BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB...

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Persalinan a. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi kepala dalam kurung waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Prawihardjo S, 2008; h.100). Persalinan adalah proses penggerakan keluar janin, plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada sistem reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai. Persalinan sendiri dapat dibahas dalam bentuk mekanisme yang terjadi selama proses dan tahapan yang dilalui wanita.(Bobak, Lowdermilk, dkk, 2005; h. 245) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks karena adanya pergerakan janin keluar di ikuti dengan lahhirnya plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Persalinan terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). b. Sebab sebab Mulainya Persalinan Teori yang berkaitan dengan mulainnya kekuatan his yang memungkinkan terjadinya proses persalinan : 11

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi kepala dalam kurung waktu 18

jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Prawihardjo S, 2008;

h.100).

Persalinan adalah proses penggerakan keluar janin, plasenta dan

membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi

pada sistem reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum

persalinan dimulai. Persalinan sendiri dapat dibahas dalam bentuk

mekanisme yang terjadi selama proses dan tahapan yang dilalui

wanita.(Bobak, Lowdermilk, dkk, 2005; h. 245)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks

karena adanya pergerakan janin keluar di ikuti dengan lahhirnya plasenta

dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Persalinan terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu).

b. Sebab – sebab Mulainya Persalinan

Teori yang berkaitan dengan mulainnya kekuatan his yang

memungkinkan terjadinya proses persalinan :

11

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

12

1) Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. merupakan faktor yang

dapat menganggu sirkulasi uteroplasenter.

2) Teori penurunan progesterone

Dua minggu sebelum persalinan di mulai terjadi penurunan

kadar hormon estrogen dan progesteron. Hormon progesteron

bekerja sebagai penegangan otot-otot polos di rahim. Penurunan

progesteron akan menimbulkan his.

3) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat

mengubah sensitivitas otot , sehingga sering terjadi kontraksi braxton

hicks. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya

kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga

persalinan dimulai.

4) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan

15 minggu, yang dikeluarkan desidua. Pemberian prostaglandin

pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga

terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu

terjadinya persalinan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

13

c. Tahap – tahap Persalinan

1) Persalinan Kala I

Persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Proses ini berlangsung

kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu:

a) Fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3

cm, dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai

pembukaan 10 cm.

b) Fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu :

(1) Fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm,

(2) Fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm sampai

dengan 9 cm.

(3) Fase deselerasi, dimana pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.

2) Persalinan Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap 10 cm sampai bayi lahir.

Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat kurang

lebih 2-3 menit sekali. Dalam kondisi yang normal pada kala ini

kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, maka pada saat his

dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa ada tekanan

pada rektum dan seperti akan buang air besar. Kemudian perenium

mulai menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya anus. Labia

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

14

mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam

vulva pada saat ada his. Jika dasar panggul sudah berelaksasi,

kepala janin tidak masuk lagi diluar his. Dengan kekuatan his dan

mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput

dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah

his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan

badan bayi.

3) Persalinan Kala III

Dimulai dari segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Ketika plasenta terlepas atau sepenuhnya terlepas tetapi

belum keluar,maka perdarahan terjadi di belakang plasenta sehingga

uteurus tidak dapat berkontraksi sepenuhnya karena plasenta masih

di dalam. Kontraksi pada otot uterus merupakan mekanisme fisiologi

yang menghentikan perdarahan. (Prawihardjo S, 2008, h; 115)

4) Persalinan Kala IV

Pada saat ini adalah waktu untuk pemantauan. Memantau ibu

setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan

setiap 30 menit pada jam kedua setelah plasenta lahir. (Prawihardjo

S, 2008, h; 118)

Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah :

a) Tingkat kesadaran penderita

b) Pemeriksaan tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi dan

pernafasan

c) Kontraksi uterus

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

15

d) Terjadinya perdarahan.

Perdarahan dianggap masih normal jika jumlah tidak melebihi 400

sampai 500 cc.(Sumarah, Yani, Nining, 2008, h; 8)

d. Tanda – tanda Persalinan

Untuk mendiagnosa persalinan pastikan perubahan serviks dan

kontraksi yang cukup :

1) Perubahan serviks, kepastian persalinan dapat ditentukan hanya jika

serviks secara progresif menipis dan membuka.

2) Kontraksi yang cukup / adekuat, kontraksi dianggap adekuat jika :

a) Kontraksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit, setiap

kontraksi sedikitnya 40 detik

b) Uterus mengeras selama kontraksi, sehingga tidak bisa menekan

uterus mengguanakan jari tangan.

