BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1890/2/BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1890/2/BAB...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Harga Saham
a. Pengertian Harga Saham
Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan atas suatu saham
meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat.
Sebaliknya, pada saat lebih banyak orang yang menjual saham tersebut
dibandingkan dengan orang yang berminat membelinya, maka harga saham
tersebut cenderung akan mengalami penurunan.
Harga saham dapat berubah naik turun dalam hitungan yang begitu
cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam
hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang
dimasukkan ke sistem JATS (Jakarta Autonomated Trading System). Pada
lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat 400 terminal komputer
dimana para floor tracker dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari
nasabah. Menurut Darmadji (2006) Pada monitor – monitor yang memantau
perdagangan saham, tertera beberapa istilah harga saham, yaitu:
1) Previous price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.
2) Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat
pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi.
12
3) High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu
saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
4) Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham
yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
5) Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.
6) Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga
yang terjadi.
7) Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham
pada saat akhir sesi II, yaitu jam 16.00 sore.
b. Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan
perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau
distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya.
Husnan (2005), “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak
pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh
bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas
tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut
menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif
yang dapat dipilih untuk berinvestasi.
Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor
telah menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan
dari hasil penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
13
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam
perusahaan tersebut menurut Darmadji (2006). Sifat dasar investasi saham
adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan.
Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga
mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut
terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan
hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. Pada dasarnya saham
dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama sebagaimana
yang dikemukakan oleh Kertonegoro (2010) yaitu:
1) Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan
prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham
non-spekulatif lainnya.
2) Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi
jangka panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan
untuk memperoleh capital gain atau saham sumber penghasilan untuk
mendapat dividen.
3) Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada
penerimaan dividen sehingga mereka akan mencari saham
penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi.
14
c. Jenis-Jenis Saham
Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan
instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Menurut Darmadji (2006),
ada beberapa sudut pandang untuk membedakan jenis-jenis saham yaitu:
1) Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
a) Saham Biasa (common stock)
Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim
berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi
likuidasi, pemegang saham biasa yang mendapatkan prioritas paling
akhir dalam pembagian dividen dari penjualan asset perusahaan. ciri-
ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut:
i. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
ii. Memiliki hak suara (one share one vote).
iii. Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling akhir
apabila bangkrut setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
b) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang
tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang
saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil
atas penjualan asset. Saham preferen mempunyai sifat gabungan
antara obligasi dan saham biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen
adalah:
i. Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden.
15
ii. Tidak memiliki hak suara
iii. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam
pencalonan pengurus.
iv. Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih
dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.
2) Ditinjau dari cara peralihan:
a) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Pada saham atas unjuk tidak tertulis nama pemiliknya, agar
mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lainnya.
Secara hukum, siapapun yang memegang saham ini, maka akan diakui
sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b) Saham Atas Nama (Registered Stocks)
Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas
siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui
prosedur tertentu.
3) Ditinjau dari kinerja perdagangan:
a) Blue Chip Stocks
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi
tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang
stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
b) Income Stocks
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan
16
pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu
menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur
membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan
tidak mementingkan potensi.
c) Growth Stocks
Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang
mempunyai reputasi tinggi.
d) Speculative Stock
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun
belum pasti.
e) Counter Cyclical Stocks
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro
maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga
saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen
yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh
penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
d. Analisis Saham
Analisis saham umumnya dapat dilakukan oleh para investor dengan
mengamati dua pendekatan dasar yaitu:
17
1) Analisis Teknikal
Menurut Husnan (2005), “analisis teknikal merupakan upaya
untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga
saham tersebut di waktu yang lalu”. Sutrisno (2005) menyatakan bahwa:
Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari
data historis dari harga saham serta menghubungkannya dengan trading
volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini
hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan
kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut
dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu seperti adanya
pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan,
pengaruh psikologis maupun pengartuh isu-isu lainnya.
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu
dan upaya untuk menentukan kapan investor harus membeli, menjual
atau mempertahankan sahamnya dengan menggunakan indikator-
indikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang
digunakan adalah moving average (trend yang mengikuti pasar), volume
perdagangan, dan shortinterest ratio. Sedangkan analisis grafik
diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval,
head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data
pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham
untuk menentukan nilai saham.
