FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA...
Transcript of FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI MAKAN
PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH UNWANUL HUDA DI JAKARTA SELATAN
TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh:
Alvina Yarra Putri
NIM: 1111101000086
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015
i
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMNINATAN GIZI
Skripsi, Agustus 2015
Alvina Yarra Putri, NIM: 1111101000086
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
xix + 169 halaman, 20 tabel, 2 bagan, 8 lampiran
ABSTRAK
Pola konsumsi makan merupakan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi pada waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan individu
secara biologis, psikologis, dan sosial. Anak kelompok usia sekolah (6 –
12 tahun) termasuk salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah
gizi yaitu kekurangan energi. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010
menunjukkan sekitar 44,4 % anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi
energi kurang dari 70 % AKG.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan, yang dilaksanakan pada
November 2014-Juni 2015 dengan menggunakan desain penelitian cross
sectional. Sampel penelitian berjumlah 133 siswa umur 9-12 tahun.
Analisis data terdiri dari analisis univariat, bivariat dengan menggunakan
uji statistik chi-square dan korelasi spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki
tingkat konsumsi energi kurang (65,4%). Berdasarkan analisis bivariat
diketahui bahwa variabel umur (pvalue= 0,002) dan peran orang tua
(pvalue= 0,041) berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah 1)
untuk sekolah: a) sekolah tetap meneruskan kurikulum pendidikan gizi
terhadap kelas 5 dan 6; b) diharapkan bagi pihak sekolah agar dapat
menyediakan jenis jajanan sehat dan dapat mengontrol jenis jajanan yang
ada di kantin sekolah, 2) untuk orang tua, terutama ibu: a) diharapkan bagi
ibu aga membawakan bekal yang bervariasi dan memenuhi gizi seimbang
3) untuk penelitian selanjutnya: a) mengikutsertakan variabel-variabel lain
yang diduga berhubungan dengan pola konsumsi.
Kata kunci: Pola Konsumsi Makan, Anak Sekolah, Peran Orang Tua
Daftar bacaan: 92 (1986-2015)
iii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
SPECIALIZATION OF NUTRITION
Undergraduate Thesis, Agustus 2015
Alvina Yarra Putri, NIM: 1111101000086
FACTORS THAT RELATED TO COMSUMPTION PATTERN FODOD AT
UNWANUL HUDA IBTIDAIYAH ISLAMIC SCHOOL STUDENTS IN
SOUTH JAKARTA, 2015
xix + 169 pages, 20 tables, 2 charts, 7 attachments
ABSTRACT
Consumption pattern is the kind and total of food that consumed on
certain time to fulfill the needs of every person biologically,
psychologically and socially. Children at school’s age (6-12 years) is one
of a group that has a risk of nutrient’s problem, sich as lack of energy and
protein. The result of 2010 Basic Health Research stated that 44,4%
children at school’s age has energy consumptions level less than 70%
AKG.
This study aims to determine factors which are related with the
consumption pattern of student Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda in
south Jakarta on 2015, which was held in November 2014-June 2015 by
using cross sectional research design. The samples of this research were
133 student’s age 9-12 years. The data analysis which were use in this
research consists of univariate analysis, bivariate analysis by using chi-
square and korelasi-spearman.
The result showed the most student of energy consumption levels is
less (65,4%). Based on bivariate analysis age (pvalue= 0,002) and family
parent (pvalue= 0,041) have a significant impact to the consumption
pattern of students Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda in South Jakarta.
Based on the result of research, advice can be given are 1) for scholl:
a) scholl still continuing nutrition education for grade 5 and 6; c) expected
for the scholl to be able to provide the kind of healthy snacks and can
control snacks in the school cafeteria, 2) for parents 3) for future research
are suggested: a) to include other variables which are allegedly wich are
related with the consumption pattern of students.
References: 92 (1985-2015)
Keywords: Consumption Pattern Food, School’s Students, Family Role
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Alvina Yarra Putri
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Mei 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : WNI
Agama : Islam
No. HP : 085691210048
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1999-2005 : SD BPI
2005-2008 : SMP Waskito 4
2008-2011 : SMA Muhammadiyah 25
2011- 2015 : UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Jurusan Kesehatan
Masyarakat
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya yang berlimpah kepada penulis,
sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015”.
Sholawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
semoga kita semua termasuk golongan umat yang mendapatkan syafaatnya fi
yaumil akhir. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan, kerja keras, serta
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung ataupun tidak penulis
tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang
terhormat:
1. Bapak DR. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D, selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku dosen pembimbing I dalam
penyusunan skripsi ini yang telah dengan sabar meluangkan waktu,
memberikan banyak masukan dan dorongan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat selesai dengan baik.
viii
4. Ibu Dr.Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing II dalam
penyusunan skripsi ini yang juga telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan arahan, saran, dan
bimbingannya hingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
5. Kepada seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan ikhlas
memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan penulis.
6. Segenap staff Akademik dan Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala Puskesmas dan Kepala bagian Gizi Puskesmas Kalibata 2 yang
telah memberikan data sekunder dan izin bagi peneliti untuk melakukan
penelitian di wilayah kerja Puskesmas.
8. Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Fatahillah dan ibu guru bagian UKS
yang telah memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yang telah
memberikan ijin pengambilan data primer yang digunakan dalam
penelitian ini.
10. Ibu Uswatun, S.pd yang telah banyak membantu dalam pengambilan data
primer di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda.
11. Para pegawai/staff di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda, yang telah
memberikan ijin pengambilan data primer yang digunakan dalam
penelitian ini.
ix
12. Kedua orang tua penulis tercinta dan tersayang, Bapak Eko Budhi
Gayalaksana dan Ibu Betty Puspitasari terimakasih tak terhingga penulis
persembahkan untu mereka. Tanpa kasih sayang, harapan, do’a, nasihat
dan usaha yang tulus, penulis tak kan sanggup menjadi seperti ini. Serta
kepada adik-adik ku tersayang (Firas, Nabil, Khansa) dan nenek ku
tercinta (uti Yetty Martoko) terimakasih atas do’a dan semangatnya.
Kalian semua adalah penyemangat penulis.
13. Teman- teman seperjuangan di Kesmas 2011 dan kelas gizi. Kalian adalah
motivasi bagi penulis.
14. Para sahabat-sahabat tersayang (Renita, Dwi, Harum, Hasanah, Betty,
Indah, Utami, Junika dan Tanza) yang telah banyak membantu dan
memberikan dukungan.
15. Keluarga besar di rumah Bapak Yayan yang telah banyak memberikan
dukungan dan bimbingan. Terimakasih atas bimbingannya selama ini.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Thanks to All.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Saran dan kritik yang membangun, penulis harapkan untuk perbaikan
yang lebih baik di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Ciputat, 14 Agustus 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 9
D. Tujuan ........................................................................................................ 10
1. Tujuan Umum ..................................................................................... 10
2. Tujuan Khusus .................................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13
1. Bagi Peneliti ........................................................................................ 13
2. Bagi Sekolah ....................................................................................... 13
3. Bagi Peneliti Lain ............................................................................... 13
4. Bagi Universitas……………………………………………………...14
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 15
A. Anak Sekolah ............................................................................................. 15
B. Kebutuhan Gizi Anak ................................................................................. 16
1. Karbohidrat ......................................................................................... 16
2. Protein ................................................................................................. 17
3. Lemak ................................................................................................. 18
4. Kebutuhan Energi ............................................................................... 19
C. Kekurangan Makronutrien ............................................................................ 20
D. Pola Konsumsi Makan .................................................................................. 21
E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Makan ..................... 26
1. Indeks Massa Tubuh (IMT) .............................................................. 26
2. Umur ................................................................................................... 28
xi
3. Jenis Kelamin ...................................................................................... 28
4. Pengetahuan Gizi ................................................................................ 30
5. Keyakinan, Nilai, dan Norma ............................................................. 31
6. Kebutuhan Fisiologis Tubuh ............................................................... 32
7. Body Image/Citra Diri ........................................................................ 33
8. Konsep Diri ......................................................................................... 34
9. Pemilihan dan Arti Makanan ............................................................. 35
10. Perkembangan Psikososial .................................................................. 35
11. Kesehatan (Riwayat Penyakit) ............................................................ 36
12. Tingkat Ekonomi Keluarga ................................................................. 37
13. Pekerjaan ............................................................................................. 39
14. Pendidikan Ibu .................................................................................... 40
15. Pengalaman Individu .......................................................................... 41
16. Sosial dan Budaya ............................................................................... 41
17. Tempat Tinggal ................................................................................... 42
18. Peran Orang Tua ................................................................................. 43
19. Teman Sebaya ..................................................................................... 44
20. Dampak Media Massa ........................................................................ 44
21. Ketersediaan Pangan ........................................................................... 45
F. Kerangka Teori........................................................................................... 46
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS……………………………………………………………………..Er
ror! Bookmark not defined.
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 47
B. Definisi Operasional................................................................................... 51
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 53
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN……………………………………...54
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 54
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 54
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 54
1. Populasi ............................................................................................... 54
2. Sampel ................................................................................................ 55
D. Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................................................... 57
1. Sumber Data ....................................................................................... 57
xii
2. Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 58
3. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 62
4. Uji Coba Instrumen ............................................................................. 63
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 65
1. Teknik pengolahan data ...................................................................... 65
2. Analisis Data ....................................................................................... 68
a. Uji Normalitas ..................................................................................... 68
b. Analisis Univariat……………………………………………………..68
c. Analisis Bivariat………………………………………………………68
BAB V HASIL…………………………………………………………………..71
A. Analisis Univariat…………………………………………………………...71
1. Gambaran Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................... 71
2. Gambaran Karateristik Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015 ......................................................................................... 72
3. Gambaran Besar Uang Jajan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015 ............................................................................ 73
4. Gambaran Pendidikan Ibu Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015 ......................................................................................... 73
5. Gambaran Peran Orang Tua Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015 ............................................................................ 74
6. Gambaran Pengetahuan Gizi Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015 ............................................................................ 74
7. Gambaran Body Image Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015 ......................................................................................... 75
B. Analisis Bivariat ......................................................................................... 76
1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul
Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 ................................................. 76
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 77
3. Hubungan Pendidikan ibu dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 78
4. Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 79
xiii
5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 80
6. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 81
7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 82
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 83
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 83
B. Analisis Univariat ...................................................................................... 84
1. Gambaran Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda Jakarta
Selatan Tahun 2015.................................................................................84
2. Gambaran Umur pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015.............................................................................................89
3. Gambaran Jenis Kelamin pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015................................................................................90
4. Gambaran Pendidikan Ibu pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015................................................................................91
5. Gambaran Besar Uang Jajan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015................................................................................91
6. Gambaran Peran Orang Tua pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015................................................................................92
7. Gambaran Pengetahuan Gizi pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015................................................................................93
8. Gambaran Body Image pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015.............................................................................................94
C. Analisis Bivariat..........................................................................................96
1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015....................................96
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015..............................97
3. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.............................99
4. Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015................. 101
5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015..................103
6. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015..................105
7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa di
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015...........................107
xiv
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 109
A. Simpulan .................................................................................................. 109
B. Saran ......................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan
yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan
kualitas hidup anak merupakan salah satu upaya yang penting bagi kelangsungan
hidup suatu bangsa. Kualitas hidup anak dapat dilihat kesehatannya melalui
keadaan status gizi yang baik dan merupakan salah satu indikator pembangunan
yang dapat diukur dari tujuan MDGs (Todaro, 2005).
Millenium Development Goals (MDGs) merupakan kerangka kerja
pembangunan yang telah disepakati seluruh anggota PBB, termasuk Indonesia.
Terdapat 8 sasaran MDGs, yaitu: memberantas kemiskinan dan kelaparan,
mencapai pendidikan tingkat dasar yang merata dan universal, memajukan
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, megurangi tingkat kematian
anak, meningkatkan kesehatan ibu, menanggulangi HIV/AIDS, malaria dan
penyakit lain, menjamin kelestarian lingkungan, dan menjalin kerjasama global
bagi perkembangan kesejahteraan. Indikator yang paling menentukan pada
MDGs yang pertama adalah prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (Depkes,
2011).
Anak usia sekolah merupakan kelompok rawan yang pada masa
perkembangannya sering mengalami masalah gizi (Anzarkusuma, 2014).
Indikator pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan menurut umur (BB/U), berat
badan menurut tinggi bandan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U)
sebagai alat untuk penilaian status gizi anak serta indeks massa tubuh (IMT/U).
2
Indikator status gizi dapat menyebabkan keadaan kekurangan gizi pada anak
yaitu berat badan kurang (underweight), Pendek (stuning) dan kurus (Wasting)
(WHO, 2005).
Gizi kurang merupakan gangguan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Kurang
gizi pada awal kehidupan karena kurangnya zat gizi yang diterima ibu saat
mengandung yang dapat menyebabkan janin mengalami kurang gizi dan
lahir dengan berat badan rendah. Anak yang lahir akan mempunyai
konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sebagai
akibat lebih lanjut dari tingginya angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
dan kurang gizi pada masa balita dan tidak adanya pencapaian perbaikan
pertumbuhan sempurna pada masa berikutnya, maka tidak heran apabila
pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi (Hadi, 2005).
Anak usia sekolah merupakan anak yang rentan terhadap masalah gizi,
terutama masalah kurang gizi. Oleh sebab itu, anak usia sekolah dijadikan
sasaran dalam perbaikan gizi masyarakat guna mempersiapkan generasi
penerus yang berkualitas (Depkes, 2005). Hal ini juga didukung oleh hasil
penelitian Joshi, dkk (2011) yang menyatakan bahwa kurang gizi masih
menjadi masalah kesehatan dan kematian anak di negara-negara
berkembang.
Menurut Tahir (2013) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
status gizi adalah pola konsumsi makan. Oleh karena itu, diperlukan gizi
yang berkualitas untuk tumbuh kembang anak di masa yang akan datang.
Selain itu anak usia sekolah juga dapat dijadikan media pembawa
3
perubahan (agent of change) bagi pembentukan perilaku gizi bagi diri
sendiri dan keluarganya (Depkes, 2005).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2012), dari
tujuh faktor yang diteliti berhubungan dengan status gizi, ternyata
didapatkan hasil dua faktor yang berhubungan secara statistik dengan satus
gizi yaitu konsumsi energi dan dan konsumsi protein. Hal ini juga
didukung oleh penelitian Yulni (2014) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi
pada anak sekolah. Berdasarkan Riskesdas 2010 menunjukkan sekitar 44,4
% anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi energi kurang dari 70 %
dari AKG (Angka Kecukupan Gizi) dan sebanyak 59,7 % anak usia
sekolah memiliki tingkat konsumsi protein kurang dari 80% berdasarkan
AKG (Kemenkes, 2010). Hasil survei konsumsi makanan individu
Indonesia (2014) menunjukkan bahwa proporsi tingkat konsumsi energi
penduduk di DKI Jakarta sudah mencapai ≥70% dari AKG (Balitbangkes,
2014).
Menurut Hapsari (2009) pola konsumsi makan seimbang
cenderung akan berdampak pada status gizi anak usia sekolah yang baik
dan berlaku sebaliknya. Apabila pola konsumsi makan tidak baik, maka
dapat berdampak pada gizi lebih atau bahkan gizi kurang (Anzarkusuma,
2014). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Tahir, dkk (2013) yang
menyatakan bahwa pola konsumsi makan dapat mempengaruhi status gizi
anak.
4
Anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun) termasuk salah satu
kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan energi
dan protein (Yulni, 2013). Menurut hasil penelitian Taras (2005) bahwa
kekurangan atau kelebihan zat gizi akan terlihat` dalam bentuk
pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar yang telah ditetapkan.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan berjalan cepat
pada umur 10-12 tahun, dimana akan ada kenaikan berat badan per tahun
mencapai 2,5 kg. Aktivitas pada anak usia sekolah semakin tinggi dan
akan memperkuat kemampuan motoriknya.
Menurut Worthington (2000), pola konsumsi makan dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri
dari IMT (Indeks Massa Tubuh), umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi,
kenyakinan, nilai dan norma, pemilihan dan arti makanan, kebutuhan
fisiologis tubuh, body image/citra diri, konsep diri, perkembangan
psikososial, kesehatan (riwayat penyakit) dan faktor eksternal yang
meliputi tingkat ekonomi keluarga, pekerjaan, pendidikan orang tua, sosial
dan budaya, peran orang tua, teman sebaya, pengalaman individu,
pengaruh media. Pada penelitian Panjaitan (2008) terdapat hubungan
antara pola konsumsi makan dengan pendidikan, pengetahuan, pendapatan
keluarga, dan jumlah anggota keluarga. Pada penelitian Luciana, dkk
(2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan pola konsumsi makan
anak.
5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rita (2002)
menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan
dengan pola konsumsi pangan (Farida, 2010). Hal ini juga didukung oleh
Almatsier (2010) bahwa semakin tinggi umur maka asupan akan gizi akan
semakan meningkat. Selain umur, peran orang tua juga salah satu faktor
yang cukup memiliki pengaruh terhadap pola konsumsi makan. Bryant
(2004) dalam penelitiannya membuktikan adanya hubungan yang
bermakna antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan anak. Hal
ini juga didukung oleh hasil penelitian Karina, dkk (2014) yang
menunjukkan bahwa peran orang tua, terutama ibu dapat mempengaruhi
pola makan anak.
Penelitian lain yang berhubungan dengan pola konsumsi makan,
yaitu pada penelitian Sands (2003) menunjukkan bahwa sekitar 50 % anak
perempuan berusia 9-12 tahun ingin memiliki tubuh lebih kurus dan lebih
puas dengan citra tubuh mereka yang kurus, sehingga menyebabkan para
anak perempuan memiliki gangguan dalam pola konsumsi makannya dan
melakukan diet (Christina, 2014).
Word Food Program/WFP dan UNESCO (2007) menemukan anak
usia sekolah dasar di seluruh dunia sebanyak 60% mengalami gizi kurang
(WFP, 2008). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
prevalensi gizi kurang di Indonesia sebesar 13,9%. Prevalensi anak yang
mengalami stunting di daerah perkotaan sebesar 7,1% lebih rendah
daripada anak pedesaan yaitu sebesar 7,3% (Kemenkes, 2013).
6
Prevalensi pada anak usia 6-12 tahun atau anak usia sekolah di
DKI Jakarta yang mengalami stunting mencapai (15,4%) dan kekurusan
(5,8%) (Kemenkes, 2013). Berdasarkan penelitian Yudesti (2013) di
Jakarta Selatan prevalensi status gizi umur 6-12 tahun berdasarkan IMT
ditemukan 3,7% anak usia sekolah mengalami status gizi kurang. Dengan
proporsi anak usia sekolah sebesar 20,2% (BPS, 2011). Sedangkan
masalah gizi kurang pada anak usia sekolah di Jakarta Selatan khususnya
Puskesmas Kalibata 2 diperoleh data sebesar 10% (Profil Puskesmas
Kalibata 2, 2014).
Hasil penelitian awal yang dilakukan di dua Madrasah ibtidaiyah
(MI), terdapat 3% anak usia 9-12 tahun dengan status gizi kurang di MI
Fatahillah dan terdapat 8% di MI Unwanul Huda. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Nuryanto (2009) bahwa terdapat perbedaan status gizi
antara siswa sekolah dasar dengan siswa Madarasah Ibtidaiyah. Hal ini
juga didukung oleh penelitian Hermina, dkk (1998) yang menjelaskan
beberapa perbedaan antara SD dengan MI adalah jumlah siswa dan guru di
SD lebih banyak daripada di MI, fasilitas seperti air bersih lebih memadai
di SD daripada di MI, tingkat pendidikan guru di SD lebih tinggi daripada
di mi, kurikulum belajar mengajar antara SD dan MI tidak ada perbedaan.
Namun, pendidikan agama Islam lebih besar MI.
Dari berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan banyak sekali
faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makan. Untuk mengetahui
seberapa besar permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi
pada anak sekolah, maka dilakukanlah studi pendahuluan pada dua
7
sekolah yaitu di MI Unwanul Huda dan MI Fatahillah, Jakarta Selatan.
Dari hasil studi pendahuluan, didapatkan hasil dari MI Unwanul Huda
menunjukkan pada anak usia 9-12 tahun memiliki pola konsumsi makan
energi sebanyak (75%) siswa memiliki konsumsi energi <70% dan
protein <80% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan sebanyak (80%)
siswa memiliki konsumsi karbohidrat dan lemak <70% angka yang
dianjurkan.
Kemudian hasil dari Madrasah Ibtidaiyah Fatahillah menunjukkan
pada anak usia 9-12 tahun memiliki pola konsumsi makan energi
sebanyak (65%) siswa memiliki konsumsi energi dan lemak sesuai dari
angka yang dianjurkan AKG dan konsumsi protein 80% sesuai angka yang
dianjurkan oleh AKG, sedangkan untuk konsumsi karbohidrat sebanyak
(10%) siswa <70% dari angka yang danjurkan oleh AKG. Hal ini sejalan
dengan penelitian Pahlevi (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein
dengan status gizi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya masalah kesehatan
di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda. Hasil pengukuran terhadap pola
konsumsi makan di Madrasah Ibtidaiyah Fatahilah lebih rendah
dibandingkan dengan Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda, selain itu
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda belum pernah dijadikan lokasi
penelitian mengenai pola konsumsi makan.
Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pola
8
Konsumsi Makan pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di
Jakarta Selatan tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rawan terkena masalah
gizi yaitu kurang gizi. Anak sekolah dasar di seluruh dunia sebanyak 60%
mengalami gizi kurang. Sedangkan prevalensi pada anak usia 6-12 tahun
atau anak usia sekolah di DKI Jakarta yang mengalami stunting mencapai
(15,4%) dan kekurusan (5,8%). Di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda
yang dijadikan tempat penelitian ditemukan masalah kurang gizi sebesar
8% pada anak usia 9-12 tahun.
Salah sau faktor yang dapat menyebabkan stunting dan kekurusan
adalah pola konsumsi makan. Secara nasional di Indonesia menunjukkan
sekitar 44,4% anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi energi kurang
dari 70 % dari AKG dan sebanyak 59,7% anak usia sekolah memiliki
tingkat konsumsi protein kurang dari 80% berdasarkan AKG. Proporsi
tingkat konsumsi energi penduduk di DKI Jakarta sudah mencapai ≥70%
dari AKG.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul
Huda. Terdapat anak sekolah berumur 9-12 tahun sebanyak (75%)
memiliki konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak kurang dari
70% angka kecukupan yang dianjurkan oleh AKG. Apabila hal ini
berlangsung secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama,
maka dampak kesehatan yang akan timbul adalah kondisi gizi kurang
pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda. Hal ini telah dibuktikan
9
dengan ditemukannya masalah gizi kurang pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda.
Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan pola konsumsi
makan pada siswa. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan
pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun
2015”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pola konsumsi makan (energi, karbohidrat,
protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di
Jakarta Selatan Tahun 2015?
2. Bagaimana gambaran umur pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul
Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
3. Bagaimana gambaran jenis kelamin pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
4. Bagaimana gambaran pendidikan ibu pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
5. Bagaimana gambaran besar uang jajan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
6. Bagaimana gambaran peran orang tua pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
7. Bagaimana gambaran pengetahuan gizi pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
10
8. Bagaimana gambaran body image/citra diri pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
9. Apakah ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan
(energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
10. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi
makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
11. Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi
makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
12. Apakah ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi
makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
13. Apakah ada hubungn antara peran orang tua dengan pola konsumsi
makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
14. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi
makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
15. Apakah ada hubungan antara body image/citra diri dengan pola
konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa
di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?
11
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan pola
konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada
siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun
2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pola konsumsi makan (energi,
karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
Unwanul Huda siswa di Jakarta Selatan Tahun 2015.
b. Diketahuinya gambaran umur pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
Unwanul Huda siswa di Jakarta Selatan Tahun 2015.
c. Diketahuinya gambaran jenis kelamin pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.
d. Diketahuinya gambaran pendidikan ibu pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.
e. Diketahuinya gambaran besar uang jajan pada siswa siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun
2015.
f. Diketahuinya gambaran peran orang tua pada siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.
g. Diketahuinya gambaran pengetahuan gizi pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.
12
h. Diketahuinya gambaran body image/citra diri pada siswa
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun
2015.
i. Diketahuinya hubungan antara umur dengan pola konsumsi
makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun
2015.
j. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan pola
konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada
siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015.
k. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu dengan pola
konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada
siswa di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda Tahun 2015.
l. Diketahuinya hubungan antara besar uang jajan dengan pola
konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) siswa
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun
2015.
m. Diketahuinya hubungan antara peran orang tua dengan pola
konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada
siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015.
n. Diketahuinya hubungan pengetahuan gizi dengan pola konsumsi
makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa
13
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun
2015.
o. Diketahuinya hubungan antara body image/citra diri dengan pola
konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada
siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengalaman yang tak ternilai
dalam melakukan penelitian dan sebagai aplikasi ilmu yang telah
didapat selama kuliah serta dapat mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan. Selain itu, dapat
dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam
topik yang sama yaitu terkait pola konsumsi pada siswa sekolah dasar.