Sangat sulit membedakan antara persalinan sesungguhnya

dengan persalinan semu. Indikator persalinan sesungguhnya ditandai

dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks. Ketika ibu

mengalami persalinan semu, ia merasakan kontraksi yang menyakitkan,

namun kontraksi tersebut tidak menyebabkan penipisan dan pembukaan

serviks. Persalinan semu bisa terjadi beberapa hari atau beberapa

minggu sebelum permulaan persalinan sesungguhnya. Karena persalinan

semu sangat menyakitkan, mungkin sulit bagi ibu untuk menghadapi

masa ini dalam kehamilannya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

16

Tabel 2.1 Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan semu

Persalina

Sesungguhnya Persalina Semu

Serviks menipis dan membuka Tidak ada perubahan pada serviks

Rasa nyeri dan interval teratur Rasa nyeri tidak teratur

Interval antara rasa nyeri yang

secara perlahan semakin pendek

Tidak ada perubahan interval antara

rasa nyeri yang satu dengan yang

lainnya

Waktu dan kekuatan kontraksi

semakin bertambah

Tidak ada perubahan pada waktu dan

kekuatan kontraksi

Dengan berjalan bertambah

intensitas

Tidak ada perubahan rasa nyeri

dengan berjalan

Ada hubungan antara tingkat

kekuatan kontraksi dengan intensitas

nyeri

Tidak ada hubungan antara tingkat

kekuatan kontraksi uterus dengan

intensitas rasa nyeri

Lendir darah sering tampak Tidak ada lendir darah

Ada penurunan bagian terendah

janin

Tidak ada kemajuan penurunan bagian

terendah janin

Kepala janin sudah terfiksasi di PAP

diantara kontraksi

Kepala belum masuk PAP walaupun

ada kontraksi

Pemberian obat penenang tidak

menghentikan prose persalinan

sesungguhnya

Pemberian obat penenang yang

efesien menghentikan rasa nyeri pada

persalinan semu

2. Ketuban Pecah Dini

a. Definisi

Pengertian KPD menurut pendapat Rayburn WF dan Carey JC

yang dimaksud dengan ketuban pecah dini (KPD) adalah ketuban yang

pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum

persalinan dimulai. Masa laten biasanya berlangsung sekurangnya satu

jam.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

17

Ketuban pecah dini di definisikan sebagai pecah ketuban sebelum

waktunya, tanpa memperhatikan usia gestasi. Namun, dalam praktik dan

dalam penelitian, pecah ketuban dini didefinisikan sesuai dengan jumlah

jam dari waktu pecah ketuban sampai awitan persalinan. (Varney H, 2008;

h.788). Pendapat HK Joseph dan S Nugroho (2010; h. 185) ketuban

pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan pada

pembukaan < 4 cm. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pada

kehamilan yang telah viable dan 6 jam setelah itu tidak di ikuti dengan

terjadinya persalinan. (M Achadiat, 2004; h.81)

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses

persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya ketuban

sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia

kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan

prematur(Prawihardjo S,2008, h:677)

Dari pengertian – pengertian diatas disimpulkan pengertian

ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum adanya pembukaan <

4 cm tanpa melihat usia gestasi. Pecahnya ketuban secara spontan pada

sembarang usia kehamilan dan 6 jam sebelum adanya persalinan.

b. Etiologi

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan

secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor – faktor yang

berhubungan erat KPD, namun faktor – faktor mana yang lebih berperan

sulit diketahui.

Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

18

1) Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban atau

infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.

2) Serviks yang inkompetensia yaitu kondisi serviks yang kurang lentur

sehingga tidak mampu menahan kehamilan, kanalis servikalis yang

selalu terbuka karena kelainan serviks uteri. Serviks yang

inkompetensia disebabkan karena laserasi sebelumnya melalui

ostium uteri internum atau merupakan suatu kelainan konginetal

pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa

perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trisemester kedua

atau awal trisemester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan

robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepse (Wiknjosastro,

2005; h.220)

3) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihan misalnya trauma, hidramnion, gemeli. Pada gemeli

diketahui akan terjadi tekanan intra uterin sehingga kulit ketuban

mudah pecah (Varney H, 2008; h.788).

4) Trauma yang di dapat, misalnya hubungan seksual, pemeriksaan

dalam, maupun amniosintesis menyebabkan KPD.

5) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian

terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi

tekanan terhadap membran bagian bawah.

6) Faktor lain :

a) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang

tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk

kelemahan jaringan kulit ketuban.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

19

b) Faktor predisposisis antara kepala janin dan panggul ibu.

c) Faktor merokok

d) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C).

Wanita yang memiliki jumlah asupan vitamin C yang kurang dari

10%memiliki dua kali resiko terjadinya ketuban pecah dini. (Siega-

Riz A M, Promislow J H E, Savitz D A, Thorp J M, McDonald

T.Vitamin C intake and the risk of preterm delivery)

c. Tanda dan Gejala

1) Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina.

2) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,

mungkin cairan tersebut merembes atau menetes dengan ciri pucat

dan bergaris warna darah.

3) Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi

sampai persalinan.

4) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung

janin bertambah cepat merupakan tanda – tanda infeksi yang terjadi.

d. Diagnosa

1) Riwayat

a) Jumlah cairan yang hilang : ketuban pecah dapat menyebabkan

pengeluaran cairan dalam jumlah besar atau rembes dalam

jumlah kecil yang terus-menerus.

b) Tidak mampu mengontrol kebocoran cairan dengan senam kegel

; yang membedakan inkontinensia urine

c) Waktu terjadinya ketuban pecah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

20

d) Warna cairan : jernih atau keruh; jika bercampur mekonium:

kuning atau hijau

e) Bau cairan: bau apak, berbeda dari bau urine

f) Senggama terakhir: semen yang keluar dari vagina dapat di

sangka ciaran amnion.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan dengan spekulum steril

(1) Inspeksi genetalia eksternal untuk melihat adanya cairan.

(2) Lihat adanya cairan yang mengalir dari ostium serviks.

(3) Lihat genangan cairan amnion.

(4) Minta wanita untuk mengejan, tekan dengan lembut pada

fundus atau angkat bagian presentasi perabdomen sehingga

cairan bisa mengalir.