18
2) Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya
dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber
daya manusia dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam
kinerja keuangan perusahaan. Menurut Husnan (2005), “analisis
fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan
datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menetapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham”. Analisis ini sering disebut sebagai share price forecasting dan
sering digunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Langkah
yang paling penting dalam analisis ini adalah mengidentifikasi faktor-
faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham.
Faktor yang dianalisis merupakan faktor yang berhubungan dengan
kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi,
sumber daya manusia, dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam
kinerja perusahaan.
Menurut Sutrisno (2005), mengemukakan “analisis fundamental
merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada
kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan analisis ekonomi yang
akan mempengaruhi masa depan perusahaan”. Analisis fundamental
menitikberatkan pada rasio keuangan dan kejadian-kejadian yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan
19
perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis fundamental
lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan
mana yang dibeli untuk jangka panjang. Beberapa faktor utama atau
fundamental yang mempengaruhi harga saham yaitu penjualan,
pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen, Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), perubahan manajemen dan
pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan.
e. Penilaian Saham
Nilai saham yang akan dibayar oleh investor tergantung dari hasil
yang diharapkan untuk diterima dan resiko yang terkandung dalam transaksi
pembelian saham. Penilaian (valuation) dimaksudkan untuk dapat
menentukan nilai suatu saham sehingga perlu diperoleh standar prestasi
(standar and performance) yang dapat digunakan untuk menilai manfaat
investasi saham yang bersangkutan. Standar prestasi ini berupa nilai
instrinsik yang menunjukkan prestasi (hasil dan resiko) di masa depan dari
suatu sekuritas.
Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan
oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya
Halim (2005), dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai intrinsik > dari harga pasar saham, maka saham tersebut
undervalued artinya saham tersebut dinilai terlalu rendah. Oleh karena
itu, saham tersebut sebaiknya dibeli atau ditahan sementara.
20
2) Jika nilai intrinsik = harga pasar saham, maka saham tersebut
menunjukkan nilai yang wajar dan berada dalam kondisi
keseimbangan.
3) Jika nilai intrinsik < harga pasar saham, maka saham tersebut
overvalued, artinya saham tersebut dinilai terlalu tinggi. Oleh karena
itu, saham tersebut sebaiknya dijual.
Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham
berdasarkan analisis fundamental Halim (2005), antara lain:
1) Pendekatan Present Value
Pendekatan nilai saat ini (present value) dari suatu saham adalah sama
dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh
pemilik saham tersebut. Dividen merupakan arus kas bagi para
pemegang saham menurut pendekatan the dividen discount model.
Model ini dikembangkan menjadi dua model pendekatan yaitu:
a) Model Tanpa Pertumbuhan Dividen (The Zero Growth Model)
Model ini didasarkan pada asumsi:
i. Keuntungan tidak berubah setiap tahunnya
ii. Semua keuntungan dibagikan sebagai dividen
Sehingga harga saham dirumuskan:
𝑃𝑜 =D
r
Dimana:
Po = Harga saham (nilain instrinsik)
D = Dividen
21
r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap
relevan atau diharapkan)
b) Model Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Model)
Model ini didasarkan pada asumsi:
i. Tidak semua laba dibagikan
ii. Laba ditahan diinvestasikan kembali
Sehingga harga saham dirumuskan:
𝑃𝑜 =D
r − s
Dimana:
Po = Harga saham (nilai intrinsic)
Di = Dividen pada periode i
r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang
dianggap relevan atua diharapkan)
g = Growth of rate (pertumbuhan laba atau dividen di masa
yang akan datang)
c) Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Dalam pendekatan ini harga saham (nilai instrinsik)
dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝑜 = 𝐸𝑃𝑆 𝑥 𝑃𝐸𝑅
Dimana:
Po = Harga saham (nilai instrinsik)
EPS = Earning Per Share (laba per saham)
PER = Prince Earning Ratio
22
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke
waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah
permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika
jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek
maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan.
Menurut Alwi (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga
saham yaitu:
1) Faktor Internal yaitu:
a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk
baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan
penjualan.
b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of
director announcements) seperti perubahan dan pergantian
direktur, manajemen, dan struktur organisasi.
d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan
merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian
dan diakuisisi.
23
e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan
usaha lainnya.
f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti
negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning
Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), price earning ratio,
net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.