2. Bagi Sekolah
Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang data
antropometri siswa dan keterkaitan antara faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap pola konsumsi makan pada siswanya.
3. Bagi Peneliti Lain
Memberikan informasi pada peneliti lainnya tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah
14
Ibtidiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan dan sebagai pembelajaran
untuk peneliti lainnya dalam melakukan penelitian lanjutan.
4. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dapat memberikan masukan ilmu yang berguna dan sebagai
bahan pembelajaran dan memperkaya ilmu pengetahuan dari hasil
penelitian.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pola
konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa program studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan November 2014-
Juni 2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
desain studi cross sectional. Penelitian ini penting dilakukan karena masih
terdapat siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan yang
mempunyai angka kecukupan energi yang kurang dari 70% AKG.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Sekolah
Anak sekolah adalah anak usia sekolah berusia 6-12 tahun. Anak
usia sekolah mempunyai laju pertumbuhan fisik yang lambat tetapi
konsisten. Mereka secara terus-menerus memperoleh pendewasaan dalam
keterampilan motorik seperti kognitif, sosial, dan emosional. Pada masa
ini anak memperoleh keterampilan yang memungkinkan untuk makan
secara bebas dan mengembangkan kesukaan makannya sendiri dan
membentuk kebiasaan makan, serta jenis makanan yang disukai dan tidak
disukai, merupakan dasar bagi pola konsumsi makan dan asupan gizi anak
selanjutnya (Almatsier, 2011). Namun pada anak sekolah usia 9-12 tahun
sudah mulai memasuki masa tahap remaja awal yang mulai menjembatani
periode kehidupan anak dan dewasa (Arisman, 2009).
Karateristik anak usia sekolah (6-12 tahun) akan dijabarkan
sebagai berikut:
1. Karateristik fisik/ jasmani: anak memiliki pertumbuhan lambat dan
teratur, BB dan TB anak wanita lebih besar dibandingkan dengan anak
laki-laki pada usia yang sama, pertumbuhan tulang, pertumbuhan gigi
permanen, nafsu makan meningkat, dan timbul haid pada akhir masa
ini.
16
2. Karateristik emosi: pada masa ini anak mulai memiliki rasa ingin tahu,
suka berteman, dan tidak peduli terhadap lawan jenis.
3. Karateristik sosial: anak mulai suka bermain dan memiliki hubungan
erat dengan teman sebayanya.
4. Karateristik intelektual: anak mulai suka berbicara dan mengeluarkan
pendapat, memiliki minat yang besar dalam belajar dan keterampilan,
ingin coba-coba, dan memiliki perhatian terhadap sesuatu yang singkat
(Andriyani, 2012).
B. Kebutuhan Gizi Anak
1. Karbohidrat
Almatsier (2001) menyebutkan bahwa karbohidrat memegang
peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama
bagi manusia. Fungsi karbohidrat adalah menyediakan energi bagi
tubuh, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur
metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses. Karbohidrat
diperlukan oleh anak yang sedang tumbuh terutama sebagai sumber
energi.
Karbohidrat disebut juga zat pati atau zat tepung atau zat gula
yang tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O).
Di dalam tubuh karbohidrat akan dibakar untuk menghasilkan tenaga
atau panas. Satu gram karbohidrat akan menghasilkan empat kalori.
Menurut besarnya molekul karbohidrat dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu: monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Karbohidrat
17
menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh. Sumber
karbohidrat adalah padi-padian atau serelia, umbi-umbian, kacang-
kacangan dan gula. Hasil olahan bahan-bahan ini adalah bihun, mie,
roti, beras, jagung. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak
mengandung karbohidrat. (Almatsier, 2001).
2. Protein
Protein merupakan zat gizi yang paling penting. Protein adalah
bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh
sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya ada di
dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh
di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh.
Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah,
matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Protein mempunyai
fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier,
2001).
Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan jaringan,
perubahan komposisi tubuh, dan pembentukan jaringan baru. Selama
pertumbuhan, kadar protein tubuh meningkat dari 14,6% pada umur
satu tahun menjadi 18-19% pada umur empat tahun, yang sama dengan
kadar protein orang dewasa. Kebutuhan protein untuk pertumbuhan
diperkirakan berkisar antara 1-4 g/kg penambahan jaringan tubuh.
Penilaian terhadap asupan protein anak harus didasarkan pada
kecukupan untuk pertumbuhan, mutu protein yang dimakan,
18
kombinasi makanan dengan kandungan asam amino esensial yang
saling melengkapi bila dimakan bersama, dan kecukupan asupan
vitamin, mineral, dan energi (Soetardjo, 2011).
Molekul protein mengandung fosfor, belerang dan ada jenis
protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga
(Winarno, 2004). Bahan makanan hewani merupakan sumber protein
yang baik, dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging,
unggas, ikan, dan kerang.
Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan
hasil olahannya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain.
kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai
mutu atau nilai biologi tertinggi (Almatsier, 2001).
3. Lemak
Lemak meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak
dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipida, sterol, dan
ikatan lain sejenis yang terdapat di dalam makanan dan tubuh manusia.
Lipida mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut nonpolat,
seperti etanol, eter, kloroform, dan benzene. Asam lemak merupakan asam
organik yang terdiri atas rantai hidrokarbon lurus yang pada satu ujungnya
mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung lain gugus metil
(CH3). Asam lemak alami biasanya mempunyai rantai dengan jumlah atom
karbon genap, yang berkisar antara empat hingga dua puluh dua karbon
(Almatsier, 2001).
19
Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak
kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan
sebagainya), mentega, margarin dan lemak hewan (lemak daging dan
ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging,
dan ayam gemuk, krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan yang
dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali alpukat)
sangat sedikit mengandung lemak (Almatsier, 2010).
4. Kebutuhan Energi
Energi merupakan zat yang sangat esensial bagi manusia dalam
menjalankan metabolisme basal (proses tubuh yang vital), melakukan
aktivitas, pertumbuhan, dan pengaturan suhu (Hardinsyah, dkk, 2012).
Menurut Almatsier (2001) energi dapat diperoleh dari metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan.
Dimana, karbohidrat menyumbang sebesar 4,1 kkal/g, sedangkan lemak
dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar 8,87 kkal/g dan
5,65 kkal/g.
Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi berasal dari
makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang
pada ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai
dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan
aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Pada anak-
anak, ibu hamil, dan ibu menyusi menggunakan kebutuhan energi untuk
pembentukan jaringan-jaringan baru atau untuk sekresi ASI yang sesuai
dengan kesehatan. Karbohidrat sendiri menyumbang sebesar 4,1 kkal/g,
20
sedangkan lemak dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar
8,87 kkal/g dan 5,65 kkal/g (Almatsier, 2001).
Tabel 2.1
Angka Kecukupan Zat Gizi Anak di Indonesia
Umur
(Thn)
Berat
Badan
(Kg)
Tinggi
Badan
(cm)
Energi
(Kkal)
Karbohidrat
(Kkal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Anak 4-6 19 112 1600 220 35 62
Anak 7-9 27 130 1850 254 49 72
Laki-laki
10-12
34 142 2200 289 56 70
Perempuan
10-12
36 145 2000 275 60 67
Sumber : AKG, 2013
C. Kekurangan Makronutrien
Depkes RI (2002) menjelaskan masalah gizi makro merupakan
masalah gizi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya
disertai dengan kekurangan zat gizi mikro. Terdapat dua manifestasi dari
kekurangan zat gizi makro (kekurangan energi/KEK dan protein/KEP),
yaitu marasmus dan kwashiorkor.
Marasmus adalah gangguan pertumbuhan dan kesehatan yang
disebabkan oleh kekurangan energi kronis. Marasmus banyak terjadi dan
biasanya menimpa anak yang berumur dibawah 1 tahun. Anak yang
mengalami marasmus ditandai dengan turunnya berat badan yang sangat
drastis, berkurangnya otot dan lemak, wajah terlihat tua, sering kelihatan
21
waspada dan lapar. Marasmus sering disertai defisiensi vitamin terutama
vitamin D dan vitamin A. Marasmus berpengaruh dalam jangka panjang
terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki. Sedangkan kwashiorkor
adalah gangguan kekurangan protein, yang dapat terjadi juga pada
konsumsi energi yang cukup atau lebih. Kwashiorkor ditandai dengan
pertumbuhan terhambat, tidak ada nafsu makan, tidak gembira, kulit
pecah-pecah, rambut mengalami depigmentasi. Kwashiorkor memiliki ciri
khas yaitu terdapat edema pada perut, kaki, dan tangan serta kehadirannya
berkaitan erat dengan albumin dalam serum (Almatsier, 2001). Keadaan
kwashiorkor banyak dijumpai pada anak-anak yang terlambat disapi yaitu
usia antara 2-3 tahun.
D. Pola Konsumsi Makan
Pola konsumsi makan adalah susunan makanan yang merupakan
suatu kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah
bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikomsumsi atau
dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu (PERSAGI, 2009).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi
makan menggambarkan berbagai macam makanan yang dikonsumsi
seseorang setiap hari akibat pengaruh dari psikologi, fisiologi, budaya,
dan sosial. Pada kelompok usia anak sekolah, pertumbuhan fisik secara
kognitif, sosial dan emosional, terus mengalami pertambahan yang
signifikan serta aktivitas fisik yang meningkat. Sehingga dibutuhkan
makanan yang proporsional, seperti jumlah yang cukup dan mutu yang
baik.
22
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola konsumsi
makan dan asupan gizi yang tidak terlalu berbeda dengan teman
sebayanya. Pada anak usia sekolah jumlah dan variasi makanan yang
dimakan akan bertambah, tetapi banyak diantara mereka yang tetap
menolak sayuran dan makanan yang dicampur seperti gado-gado, pecel,
dan sayur asam. Anak usia sekolah lebih menyukai makanan jajanan
seperti mi bakso, siomay, gorengan, dan makanan manis seperti kue-kue
(Almatsier, 2011).
Kecukupan gizi anak sekolah harus memenuhi menu gizi seimbang
yang sesuai dengan banyaknya aktivitas anak, makanan harus
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang cukup
untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya (Andriyani, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Yelni (2013) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi, penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwan asupan zat gizi makro seperti energi,
karbohidrat, protein, dan lemak dapat mempengaruhi status kesehatan
masyarakat. Pola konsumsi makan dapat berhubungan erat dengan
berbagai jenis penyakit. Tubuh membutuhkan asupan zat gizi yang cukup
untuk melakukan aktivitas dan mencegah berbagai jenis penyakit.
Apabila tubuh mengalami kekurangan zat gizi, khususnya energi
dan protein pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dalam jangka
waktu tertentu serta akan mengalami penurunan berat badan yang disertai
dengan penurunan produktivitas kerja. Apabila tidak ada perbaikan
konsumsi energi dan protein dapat menyebabkan tubuh mudah terserang
23
penyakit infeksi yang selanjutnya akan berdampak pada kematian
(Hardiansyah & D. Briawan, 2005) dalam (Puji, 2011).
Pola Konsumsi makan dapat diukur melalui dua survei yaitu suvei
memberikan informasi kualitatif dan survei memberikan informasi
kuantitatif. Kedua survei tersebut terdiri dari metode food recall 3x24 jam,
metode pencatatan makan (food records), dan kuesioner frekuensi
makanan. Hal tersebut digunakan untuk mengukur konsumsi makan
individu.
Metode pengukuran pola konsumsi makan dibagi menjadi 3 yang
akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Metode food recall 3x24 jam
Metode food recall adalah wawancara asupan makanan dalam
3x24 jam yang lalu. Untuk membantu mengingat banyaknya
makanan, maka digunakannya food model atau ukuran porsi. Asupan
nutrisi dapat dihitung dengan data komposisi bahan makanan. Recall
3x24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi pada periode 3x24 jam yang lalu, pencatatan di
deskripsikan secara mendetail oleh pewawancara yang sebaiknya
dilakukan berulang pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut),
tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari. Metode food
recall ini mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan sebagai
berikut (Gibson, 2005):
a. Kelebihan metode recall 24 jam antara lain:
24
1) Berguna untuk rata-rata asupan sehari-hari dalam populasi
2) Penggunaannya sangat mudah
3) Hasilnya representatif
4) Dapat digunakan secara internasional, untuk melihat hubungan
asupan makanan dan penyakit kronis.
b. Kelemahan metode recall 24 jam diantaranya:
1) Tidak bisa menunjukkan kebiasaan makan
2) Membutuhkan daya ingat yang kuat
3) Tidak dianjurkan untuk lansia dan anak kecil.
2. Metode estimati pencatatan makan (estimated food records)
Metode ini adalah metode mencatat semua makanan dan
minuman termasuk snack yang telah dimakan dari periode 1 sampai 7
hari, digunakan untuk mengukur asupan di rumah tangga dan asupan
makan individu sehari-hari. Asupan nutrisi dapat dikur dengan
menggunakan data komposisi makanan. Pengukuran bergantung pada
hari saat dilakukannya pencatatan. Adapun kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki oleh food records diantaranya:
a. Kelebihan food records antara lain:
1) Dapat digunakan untuk individu
2) Dapat digunakan untuk konsultasi diet
3) Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar
4) Dapat mengetahui konsumsi zat gizi dalam sehari
5) Sampel makanan dapay disimpan individu.
b. Kelemahan food records diantaranya:
25
1) Responden harus bersedia
2) Mahal
3) Metodenya cepat
4) Tidak cocok untuk responden yang buta huruf
5) Sangat bergantung pada motivasi responden (Gibson, 2005).
3. Kuesioner Frekuensi Makanan (Food Frequency Questionnaire)
Kuesioner frekuensi makan menggunakan daftar makanan
yang spesifik untuk mencatat asupan makanan selama periode waktu
tertentu (hari, minggu, bulan, tahun). Pencatatan ini menggunakan
interview atau kuesioner yang diisi sendiri. Kuesioner bisa semi
kuantitatif, ketika subjek menanyakan ukuran porsi yang digunakan
setiap makanan, dengan atau tanpa menggunakan food model.
Di samping itu, metode ini juga memiliki beberapa kelebihan
dan kelemahan, diantaranya:
a. Kelebihan metode kuesioner frekuensi makan
1) Dapat menggambarkan data asupan sehari-hari pada periode
yang lama
2) Digunakan pada studi epidemologi untuk tingkatan subjek yang
dikategorikan rendah, sedang, atau tinggi asupan makanan,
komponen makanan atau nutrisi
3) Untuk mengukur prevalensi atau statistik kesakitan dari
penyakit.
4) Bisa juga menggambarkan model hubungan kekurangan asupan
terhadap nutrisi yang spesifik.
26
b. Kelemahan metode kuesioner frekuensi makan :
1) Metodenya cepat.
2) Dibutuhkannya tingkat repons yang tinggi
3) Akurasinya rendah dibandingkan metode yang lainnya
(Gibson, 2005).
E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Makan
Worthington (2000), banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kebiasaan makan diantaranya adalah meningkatnya partisipasi dalam
kehidupan sosial dan aktivitas anak sekolah merupakan bagian dari
pertumbuhan dan perkembangan anak yang terus meningkat, hal ini
akan berdampak pada pola konsumsi makan anak tersebut. Faktor yang
dapat mempengaruhi pola konsumsi makan menurut Worthington
(2000) membaginya menjadi dua yaitu faktor internal yang terdiri dari
IMT, umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, kenyakinan, nilai, dan
norma, pemilihan dan arti makanan, kebutuhan fisiologis tubuh, body
image/citra diri, konsep diri, perkembangan psikososial, kesehatan
(riwayat penyakit) dan faktor eksternal yang meliputi tingkat ekonomi
keluarga, pekerjaan, pendidikan orang tua, sosial dan budaya, peran
orang tua, teman sebaya, pengalaman individu, pengaruh media.
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan perbandingan (rasio)
dari pembagian antara berat badan dengan tinggi badan yang sering
digunakan untuk mengetahui kategori berat badan seperti kurang,
normal, lebih atau obes (Supariasa, 2001). Metode ini membutuhkan
27
dua pengukuran sekaligus yaitu pengukuran berat badan yang diukur
menggunakan timbangan seca (ketelitian 0,1 kg) dan pengukuran
tinggi badan yang diukur menggunakan microtoise (ketelitian 0.1 cm).
Berdasarkan hasil penelitian Togo (2001) Menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara body massa index dengan pola
konsumsi makan. Hal in juga didukung oleh hasil penelitian Hendrik
(2011) dalam Tienne (2013) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan anatara asupan energi dengan Indeks Mass Tubuh (IMT)
yaitu. Hasil pengukuran berat dan tinggi badan akan dimasukan ke
dalam rumus IMT, sebagai berikut:
Tabel 2.2
Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel 2. 3
Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT Kategori
< 17 kg/m2 Sangat Kurus
17 – 18,4 kg/m2 Kurus
18,5 – 25 kg/m2 Normal
25,1- 27 kg/m2 Gemuk
> 27 kg/m2 Sangat gemuk/ obese
Sumber: Depkes, 2004
IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
28
2. Umur
Menurut Depkes (2008) dalam Farida (2011) umur merupakan
waktu hidup yang dinilai dalam tahun dengan melakukan pembulatan
ke bawah atau pada ulang tahun terakhir. Kelompok anak menurut usia
dibagi menjadi tiga golongan yaitu anak usia prasekolah (1-6 tahun),
dan anak usia sekolah (6-12 tahun) (Kemenkes, 2013). Komposisi
tubuh setelah umur 5 tahun mulai berubah. Sebagian besar waktu anak
usia sekolah banyak dimanfaatkan dengan aktivitas di luar rumah,
yakni sekitar 3-6 jam di sekolah, beberapa jam untuk bermain,
berolahraga, dan sebagainya. Sehingga anak memerlukan energi lebih
banyak. Semakin tinggi umur, semakin tinggi juga kebutuhan gizinya
(Kurniasih, dkk, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Lucy, dkk (2005) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan,
dimana semakin tinggi umur makan akan semakin tinggi pula asupan
makannya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rita (2002) dalam
Farida (2010) yang menyatakan bahwa umur merupakan salah satu
faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan.
3. Jenis Kelamin
Menurut Depkes (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks
yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan
perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor internal kebutuhan gizi
seseorang. Kebutuhan gizi antara laki-laki dan perempuan sangat
berbeda, hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan
29
laki-laki dan perempuan juga berbeda. Dimana laki-laki selalu menjadi
prioritas dalam keluarga (Apriadji, 1986).
Sejak awal usia kanak-kanak dapat diakui bahwa variasi asupan
makanan dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Survei pola makan di
Eropa memperhatikan perbedaan konsumsi makan antara pria dan
wanita. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kaum pria di
Eropa memiliki asupan seperti produk daging, alkohol, dan gula yang
lebih tinggi dari asupan wanita di Eropa. Sedangkan asupan seperti
buah, sayuran dan produk rendah lemak pria di Eropa mengkonsumsi
asupan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita.
Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan penelitian di Eropa bahwa
pria lebih menyukai makanan yang tinggi lemak, karbohidrat, protein,
gula dan alkohol. Sedangkan wanita lebih menyukai makanan seperti
buah, sayur, dan produk rendah lemak, sehingga tidak heran jika
terjadi defisiensi makronutrien pada wanita (Gibney dkk, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian Worthtington, dkk, (2006)
mengatakan bahwa anak laki-laki usia sekolah mengkonsumsi asupan
energi dan zat gizi lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan,
karena nafsu makan pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan
dengan perempuan. Hal itu, sejalan dengan penelitian Suci (2009)
bahwa anak laki-laki lebih suka mengkonsumsi makanan jajanan tinggi
energi dan karbohat dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini
juga didukung oleh hasil penelitian Lucy, dkk (2005) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
30
pola konsumsi makan. Namun, hasil ini bertolak belakang dengan hasil
penelitian Puji (2011) yang menyatakan tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan pola makan.
4. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang yang didapat
dengan menggunakan penginderaan terhadap objek sampai
menghasilkan pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intesitas
perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoadmojo, 2010).
Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin sehingga
mampu memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan perilaku
makannya. Pengetahuan gizi sangat bermanfaat dalam menentukan apa
yang kita konsumsi setiap harinya (Notoatmojo, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian Sofianta, dkk (2015) menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi anak dengan
kebiasaan konsumsi sarapan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Aminah (2007) dalam Mardhina, dkk (2014) menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa tentang pola
makan sehat dengan perilaku pola makan sehat pada mahasiswa kost,
artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin
baik pola makannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat
pengetahuan maka semakin buruk pola makannya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Khomsan (2000) yang menyatakan pengetahuan gizi
merupakan aspek kognitif yang menunjukan pemahaman responden
tentang ilmu gizi, jenis zat gizi, serta interaksinya terhadap status gizi
31
dan kesehatan. Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting
dalam menentukan konsumsi makanan.
Berdasarkan hasil penelitian Puji (2011) menunjukkan tidak
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pola makan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Setyorini (2010) dalam Sada
(2012) yang mengemukakan, tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan gizi dengan pola makan remaja putri. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sukandar (2009) dalam Widyantara (2013) yang
menyatakan bahwa pengaruh pengetahuan gizi dengan konsumsi
makan tidak selalu linier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan
gizi seseorang, belum tentu konsumsi makan yang diterapkan akan
baik. Karena konsumsi makan jarang dipengaruhi langsung oleh
pengetahuan gizi tetapi dapat dipengaruhi oleh interaksi sikap dengan
keterampilan gizi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang,
maka akan cenderung memilih makanan yang murah dengan
kandungan nilai gizi yang lebih tinggi sesuai dengan jenis pangan yang
tersedia dan kebiasaan makan tiap orang.
5. Keyakinan, Nilai, dan Norma
Pada masyarakat tertentu, terdapat suatu pernyataan yang
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat keprihatian seseorang maka
akan semakin bahagia dan bertambah tinggi taraf sosial yang dapat
dicapainya. Keprihatian ini dapat dicapai dengan “tirakat” yaitu suatu
kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan
dan minum atau berpantang melakukan sesuatu (Suhardjo, 2006).
32
Berdasarkan penelitian Suhardjo (2006) menyatakan bahwa keyakinan,
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi
perilaku konsumsi masyarakat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Deboran (2012) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara suku di Amerika dengan suku di Afrika terhadap pola
makan, yang artinya masing-masing suku mempunyai kenyakinan,
nilai, dan norma terhadap pola makannya.
6. Kebutuhan Fisiologis Tubuh
Kebutuhan fisiologis tubuh setiap individu berbeda, hal ini
dapat mempengaruhi tingkat kebutuhan gizi setiap individu. Sebagai
contoh, kebutuhan fisiologis tubuh ibu hamil, ibu menyusui, anak
balita, lansia dan orang yang sedang sakit akan berbeda kebutuhan
gizinya dengan orang yang sehat. Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis
tubuh dapat berperan dalam menentukan pola konsumsi individu dan
pemilihan makanan untuk dikonsumsi (Suhardjo, 2006).
Perkembangan fisik dan sosial membuat anak mengalami
peningkatan nafsu makan yang secara alami menyebabkan
peningkatan konsumsi makanan. Karena anak-anak banyak
menghabiskan waktu di sekolah dibandingkan di rumah, sehingga
terjadi peningkatan aktivitas fisik yang berdampak pada peningkatan
pola konsumsi makan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
fisiologis tubuh anak sekolah akan berbeda dengan kebutuhan
fisiologis tubuh anak pra sekolah, karena terjadi peningkatan aktivitas
fisik yang banyak membutuhkan asupan zat gizi (Almatsier, 2011).
33
7. Body Image/Citra Diri
Body image atau citra diri merupakan cara seseorang menilai
dan memandang bentuk tubuhnya sendiri. Pada perempuan cenderung
menganggap dirinya gemuk, sehingga mereka sangat memperhatikan
konsumsinya. Semakin negatif persepsi body image maka akan
cenderung mengurangi frekuensi makannya (Dachlan, 2012).
Menurut penelitian Sands, Wardle (2003) dalam Christina
(2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pandangan citra
tubuh pada anak usia 9-12 tahun dengan pola konsumsi, termasuk
perilaku. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Chairah (2012)
yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara body
image dengan pola makan pada remaja putri. Ini artinya bahwa
semakin positif body image maka semakin baik pula pola makannya.
Begitu juga sebaliknya, jika body image yang dimiliki negatif maka
semakin buruk pola makannya. Hal ini sependapat dengan Emilia
(2009) yang menyatakan bahwa gangguan body image pada remaja
berhubungan dengan masalah makan, pola makan yang tidak sehat,
dan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya yang dapat diidentifikasi
melalui persepsi ukuran tubuh, subjektif dan aspek perilaku seseorang
yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Namun, hal ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian Daryono (2003) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan antara body image dengan konsumsi
energi sehari.