(5) Observasi cairan untuk mengetahui adanya lanugo atau

verniks kaseosa.

(6) Lihat serviks untuk memperkirakan pembukaan jika

pemeriksaan dalam tidak dilakukan.

(7) Lihat serviks untuk mengetahui adanya prolaps tali pusat atau

ekstremitas janin.

b) Tes Laboratorium

(1) Tes pakis positif

(2) Tes kertas nitrazin positif

(3) Ultrasonografi untuk mendeteksi oligohidramnion jika

ultrasonografi sebelumnya tidak memberikan gambar yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

21

jelas (pastikan untuk menyingkirkan penyebab lain

oligohidramnion)

(4) Spesimen untuk kultur streptokokus grup B

(5) Kultur herpes, jika diindikasikan (Jan M Kriebs dan Carolyn L

Geoger, 2005, h;398)

e. Komplikasi

Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin

adalah :

1) Komplikasi pada ibu :

a) Infeksi dalam persalinan

Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah dapat

menyebabkan sepsis.

b) Infeksi pada masa nifas

c) Partus lama

d) Perdarahan post partum

e) Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)

2) Komplikasi pada janin :

a) Prematuritas

Masalah yang terjadi pada persalinan premature

diantaranya adalah respiratory distress sindrome, hypothermia,

hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.

b) Prolaps tali pusat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

22

c) Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)

Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, partus

lama, apgar score rendah, perdarahan intrakranial, respiratory

distress.

d) Sindrom deformitas janin

Terjadi akibat oligohiramnion. Diantaranya terjadi

hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin

terhambat.

e) Morbiditas dan mortalitas perinatal (Marsha Kumaira, 2012,

h;181)

f. Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi.

Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya

angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.

Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan.Kalau

umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan

pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan

letak janin.Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan

adalah RDS dibandingkan dengan sepsis.Oleh karena itu pada kehamilan

kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang

optimal untuk persalinan.Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih

biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan

sepsis pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan

mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

23

berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya

periode laten.

1) Terapi

a) Konsevatif

(1) Pasien di rawat di rumah sakit.

(2) Bila KPD > 6 jam, diberikan antibiotika (golongan penisilin

seperti ampisilin atau amoksilin atau eritrosinsilin jika tidak

tahan terhadap penisilin).

(3) Pada usia kehamilan <32-34 minggu, pasien di rawat selama

air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar

lagi.

(4) Pada usia kehamilan < 32-34 minggu dimana air ketuban

masih tetap keluar, maka dapat dipertimbangkan untuk

mengakhiri kehamilan pada usia 35 minggu (sangat

tergantung dari kemampuan melakukan perawatan terhadap

bayi premature).

(5) Bila terdapat kecenderungan infeksi, maka kehamilan harus

segera diakhiri .

(6) Pada usia kehamilan 32-34 minggu dapat diberikan steroid

untuk memacu pematangan paru janin.

b) Aktif

(1) Pada usia kehamilan aterm dilakukan induksi persalinan. Bila

induksi persalinan induksi persalinan gagal lakukan seksio

sesaria.

(2) Keadaan CPD atau letak lintang di lakukan seksio sesaria.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

24

(3) Bila terdapat tanda – tanda infeksi diberikan antibiotika dosis

tinggi kombinasi dan persalinan segera diakhiri

(a) Pelvic score < 5, maka lakukan seksio sesaria.

(b) Pelvic score >5 , tetap lakukan induksi persalinan,

usahakan persalinan pervaginam.

(c) Infeksi berat.

Tabel 2.2 :Skor pelvic menurut Bishop

Skor 0 1 2 3

Pembukaan serviks (cm) 0 1-2 3-4 5-6

Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%

Penurunan kepala di ukur dari bidang Hodge III(CM)

-3 -2 -1.0 +1 +2

Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak

Posisi serviks Kebelakang Searah sumbu jalan lahir

Ke arah depan

Sumber,Wiknjosastro.2007.h;75

Kebanyakan penulis sepakat mengambil 2 faktor yang harus

dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap

penderita KPD yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi

pada ibu.

1) Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu)

(a) Pemberian Induksi

Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan

menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 %

kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam

setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

25

ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan

induksi persalinan. Pelaksanaan induksi persalinan perlu

pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan

jalannya proses persalinan yang berhubungan dengan

komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat

menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his

terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin

berkepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan

memperhatikan Bishop score, jika > 5 induksi dapat dilakukan,

sebaliknya jika < 5, dilakukan pematangan serviks, jika tidak

berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.

(b) Pemberian antibiotik

Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi

pada ibu. Walaupun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin

dalam uterus namun pencegahan terhadap chorioamninitis lebih

penting dari pada pengobatannya sehingga pemberian antibiotik

profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya

diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakkan dengan

pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan

infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung

lebih dari 6 jam.

2) Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)

Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang

bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaannya bersifat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

26

konservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai

profilaksis.

(a) Pemberian tokolitik

Penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan dalam

posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam

untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan

bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan tocolitic agent diberikan

juga bertujuan menunda proses persalinan. Agonis beta –

adrenergikseperti salbutamol, terbutalin dan khususnya ritodrin

merupakan tokolitik yang paling sering digunakan (Liu, David

2008; 164)

(b) Pemberian Kortikosteroid

Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian

kortikosteroid (deksametason 2x6 mg atau betametason 1x12 mg

dalam 2 hari) pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah

agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau

melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda

infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa

memandang umur kehamilan. Pemberian kortikosteroid antenatal

pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti dapat

menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of

Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid

pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada

infeksi intramanion. Sediaan terdiri atas Betametason 2 dosis

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

27

masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau Dexametason 4 dosis

masing-masing 6 mg tiap 12 jam.

