BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Body ...eprints.umm.ac.id/63222/2/BAB II.pdf11 BAB II...

17
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Body Shaming A.1. Pengertian Body Shaming Menurut Siti Mazdafiah yang merupakan Direktur Savy Amira Women Crisis Centre dalam jurnal Universitas Petra, body shaming adalah suatu pandangan yang diberikan oleh masyarakat terkait standar kecantikan tertentu atas tubuh seseorang kepada seseorang lainnya yang menyebabkan timbulnya rasa malu akan pada diri korban. Menurut Dolezal dalam Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang, Perlakuan body shaming adalah pengalaman yang di alami oleh individu ketika kekurangan pada tubuh di pandang sebagai sesuatu yang negatif oleh orang lain dari bentuk tubuhnya. Perlakuan body shaming termasuk bullying secara verbal dengan membully badan seseorang. 1 Body shaming sangat berkaitan dengan bentuk tubuh yang ideal menurut masyarakat sekitar, sehingga sekarang ini banyak standar kecantikan yang muncul di masyarakat sehingga membuat seseorang yang tidak memenuhi standar tersebut merasa terkucilkan. Rasa malu pada tubuh menurut Fredrickson & Roberts dalam jurnal Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, adalah konsep yang menunjukkan adanya kesadaran diri dan juga respon negatif terhadap diri sendiri. Hal ini menjadi suatu langkah salah untuk memenuhi standar tubuh 1 Rahmad Hidayat, Eka Malfasari, Rina Herniyanti, Hubungan perlakuan Body Shaming dengan Citra diri Mahasiswa, https://jurnal.unimus.ac.id/, Hlm.79. Diakses tanggal 4 Desember 2019 Pukul 22.30 WIB.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Body ...eprints.umm.ac.id/63222/2/BAB II.pdf11 BAB II...

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Body Shaming

    A.1. Pengertian Body Shaming

    Menurut Siti Mazdafiah yang merupakan Direktur Savy Amira

    Women Crisis Centre dalam jurnal Universitas Petra, body shaming adalah

    suatu pandangan yang diberikan oleh masyarakat terkait standar kecantikan

    tertentu atas tubuh seseorang kepada seseorang lainnya yang menyebabkan

    timbulnya rasa malu akan pada diri korban. Menurut Dolezal dalam Jurnal

    Universitas Muhammadiyah Semarang, Perlakuan body shaming adalah

    pengalaman yang di alami oleh individu ketika kekurangan pada tubuh di

    pandang sebagai sesuatu yang negatif oleh orang lain dari bentuk tubuhnya.

    Perlakuan body shaming termasuk bullying secara verbal dengan membully

    badan seseorang. 1 Body shaming sangat berkaitan dengan bentuk tubuh

    yang ideal menurut masyarakat sekitar, sehingga sekarang ini banyak

    standar kecantikan yang muncul di masyarakat sehingga membuat

    seseorang yang tidak memenuhi standar tersebut merasa terkucilkan.

    Rasa malu pada tubuh menurut Fredrickson & Roberts dalam jurnal

    Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, adalah konsep yang

    menunjukkan adanya kesadaran diri dan juga respon negatif terhadap diri

    sendiri. Hal ini menjadi suatu langkah salah untuk memenuhi standar tubuh

    1 Rahmad Hidayat, Eka Malfasari, Rina Herniyanti, Hubungan perlakuan Body Shaming dengan

    Citra diri Mahasiswa, https://jurnal.unimus.ac.id/, Hlm.79. Diakses tanggal 4 Desember 2019

    Pukul 22.30 WIB.

    https://jurnal.unimus.ac.id/

  • 12

    yang ideal, dan pengakuan atas kegagalan memenuhi standar Ahli lain

    mendefinisikan malu terkait tubuh sebagai pengalaman afektif yang akut

    berasal dari persepsi akan kegagalan mencapai ukuran tubuh sesuai dengan

    standar budaya. Proses seperti ini seringkali meningkatkan kecemasan dan

    perasaan malu akan tubuh. 2

    Kekurangan yang ada pada diri seseorang dan ada yang mengejek

    tentang bentuk tubuh mereka termasuk ke dalam bullying secara verban atau

    menggunakan katta-kata. Sikap di negatif di masyarakat yang bertentangan

    dengan bentuk tubuh, warna kulit, dan tinggi badan. Menurut Chaplin dalam

    Jurnal Universitas Diponegoro, Istilah body shaming juga hampir sama

    dengan pengertian tentang body image yang mengatakan bahwa seseorang

    menjadi lebih baik mengenai penampilannya agar terlihat sempurna di

    khalayak umum.3 Bentuk-bentuk body shaming di masyarakat sangat

    beragam seperti contoh :

    a. Fat Shaming Ini adalah jenis yang paling populer dari body shaming .

