BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/322/3/BAB...

24
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Pengertian AktivitasSehari-Hari(Activity Of Daily Living) Aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living)adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. Activity of daily living merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. Aktivitas sehari-hari meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat (Hardywinoto dan Setiabudi, 2005). Aktivitas sehari-hari (activity of daily living)adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan sesorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto, 2005) Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) adalah aktivitas yang biasanya dilakukan dalam sepanjang hari normal yang mencakup ambulasi, makan, berpakaian, mandi, dan berhias. Kondisi ini yang mengakibatkan kebutuhan untuk bantuan dalam AKS dapat bersifat akut, kronis, temporer, permanen, atau rehabilitative (Perry dan Potter, 2005). 2. Macam-Macam AktivitasSehari-Hari Menurut Sugiarto (2005),aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) ada 2 yaituaktivitas sehari-hari dasar dan aktivitas sehari-hari instrumental. a. Aktivitas sehari-hari dasaryaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya, meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi, dan berhias. b. Sedangkan aktivitas sehari-hari instrumental meliputi aktivitas yang kompleks seperti memasak, mencuci, mengetik, menggunakan telepon, dan mengelola uang.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/322/3/BAB...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Pengertian AktivitasSehari-Hari(Activity Of Daily Living)

Aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living)adalah kegiatan

melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. Activity of daily living merupakan

aktivitas pokok bagi perawatan diri. Aktivitas sehari-hari meliputi antara

lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah

tempat (Hardywinoto dan Setiabudi, 2005).

Aktivitas sehari-hari (activity of daily living)adalah keterampilan dasar

dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat

dirinya secara mandiri yang dikerjakan sesorang sehari-harinya dengan

tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi

dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto, 2005)

Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) adalah aktivitas yang biasanya

dilakukan dalam sepanjang hari normal yang mencakup ambulasi, makan,

berpakaian, mandi, dan berhias. Kondisi ini yang mengakibatkan

kebutuhan untuk bantuan dalam AKS dapat bersifat akut, kronis, temporer,

permanen, atau rehabilitative (Perry dan Potter, 2005).

2. Macam-Macam AktivitasSehari-Hari

Menurut Sugiarto (2005),aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) ada 2

yaituaktivitas sehari-hari dasar dan aktivitas sehari-hari instrumental.

a. Aktivitas sehari-hari dasaryaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki

seseorang untuk merawat dirinya, meliputi berpakaian, makan dan

minum, toileting, mandi, dan berhias.

b. Sedangkan aktivitas sehari-hari instrumental meliputi aktivitas yang

kompleks seperti memasak, mencuci, mengetik, menggunakan telepon,

dan mengelola uang.

8

3. Manfaat Aktivitas Sehari-Hari

Manfaat dari aktivitas kehidupansehari-hari (ADL)dapat dirasakan secara

fisiologis, psikologis, dan sosial :

a. Manfaat Fisiologis

1) Dampak langsung

a) Mengatur kadar gula darah

b) Merangsang adrenalin dan noradrenalin

c) Meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur

2) Dampak jangka panjang dapat meningkatkan :

a) Daya tahan aerobik/kardiovaskular

b) Kekuatan otot rangka

c) Kelenturan

d) Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah

terjadinya kecelakaan (jatuh)

e) Kelincahan gerak

b. Manfaat Psikologis

1) Dampak langsung dapat membantu:

a) Memberi perasaan santai

b) Mengurangi ketegangan dan kecemasan

c) Meningkatkan perasaan senang

2) Dampak jangka panjang dapat meningkatkan

a) Kesegaran jasmani dan rohani secara utuh kesehatan jiwa

b) Fungsi kognitif

c) Penampilan dan fungsi motorik

d) Keterampilan

c. Manfaat Sosial

1) Dampak langsung dapat membantu

a) Pemberdayaan usia lanjut

b) Peningkatan integritas sosial dan kultur

2) Dampak jangka panjang meningkatkan

a) Keterpaduan

9

b) Hubungan kesetiakawanan

c) Jaringan kerjasama sosial budaya

d) Pertahanan peran dan pembentukan peran baru

e) Kegiatan antar generasi

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas

Sehari-Hari

Menurut Hardiwinoto (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, yaitu :

a. Umur Dan Status Perkembangan

Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda

kemamuan dan kemampuan, ataupun klien bereaksi terhadap

ketidakmampuanmelaksanakan ADL. Saat perkembangan dari bayi sampai

dewasa, seseorang secara perlahan-lahan berubah dari tergantung menjadi

mandiri dalam melakukan ADL.