(c) Induksi Persalinan

Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai

berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata

dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang

tidak ringan. Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi: gawat

janin sampai matinya janin, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air

ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi. Kegagalan dari

induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah

sesar.Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan,

tindakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata

karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik

yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju,

dll. Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat

tindakan aktif. Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat

menyebabkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan

pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan pengelolaan

konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan

terhadap kemungkinan infeksi intrauterin. Sikap konservatif

meliputi pemeriksaan leukosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan

tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan

denyut jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis

ditegakkan dan selanjutnya setiap 6 jam.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

28

B. Tinjauan Asuhan Kebidanan

1. Tinjauan Asuhan Kebidanan dengan Varney

Manajemen kebidanan menurut Varney proses penatalaksanaan

terdiri dari tujuh langkah berurutan secara periodik disempurnakan. Proses

penatalaksanaan di mulai dengan mengumpulkan data dasar cakup seluruh

kerangka kerja yang dapat diaplikasikan pada setiap situasi. Kemudian,

setiap langkah dapat dibagi menjadi tugas-tugas lebih spesifik dan bervariasi

untuk disesuaikan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.

a. Langkah I

Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang

menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini

meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvik sesuai indikasi,

meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau

catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil

laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar

yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi

yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir. Bidan

mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi

mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka mendapat konsultasi

dokter sebagai bagian dar penatalaksanaan kolaborasi. Pada waktu

tertentu, langkah saty tumpang tindih dengan langkah lima dan langkah 6

(atau menjadi bagian dari sebuah alur berkelanjutan) karena upaya

memperoleh data tambahan dari uji laboratorium atau penelitian diagnosis

lain dapat merupakan bagian dari rencana. Kadang – kadang bidan perlu

memulai langkah dengan langkah empat.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

29

b. Langkah II

Langkah kedua bermula dari data dasar seperti menginterpretasi

data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta

kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasikan khusus. Kata

masalah dan diagnosis sama – sama digunakan karena beberapa

masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap

perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan yang

menyeluruh. Masalah sering klai berkaitan dengan bagaimana ibu

menghadapi kenyataan tentang diagnosanya dan ini sering kali bisa

diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengalami masalah

seseorang. Sebagai contoh, seorang wanita didiagnosis sedang hamil

dan masalah yang berhubungan adalah ia tidak menginginkan

kehamilannya. Contoh lain: seorang wanita berada pada trisemer tiga dan

mengalami ketakutan menjelang bersalin dan melhirkan anak. Merasa

takut tidak sesuai dengan kategori apapun dalam nomenklatur diagnostik

standar, tetapi yang pasti, hal ini menciptakan masalah yang perlu digali

lebih lanjut. Selanjutnya sebuah rencana harus dikembangkan untuk

c. Langkah III

Mengidentifikasikan masalah atau diagnosis potensial berdasarkan

masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,

pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada jenuh dan

persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini

adalah langkah yang sangat penting dalam memberi perawatan

kesehatan yang aman. Sebagai contoh, seorang wanita memiliki uterus

yang mengalami distensi berlebihan (overdistention). Melihat keadaan ini,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

30

bidan harus memperkirakan alasan terjadinya distensi-berlebihan ( mis,

polihidramnion, bayi besar untuk masa kehamilan, ibu diabetes

gestasional,atau kehamilan kembar) dan kemudian mengambil langkah

antisipasi, melakukan tindakan kewaspadaan dan kemudian

mempersiapkan beberapa alternatif tindakan terhadap kemungkinan

pendarahan pascapartum mendadak sebagai akibat atoni uterus karena

distensi berlebihan. Pada keadaan bayi besar tunggal, bidan harus

mengantisipasi dan bersiap terhadap kemungkinan distosia bahu dan

kebutuhan bayi untuk mendapat tindakan resusitasi.

d. Langkah IV

Langkah empat mencerminkan kesinambungan proses

penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer

atau kunjungan pranatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan

keperawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya saat ia

menjalani persalinan. Data baru yang diperoleh lalu dikaji dan kemudian

evaluasi. Beberapa data mengindikasikan situasi kedaruratan, yang

mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat untuk

mempertahankan nyawa ibu

e. Langkah V

Pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik

pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan

yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan setiap

informasi tambahan yang hilang atau diperlukan untuk melengkapi data

dasar. Sebuah rencana perawatan yang menyeluruh tidak hanya

melibatkan kondisi pasien yang terlihat dan masalah lain yang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

31

berhubungan, tetapi juga menggembarkan petunjuk antisipasi bagi pasien

tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Petunjuk antisipasi ini juga

mencakup pendidikan dan konseling kesehatan semua rujukan untuk

mengatasi masalah sosial, ekonomi, agama, keluarga, budaya, atau

psikologis. Setiap hal yang berkaitan dengan aspek perawatan kesehatan

dapat digunakan dalam rencana perawatan kesehatan. Sebuah rencana

kesehatan harus menguntungkan baik bidan maupun pasien supaya

dapat memberi perawatan kesehatan yang efektif, karena pasien dan

keluarganya adalah pihak yang nantinya melaksanakan rencana yang

telah dibuat bersama. Kesimpulannya setiap tugas yang dilakukan pada

setiap langkah ditetapkan setelah dirumuskan dan didiskusikan bersama

pasien atau keluarga untuk mengonfirmasi persetujuan atas nama pasien.