34
8. Konsep Diri
Konsep diri merupakan cara pandang manusia dalam
melakukan penilaian pada dirinya sendiri, yang erat kaitannya dengan
motivasi diri dan berpengaruh terhadap perfomance seseorang
khususnya bidang akademis. Langkah paling efektif dalam
menumbuhkan konsep diri pada anak adalah terjalinnya komunikasi
antara orang tua dan anak, hingga anak mau atau mampu
mengungkapkan kegelisahan terhadap proses perkembangan fisiknya.
Sebagai contoh, apabila anak merasa dirinya lebih gemuk dari teman-
temannya dan berniat untuk berdiet keras dengan tujuan untuk
mencapai berat badan seimbang. Hal yang dapat dilakukan oleh orang
tua adalah mengajak anak untuk berkomunikasi mengenai pola dan
tata cara diet yang tepat, dan menyarankan anak untuk menghindari
diet yang terlalu keras karena dapat mengganggu kesesehatan.
Sehingga cara yang paling tepat untuk mendapatkan berat badan
seimbang adalah dengan pola konsumsi makan makanan yang
seimbang (Puspitasari, 2007).
9. Pemilihan dan Arti Makanan
Pemilihan makan merupakan usaha atau kekuataan untuk
menahan kemauan dalam mengendalikan makanan yang akan
dikonsumsi baik dari segi cita rasa, suasa hati, dan kualitas. Makanan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap zat gizi individu. Pada
pemilihan makan bagi individu banyak melibatkan interaksi kompleks
yang mencakup berbagai bidang seperti biologis, psikologis, sosial dan
35
budaya, dan kesehatan. Selain itu, adapula faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemilihan makan individu seperti cita rasa, harga,
kualitas, kesukaan, selera, dll. Menurut ahli gizi, faktor-faktor yang
memengaruhi pemilihan makan merupakan hasil dasar untuk
membantu efektivitas penuangan tujuan gizi ke dalam perilaku
konsumen (Gibney, 2005).
Pemilihan makanan atau penerimaan terhadap makanan dan
pola perkembangan pilihan makanan pada anak dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang multikompleks seperti kecukupan asupan
makanan, ketersediaan makan, budaya, lingkungan, dan interaksi
sosial (Almatsier, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian luas yang dilakukan di Eropa
tentang berbagai pengaruh pemilihan makanan. Terdapat lima variabel
yang merupakan faktor penting yang dapat berpengaruh terhadap
pemilihan makan seperti kualitas dan kesegaran makanan, harga, cita
rasa, upaya konsumsi makanan sehat, dan kesukaan keluarga (Gibney,
2005).
10. Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial merupakan berbagai kejadian
dengan relasi sosial atau hubungan kemasyarakatan juga mencakup
faktor-faktor psikologis dari seseorang. Pola konsumsi merupakan
keadaan psikososial individu yang berdampak terhadap perilaku
individu. Seseorang dengan kondisi psikososial yang baik, akan
36
cenderung lebih baik dalam mengonsumsi dan memilih makanan,
demikian pula sebaliknya (Chaplin, 2004) dalam Farida (2010).
Perkembangan psikososial pada anak sekolah berkaitan dengan
interaksi anak dengan lingkungannya seperti anak sudah bisa bermain
dengan teman-temannya. Pada masa ini anak perlu mendapat
dukungan dari orang tua dan diperkenalkan cara beradaptasi di
lingkungan baru. Pada usia ini, anak akan mulai belajar mandiri secara
fisik seperti berlari, berjalan, dan berkelana tanpa dibantu oleh orang
dewasa lagi.
Hambatan yang akan terjadi pada masa ini adalah anak akan
mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang yang baru
dikenal, dan bisa menjadi pemalu apabila orang tua tidak memberikan
kebebasan dan bersifat overprotektif (Andriani, 2012). Berdasarkan
hasil penelitian Tienne (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara status psikososial dengan konsumsi pangan.
11. Kesehatan (Riwayat Penyakit)
Menurut Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan,
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Namun, pada kondisi tubuh yang kurang sehat dapat
menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut akan
37
berdampak pada keadaan infeksi yang akut pada tubuh. Secara
patologis mekanismenya adalah penurunan asupan zat gizi akibat
kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi, dan kebiasaan
mengurangi makanan saat sakit, peningkatan kehilangan cairan atau
zat gizi akibat penyakit diare, mual atau muntah akibat perdarahan
yang terus-menerus, meningkatnya kebutuhan akibat sakit dan parasit
yang terdapat di dalam tubuh dan toleransi terhadap makanan yang
dapat memperburuk status gizi (Supariasa, et al., 2002).
Berkurangnya nafsu makan dalam jangka waktu yang lama,
akan menyebabkna menurunnya asupan makan, sehingga berat badan
pun akan menurun dan berdampak pada status gizi Suhardjo (1989)
dalam Rezkina (2013). Berdasarkan hasil penelitian Fatimah, dkk
(2008) menunjukkan bahwa faktor yang memiliki kontribusi terhadap
gizi kurang pada anak adalah riwayat penyakit infeksi. Namun, hal ini
tidak sejalan dengan penelitian Tahir (2013) yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan status gizi yang
akan berdampak pada pola konsumsi makannya.
12. Tingkat Ekonomi Keluarga
Tingkat ekonomi keluarga merupakan kemampuan finansial
yang dapat dihasilkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Semakin tinggi tingkat ekonomi keluarga, maka akan semakin baik
tingkat konsumsi makanan yang akan dimakan, begitu juga sebaliknya.
Keluarga dengan pendapatan terbatas akan cenderung kurang
38
memperhatikan kebutuhan makanannya terutama kebutuhan zat gizi
dalam tubuh (Apriadji, 1986).
Pendapatan merupakan pengaruh yang kuat terhadap status
gizi. Setiap kenaikan pendapatan umumnya mempunyai dampak
langsung terhadap status gizi penduduk. Pendapatan merupakan faktor
yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pendapatan
keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak
karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik
primer maupun sekunder.
Berdasarkan hasil penelitian Luciana, dkk (2012) menyatakan
ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan pola makan
anak. Namun, hal ini tidak sejalan dengan Tahir, dkk (2013) yang
menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga
dengan status gizi yang berdampak pada pola konsumsi makannya.
Pendapatan pada anak berupa uang jajan (Pahlevi, 2012). Uang
jajan adalah uang yang diberikan orang tua kepada anak untuk
membeli jajanan di sekolah. Uang jajan yang rutin diberikan pada anak
dapat membentuk sikap dan persepsi anak bahwa uang jajan adalah
hak mereka dan mereka bisa menggunakannya sesui dengan keinginan
mereka, sehingga anak bisa memanfaatkan secara bebas. Pemberian
uang jajan juga dapat mempengaruhi kebiasaan jajan dalam membeli
makanan pada anak usia sekolah (Aprillia, 2011).
39
Berdasarkan hasil penelitian Syafitri (2009) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara alokasi uang
saku untuk membeli jajanan dengan jumlah jenis makanan jajanan
yang dibeli siswa. Artinya semakin besar alokasi uang saku untuk
membeli jajanan maka jumlah jenis jajanan yang dibeli akan semakin
besar pula. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian Getruida
(2010) yang menyatakan tidak ada perbedaan bernakna antara uang
jajan dengan status gizi. Artinya, uang jajan tidak dapat mempengaruhi
anak dalam membeli makanan yang akan berdampak pada status gizi.
Hal ini dapat dismpulkan, bahwa tingkat ekonomi keluarga
yang tinggi akan berdampak tinggi juga pada pemberian uang saku.
Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil bagian dari ekonomi
keluarga yaitu jumlah uang jajan yang diberikan orang tua kepada
anak, bukan jumlah pendapatan dalam keluarga.
13. Pekerjaan
Menurut Depkes (2008), pekerjaan adalah jenis kegiatan yang
menggunakan waktu terbanyak responden atau yang memberikan
penghasilan terbesar. Menurut Hariyani (2011), pekerjaan kepala
rumah tangga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jenis pekerjaan
berhubungan erat dengan pendapatan yang merupakan faktor penting
dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang akan
dikonsumsi (Suhardjo, 1989). Berdasarkan hasil penelitian Wahida
40
(2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pekerjaan kepala rumah tangga dengan pola konsumsi makan.
14. Pendidikan Ibu
Menurut Notoadmojo (2003), pendidikan adalah suatu proses
pembentukan kecepatan seseorang secara intelektual dan emosional.
Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di
luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan menurut
Depkes (2008), pendidikan merupakan tingkat pendidikan formal
tertinggi yang telah dicapai oleh seseorang.
Pendidikan ibu merupakan salah satu hal yang berpengaruh
terhadap status gizi. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya
mempunyai pengetahuan yang tinggi, karena orang yang
berpendidikan tinggi biasanya lebih mudah untuk menyerap informasi.
Faktor pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan dalam hal apapun termasuk
gizi (Apriadji, 1986).
Pola konsumsi makan yang sehat cenderung dilakukan oleh
mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini
diasumsikan karena mereka lebih sadar akan kesehatan sehingga
mempunyai gaya hidup yang lebih sehat. Tingkat pendidikan yang
tinggi dapat membantu dalam pembentukan konsep antara hubungan
41
pola konsumsi makan dan kesehatan pada individu (Gibney et al.,
2008).
Berdasarkan hasil penelitian Mufidah (2008) menunjukkan
bahwa pendidikan ibu rumah tangga berpengaruh secara signifikan
terhadap konsumsi pangan. Hal ini sejalan dengan penelitian Pahlevi
(2012) yang menyatakan bahwa terdapa hubungan antara pendidikan
ibu dengan status gizi yang berdampak pada pola makannya.
15. Pengalaman Individu
Pengalaman individu dapat bermula dari perjalanan hidup
individu itu sendiri. Salah satunya adalah pengalaman dalam pola
konsumsi. Setiap individu memiliki penilaian tersendiri terhadap jenis,
jumlah makanan tertentu, ada yang suka dan tidak suka/pantang
mengonsumsi makanan tertentu dengan berbagai macam alasan,
seperti seseorang tidak mau mengonsumsi makanan seafood karena
berdasarkan pengalaman pribadi, makanan tersebut menimbulkan
alergi atau memiliki rasa yang kurang enak dan lain-lain (Suhardjo,
2006).
Menurut Moehji (2005) dalam Anzarkusuma (2014) bahwa
salah faktor yang banyak mempengaruhi kebiasaan makan anak adalah
pengalaman-pengalaman.
16. Sosial dan Budaya
Kebiasaan makan penduduk dapat terbentuk oleh unsur sosial
dan budaya, namun hal ini kadang bertentangan dengan prinsip ilmu
42
gizi. Berbagai macam budaya memberikan peran dan nilai yang
berbeda-berbeda terhadap pangan atau makanan yang dikonsumsi.
Masih adanya bahan makanan yang dianggap tabu oleh suatu budaya
masyarakat dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu
(Suhardjo, 2006). Menurut penelitian Mufidah (2012) salah satu dari
faktor yang ikut mendukung terciptanya sensasi kesenangan pada pola
makan masyarakat perkotaan khususnya di Surabaya adalah faktor
lingkungan. Terutama lingkungan sosial.
17. Tempat Tinggal
Menurut Depkes (2008), tempat tinggal adalah lokasi rumah
seseorang yang dibedakan menjadi perkotaan dan pedesaan. Indikator
yang digunakan untuk menentukan suatu kelurahan termasuk daerah
perkotaan atau pedesaan adalah indikator komposit (indikator
gabungan) yang skor atau nilainya dibedakan pada tiga variabel, yaitu:
kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan akses
fasilitas umum (BPS, 2007).
Mufidah (2012) menyatakan bahwa pola konsumsi dipengaruhi
oleh sekitar tempat tinggal, lingkungan pekerjaan dan pergaulan. Jika
tidak mengikuti apa yang lingkungan mereka lakukan, maka pasti akan
dikucilkan dari lingkungan tersebut. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Mangdy (2014) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara pola makan anak dengan tempat tinggal di
perkotaan dan pedesaan.
43
18. Peran Orang Tua
Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk perilaku
anak, terutama perilaku konsumsi makan. Ibu yang memiliki peran
utama dalam membentuk perilaku makan anaknya. Orang tua
berfungsi sebagai promosi kesehatan (prinsip gizi seimbang) pada
keluarga. Semakin sering keluarga melakukan promosi kesehatan gizi
pada anak dan anggota keluarga lainnya maka perilaku gizi keluarga
semakin baik yang terutama pada perilaku konsumsinya (Almatsier,
2011).
Orang tua berpengaruh terhadap pola makan anak. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa orang tua secara sadar maupun tidak
sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan dapat membentuk
gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa,
dan berapa banyak yang ia makan. Interaksi orang tua dan anak juga
dapat berpengaruh terhadap pilihan makan dan pengembangan pola
makan anak (Almatsier, 2011). Karena pola kebiasaan makan anak
berawal dari orang tua (Worthington, 2000). Menurut Worthington
(2000) bahwa peran keluarga berpengaruh terhadap ketersediaan
makan, pengetahuan gizi, dan kandungan zat gizi makanan yang
ditawarkan.
Berdasarkan hasil penelitian Bryant (2004) menyatakan peran
orang tua sangat berpengaruh terhadap pola makan anak. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian Mandy (2014) yang menyatakan bahwa
44
ada hubungan antara peran orang tua dengan peningkatan asupan
makan anak.
19. Teman Sebaya
Teman atau kelompok sebaya memiliki pengaruh yang sangat
kuat terhadap pemilihan makan individu, yang mulai mempengaruhi
sejak anak mulai sekolah. Hal ini dapat menyebabkan kebutuhan gizi
yang terabaikan, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi
tersebut. Remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik dan perilaku
sosial, agar mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Hal yang
paling penting agar diterima oleh teman sebaya adalah pemilihan
makan individu tersebut (Barker, 2002). Berdasarkan hasil penelitian
Anita (2012) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kebiasaan
sarapan dan makan 3 kali sehari ialah acuan teman sebaya.
20. Dampak Media Massa
Media massa adalah faktor eksternal yang mengubah perilaku
khalayak melalui proses belajar sosial dengan memberikan efek
komunikasi berupa penambahan pengetahuan, mengubah sikap, atau
menggerakkan perilaku (Rakhmat, 1991 dalam Lestari, 2013). Anak
umur 5-10 tahun lebih sering menonton iklan daripada anak umur 11-
12 tahun. Anak yang lebih tua dapat menyadari tujuan komersial dari
iklan, yaitu untuk menjual produk bukan untuk hiburan atau
pendidikan (Almatsier, 2011).
45
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Worthington-
Roberts dan Rodwell Williams (2000) dalam Almatsier (2011)
menunjukkan bahwa anak-anak banyak menghabiskan waktu di depan
TV, terutama pada hari libur. Hal ini akan berpengaruh terhadap
perilaku anak, termasuk terhadap pola konsumsinya. Hasil penelitian
Febry, dkk (2011) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara
daya tarik iklan berupa pesan dalam iklan dengan konsumsi soft drink.
Adanya hubungan yang signifikan menunjukkan bahwa daya tarik
iklan di media massa akan mempengaruhi frekuensi konsumsi makan.
Hal ini didkukung oleh hasil penelitian Kathrine (2001) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
penggunaan televisi yang sering dengan tingkat konsumsi energi anak.
21. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan dapat diartikan sebagai kondisi
penyediaan pangan yang mencakup makanan dan minuman yang
berasal dari tanaman, ternak, dan ikan serta turunannya bagi penduduk
suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (Worthington, 2000).
Asupan zat gizi seperti energi dan protein dapat dipengaruhi oleh
ketersediaan pangan ditingkat keluarga dan apabila tidak cukup dapat
dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi (Depkes,
2002). Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan dapat
dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan dalam keluarga, harga
bahan makanan, dan tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan
pekarangan (Apriadji, 1986).
46
Menurut Safawi (2009) dalam Hermansyah (2010) faktor
ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
menjadi unsur penting dalam pemenuhan asupan gizi yang sesuai
selain perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan
anak.
F. Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi Worthington (2000), Gibney (2005), Christina (2014),
Sofianta (2015).
Bagan 2. 1
Kerangka Teori
Faktor Individu:
1. IMT
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Pengetahuan Gizi
5. Kenyakinan, nilai, dan norma
6. Kebutuhan Fisiologis Tubuh
7. Body Image/Citra Diri
8. Konsep Diri
9. Pemilihan dan Arti Makanan
10. Perkembangan Psikososial
11. Kesehatan (Riwayat Penyakit)
Faktor Lingkungan:
1. Tingkat Ekonomi Keluarga
2. Pekerjaan
3. Pendidikan Orang tua
4. Tempat Tinggal
5. Sosial Budaya
6. Peran Orang Tua
7. Teman Sebaya
8. Pengalaman individu
9. Iklan/ Media Massa
Pola
Konsumsi
Makan Siswa
47
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Banyak faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan
pada siswa Madrasah. Berdasarkan kerangka teori yang disebutkan pada
bab sebelumnya, ada beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian
ini yang terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.Variabel
dependen pada penelitian ini yaitu pola konsumsi makan pada siswa
Madrasah sedangkan variabel independennya adalah umur, jenis kelamin,
uang jajan, pendidikan ibu, peran orang tua, pengetahuan gizi, dan body
image. Adapun variabel yang diteliti pada penelitian ini diantaranya:
1. Umur
Umur seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsi makan dan
kebutuhan energi. Hal ini, disebabkan terjadinya perubahan komposisi
tubuh seiring dengan bertambahnya umur. Sehingga dibutuhkan energi
dan kebutuhan zat gizi yang dapat terpenuhi. Oleh karena itu, peneliti
mengambil variabel umur untuk melihat pola konsumsi makan antara
umur 9 tahun hingga 12 tahun.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang dapat membedakan pola
konsumsi makan. Pertumbuhan, perkembangan, dan massa otot
individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Sehingga,
menyebabkan laki-laki memiliki pola konsumsi makan lebih banyak
48
dibandingkan perempuan. Oleh sebab itu, peneliti mengambil variabel
jenis kelamin untuk melihat perbedaan pola konsumsi makan antara
laki-laki dan perempuan.
3. Pendidikan ibu
Pendidikan ibu dapat mempengaruhi pola pikir dan pengetahuan. Hal
ini dapat berpengaruh terhadap penerapan pola konsumsi makan di
rumah. Pengetahuan seseorang yang baik dapat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan. Peneliti mengambil variabel pendidikan ibu,
karena pendidikan ibu dianggap dapat mempengaruhi pola konsumsi
makan siswa di rumah.
4. Besar uang jajan
Besar uang jajan dapat mempengaruhi pola konsumsi makan anak.
Semakin tinggi uang jajan yang diterima maka semakin banyak jenis
dan jumlah makanan yang dapat dibeli untuk dikonsumsi.
5. Peran orang tua
Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, orang tua memiliki
peran penting yang dapat mempengaruhi pola konsumsi makan anak,
terutama peran ibu di rumah dalam menyediakan makanan untuk anak.
Oleh karena itu, peneliti mengambil variabel peran orang tua, untuk
melihat pengaruhi peran orang tua terhadap pola konsumsi makan anak
di rumah.
6. Pengetahuan gizi anak
Pengetahuan gizi anak dapat mempengaruhi pola konsumsi makan
anak. Karena pengetahuan yang diterima dapat berupa informasi yang
49
dapat diterapkan pada perilaku pola konsumsi makan. Oleh karena itu,
peneliti mengambil pengetahuan gizi anak untuk melihat apakah
pendidikan gizi yang diberikan di sekolah dapat diterapkan pada pola
konsumsi makan anak.
7. Body image
Body image dapat mempengaruhi pola konsumsi makan anak terutama
anak perempuan. Karena pada anak perempuan yang telah memasuki
tahap remaja awal, umumnya sudah mulai memperhatikan bentuk
tubuhnya sehingga cenderung mempengaruhi pola konsumsi makan.
Pada penelitian ini variabel body image diambil karena pada anak
umur 9-12 tahun mulai memasuki tahap remaja awal.
Namun, tidak semua faktor dalam kerangka teori menjadi variabel
dalam penelitian ini. Faktor-faktor internal yang akan diteliti adalah umur
dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang akan diteliti adalah
pendidikan ibu, besar uang jajan, peran orang tua, pengetahuan gizi, media
massa, dan body image. IMT (Indeks Massa Tubuh) tidak menjadi variabel
penelitian karena IMT merupakan status gizi, dimana pada penelitian ini
hanya sampai pada pola konsumsi makan. Status gizi memiliki faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Pengalaman individu tidak
menjadi variabel penelitian karena keterbatasan dari responden untuk
mengingat. Begitupula dengan faktor nilai, norma dan keyakinan di
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda merupakan sekolah Islam sehingga
dapat dipastikan nilai dan norma yang dianut adalah Islam, sehingga data
yang diperoleh akan homogen. Sosial budaya tidak diambil karena
50
sebagian besar responden adalah penduduk asli Betawi sehingga dapat
dipastikan data yang diperoleh akan homogen. Kebutuhan fisiologis tubuh
sudah dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin sehingga tidak perlu
diteliti lagi. Berdasarkan kerangka teori, maka disusunlah kerangka
konsep sebagai berikut
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Umur
Jenis kelamin
Peran Orang Tua
Pengetahuan Gizi
Pola
Konsumsi
Makan
(energi,
karbohidrat,
protein, dan
lemak)
Body Image
massa
Besar Uang Jajan
Pendidikan Ibu
51
B. Defenisi Operasional
Tabel 3. 1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No. Nama
Variabel
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Ukur
Hasil Ukur Skala
Pengukuran
Variabel Depeden
1 Pola konsumsi
makan
kecukupan zat gizi energi,
karbohidrat, protein, dan
lemak sesuai dengan AKG
yang dikonsumsi siswa dan
dihitung berdasarkan recall
3x24 jam secara berselingan.
Lembar Food
recall 3x24 jam
dan food model
Wawancara
menggunakan
metode food recall
3x24 jam
1. Kurang <70%
2. Cukup ≥70%
(AKG, 2013)
Ordinal
Variabel Indipenden
2 Umur Lamanya waktu hidup
responden yang dimulai dari
sejak lahir hingga ulang tahun
terakhir
Kuesioner Wawancara Tahun Rasio
3 Jenis kelamin Perbedaan gender responden
yang didapat sejak lahir dan
dibedakan berdasarkan
perempuan dan laki-laki.
Kuesioner Wawancara 1. Perempuan
2. Laki-laki
Nominal
4 Pendidikan
Ibu
Jenjang pendidikan formal
terakhir yang ditempuh oleh
ibu
Kuesioner Wawancara 1. Tidak Sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan Tinggi
Ordinal
52
No. Nama
Variabel
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Ukur
Hasil Ukur Skala
Pengukuran
5 Besar Uang
jajan
Jumlah uang yang diberikan
orang tua kepada anaknya
Kuesioner Wawancara Rupiah Rasio
6 Peran orang
tua
Persepsi responden terhadap
posisi dan upaya orang tua
yang dapat mempengaruhi
pola konsumsi makan
responden
Kuesioner Wawancara 1. Tidak ada
pengaruh (<50%)
2. Ada pengaruh
(≥50%)
(Dilapangan, 2008)
Ordinal
7 Pengetahuan
gizi
kemampuan responden dalam
menjawab pertanyaan benar
pada kuesioner yang dapat
mempengaruhi persepsi
dalam mengkonsumsi makan
Kuesioner Wawancara 1. Kurang, jika
jawaban benar
(<60%)
2. Baik, jika jawaban
benar (≥60%)
(Khomsan, 2000)
Ordinal
8 Body image Persepsi, sikap, dan
kenyakinan anak terhadap
tubuhnya yang meliputi
bentuk dan penampilan.
Kuesioner Wawancara 1. Negatif (<61)
2. Positif (≥61)
(Daryono, 2003)
Ordinal
53
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan pada siswa
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan pada
siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun
2015.
3. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan
pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan
tahun 2015.
4. Ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan
pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan
tahun 2015.
5. Ada hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan
pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan
tahun 2015.
6. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan
pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan
tahun 2015.
7. Ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan pada
siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun
2015.
53
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode epidemiologi analitik dengan
desain studi cross sectional dimana pengukuran variabel dependen yaitu
pola konsumsi makan dan variabel indipenden diantaranya umur, jenis
kelamin, besar uang jajan, pendidikan ibu, peran orang tua, pengetahuan
gizi, dan body image yang dilakukan dalam waktu yang sama. Desain
studi ini dipilih karena mudah dilakukan, sederhana, ekonomis dalam hal
waktu serta hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda,
Jakarta Selatan pada bulan November 2014 -Juni 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4-6
yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yang berjumlah 200
orang, dengan jumlah putra sebesar 110 orang (55%) dan jumlah putri
sebesar 90 orang (45%).