b. Kesehatan Fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang mempengaruhi kemampuan

partisipasi dalam aktivitas sehari-hari, contoh sistem nervous

mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan.

Gangguan pada sistem muskuloskeletal misalnya karena penyakit, atau

trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of daily living secara

mandiri.

c. Fungsi Kognitif

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Fungsi kognitif

menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan

menginterpretasikansensor stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan

masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada yang dapat

mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam

melaksanakan aktivitas sehari-hari.

10

d. Fungsi Psikososial

Kemampuan psikologi menunjukkkan seseorang untuk mengingat

suatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang

realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku

intrapersonal dan interpersonal. Gangguan interpersonal seperti masalah

komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam 12 penampilan

peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

e. Tingkat Stres

Stres merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam

kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stres dapat timbul dari tubuh

atau lingkungan . stresor tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau

psikologi seperti kehilangan.

f. Ritme Biologi

Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur

lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostatis internal . salah

satu irama biologi yaitu irama sirkadian, berjallan dengan siklus 24 jam.

Perbedaan irama sirkadian membantu pengatur aktivitas meliputi tidur,

temperatur tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan dalam

irama sirkadian diantaranyafaktor lingkungan seperti hari terang dan hari

gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

g. Status Mental

Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang.

Keadaan status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan

kebutuhan dasar individu. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai

menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami apraksia

tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan dasarnya.

5. Dampak Akibat DariAktivitas Sehari-HariTidak Terpenuhi

Dampak terpenuhinya kebutuhan aktivitas lansia yaitu meningkatkan umur

harapan hidup. Sedangkan akibat dari kurang terpenuhinya kebutuhan

aktivitas lansia seperti fungsi fisik dan psikis lansia akan terganggu. Gangguan

11

yang terjadi pada fungsi fisik yaitu menurunnya fungsi pancaindera, minat dan

fungsi organ seksual serta kemampuan motorik. Sedangkan fungsi psikis yaitu

lansia sering mengalami perasaan rendah diri, bersalah, atau merasa tidak

berguna lagi (Triswandari, 2008).

6. Penilaian Aktivitas Sehari-Hari

Menurut Maryam (2008) penilaian dengan menggunakan indeks

kemandirian Katz yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau

bergantung dari klien dalam hal makan, mandi, toileting, kontinen

(BAB/BAK), berpindah kekamar mandi dan berpakaian. Pengkajian juga

dilakukan dengan instrument tertentu untuk membuat penilaian secara

objektif. Instrument yang biasa digunakan adalah barthel indeks. Alat ini

digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia

penyakit kronis, lingkup pengkajian meliputi keadekuatan enam fungsi, yaitu

mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan, yang hasilnya

untuk mendeteksi tingkat fungsional klien (mandiri/dilakukan sendiri atau

tergantung). Penilaian juga dapat dilakukan dengan menggunakan tabel

penilaian dari Abdul Muhith.

Penilaian dalam melakukan aktivitas sehari-hari sebagai berikut :

1) Indeks katz(Nassrullah, 2016)

a) Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, kekamar

kecil, berpakaian, dan mandi.

b) Kemandiian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.

c) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi

tambahan.

d) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,, berpakaian, dan

satu fungsi tambahan.

e) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, kekamar

kecil dan satu fungsi tambahan.

f) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, kekamar

kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan.

g) Ketergantungan pada semua fungsi tersebut.