f. Langkah VI

Melaksanakan rencana keperawatan secara menyeluruh. Langkah

ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan

sebagian oleh pasien, keluarga pasien, bidan atau anggota tim kesehatan

lain. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan bertanggung jawab

untuk memastikan bahwa implementasi benar – benar dilakukan. Pada

keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter memberikan konstribusi

terhadap penatalaksanaanperawatan ibu dengan komplikasi, bidan dapat

mengambil tanggung jawab mengimplementasi rencana perawatan

kolaborasi yang menyeluruh. Implementasi yang efesien akan

meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas perawatan

kesehatan. Suatu komponen implementasi yang sangat penting adalah

pendokumentasian secara, berkala, akurat, dan menyeluruh.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

32

g. Langkah VII

Langkah untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang

dilakukan benar –benar mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan

pasien seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah,

diagnosis, maupun kebutuhan perawatan kesehatan. Rencana tersebut

menjadi efektif bila bidan mengimplementasi semua tindakan dalam

rencana. Apabila kita memandang proses penatalksanaan sebagai

sebuah proses yang berkesinambungan, maka sangat penting untuk

memperbaiki setiap perawatan yang tidak efektif dan kemudian rencana

perawatan disesuaikan lagi. Proses penatalaksanaan sebagai sebuah

rangkaian proses yang berkelanjutan untuk tenaga klinik dengan mudah

berespons terhadap setiap perubahan aktual atau potensial pada kondisi

pasien.

2. Tinjauan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini

a. Pengkajian Tinjauan Asuhan Kebidanan Ibu

Cara melakukan anamnesis atau wawancara untuk menggali

masalah kebidanan. Dalam wawancara diperolah gambaran umum status

kesehatan dan data subjektif dari pasien yang meliputi :

1) Data Subjektif

a) Umur

Umur dikaji untuk mengetahui usia ibu saat ini, karena jika

umur ibu bukan di antara 20-35 tahun merupakan resiko tinggi

hamil dan persalinan dengan ketuban pecah dini. Jika pada umur

kurang dari 20 tahun resiko tinggi hamil dan persalinan karena

belum siapnya organ reproduksi untuk dibuahi, sedangkan umur

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

33

35 tahun lebih berkaitan dengan kondisi serviks yang kurang

lentur. Karena kondisi serviks yang kurang lentur menyebabkan

terjadinya KPD.

b) Keluhan utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui yang dirasakan

ibu saat ini yang berhubungan dengan ketuban pecah dini pada

saat pengkajian, ibu mengatakan merasakan adanya air yang

keluar dengan tiba – tiba dari jalan lahir ibu yang tidak bisa

ditahan oleh ibu yang disertai bau yang khas. Sejak kapan ibu

merasakan hal tersebut untuk memastikan terjadinya ketuban

pecah berapa jam sebelum adanya persalinan (Varney)

c) Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu, sekarang, dan keluarga apakah

ada penyakit penyerta kehamilan atau tidak, adanya riwayat

kehamilan kembar, karena kehamilan kembar dapat

meningkatkan tekanan intra uterin sehingga terjadi ketuban

pecah dini (HK Joseph, S Nugroho, 2010; h.186)

d) Riwayat Obstetri

(1) Riwayat haid

Menanyakan hari pertama haid terakhir untuk

mengetahui berapa umur kehamilan saat ini dan mengetahui

tafsiran persalinan. Untuk mengetahui tindakan yang sesuai

dengan umur kehamilan. Jika umur kehamilan < 37 minggu

akan di berikan antibiotik, tokolitik dan kortikosteroid (Liu

David TY, 2008; 164). Dan jika umur kehamilan > 37 minggu

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

34

berikan atibiotik dan lakukan induksi (Khumaira M, 2012; h.

184).

(2) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Riwayat persalinan di tanyakan untuk mengetahui

adakah riwayat pecahnya ketuban sebelum persalinan.

Riwayat ketuban pecah dini salah satu faktor resiko dar

ketuban pecah dini (HK Joseph, S Nugroho, 2011; h.186).

(3) Riwayat kehamilan sekarang

Ditanyakan untuk mengetahui berapa kali melakukan

pemeriksaan kehamilannya. Tujuannya untuk mendeteksi

adanya faktor penyebab ketuban pecah dini, faktor yang

dapat di deteksi selama pemeriksaan kehamilan adalah

kehamilan kembar dan hidramnion yang dapat menyebabkan

terjadinya ketuban pecah dini (HK Joseph, S Nugroho, 2011;

h.186)

(4) Pola aktivitas sehari – hari

(a) Pola nutrisi

Kebutuhan nutrisi dikaji untuk mengetahui

pemenuhan nutrisi ibu pada saat hamil karena penyebab

lain terjadinya ketuban pecah dini adalah kurangnya

asupan vitamin C. Jumlah asupan vitamin C yang kurang

dari 10%memiliki dua kali resiko terjadinya ketuban pecah

dini. (Siega-Riz A M, Promislow J H E, Savitz D A, Thorp

J M, McDonald T.2003)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

35

(b) Pola seksual

Ditanyakan untuk mengetahui kapan ibu

melakukan hubungan seksual dengan suami karena di

dalam cairan sperma terdapat prostaglandin yang

menyebabkan kontraksi uterus (Corwin JE, 2009; h.766).