54
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah siswa yang ada di Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda, Jakarta Selatan yang berjumlah 133 siswa.
a. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus uji beda dua
proporsi untuk two tail yang digunakan untuk menguji hipotesis
yang memiliki sifat two tail, yaitu ingin melihat ada tidaknya
hubungan antara variabel dependen dan variabel indipenden.
Berikut adalah rumus uji beda dua proporsi:
Rumus
* ⁄
√ ( ) √ ( ) ( )+
( )
(Lemeshow, 1997)
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
⁄ = Nilai baku distribusi normal (1,96)
= Nilai baku distribusi normal (95%)
P1 = Proporsi anak sekolah yang pola konsumsinya rendah
dan pengetahuan tentang gizinya rendah berdasarkan
penelitian terdahulu. Didapatkan dari jumlah pola
konsumsi makan yang rendah pada anak laki-laki.
55
P2 = Proporsi anak sekolah yang pola konsumsi makan yang
rendah dan pengetahuan tentang gizinya tinggi
berdasarkan penelitian sebelumnya. Didapatkan dari
jumlah pola konsumsi rendah pada anak perempuan.
= (P1+P2)/2.
Tabel 4. 1
Besar Sampel Minimal Menurut Variabel yang Diteliti
Berdasarkan Hasil Penelitian Sebelumnya
Indipenden Dependen P1 P2 Sampel Referensi
Jenis
Kelamin
Pola
Konsumsi
Makan
0,6% 0,4% 133 Risa,
Kolopaking
2014. Jurnal
Kesehatan
Masyarakat
Pendidikan
Ibu
0,469% 0,2682% 112 Risa, K
olopaking
2014. Jurnal
Kesehatan
Masyarakat
Pengetahuan
Gizi
0,7% 0,3% 126 Juju,
Widyaningsih ,
2010 Jurnal
Kesehatan
Uang Jajan 0,819% 0,191% 11 Risa,
Kolopaking
2014. Jurnal
Kesehatan
Masyarakat
Media
Massa
0,772% 0,228% 16 Risa, dkk.
2009 Jurnal
Publikasi
ilmiah
Body Image 0,956% 0,044 10 Putri,
chairiniah.
Skripsi
universitas
Indonesia
56
Berdasarkan perhitungan besar sampel pada setiap variabel
dengan menggunakan nilai P1 dan P2, hasil penelitian sebelumnya,
maka didapatkan jumlah sampel minimal sebanyak 133 orang
siswa.
b. Teknik Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik simple random sampling, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Peneliti menyusun frame sampling yang berisi daftar nama
(absen) seluruh siswa kelas 4 sampai kelas 6 yang terdaftar
di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda.
2. Peneliti melakukan pengambilan secara acak/pengundian
sampel terhadap beberapa siswa sebagaimana terdaftar
dalam kerangka sampel sampai terambil 133 siswa.
Simple random sampling dipilih agar semua subjek
memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai
sampel. Semua sampel yang terpilih, bersedia untuk mengikuti
penelitian ini.
D. Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil pengisian
kuesioner dan lembar food recall yang diberikan kepada siswa dan
57
siswi. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari database
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yakni data mengenai jumlah
siswa angkatan 2015 yang aktif dalam pembelajaran. Database yang di
dapatkan merupakan arsip dari Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda
yang up to date sehingga dapat dipertanggung jawabkan
keakuratannya.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dan lembar food recall 3x24 jam. Terdapat dua jenis
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner tertutup
dan kuesioner tebuka. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah
ada pihan jawaban, sehingga responden hanya memilih jawaban yang
tepat. Pada penelitian ini kuesioner tertutup berupa pertanyaan
mengenai jenis kelamin, peran orang tua, pendidikan ibu, pengatahuan
gizi, body image, dan pengaruh media massa.
Sedangkan kuesioner terbuka adalah kuesioner yang diisi
sesuai dengan kehendak atau keinginan responden. Pada penelitian ini
kuesioner terbuka berupa pertanyaan mengenai uang jajan, umur dan
pola konsumsi makan yang terdapat pada lembar food recall 3x24 jam.
58
3. Instrumen Pengumpulan Data
a. Kuesioner
Kuesioner teridiri dari 6 variabel yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1) Identitas responden
Identitas responden dibagi menjadi 2 yaitu identitas
anak dan identitas ibu. Identitas anak berisikan nama, tempat/
tanggal lahir, umur, jenis kelamin, dan kelas. Sedangkan
identitas ibu berisikan nama ibu, pendidikan terakhir ibu, dan
nomer telefon. Pada point pertanyaan terdapat pada nomor A1
sampai A4 untuk identitas anak terdiri dari nama, jenis
kelamin, kelas, dan tempat tanggal lahir dan nomor B1 sampai
B4 untuk identitas ibu yang terdiri dari nama ibu, pendidikan
terakhir ibu, dan nomer telfon. Pada variabel umur akan
dikelompokkan menjadi dua yaitu “usia 7-9 tahun” dan “usia
10-12 tahun”. Sedangkan variabel jenis kelamin dikategorikan
menjadi dua yaitu “perempuan” dan “laki-laki”. Untuk variabel
pendidikan ibu dikategorikan menjadi enam macam yaitu
“tidak sekolah”, “SD”, “SMP”, “SMA”, “Perguruan Tinggi”.
2) Variabel Besar Uang jajan
Variabel ini diukur dengan melihat jawaban responden.
Terdapat di point pertanyaan nomor C1.
59
3) Variabel Peran Orang Tua
Cara mengukur variabel peran orang tua, dilihat dari
jumlah jawaban ya. Variabel ini pada setiap jawaban benar
akan diberi nilai 1 kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan
dan dikali 100% untuk mendapatkan hasil keseluruhan. Hasil
ukur dari variabel dikategorikan menjadi dua yang disadur dari
penelitian Dilapanga (2008), yaitu “pengaruh” apabila jawaban
ya lebih dari 50% dan “tidak pengaruh” apabila jawaban ya
kurang dari 50%. Terdapat pada point pertanyaan nomor D1
sampai D17.
4) Variabel Pengetahuan Gizi
Cara mengukur pengetahuan gizi, dilihat dari jumlah
jawaban benar pada pertanyaan yang ada di kuesioner. Variabel
ini pada setiap jawaban benar akan diberi nilai 1 dibagi jumlah
pertanyaan dan dikali 100%. Hasil jawaban benar akan
dikategorikan menjadi dua berdasarkan Khomsan (2000) yaitu
“kurang” jika nilai total dari seluruh pertanyaan pengetahuan
gizi <60% dan “baik” jika nilai total dari seluruh pertanyaan
pengetahuan gizi >60% (Khomsan, 2009). Terdapat pada point
pertanyaan nomor E1 sampai E11.
5) Variabel Body Image
Variabel body image teknik pengumpulan data dengan
kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala Likert dan
60
diberi bobot nilai 1-5 untuk masing-masing item pernyataan
yang terdiri dari “sangat setuju”, “tidak setuju”, “ragu-ragu”,
“setuju”, “sangat setuju”. Total nilai bobot selanjutnya dibagi
dengan total nilai bobot item pernyataan lalu dikalikan 100%
untuk menghitung nilai skor. Nilai skor 0-100%. Selanjutnya
nilai skor dikategorikan menjadi dua kategori berdasarkan
penelitian Daryono (2003) “positif “dengan skor nilai ≥ 61%
dan “negatif” dengan skor nilai < 61%. Terdapat pada point
pertanyaan nomor G1 sampai G11.
b. Lembar food recall 3 x 24 jam
Lembar food recall 3x24 jam waktu makan, nama
makanan, jenis makanan dan ukuran atau jumlah makanan yang
dimakan responden dalam 3 hari tetapi tidak berturut-turut.
Menurut Saputra (2012) Alasan penggunaan recall yang dilakukan
selama tiga hari tanpa berturut-turut karena beberapa penelitian
menunjukkan bahwa minimal 2 kali Recall 24 jam tanpa berturut-
turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal
dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian
individu (Supariasa, 2002). Anderson (2011) merekomendasikan
untuk menilai konsumsi makan anak sekolah usia (7-14 tahun)
adalah dengan menggunakan food recall 24 jam dengan dua hari
tanpa berturut-turut. Sehingga pada variabel ini harus dilakukan
secara 3 hari tanpa berurutan (Gibson, 2000). Lembar food recall
61
3x24 jam akan digunakan untuk menilai variabel asupan energi,
karbohidrat, protein, dan lemak pada pola konsumsi makan.
1) Variabel Pola Konsumsi Makan
Data untuk asupan energi, protein, karbohidrat, dan
lemak didapatkan dari hasil pengisian lembar food recall 3x24
jam yang diisi oleh responden dan peneliti. Dalam
penggunaannya setelah kuesioner tersebut diisi, kemudian
peneliti melakukan input data bahan makanan yang dikonsumsi
responden ke dalam software khusus untuk menghitung jumlah
zat gizi. Kemudian software tersebut akan menghasilkan jenis-
jenis zat gizi dan jumlah zat gizi total dari makanan yang
dikonsumsi responden, hasil akhir didapatkan dari hasil yang
dirata-diratakan dari jumlah konsumsi selama 3 hari. Hasil ukur
dari variabel ini dibagi menjadi dua kategori berdasarkan AKG
(2013) yaitu “kurang”, jika total asupan energi <70% dan
“cukup” jika total asupan energi >70%. Pada perhitungan pola
konsumsi makan dibedakan berdasarkan umur dan jenis
kelamin, yang kemudian dibagi menjadi dua kategori. Untuk
kategori umur dibagi menjadi umur 7-9 tahun dan umur 10-12
tahun, sedangkan kategori jenis kelamin dibagi menjadi laki-
laki dan perempuan. Hal ini, dikarenakan kebutuhan zat gizi
yang berbeda-beda antara jenis kelamin dan umur.
62
c. Food model
Food model adalah contoh makanan dan gambar yang
digunakan untuk melihat ukuran pada setiap makanan yang akan
digunakan pada saat pengisian kuesioner oleh responden dan
sebagai alat bantu peneliti dalam menentukan ukuran atau porsi
makanan.
4. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan sebelum melakukan pengambilan
data, yang digunakan untuk melihat validitas dan realibilitas instrumen
yang digunakan pada penelitian ini. Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan ketepatan instrumen, sehingga instrumen dapat
digunakan apa yang seharusnya diukur (valid). Realibilitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kepercayaan instrumen yang
apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek, dapat
menunjukkan hasil yang sama (Arikunto dalam Aprillia, 2011). Uji
instrumen dilakukan pada salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang
berdekatan dengan Madrasah Ibtidaiyah yang dijadikan tempat
penelitian dan masih berada dalam satu wilayah kerja Puskesmas
Kalibata 2. Sampel yang digunakan adalah siswa-siswi kelas 4-6
dengan total sampel adalah 30 orang. Uji validitas dan realibilitas
diuraikan sebagai berikut:
a. Uji validitas
Untuk mengetahui hasil validitas kuesioner dilakukan
dengan membandingkan nilai r tabel dengan r hitung. Cara
63
menentukan r tabel dengan menggunakan df= n (jumlah sampel)-2.
Sedangkan untuk menentukan nilai r hasil perhitungan dapat dilihat
pada kolom Corrected item-Total Correlation. Masing-masing
pertanyaan akan dinyatakan valid bila r hasil > r tabel. R tabel yang
digunakan pada penelitian ini adalah 0,361. Uji validitas diolah
dengan menggunakan software statistik.
Dari hasil uji validitas didapatkan 13 dari 49 pertanyaan
tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid diubah penyusunan kata-
katanya sehingga menjadi valid. Nilai r pada pernyataan tidak valid
berada diantara 0,014-0,325 dan pernyataan yang valid untuk
variabel peran orang tua nilai r hasil berada diantara (0,436-0,872),
variabel pengetahuan gizi nilai r hasil berada diantara (0,447-
0,962), dan variabel body image nilai r hasil berada diantara
(0,361-0,766).
b. Uji reliabilitas
Setelah semua pertanyaan dikatakan valid, analisis
dilanjutkan dengan uji relialibilitas. Cara mengetahui reliabilitas
dengan membandingkan nilai r hasil dengan r tabel. Nilai r pada uji
reliabilitas terletak pada hasil Cronbach’s Alpha. Pertanyaan
dikatakan reliabel bila r Alpha > r tabel. Uji reliabilitas diolah
dengan menggunakan software statistik.
Dari hasil uji reliabilitas didapatkan hasil untuk variabel
peran orang tua nilai r Alpha (0,958), variabel pengetahuan gizi
nilai r Alpha (0,963), dan variabel body image nila r Alpha (0,884).
64
Maka dinyatakan bahwa kuesioner dalam penelitian ini adalah
realibel karena hasil Cronbach’s Alpha lebih besar dari r tabel.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik pengolahan data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
manual dan menggunakan bantuan program dari komputer guna
memudahkan prosesnya. Tahapan pengolahan data terdiri dari:
a. Editing
Editing dalam penelitian ini berupa menjumlahkan dan
melakukan koreksi pada saat masih dilapangan dengan menunggu
jawaban dari responden hingga selesai dan mengecek kembali
kuesioner yang telah diisi. Penjumlahan dilakukan agar kuesioner
yang di dapatkan sesuai jumlah yang telah ditentukan, sedangkan
koreksian berupa tindakan membenarkan atau menyelesaikan hal-
hal yang salah atau kurang jelas.
b. Coding
Coding data dilakukan untuk membuat kelompok jawaban
dan dan pemberian kode pada setiap variabel sebelum di masukkan
ke dalam komputer. Pengcodingan dilakukan sebelum dan sesudah
pengumpulan data. Coding digunakan untuk mempermudahkan
analisis dengan melakukan perubahan yang berbentuk huruf
menjadi angka.
65
1) Pola Konsumsi Makan
Pada penelitian ini, variabel dependen dilakukan
pengcodingan untuk mengetahui pola konsumsi makan yang
kurang dari AKG dan yang sudah mencukupi dari AKG yang
diukur berdasarkan rata-rata kecukupan jumlah energi,
karbohidrat, protein, dan lemak dalam tiga hari. Pola konsumsi
akan diberikan coding “1” jika pola konsumsi makan yang
<70% dari AKG, coding “2” jika pola konsumsi makan yang ≤
70% dari AKG. Terdapat pada formulir recall.
2) Jenis kelamin
Pada penelitian ini, jenis kelamin diberikan kode “A3” pada
kuesioner. Jenis kelamin akan diberikan coding “1” jika jenis
kelamin perempuan dan di coding “2” jika jenis kelamin laki-
laki.
3) Umur
Pada penelitian ini, umur dengan kode “A2” pada
kuesioner. Umur dinyatakan dalam satuan tahun.
4) Pendidikan ibu
Pada penelitian ini, pendidikan ibu dengan kode “B2” pada
kuesioner. Pendidikan ibu akan diberikan coding “1” jika tidak
sekolah, coding “2” jika tamat SD, coding “3 jika tamat SMP,
coding “4” jika tamat SMA, dan coding “5” jika tamat
Perguruan Tinggi.
66
5) Peran orang tua
Pada penelitian ini, peran orang tua dengan kode “D” pada
kuesioner. Peran orang tua akan diberikan coding “1” jika
memiliki pengaruh dan coding “2” jika tidak memiliki
pengaruh.
6) Pengetahuan gizi
Pada penelitian ini, pengetahuan gizi diberi kode “E” pada
kuesioner. Pengetahuan gizi akan diberikan coding “1” jika
pengetahuan gizi kurang dan coding“2” jika pengetahuan gizi
baik.
7) Body image
Pada penelitian ini, body image dengan kode “G” pada
kuesioner. Body image akan diberikan coding “1” jika body
image positif dan “2” jika body image negatif .
8) Besar Uang jajan
Pada penelitian ini, uang jajan diberi kode “C1” pada
kuesioner. Uang jajan di ukur berdasarkan jumlah nominal uang
dalam rupiah yang diberikan orang tua kepada anak.
c. Entry
Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan data ke dalam
template yang telah disediakan. Agar mudah dijumlahkan, disusun
dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
67
d. Cleaning
Peneliti melakukan kegiatan pengecekkan kembali data
yang telah di entry untuk memastikan bahwa data tersebut tidak
ada kesalahan baik dalam pengcodingan maupun membaca kode
sehingga jika ditemukan kesalahan dapat langsung dilakukan
perbaikan dan penyesuaian dengan data yang telah dikumpulkan.
2. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah uji normalitas, analisis
univariat dan analisis bivariat. Analisis data ini dilakukan dengan
menggunakan software statistik.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas biasa dilakukan dengan teknik Kolmogorov-
Sminov. Data dikatakan normal jika Sig. Kolmogorov-Sminov >
0,05 atau P value > 0,05.
b. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan
karateristik dari variabel indipenden dan dependen. Keseluruhan
data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
c. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
variabel indipenden dan variabel dependen. Untuk melihat apakah
ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan ibu, uang
jajan, peran orang tua, pengetahuan gizi, dampak media massa,
68
body image dengan pola konsumsi. Pada analisis ini digunakan uji
chi square dan uji Spearman corelation.
Uji statistik chi square digunakan untuk melihat hubungan
antar variabel pola konsumsi dengan jenis kelamin, peran orang
tua, pengetahuan gizi, dan dampak media massa yang bersifat
kategorik dengan kategorik.
Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p,
dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar
0,005. Uji hipotesis antara dua variabel dikatakan bermakna jika
mempunyai nilai dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤
0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak
bermakna jika mempunyai nila p > 0,05 yang berarti Ho diterima
dan Ha ditolak.
Jika variabel indipenden terdiri dari dua kategori dan
dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari nilai fisher exact.
Jika tidak dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari nilai
continuity correction. Untuk variabel indipenden yang lebih dari
dua kategori, maka nilai p dapat dilihat dari nilai pearson chi
square. Selanjutnya untuk kepentingan pembahasan dilakukan
tabulasi silang antar sesama variabel indipenden.
69
Sedangkan Uji korelasi Spearman digunakan untuk
menghubungkan variabel independen (umur dan uang jajan) yang
memiliki skala ukur numerik dengan variabel dependen (pola
konsumsi makan) yang memiliki skala ukur kategorik.
Pada uji korelasi dikatakan bermakna jika mempunyai nilai
p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan
tidak bermakna jika mempunyai nila p > 0,05 yang berarti Ho
diterima dan Ha ditolak yang dapat dilihat dari nilai sig. (2-tailed).
71
BAB V
HASIL
A. Analisis Univariat
1. Gambaran Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan Tahun 2015
Gambaran pola konsumsi makan pada penelitian ini dibagi
menjadi empat kategori, yaitu energi, karbohidrat, protein, dan lemak.
Berikut pola konsumsi makan pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Makan Siswa
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Pola
Konsumsi
Makan
Pola Konsumsi Makan
Kurang (<70%AKG) Cukup (≥70%AKG)
n % n
%
Energi 87 65,4 46 34,6
Karbohidrat 98 73,7 35 26,3
Protein 51 38,3 82 61,7
Lemak 83 62,4 50 37,6
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa siswa yang memiliki
pola konsumsi makan energi dan pola konsumsi makan karbohidrat
yang kurang, yakni sebesar 65,4% (87 orang) dan 73,7% (98 orang).
72
2. Gambaran Karateristik Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015
Gambaran karateristik pada penelitian ini dibagi menjadi dua
kategori, yaitu umur dan jenis kelamin. Berikut umur dan jenis
kelamin pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.3 berikut ini:
Tabel 5.2
Gambaran Umur Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015
Umur n Mean Min Max
Umur 133 10,59 9,00 12,00
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa karateristik siswa terdiri
dari variabel umur dan jenis kelamin. Rata-rata umur siswa adalah
10,59 tahun dengan nilai min sebesar 9 tahun dan max 12 tahun.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Jenis Kelamin n %
Perempuan
Laki-laki
69
64
51,8
48,2
Total 133 100
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa lebih banyak siswa
yang memiliki jenis kelamin perempuan, yakni sebesar 51,8% (69
orang).
73
3. Gambaran Besar Uang Jajan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015
Gambaran besar uang jajan pada siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4
Gambaran Siswa Berdasarkan Besar Uang Jajan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Besar uang jajan n Mean Min Max
Besar uang jajan 133 8067,67 2000,00 20000,00
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa rata-rata uang jajan
siwa adalah 8067,67 dengan nilai min Rp 2000 dan nilai max Rp
20000.
4. Gambaran Pendidikan Ibu Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015
Gambaran pendidikan ibu pada penelitian ini dibagi menjadi
empat kategori, yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Berikut
pendikan ibu pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun
2015 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Pendidikan Ibu
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Pendidikan Ibu n %
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
9
15
84
25
6,8
11,3
63,2
18,2
Total 133 100
74
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa pendidikan ibu siswa
lebih banyak tamatan SMA, yakni sebesar 63,2% (84 orang).
5. Gambaran Peran Orang Tua Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015
Gambaran peran orang tua pada penelitian ini dibagi menjadi
dua kategori, yaitu ada pengaruh jika jawaban ya <50% dan tidak ada
pengaruh jika jawaban ya >50%. Berikut peran orang tua pada siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada
tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Peran Orang Tua
terhadap Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan Tahun 2015
Peran Orang Tua n %
Ada Pengaruh
Tidak ada Pengaruh
47
86
34,6
65,4
Total 133 100
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa lebih banyak siswa
yang tidak dipengaruhi oleh peran orang tua terkait pola konsumsi
makan, yakni sebesar 66,9% (86 orang).
6. Gambaran Pengetahuan Gizi Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015
Gambaran pengetahuan gizi pada penelitian ini dibagi menjadi
dua kategori, yaitu pengetahuan gizi kurang jika jawaban benar <60%
dan pengetahuan gizi baik jika jawaban benar ≥60%. Berikut
75
pengetahuan gizi siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun
2015 dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Pengetahuan terkait
Gizi Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa lebih banyak siswa
memiliki pengetahuan terkait gizi yang baik, yakni sebesar 63,2% (84
orang).
7. Gambaran Body Image Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015
Gambaran body image pada penelitian ini dibagi menjadi dua
kategori, yaitu body image positif jika skor nilai ≥61 dan body image
negatif jika skor nilai <61. Berikut body image pada siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel
5.8 berikut ini:
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Body Image Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Body Image n %
Positif
Negatif
113
20
85
15
Total 133 100
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa lebih banyak siswa
memiliki body image positif, yakni sebesar 85% (113 orang).
Pengetahuan Gizi n %
Kurang
Baik
49
84
36,8
63,2
Total 133 100
76
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi
spearman antara umur dengan pola konsumsi makan pada siswa
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat
pada tabel 5.9 berikut ini:
Tabel 5.9
Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari hasil uji korelasi
spearman didapatkan nilai pvalue energi=0,002, pvalue
karbohidrat=0,000, pvalue protein=0,000, dan pvalue lemak=0,000
artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho ditolak atau ada hubungan
antara umur dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda.
Rata-rata umur anak adalah 10 tahun dengan pola konsumsi makan
yang kurang.
Umur Pola Konsumsi Makan
Energi P value
0,002
karbohidrat P value
0,000 n r n r
133 0,262 133 0,328
Protein P value Lemak P value
n r n r
133 0,366 0,000 133 0,40 0,000
77
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square
antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul
Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini:
Tabel 5.10
Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari hasil uji chi square
didapatkan nilai pvalue energi =0,185, pvalue karbhidrat=0,556, pvalue
protein=0,153, dan pvalue lemak=0,157 artinya pada α = 5% dapat
disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda .
Jenis
Kelamin
Pola Konsumsi Makan
Energi P
value
0,185
Karbohidrat P
value
Kurang Cukup Kurang Cukup
n % n % n % n %
Perempuan 41 59,4 28 40,6
49 71 20 29
Laki-laki 46 71,9 18 28,1 49 76,6 15 23,4 0,556
Total 87 100 46 100 98 73,7 35 26,3
Protein
P
value Lemak
P
value
Jenis
Kelamin Kurang Cukup
Kurang Cukup
n % n % n % n %
Perempuan 22 31,9 47 68,1 0,153 39 56,5 30 43,5 0,157
Laki-laki 29 45,3 35 54,7 44 68,8 20 31,2
Total 51 38,3 82 61,7 83 62,4 50 37,6
78
3. Hubungan Pendidikan ibu dengan Pola Konsumsi Makan Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square
antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut
ini:
Tabel 5.11
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola Konsumsi Makan Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
B
e
r
d
a
s
a
r
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari hasil uji chi square
didapatkan nilai pvalue energi =0,096, pvalue karbohidrat=0,990,
pvalue protein=0,513, dan pvalue lemak=0,690 artinya pada α = 5%
dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara
pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda
.
