Akhir Profil UKM Kabupaten

Purbalingga, 2010: III-4).

Bermula dari Yogyakarta, batik juga berkembang di Jawa Tengan

bagian barat, seperti Banyumas, Kebumen, Pekalongan dan Tegal. Begitu

juga batik yang berkembang di Kabupaten Purbalingga tidak terlepas dari

batik Banyumasan, batik Banyumasan sendiri berpusat di daerah Sokaraja

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

di bawa oleh pengikut Pangeran Diponegoro setelah selesainya

peperangan di tahun 1830. Kebanyakan dari mereka menetap di wilayah

karesidenan Banyumas, termasuk Purbalingga.

Salah satu pengikut Pangeran Diponegoro yang menjadi pengusaha

batik banyumasan yang terkenal pada masa itu adalah “Najendra”. Ia yang

mengembangkan batik dan pewarnaannya di Sokaraja. Bahkan mori yang

dipakai hasil tenunan sendiri, dan obat pewarna yang digunakan adalah

daun nila atau tom (Indigoferatinctoria), dan pohon mengkudu / pace,

sedang tenaga pembatiknya kebanyakan dari wilayah Kabupaten

Purbalingga seperti Kecamatan Bobotsari, Kalikajar kulon, Galuh, dan

sebagainya hingga akhir abad XIX (Laporan Akhir Profil UKM

Kabupaten Purbalingga, 2010: III-4 – III-5).

3. Motif Batik dan Filosofi

a. Motif Lumbon

Motif lumbon adalah daun lumbu yang merupakan bahan dasar

makanan khas buntil, makanan ikan gurame di kolam.

Gambar. 1

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

b. Motif Ayam Puger

Motif ini mempunyai simbol kondisi sosial di Banyumas, ayam jago,

bangunan tikelan, garis menggambarkan bangunan tradisional.

Gambar. 2

c. Motif Mega Mendung

Pada bentuk mega mendung bisa kita lihat garis lengkung dari

bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian

melebar keluar (membesar) yang menunjukkan gerak yang teratur

harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini

membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah

(naik dan turun).

Hal itu kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri

(belajar atau menjalani kehidupan sosial agama). Pada akhirnya,

membawa dirinya memasuki dunia baru menuju ke dalam penyatuan

diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) dan pada akhirnya

kembali ke asalnya (sunnatullah). Demikian, kita bisa lihat bentuk

mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

membesar keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi

putaran kecil, tetapi tidak boleh terputus.

Terlepas dari makna filosofis bahwa mega mendung

melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga bentuknya

harus menyatu, sisi produksi memang mengharuskan bentuk garis

lengkung mega mendung bertemu pada satu titik lengkung berikutnya

agar pewarnaan bisa lebih mudah.

Gambar. 3

d. Motif Kawung

Motif kawung bermakna keinginan dan usaha yang keras akan

selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Orang yang

bekerja keras pasti akan menuai hasil walaupun kadang harus

memakan waktu yang lama. Contohnya, seorang petani yang bekerja

giat di sawah, jika tidak ada hama yang mengganggu tentu dia akan

memanen hasil padi yang berlipat di kemudian hari.

Kerja keras untuk menghasilkan rejeki berlipat akan lebih

bermakna jika dibarengi dengan sikap hemat, teliti, cermat, dan tidak

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

boros. Namun budaya kerja keras untuk menuai hasil maksimal tidak

dilakukan oleh semua orang, zaman sekarang di mana banyak orang

ingin serba instan, orang ingin cepat kaya tanpa harus bekerja keras.

Oleh karena itu, ada saja mereka yang melakukan hal-hal tercela untuk

mendapatkan keinginannya.

Gambar. 4

e. Motif Parang atau Lereng

Batik parang atau lereng menurut pakemnya hanya boleh

digunakan oleh sentono dalem (anak dari ratu). Lereng berasal dari

kata mereng (lereng bukit). Sejarah motif ini diawali dari pelarian

keluarga kerajaan dari Keraton Kartasura. Para keluarga raja terpaksa

bersembunyi di daerah pegunungan agar terhindar dari bahaya. Mereka

berada di daerah-daerah yang sulit dijangkau musuh. Motif ini berarti

juga topo broto para raja yang dilakukan di lereng-lereng pegunungan

untuk mendapatkan wahyu atau wangsit.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Dalam tapa brata itulah mereka dapat melihat pemandangan

gunung dan pegunungan yang berderet-deret sehingga menyerupai

pereng atau lereng.