12

Adapun penilaian hasil dari pelaksanaan aktivitas sehari-hari tercantum dalam

tabel berikut.

Tabel 2.1 Penilaian Hasil dari Pelaksanaan Aktivitas Sehari-hari

Penilaian Kriteria

6 Mandiri total Mandiri dalam mandi, berpakaian,

pergi ke toilet,berpindah, kontinen

dan makan.

5 Tergantung paling

ringan

Mandiri pada semua fungsi diatas,

kecuali salah satu dari fungsi di

atas.

4 Tergantung ringan Mandiri pada semua fungsi diatas,

kecuali mandi dan satu dari fungsi

lainnya.

3 Tergantung sedang Mandiri pada semua fungsi diatas,

kecuali mandi, berpakaian, dan

satu dari fungsi lainnya.

2 Tergantung berat Mandiri pada semua fungsi diatas,

kecuali mandi, berpakaian, pergi

ke toilet, dan satu dari fungsi

lainnya.

1 Tergantung paling

berat

Mandiri pada semua fungsi diatas,

kecuali mandi, berpakaian, pergi

ke toilet, berpindah, dan satu dari

fungsi lainnya.

0 Tergantung total Tergantung pada 6 fungsi di atas.

Sumber : katz S, 1970 dalam Agung (2000)

2) Barthel Indeks

Tabel 2.2 Barthel Indeks

No Kriteria Dengan bantuan Mandiri

1 Makan 5 10

2 Aktivitas ke toilet 5 10

13

3 Berpindah kekursi

roda/sebaliknya, termasuk

duduk ditempat tidur

5-10 15

4 Kebersihan diri mencuci

muka, menyisir rambut, dan

menggosok gigi

0 5

5 Mandi 0 5

6 Berjalan dipermukaan datar 10 25

7 Naik turun tangga 5 10

8 Berpakaian 5 10

9 Mengontrol defekasi 5 10

10 Mengontrol berkemih 5 10

Total 100

Sumber : Saryono, 2010

Penilaian :

0-20 : ketergantungan

21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung

91-99 : ketergantungan berat

91-99 : ketergantungan ringan

100 : mandir

3) Penilaian Menurut Muhith (2016)

14

Tabel 2.3 Definisi Activity Of Daily Living

Activity of

daily living

(ADL)

Pengertian Tindakan mandiri Tindakan yang

bergantung

Makan Kemampuan

untuk

menyiapkan

makanan yang

sederhana untuk

dirinya, meliputi

kemampuan

untuk

menyendokkan

nasi dalam piring,

memilih lauk,

kemandirian

untuk

menghabiskan

makanan serta

kebersihan piring

atau gelas, serta

kerapihan

meletakkan

peralatan makan.

Mengambil makanan

dari piring dan

menyuapinya sendiri

bantuan dalam hal

mengambil makanan

dari piring dan

menyuapi, tidak

makan sama sekali dan

makan parenteral atau

melalui

nasogastroentestinal

tube (NGT)

