BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjaun ...eprints.umm.ac.id/41236/3/BAB 2.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjaun ...eprints.umm.ac.id/41236/3/BAB 2.pdf ·...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjaun Peneliti Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk melihat
pengaruh rasio likuiditas, leverage dan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan. Namun hasil dari penelitian sebelumnya memiliki hasil
yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Edy (2017) yang
menggunakan variabel independent likuiditas, leverage dan
profitabilitas terhadap nilai perusahaan, menyatakan bahwa likuidasi,
leverage dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Dalam penelitian Dwi (2016) menggunakan variabel independent
likuiditas, leverage dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan, dengan
meniliti sampel menggunakan teknik purposive, dengan sampel
sebanyak 12 perusahaan yang memenuhi kriteria, menunjukkan hasil
dimana likuiditas dan profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan, sedangkan leverage berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwohandoko dan Anisyah (2017)
objek penelitian adalah perusahaan tambang, metode analisis data ini
menggunakan model regresi yang menunjukkan bahwa profitabilitas
dan leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
10
Penelitian yang dilakukan Ainun (2016) Sampel yang digunakan
sebanyak 44 perusahaan yang diambil secara purposive sampling
dengan menggunakan metode dokumentasi dan teknik analisa yaitu
regresi linear berganda. Dengan hasil, bahwa variabel profitabilitas dan
leverage berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan,
sedangkan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
2. Tinjauan Teori
Didalam penelitian ini ada beberapa teori yang akan digunakan
untuk mendasari penelitian ini diantaranya, sebagai berikut :
a. Nilai Perusahaan
Menurut Brigham dan Housten (2014:133) mengatakan jika
ingin memaksimalkan nilai suatu perusahaan, maka harus
memanfaatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan yang ada
pada suatu perusahaan tersebut. Menurut Sartono (2010 :9) nilai
Perusahaan adalah nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis
yang sedang beroperasi.
Adanya kelebihan nilai jual diatas nilai likuidasi adalah nilai
dari organisasi manajemen yang menjalankan perusahaan itu. Nilai
perusahaan sangat penting, karena dengan memaksimalkan nilai
perusahaan maka dapat dikatakan perusahaan mampu
memakmurkan para pemegang sahamnya (Brigham dan Housten,
2014 : 150).
11
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan bagi para
pemilik perusahaan, karena semakin tingginya nilai perusahaan
maka akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham.
Memaksimumkan nilai perusahaan adalah bagaimana pihak
manajemen perusahaan mampu memberikan nilai yang maksimum
pada saat perusahaan tersebut masuk ke pasar. Nilai perusahaan
yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi.
Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan Price
to Book Value (PBV). PBV ini dapat membantu peneliti untuk
menilai seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. PBV dapat menunjukkan seberapa jauh sebuah
perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan, semakin tinggi
nilai PBV maka semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai
perusahaan. PBV merupakan perbandingan nilai pasar saham
dengan nilai buku per lembar saham.
Menurut Warsono (2003:39) rumus yang digunakan untuk
mengukur nilai perusahaan, sebagai berikut :
1) Earning Per Share
Merupakan perbandingan antara laba yang tersdia bagi para
pemegang saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar.
Secara matematis EPS dapat dirumuskan sebagai berikut:
EPS = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑑𝑖𝑎 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
12
2) Price to Book Value
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
perusahaan yang terus tumbuh.
PBV = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
3) Price Earning Ratio
Rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga
saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para
pemegang saham.
PER = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑃𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
Menurut Brigham dan Houston (2014:134) nilai perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.) Rasio Likiuditas
Rasio likuiditas menunjukkan hubungan antara kas dengan aset
lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya.
Perusahaan dapat dikatakan likuid apabila perusahaan mampu
melunasi utangnya ketika utang tersebut telah jatuh tempo.
Semakin perusahaan likuid maka perusahaan tersebut mampu
membayar kewajibannya sehingga investor tertarik untuk
membeli saham dan harga saham akan bergerak naik. Dengan
demikian nilai perusahaan akan meningkat.