Sehingga menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum terdiri dari pemeriksaan tanda – tanda

vital meliputi tekanan darah, suhu, respirasi ibu, dan denyut

jantung janin setiap 4 jam sekali. Pemeriksaan suhu dan nadi

dilakukan untuk mengetahui adakah infeksi atau tidak. Nadi dikaji

karena berkaitan dengan kejadian takikardi. Karena jika adanya

peningkatan suhu dan nadi merupakan tanda dari infeksi. Selain

tanda vital lakukan pengukuran tinggi badan untuk mengetahui

apakah ibu dengan panggul sempit atau tidak. Karena jika ibu

memiliki panggul sempit untuk penatalaksanaannya dilakuakan

seksio sesaria. (Varney H, 2007; h. 791)

b) Status present

(1) Abdomen

Untuk mengetahui tinggi fundus uterus sesuai usia

kehamilan atau tidak, jika tunggi fundus uterus lebih besar

dari usia kehamilan menandakan overdistensi uterus atau

gemeli yang merupakan faktor resiko terjadinya ketuban

pecah dini (Manuaba, 2010; h. 283).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

36

(2) Genetalia untuk mengetahui keluarnya cairan ketuban atau

bukan, karena ibu yang mengalami infeksi pada vagina

merupakan faktor resiko ketuban pecah dini.

c) Status obstetri

(1) Inspeksi : dilakukan untuk melihat cairan ketuban yang keluar

dari jalan lahir ibu, sedikit atau banyak. Pastikan cairan yang

keluar adalah air ketuban, dengan mencium bau cairan

amnion. Cairan amnion memiliki bau apek yang khas yang

membedakannya dari urine (Varney H, 2008; h.789).

(2) Palpasi : untuk mengetahui letak janin normal atau tidak.

Karena jika terdapat kelainan letak merupakan salah satu

penyebab ketuban pecah dini. Letak lintang dapat

menyebabkan ketuban pecah dini karena tidak adanya

bagian terendah janin yang menutupi pintu atas panggul yang

dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian

bawah(S Nugroho, 2010; h. 186). Untuk itu lakukan palpasi

leopold :

(a) Leopold I menentukan tinggi fundus uteri dan

menentukan bagian fundus kepala atau bokong.

(b) Leopold II menentukan bagian kanan dan kiri ibu,

punggung dan ekstremitas janin

(c) Leopold III menentukan bagian terendah janin

(d) Leopod IV untuk mengetahui bagian terbawah janin

sudah masuk panggul atau belum.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

37

d) Aukskultasi dilakukan untuk memantau denyut jantung janin.

Untuk mengetahui kemungkinan terjadi takikardi pada janin yang

di sebabkan karena infeksi pada ketuban pecah dini. Jika

terjadinya infeksi maka berikan antibiotik.

e) Pemeriksaan dalam di gunakan untuk mengetahui kemajuan

persalinan pada pasien KPD setiap 4 jam sekali.

f) Pemeriksaan penunjang

(1) Pemeriksaan laboratorium

Memastikan bahwa cairan yang keluar adalah cairan

ketuban menggunakan tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas

lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air

ketuban. Kertas lakmus merah mengandung basa,

sedangkan kertas lakmus merah yang berubah menjadi

warna biru tandanya cairan tersebut bersifat basa. Seperti

pada cairan amnion mengandung basa (S Nugroho, 2010;

h.188)

(2) Pemeriksaan ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk

mengetahui masih cukup atau tidak cairan amnionnya.

Karena jika kekurangan cairan amnion dapat menyebabkan

hipoksia pada janin (Khumaira M, 2012; h.182)

b. Interpretasi Data

1) Diagnosa

Diagnosa kebidanan dibuat berdasarkan dengan analisis data

yang telah dikumpulkan dan yang telah dibuat berdasarkan dengan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

38

kesenjangan yang di alami oleh pasien. Ny...G...P...A...umur...tahun

hamil...minggu dengan ketuban pecah dini.

a) Data subjektif

Ibu mengatakan umur...tahun, hamil ke... belum pernah

keguguran dan ibu merasa khawatir karena keluarnya cairan dari

jalan lahir, keluar sejak jam....

b) Data objektif

Data objektinya adalah ibu mengeluarkan cairan dari jalan

lahir sejak..., belum keluar lendir darah, hari pertama haid

terakhir.

(1) Suhu dikaji untuk mengetahui apakah suhu tubuh ibu normal

atau lebih dari normal (> 380C), karena suhu yang meningkat

merupakan tanda terjadinya infeksi.

(2) Nadi di hitung untuk mengetahui laju nadi yang berhubungan

dengan adanya takikardi yang di sebabkan oleh infeksi vagina

yang menyebabkan ketuban pecah dini.

(3) Tinggi badan di ukur untuk mengetahui tinggi badan ibu

kurang dari 145 cm atau tidak, jika tinggi badan kurang dari

sama dengan 145 cm tindakan penatalaksanaannya lakukan

seksio sesaria pada ketuban pecah dini.