    Fat shaming adalah komentar negatif terhadap orang-orang yang

    memiliki badan gemuk atau plus size.

    b. Skinny/Thin Shaming Ini adalah kebalikan dari fat shaming tetapi

    memiliki dampak negatif yang sama. Bentuk body shaming ini lebih

    diarahkan kepada perempuan, seperti dengan mempermalukan

    seseorang yang memiliki badan yang kurus atau terlalu kurus.

    2 Lisya Chairani, Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis,

    https://journal.ugm.ac.id. Diakses tanggal 20 Desember 2019 Pukul 13.20 WIB. 3 Tri Fajariani Fauzia, Lintang Ratri Rahmiaji, Memahami pengalaman body shaming pada

    remaja Perempuan, https://ejournal3,undip.ac.id, Diakses tanggal 4 Desember 2019 Pukul

    19.49 WIB.

    https://journal.ugm.ac.id/https://ejournal3,undip.ac.id/

  • 13

    c. Rambut Tubuh/Tubuh berbulu Yaitu bentuk body shaming dengan

    menghina seseorang yang dianggap memiliki rambut-rambut berlebih

    di tubuh, seperti di lengan ataupun di kaki. Terlebih pada perempuan

    akan dianggap tidak menarik jika memiliki tubuh berbulu.

    d. Warna Kulit Bentuk body shaming dengan mengomentari warna kulit

    juga banyak terjadi. Seperti warna kulit yang terlalu pucat atau terlalu

    gelap.4

    A.2. Body Shaming Dianggap Sebagai Bullying

    Body Shaming dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari

    merundung (bullying) yang sejatinya sudah terjadi sejak dulu hingga

    sekarang. Oxford Dictionary dalam jurnal Universitas Udayana

    mendefinisikan body shaming sebagai tindakan atau mengkritik seseorang

    tentang bentuk atau ukuran tubuhnya, tetapi body shaming hanya ditujukan

    kepada bentuk agresi dimana satu orang atau sekelompok orang berulang

    kali melecehkan korban secara verbal atau fisik tanpa provokasi. 5

    Body shaming merupakan perilaku bullying yang bersifat verbal.

    Penindasan ini banyak dilakukan di masyarakat menggunakan kata-kata

    yang menyakiti seseorang lainnya. Tidak menutup kemungkinan kekerasan

    ini dilakukan oleh laki-laki tetapi masih dominan dilakukan oleh

    perempuan. Contoh dari penindasan ini adalah melakukan fitnah yang tidak

    4 Tri Fajariani Fauzia, Lintang Ratri Rahmiaji, Op.Cit., hlm.5 5 Ni Gusti Agung Ayu Putu Rismajayanthi, I Made Dedy Priyanto, Tinjauan Yuridis Terhadap

    Tindak Pidana Penghinaan Citra Tubuh (Body Shaming) Menurut Hukum Pidana Indonesia,

    Https://Ojs.Unud.Ac.Id, Diakses Tanggal 25 Desember 2019 Pukul 12.09 WIB.

    https://ojs.unud.ac.id/

  • 14

    berdasarkan, menyebut seseorang dengan julukan, atau bisa menjurus

    kearah seksual.6

    Perbuatan penghinaan citra tubuh (body shaming) selain dilakukan

    secara verbal atau dapat dikatakan langsung di hadapan korban, dapat juga

    dilakukan secara lisan dan tidak langsung.7 Melakukan tindakan body

    shaming dapat dihukum karena sama saja melakukan tindakan bullying

    menggunakan kata-kata. Damppak yang terjadi jika korban mendapatkan

    tindakan body shaming ini beragam yang paling parah adalah terjadinya

    depresi, tetapi bagi sebagian orang kata-kata pengejekkan tentang bentuk

    tubuh yang diarahkan kepada mereka tidak diitanggapi secara serius karena

    mereka sudah membentengi diri dengan menekankan percaya diri kepada

    diri mereka sendiri.