2) Faktor Eksternal yaitu:
a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga
tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai
regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan
tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga
saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya
pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.
e) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
24
2. Return On Assets (ROA)
a. Pengertian Return On Assets (ROA)
Menurut Riyanto (2004) “Return On Assets (ROA) adalah
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bersih”. Selain itu, Return On Assets (ROA) juga
merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan jumlah aktiva yang
tersedia diperusahaan. Peningkatan laba ini mempunyai efek yang positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara positif oleh
investor sehingga permintaan saham perusahaan dapat meningkat dan
menaikkan harga saham perusahaan. Modigliani-Miller menyatakan bahwa
nilai perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh
aktiva-aktivanya.
Return on Assets (ROA) merupakan penilaian profitabilitas atas total
asset, dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan rata-rata total
aktiva. Menurut Kasmir (2008) “Return on Assets (ROA) menunjukkan
efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva baik dari modal sendiri
maupun dari modal pinjaman” investor akan melihat seberapa efektif suatu
perusahaan dalam mengelola asset. Semakin tinggi tingkat Return on Assets
(ROA) maka akan memberikan efek terhadap volume penjualan saham,
artinya tinggi rendahnya Return on Assets (ROA) akan mempengaruhi minat
25
investor dalam melakukan investasi sehingga akan mempengaruhi volume
penjualan saham perusahaan begitu pula sebaliknya.
Rasio Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑥 100%
b. Pengaruh Harga Saham dengan Return On Assets (ROA)
Menurut Syamsuddin (2009) dalam bukunya, manajemen keuangan
perusahaan menyatakan bahwa: “para pemegang saham menaruh perhatian
utama pada tingkat keuntungan baik sekarang maupun masa yang akan
datang karena tingkat keuntungan ini akan mempengaruhi harga saham-
saham yang mereka miliki.”
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset
tertentu. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk
menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan
melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini
penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang
dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang
sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor, hal ini menyebabkan
rasio yang selalu diperhatikan oleh calon investor sebelum
menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu
perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam
memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan
26
demikian, semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini
selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor.
Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin
diminati investor, Karena tingkat kembalian akan semakin besar. Hal ini
juga berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal
juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, ROA akan berpengaruh
terhadap harga saham. Jadi, dengan meningkatnya profitabilitas perusahaan
berarti meningkatkan harga saham secara tidak langsung akan
meningkatkan pendapatan per lembar saham (earning per share) yang akan
diterima oleh pemegang saham.
3. Debt to Equity Ratio (DER)
a. Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)
Kasmir (2008) menyebutkan bahwa debt to equity ratio merupakan
rasio yang diukur dari perbandingan antara total utang dengan ekuitas
(modal sendiri). Rasio ini berguna untuk mengetahui perbandingan jumlah
dana yang disediakan oleh kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan
kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengukur sampai sejauh mana modal
pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar.
Bagi kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin tidak
menguntungkan karena semakin besar risiko yang harus ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi investor
maupun perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan
karena menurut Brigham dan Houston dalam Richard (2013), “pendanaan
27
dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan
pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan risiko
perusahaan sebagian besar ada pada kreditor”.
Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut:
DER =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑎𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙)𝑥 100%
b. Pengaruh Harga Saham dengan Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Brigham dan Houston dalam Richard (2013), “pendanaan
dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan
pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan risiko
perusahaan sebagian besar ada pada kreditor”.
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara dana
pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika
Debt to Equity Ratio (DER) tinggi, ada kemungkinan harga saham
perusahaan cenderung rendah karena jika perusahaan memperoleh laba,
perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar
hutangnya dibandingkan dengan membagi dividend kepada investor.
Sebaliknya, jika Debt to Equity Ratio (DER) rendah, ada kemungkinan harga
saham perusahaan cenderung tinggi karena jika perusahaan memperoleh laba,
perusahaan akan membagi dividend kepada investor.
4. Earning Per Share (EPS)
a. Pengertian Earning Per Share (EPS)
Menurut Fabozzi (2006), “earning per share adalah perbandingan
antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak
28
dikurangi dividen saham preferen) dengan jumlah saham yang beredar
selama periode perhitungan yang dilakukan”. Dengan demikian, earning per
share merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para pemegang
saham dari setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode waktu
tertentu.