Berpakaian Kemampuan

untuk

mengenakan

pakaian dari

gantungan baju

atau setelah

mandi,

mengambil baju

dari rak,

mengenakan serta

mengancing atau

membuka atau

melepaskan

Mengambil baju dari

lemari, memakai

pakaian, melepaskan

pakaian, mengancing

atau mengikat pakaian

Tidak dapat memakai

baju sendiri dan hanya

sebagian

Berpindah Kemampuan

bepergian

Berpindah dari tempat

tidur, bangkit dari kursi

sendiri

Bantu dalam

naik/turun dari tempat

tidur/kursi, tidak

melakukan

sesuatu/berpindah

15

Kekamar

kecil

Kemampuan

mengatur hajat

besar dan kecil,

seperti masuk dan

keluar wc,

mencopot serta

merapikan

pakaian serta

kemampuan

untuk cebok atau

membersihkan

alat vitalnya

Masuk dan keluar dari

kamar kecil kemudian

membersihkan genetalia

sendiri

Menerima bantuan

untukmasuk ke kamar

kecil dan

menggunakan pispot

Mandi Kemampuan

untuk menyiram

tempat tertentu,

menyabuni serta

menggosok daki

ditempat tertentu,

menyirami

kembali anggota

tubuh yang

terkena sabun,

menggunakan

handuk serta

mengeringkan

tubuh

Bantuan hanya pada

satu bagian mandi

(sepertipunggung/ektre

mitas yang tidak

mampu) atau mandi

sendiri sepenuhnya

Bantuan mandi lebih

dari satu bagian tubuh,

bantuan masuk dan

keluar dari bak mandi,

serta tidak mandi

sendiri

Kontinen Apakah dalam

melakukan hajat

kecil/besar klien

mengalami

kesulitan/dapat

mengaturnya

secara mandiri

BAB dan BAK

seluruhnya dikontrol

sendiri

Inkontinensi

parsial/total

menggunakan kateter

dan pispot, enema dan

pembalut/diaper

Sumber : Abdul Muhith, 2016

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Dalam Nasrullah (2016) dan Aspiani (2014), pengkajian yang dilakukan

untuk asuhan keperawatan kebutuhan aktivitas sehari-hari dengan demensia

sebagai berikut :

a. Anamnesa

1) Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar

belakang, status sipil, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

16

2) Keluhan utama

Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang

berobat (menurut klien dan atau keluarga).

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat

ini, mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dilakukan

pengkajian.

4) Riwayat Kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan seperti adanya masalah psikososial.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan

psikologi seperti yang dialami klien.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah psikososial

Demensia biasanya lemah.

2) Kesadaran

Kesadaran klien biasanya composmentis.

3) Tanda-tanda Vital

Periksa suhu, nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan.

4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)

Dilakukan dengan memeriksa sistem pernafasan, sistem sirkulasi,

sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem

muskuloskeletal.

c. Pola Fungsi Kesehatan

Yang perlu dikaji adalah aktifitas apa saja yang biasa dilakukan, meliputi :

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan

dalam memelihara dan menangani masalah kesehatannya.

2) Pola nutrisi

17

Klien dapat mengalami makan berlebih / kurang karena kadang lupa

sudah makan atau belum.

3) Pola eliminasi

4) Pola tidur dan istirahat

Biasanya klien mengalami insomnia

5) Pola aktivitas dan istirahat

Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari

karena penurunan minat. Pengkajian klien dalam memenuhi kebutuhan

aktivitas sehari-hari dapat menggunakan indeks KATZ.

Pengkajian juga dilakukan dengan instrument tertentu untuk

membuat penilaian secara objektif. Instrument yang biasa digunakan

adalah barthel indeks.

d. Pola Hubungan Dan Peran

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap

anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya

rumah, dan masalah keuangan.

e. Pola Sensori dan Kognitif

Untuk mengetahui status mental klien dapat dilakukan pengkajian

menggunakan Tabel Short Portable Mental Status Quesionare (SPMSQ).

f. Pola Persepsi Dan Konsep Diri

Klien biasanya mengalami gangguan persepsi, tidak mengalami gangguan

konsep diri.

g. Pola Seksual dan Reproduksi

Klien mengalami penurunan minat terhadap pemenuhan kebutuhan

seksual.

h. Pola Penanggulangan stress dan koping

Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam

menangani stres yang dialami.

i. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.

18

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) 2017,

diagnosa yang muncul pada kasus gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari

yang berkaitan dengan demensia adalah:

1) Defisit Perawatan Diri

Definisi : tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan

diri.

2) Penyebab

a) Gangguan muskuloskeletal

b) Gangguan neuromuskuler

c) Kelemahan

d) Gangguan psikologis dan/atau psikotik

e) Penurunan motivasi/minat

3) Gejala dan tanda mayor

Secara subjektif

a) Menolak perawtan diri.