    B. Tinjauan Umum Tindak Pidana

    B.1. Pengertian Tindak Pidana.

    Istilah tindak pidana merupakan istilah yang berasal dari terjemahan

    kata strafbaarfeit dalam bahasa Belanda. Menurut Simons, tindak pidana

    adalah tindkaan yang dilakukan seseorang yang melawan hukum dan

    dilakukan secara sadar atau tidak sadar dan pelanggarnya wajib

    mempertanggungjawabkan perbuatannya yang sudah diatur oleh hukum di

    Indonesia, yaitu Undang-undang Dasar. 8

    6 Ela Zain Zakiyah, Sahadi Humaedi , Meilanny Budiarti Santoso, “Faktor Yang Mempengaruhi

    Remaja Dalam Melakukan Bullying”, Jurnal Penelitian Dan Ppm. Vol. 4 No 2. 2017. Diakses

    tanggal 22 Januari 2020. Hal. 328 7 Tri Fajariani Fauzia, Lintang Ratri Rahmiaji, Op.Cit., hlm.5-6

    8 Tongat, Loc.Cit., hlm. 95

  • 15

    Menurut Moeljatno yang menjelaskan tentang perbuatan pidana

    sebagai strafbaarfeit, yang berarti bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan

    yang diancam dengan pidana, barangsiapa yang berusaha melanggar dan

    sudah melanggar perintah tersebut. Maka untuk dapat dikatakan sebagai

    tindak pidana harus dapat memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

    a. Adanya perbuatan (manusia)

    b. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (hal ini merupakan

    syarat formil, terkait dengan berlakunya pasal 1 (1) KUHP

    c. Bersifat melawan hukum (hal ini merupakan syarat materiil, terkait

    dengan diikutinya ajaran sifat melawan hukum materiil dalam

    fungsinyaa yang negatif). 9

    Tinjauan tindak pidana terkait unsur-unsur tindak pidana dapat

    dibedakan dari dua sudut pandang yaitu :

    1. Sudut Teoritis Unsur tindak pidana adalah :

    a. Perbuatan

    b. Yang dilarang (oleh aturan hukum)

    c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan).

    2. Sudut Undang-Undang adalah

    a. Unsur tingkah laku: mengenai larangan perbuatan.

    b. Unsur melawan hukum : suatu sifat tercelanya dan terlarangannya dari

    satu perbuatan, yang bersumber dari undang-undang dan dapat juga

    bersumber dari masyarakat.

    9 Tongat, 2008, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan,

    , Malang, UMM Press, Hlm 96-97

  • 16

    c. Unsur kesalahan: mengenai keadaan atau gambaran batin orang

    sebelum atau pada saat memulai perbuatan.

    d. Unsur akibat konstitutif: unsur ini terdapat pada tindak pidana materiil

    (materiel delicten) atau tindak pidana akibat menjadi syarat selesainya

    tindak pidana, tindak pidana yang mengandung unsur akibat sebagai

    syarat pemberat pidana, dan tindak pidana dimana akibat merupakan

    syarat terpidananya pembuat.

    e. Unsur keadaan yang menyertai: unsur tindak pidana berupa semua

    keadaan yang ada dan berlaku dalam mana perbuatan dilakukan.

    f. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana, unsur ini

    hanya terdapat pada tindak pidana aduan yaitu tindak pidana yang

    hanya dapat dituntut pidana jika ada pengaduan dari yang berhak

    mengadu.

    g. Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana: unsur ini berupa

    alasan untuk diperberatnya pidana, dan bukan unsur syarat untuk

    terjadinya atau syarat selesainya tindak pidana sebagaimana pada

    tindak pidana materiil.

    h. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana, unsur keadaan-

    keadaan tertentu yang timbul setelah perbuatan, yang menentukan

    untuk dapat dipidananya perbuatan.

    i. Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana, unsur kepada siapa

    rumusan tindak pidana itu ditujukan tersebut, contoh; “barangsiapa”

    (bij die) atau “setiap orang”.