Gambar. 5

f. Motif Parang Rusak Barong

Motif batik parang rusak barong ini berasal dari kata batu karang

dan barong (singa). Parang barong merupakan parang yang paling

besar dan agung, karena kesakralan filosofinya motif inihanya boleh

digunakan untuk raja terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan

dan meditasi, motif ini diciptakan Sultan Agung.

Hanya krakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman

jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya dan kesadaran

sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta.

Barong berarti sesuatu yang besar dan ini tercermin pada besarnya

ukuran motif tersebut pada kain. Motif parang rusak barong ini

merupakan induk dari semua motifparang. Motif ini mempunyai

makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Gambar. 6

g. Motif Batik Parang Kusuma

Motif Batik Parang Kusuma bermakna hidup harus dilandasi

dengan perjuangan untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat

keharuman bunga (kusuma). Bagi orang Jawa yang paling utama dari

hidup di masyarakat adalah keharuman (kebaikan) pribadinya tanpa

meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat

terhindar dari bencana lahir dan batin.

Mereka harus mematuhi aturan hidup bermasyarakat dan taat

kepada perintah Tuhan. Kondisi ini memang tidak mudah untuk

direalisasikan, tetapi umumnya orang Jawa berharap bisa menemukan

hidup yang sempurna lahir batin. Mereka akan rnengusahakan banyak

hal untuk mencapai kehidupan bahagia lahir dan batin. Zaman yang

serba terbuka sekarang ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat

hidup seperti yang diharapkan karena banyak godaan. Orang pun lebih

cenderung mencari nama harum dengan cara membeli dengan uang

yang dimiliki, bukan dari tingkah laku dan pribadi yang baik.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Gambar. 7

h. Motif Ceplok

Bentuk pola ceplok sangat kuno adalah pola kawung. Pola

dengan motif-motif ceplok ini terinspirasi oleh bentuk buah kawung

(buah atap atau buah aren) yang dibelah empat. Keempat bagian buah

bersama intinya itu melambangkan empat arah (penjuru) utama dalam

agama Budha. Pada dasarnya ceplok merupakan kategori ragam hias

berdasarkan pengulangan bentuk geometri, seperti segi empat, empat

persegi panjang, bulat telur, atau pun bintang. Ada banyakvarian lain

dari motif ceplok, misalnya ceplok sriwedari dan ceplok kecil. Batik

truntum juga masuk kategori motif ceplok. Selain itu, motif ceplok

juga sering dipadupadankan dengan berbagai bentuk motif lainnya

untuk mendapat corak dan motif batik yang lebih indah.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Gambar. 8

i. Motif Parikesit

Motif ini mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan,

harus dilandasi dengan usaha keras dan kegesitan. Tentu usaha keras

dan kegesitan itu tidak boleh meninggalkan norma-norma yang berlaku

di masyarakat. Usaha keras dan kegesitan dengan cara kotor harus

dihindari karena bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri.

Gambar. 9

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

j. Motif Garuda (Gurda)

Gurda berasal dari kata garuda seperti diketahui, garuda

merupakan burung besar dalam pandangan masyarakat Jawa, burung

garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bentuk motif

gurda ini terdiri dari dua buah sayap (lar) dan di tengahnya terdapat

badan dan ekor. Motif batik gurda ini juga tidak lepas dari kepercayaan

masa lalu. Garuda merupakan tunggangan Batara Wisnu yang dikenal

sebagai Dewa Matahari. Garuda menjadi tunggangan Batara Wisnu

dan dijadikan sebagai lambang matahari. Oleh masyarakat Jawa,

garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol

kejantanan.