13
2.) Rasio Manajemen Aset
Rasio manajemen aset mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelola asetnya. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aset
maka biaya modalnya terlalu tinggi dan labanya akan tertekan.
Di lain pihak jika aset terlalu rendah maka penjualan yang
menguntungkan akan menghilang.
3.) Rasio Manajemen Hutang
Rasio leverage mengukur sejauh mana perusahaan mendanai
usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri yang telah
disetorkan dengan jumlah pinjaman kepada kreditur.
4.) Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan
dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba
perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih
perusahaan maupun modal sendiri.
b. Indikator dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan
Didalam penelitian ini ada beberapa indikator dari nilai
perusahaan yang akan digunakan sebagai variabel untuk melakukan
penelitian ini diantaranya, sebagai berikut:
14
1. Likuiditas
Likuiditas merupakam kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Sartono
(2010: 114) Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus tepat
pada waktunya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya, maka
perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayarnya
yang berupa aset lancar yang jumlahnya harus lebih besar dari
kewajiban lancarnya.
Suatu perusahaan dalam melakukan aktivitasnya agar dapat
berjalan dengan lancar harus mampu meningkatkan
likuiditasnya, sehingga perusahaan tersebut likuid atau
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban yang harus
dibayarkan. Menurut Sartono ( 2010 : 116) Rumus yang
digunakan untuk menghitung rasio ini sebagai berikut:
a) Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar (current ratio) merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusaaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih secara keseluruhan.
Current Ratio = 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑥 100%
15
b) Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat (quick ratio) atau ratio sangat lancar (acid test
ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau
utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar
tanpa mempertimbangkan nilai persediaan (inventory).
Quick Ratio = 𝐾𝑎𝑠+𝐸𝑓𝑒𝑘+𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑥 100%
c) Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas (cash ratio) merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang.
Cash Ratio = 𝐾𝑎𝑠+𝐵𝑎𝑛𝑘
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑥 100
Menurut Bambang (2002 : 18) Faktor- faktor yang
mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah sebagai berikut :
a) Investasi pada Harta Tetap
Pemakaian dana untuk pembelian harta tetap adalah salah
satu penyebab utama dari keadaan likuiditas. Jika makin
banyak dana yang digunakan perusahaan untuk harta tetap,
maka untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal
sedikit.
16
b) Volume Kegiatan Perusahaan
Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan memudahkan
kebutuhan dari dana untuk membiayai harta lancar.
c) Pengendalian Harta Lancar
Apabila pengendalian yang kurang baik terhadap besar
investasi dalam persediaan dan piutnag menyebabkan
adanya investasi yang melebihi pada yang seharusnya maka
rasio akan turun tajam, kecuali apabila disediakan lebih
banyak dana jangka panjang.
d) Kekurangan Modal Kerja, hal ini disebabkan antara lain :
Dana yang sebenarnya untuk membiayai harta lancar, tetapi
digunakan untuk harta tetap, Pengurangan modal akibat
pembayaran kembali dana yang berasal dari pinjaman
obligasi, Adanya peningkatan volume penjualan sehingga
perusahaan memerlukan kebutuhan dana lancar yang lebih
besar dan Kurang efektif dalam penggunaan modal kerja.
2. Leverage
Menurut Sartono (2010:114) rasio leverage menunjukkan
kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajibannya baik itu
jangka pendek maunpun jangka panjang. Perusahaan yang tidak
mempunyai leverage berarti menggunakan modal seniri.
Sedangkan, menurut Warsono (2003 : 36) setiap penggunaan
utang pada perusahaan akan berpengaruh terhadap resiko dan
17
pengembalian. Leverage ini menunjukkan seberapa besar
penggunaan utang untuk membiayai investasinya.
Konsep leverage ini penting bagi para investor dalam
melakukan keputusan untuk menilai saham. Perusahaan yang
hutangnya tinggi akan dapat meningkatkan nilai perusahaan
karena investor menilai bahwa perusahaan yang mempunyai
hutang besar, perusahaan tersebut juga bersekala besar.