Secara objektif

a) Tidak mampu mandi /mengenakan pakaian/ makan/ke toilet/ berhias

secara mandiri.

b) Minat melakukan perawatan diri kurang.

4) Gejala dan tanda minor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif (tidak tersedia)

Diagnosis ini dispesifikan menjadi salah satu atau lebih dari:

1) Dukungan perawatan diri mandi

2) Dukunganperawatan diri berpakaian

3) Dukunganperawatan diri eliminasi

4) Dukunganperawatan diri makan

3. Perencanaan Keperawatan

Rencana tindakan adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk

kepentingan keperawatan (Handayaningsih, 2009).

19

Berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),

2018rencana keperawatan pada diagnosa defisit perawatan diri sebagai berikut

Tabel 2.4 Intervensi Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri

Diagnosa

keperawatan

Rencana keperawatan

Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi Intervensi pendukung

- Dukungan

emosional

- Dukungan

pengambilan

keputusan

- Dukungan

tanggung jawab

pada diri sendiri

- Kontrak perilaku

positif

- Manajemen

demensia

- Manajemen energi

- Manajemen

lingkungan

- Manajemennutrisi

- Manajemen nyeri

- Pemberian

makanan

- Pencegahan jatuh

- Penentuan tujuan

bersama

- Pengaturan posisi

- Perawatan kaki

- Perawatan kuku

- Perawatan lensa

kontak

Dukungan

perawatan diri :

mandi

Definisi:

memfasilitasi

pemenuhan

kebutuhan

kebersihan diri

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan perawatan

diri : mandi pasien

dapat terpenuhi

dengan kriteria hasil :

1. Perawatan diri :

aktivitas

kehidupan sehari-

hari (ADL)

mampu untuk

melakukan

aktivitas

perawatan fisik

secara mandiri

atau dengan alat

bantu

2. Perawatan diri

mandi: mampu

untuk

membersihkan

diri secara

mandiri dengan

atau tanpa alat

bantu

3. Membersihkan

Observasi :

- Identifikasi usia dan

budaya dalam membantu

kebersihan diri

- Identifikasi jenis bantuan

yang dibutuhkan

- Monitor kebersihan

tubuh (mis. Rambut,

mulut, kulit, kuku

- Monitor integritas kulit)

Terapeutik :

- Sediakan peralatan

mandi (mis. Sabun, sikat

gigi, shampoo, pelembab

kulit)

- Sediakan lingkungan

yang aman dan nyaman

- Fasilitasi menggosok

gigi, sesuai kebutuhan

- Fasilitasi mandi sesuai

kebutuhan

- Pertahankan kebiasaan

kebersihan diri

- Berikan bantuan sesuai

tingkat kemandirian

20

dan

mengeringkan

tubuh

Edukasi

- Jelaskan manfaat mandi

dan dampak tidak mandi

terhadap kesehatan

- Ajarkan kepada keluarga

cara memandikan pasien,

jika perlu

- Perawatan mata

- Perawatan mulut

- Perawatan

perineum

- Perawatan rambut

- Perawatan telinga

- Promosi citra

tubuh

- Promosi harga diri

- Promosi

komunikasi :

defisit

pendengaran

- Promosi

komunikasi :

defisit visual

- Promosi latihan

fisik

- Reduksi ansietas

- Terapi menelan

Dukungan

perawatan diri :

berpakaian

Definisi:

memfasilitasi

pemenuhan

kebutuhan

berpakaian dan

berhias

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan perawatan

diri: berpakaian

pasien dapat

terpenuhi dengan

kriteria hasil :

1. Mampu

mempertahankan

kebersihan

Observasi

- Identifikasi usia dan

budaya dalam membantu

berpakaian/berhias

Terapeutik

- Sediakan pakaian pada

tempat yang mudah dan

terjangkau

- Sediakan pakaian

pribadi, sesuai kebutuhan

21

pribadi dan

penampilan yang

rapi secara

mandiri dengan

atau tanpa alat

bantu

2. Mengungkapkan

kepuasan dalam

berpakaian dan

menata rambut

3. Dapat memilih

pakaian dan

mengambilnya

dari lemari atau

laci baju

4. Menggunakan

pakaian secara

rapih dan bersih

5. Menunjukkan

rambut yang rapi

dan bersih

- Fasilitasi mengenakan

pakaian, jika perlu

- Fasilitasi berhias (mis.