  • 17

    j. Unsur objek hukum tindak pidana, tindak pidana ini selalu

    dirumuskan unsur tingkah laku atau perbuatan.

    k. Unsur syarat tambahan memperingan pidana, unsur ini berupa unsur

    pokok yang membentuk tindak pidana, sama dengan unsur syarat

    tambahan lainnya, seperti unsur syarat tambahan untuk memperberat

    pidana.10

    Lamintang menjelaskan mengenai unsur-unsur subjektif dan objektif

    dalam suatu tindak pidana, yaitu :

    1. Unsur-unsur subyektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah :

    a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa)

    b. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti

    yang dimaksud di dalam Pasal 53 Ayat 1 KUHP

    c. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedache raad , misalnya

    terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340

    KUHP

    d. Perasaan takut atau vress, antara lain terdapat dalam rumusan

    tindak pidana Pasal 308 KUHP

    2. Unsur-unsur obyektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah :

    a. Sifat melawan hukum atau wederrechtelijkheid

    b. Kualitas dari si pelaku, misalnya “Keadaan sebagai seorang

    pegawai negeri” di dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415

    KUHP atau “keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu

    10

    Mukhlis R, Tindak Pidana Di Bidang Pertanahan Di Kota Pekanbaru, Jurnal Ilmu Hukum, Vol 4

    No.1 Hlm. 203-204

  • 18

    perseroan terbatas” di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP.

    Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai

    penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat. 11

    C. Tindak Pidana Penghinaan

    C.1. Pengertian Penghinaan

    Istilah lain dari Tindak Pidana Terhadap Kehormatan adalah Tindak

    Pidana Penghinaan. Dilihat dari kepentingan yang ingin dilindungi dari dari

    tindak pidana ini yaitu berupa kehormatan atau nama baik seseorang. Satu

    hal yang patut dicatat adalah bahwa istilah kehormatan dalam konteks ini

    menunjuk pada kehormatan orang. Kehormatan atau nama baik orang yang

    akan dilindungi di sini juga meliputi kehormatan atau nama baik semua

    orang. Dalam hal ini tidak dibedakan, apakah orang itu adalah orang baik

    baik-baik atau tidak. Dalam hal ini setiap orang berhak dan mempunyai hak

    untuk dilindungi kehormatan atau nama baiknya. 12

    Kejahatan penghinaan

    dapat dibedakan menjadi :

    1) Penghinaan Umum (diatur dalam bab XVI buku II)

    2) Penghinaan Khusus (tersebar di luar bab XVI buku II)

    Kejahatan Penghinaan umum terdiri dari beberapa macam yaitu :

    a. Pencemaran/Menista (smaad) yang diatur dalam pasal 310 (1) KUHP.

    b. Menista dengan surat/secara tertulisn yang diatur dalam pasal 310 (2)

    KUHP.

    11

    Chant S. R. Ponglabba, Tinjauan Yuridis Penyertaan Dalam Tindak Pidana Menurut Kuhp,

    Https://media.neliti.com/, Hlm.32 Diakses Tanggal 23 Januari 2020, Pukul 13.11 WIB. 12

    Tongat, 2003, Hukum Pidana Materiil Tinjauan atas Tindak Pidana Terhadap Subyek Hukum

    dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: Penerbit Djambatan, Hllm.148

    https://media.neliti.com/

  • 19

    c. Memfitnah (laster) yang diatur dalam pasal 311 KUHP.

    d. Penghinaan ringan yang diatur dalam pasal 315 KUHP.

    e. Pengaduan yang bersifat memfitnah diatur dalam pasal 317 KUHP.

    f. Perbuatan yang bersifat memfitnah diatur dalam pasal 318 KUHP.

    g. Penistaan terhadap orang meninggal pasal 320 dan 321 KUHP.

    Merujuk pendapat R Soesilo, maka menghina dapat diartikan sebagai

    menyerang kehormatan dan nama baik seseorang. Patut dicatat, bahwa

    kehormatan yang diserang disini (dalam konteks penghinaa) hanya

    mengenai nama seseorang di masyarakat bukan tentang ajakan seksual.