Sehingga investor akan menanamkan modalnya dan akan
mendapat pengembalian yang besar pula yang selanjutnya akan
menaikan nilai perusahaan.
Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini
adalah debt to equity ratio (DER), semakin tinggi rasio ini
menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio semakin
rendah akan menunjukkan semakin rendah kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung debt to equity
ratio dapat digunakan perbandingan antara total utang dengan
total ekuitas sebagai berikut (Sartono,2010:120). Rasio-rasio
leverage yang umum digunakan sebagai berikut:
a) Rasio Utang terhadap Ekuitas atau DER (Debt to Equity
Ratio)
18
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan
pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui
ekuitas.
DER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
b) Rasio Utang atau Debt Ratio (Debt to Total Asset Ratio)
Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
perusahaan mengandalkan hutang untuk membiayai asetnya.
Debt ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
c) Rasio Laba terhadap Beban Bunga atau TIE (Times Interest
Earned)
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar atau menutupi beban bunga di masa depan.
TIE = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠 (𝐸𝐵𝐼𝑇)
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒
d) Rasio Penutupan Beban Tetap (Fixed ChargeCoverage)
FCC = 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥+𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑡 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒+𝐿𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑂𝑏𝑙𝑖𝑔𝑎𝑡𝑖𝑜
3. Profitabilitas
Menurut Sartono (2010:114) rasio ini dapat mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
19
baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba
bagi modal sendiri.
Menurut Warsono (2003:37) Rasio profitabilitas merupakan
hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan.
Rasio ini untuk mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mengahasilkan keuntungan.
Profitabilitas juga dapat merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Jika manajer mampu
mengelola perusahaan dengan baik maka biaya yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan akan menjadi lebih kecil sehingga
profit yang dihasilkan menjadi lebih besar.
Besar atau kecilnya profit ini yang akan mempengaruhi
nilai perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang dapat digunakan
untuk mengembalikan hutang dan bunga jaminan. Profitabilitas
menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk
membiayai investasi.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu mendapatkan
keuntungan yang tinggi sehingga kinerja keuangan perusahaan
mengalami peningkatan. Dalam penelitian ini rasio
profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset
(ROA).
20
Menurut Hanafi dan Halim (2016 : 85), Dengan
menggunakan return on asset dapat dilihat sejauh perusahaan
dapat memanfaatkan sumber daya yang ada diperusahaan untuk
mampu menghasilkan laba atas ekuitas. Rasio- rasio
profitabilitas yang sering digunakan, sebagai berikut :
a) Tingkat pengembalian total aktiva (return on total assets -
ROA)
Rasio yng menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan.
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 x 100%
b) Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa (return on equity
– ROE)
Rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan
modal sendiri.
ROE = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 x 100%
c) Margin laba atas penjualan (profit margin on sales)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap
penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik
operasi suatu perusahaan.
Profit Margin on Sales = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
21
d) Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning
power)
BEP = 𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
B. Kerangka Pemikiran
Model penelitian ini merupakan abstraksi dari fenomena yang
sedang diteliti. Nilai perusahaan tersebut berhubungan dengan beberapa
faktot diantaranya rasio likiuditas, leverage dan profitabilitas. Berdasarkan
penerapan rumusan masalah dan landasan teoritis maka kerangka pikiran
penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 1 : Kerangka Pikir
Dasar penyusunan kerangka pemikiran pada penelitian ini untuk
mengetahui adanya pengaruh antara variabel Independen yaitu rasio
leverage (X1), likuiditas (X2) dan profitabilitas (X3) berpengaruh terhadap
nilai perusahaan (Y) dengan analisis regresi linier berganda dan
menggunakan bantuan SPSS untuk menguji ada tidaknya hubungan antar
variabel dalam penelitian ini.
Leverage ( X2 )
Profitabilitas ( X3 )
Nilai Perusahaan
( Y )
Likuiditas ( X1 )
22
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang sudah
dipaparkan diatas, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini,
sebagai berikut :
1. Likuiditas, Leverage dan Profitabiltas berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
2. Variabel Profitabilitas yang paling berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan jasa teransportasi yang terdaftar di BEI.