Gambar. 10

k. Motif Merak

Bentuk dasar ragam hias motif burung merak atau huk adalah

seekor anak burung yang baru menetas, menggeleparkan kedua

sayapnya yang masih lemah, berusaha lepas dari cangkang telurnya,

serta separuh badan dan kedua kakinya masih berada di dalam

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

cangkang. Motif burung huk juga sering disebut dengan motif burung

merak. Ide dasarnya adalah pandangan hidup tentang kemana jiwa

manusia sesudah mati dan gambaran tersebut disimpulkan bahwa

kematian hanyalah kerusakan raga, sedangkan jiwanya tetap hidup

menemui Sang Pencipta. Keunikan motif ini adalah ia selalu hadir

bersama dengan motif lainnya, misalnya ceplokan sebagai selingan

motif parang, dalam bentuk yang berbaur dengan motif lainnya.

Gambar. 11

l. Motif Semen Rama

Semenberasal dari kata semi, yaitu tumbuhnya bagian tanaman.

Pada umumnya ornamen pokok pada pola batik motif semen adalah

ornamen yang berhubungan dengan daratan yang digambarkan dengan

tumbuh-tumbuhan dan binatang berkaki empat, udara digambarkan

dengan awan (mega) dan binatang terbang, serta air atau laut

digambarkan dengan binatang air. Sedangkan rama yang merupakan

nama motifsemen berasal dari nama Ramawijaya, dalam motif semen

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

rama terdapat pesan atau nasihat Ramawijaya saat penobatan Wibisana

sebagai Raja Alengka dalam cerita pewayangan.

Nasihat tersebut termaktub di dalam asta brata (delapan

keutamaan bagi seorang pemimpin), yaitu:

1. Endabrata, yaitu pemberi kemakmuran dan pelindung dunia.

Dilambangkan dengan pohon hayat;

2. Yamabrata, yaitu menghukum yang bersalah secara adil.

Dilambangkan dengan awan atau meru (gunung);

3. Suryabrata, yaitu watak matahari yang bersifat tabah.

Dilambangkan dengan garuda;

4. Sasibrata, yaitu watak rembulan yang bersifat menggembirakan

dan memberi hadiah kepada yang berjasa. Dilambangkan dengan

ornamen binatang;

5. Bayubrata, yaitu watak luhur. Dilambangkan dengan ornamen

burung;

6. Dhanababrata atau kuwerabrata, yaitu watak sentosa dan memberi

kesejahteraan pada bawahan. Dilambangkan dengan ornamen

bintang;

7. Pasabrata, yaitu berhati lapang tetapi berbahaya bagi yang

mengabaikan. Dilambangkan dengan kapal air;

8. Agnibrata, yaitu kesaktian untuk memberantas musuh.

Dilambangkan dengan ornamen lidah api.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Gambar. 12

m. Motif Tambal

Ada kepercayaan bahwa bila orang sakit menggunakan kain ini

sebagai selimut, maka ia akan cepat sembuh. Tambal artinya

menambah semangat hari dengan semangat baru itu diharapkan

harapan baru akan muncul sehingga kesembuhan mudah didapat.

Selain itu, dengan kehadiran para penjenguk diharapkan si sakit tidak

merasa ditinggalkan dan memiliki banyak saudara sehingga keinginan

untuk sembuh semakin besar.

Gambar. 13

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

n. Motif Truntum

Motif batik truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana

(Permaisuri Sunan Paku Buwana III) bermakna cinta yang tumbuh

kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus

tanpa syarat, abadi, dan semakin lama terasa semakin subur

berkembang (tumaruntum). Kain motif truntum biasanya dipakai oleh

orang tua pengantin pada haripernikahan. Harapannya adalah agar

cinta kasih yang tumoruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai.

Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk

“menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.

Gambar. 14

o. Motif Sekar Jagad

Makna dari motif batik ini adalah hatinya gembira semarak.

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukumrepository.ump.ac.id/1204/3/BAB II_LAELI TRI RAHMAWATI_HUKUM'16.pdf · menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan

Gambar. 15

p. Motif Sido Mulyo

Makna motif batik ini adalah bahagia, rejeki melimpah.

Gambar. 16

(http://senirupaterapanbatikindonesia.blogspot.co.id/2013/12/makna-

dan-filosofi-motif-batik-liris.html).

Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016