    C.2.Penghinaan Dalam KUHP Pasal 310

    Tindak Pidana penghinaan ini diatur dalam pasal 310 ayat (1) yaitu :

    “Barangsiapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang,

    dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya diketahui

    oleh umum, diancam, karena pencemaaran, dengan pidana penjara paling

    lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”

    - Unsur Objektif, terdiri dari :

    a. Menyerang kehormatan atau nama baik seseorang

    b. Dengan menuduh sesuatu hal

    - Unsur Subjektif, terdiri dari :

    a. Dengan sengaja

    b. Maksud supaya diketahui umum 13

    Berdasarkan rumusan pasal 310 KUHP, maka tersimpulkan bahwa agar

    seseorang dipidana berdasarkan aturan ini, maka pelaku harus melakukannya

    13

    Ibid.Hlm, 159

  • 20

    dengan bbenar yaitu menggunakan kata-kata yang menuding bahwa

    seseorang ini melakukan suatu perbuatan dan berita tersebut tersebar dan

    diketahui oleh khalayak umum. Dalam hal ini sesuatu hal yang dituduhkkan

    itu tidak harus berupa perbuatan-perbuatan yang bersifat jahat, tetapi tuduhan

    ini bisa terjadi terhadap semua hal yang dapat merusak kehormatan atau nama

    baik seseorang. Contohnya yaitu menuduh bahwa seseorang telah serong atau

    berselingkuh,, bahwa seseorang telah asuk ke tempat pelacuran atau

    prostitusi. 14

    Apa yang dimaksud dengan kehormatan ? Kehormatan adalah

    perasaan pribadi atau harga diri. Sedangkan nama baik adalah kehormatan

    yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang masyarakat lainnya yang

    berhubungan dengan kedudukannya di dalam masyarakat.

    Pasal 310 ayat 2 yaitu :

    “Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau dengan gambarran yang

    disiarkan, dipetunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka yang

    bersalah, karena pencemaran tertulis, diancam pidana penjara paling lama

    satu tahun empat bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”.

    - Unsur Objektif, terdiri dari :

    c. Menyerang kehormatan atau nama baik seseorang

    d. Dengan menuduh sesuatu hal

    - Unsur Subjektif, terdiri dari :

    c. Dengan sengaja

    d. Maksud supaya diketahui umum

    - Menuduh melakukan perbuatan dengan cara/melalui : (a) tulisan atau

    (b) gambar :

    14

    Ibid.Hlm 158.

  • 21

    a. Yang disiarkan

    b. Yang dipertunjukkan dan atau

    c. Yang ditempelkan 15

    Tindak pidana yang diatur dalam pasal 310 (1) dan (2) KUHP tidak

    mempersyaratkan bahwa harus dilakukan di hadapan publik, tetapi yang

    harus ditunjukkan adalah bahwa pelaku mempunyai tujuan agar apa yang

    dituduhkan itu diketahui khalayak umum atau diketahui oleh orang lain.

    Dengan pembahasan seperti itu, maka juga tidak perlu dibuktikan apakah

    tuduhannya itu sudah benar-benar diketahui oleh umum atau tidak, tetapi

    yang harus dibuktikan adalah apakah pelaku mempunyai maksud seperti itu.

    Jika hal yang diperbuat dalam pasal 310 ayat (1) dan (2) KUHP dimaksudkan

    untuk membela kepentingan masyarakat luas dan harga diri maka pelaku

    tidak dapat dipidana, tetapi harus membuktikan terlebih dahulu.

    Pasal 310 ayat 3 :

    “Tidak dapat dikatakan mencemar atau mencemar dengan surat jika nyata

    perbuatan itu dilakukan untuk mempertahankan kepentingan untuk

    mempertahankan kepentingan umum atau karena terpaksa

    mempertahankan diri:.

    Menurut pasal 310 ayat 3, perbuatan-perbuatan tersebut dalam ayat (1)

    dan ayat (2) itu tidak dapat dihukum, apabila tuduhan itu dilakukan demi

    membela “kepentingan umum” atau terpaksa untuk “membela diri”. Pantas

    atau tidaknya pembelaan terhadap kepentingan khalayak umum dan

    pembelaan diri yang dikatakan oleh tersangka itu terletak pada pandangan

    hakim. Dalam hal ini hakim baru akan melangkah untuk melakukan 15

    Adami Chazawi, 2013,Hukum Pidana Positif Penghinaan, Malang: Bayumedia Publishing,

    2013, Hlm.92.