2) Masalah

Masalah yang muncul pada ibu adalah kurangnya tingkat

pengetahuan dan informasi tentang ketuban pecah dini yang

menimbulkan ke khawatiran pada ibu.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

39

c. Diagnosa Potensial

Pada ketuban pecah dini akan timbul komplikasi yang mendukung

ketuban pecah dini baik pada ibu maupun pada bayi. Komplikasi yang

timbul pada ketuban pecah dini dapat terjadi infeksi maternal maupun

neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat,

meningkatnya insiden seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal

(Prawihardjo S, 2008; h.678).

d. Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera atau Kolaborasi dan

Konsultasi

Tindakan segera yang dilakukan pada ketuban pecah dini adalah

berikan antibiotik (ampicillin). Jika umur kehamilan 32 - 34 minggu, di

rawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak

keluar lagi. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada

infeksi, tes busa negatif beri deksometason, observasi tanda – tanda

infeksi dan kesejahteraan janin. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu

sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan tokolitik dan induksi setelah 24

jam. Dan jika usia kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila

induksi gagal lakukan seksio sesaria (Prawihardjo S, 2008, h; 680).

e. Perencanaan

Rencana tindakan yang dilakukan pada ibu dengan ketuban pecah

dini pada kala I sebagai berikut :

1) Jelaskan hasil tindakan yang dilakukan. Ibu merasa khawatir

menghadapi persalinan karena disertai dengan ketuban pecah dini

(Varney H, 2007 ; h.792)

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

40

2) Berikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi (Prawihardjo S,

2008, h; 680).

3) Lakukan pemasangan infus menggunakan cairan RL.

4) Lakukan induksi dengan diberikan oksitosin pada cairan infus dan

mengatur tetesan infus di mulai dari 8 tetes per menit setiap 15 menit

naikkan 4 tetes hingga 20 tetes per menit.

5) Anjurkan ibu untuk di dampingi oleh suami atau keluarganya, karena

dukungan dari suami dan keluarga di perlukan dalam proses

persalinan (JNPK KR)

6) Berikan dukungan emosional pada ibu dan keluarga, agar menurangi

rasa tegang untuk membantu kelancaran proses persalinan dan

kelahiran bayi (Depkes RI, 2008; h.79).

7) Berikan makan dan minum untuk menambah tenaga pada saat

proses perasalinan dan kelahiran bayi. Berikan makanan yang

mudah dan cepat di cerna, untuk cepat membentuk energi pada ibu

saat persalinan. Untuk memberikan tenaga pada ibu saat meneran

(JNPK-KR, 2008, hal;146).

8) Lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital ibu setiap 4 jam sekali,

untuk mengetahui adakah komplikasi pada ibu atau tidak seperti

peningkatan suhu. Pemeriksaan pada janin adalah denyut jantung

janin setiap 5-10 menit, untuk mengetahui ada tidaknya gawat janin

(JNPK-KR, 2008, hal;146).

9) Anjurkan ibu untuk tetap berada di tempat tidur, untuk mempertahan

jumlah cairan ketuban yang ada, sehingga ibu tidak terlalu banyak

mengeluarkan cairan ketuban.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

41

10) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak di perlukan, karena

pemeriksaan dalam yang terlalu sering dapat menyebabkan infeksi

pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini (Varney, 2008, h ; 78).

11) Periksa pengeluaran cairan ketuban, kemungkinan terjadi

ketidaknormalan pada ibu dan janin.

12) Palpasi fundus uteri untuk mengetahui jumlah kontraksi dalam 10

menit.

13) Siapkan partus set, hecting set, dan resusitasi.

f. Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan ibu bersalin dengan ketuban

pecah dini pada kala I sesuai dengan asuhan kebidanan pada langkah

perencanaan diatas. Ketuban pecah dini yang terjadi pada umur

kehamilan > 37 minngu berikan induksi untuk mempercepat persalinan

dan mengurangi terjadinya infeksi juga di berikan antibiotika. Sedangkan

jika umur kehamilan < 37 minggu di pertahankan kehamilannya dengan

diberikan tokolitik dan kortikosteroid untuk pematangan paru janin.

g. Evaluasi

Evaluasi mengunanakan dokuemntasi SOAP (Subjektive Objective

Assesment Planning) dimuali dari kala II. Mengevaluasi hasil induksi

apakah ada kemajuan persalinan atau tidak dengan penghitungan bishop,

jika penilaian > 5 lanjutkan induksi, namun jika penilaian < 5 hentikan

induksi dan lakukan seksio sesaria.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

42

Kala II

1. Subjektif

Ibu mengatakan sudah ingin meneran, ibu merasakan ada tekanan

pada anus dan ibu sudah merasa buang air besar (Depkes RI, 2008; h.77)

2. Objektif

Tanda gejala kala II yaitu dorongan meneran, tekanan pada anus,

perenium menonjol, vulva dan spinter ani membuka. Adanya lendir darah dan

pembukaan lengkap, kepala janin terlihat di introitus vagina (Depkes RI,

2008; h.77).

3. Assesment

Ny...G...P..A...umur...tahun, umur kehamilan... dalam persalinan kala

II dengan ketuban pecah dini.