Menyisir rambut,

merapikan

kumis/jenggot)

- Jaga privasi selama

berpakaian

- Tawarkan untuk laundry,

jika perlu

Beri pujian terhadap

kemampuan berpakaian

secara mandiri

Edukasi

- Informasikan pakaian

yang tersedia untuk

dipilih, jika perlu

- Ajarkan mengenakan

pakaian, jika perlu

Dukungan

perawatan diri :

BAB/BAK

Definisi:

memfasilitasi

pemenuhan

kebutuhan buang

air kecil (BAK)

dan buang air besar

(BAB)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan perawatan

diri : BAB/BAK

pasien dapat

terpenuhi dengan

kriteria hasil :

1. Perawatan diri :

aktivitas

kehidupan sehari-

Observasi

- Identifikasi kebiasaan

BAK/BAB sesuai usia

- Monitor integritas kulit

pasien

Terapeutik

- Buka pakaian yang

diperlukanuntuk

memudahkan eliminasi

- Dukung penggunaan

22

hari (ADL)

mampu untuk

melakukan

aktivitas

perawatan fisik

secara mandiri

atau dengan alat

bantu

2. Membersihkan

diri setelah

eliminasi

toilet/commode/pispot/ur

inal secara konsisten

- Jaga privasi selama

eliminasi

- Ganti pakaian pasien

setelah eliminasi, jika

perlu

- Bersihkan alat bantu

BAK/BAB setelah

digunakan

- Latih BAK/BAB sesuai

jadwal,jika perlu

- Sediakan alat bantu (mis.

Kateter eksternal, urinal),

jika pelu

Edukasi

- Anjurkan BAK/BAB

secara rutin

- Anjurkan kekamar

mandi/toilet, jika perlu

Dukungan

perawatan diri

:makan/minum

Definisi :

Memfasilitasi

pemenuhan

kebutuhan

makan/minum

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan perawatan

diri : makan pasien

dapat terpenuhi

dengan kriteria hasil :

1. Perawatan diri :

aktivitas

kehidupan sehari-

hari (ADL)

mampu untuk

melakukan

aktivitas

Observasi

- Identifikasi diet yang

dianjurkan

- Monitor kemampuan

menelan

- Monitor status hidrasi

pasien, jika perlu

Terapeutik

- Ciptakan lingkungan

menyenangkan selama

makan

- Atur posisi nyaman

untuk makan/minum

23

perawatan fisik

secara mandiri

atau dengan alat

bantu

2. Perawatan diri :

makan :

kemampuan

untuk meyiapkan

dan memakan

makanan dan

cairan secara

mandiri dengan

atau tanpa alat

bantu

- Lakukan oral hygiene

sebelum makan, jika

perlu

- Letakkan makanan di sisi

mata yang sehat

- Sediakan sedotan untuk

minum, sesuai kebutuhan

- Siapkan makanan dengan

suhu yang meningkatkan

nafsu makan

- Sediakan makanan dan

minuman yang disukai

- Berikan bantuan saat

makan/minum sesuai

tingkat kemandirian, jika

perlu

- Motivasi untuk makan di

ruang makan, jika

tersedia

Edukasi

- Jelaskan posisi makanan

pada pasien yang

mengalami gangguan

penglihatan

menggunakan arah jarum

jam (mis. Sayur di jam

12, rendang di jam 3)

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

obat (mis. Analgesik,

antiemetik), sesuai

indikasi

Sumber : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 2018

24

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Kozier & Synder (2010), implementasi keperawatan

merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau

intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatanyang

merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang

teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

Setidaknya ada dua hal utama yang perlu diperhatikan dalam tahap

evaluasi. Pertama, perkembangan klien terhadap hasil yang sudah dicapai,

dan kedua adalah efektif atau tidaknya rencana keperawatan yang sudah

disusun sebelumnya (Ratnawati, 2015).