  • 22

    pemeriksaan apakah penghinaan yang dilakukan oleh pelaku itu benar-benar

    terdorong demi membela kepentingan masyarakat atau membela diri bila

    pelaku meminta untuk diperiksa (Pasal 312). 16

    Bahwa untuk dapat

    mengajukan alasan demi kepentingan umum, agar tidak dipidana pada

    pencemaran adalah :

    a. Perbuatan (yang terpaksa menghinakan orang) dilakukan bukan semata-

    mata untuk mempertahankan dan melindungi kepentingan hukumnya

    sendiri, melainkan juga untuk kepentingaan hukum orang

    banyak/masyarakat.

    b. Juga isi yang disampaikan haruslah benar, tidak boleh palsu.

    C.3.Penghinaan Ringan dalam KUHP Pasal 315

    Tindak pidana penghinaan ringan diatur pada Pasal 315 KUHP yaitu :

    “ Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran

    atau pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap seseorang, baik di muka

    umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan

    lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan

    kepadanya, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara

    paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak

    empat ribu lima ratus rupiah”

    Unsur Objektif yaitu :

    a. Perbuatan : Menyerang

    b. Objeknya : Kehormatan orang dan Nama baik orang

    c. Caranya : 1. Dengan lisan di muka umum

    2. Dengan tulisan di muka umum

    3. Dengan lisan di muka orang itu sendiri

    16

    R.Sugandhi, Op.Cit., hlm 331.

  • 23

    4. Dengan perbuatan di muka orang itu sendiri

    5. Dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan

    kepadanya. 17

    a. Tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis

    Unsur Subjektif yaitu :

    a. Kesalahan : Dengan sengaja18

    Sedikit berbeda dengan penghinaan yang dikategorikan sebagai

    pencemaran yang mengharuskan pelaku untuk menuduhkan dengan

    menggunakan perkataan yang mengarah untuk menyerang harga diri, maka

    dari itu, penghinaan yang terdapat pada pasal 315 KUHP memiliki syarat

    khusus untuk pelaku diwajibkan menuduhkan suatu. Dalam hal ini karena

    penghinaan yang tidak memiliki sifat pencemaran nama baik ini adalah

    pengertian setiapp penghinaan yang bersifat sosiologis. Karena pengertian

    penghinaan secara umum diartikan sebagai upaya seseorang menurunkan harga

    diri seseorang dengan menggunakan kata-kata tetapi tidak bersifat pencemaran.

    19

    Untuk daapat dijerak dalam pasal penghinaan ringan maka pelaku yang

    dalam melakukannya tidak harus dilakukan di muka umum, tetapi dapat juga

    dilakukan di muka orang yang dihina tersebut. Kata-kata, ucapaan atau kalimat

    yang dapat dikategorikan menghina secara umum tidak ada batasannya. Kata-

    kata, ucapan atau kalimat yang dikategorikan sebagai penghinaan akan sangat

    17

    Adami Chazawi, Op.Cit,. Hlm. 91. 18

    Adami Chazawi, Op.Cit., hlm.112-113 19

    Tongat, Op.Cit., hlm. 166-167

  • 24

    tergantung dari tempat, waktu dan keadaan. Artinya untuk menentukan suatu

    ukuran apakah kata-kata, ucapak atau kalimat tersebut masuk dalam kategori

    penghinaan tergantung dari pandangan masyrakat di tempat, waktu dan

    keadaan tertentu.

    D. Penghinaan Dalam Undang-Undang ITE Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan

    Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009.

    Tindak Pidana Penghinaan juga diatur di dalam Undang-undang tetapi hanya

    penghinaan yang dilakukan di sosial media. Tindak pidana Informasi dan

    Transaksi Elektronik (ITE) diatur di dalam 9 pasal, dari pasal 27 hingga pasal 35.

    Dalam 9 pasal tersebut dirumuskan 17 bentuk/jenis tindak pidana ITE. Pasal 36

    tidak merumuskan bentuk tindak pidana ITE tertentu, melainkan merumuskan

    tentang dasar pemberatan pidana yang diletakkan pada akibat merugikan orang

    lain pada tindak pidana yang diatur dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34. 20

    D.1.Penghinaan Pasal 27 Ayat 3 Undang-Undang ITE Nomor 19 Tahun 2016

    Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009.

    Pasal 27 Ayat 3 berbunyi :

    “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

    mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik

    dan/atau dokumen elektronik yang bermuatan penghinaan dan/atau

    pencemaran nama baik”.