4. Planning

a. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap,

anjurkan ibu untuk meneran seperti saat buang air besar, dagu menempel

pada dada, dan mata membuka melihat perut ibu.

b. Memposisikan ibu agar nyaman dalam proses persalinan dengan posisi

setengah duduk dan memeberikan kemudahan pada ibu untuk

beristirahat pada saat tidak ada kontraksi.

c. Memeriksa denyut jantung janin setiap 5-10 menit untuk mengetahui ada

tidaknya gawat janin.

d. Menganjurkan kepada keluarga atau suami untuk mendampingi ibu pada

saat proses persalinan.

e. Saat kepala bayi sudahh membuka vulva 5-6 cm, bantu melahirkan

kepala bayi dan lindungi perenium dengan tangan penolong untuk

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

43

menhindari terjadinya robekan perenium, setelah kepala bayi lahir cek

adakah lilitan tali pusat atau tidak, jika ada dan longgar maka longgarkan

tetapi jika melilit terlalu kuat di lakukan pemotongan tali pusat. Setelah

kepala bayi lahir tunggu putar paksi luar, setelah putar paksi luar menarik

kepala bayi ke arah atas untuk melahirkan bahu bawah dan menarik ke

bawah untuk melahirkan bahu atas, sangga susur dengan menelusuri

badan bayi sampai badan bayi lahir semua.

f. Potong tali pusat bayi, gunakan 2 klem dengan jarak 3 cm dengan klem

satu dengan yang lainnya kemudian potong tali pusat dan ikat dengan

benang tali pusat.

Kala III

1. Subjektif

Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya.

2. Obyektif

Adanya tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu adanya semburan

darag, tali pusat memanjang dan uterus globuler.

3. Assesment

Ny...P...A...umur...tahun dalam persalinan kala III dengan ketuban

pecah dini.

4. Planning

a. Memeriksa adanya bayi kedua dengan melakukan palpasi pada perut

ibu, berikan suntikan oksitosin 1 ampul ataua 10 UI secara intra muscular

pada sepertiga paha atas bagian luar. Pemberian oksitosin merangsang

kontraksi uterus yang akan membantu mempercepat pelepasan plasenta.

b. Setelah bayi lahir alasi perut ibu dengan kain bersih .

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

44

c. Lakukan penegangan tali pusat terkendali pada saat ada kontraksi.

d. Lahirkan plasenta setelah ada tanda – tanda pelepasan plasenta.

e. Massase fundus uteri segera setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya

perdarahan hingga kontraksinya baik. Pada pemberian induksi dapat

menyebabkan terjadinya laserasi jalan lahir yang menyebabkan

perdarahan karena kontraksi yang terlalu kuat.

Kala IV

1. Subjektif

Ibu mengatakan bahwa perut ibu sufah terasa mules.

2. Obyektif

Plasenta sudah lahir jam... kondisi tali pusat dan plasenta... jumlah

perdarahan...tinggi fundus uteri...berapa jari di bawah pusat.

3. Assesment

Ny...P...A...umur...tahun dalam persalinan kala IV dengan ketuban

pecah dini.

4. Planning

a. Memantau tanda – tanda vital ibu, tinggi fundus uteri, dan estimasi jumlah

kehilangan darah yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan

setiap 30 menit selama 1 jam kedua. Untuk mengetahui perdarahan yang

abnormal kemungkinan akibat induksi. Tanda vital di pantau untuk

mengetahui ketidaknormalan pada tanda vital seperti meningkatnya laju

nadi yang berhubungan dengan adanya takikardi pada ibu dan pantau

suhu ibu apakah meningkat atau tidak, jika meningkat kemungkinan ada

infeksi.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

45

b. Memantau kontraksi uterus dan anjurkan ibu atau keluarga untuk

melakukan massase dengan mengajarkan cara massase. Mencegah

terjadinya perdarahan karena kontraksi yang kurang baik.

c. Memantau suhu tubuh ibu setiap 2 jam pertama setelah persalinan.

d. Bersihkan ibu, bersihkan dan berekan alat, bersihkan diri penolong.

C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Landasan hukum yang digunakan oleh bidan dalam menjalankan asuhan

kebidanan pada ibu bersalin adalah :

1. Peran fungsi dan kompetisi bidan :

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa

persalinan.

b. Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa

persalinan.

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan

prioritas masalah.

d. Melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

e. Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah dinerikan.

2. Kepmenkes

Peraturan Menkes RI No.1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan

penyelenggaraan praktik bidan.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

46

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk melakukan pelayanan

meliputi :

a. Pelayanan jesehatan ibu;

b. Pelayanan kesehatan anak; dan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

(IBI, 2006).

Pasal 10, ayat :

a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9

huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan,

masa nifas, masa menyusui dan masa diantara dua kehamilan.

b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi;

1. Pelayanan konseling masa pra hamil

2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

3. Pelayanan persalinan normal

4. Pelayanan ibu nifas normal

5. Pelayanan ibu menyusui, dan

6. Pelayanan konseling pada ,asa antara dua kehamilan.

c. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (2) berwenang untuk :

1. Episiotomi

2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

3. Penanganan kegawat - daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

4. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

5. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teorirepository.ump.ac.id/979/3/Egi Cahyaning Putri BAB II.pdf · dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks ... Ada hubungan antara tingkat

47

6. Fasilitas/bimbingan inisiasi dan promosi air susu ibu eksklusif

7. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala II dan post partum

8. Penyuluhan dan konseling

9. Bimbingan pada kelompok ibu hamil

10. Pemberian surat keterangan kematian, dan

11. Pemberian surat keterangan cuti bersalin.