Pendidika
n Ibu
Pola Konsumsi Makan
Energi p
value
karbohidrat P value
kurang Cukup kurang cukup
n % n % n % n %
SD 6 60 3 33,3
0,096
7 77,8 2 22,2 0,990
SMP 10 66,7 5 33,3 11 73,3 4 26,7
SMA 60 72,3 24 28,6 62 73,8 22 26,2
Perguruan
Tinggi 11 44 14 56 18 72 7 28
Total 87 100 46 100 87 100 46 100
Protein
P
value
Lemak Pvalue
Kurang Cukup Kurang cukup
n % n % n % n %
SD 2 22,2 7 77,8 6 66,7 3 33,3 0,690
SMP 5 33,3 10 66,7 0,513 10 66,7 5 33,3
SMA 35 42,9 48 57,1 54 64,3 30 35,7
Perguruan
Tinggi 8 32 17 68
13 52 12 48
Total 87 100 46 100 83 62,4 50 37,6
79
4. Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi
spearman antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.12
berikut ini:
Tabel 5.12
Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari hasil uji korelasi
spearman didapatkan nilai pvalue=0,424, artinya pada α = 5% dapat
disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara besar uang
jajan dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda.
Besar
Uang
Jajan Pola Konsumsi Makan
Energi P
value
0,424
karbohidrat P value
0,181 n r n r
133 0,070 133 0,117
Protein
P
value Lemak P value
n r n r
133 0,029 0,741 133 0,023 1,000
80
5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square
antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut
ini:
Tabel 5.13
Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun
2015
B
e
r
d
a
s
a
R
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari hasil uji chi
square didapatkan nilai pvalue energi =0,012, pvalue
karbohidrat=0,043, pvalue protein=0,049, dan pvalue lemak=0,045
artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho ditolak atau ada hubungan
antara peran orang tua berdasarkan ketersediaan pangan siswa dengan
pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda.
Peran
Orang Tua
Pola Konsumsi Makan
Energi P
value
0,012
Karbohidrat P
value
Kurang Cukup Kurang Cukup
n % n % n % n %
Tidak Ada
Pengaruh 60 69 27 31
69 79,3 18 20,7
Ada
Pengaruh 27 58,7 19 41,3 29 63 17 37 0,043
Total 87 65,4 46 34,6 98 73,7 35 26,3
Protein
P
value Lemak
P
value
Jenis
Kelamin Kurang Cukup
Kurang Cukup
n % n % n % n %
Tidak ada
Pengaruh 37 42,5 50 57,5 0,049
53 60,9 34 39,1 0,045
Ada
Pengaruh 14 30,4 32 69,6
30 65,2 16 34,8
Total 51 38,3 82 61,7 83 62,4 50 37,6
81
6. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square
antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut
ini:
Tabel 5.14
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun
2015
B
e
r
d
a
s
a
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari hasil uji chi
square didapatkan nilai pvalue energi =0,455, pvalue
karbohidrat=0,225, pvalue protein=0,854, dan pvalue lemak=0,854
artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada
hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan
siswa MI Unwanul Huda.
Pengetahua
n Gizi
Pola Konsumsi Makan
Energi p
value
0,455
Karbohidrat P
value
Kurang Cukup Kurang Cukup
n % n % n % n %
Kurang 30 61,2 19 38,8
33 67,3 16 32,7
Baik 57 67,9 27 32,1 65 77,4 19 22,6 0,225
Total 87 65,4 46 34,6 98 73,7 35 26,3
Protein
P
value Lemak
P
value
Pengetahua
n Gizi Kurang Cukup
Kurang Cukup
n % n % n % n %
Baik 37 42,5 50 57,5 0,854 30 61,2 19 38,8 0,854
Kurang 14 30,4 32 69,6 53 63,1 31 36,9
Total 51 38,3 82 61,7 83 62,4 50 37,6
82
7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square
antara body image dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul
Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut ini:
Tabel 5.15
Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan Siswa di MI
Unwanul Huda Jakarta Selatan Tahun 2015
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari hasil uji chi
square didapatkan nilai pvalue energi =0,081, pvalue
karbohidrat=0,590, pvalue protein=1,000, dan pvalue lemak=0,316
artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada
hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan siswa
MI Unwanul Huda .
Body Image Pola Konsumsi makanan
Energi P
value
0,072
Karbohidrat P
value
Kurang Cukup Kurang Cukup
n % n % n % n %
Negatif 17 85 3 15
16 80 4 20
Positif 70 61,9 43 38,1 82 72,6 31 27,4
0,59
0
Total 87 65,4 46 34,6 98 73,7 35 26,3
Protein
P
value Lemak
P
value
Body Image Kurang Cukup Kurang Cukup
n % n % n % n %
Negatif 8 40 12 60 1,000 15 75 5 25 0,316
Positif 43 38,1 70 61,9 68 60,2 45 39,8
Total 51 38,3 82 61,7 83 62,4 50 37,6
83
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu:
1. Sampel sebagian besar sudah terpapar pengetahuan gizi yang
diperoleh di mata pelajaran IPA pada anak kelas 5 dan 6 saja, yaitu
pengetahuan tentang gizi.
2. Penggunaan food recall 3x24 jam dalam pengumpulan data untuk pola
konsumsi makan energi, karbohidrat, protein, dan lemak sangat
dipengaruhi daya ingat responden, sehingga memerlukan waktu yang
lama untuk menunggu jawaban dari responden. Kesalahan estimasi
jenis dan jumlah takaran bahan makanan yang dikonsumsi siswa
ketika food recall kemungkinan dapat terjadi. Untuk mengatasi
kelemahan di atas peneliti melakukan hal sebagai berikut:
a. Peneliti merinci kegiatan responden dari ia bangun, hingga ia
tidur lagi untuk membantu responden dalam mengingat
makanan yang dikonsumsi pada satu hari.
b. Menggunakan berbagai macam alat bantu seperti ukuran rumah
tangga (piring, sendok, gelas, dan lain-lain), food model, dan
gambar makanan untuk membantu responden memperkirakan
ukuran makanan ke dalam ukuran berat.
84
B. Analisis Univariat
1. Gambaran Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda
di Jakarta Selatan Tahun 2015
Pola konsumsi makan menurut Persagi (2009) adalah susunan
makanan yang merupakan suatu kebiasaan yang dimakan seseorang
mencakup jenis dan jumlah energi dan zat gizi yang berasal dari bahan
makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikomsumsi atau
dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu.
Pada penelitian ini gambaran pola konsumsi makan pada siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan, dilihat dari rata-rata asupan konsumsi
siswa pada satu hari untuk energi sebesar 1300 Kkal, karbohidrat 169 g,
protein 44 g, dan lemak 46 g. Sedangkan standar yang
direkomendasikan oleh Angka Kecukupan Gizi (AKG) kebutuhan
energi pada satu hari untuk anak usia sekolah adalah 1850-2100 Kkal,
karbohidrat 254-289 g, protein 49-60 g, dan lemak 67-72 g yang
dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Hal ini menunjukkan
bahwa kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak pada siswa
belum memenuhi standar yang dianjurkan oleh AKG.
Dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu food recall
3x24 jam dan food model ternyata seluruh siswa mengkonsumsi nasi
(nasi, nasi goreng, bubur) sebagai makanan pokok dan selebihnya roti
dan mie. Konsumsi singkong, ubi, bihun, gandum, dan jagung ini
merupakan kebiasaan pada siswa yang jarang karena makanan pokok
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia adalah nasi. Untuk sumber
85
lauk hewani yang dikonsumsi sebagian siswa setiap hari adalah ikan
mas, ikan lele, ikan bandeng, ikan tongkol, ayam, dan telur. Sedangkan
sumber lauk nabati yang sering dikonsumsi siswa adalah tahu dan
tempe. Begitupun halnya dengan sayuran, rata-rata siswa sering
mengkonsumsi sayur bayam, sayur sop, kangkung, jengkol, dan sayur
lodeh. Untuk jenis buah yang sering dikonsumsi sebagian siswa adalah
pisang, jeruk, dan mangga.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari beberapa siswa
didapatkan hasil bahwa sebagian siswa yang membawa bekal dari
rumah dengan menu yang bermacam-macam seperti nasi dengan mie
goreng dan telur, nasi dengan chicken nugget, nasi dengan sosis, nasi
dengan ayam goreng, nasi dengan ikan goreng, nasi goreng, dan nasi
dengan telur dadar. Dilihat dari jenis makanan yang dibawa, bahwa
bekal yang dibawa adalah jenis makanan yang mudah, cepat, dan
praktis. Pada bekal yang dibawa, tidak terlihat sayuran yang dijadikan
bekal, alasan responden tidak membawa sayur adalah karena takut
tumpah di dalam tas dan para ibu responden tidak sempat memasak
sayur di pagi hari. Sedangkan, sebagian responden lebih suka
mengkonsumsi jajanan yang ada di sekolah seperti mie instan, nasi
kuning, telur gulung, siomay, cilok, sosis goreng, chiki, permen, teh
manis.
Namun pada sebagian responden yang membawa bekal, mereka
hanya makan 1 kali dari bekal saja dari mulai istirahat jam 10.00 hingga
pulang sekolah 03.00 tanpa membeli jajanan di sekolah dan mereka
86
hanya makan satu jenis makanan saja tidak bervariasi, sedangkan
dirumah mereka makan hanya 1 kali . Sehingga, dapat diasumsikan
bahwa pada siswa yang membawa bekal, kebutuhan energi,
karbohidrat, protein, dan lemak belum tentu tercukupi. Karena di lihat
dari seberapa sering dan seberapa banyak siswa makan dalam satu hari.
Sedangkan, siswa yang membeli jajanan di sekolah kebutuhan energi,
karbohidrat, protein, dan lemak tidak terpenuhi. Jika dilihat dari jenis
jajanan yang tersedia.
Pada penelitian ini, tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein,
dan lemak pada siswa dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu
cukup, apabila tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak
siswa ≥ 70% AKG dan kurang, apabila tingkat konsumsi energi,
karbohidrat, protein, dan lemak siswa < 70% AKG. Sedangkan untuk
umur dan jenis dibedakan menjadi dua kategori yaitu umur 7-9 tahun
dan umur 10-12 tahun dan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.
Perbedaan umur dan jenis kelamin dimasukkan pada saat perhitungan
tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 65,4% siswa MI
Unwanul Huda memiliki pola konsumi energi kurang dari AKG,
sebanyak 73,7% siswa yang konsumsi karbohidratnya kurang dari
AKG, dan sebanyak 62,4% siswa yang konsumsi lemaknya kurang dari
AKG. Sedangkan sebanyak 61,7% siswa memiliki pola konsumsi yang
cukup dari AKG. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Regar (2013)
dan Resty (2014) menemukan konsumsi energi, karbohidrat, dan lemak
87
yang kurang dari AKG dan konsumsi protein yang cukup dari AKG
pada anak.
Faktor yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuham energi,
karbohidrat, dan lemak kemungkinan besar akibat kurangnya porsi
makan yang harus dipenuhi dan makanan yang tidak beraneka ragam
akan menyebabkan ketidakseimbangnya asupan zat gizi dan energi
yang dibutuhkan oleh tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian Tahir, dkk (2013) menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara pola konsumsi makan dengan status gizi. Hal
ini didukung oleh hasil penelitian Yulni, dkk (2013) didapatkan bahwa
energi dan asupan karbohidrat berhubungan dengan status gizi.
Kekurangan asupan energi dan asupan protein pada masa anak-anak
akan berdampak secara langsung terhadap gangguan pertumbuhan,
perkembangan, dan produktifitas (Depkes RI, 2002). Selain itu,
kekurangan asupan karbohidrat dan asupan lemak juga akan berdampak
pada penggunaan protein di tubuh sebagai sumber energi bukan pada
fungsinya sebagai sumber zat pembangun. Hal ini terjadi karena energi
yang berasal dari karbohidrat dan lemak tidak mencukupi kebutuhan
yang diperlukan oleh tubuh. Karena energi harus dipenuhi, maka terjadi
katabolisme atau perombakan protein, sehingga fungsi protein sebagai
faktor pertumbuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan
anak akan terhambat karena beralihnya fungsi protein menjadi sumber
penghasil energi. Kondisi yang terjadi secara terus menerus dalam
88
jangka waktu lama akan menimbulkan KEP (Kekurangan Energi
Protein).
Hal ini sejalan dengan pendapat (Hardiansyah dalam Suci 2011)
apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan zat gizi makro,
pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu
tertentu berat badan akan menurun. Kekurangan zat gizi yang berlanjut
akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk.
Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak,
diperlukan konsumsi zat gizi yang dapat dipenuhi dari pola makan sehat
dan seimbang agar tercukupi seluruh kebutuhan gizinya. Sehingga masa
usia sekolah adalah masa paling penting untuk memperbaiki
pemenuhan konsumsi akan zat gizi karena akan berdampak pada
pertumbuhan selanjutnya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Tahir,
dkk (2013) yang menunjukkan bahwa pola konsumsi makan anak
menentukan status gizi, karena dengan anak mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung zat gizi dan energi, dan pengolahan makanan
sesuai dengan syarat – syarat kesehatan maka makanan yang
dikomsumsi akan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak dan meskipun pola makan anak 3 kali sehari atau lebih, tetapi jika
pemilihan jenis dan bahan makanan serta proses pengolahan makanan
tidak sesuai dengan syarat – syarat kesehatan tetap kurang mempunyai
nilai gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan ana.
89
Pemenuhan kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak
bukanlah hal yang mudah bagi siswa, karena aktivitas yang padat di
sekolah dan waktu makan yang singkat. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa harus memperhatikan pola konsumsi makan dari aspek jenis
makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah, dkk, 2005). Secara umum
faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makan siswa adalah umur,
jenis kelamin, pendidikan ibu, peran orang tua, pengetahuan gizi, status
sosial ekonomi pekerjaan, teman sebaya dan body image (Worthington,
2000). Hasil analisa data pada penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat beberapa faktor di atas berhubungan dengan pola konsumsi
makan pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.
2. Gambaran Umur pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015
Menurut Depkes (2008), umur adalah masa hidup responden
dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang
tahun yang terakhir.
Berdasarkan tabel gambaran karateristik responden (tabel 5.2),
terlihat bahwa rata-rata umur siswa MI Unwanul Huda yang memiliki
pola konsumsi makan kurang dari AKG lebih rendah dibandingkan
rata-rata umur siswa yang memiliki pola konsumsi makan cukup dari
AKG. Rata-rata umur pada penelitian ini adalah umur 9 tahun dengan
pola konsumsi makan yang kurang dari AKG. Sedangkan umur 12
tahun memiliki pola konsumsi makan yang cukup dari AKG.
90
Hasil ini sejalan dengan penelitian Suci (2011) yang menemukan
bahwa umur 9 tahun lebih sedikit mengkonsumsi jajanan yang
mengandung energi dan zat gizi dibandingkan dengan umur 12 tahun.
Sehingga pada anak umur 9 tahu memiliki pola konsumsi makan yang
kurang.
3. Gambaran Jenis Kelamin pada Siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan Tahun 2015
Menurut Depkes (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks
yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan
perempuan.
Berdasarkan tabel gambaran karateristik responden (tabel 5.3),
terlihat bahwa sebagian besar responden adalah perempuan. Sedangkan
diantara 64 siswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki, terdapat 46
siswa (71,9%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG,
49 siswa (76,6%) memiliki pola konsumsi karbohidrat kurang dari
AKG, 29 (45,3%) memiliki pola konsumsi protein kurang dari AKG,
dan 44 siswa (68,8%) memiliki pola konsumsi lemak kurang dari AKG.
Sedangkan diantara 69 siswa yang berjenis kelamin perempuan,
terdapat 41 siswa (59,4%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang
dari AKG, 49 siswa (71%) yang memiliki pola konsumsi karbohidrat
kurang dari AKG, 22 siswa (31,9%) memiliki pola konsumsi protein
kurang dari AKG, dan 39 siswa (56,5%) memiliki pola konsumsi lemak
kurang dari AKG.
Hasil ini sejalan dengan Penelitian Septiana (2013) yang
memperoleh responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak
91
sebesar 53% dibandibandingkan dengan responden berjenis kelamin
laki-laki yang hanya sebesar 47%.
4. Gambaran Pendidikan Ibu pada Siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan Tahun 2015
Menurut Notoadmojo (2003), pendidikan adalah suatu proses
pembentukan kecepatan seseorang secara intelektual dan emosional.
Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan ibu yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang
pernah ditempuh oleh ibu responden.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.5), terlihat bahwa
sebagian besar ibu responden berpendidikan SMA dengan presentasi
81,2%. Sedangkan dari 84 ibu siswa yang memiliki tingkat pendidikan
SMA, terdapat 60 ibu siswa (71,4%) yang memiliki pola konsumsi
energi kurang dari AKG, 62 ibu siswa (73,8%) memiliki pola konsumsi
karbohidrat yang kurang dari AKG, 36 (42,9%) ibu siswa yang
memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 54 ibu
siswa (64,3%) yang memiliki pola konsumsi lemak yang kurang dari
AKG.
5. Gambaran Besar Uang Jajan pada Siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan Tahun 2015
Uang jajan adalah uang yang diberikan orang tua kepada anak
untuk membeli jajanan di sekolah. Uang jajan yang rutin diberikan
pada anak dapat membentuk sikap dan persepsi anak bahwa uang jajan
92
adalah hak mereka dan mereka bisa menggunakannya sesui dengan
keinginan mereka, sehingga anak bisa memanfaatkan secara bebas.
(Aprillia, 2011).
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.4), terlihat
bahwa rata-rata siswa memiliki uang jajan sebesar Rp 8.067.
Sedangkan rata-rata uang jajan siswa yang memiliki pola konsumsi
energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang kurang lebih tinggi
dibandingkan rata-rata uang jajan siswa yang memiliki pola konsumsi
energi, karbohidrat, protein, dan lemak cukup. Hasil ini didukung oleh
hasil penelitian Septiana (2013) yang menenumukan bahwa rata-rata
anak yang memiliki uang jajan yang besar untuk konsumsi makan
belum tentu membeli makanan yang mengandung zat gizi.
6. Gambaran Peran Orang Tua pada Siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan Tahun 2015
Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak
ketika berada dirumah. Sehingga orang tua dapat mempengaruhi
kebiasaan dan tingkah laku anak termasuk pola konsumsi makan anak
(Dilapanga, 2008).
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.6), terlihat bahwa
sebagian besar siswa tidak dipengaruhi oleh peran orang tua sebanyak
87 siswa (65,4%). Sedangkan dari 46 siswa yang dipengaruhi oleh
peran orang tua, terdapat 27 siswa (58,7%) memiliki pola konsumsi
energi kurang dari AKG. Diantara 87 siswa yang tidak dipengaruhi oleh
peran orang tua, terdapat 60 siswa (69%) memiliki pola konsumsi
energi kurang dari AKG. Sebagian besar siswa tidak dipengaruhi oleh
93
peran orang tua sebanyak 98 siswa (73,7%) memiliki pola konsumsi
karbohidrat yang kurang dari AKG. Dari 87 siswa (65,4%) yang
memiliki pola konsumsi karbohidrat kurang dari AKG, terdapat 69
siswa (79,3%) tidak dipengaruhi oleh peran orang tua dan dari 46 siswa
terdapat 29 siswa (63%) yang dipengaruhi oleh peran orang tua.
Sebanyak 51 siswa (38,3%) tidak dipengaruhi oleh peran orang
tua yang memiliki pola konsumsi protein kurang dari AKG dan dari 46
siswa, terdapat 14 siswa (30,4%) dipengaruhi oleh peran orang tua yang
memliki pola konsumsi protein kurang dari AKG. Untuk pola konsumsi
lemak yang kurang dari AKG terdapat 53 siswa (60,9%) tidak
dipengaruhi peran orang tua dan dari 46 siswa, terdapat 30 siswa
(65,2%) dipengaruhi oleh peran orang tua yang memiliki pola konsumsi
lemak yang kurang dari AKG.
7. Gambaran Pengetahuan Gizi Anak pada Siswa MI Unwanul Huda
di Jakarta Selatan Tahun 2015
Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang yang didapat
dengan menggunakan penginderaan terhadap objek sampai
menghasilkan pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intesitas
perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoadmojo, 2010). Menurut
Khomsan (2000) pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang
menunjukkan pemahaman responden tentang ilmu gizi, jenis zat gizi,
serta interaksinya terhadap status gizi dan kesehatan.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.7), terlihat
bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan terkait gizi
94
yang baik sebesar 63,2%. diantara 84 siswa yang memiliki
pengetahuan terkait gizi yang baik, terdapat 57 siswa (67,9%) yang
memiliki pola konsumsi energi kurang, 65 siswa (77,4%) yang
memiliki pola konsumsi karbohidrat yang kurang dari AKG, 33 siswa
(39,3%) yang memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG,
dan 53 siswa (63,1%) yang memiliki pola konsumsi lemak yang
kurang dari AKG. Hasil ini sejalan dengan penelitian Septiana (2013)
yang menyatakan respondennya sebanyak 60% memiliki pengetahuan
gizi baik.
Sedangkan diantara 49 siswa yang memiliki pengetahuan
terkait gizi yang kurang, terdapat 30 siswa (61,2%) yang memiliki pola
konsumsi energi kurang dari AKG, 33 siswa (67,3%) yang memiliki
pola konsumsi kabohidrat yang kurang dari AKG, 18 (36,7%) yang
memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 30 siswa
(61,2%) yang memiliki pola konsumsi lemak yang kurang dari AKG.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang
berpengetahuan gizi kurang dan berpengetahuan gizi baik cenderung
sama-sama memiliki konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak
yang kurang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh siswa yang
berpengetahuan gizi baik, tidak menerapkan dalam pola konsumsi
tentang makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya.
95
8.Gambaran Body Image pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015
Body image atau citra diri merupakan cara seseorang menilai
dan memandang bentuk tubuhnya sendiri. Pada perempuan cenderung
menganggap dirinya gemuk, sehingga mereka sangat memperhatikan
pola konsumsi terhadap makanannya. Sehingga, pada mereka
menganggap diri gemuk maka akan cenderung mengurangi frekuensi
makannya (Dachlan, 2012).
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.16), terlihat
bahwa dari 20 siswa yang memiliki body image negatif, terdapat 17
siswa (85%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG,16
(80%) yang memiliki pola konsumsi karbohidrat yang kurang dari
AKG, 83 siswa (40%) yang memiliki pola konsumsi protein yang
kurang dari AKG, dan 15 siswa (75%) yang memiliki pola konsumsi
lemak kurang dari AKG.
Sedangkan diantara 113 siswa yang memiliki body image
positif, terdapat 70 siswa (61,9%) yang memiliki pola konsumsi
energi kurang dari AKG, 82 siswa (72,6%) yang memiliki pola
konsumsi karbohidrat kurang dari AKG, 43 siswa (38,1%) yang
memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 68 siswa
(60,2%) yang memiliki pola konsumsi lemak kurang dari AKG.
96
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa rata-rata umur siswa
adalah 9 tahun. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue
untuk energi = 0,002, pvalue karbohidrat =0,000, pvalue protein=
0,000, dan pvalue lemak= 0,000 (<0.05), yang menunjukkan bahwa Ho
ditolak atau hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan antara
umur dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan penelitian
Lucy, dkk (2005) yang menemukan bahwa ada hubungan antara umur
dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Di
samping itu, hasil penelitian Daryono (2003) juga menemukan bahwa
ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi energi dan protein.
Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara dari lembar food
recall 3x24 jam dan observasi yang menyatakan bahwa rata-rata
konsumsi makanan pokok pada siswa yang berusia 9-10 tahun hanya
sebanyak 1-2 kali saja dan membeli jajanan hanya 1 kali, sedangkan
pada anak 11-12 tahun mengkonsumsi makanan pokok sebanyak 3-4
kali dengan membeli jajanan di sekolah sebanyak 2 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa anak usia 9-10 tahun lebih sedikit mengkonsumsi
makanan dan jajanan dibanding dengan siswa yang berusia 11-12
tahun.
Dapat diasumsikan juga pada siswa yang berumur 11-12 tahun
memiliki aktivitas yang lebih banyak daripada siswa berumur 9-10
97
tahun yang dapat dilihat dari jam pulang sekolah. Siswa berumur 10-12
tahun memiliki jam pulang sekolah yang lebih lama dibandingkan siswa
yang berumur 9-10 tahun. Sehingga asupan konsumsinya dapat
meningkat.
Umur memiliki peranan penting dalam menentukan pemilihan
konsumsi dan kebutuhan konsumsi energi dan zat gizi seseorang.
Karena umur dapat mempengaruhi kecepatan seseorang untuk
menerima dan merespon informasi yang diterima dan merupakan salah
satu faktor yang berhubungan dengan konsumsi makan. Komposisi
tubuh setelah umur 5 tahun mulai berubah. Sebagian besar waktu anak
usia sekolah banyak dimanfaatkan dengan aktivitas di luar rumah, yakni
sekitar 3-6 jam di sekolah, beberapa jam untuk bermain, berolahraga,
dan sebagainya. Sehingga, anak sekolah memerlukan energi dan asupan
zat gizi makro lebih banyak (Kurniasih, dkk, 2010).
Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa umur
berhubungan dengan pola konsumsi makan. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan komposisi tubuh seiring dengan bertambahnya
umur. Sehingga, kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak
akan bertambah.
98
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa
laki-laki yang memiliki konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan
lemak yang kurang dari AKG dibandingkan dengan siswa perempuan.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi =
0,336 pvalue karbohidrat =0,556, pvalue protein= 0,153, dan pvalue
lemak= 0,157 (>0.05), yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau
hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Nasution (2001) dalam Puji (2011) yang menemukan bahwa
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi energi,
karbohidrat, protein, dan lemak. Di samping itu, hasil penelitian Sri
(2010) yang juga menemukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dengan konsumsi energi.
Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan pola
konsumsi makan dapat disebabkan karena distribusi responden kurang
heterogen, dimana jumlah responden perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Selain itu dapat
diasumsikan bahwa porsi makan anak perempuan lebih sedikit
dibandingkan dengan anak laki-laki.
Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hakim (2001) dalam Septiana (2011) dan Asrina, dkk
(2013) yang menemukan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin
99
dengan konsumsi energi, protein, karbohidrat, dan lemak. Faktor jenis
kelamin dapat terjadi karena adanya perbedaan konsumsi antara anak
laki-laki dan anak perempuan. Kebutuhan gizi dan energi antara laki-
laki dan perempuan sangat berbeda, hal ini disebabkan karena
pertumbuhan dan perkembangan laki-laki dan perempuan juga berbeda.
Dimana laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan
perempuan (Depkes, 2008).
Hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan pola konsumsi makan karena sebagian besar
responden adalah anak perempuan. Dimana, anak perempuan juga
memiliki konsumsi yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak laki-
laki.
3. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu
responden berpendidikan SMA dengan presentasi 81,2%. Berdasarkan
hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,096, pvalue
karbohidrat =0,990, pvalue protein= 0,513, dan pvalue lemak= 0,690
(>0.05), yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis
penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara pendidikan ibu
dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Aryanti (2012), yang menemukan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan pola konsumsi energi,
karbohidrat, protein, dan lemak. Penelitian ini juga didukung oleh hasil
100
penelitian Daryono (2003) yang menemukan tidak ada hubungan antara
pendidikan ibu dengan konsumsi energi dan protein.
Tidak ada hubungan antara pendidkan ibu dengan pola
konsumsi makan anak karena tingkat konsumsi makan tidak hanya
dipengaruhi oleh pendidikan melainkan faktor lain seperti kemiskinan,
lingkungan yang kurang sehat, asupan energi dan zat gizi yang kurang,
penyakit infeksi, dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai
(Handasari, 2010). Hal ini diperkuat kembali oleh pendapat Allo (2013)
yang menyatakan bahwa faktor pendidikan bukan merupakan faktor
langsung yang mempengaruhi status gizi, tetapi pendidikan tersebut
akan sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan. Pengetahuan
kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pola
konsumsi makan.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Mayapadin (2006) menunjukkan bahwa pendidikan ibu rumah tangga
berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi energi, karbohidrat,
protein, dan lemak. Karena tingkat pendidikan formal seorang ibu
seringkali berhubungan positif dengan peningkatan pola konsumsi
makanan rumah tangga. Hal ini termasuk upaya mencapai status gizi
yang baik pada anak-anaknya (Koblinsky, et.al, 1997).
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu bukan merupakan
faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan. Dari hasil
diketahui pula bahwa masih terdapat ibu responden yang berpendidikan
SMA memiliki pola konsumsi makan yang kurang pada anak.
101
Sehingga, dapat diasumsikan bahwa pendidikan ibu yang tinggi tidak
menutup kemungkinan pengetahuan gizinya kurang karena beberapa
hal seperti ibu tidak rajin membaca informasi tentang gizi terutama
tentang pola konsumsi makan yang baik dan seimbang, jarang
mendengarkan informasi tentang gizi, dan tidak melihat informasi
tentang gizi yang akan berdampak pada ketersediaan pangan di
keluarga dan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi keluarga.
4. Hubungan Besar Uang jajan dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
Pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata besar uang jajan
siswa adalah Rp 8.067. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh
nilai pvalue energi= 0,424 pvalue karbohidrat =0,181, pvalue
protein= 0,741, dan pvalue lemak= 0,796 (>0.05), yang menunjukkan
bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada
hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitisn Kirana (2007) yang menemukan
bahwa ada hubungan antara uang jajan dengan pola konsumsi energi.
Disamping itu, hasil penelitian Anzarkusuma (2014), Getruida (2010)
menemukan bahwa besar uang jajan tidak ada hubungan dengan status
gizi yang akan berdampak pada pola konsumsi energi, karbohidrat,
protein, dan lemak pada anak.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa siswa
terbiasa sarapan pagi dirumah dan membawa bekal ke sekolah,
sehingga mereka jarang membeli makanan jajanan di sekolah. Hal ini
102
dapat diasumsikan bahwa uang jajan tidak sepenuhnya digunakan
untuk membeli makanan jajanan, sehingga tidak ada hubungan antara
uang jajan dengan pola konsumsi makan. Untuk mendapatkan
makanan yang cukup energi, karbohidrat, protein, dan lemak mereka
harus mengeluarkan uang Rp 3.000 agar dapat membeli nasi kuning
dengan isi telur dan oreg tempe, lontong 3 buah dengan isi sayuran.
Sebagian responden yang membawa bekal, mereka hanya makan
bekalnya saja di antara jam istirahat pertama atau jam istirahat kedua
dan tidak membeli jajanan hingga pulang sekolah dengan alasan sudah
kenyang.
Sedangkan untuk siswa yang tidak membawa bekal, mereka
hanya membeli jajanan di sekolah seperti mie instan, nasi kuning, telur
gulung, siomay, cilok, sosis goreng, chiki, permen, teh manis.
Sehingga, dapat diasumsikan pola konsumsi mereka akan kurang dari
kebutuhan gizi, karena mereka hanya memakan makanan pokok 1 kali
di sekolah yang rentang waktu dari pagi hingga siang, sedangkan
aktivitas mereka di sekolah cukup banyak.
Tidak ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola
konsumsi makan dapat disebabkan oleh tidak banyak siswa yang
memperoleh kesempatan mempunyai uang jajan yang banyak oleh
karena itu, mereka cenderung memilih jenis jajanan yang murah.
Biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah
kualitasnya. Karena anak hanya mampu membeli jajanan yang murah.
Maka anak akan berisiko membeli jajanan dengan kualitas gizi
103
khususnya energi dan protein yang rendah. Hal ini juga didukung oleh
penelitiannya Kirana (2007) yang mengatakan bahwa alokasi uang
jajan uang jajanan besar jumlahnya, akan tetapi tidak menentukan
apakah jajajanan yang dibeli tidak dikonsumsi sendiri melainkan
dikonsumsi bersama teman-temannya. Sehingga konsumsi energi dan
zat gizi belum tentu dapat terpenuhi.
Dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa rata-rata uang
jajan siswa sudah mencukupi untuk membeli makanan seperti nasi
kuning yang dapat memenuhi kebutuhan gizi siswa ketika di sekolah,
namun masih banyak siswa yang lebih memilih membeli jajanan
seperti mi instan, chiki, permen, dan cilok. Peneliti menyarankan untuk
membeli jajanan dengan baik. Dengan cara: 1) pilihlah makanan yang
tertutup rapat, tidak berbau atau berasa asam, dan tidak berlendir, 2)
hindari makanan gorengan berwarna gelap dan bertekstur keras, 3)
hindari makanan gorengan dengan permukaan berwarna putih, 4)
hindari makanan berbungkus kertas koran atau kertas dengan tinta
pada bagian dalam bungkus, 5) perhatikan makanan atau minuman
yang dikemas dengan menggunakan steples, 6) perhatikan kandungan
gizi dan tanggal kadaluarsa pada makanan kemasan (Kurniasih, dkk,
2010).
5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
Dalam penelitian didapatkan bahwa lebih banyak siswa yang
tidak dipengaruhi oleh peran orang tua sebanyak 87 siswa (65,4%).
104
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,012
pvalue karbohidrat =0,043, pvalue protein= 0,049, dan pvalue lemak=
0,045 (<0.05), yang menunjukkan bahwa Ho ditolak atau hipotesis
penelitian diterima yaitu ada hubungan antara peran orang tua dengan
pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Bryant (2004) yang menemukan bahwa ada
hubungan antara peran orang dengan pola konsumsi energi,
karbohidrat, protein, dan lemak pada anak. Hasil penelitian ini juga
didukung oleh hasil penelitian Heather (2005) dan Mangdy (2014) yang
juga menemukan ada hubungan antara peran orang tua dengan pola
konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak pada anak.
Berdasarkan hasil wawancara dari lembar food recall 3x24
menyatakan bahwa mereka makan apa yang dimasak oleh ibunya,
apabila ibunya tidak memasak kebanyakan responden lebih memilih
masak mie dan telur dengan alasan mudah, cepat, dan praktis.
Adanya hubungan peran orang tua dikarenakan peran orang tua
berpengaruh terhadap ketersediaan makan, pengetahuan gizi, dan
kandungan zat gizi makanan yang ditawarkan. Karena pola kebiasaan
makan anak berawal dari keluarga (Worthington, 2000). Salah satu
faktor yang membentuk kebiasaan makan anak adalah peran ibu dalam
keluarga, terutama dalam merawat dan mengurus keluarga. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa orang tua secara sadar maupun tidak
sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan dapat membentuk gaya
yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa, dan
105
berapa banyak yang ia makan. Interaksi orang tua dan anak juga dapat
berpengaruh terhadap pilihan makan dan pengembangan pola makan
anak (Almatsier, 2011).
Hal ini membuktikan bahwa peran orang tua terutama ibu
penting dalam keluarga terutama dalam hal ketersediaan makan.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peran ibu dalam keluarga sangat
penting karena dapat mempengaruhi pola konsumsi makan dalam
keluarga. Untuk itu peneliti menyarankan agar ibu lebih memberikan
perhatian terhadap pola konsumsi anak dengan cara membawakan bekal
yang cukup energi dan zat gizi seperti bekal yang didalamnya terdapat
nasi, sayur, buah, tempe, daging, jus atau susu (Kurniasih, dkk, 2010).
6. Hubungan Pengetahuan Gizi Anak dengan Pola Konsumsi Makan
pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa
yang memiliki pegetahuan terkait gizi yang baik sebanyak 63,2%.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi = 0,557
(>0.05), pvalue karbohidrat =0,225, pvalue protein= 0,854, dan pvalue
lemak= 0,854 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis
penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi
dengan pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Asrina, dkk (2013) yang menemukan
bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan
energi dan zat gizi makro. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian
106
Yuliansyah (2007) dalam Septiana (2011) yang menemukan bahwa
tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi.
Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola
konsumsi makan dapat diasumsikan, karena pada anak kelas 5 dan 6
mendapatkan kurikulum pendidikan gizi pada mata pelajaran IPA.
Sehingga untuk pengetahuan mendasar tentang gizi mereka suda tahu.
Hal ini didukung oleh perbedaan jumlah jawaban benar antara kelas 4,
5, dan 6. Untuk jawaban benar pada anak kelas 4 kurang lebih 40-60.
Sedangkan untuk anak kelas 5 dan 6 jumlah jawaban benar 60-100.
Hal ini dapat terjadi karena pada anak kelas 4 belum mendapat
kurikulum pendidikan gizi.
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Sukandar (2009)
dalam Widyantara (2013) yang menjelaskan bahwa pengaruh
pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan zat gizi tidak selalu
linier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang,
belum tentu konsumsi energi dan zat gizi yang diterapkan akan baik.
Karena konsumsi energi dan zat gizi jarang dipengaruhi langsung oleh
pengetahuan gizi tetapi dapat dipengaruhi oleh interaksi sikap dengan
keterampilan gizi. Pengetahuan gizi yang baik tidak selalu mendasari
pilihan makanan yang bergizi, hal ini masih dipengaruhi oleh
kebiasaan dan kemampuan daya beli.
Namu hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian hasil
penelitian Aminah (2007) dalam Mardhina, dkk (2014) yang
107
menemukan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi
dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak, artinya
bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin baik
pola makannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat
pengetahuan maka semakin buruk pola makannya. Karena informasi
yang diterima berupa pengetahuan dapat diterapkan pada pola
konsumsi makan.
Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa pengetahuan gizi bukan merupakan faktor yang berhubungan
dengan pola konsumsi makan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil
analisis tidak diterapkannya pengetahuan gizi yang didapatkan dari
sekolah oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa
di MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015
Dari penelitian didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa
yang memiliki body image positif sebanyak 85%. Berdasarkan hasil
uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,557, pvalue
karbohidrat =0,590, pvalue protein= 1,000, dan pvalue lemak= 0,316
(>0.05), yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis
penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara body image dengan
pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Daryono (2003) yang menemukan tidak ada
hubungan antara body image dengan konsumsi energi dan protein. Hal
ini juga sejalan dengan penelitian oleh Ervina (2007) dalam Chairiah
108
(2012) yang memenemukan tidak ada hubungan antara body image
dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak.
Tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi
makan dapat dikarenakan pola konsumsi makan yang diterapkan tidak
hanya dipengaruhi oleh persepsi tubuh ideal saja. Tetapi terdapat
faktor lain yang mempengaruhinya, yaitu pola asuh orang tua, seperti
kepercayaan dan riwayat keluarga yang memandang tubuh ideal
sebagai bagian penting serta pengaruh dari peer grup, dimana
didapatkan dari pergaulan teman sebaya.
Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Chairah
(2012) yang menemukan bahwa ada hubungan antara body image
dengan pola makan pada remaja putri. Ini artinya bahwa semakin
positif body image maka semakin baik pula pola makannya. Begitu
juga sebaliknya, jika body image yang dimiliki negatif maka semakin
buruk pola makannya.
Dapat dimpulkan dari hasil penelitian bahwa sebagian besar
responden sudah memiliki pandangan body image yang positif,
sehingga faktor ini tidak bukan merupakan faktor yang berhubungan
dengan pola konsumsi makan. Karena adanya pandangan pada siswa
terhadap bentuk tubuh yang sudah baik. Sehingga, dapat diasumsikan
mereka memiliki tanggapan bahwa pola konsumsi makan yang sedikit
maupun banyak tidak akan mempengaruhi ke bentuk tubuh mereka
dan tidak ada yang melakukan diet.
109
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan pola konsusmi makan pada siswa MI Unwanul
Huda di Jakarta Selatan tahun 2015, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 65,4% siswa yang konsumsi energinya kurang dari AKG,
terdapat 73,7% siswa yang konsumsi karbohidratnya kurang dari
AKG, dan sebesar 62,4% siswa yang konsumsi lemaknya kurang dari
AKG. Sedangkan 61,7% siswa memiliki konsumsi protein yang cukup
dari AKG.
2. Rata-rata umur siswa adalah 10,59 tahun.
3. Sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan.
4. Sebagian besar ibu siswa berpendidikan SMA yaitu sebesar 63,2%.
5. Rata-rata uang jajan siswa adalah Rp 8,067.
6. Sebagian besar siswa tidak dipengaruhi oleh peran orang tua yaitu
sebesar 65,4%.
7. Sebagian besar siswa memiliki pengetahuan terkait gizi kategori baik
yaitu sebesar 63,2%.
8. Sebagian besar siswa memiliki body image positif yaitu sebesar 85%.
9. Ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan(energi,
karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan tahun 2015.
110
10. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi
makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.
11. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi
makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.
12. Tidak ada hubungan antara uang jajan dengan pola konsumsi makan
(energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul
Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.
13. Ada hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan
(energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul
Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.
14. Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi
makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.
15. Tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan
(energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul
Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.
B. Saran
1. Sekolah
a. Kepada pihak sekolah tetap mempertahankan pendidikan ipa
terhadap kelas 5 dan 6 dan lebih membahas tentang bekal dan
jajanan sehat yang dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi
seimbang.
111
b. Diharapkan bagi pihak sekolah agar dapat menyediakan jenis
jajanan sehat seperti bubur ayam, nasi goreng, jus buah dan dapat
mengontrol jenis jajanan yang ada di kantin sekolah.
2. Orang tua
a. Diharapkan kepada pihak orang tua, terutama ibu agar
membawakan bekal seperti bekal yang didalamnya terdapat nasi,
sayur, buah, tempe, daging, jus atau susu kepada anak yang dapat
memenuhi kebutuhan energi dan gizi seimbang ketika berada di
sekolah.
b. Bagi yang sudah membawakan bekal kepada anaknya, agar lebih
menambahkan kualitas isi bekalnya dan memberikan variasi pada
bekalnya. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi dan gizi
seimbang.
3. Peneliti lain
a. Disarankan untuk melakukan penelitian terhadap variabel
karateristik responden yang bevariasi dan diduga berhubungan
dengan pola konsumsi makan pada anak sekolah di SD Negeri.
112
DAFTAR PUSTAKA
Adi, dkk. 2013. Hubungan Faktor Perilaku, Frekuensi Konsumsi Fast Food, Diet
dan Genetik dengan Tingkat Kelebihan Berat Badan. Jurnal Media Gizi
Indonesia, Vol. 9, hal. 20-27.
AKG 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Alamin, dkk. 2014. Hubungan Sarapan Pagi di Rumah dan Jumlah Uang Saku
dengan Konsumsi Makanan Jajanan di Sekolah pada Siswa SDN Sukarejo
02 Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, Vol. 3,
No. 1.
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, PT Gramedia Utama.
Almatsier, S. 2011. Daur Kehidupan Dan Gizi, Jakarta, PT Gramedia Utama.
Andriani, Merryana. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Jakarta;
Kencana Prenada Media Group.
Anita. 2012. Gaya Hidup Dan Kebiasaan Makan Mahasiswa. Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumen, Vol. 5, hal. 157-165.
Asrina, Teti. Hubungan Pengetahuan, Asupan Gizi dengan Status Gizi Siswa dan
Manajemen Penyelenggara Makan di SMA Negeri 2 Tinggi Moncong
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Media Gizi, Vol. 2,
No. 2, Februari, 2013:90-97
Anzarkusuma, dkk. 2014. Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah
Dasar di Kecamatan Rajeg Tangerang. Journal of Human Nutrition Vol.
1, No. 2, hal. 135-148.
Apriadji. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta, Penebar Swadaya.
Ariandani, Bondika. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan
Makanan Jajanan Anak Sekolah. Skripsi Universitas Diponegoro Fakultas
Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi.
Ariawan, I. 1998. Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jakarta,
Gramedia Pustaka.
Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
113
Aryanti, Fesy. Perbandingan Asupan Energi dan Zat Gizi Makro Pada Anak Sd
(6-12 Tahun) Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua di Provinsi
NTB dan NTT (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010). 2012. Tesis
Universitas Esa Unggul Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi
Gizi.
Bappenas. 2011. Rencana Aksi Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta, Badan
Penelitian Nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2005. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Tahun 2004. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Tahun 2010. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Bryant, dkk. 2004. Nutritients for Cognitive Development in School Age
Childreen. Nutrition Reviews, 62, 8, 295-306.
Chaplin 2004. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, PT Raja Grafindo.
Chairiah, Putri. 2012. Hubungan Gambaran Body Image dan Pola Makan Remaja
Puti di SMAN 34 Jakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Cristina, dkk. 2014. WHO Adolescents Are Not Happy with Their Body Image.
Journal of Gender and feminist Studies, Vol 2.
Dahlan, Sopiyudin. 2009. Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan, Jakarta,
Salemba Medika
Daryono. 2003. Hubungan antara Konsumsi Makanan, Kebiasaan Makan dan
Faktor-Faktor Lain dengan Status Gizi Anak Sekolah di SD Islam Al
Falah Jambi Tahun 2003. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Depok.
Deboran, Salvo., et all. 2012. Food Group Intake Patterns and Nutritient Intake
Vany Aeross Low-Income Hispanic and African American Preschool
Childreen in Atlanta. Journal Nutrition Vol 11, Number 62 dari
www.nutrionj.com
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Program Gizi Makro, Jakarta,
Depkes RI, Dirjen Binkesmas, Direktorat Gizi Masyarakat.
114
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Analisis Situasi Gizi Dan
Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta, Direktorat Gizi
Masyarakat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan Hasil Riskesdas
Indonesia Tahun 2007, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan.
Dilapanga, Alfira. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Konsumsi Soft Drink pada Siswa Smp Negeri 1 Ciputat Tahun 2008.
Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun
2012, Jakarta, Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Emilia, dkk. 2014. Pendidikan Gizi Sebagai Salah Satu Sarana Perubahan
Perilaku Gizi pada Remaja. Jurnal Tabularasa Unimed Vol.6, No.
2, 2009.
Farida, Ida. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi
Buah Dan Sayur Pada Remaja Di Indonesia Tahun 2007. Skripsi.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fatimah, S. 2008. Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada
Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Unpad, Vol.
10, 2008. Hal. 37.
Febry, dkk. 2011. Hubungan Iklan Makanan dan Minuman Di Media Massa
dengan Frekuensi Konsumsi Junk Food Pada Remaja Di Sma Negeri 13
Palembang Tahun 2009. Publikasi Ilmiah.
G, Winarno. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Getruida, dkk. 2010. Konsumsi Makanan Jajanan, Konsumsi Makanan di Rumah
dan Status Gizi Anak di SDN 04 Petang Jakarta Timur, Jurnal .Nutrie
Diaita, Vol. 2.
Gibney, M. J. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
115
Gibson, R. S. 2005. Principles Of Nutritional Assessment, New York, Oxford
University Press.
Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Publikasi Ilmiah. 5
Februari 2005, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hermina, dkk. 1998. Keragaan Penerapan Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam Pelaksanaan PMT-AS di
Pedesaan di Lampung Tengah. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan
(PGM). Vol. 35, No. 1, 1998. ISSN: 0125-9717.
Heather, Patrick. 2013. Review of Family and Social Determinants of Childreens
Eating Patterns and Diet Quality. Journal of The American College of
Nutrition Vol. 24, Number 2, 2013.
Joshi, HS. 2011. Determinants of Nutritional Status of School Children. A cross
Sectional Study in the Western Region of Nepal. Journal NJIRM, 2 (1): 10-
15
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010,
Jakarta, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013,
Jakarta, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi, Bogor, Institut
Pertanian Bogor.
Khomsan 2004. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup, Jakarta, PT
Grafindo Persada.
Kolopaking R., Ariyanti, F., Fahmida, U., Firmansyah, A., Karyadi, E., Haryanthi,
LPS. 2015. Using Prelede Model Develop Nutrition Education Program
for Mid-Low Income Islamic Elementary School Children in Urban Area
Of Indonesia. Dipresentasikan pada Simposium Nutrition Education from
Assessment to Intervension 12 th
Asian Congress of Nutrition, 15-18 Mei,
Yokohana, Jepang.
116
Karina L, allen, et all. 2014. Maternal and Family Factors and Child Eating
Pathology Risk and Protective Relationship. Journal of Eating Disorders
Vol. 2, Number. 11, 2014.
Katrine, A, et all. 2001. Relatioships Between Use of Television During Meals and
Childreen Food Consumption Patterns. Journal of the Pediatric, Vol. 107,
Number. 1, 2001.
Kirana. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecukupan Energi dan
Protein pada Peserta Didik SLTPN Jakarta Tahun 2007. Skripsi FKM UI.
Kurniasih, Dedeh. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang, Jakarta, PT
Gramedia.
Lemeshow, Stanley. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, UK
University, John Willey and Sors.
Lestari, I. D. 2013. Identifikasi Perilaku Diet Remaja Putri Menggunakan Teori
Pendekatan Who. Jurnal Promkes, Vol. 1, hal. 67-75.
Luciana, et all. 2012. Presscholl Childreen Dietary Pattern and Associated
Factors. Journal Pediatric Vol 88, Number 2, 2012. ISSN: 0021-7557.
Lucy, J. Cooke., Jane, Wardle. 2005. Age and Gender Difference in Childreen's
Food Preference. Journal British of Nutrition Vol 93, issue 05, 2005.
Mangdy, A, Darwish. 2014. Lifestyle and Dietary Behaviors Among Saudi
Prescholl Childreen Attending Primary Health Care Centers, Eastearn
Saudi Arabia. International Journal of Family Medicine, 2014.
Mardhina, dkk . 2014. Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Body Image Dengan
Frekuensi Konsumsi Fast Food Remaja Putri Di Smk N 4 Surakarta.
Jurnal Kebidanan Vol. 6, No. 2.
Mayapadin, W. Y. 2006. Hubungan Faktor-Faktor Sosial Budaya Dengan
Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga Pada Masyarakat Di
Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Merrit, L. P. W. J. 2012. Agar Anak Pandai Mengelola Uang, Making
Allowances, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
117
Mufidah, N. L. 2012. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan:Studi Deskriptif
Pemanfaatan Foodcourt Oleh Keluarga. Jurnal Biokultur, Vol. 1, hal 157-
178.
Notoadmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, Jakarta, Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta, Rineka
Cipta.