    - Unsur Objektif, terdiri dari :

    a. Melawan Hukum : Tanpa Hak

    b. Perbuatan : - Mendistribusikan dan/atau

    - Mentransmisikan dan/atau

    20

    Adami Chazawi, Ardi Ferdian, 2015, Tindak Pidana Informasi dan Transaksi Elektronik,

    Malang: Media Nusa Creative, Hlm 9

  • 25

    c. Membuat dapat diaksesnya

    d. Objek : - Informasi Elektronik dan/atau

    - Dokumen elekronik yang memiliki

    muatan penghinaan dan/atau

    pencemaran nama baik.

    - Unsur Subjektif, yaitu :

    a. Kesalahan : Dengan sengaja 21

    Penafsiran dari Pasal 27 ayat (3) UU ITE harus merujuk pada pasal-

    pasal penghinaan yang terdapat di dalam KUHP. Sebagai contoh dalam UU

    ITE tidak menjelaskan tentang pengertian pencemaran nama baik. Dengan

    merujuk Pasal 310 ayat (1) KUHP, pencemaran nama baik juga didefinisikan

    sebagai perbuatan seseorang yang menyerang kehormatan atau nama baik

    seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal yang bisa saja terjadi atau tidak

    dengan maksud terang supaya hal itu diketahui oleh khalayak umum. Frasa

    tentang “penghinaan dan/atau pencemaran nama baik” yang tidak ada

    penjelasan sedikitpun dalam Undang-undang ITE, membuktikan bahwa

    tindak pidana ITE Pasal 27 Ayat (3) ini merupakan bagian khusus dari (lex

    specialis) dari penghinaan (beleediging) Bab XVI Buku II KUHP. Seperti hal

    nya terdapat dalam pasal 310 Ayat 3 KUHP, pencemaran tidak dapat dipidana

    apabila dilakukan demi membela kepentingan umum atau karena terpaksa

    untuk membela diri. Dua keadaan inilah yang menyebabkan si pembuat

    21

    Ibid, Hlm.77-79

  • 26

    berhak mendistribusikan, mentransmisikan informasi elektronik meskipun

    isinya bersifat tentang penghinaan. 22

    1) Unsur kesengajaan dan Tanpa hak

    Menurut keterangan Menteri Komunikasi dan Informatika pada

    persidangan di Mahkamah Konstitusi, unsur dengan sengaja diartikan

    sebagai “pelaku harus menghendaki perbuatan mendistribusikan dan/atau

    membuat dapat diaksesnya informasi Elektronik dan/atau Dokumen

    Elektronik dan mengetahui bahwa informasi Elektronik dan/atau

    Dokumen Elektronik dan mengetahui bahwa informasi dan/atau

    Dokumen Elektronik tersebut memiliki muatan penghinaan dan/atau

    pencemaran nama baik”. Sedangkan unsur tanpa hak diartikan sebagai “

    perumus sifat melawan hukum yang dapat diartikan sebagai bertentangan

    dengan hukum dan bertentangan dengan hak atau tanpa kewenangan atau

    tanpa hak.

    2) Untuk mendistribusikan, mentransmisikan, membuat dapat diaksesnya

    Informasi dan/atau Dokumen Elektronik

    D.2. Ancaman Pidana Bagi Orang yang melanggar Pasal 27 Ayat 3 diatur

    dalam Pasal 45 ayat 3 Undang-Undang ITE Nomor 19 Tahun 2016

    Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009.

    Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

    dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

    Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan

    penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)

    tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima

    puluh juta rupiah).

    22

    Ibid, Hlm 69-75

  • 27

    Agar pelaku dapat mendapatkan hukuman karena melanggar dari pasal diatas

    maka harus memenuhi unsur-unsur dari pasal diatas, juga tidak lupa harus

    melihat dari pasal KUHP terlebih dahulu, karena bagaimanapun yang

    dijadikan acuan adalah pasal di dalam KUHP.23

    23

    Mahrus Ali, Pencemaran Nama Baik Melalui Sarana Informasi dan Transaksi Elektronik (Kajian

    dari Putusan MK No. 2/PUU-VII/2009), https://media.neliti.com/, Hlm.134, Diakses tanggal 9

    Februari 2020 Pukul 18.59 WIB.

    https://media.neliti.com/