C. Konsep Dasar Demensia

1. Pengertian Lansia

a. Definisi Lansia

Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi kehidupan

manusia. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya,

misalnya kemunduran fisik, yang ditandai dengan kulit yang

mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang

jelas, penglihatan semakin buruk, gerakan lambat, dan figur tubuh

yang tidak proporsional (Nasrullah, 2016).

b. Batasan Lanjut Usia

Batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari pendapat

berbagai ahli yang dikutip dari Nasrullah (2016) :

1) Menurut WHO:

a) Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun.

b) Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun.

c) Lanjut usia (old) : 75-90 tahun.

d) Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun.

25

2) Menurut prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm), Guru

Besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodesasi

biologis perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :

a) Usia 0-1 tahun (masa bayi).

b) Usia 1-6 tahun (masa prasekolah).

c) Usia 6-10 tahun (masa sekolah).

d) Usia 10-20 tahun (masa pubertas).

e) Usia 40-65 tahun (masa setengah umur, prasenium).

f) Usia 60 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium).

2. Pengertian Demensia

Demensia merupakan proses yang membahayakan dan berlangsung

lambat, yang mengakibatkan hilangnya fungsi kognitif secara progresif

(Kozier, 2011).

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian

beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas

sosial (Nugroho, 2008).

Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan

kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan

tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.

Kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan

mood dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan

sehari-hari penderita (Aspiani, 2014).

3. Etiologi

Nugroho, 2008 menyebutkan penyebab demensia masih belum

diketahui secara pasti (idiopati), tetapi ada beberapa teori menjelaskan

kemungkinan adanya:

1. Faktor genetik

2. Radikal bebas

3. Toksin amiloid

4. Pengaruh logam aluminium

26

5. Akibat infeksi virus

6. Pengaruh lingkungan lain.

Faktor presdiposisi dan risiko penyakit ini adalah :

1. Lanjut usia (usia di atas 65 tahun)

2. Genetik/keturunan, riwayat keluarga yang mempunyai peran 40%

mutasi kromosom 1, 14, 19, dan 21

3. Trauma kepala

4. Kurang pendidikan

5. Hipertensi sistolik

6. Sindrom down

7. Lingkungan, keracunan alumunium

8. Depresi

9. Gangguan imunitas

10. Stroke

11. Diabetes melitus

12. Penyakit parkinson lanjut

13. Infeksi otak.

4. Klasifikasi Demensia

Menurut Nassrullah, 2016, klasifikasi demensia dibagi menjadi 2,

yaitu:

1. Demensia Kortikal

Gejala khas melibatkan memori, bahasa, penyelesaian masalah,

dan pemikiran. Gejalanya muncul pada :

a) Penyakit Alzheimer

Pada pemeriksaan mikroskopik melalui CT dan MRI

didapatkan penyusutan otak, dengan peningkatan pelebaran sulkus

dan pembesaran ventrikel. Sedangkan pemeriksaan mikroskopik,

gambaran utama berupa hilangnya neuron dan adanya plak amiloid

dan kekusutan serat-serat saraf. Pemeriksaan secara neurokimia,

terdapat penurunan beberapa neurotransmitter, terutama asetilkolin,

27

noradrenalin, serotonin, dan somatostatin dengan kehilangan badan

sel neuron terkait yang mensekresikan transmitter ini.

b) Demensia Vaskuler.

c) Demensia Badan Lewy.

d) Demensia Frontotemporal.

2. Demensia Subkortikal

Gejala khas meliputi perlambatan psikomotor dan disfungsi

eksekutif terkait dengan gangguan terhadap jalur frontal, sedangkan

gejala kognitif fokal seperti afasia atau agnosia jarang ada, gejalanya

muncul pada :

a) Penyakit parkinson.

b) Penyakit Hungtinton.

c) Kelumpuhan Supranuklear Progresif.