Nuryanto. 2009. Studi Prevalensi Masalah Gizi Ganda Anak Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah di Kota Lubuk Linggau. Jurnal Pembangunan
Manusia Vol.9, No.3.
Pahlevi, Elisa. A. 2012. Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 7, hal. 122-126.
Panjaitan, Erika. 2008. Konsumsi Pangan pada Masyarakat Petani. Tesis
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.
Profil Puskesmas Kalibata 2. 2014. Data Antropometri dan Status gizi, Jakarta,
Puskesmas Kalibata 2.
Persagi .2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga, Jakarta, Kompas
Media Nusantara.
Puspitasari, A. 2007. Mengukur Konsep Diri Anak, Jakarta, Elex Media
Komputindo.
Puji, Syifa. 2011. Faktor-Faktor yang Behubungan dengan Pola Makan pada
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2011. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Regar, Evan, Rini, Soekartini. 2013. Hubungan Kecukupan Asupan Energi dan
Makronutrien dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan
Kampung Melayu, Jakarta Timur. Jurnal Media Gizi, Vol.3, No. 1,
Desember, 2013.
Resty, Ryadinency, Veny, Hadju. 2012. Asupan Gizi Makro, Penyakit Infeksi,
dan Status Pertumbuhan Anak Usia 6-7 Tahun di Kawasan Pembuangan
Akhir Makasar. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 2, No. 1,
Agustus, 2012, 49-53
118
Sabri, Luknis, Hastono Priyono Sutanto. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta,
Rajawali Pers
Sada, dkk. 2012. Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, Dan
Aktifitas Fisik Terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Jayapura. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia. Volume 2, 2012. hal
44-48.
Saifah, A. 2011. Hubungan Peran Keluarga, Guru, Teman Sebaya, Dan Media
Massa Dengan Perilaku Gizi Anak Usia Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mabelopura Kota Palu. Tesis Universitas Indonesia.
Saputra, A. D. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Siswa
Kelas Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 1, 2012.
Sebataraja, dkk. 2014. Hubungan Status Gizi dengan Status Sosial Ekonomi
Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 3, No 2.
Septiana, Lesy, Sri. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi
Energi dan Protein pada Peserta Didik di MAN Cendekia Serpong Tahun
2010. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakarat UIN Jakarta.
Sofianita, dkk 2015. Peran Pengetahuan Gizi Dalam Menentukan Kebiasaan
Sarapan Anak-Anak Sekolah Dasar Negeri di Pondok Labu, Jakarta
Selatan. Jurnal Gizi Pangan, Vol. 10, No. 1, 2009, hal 57-62, ISSN 1978-
1059.
Suci, E. S. T. 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar Di Jakarta.
Jurnal Psikobuana, Vol. 1, hal. 29-38.
Suhardjo.1989. Sosial Budaya Gizi, Bogor, Ipb Pau Pangan dan Gizi.
Suhardjo. 2006. Pangan, Gizi, dan Pertanian, Bogor, Ui Press.
Supariasa, N. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran, Jakarta, EGC.
Rezkiana Etika. 2013. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Kurang pda Siswi di 3 SMA Negeri di Kota Tegal Jawa Tengah Tahun
2013. Skripsi. Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
119
Tahir, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak umur 6-12
Tahun di SDN Wilayah Kerja Puskesmas Bungi Pinnung. Jurnal
Universitas Hassanudin, Vol. 2, No. 4, ISSN: 2302-1721.
Taras, H. 2005. Nutrition, and Student Performance at School. Journal of School
Health, Vol. 75, Number 6.
Todaro, M, P., Smith, S, C., 2005. Economic Development 9 th
Edition Pearsen.
Addision Wesley.
Tienne, dkk. 2013. Hubungan Status Stress Psikososial dengan Konsumsi
Makanan dan Status Gizi Siswa SMU Methodist 8 Medan. Jurnal Gizi,
Kesehatan Reproduksi dan Epidemologi, Vol. 2, No. 6.
UUD. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan Indonesia.
UNICEF. 1998. The World Childreen. diakses pada 18 Mei 2015 dari
http://www.unicef.org/publications.
WHO. 2005. The Who Child Growth Standards.
WHO. 2013. Underweight In Childreen. Akses dari WHO Web: www.WHO.com
Widyantara, dkk. 2013. The Relation of Fast Food Eating Habits, Physical
Activity And Nutrition Knowledge With The Nutritional Status of First
Year Medical Student of University of Lampung. Jurnal Universitas
Lampung, 2013. ISSN 2337-3776.
Wijaya, S. 2005. Studi Eksploratif Perilaku Mahasiswa Uk. Petra Dalam Memilih
Fast Food Restaurant Dan Non Fast Food Restaurant Di Surabaya.
Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol. 1, hal.80-86.
Worthington, B. S. 2000. Nutrition Throughout The Life Cycle, United, Mcgraw-
Hill Book Companies Inc.
Yulni. 2014. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Pada Anak
Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013. Jurnal
Universitas Hasanudin, Vol. 2, 2014.
120
LAMPIRAN
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
Disusun Oleh: Alvina Yarra Putri
1111101000086
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Saya mahasiswi gizi program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Guna
memenuhi tugas akhir (Skripsi) saya melakukan penelitian tentang “FAKTOR-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI MAKAN
PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH UNWANUL HUDA DI
JAKARTA SELATAN TAHUN 2015”. Oleh sebab itu, saya mengharapkan
kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner yang telah saya buat. Jawaban saudara
akan dijaga kerahasiannya sehingga kejujuran saudara dalam menjawab kuesioner
akan saya hargai. Atas kesediaan dan partisipasinya, semoga ALLAH SWT
membalas kebaikan saudara. Kurang lebihnya mohon maaf dan terimakasih.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi kuesioner
yang telah disediakan dibawah ini
Tanggal pengisian:
No. Responden:
Responden,
(...................................)
A. IDENTITAS ANAK
1. Nama:
2. Tempat/tanggal lahir:
3. Jenis Kelamin: 1. Perempuan
2. Laki-laki
4.
Kelas:
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Ibu:
2. Pendidikan terakhir: 1. Tidak Sekolah
2. Sekolah Dasar (SD)
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
4. Sekolah Menengah Atas (SMA)
5. Diploma (D1/D2/D3)
6. Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
3. Nomer tlp/hp
C.UANG JAJAN Coding (diisi oleh
peneliti)
1. Berapa uang jajan makanan
per hari
Rp
D. PERAN ORANG TUA Coding (diisi oleh
peneliti)
1. Orang tua memberitahu
saya manfaat dari makan
lauk pauk
1. Ya
2. Tidak
2. Orang tua membiarkan saya
makan tanpa buah
1. Ya
2. Tidak
3. Orang tua menyuruh saya
untuk memakan sayuran
seperti bayam, kangkung,
jengkol
1. Ya
2. Tidak
4. Orang tua saya
menganjurkan saya untuk
sarapan setiap hari agar
dapat konsentrasi
1. Ya
2. Tidak
5. Orang tua saya terbiasa
makan tanpa mencuci
tangan pakai sabun dan air
mengalir
1. Ya
2. Tidak
6. Orang tua menyediakan
sayuran untuk saya setiap
hari di rumah
1. Ya
2. Tidak
7. Orang tua menyediakan
lauk-pauk seperti daging,
ikan, ayam untuk saya
setiap hari
1. Ya
2. Tidak
8. Orang tua saya
menyediakan buah-buahan
segar buat saya setiap hari
1. Ya
2. Tidak
9. Orang tua saya menyuruh
saya minum air putih
minimal 8 gelas sehari
1. Ya
2. Tidak
10. Orang tua saya
menyediakan sarapan setiap
pagi
1. Ya
2. Tidak
11. Orang tua saya
menyediakan makanan
dalam keadaan tertutup di
meja makan
1. Ya
2. Tidak
12. Orang tua saya mempunyai
jadwal makan bersama
setiap hari
1. Ya
2. Tidak
13. Orang tua dan saya makan
bersama minimal 1 kali
sehari
1. Ya
2. Tidak
14. Orang tua saya tidak
terbiasa sarapan setiap pagi
1. Ya
2. Tidak
15.
Orang tua saya makan lauk-
pauk seperti ikan, daging,
ayam setiap hari
1. Ya
2. Tidak
16. Orang tua saya tidak makan
sayur hijau setiap hari
1. Ya
2. Tidak
17. Orang tua saya makan buah
setiap hari
3. Ya
4. Tidak
E.PENGETAHUAN GIZI
Coding (diisi oleh
peneliti)
1. Zat-zat pada makanan yang
berfungsi untuk
pertumbuhan dan
perkembangan adalah
pengertian
1. Makanan enak
2. Gizi
3. Karbohidrat dan
protein
4. Vitamin dan
mineral
2. Makanan seperti nasi,
jagung, ubi adalah makanan
yang mengandung zat gizi
1. Karbohidrat
2. Vitamin
3. Protein
4. Mineral
3. Zat gizi apa yang terdapat pada
buah adalah
1. Vitamin
2. Protein
3. Karbohidrat
4. Lemak
4. Zat gizi apa yang tedapat
pada ikan
1. Protein
2. Karbohidrat
3. Vitamin
4. Mineral
5. Tahu, tempe, dan kacang-
kacangan adalah makanan
yang mengandung zat gizi
1. Karbohidrat
2. Vitamin
3. Protein nabati
4. Lemak
6. Wortel dan tomat adalah
jenis makanan
1. Sayuran
2. Buah
3. Kacang
4. Daging
7. Susu dan telur adalah jenis
makanan yang mengandung
zat gizi
1. Protein
2. Karbohidrat
3. Vitamin
4. Mineral
8. Jeruk adalah buah yang
banyak mengandung
vitamin
1. Vitamin A
2. Vitamin C
3. Vitamin D
4. Vitamin K
9. Sayuran hijau banyak
terdapat zat gizi
1. Vitamin Dan
Mineral
2. Karbohidrat
3. Protein
4. Lemak
10. Makanan yang banyak
mengandung vitamin yaitu
1. Nasi dan ikan
2. Nasi dan sayur
3. Sayur dan buah
4. Buah dan ikan
11. Manfaat makan pagi atau
sarapan adalah
1. Supaya
konsentrasi
menerima
pelajaran
2. Supaya tidak
lemas
3. Supaya tubuh
menjadi kuat
4. Benar semua
F. Body Image
No. Pernyataan Sangat
tidak
setuju
(1)
Tidak
setuju
(2)
Ragu-
ragu
(3)
Setuju
(4)
Sangat
setuju
(5)
Coding
(diisi
oleh
penelit
i)
1. Saya merasa tubuh saya
sehat dengan bentuk tubuh
saat ini
2. Saya berpendapat
bagaimana pun bentuk
tubuh saya baik gemuk,
kurus, sedang adalah sehat
3. Saya merasa nyaman
dengan keadaan bentuk
tubuh saat ini
4. Saya berpendapat ukuran
tubuh saya saat ini terlihat
baik-baik saja
5. Bentuk tubuh saya saat ini
tidak mengganggu saya
dalam melakukan kegiatan
sehari-hari
6. Orang tua saya bangga
dengan bentuk tubuh saya
saat ini
7. Penampilan saya saat ini
menarik
8. Bentuk tubuh saya saat ini
tidak sedikit pun
mempengaruhi saya bergaul
dengan teman-teman
No. Pernyataan Sangat
tidak
setuju
(1)
Tidak
setuju
(2)
Ragu-
ragu
(3)
Setuju
(4)
Sangat
setuju
(5)
Coding
(diisi
oleh
penelit
i)
9. Saya akan tetap
mempertahankan bentuk
tubuh saya saat ini
10. Saya akan tetap
mempertahankan bentuk
tubuh saya karena membuat
saya terlihat menarik
11. Saya tetap mengikuti
kegiatan bersama teman-
teman dengan bentuk tubuh
saya saat ini
Sumber: modikasi dari Kemenkes (2014), Saifah (2012), Darsono (2003),
peneliti sendiri
Lembar Food Recall
Nama :
Kelas :
Hari/ Tanggal :
Sumber: Kemenkes, 2013
Waktu Masakan/Menu Bahan Makanan Banyaknya yang Dikonsumsi
Jumlah (URT) Berat (gr)
Hasil Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
orang tua memberitahu saya
manfaat dari makan lauk
pauk
9.8667 28.947 .628 .958
orang tua membiarkan saya
makan tanpa buah 9.3333 28.713 .759 .956
orang tua menyuruh saya
untuk memakan sayuran
seperti bayam,
kangkung,jengkol
9.3667 28.033 .872 .954
orang tua menganjurkan
saya untuk sarapan setiap
hari agar dapat konsentrasi
9.8667 29.016 .613 .958
orang tua saya terbiasa
makan tanpa mencuci
tangan pakai sabun dan air
mengalir
9.3667 28.033 .872 .954
orang tua menyediakan
sayuran untuk saya setiap
hari dirumah
9.8667 28.947 .628 .958
orang tua menyediakan lauk-
pauk seperti daging,
ikan,ayam untuk saya setiap
hari
9.8667 28.947 .628 .958
orang tua menyediakan
buah-buahan segar buat
saya setiap hari
9.9000 29.197 .604 .958
orang tua menyuruh saya
minum air putih minimal 8
gelas sehari
9.3333 28.713 .759 .956
orang tua menyediakan
sarapan setiap pagi 9.8667 29.844 .436 .961
orang tua menyediakan
makanan dalam keadaan
tertutup di meja makan
9.3667 28.033 .872 .954
orang tua saya mempunyai
jadwal makan bersama
setiap hari
9.3333 28.713 .759 .956
orang tua dan saya makan
bersama minimal 1 kali
sehari
9.3333 28.713 .759 .956
orang tua saya tidak terbiasa
sarapan setiap pagi 9.3667 28.033 .872 .954
orang tua saya makan lauk-
pauk seperti ikan,daging,
ayam setiap hari
9.3667 28.033 .872 .954
orang tua saya tidak makan
sayur hijau setiap hari 9.3667 28.033 .872 .954
orang tua saya makan buah
setiap hari 9.3667 28.033 .872 .954
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
zat-zat pada makanan yang
berfungsi untuk pertumbuhan
dan perkembangan adalah
pengertian
10.6333 58.378 .962 .954
makanan seperti
nasi,jagung, ubi adalah
makanan yang mengandung
zat gizi
10.5333 58.120 .960 .954
zat gizi yang terdapat pada
buah adalah 11.5333 69.844 .447 .968
zat gizi apa yang terdapat
pada ikan 10.9333 61.720 .702 .963
wortel dan tomat adalah jenis
makanan 11.5333 69.844 .447 .968
tahu,tempe, dan kacang-
kacangan adalah makanan
yang mengandung zat gizi
10.4667 59.430 .893 .957
susu dan telur adalah jenis
makanan yang mengandung
zat gizi
11.0000 58.966 .809 .960
jeruk adalah buah yang
banyak mengandung vitamin 10.6333 58.378 .962 .954
sayuran hijau banyak
terdapat zat gizi 10.5333 58.120 .960 .954
makanan yang banyak
mengandung vitamin yaitu 10.5333 58.120 .960 .954
manfaat makan pagi atau
sarapan adalah 10.6667 62.023 .859 .958
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
saya tahu makanan bergizi
dari tv 5.7667 8.668 .799 .856
saya jarang makan buah
karena acara tv yang
mengatakan buah diberi
pengawet
5.6667 9.126 .694 .865
saya makan sayuran karena
melihat program masakan di
tv
5.8333 9.247 .559 .875
saya sering makan lauk-pauk
seperti ikan,daging,ayam,
sayuran karena mengetahui
manfaatnta di tv
5.8000 9.407 .510 .878
saya sering membeli
makanan ringan/jajan seperti
iklan di tv
5.7000 8.700 .835 .854
saya sering sarapan karena
mendengar manfaatnya
melalui tv
5.9333 9.789 .368 .889
saya sering makan indomie
karena melihat iklan indomie
di televisi
5.7000 9.321 .589 .872
saya membeli makanan
ringan/jajan seperti yang ada
di iklan di radio
5.6333 9.137 .727 .863
saya minum air putih minimal
8 gelas per hari karena
melihat iklan di tv
5.8000 9.407 .510 .878
saya tahu manfaat makanan
bergizi dari radio 5.7667 9.220 .589 .872
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
saya merasa tubuh saya
sehat dengan bentuk tubuh
saat ini
30.9000 34.507 .613 .872
saya berpendapat
bagaimana pun bentuk tubuh
saya baik gemuk, kurus,
sedang, adalah sehat
30.7333 35.237 .766 .866
saya merasa nyaman
dengan keadaan bentuk
tubuh saya saat ini
30.7333 35.237 .766 .866
saya berpendapat ukuran
tubuh saya saat ini terlihat
baik-baik saja
30.9333 34.685 .603 .873
bentuk tubuh saya saat ini
tidak mengganggu saya
dalam melakukan kegiatan
sehari-hari
30.7333 35.237 .766 .866
orang tua saya bangga
dengan bentuk tubuh saya
saat ini
30.7333 35.237 .766 .866
penampilan saya saat ini
menarik 31.3333 33.333 .611 .873
bentuk tubuh saya saat ini
tidak sedikit pun
mempengaruhi saya bergaul
dengan teman-teman
30.9333 35.030 .568 .875
saya akan tetap
mempertahankan bentuk
tubuh saya saat ini
31.8333 35.385 .361 .896
saya akan terus
mempertahankan bentuk
tubuh saya karena membuat
saya terlihat menarik
32.0667 35.926 .415 .887
saya akan tetap mengikuti
kegiatan bersama teman-
teman dengan bentuk tubuh
saya saat ini
30.7333 35.237 .766 .866
Hasil realibilitas
Variabel Peran Orang Tua
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.958 17
Variabel Pengetahuan Gizi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.963 11
Variabel Peran Media Massa
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.882 10
Variabel Body Image
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.884 11
Uji Normalitas
Umur responden
Uang Jajan_Responden
Tests of Normality
kecukupan
konsumsi
energi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
uangjajan_responden Kurang .225 87 .000 .865 87 .000
cukup .228 46 .000 .816 46 .000
a. Lilliefors Significance
Correction
Tests of Normality
kecukupan
konsumsi
energi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
umur_responden Kurang .198 87 .000 .861 87 .000
cukup .220 46 .000 .870 46 .000
a. Lilliefors Significance Correction
OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT
Konsumsi Energi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang 87 65.4 65.4 65.4
Cukup 46 34.6 34.6 100.0
Total 133 100.0 100.0
Konsumsi Karbohidrat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang 98 73.7 73.7 73.7
Cukup 35 26.3 26.3 100.0
Total 133 100.0 100.0
Konsumsi Protein
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang 51 38.3 38.3 38.3
Cukup 82 61.7 61.7 100.0
Total 133 100.0 100.0
Konsumsi Lemak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang 83 62.4 62.4 62.4
Cukup 50 37.6 37.6 100.0
Total 133 100.0 100.0
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Perempuan 69 51.9 51.9 51.9
laki-laki 64 48.1 48.1 100.0
Total 133 100.0 100.0
Pendidikan Ibu Siswa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sd 9 6.8 6.8 6.8
Smp 15 11.3 11.3 18.0
Sma 84 63.2 63.2 81.2
Perguruan Tinggi 25 18.8 18.8 100.0
Total 133 100.0 100.0
Peran Orang Tua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak ada pengaruh 87 65.4 65.4 65.4
Ada pengaruh 46 34.6 34.6 100.0
Total 133 100.0 100.0
Pengetahuan Gizi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 49 36.8 36.8 36.8
Baik 84 63.2 63.2 100.0
Total 133 100.0 100.0
Body image
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Negatif 20 15.0 15.0 15.0
Positif 113 85.0 85.0 100.0
Total 133 100.0 100.0
Umur siswa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 9 22 16.6 15.9 15.9
10 43 32.3 32.6 48.5
11 37 27.8 28.0 76.5
12 31 23.3 23.5 100.0
Total 133 100 100.0
Missing System 1 .8
Total 133 100.0
Statistics
Umur Siswa
N Valid 133
Missing 0
Mean 10.59
Std. Error of Mean .088
Median 11.00
Std. Deviation 1.016
Minimum 9
Maximum 12
Statistics
Uang Jajan Siswa
N Valid 133
Missing 0
Mean 8067.67
Std. Error of Mean 282.229
Median 7000.00
Std. Deviation 3.255E3
Minimum 2000
Maximum 20000
OUTPUT ANALISIS BIVARIAT
Crosstabs
Jenis kelamin_siswa*Pola Konsumsi Makan Siswa
Crosstab
Konsumsi Energi
Total Kurang Cukup
Jenis kelamin_responden Perempuan Count 41 28 69
% within jeniskelamin
responden 59.4% 40.6% 100.0%
laki-laki Count 46 18 64
% within jeniskelamin
responden 71.9% 28.1% 100.0%
Total Count 87 46 133
% within jeniskelamin
responden 65.4% 34.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.277a 1 .131
Continuity Correctionb 1.759 1 .185
Likelihood Ratio 2.291 1 .130
Fisher's Exact Test .148 .092
Linear-by-Linear Association 2.259 1 .133
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,14.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
konsumsi karbohidrat
Total kurang cukup
jeniskelamin responden Perempuan Count 49 20 69
% within jeniskelamin
responden 71.0% 29.0% 100.0%
laki-laki Count 49 15 64
% within jeniskelamin
responden 76.6% 23.4% 100.0%
Total Count 98 35 133
% within jeniskelamin
responden 73.7% 26.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .527a 1 .468
Continuity Correctionb .280 1 .597
Likelihood Ratio .529 1 .467
Fisher's Exact Test .556 .299
Linear-by-Linear Association .523 1 .470
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,84.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
konsumsi protein
Total kurang Cukup
jeniskelamin responden Perempuan Count 22 47 69
% within jeniskelamin
responden 31.9% 68.1% 100.0%
laki-laki Count 29 35 64
% within jeniskelamin
responden 45.3% 54.7% 100.0%
Total Count 51 82 133
% within jeniskelamin
responden 38.3% 61.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.532a 1 .112
Continuity Correctionb 1.996 1 .158
Likelihood Ratio 2.538 1 .111
Fisher's Exact Test .153 .079
Linear-by-Linear
Association 2.513 1 .113
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,54.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
konsumsi lemak
Total kurang cukup
jeniskelamin responden Perempuan Count 39 30 69
% within jeniskelamin
responden 56.5% 43.5% 100.0%
laki-laki Count 44 20 64
% within jeniskelamin
responden 68.8% 31.2% 100.0%
Total Count 83 50 133
% within jeniskelamin
responden 62.4% 37.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.116a 1 .146
Continuity Correctionb 1.627 1 .202
Likelihood Ratio 2.127 1 .145
Fisher's Exact Test .157 .101
Linear-by-Linear Association 2.100 1 .147
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Pendidikan Ibu Responden*Pola Konsumsi Makan Siswa
Crosstab
konsumsi karbohidrat
Total kurang cukup
pendidikan ibu responden Sd Count 7 2 9
% within pendidikan ibu
responden 77.8% 22.2% 100.0%
Smp Count 11 4 15
% within pendidikan ibu
responden 73.3% 26.7% 100.0%
Sma Count 62 22 84
% within pendidikan ibu
responden 73.8% 26.2% 100.0%
Perguruan Tinggi Count 18 7 25
% within pendidikan ibu
responden 72.0% 28.0% 100.0%
Total Count 98 35 133
% within pendidikan ibu
responden 73.7% 26.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .116a 3 .990
Likelihood Ratio .118 3 .990
Linear-by-Linear Association .083 1 .774
N of Valid Cases 133
a. 2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,37.
Crosstab
konsumsi protein
Total kurang cukup
pendidikan ibu responden Sd Count 2 7 9
% within pendidikan ibu
responden 22.2% 77.8% 100.0%
Smp Count 5 10 15
% within pendidikan ibu
responden 33.3% 66.7% 100.0%
Sma Count 36 48 84
% within pendidikan ibu
responden 42.9% 57.1% 100.0%
Perguruan Tinggi Count 8 17 25
% within pendidikan ibu
responden 32.0% 68.0% 100.0%
Total Count 51 82 133
% within pendidikan ibu
responden 38.3% 61.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.298a 3 .513
Likelihood Ratio 2.383 3 .497
Linear-by-Linear Association .238 1 .626
N of Valid Cases 133
a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,45.
Crosstab
konsumsi lemak
Total kurang cukup
pendidikan ibu responden sd Count 6 3 9
% within pendidikan ibu
responden 66.7% 33.3% 100.0%
smp Count 10 5 15
% within pendidikan ibu
responden 66.7% 33.3% 100.0%
sma Count 54 30 84
% within pendidikan ibu
responden 64.3% 35.7% 100.0%
Perguruan Tinggi Count 13 12 25
% within pendidikan ibu
responden 52.0% 48.0% 100.0%
Total Count 83 50 133
% within pendidikan ibu
responden 62.4% 37.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1.466a 3 .690
Likelihood Ratio 1.438 3 .697
Linear-by-Linear Association .900 1 .343
N of Valid Cases 133
a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,38.