Menurut Tandelilin (2010), “earning per share adalah laba bersih
setelah bunga dan pajak yang siap dibagikan kepada pemegang saham
dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan”. Menurut Baridwan
(2007), “laba bersih per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh
dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai
oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan
dibagikan”. Tujuan perhitungan earning per share menurut Machfoedz
(2006), adalah “untuk melihat kemajuan (progress) dari operasi perusahaan,
menentukan harga saham, dan menentukan besarnya dividen yang akan
dibagikan”. Selanjutnya Syamsudin (2009) mengatakan bahwa “pada
umumnya para pemegang saham tertarik dengan earning per share (EPS)
yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan
perusahaan”.
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk
mendapatkan deviden, jika nilai earning per share kecil, maka kecil pula
kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat
dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per
29
share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah.
Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun.
Rasio Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut:
EPS =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
b. Pengaruh Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS)
Menurut Weston dan Brigham dalam Priatinah (2012), “salah satu
faktor yang mempengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham
(earning per share). Seorang investor yang melakukan investasi pada
perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin
tinggi laba per lembar saham (earning per share) yang diberikan perusahaan
akan memberikan pengembalian yang cukup baik”. Ini akan mendorong
investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga
saham perusahaan akan meningkat.
Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas
modal yang diinvestasikan para pemegang saham akan memberikan
pengaruh positif terhadap harga saham sampai pada batasan dimana laba per
lembar saham (earning per share) dapat memberikan informasi mengenai
kondisi perusahaan kepada investor. Oleh sebab itu, earning per share
menjadi alat ukur yang digunakan oleh para investor untuk memperkirakan
kinerja perusahaan di masa depan. Pada umumnya pemegang saham biasa
dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share, karena
hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar
saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share
30
yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
perusahaan. Semakin tinggi profit yang diterima oleh investor akan
memberikan tingkat pengembalian investasi yang cukup baik. Hal ini akan
menjadi motivasi bagi investor untuk mau melakukan investasi yang lebih
besar lagi yang otomatis akan menaikkan harga saham perusahaan. Jumlah
earning per share tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada
pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan
tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen.
Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan
yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar
saham. Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan
berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan
mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada
perusahaan. Semakin tinggi nilai earning per share akan menggembirakan
pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk
pemegang saham Darmadji (2006). Hal ini akan berakibat dengan
meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika
laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun.
31
B. Penelitian Terdahulu
Tabel II.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
1. Yuliana
(2007)
Pengaruh ROE,
NPM, EPS dan
DER Terhadap
Harga Saham
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ
Variabel
independen:
1.ROE
2.NPM
3.EPS
4.DER
Variabel
dependen:
1.Harga saham
Hasil uji F
menunjukkan bahwa
ROE, EPS dan DER
berpengaruh Signifikan
terhadap harga saham.
Hasil uji t menunjukan
bahwa Hanya ROE dan
EPS yang berpengaruh
signifikan terhadap
harga saham.
2. Yurico (2010) Pengaruh Cash
Devidend
Coverage,
Operating Cash
Flow per Share,
Return on Equity,
Return on Assets,
Total Assets
Turnover dan EPS
Terhadap Harga
Saham Pada
Perusahaan
Manufaktur di BEI.
Variabel
independen:
1.Cash Devidend
2.Operating Cash
Flow per Share
3.ROE
4.ROA
5.TATO
6.EPS
Variabel
dependen:
1.Harga Saham
Hasil uji F
menunjukkan bahwa
Cash Devidend
Coverage, Operating
Cash Flow per Share,
ROE, ROA
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
Hasil uji t
menunjukkan bahwa
hanya EPS yang
berpengaruh signifikan
sedangkan yang lain
tidak berpengaruh
signifikan.
3. Priatinah
(2012)
Pengaruh Return
On Investment
(ROI), Earning Per
Share (EPS) dan
Deviden Per Share
(DPS) terhadap
harga saham
perusahaan
pertambangan yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
(BEI) periode
2008-2010
Variabel
independen:
1.ROI
2.EPS
3.DPS
Variabel
dependen:
1.Harga Saham
Hasil uji F enunjukkan
bahwa ROI, EPS, dan
DPS secara bersama
sama berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap harga saham.