5. Manifestasi Klinis

Gejala klasik penyakit demensia adalah kehilangan daya ingat

(memori) yang terjadi secara bertahap. Dalam Nugroho,2008 penyakit

demensia dapat berlangsung dalam tiga stadium, yaitu :

a. Stadium awal

Gejala stadium awal sering diabaikan dan disalahartikan sebagai

usia lanjut atau sebagian normal dari proses otak menua. Klien

menunjukkan gejala sebagai berikut :

1) Kesulitan dalam berbahasa.

2) Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna.

3) Disorientasi waktu dan tempat.

4) Sering tersesat ditempat yang biasa dikenal.

5) Kesulitan membuat keputusan.

6) Kehilangan inisiatif dan motivasi

7) Menunjukkan gejala depresi dan agitasi.

8) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas.

28

b. Stadium menengah

Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata.

Pada stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas

kehidupan sehari-hari dan menunjukkan gejala seperti berikut :

1) Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan nama

orang.

2) Tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah.

3) Tidak dapat memasak, membersihkan rumah, dan belanja.

4) Sangat bergantung pada orang lain.

5) Semakin sulit bicara.

6) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet, mandi, dan

berpakaian).

7) Senang mengembara/”ngeluyur” tanpa tujuan. Ngeluyur ini dapat

berupa berulang kali mencari pemberi asuhan, terus membuntuti

pemberi asuhan, terus berkeliling rumah.

8) Terjadi perubahan perilaku.

9) Adanya gangguan kepribadian.

10) Sering tersesat, walaupunjalan tersebut telah dikenal (tersesat di

rumah sendiri).

11) Dapat juga menunjukkan adanya halusinasi.

c. Stadium lanjut

Pada stadium ini terjadi :

1) Ketidakmandirian dan inaktif yang total.

2) Tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal).

3) Sukar memahami dan menilai peristiwa.

4) Tidak mampu menemukan jalan disekitar rumah sendiri

5) Kesulitan berjalan

6) Mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi).

7) Menunjukkan perilaku tidak wajar dimasyarakat.

8) Tergangtung pada kursi roda/tempat tidur.

29

6. Penatalaksanaan

Terapi farmakologi untuk pasien demensia (Nugroho, 2008) :

a. Anti-oksidan: vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur,

margarin, kacang-kacangan, minyak sayur, bisa menurunkan risiko

demensia. Vitamin C dapat mengurangi radikal bebas (mis., sayuran,

stroberi, melon, tomatbrokoli).

b. Obat anti-inflamasi.

c. Obat penghambat asetilkolin esterase (mis., exelon).

Terapi non-farmakologi meliputi:

a. Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga

b. Program harian untuk pasien

c. Istirahat yang cukup

d. Reality orientation trainingm (ROT) atau orientasi realitas

e. Validasi/rehabilitasi/reminisence

f. Terapi musik

g. Terapi rekreasi

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan(NANDA, 2015) :

a. CT scan, MRI, EEG

b. PET (Positron Emissiom Tomography)

Pada penderita, hasil PET ditemukan, penurunan aliran darah,

metabolisme O2, glukosa didaerah serebral.

c. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) kelainan ini

berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kognitif.

d. Uji skala depresi dan fungsi kognitif seperti MMSE (mini-mental state

examination). Pemeriksaan kognitif awal bisa menggunakan MMSE dari

Folstein dengan skor/angka maksimal 30. Jika mempunyai skor dibawah

24, pasien patut dicurigai mengalami demensia. Pengaruh pendidikan

berperan pada tingginya nilai skor, apabila seseorang dengan pendidikan

tinggi dengan gejala di alzheimer, pasien tersebut mungkin mempunyai

30

nilai skor lebih tinggi dari 24. Sebaliknya, pasien yang berpendidikan

rendah dapat menunjukkan nilai skornya kurang dari 24, tetapi pasien

tidak menderita demensia alzheimer.