Peran_orang tua *Pola Konsumsi Makan Siswa
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 7.384a 1 .007
Continuity Correctionb 6.380 1 .012
Likelihood Ratio 7.262 1 .007
Fisher's Exact Test .008 .006
Linear-by-Linear Association 7.329 1 .007
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,91.
Crosstab
konsumsi karbohidrat
Total kurang Cukup
peranorangtua tidak ada pengaruh Count 69 18 87
% within peranorangtua 79.3% 20.7% 100.0%
ada pengaruh Count 29 17 46
% within peranorangtua 63.0% 37.0% 100.0%
Total Count 98 35 133
% within peranorangtua 73.7% 26.3% 100.0%
Crosstab
Konsumsi Energi
Total Kurang Cukup
peran orang tua Pengaruh Count 23 23 46
% within peran orang tua 50.0% 50.0% 100.0%
tidak pengaruh Count 64 23 87
% within peran orang tua 73.6% 26.4% 100.0%
Total Count 87 46 133
% within peran orang tua 65.4% 34.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.310a 1 .069
Continuity Correctionb 4.106 1 .043
Likelihood Ratio 3.994 1 .046
Fisher's Exact Test .062 .036
Linear-by-Linear Association 4.075 1 .044
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,11.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
konsumsi protein
Total kurang Cukup
peranorangtua tidak ada pengaruh Count 37 50 87
% within peranorangtua 42.5% 57.5% 100.0%
ada pengaruh Count 14 32 46
% within peranorangtua 30.4% 69.6% 100.0%
Total Count 51 82 133
% within peranorangtua 38.3% 61.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.862a 1 .072
Continuity Correctionb 4.385 1 .049
Likelihood Ratio 4.893 1 .069
Fisher's Exact Test .194 .119
Linear-by-Linear Association 4.848 1 .074
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,64.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
konsumsi lemak
Total kurang Cukup
peranorangtua tidak ada pengaruh Count 53 34 87
% within peranorangtua 60.9% 39.1% 100.0%
ada pengaruh Count 30 16 46
% within peranorangtua 65.2% 34.8% 100.0%
Total Count 83 50 133
% within peranorangtua 62.4% 37.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.237a 1 .056
Continuity Correctionb 3.089 1 .045
Likelihood Ratio 3.238 1 .057
Fisher's Exact Test .708 .384
Linear-by-Linear Association 3.235 1 .054
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,29.
b. Computed only for a 2x2 table
Pengetahuan Gizi* Pola Konsumsi Makan Siswa
Crosstab
konsumsi karbohidrat
Total Kurang cukup
pengetahuan gizi Kurang Count 33 16 49
% within pengetahuan gizi 67.3% 32.7% 100.0%
Baik Count 65 19 84
% within pengetahuan gizi 77.4% 22.6% 100.0%
Total Count 98 35 133
% within pengetahuan gizi 73.7% 26.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.607a 1 .205
Continuity Correctionb 1.131 1 .288
Likelihood Ratio 1.581 1 .209
Fisher's Exact Test .225 .144
Linear-by-Linear Association 1.595 1 .207
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,89.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
konsumsi protein
Total Kurang cukup
pengetahuan gizi kurang Count 18 31 49
% within pengetahuan gizi 36.7% 63.3% 100.0%
baik Count 33 51 84
% within pengetahuan gizi 39.3% 60.7% 100.0%
Total Count 51 82 133
% within pengetahuan gizi 38.3% 61.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.607a 1 .205
Continuity Correctionb 1.131 1 .288
Likelihood Ratio 1.581 1 .209
Fisher's Exact Test .225 .144
Linear-by-Linear Association 1.595 1 .207
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,89.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Konsumsi energi
Total Kurang cukup
pengetahuan gizi kurang Count 30 19 49
% within pengetahuan gizi 61.2% 38.8% 100.0%
baik Count 57 27 84
% within pengetahuan gizi 67.9% 32.1% 100.0%
Total Count 87 46 133
% within pengetahuan gizi 65.4% 34.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .602a 1 .438
Continuity Correctionb .344 1 .557
Likelihood Ratio .598 1 439
Fisher's Exact Test .455 .278
Linear-by-Linear Association .597 1 .440
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,79.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
konsumsi lemak
Total Kurang cukup
pengetahuan gizi kurang Count 30 19 49
% within pengetahuan gizi 61.2% 38.8% 100.0%
baik Count 53 31 84
% within pengetahuan gizi 63.1% 36.9% 100.0%
Total Count 83 50 133
% within pengetahuan gizi 62.4% 37.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .046a 1 .830
Continuity Correctionb .001 1 .977
Likelihood Ratio .046 1 .830
Fisher's Exact Test .854 .487
Linear-by-Linear Association .046 1 .831
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,42.
b. Computed only for a 2x2 table
Body Image *Pola Konsumsi Makan Siswa
Crosstab
konsumsi karbohidrat
Total kurang Cukup
bodyimage negatif Count 16 4 20
% within bodyimage 80.0% 20.0% 100.0%
positif Count 82 31 113
% within bodyimage 72.6% 27.4% 100.0%
Total Count 98 35 133
% within bodyimage 73.7% 26.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .484a 1 .487
Continuity Correctionb .177 1 .674
Likelihood Ratio .508 1 .476
Fisher's Exact Test .590 .347
Linear-by-Linear Association .481 1 .488
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,26.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
konsumsi protein
Total kurang Cukup
bodyimage negatif Count 8 12 20
% within bodyimage 40.0% 60.0% 100.0%
positif Count 43 70 113
% within bodyimage 38.1% 61.9% 100.0%
Total Count 51 82 133
% within bodyimage 38.3% 61.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .027a 1 .869
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .027 1 .869
Fisher's Exact Test 1.000 .528
Linear-by-Linear Association .027 1 .869
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,67.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
konsumsi lemak
Total kurang Cukup
bodyimage negatif Count 15 5 20
% within bodyimage 75.0% 25.0% 100.0%
positif Count 68 45 113
% within bodyimage 60.2% 39.8% 100.0%
Total Count 83 50 133
% within bodyimage 62.4% 37.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.591a 1 .207
Continuity Correctionb 1.022 1 .312
Likelihood Ratio 1.673 1 .196
Fisher's Exact Test .316 .156
Linear-by-Linear Association 1.579 1 .209
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,52.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
konsumsi energi
Total kurang Cukup
bodyimage negatif Count 17 3 20
% within bodyimage 85.0% 15.0% 100.0%
positif Count 70 43 113
% within bodyimage 61.9% 38.1% 100.0%
Total Count 87 46 133
% within bodyimage 65.4% 34.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.992a 1 .046
Continuity Correctionb 3.038 1 .081
Likelihood Ratio 4.484 1 .034
Fisher's Exact Test .072 .036
Linear-by-Linear Association 3.962 1 .047
N of Valid Casesb 133
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,26.
b. Computed only for a 2x2 table
Umur Responden_Pola Konsumsi Makan
Correlations
umur_responden konsumsi energi
Spearman's rho umur_responden Correlation Coefficient 1.000 -.262**
Sig. (2-tailed) . .000
N 133 133
konsumsi karbohidrat Correlation Coefficient -.262** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 133 133
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
umur_responden
konsumsi
karbohidrat
Spearman's rho umur_responden Correlation Coefficient 1.000 -.328**
Sig. (2-tailed) . .000
N 133 133
konsumsi karbohidrat Correlation Coefficient -.328** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 133 133
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
umur_responden konsumsi protein
Spearman's rho umur_responden Correlation Coefficient 1.000 -.366**
Sig. (2-tailed) . .000
N 133 133
konsumsi protein Correlation Coefficient -.366** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 133 133
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
umur_responden konsumsi lemak
Spearman's rho umur_responden Correlation Coefficient 1.000 -.338
Sig. (2-tailed) . .000
N 133 133
konsumsi lemak Correlation Coefficient -.338 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 133 133
Besar Uang Jajan responden*Pola Konsumsi Makan
Correlations
uangjajan_respo
nden konsumsi energi
Spearman's rho uangjajan_responden Correlation Coefficient 1.000 .070
Sig. (2-tailed) . .424
N 133 133
konsumsi karbohidrat Correlation Coefficient .070 1.000
Sig. (2-tailed) .424 .
N 133 133
Correlations
uangjajan_respo
nden
konsumsi
karbohidrat
Spearman's rho uangjajan_responden Correlation Coefficient 1.000 -.117
Sig. (2-tailed) . .181
N 133 133
konsumsi karbohidrat Correlation Coefficient -.117 1.000
Sig. (2-tailed) .181 .
N 133 133
Correlations
uangjajan_respo
nden konsumsi protein
Spearman's rho uangjajan_responden Correlation Coefficient 1.000 .029
Sig. (2-tailed) . .741
N 133 133
konsumsi protein Correlation Coefficient .029 1.000
Sig. (2-tailed) .741 .
N 133 133
Correlations
uangjajan_respo
nden konsumsi lemak
Spearman's rho uangjajan_responden Correlation Coefficient 1.000 -.023
Sig. (2-tailed) . .796
N 133 133
konsumsi lemak Correlation Coefficient -.023 1.000
Sig. (2-tailed) .796 .
N 133 133
Hasil pengukuran recall
Nama Umur
Jenis
kelamin
Rata-rata
energi
Kecukupan
AKG
Rata-rata
karbohidrat
Kecukupan
AKG
Rata-
rata
protein
Kecukupan
AKG
Rata-rata
lemak
Kecukupan
AKG
Ahmad
maulidan 10 L 2098,4 113,4 317,2 124,9 71,3 145,5 55,8 77,5
Ananda 9
P 1446,0 78,2 213,4 84,0 43,0 87,8 42,2 58,6
Lulu 9
P 1333,5 72,1 209,0 82,3 46,9 95,7 32,6 45,2
M. Khadafi 10
L 1540,2 83,3 230,5 90,8 49,4 100,8 43,6 60,6
M.haikal 10
L 1180,6 63,8 167,5 65,9 38,9 79,4 37,5 52,1
M. Miftah 10
L 1339,9 72,4 179,7 70,7 50,3 102,7 45,3 63,0
M. Rafi 10
L 1063,1 57,5 139,0 54,7 37,8 77,2 38,5 53,5
M. Randi 10
L 1497,2 80,9 227,5 89,6 44,9 91,7 42,5 59,0
M.Rizqi 9
P 1378,3 74,5 170,4 67,1 48,2 98,4 53,5 74,3
Nabila 9
P 1533,0 82,9 199,2 78,4 46,6 95,2 58,9 81,8
Nayla 10
P 1596,3 86,3 191,6 75,4 52,7 107,5 67,3 93,4
Siti Mawadah 9
P 1037,2 56,1 190,1 74,9 31,2 63,7 14,3 19,8
Shifa 9
P 1441,8 77,9 218,8 86,1 49,8 101,7 36,9 51,2
Zahwa 9
P 1430,4 77,3 197,4 77,7 46,4 94,7 48,4 67,2
Zahra 9
P 1363,2 73,7 169,1 66,6 38,8 79,2 57,5 79,8
Nama
Kelas
Jenis
kelamin
Rata-rata
energi
Kecukupan
AKG
Rata-rata
karbohidrat
Kecukupan
AKG
Rata-
rata
protein
Kecukupan
AKG
Rata-rata
lemak
Kecukupan
AKG
Ziyadatur 10
P 1597,1 86,3 231,5 91,1 58,4 119,1 45,0 62,5
Alya Salsabilah 10
P 1710,5 92,5 201,0 79,1 54,9 112,0 79,5 110,5
Ardian Alif
Subiono
10
L 1214,4 65,6 137,7 54,2 47,3 96,5 52,4 72,7
Maasna Fazria 9
P 1214,4 65,6 113,2 44,6 39,0 79,7 49,6 68,9
Muhamad
Azriel Putra
9
L 1214,4 65,6 173,5 68,3 53,9 110,1 52,2 72,5
Mutiah Fazhira 9
P 1214,4 65,6 127,0 50,0 61,2 125,0 65,1 90,4
Ahmad arzaki 10
L 2655,8 143,6 315,0 124,0 83,1 169,5 116,7 162,1
Ahmad zainuri 10
L 829,5 44,8 121,5 47,8 23,9 48,8 25,4 35,2
Atikah 9
P 1037,6 56,1 109,7 43,2 47,2 96,3 44,0 61,1
Firdany Azizah 10
P 1326,8 71,7 171,4 67,5 39,2 79,9 44,7 62,0
Ghumaida
Salsabila
9
P 1466,4 79,3 203,8 80,2 48,8 99,7 45,1 62,6
Intan Luciana 10
P 1869,6 101,1 214,2 84,3 61,9 126,3 85,5 118,8
Irza 10
P 1523,4 82,3 180,8 71,2 54,4 111,0 63,2 87,8
Khairul Umam 10
L 1165,4 63,0 126,7 49,9 42,7 87,1 55,0 76,3
Luna Maya 10
P 1056,6 57,1 165,4 65,1 49,8 101,6 45,1 62,7
M.hafidzTsabit
ul
9
L 1160,4 62,7 129,6 51,0 50,4 102,9 48,0 66,6
M.Faqih 9
L 1196,3 64,7 151,6 59,7 47,2 96,3 42,2 58,7
M.Ilham 10
L 1279,9 69,2 162,9 64,1 40,7 83,0 50,9 70,6
Jufri 10
L 1014,8 54,9 155,4 61,2 38,2 77,9 24,9 34,6
Nabil 9
L 1273,2 68,8 190,8 75,1 55,5 113,2 29,2 40,6
Nayla 9
P 1069,0 57,8 139,6 55,0 38,3 78,1 37,5 52,1
Nuha Tsabita 10
P 1379,7 74,6 173,7 68,4 42,9 87,5 55,2 76,6
M.putra 10
L 1692,9 91,5 231,5 91,2 52,3 106,7 59,0 82,0
Savina 10
P 1667,2 90,1 241,1 94,9 72,9 148,7 43,3 60,2
Swedia 10
P 1242,7 67,2 173,2 68,2 45,9 93,7 38,7 53,8
Syifa Rosalina 9
P 860,2 46,5 173,9 68,5 53,7 109,7 34,2 47,5
Ummu Heny 9
P 968,6 52,4 155,6 61,3 32,9 67,1 21,7 30,1
Varissa
rahmawati
10
P 543,9 29,4 138,4 54,5 38,3 78,2 17,0 23,7
Tio 10 L 764,8 99,9 119,1 41,2 29,8 53,2 18,4 26,3
Naswah 10 P 1282,9 64,1 159,0 57,8 51,8 86,3 46,5 69,4
Bambang 10 L 1312,9 63,5 157,1 54,4 37,6 67,1 56,5 80,7
A.Rifai 11 L 969,3 73,3 131,2 45,4 38,7 69,2 29,5 42,1
Nama
Umur
Jenis
kelamin
Rata-rata
energi
Kecukupan
AKG
Rata-rata
karbohidrat
Kecukupan
AKG
Rata-
rata
protein
Kecukupan
AKG
Rata-rata
lemak
Kecukupan
AKG
Aditia 10 L 659,3 56,2 78,2 27,0 24,6 43,9 27,5 39,2
A.Faiz 10 L 1330,0 63,8 156,6 54,2 64,3 114,8 46,4 66,3
A.Iqbal 10 L 1062,7 50,6 132,9 46,0 38,6 69,0 39,1 55,9
A.Maulana 11
L 1673,5 71,3 195,5 67,6 69,5 124,1 67,3 96,2
A.Siddiq 10
L 1350,1 65,6 171,2 59,2 41,8 74,7 53,1 75,9
Alya P 10
P 1428,0 71,4 186,0 67,6 37,5 62,4 58,4 87,2
Halimah 10
P 1668,0 83,4 177,3 64,5 64,4 107,3 76,6 114,3
M.burhan 10
L 1323,2 49,4 180,4 62,4 37,0 66,1 48,5 69,3
Melia 10
P 1556,3 77,8 256,1 93,1 43,1 71,8 36,9 55,1
M.Fadil 10
L 951,7 68,1 122,3 42,3 29,1 51,9 38,3 54,7
M.Farhan 10
L 947,8 64,9 119,5 41,3 27,9 49,9 29,8 42,5
M.Riziq 10
L 1420,8 76,1 233,0 80,6 43,8 78,2 33,7 48,2
Nazwa Zahrani 11
P 1596,8 79,8 187,0 68,0 49,2 81,9 71,7 107,1
Nadia 10
P 1355,7 67,8 205,5 74,7 51,0 85,0 34,8 52,0
Layla Azhara 11
P 852,1 42,6 131,7 47,9 27,5 45,8 23,1 34,5
Naswa Zuhaira 10
P 1245,9 62,3 145,6 52,9 38,1 63,6 55,5 82,9
Nama
Umur
Jenis
kelamin
Rata-rata
energi
Kecukupan
AKG
Rata-rata
karbohidrat
Kecukupan
AKG
Rata-
rata
protein
Kecukupan
AKG
Rata-rata
lemak
Kecukupan
AKG
Septianti 10
P 949,0 47,5 130,1 47,3 26,8 44,7 34,9 52,1
Wanda 10
P 673,5 33,7 115,3 41,9 21,0 34,9 13,2 19,8
Andia 11
P 1333,0 66,7 198,7 72,3 41,7 69,6 39,7 59,2
Hani 10
P 1535,0 76,8 178,8 65,0 51,3 85,6 66,2 98,8
Nadia 11
P 741,2 37,1 99,2 36,1 23,5 39,2 26,0 38,8
Nazwa S 11
P 1020,5 51,0 121,2 44,1 33,2 55,4 44,1 65,9
Nova Safitri 11
P 1101,2 55,1 115,7 42,1 39,7 66,2 53,2 79,5
Silmi 11
P 1121,3 56,1 149,1 54,2 32,2 53,7 41,9 62,6
Zaidatul 10
P 956,1 47,8 128,9 46,9 32,3 53,9 33,4 49,9
Ananda 11
P 2174,5 108,7 289,5 105,3 72,0 119,9 77,4 115,5
A.gilang 10
L 1221,7 57,0 159,6 55,2 39,8 71,0 45,7 65,2
M.albi 10
L 615,0 60,9 90,9 31,5 20,4 36,4 16,5 23,6
M.Irfan hasan 10
L 1352,4 48,3 146,4 50,6 50,3 89,8 61,1 87,3
M.ihsan 10
L 1185,1 60,6 159,3 55,1 27,2 48,5 48,3 69,0
M.Ardiansah 11
L 1498,7 50,9 205,1 71,0 50,4 89,9 52,7 75,2
Nama
Umur
Jenis
kelamin
Rata-rata
energi
Kecukupan
AKG
Rata-rata
karbohidrat
Kecukupan
AKG
Rata-
rata
protein
Kecukupan
AKG
Rata-rata
lemak
Kecukupan
AKG
Raka 10
L 1010,2 80,6 109,7 38,0 43,5 77,7 42,3 60,4
Rafli 10
L 1469,1 79,4 120,6 41,7 65,7 117,3 80,6 115,1
Lily 10
P 655,2 32,8 80,5 29,3 28,8 48,0 22,5 33,5
Ahmad fauzi 11
L 1412,6 41,0 193,1 66,8 43,7 78,0 50,5 72,1
A.syahlan 11
L 776,9 46,1 137,8 47,7 26,5 47,4 11,4 16,2
Aulia 12
P 1179,8 59,0 156,8 57,0 45,1 75,1 40,4 60,3
Azka 11
L 1251,5 36,4 167,3 57,9 43,5 77,7 48,2 68,9
Dimas 12
L 1010,0 61,1 102,5 35,5 39,5 70,6 43,5 62,2
Haidar 12
L 1101,6 62,5 248,9 86,1 38,6 69,0 49,4 70,6
Fatimah 12
P 894,9 44,7 110,5 40,2 36,3 60,6 35,2 52,5
Herlangga 11
L 1087,8 31,4 88,6 30,7 41,7 74,5 62,3 89,0
Inka 12
P 562,7 28,1 77,6 28,2 28,5 47,6 15,0 22,4
Maulana 12
L 1279,0 50,6 166,7 57,7 41,8 74,7 49,3 70,5
M.Jundi 11
L 1045,4 79,7 108,5 37,5 48,9 87,3 45,4 64,9
M.Farhan 11
L 1473,7 64,3 187,4 64,8 44,1 78,8 59,9 85,5
Nama
Umur
Jenis
kelamin
Rata-rata
energi
Kecukupan
AKG
Rata-rata
karbohidrat
Kecukupan
AKG
Rata-
rata
protein
Kecukupan
AKG
Rata-rata
lemak
Kecukupan
AKG
M.hamdi 11
L 874,0 79,4 151,0 52,2 49,5 88,5 61,8 88,3
Nubza 11
P 752,4 37,6 121,1 44,0 22,5 37,4 18,8 28,1
Nur Aprilianti 11
P 1091,4 54,6 137,0 49,8 39,0 65,0 43,0 64,1
Nur Fairawati 12
P 845,5 42,3 157,6 57,3 22,5 37,5 12,7 19,0
Raidah 11
P 907,7 45,4 121,3 44,1 26,9 44,9 32,5 48,5
Robiatul 11
P 1506,5 75,3 147,2 53,5 54,4 90,6 76,4 114,0
Sabilurosyad 11
L 1699,5 76,0 176,2 61,0 43,3 77,3 93,7 133,9
Siti Hodijah 11
P 1808,1 90,4 229,0 83,3 65,8 109,7 68,2 101,8
M.jiddan 11
L 845,1 42,3 129,3 47,0 26,8 44,7 23,3 34,8
Salman 11
L 1258,2 59,3 182,8 63,2 32,7 58,4 43,0 61,4
Adinda 12
P 1126,9 56,3 120,5 43,8 40,7 67,8 53,6 80,0
Elita 12
P 796,6 39,8 86,6 31,5 25,9 43,2 39,0 58,2
Fahri 12
L 1009,5 48,1 154,2 53,4 33,0 59,0 28,3 40,5
Fitri 12
P 1058,2 52,9 150,3 54,7 31,8 53,0 36,7 54,8
Linda 11
P 1226,2 61,3 159,9 58,1 43,8 73,1 43,9 65,5
Nama
Umur
Jenis
kelamin
Rata-rata
energi
Kecukupan
AKG
Rata-rata
karbohidrat
Kecukupan
AKG
Rata-
rata
protein
Kecukupan
AKG
Rata-rata
lemak
Kecukupan
AKG
Nasywa 12
P 1502,5 75,1 198,2 72,1 62,0 103,3 47,8 71,3
Naufal 11
L 1068,3 50,9 132,1 45,7 29,9 53,3 45,8 65,4
Nibras 12
P 1008,6 50,4 105,2 38,2 37,8 63,0 47,3 70,5
Nuha 11
P 831,8 41,6 96,4 35,0 34,7 57,8 32,4 48,4
Nurul 12
P 724,9 36,2 81,7 29,7 32,4 53,9 29,9 44,7
Kartika 12
P 908,7 45,4 118,9 43,2 33,1 55,1 31,8 47,4
Raka 11
L 738,1 35,1 65,6 22,7 29,4 52,4 39,7 56,7
Saipul 12
L 1115,1 53,1 139,1 48,1 43,9 78,3 40,7 58,1
Salsabela 12
P 899,7 45,0 133,8 48,7 35,5 59,2 22,8 34,1
Siti 12
P 1322,1 66,1 182,7 66,4 43,7 72,8 47,1 70,2
Subhana 12
P 1030,0 51,5 137,0 49,8 37,5 62,5 36,5 54,4
Soniya 11
P 1084,7 54,2 158,6 57,7 37,7 62,9 30,1 44,9
Surandika 11
L 1663,9 79,2 197,1 68,2 53,4 95,4 72,4 103,4
Syafa 12
P 1746,4 87,3 235,1 85,5 58,3 97,1 63,5 94,7
Syarirom 12
L 1081,1 67,3 142,4 49,3 38,1 68,1 37,7 53,9
Nama
Umur
Jenis
kelamin
Rata-rata
energi
Kecukupan
AKG
Rata-rata
karbohidrat
Kecukupan
AKG
Rata-
rata
protein
Kecukupan
AKG
Rata-rata
lemak
Kecukupan
AKG
Zainul 11
L 1204,2 56,2 165,8 57,4 46,4 82,8 38,6 55,1
Naurah Cahya
Auliya 9 P 1108,6 59,9 111,9 44,0 44,1 78,7 54,6 75,9
Siti Najwa
Kaluku 9 P 1504,6 81,3 109,6 43,1 77,7 158,6 83,3 115,7
Ahmad fadilah 10 L 1789,0 96,7 215,5 84,8 70,1 143,1 74,1 102,9
Dhea 9 P 1788,3 96,7 211,8 83,4 69,9 142,7 56,0 77,8
Rata-rata keseluruhan 1225,657644 64,046395 160,190226 59,31757577
43,3711
7794 80,3277795 45,56315789 65,25798995