Hasil uji t menunjukan
Bahwa variabel ROI,
EPS, dan DPS
berpengaruh secara
positif dan signifikan
terhadap harga saham
32
4. Richard
(2013)
Pengaruh rasio-
rasio keuangan
terhadap harga
saham pada
perusahaan barang
konsumsi yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Variabel
Independen:
1.NPM
2.ROA
3.ROE
4.ROI
5.DER
Variabel
Dependen:
1.Harga Saham
Secara parsial variabel
Net Profit Margin,
Return On Assets,
Return On Investment,
dan Debt to Equity
Ratio tidak
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
secara simultan
variabel Net Profit
Margin, Return On
Assets, Return On
Investment, dan Debt
to Equity Ratio
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
5. Irwanto, Mugi,
dan
Permanasari
(2014)
Analisis Pengaruh
Rasio Profitabilitas
dan Economic
Value Added
terhadap Harga
Saham pada Sub
Sektor Industri
Semen yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Dependen:
Harga Saham
Independen:
1. Return on
Assets
2. Return on
Equity
3. Net Profit
Margin
4. Earning Per
Share
5. Economic
Value Added
Terdapat pengaruh
signifikan ROA, ROE,
NPM, EPS, dan EVA
secara simultan. Secara
parsial ROE dan PBV,
tidak mempunyai
pengaruh signifikan
terhadap harga saham.
6. Cahyono dan
Sutrisno
(2013)
Pengaruh Rasio
Profitabilitas, DER
dan PBVTerhadap
Harga Saham
Perusahaan yang
Terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII)
Dependen:
Harga Saham
Independen:
1. Net Profit
Margin
2. Return on
Assets
3. Return on
Equity
4. Earning Per
Share
5. Debt Equity
Ratio
6. Price to Book
Value
Terdapat pengaruh
signifikan secara
simultan NPM, ROA,
ROE, EPS, DER dan
PBV terhadap harga
saham. Sedangkan
secara parsial ROA,
EPS, dan PBV
berpengatuh terhadap
harga saham.
33
7. Hayati (2013)
Pengaruh Return nn
Assets (ROA),
Return On Equity
(ROE), Earning
Per Share (EPS),
Price Earning
Ratio (PER), dan
Price to Book
Value (PBV)
Terhadap Harga
Saham Pada
Perusahaan
Manufaktur Sub
Sektor Industri
Makanan dan
Minuman Di Bursa
Efek Indonesia
Dependen:
Harga Saham
Independen:
1. Return on
Assets
2. Return on
Equity
3. Earning Per
Share
4. Price Earning
Ratio
5. Price to Book
Value
Terdapat pengaruh
signifikan ROA, ROE,
EPS, PER, dan PBV
secara simultan. Secara
parsial ROE dan PBV,
tidak mempunyai
pengaruh signifikan
terhadap harga saham.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina, 2011). Kerangka konseptual akan
menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel dalam penelitian, yaitu
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat pengaruh ROA, DER dan EPS terhadap Harga Saham.
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dari sudut
pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan
dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Rasio ini penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh
mana investasi yang dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan
34
return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor, hal ini
menyebabkan rasio yang selalu diperhatikan oleh calon investor sebelum
menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi Return On
Assets (ROA) maka akan semakin tinggi deviden yang akan di bayar kepada
investor sehingga harga saham juga akan semakin tinggi karena investor akan
cenderung banyak berinvestasi terhadap perusahaan yang menghasilkan laba.
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara dana
pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika
Debt to Equity Ratio (DER) tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan
cenderung rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan
cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya
dibandingkan dengan membagi dividend kepada investor. Sebaliknya, jika Debt to
Equity Ratio (DER) rendah, ada kemungkinan harga saham perusahaan cenderung
tinggi karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan akan membagi
dividend kepada investor.
Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang
lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham.
Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan berhasil
meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor
untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin
tinggi nilai earning per share akan menggembirakan pemegang saham karena
semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Hal ini akan
35
berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik,
sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptual penelitian
digambarkan sebagai berikut:
Gambar II.1
Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara
logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan
yang dapat diuji (Sekaran, 2006). Hipotesis adalah dugaan atau jawaban
sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data
yang relevan dan kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian.
Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu
yang telah dikemukakan di awal, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
ROA
(X1)
DER
(X2)B
EPS
(X3)
HARGA SAHAM
(Y)
36
H1 : Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H3 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H4 : Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per
Share (EPS) secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham
pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia