BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Hipertensirepository.ump.ac.id/2782/3/Gagah Satria...
-
Upload
duongthien -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Hipertensirepository.ump.ac.id/2782/3/Gagah Satria...
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius.
Hipertensi juga merupakan faktor risiko terhadap berbagai
penyakit lain, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, maupun
stroke. Hipertensi yang tidak dirawat dapat menyebabkan pengaruh
negatif pada fungsi kognitif yang memberikan masalah dalam
belajar, ingatan, pemusatan perhatian, penalaran abstrak,
fleksibilitas mental, dan keterampilan kognitif lain. Masalah ini
terutama terlihat pada penderita hipertensi berusia muda. Selain itu,
mereka yang mudah stres dan memiliki emosi negatif yang
memiliki kemampuan pemulihan rendah terlihat lebih banyak yang
menderita hipertensi (Hasan, 2008).
Definisi dari hipertensi itu sendiri adalah tekanan darah
presisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2002). Tekanan
darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
13
dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah
pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau
terlentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit
setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa
penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk
membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena
sebab-sebab yang diketahui (Yogiantoro, 2014).
Menurut The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada
orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro, 2014).
b. Epidemiologi
Hipertensi ditemukan pada semua populasi dengan angka
kejadian yang berbeda-beda, sebab ada faktor-faktor genetik, ras,
regional, sosiobudaya yang juga menyangkut gaya hidup yang juga
berbeda. Hipertensi akan makin meningkat bersama dengan
bertambahnya umur (Munter, 1994 dalam Yogiantoro, 2014).
Di seluruh dunia, hampir 1 miliar orang - sekitar
seperempat dari seluruh populasi orang dewasa - menyandang
hipertensi. Jumlah ini cenderung meningkat. Pada tahun 2025,
penyandang tekanan darah tinggi diperkirakan mencapai hampir
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
14
1,6 miliar. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi
saat ini dan pertambahan penduduksaat ini (Palmer & Williams,
2007).
Hipertensi mengambil porsi sekitar 60% dari seluruh
kematian dunia. Pada anak-anak yang tumbuh kembang hipertensi
meningkat mengikuti dengan pertumbuhan badan (Withworth,
2003 dalam Yogiantoro, 2014).
Bila anamnesa keluarga ada yang didapatkan hipertensi,
maka sebelum umur 55 tahun risiko menjadi hipertensi
diperkirakan sekitar empat kali dibandingkan dengan anamnesa
keluarga yang tidak didapatkan hipertensi. Setelah umur 55 tahun,
semua orang akan menjadi hipertensi (90%) (Chobanian, 2003
dalam Yogiantoro, 2014).
c. Etiologi
Hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak diketahui
(90%), bila ditemukan sebabnya disebut sekunder (10%).
Penyebabnya antara lain penyakit, obat-obatan, dan makanan
(DiPiro 2011 dalam Yogiantoro, 2014).
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial (primer)
memang tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak
disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini
disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Tipe initerjadi
pada sebagian besar kasus hipertensi-sekitar 95%. Penyebabnya
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
15
belum diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor
gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.
Sedangkan untuk hipertensi sekunder lebih jarang terjadi-
hanya sekitar 5% dari seluruh kasus hipertensi. Hipertensi tipe ini
disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau
reaksi terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB). Bila
tekanan darah tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi (keadaan
ini disebut hipertensi berat atau hipertensi maligna). Risiko relatif
hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-
faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik,
umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Palmer &
Williams, 2007).
d. Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada
pengukuran rata-rata dua kali atau lebih kunjungan.Klasifikasi
tekanan darah menurut The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC VII) :
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
Klasifikasi tekanan
darah
Tekanan darah sistolik
(mmHg)
Tekanan darah
diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi tahap 1 140 – 159 90 - 99
Hipertensi tahap 2 >160 > 100
e. Patofisiologi
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan
hemodinamika sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya
adalah multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya
satu mekanisme tunggal. Menurut Kaplan hipertensi banyak
menyangkut faktor genetik, lingkungan dan pusat-pusat regulasi
hemodinamika. Jika disederhanakan sebetulnya hipertensi adalah
interaksi cardiac output (CO) dan total peripheral resistence
(TPR) (Yogiantoro, 2014).
Menurut Udjianti (2010) tekanan arteri sistemik adalah
hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total
tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari
perkalian antara srtoke volume dengan heart rate (denyut jantung).
Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom
dan sirkulasi hormon. Jika salah satu kinerja dari komponen-
komponen tersebut terganggu maka itu akan mengganggu sistem
kerja aliran darah.
Tekanan
darah
Cardiac
Output
Peripheral
Resistance =
Stroke
Volume
Heart
Rate
Kontrol
Humoral
Kontrol sistem
saraf simpatis
Kontrol
lokal
×
×
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
Gambar 2.1 Skema Tekanan Darah
Namun, penyebab-penyebab terjadinya hipertensi ternyata
sangat banyak. Tidak bisa diterangkan hanya dengan satu faktor
penyebab. Memang betul pada akhirnya kesemuanya itu akan
menyangkut kendali natrium (Na) di ginjal sehingga tekanan darah
meningkat (Kaplan, 2010 dalam Yogiantoro, 2014).
Menurut Kaplan (2010) ada empat faktor yang
mendominasi terjadinya hipertensi :
(1) Peran volume intravaskuler.
(2) Peran kendali saraf autonom.
(3) Peran renin angiotensin aldosteron (RAA).
(4) Peran dinding vaskuler pembuluh darah.
Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor yang
mendominasi terjadinya hipertensi :
(1) Peran volume intravaskuler.
Menurut Kaplan (2010) tekanan darah tinggi adalah
hasil interaksi antara cardiac output (CO) atau curah jantung
dan TPR (total peripheral resistance, tahanan total perifer)
yang masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
Volume intravaskuler merupakan determinan utama
untuk kestabilan tekanan darah dari waktu ke waktu.
Tergantung keadaan TPR apakah dalam posisi vasodilatasi
atau vasokontriksi. Bila asupan NaCl meningkat, maka ginjal
akan merespons agar ekskresi garam keluar bersama urine ini
juga akan meningkat. Tetapi bila upaya mengeksresikan NaCl
ini melebihi ambang kemampuan ginjal maka ginjal akan
meretensi 𝐻2𝑂 sehingga volume intravaskuler meningkat.
Pada gilirannya CO atau Cl juga akan meningkat.
Akibatnya terjadi ekspansi volume intravaskuler, sehingga
tekanan darah akan meningkat. Seiring dengan perjalanan
waktu TPR juga akan meningkat lalu secara berangsur CO atau
Cl akan turun menjadi normal lagi akibat autoregulasi. Bila
TPR vasodilatasi tekanan darah akan menurun, sebaliknya bila
TPR vasokontriksi tekanan darah akan meningkat (Kaplan,
2010 dalam Yogiyantoro, 2014).
(2) Peran Kendali Saraf Autonom.
Persarafan autonom ada dua macam, yang pertama
ialah sistem saraf simpatis yang mana saraf ini yang akan
menstimulasi saraf viseral (termasuk ginjal) melalui
neurotransmiter : katekolamin, epinefrin, maupun dogamin.
Sedang saraf parasimpatis adalah yang menghambat
stimulasi saraf simpatis. Regulasi simpatis dan parasimpatis
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
berlangsung independen tidak tergantung oleh kesadaran otak,
akan tetapi terjadi secara automatis mengikuti siklus
sirkardian (Klabunde, 2005 & Lόpez, 2004 dalam Yogiantoro,
2014).
Ada beberapa reseptor adrenergik yang berada di
jantung, ginjal, otak serta dinding vaskuler pembuluh darah
ialah reseptor α1, α2, β1 dan β2. Belakangan ditemukan
reseptor β3 di aorta yang ternyata kalau dihambat dengan beta
bloker β1 selektif yang baru (nebivolol) maka akan memicu
terjadinya vasodilatasi melalui peningkatan nitrit oksida (NO)
(de Groot et al, 2003 dalam Yogiantoro, 2014).
Karena pengaruh-pengaruh lingkungan misalnya
genetik, stress kejiwaan, rokok, dan sebagainya, akan terjadi
aktifitas sistem saraf simpatis berupa kenaikan katekolamin,
nor epinefrin (NE) dan sebagainya.
Selanjutnya, neurotransmiter ini akan meningkatkan
denyut jantung (heart rate) lalu diikuti dengan kenaikan CO
dan CJ, sehingga tekanan darah akan meningkat dan akhirnya
akan mengalami agregasi platelet. Peningkatan
neurotransmiter NE ini akan mempunyai efek terhadap
jantung, sebab di jantung ada reseptor α1, β1 dan β2 yang akan
memicu terjadinya kerusakan miokard, hipertensi dan aritmia
dengan akibat progresivitas dari hipertensi aterosklerosis.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
Pada ginjal NE juga berefek negatif, sebab di ginjal ada
reseptor α1 dan β1 yang akan memicu terjadinya retensi
natrium, mengaktivasi sistem RAA, memicu vasokontriksi
pembuluh darah dengan akibat hipertensi aterosklerosis juga
makin progresif.
Selanjutnya bila NE kadarnya tidak pernah normal
maka sindroma hipertensi aterosklerosis juga akan berlanjut
makin progresif menuju kerusakan organ target/Target Organ
Damage (TOG) (Klabunde, 2005 & Lόpez, 2004 dalam
Yogiantoro, 2014).
(3) Peran Sistem Renin Angiotensin Aldosteron.
Beberapa sistem yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain sistem
baroreseptor arteri, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskuler.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus
carotid, tapi juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri.
Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri. Sistem
baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui
mekanisme perlambatan jantung oleh respons vegal (stimulasi
parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonis
simpatis. Oleh karena itu, refleks kontrol sirkulasi
meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
baroreseptor turun dan menurunkan tekanan tekanan arteri
sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti
mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui.
Hal ini ditujukan untuk menaikan re-setting sensitivitas
baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara anadekuat,
sekalipun tekanan tidak ada (Udjianti, 2010).
Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu
refleks baroreseptor. Berikutnya secara fisiologis sistem RAA
akan dipicu mengikuti kaskade, yang mana pada akhirnya
reninakan disekresi, lalu angiotensin I, angiotensin II, dan
seterusnya sampai tekanan darah meningkat kembali (Kaplan,
2010 dalam Yogiantoro, 2014).
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam
pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu
suatu enzim yang bertindak pada substrat protein plasma untuk
memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh
converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan
angiotensin III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol
terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat bermakna
dalam hipertensi terutama pada aldoteronisme primer. Melalui
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II,
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
angiotensin III juga mempunyai efek inhibiting atau
penghambatan pada ekskresi garam (Natrium) dengan akibat
peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak dapat diduga sebagai
penyebab meningkatnya tahanan perifer vaskuler pada
hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin
harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal
mugnkin menghambat sekresi renin. Namun demikian,
sebagian besar orang dengan hipertensi esensial mempunyai
kadar renin normal (Udjianti, 2010).
Kembali pada pembahasan sistem RAA. Sistem RAA
yang aktif ini akan menyebabkan sekresi aldosteron oleh
kelenjar adrenal. Aldosteron ini akan menyebabkan reabsorpsi
𝑁𝑎+dan 𝐻+. Akibat dari retensi natrium ini adalah tertahannya
air di dalam ruang ekstraseluler dan dalam aliran darah oleh
tekanan osmotik dari natrium. Volume darah akan bertambah
dan cadangan vena akan terisi penuh dengan darah. Tekanan
di dalam vena sistemik sentral juga akan meninggi dan atrium
maupun ventrikel akan lebih direnggangkan dari sebelumnya
(preload yang meninggi), sehingga mekanisme kompensasi
dapat diperbaiki. Namun, bertambahnya isi darah vena ini
akan menyebabkan pembengkakan hati. Penambahan jumlah
ion Na dan 𝐻2𝑂 pada ruang interstisial bersama-sama dengan
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
tekanan yang tinggi di dalam sistem vena, terkadang
menimbulkan edema sumuran (Naga, 2013)
Gambar 2.2 Proses angiotensinogen berubah menjadi angiotensin II
(sistem RAA)
Pada akhirnya angiotensin II ini akan bekerja pada
reseptor-reseptor yang terkait dengan tugas proses fisiologinya
ialah di reseptor AT1, AT2, AT3, AT4 (Kaplan, 2010 dalam
Yogiantoro, 2014).
Faktor risiko yang tidak dikelola akan memicu sistem
RAA. Tekanan darah makin meningkat, hipertensi
aterosklerosis makin progresif. Ternyata yang berperan utama
untuk memicu progresifitas ialah angiotensin II, bukti uji
klinisnya sangat kuat. Setiap intervensi klinik pada tahap-
tahap aterosklerosis kardiovaskular kontinum ini terbukti
selalu bisa menghambat progresifitas dan menurunkan
Angiotensinogen
dibuat di hati
darah
Angiotensinogen
Renin disekresi ginjal
Renin
Angiotensin I Angiotensin II
Angiotensi converting
enzym (ACE)
Aldosterone
Retensi 𝑁𝑎+
Retensi 𝐻2𝑂
Ekskresi 𝐾+
Ekskresi 𝑀𝑔+
Korteks adrenal
memproduksi
Aldosteron
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
kejadian kardiovaskular (Dzau et al, 1991; Yusuf et al, 2004
& Victor et al, 2007 dalam Yogiantoro, 2014).
Begitulah secara fisiologis autoregulasi tekanan darah
terjadi melalui aktifasi dari sistem RAA (Kaplan, 2010 dalam
Yogiantoro, 2014).
(4) Peran Dinding Vaskular Pembuluh Darah
Hipertensi adalah the disease cardiovascular
continuum, penyakit yang berlanjut terus menerus sepanjang
umur. Paradigma yang baru tentang hipertensi dimulai dengan
disfungsi endotel, lalu belanjut menjadi disfungsi vaskular,
vaskular biologi berubah, lalu berakhir dengan TOD (Dzau et
al, 2006 dalam Yogiantoro, 2014).
Bonetti et al berpendapat bahwa disfungsi endotel
merupakan sindrom klinis yang bisa langsung berhubungan
dengan dan dapat memprediksi peningkatan risiko kejadian
kardiovaskular (Yogiantoro, 2014).
Progresivitas sindrom aterosklerosis ini dimulai
dengan faktor risiko yang tidak dikelola, akibatnya
hemodinamika tekanan darah makin berubah, dinding
pembuluh darah makin menebal dan pasti berakhir dengan
kejadian kardiovaskular (Dzau et al, 2006 dalam Yogiantoro,
2014).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
Dikenal ada faktor risiko tradisional dan non
tradisional yang bila bergabung dengan faktor-faktor lokal
atau yang lain serta faktor genetik maka vaskular biologi akan
berubah menjadi makin tebal karena mengalami kerusakan
berupa lesi vaskular dan remodelling, antara lain akibat :
inflamasi, vasokontriksi, trombosis, ruptur plak/erosi (Bonetti
et al, 2003 dalam Yogiantoro, 2014).
Dikenal pula faktor risiko baru selain angiotensin II,
ialah Ox-LDL, ROS (Radical Oxygen Species), homeosistein,
CRP serta masih ada lagi yang lain (Harrison et al, 2007 &
Kabir et al, 2006 dalam Yogiantoro, 2014).
Sehingga, faktor risiko yang banyak ini harus dikelola
agar aterosklerosis tidak progresif, sehingga risiko kejadian
kardiovaskular bisa dicegah.
Faktor risiko yang paling dominan memegang peranan
untuk progresivitas ternyata tetap dipegang oleh angiotensin II
(Strawn et al, 2002 & Ruiz-Ortega et al, 2001 dalam
Yogiantoro, 2014). Bukti-bukti ini mencapai tingkat evidince
A, bahwa bila peran angiotensi II dihambat oleh ACE-Inhibitor
(ACE-I) atau angiotensin reseptor blocker (ARB) risiko
kejadian kardiovaskular dapat dicegah/diturunkan secara
meyakinkan (Dzau et al, 1991; Gerstein et al, 2001 &
Lindholm et al, 2002 dalam Yogiantoro, 2014).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
Penanda adanya disfungsi endotel dapat dilihat di
retina mata dan dapat juga dilihat di ginjal (glomerulus), yaitu
bilamana ditemukan mikroalbuminuria pada pemeriksaan urin
(Yogiantoro, 2014).
Kesimpulannya hipertensi adalah hanya salah satu
gejala dari sebuah sindroma yang akan lebih sesuai bila disebut
dengan sindroma hipertensi aterosklerotik (bukan merupakan
penyakit), kemudian akan memicu pengerasan pembuluh
darah sampai terjadi kerusakan target organ terkait. Awalnya
memang hanya berupa risiko. Tetapi faktor risiko ini tidak
diobati maka akan memicu gangguan hemodinamika dan
gangguan vaskular biologi (Bonetti et al, 2003 dalam
Yogiantoro, 2014).
f. Komplikasi
Perlu diketahui bahwa salah satu komplikasi utama dari
hipertensi adalah stroke. Zat-zat yang terlarut seperti kolesterol,
kalsium dan lain sebagainya akan mengendap pada dinding
pembuluh yang dikenal dengan istilah penyempitan pembuluh
darah. Bila penyempitan pembuluh darah terjadi dalam waktu yang
lama dengan tekanan darah yang sangat tinggi, maka pembuluh
darah akan pecah yang akan mengakibatkan suplai darah ke otak
berkurang dan tidak adekuat lagi, bahkan terhenti yang selanjutnya
menimbulkan stroke (Pudiastuti, 2011).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
Hubungan kenaikan tekanan darah dengan penyakit
kardiovaskular (PKV) berlangsung secara terus menerus, konsisten
dan independen dari faktor-faktor risiko yang lain. Pada jangka
lama bila hipertensi tidak dapat turun stabil pada kisaran target
normal tensi pasti akan merusak organ-organ terkait (TOD)
(McPhee et al, 2006 dalam Yogiantoro, 2014).
Penyakit kardiovaskular utamanya hipertensi tetap menjadi
penyebab kematian tertinggi di dunia (Kochanek et al, 2011 dalam
Yogiantoro, 2014). Risiko komplikasi ini bukan hanya tergantung
kepada kenaikan tekanan darah yang terus menerus, tetapi juga
tergantung bertambahnya umur penderita (Rosendorrf et al, 2007
dalam Yogiantoro, 2014).
Kenaikan tekanan darah yang berangsur lama juga akan
merusak fungsi ginjal. Makin tinggi tekanan darah, makin menurun
laju filtrasi glomerulus sehingga akhirnya menjadi penyakit ginjal
tahap akhir (Bakris et al, 2000 dalam Yogiantoro, 2014).
Karena tingginya tekan darah adalah faktor risiko
independen yang kuat untuk merusak ginjal menuju penyakit ginjal
tahap akhir (PGTA), maka untuk untuk mencegah progresifitas
PGTA, usahakanlah mempertahankan tekanan darah kisaran
120/80 mmHg (Klag et al, 1996 & National Kidney Foundation,
2004 dalam Yogiantoro, 2014).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien
hipertensi esensial juga akan mengakibatkan kerusakan pembuluh
darah pada organ-organ vital. Hipertensi esensial mengakibatkan
hyperplasia medial (penebalan) arteriole-arteriole. Karena
pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan
mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan
infark miokard, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal.
Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang
berkembang secara progresif. Seseorang dengan hipertensi
maligna biasanya memiliki gejala-gejala morning headaches,
penglihatan kabur dan sesak napas atau dispnea, dan/atau gejala
urenia. Tekanan darah diastolik >115 mmHg, dengan rentang
tekanan diastolik antara 130-170 mmHg. Hipertensi maligna
meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri dan stroke
(Udjianti, 2010).
g. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
(1) Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu
berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target
tekanan darah adalah <130/80 mmHg.
(2) Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
(3) Menghambat laju penyakit ginjal.
Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan
farmakologis seperti penjelasan dibawah ini.
(1) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan
oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz)
atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel
blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker
atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB) (Palmer &
Williams, 2007).
(2) Terapi Nonfarmakologis
(a) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.
(b) Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat
berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu,
manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi
dan kontrol hipertensi.
(c) Meningkatkan aktifitas fisik.
(d) Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena
hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu,
aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari
penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
(e) Mengurangi asupan natrium.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
(f) Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu
pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.
(g) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol.
(h) Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat,
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3
gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
(i) Pengobatan terapi alternatif komplementer yang aman.
2. Bekam
a. Definisi
Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi isu di banyak
negara. Masyarakat menggunakan terapi ini dengan alasan
keyakinan, keuangan, reaksi obat kimia dan tingkat kesembuhan.
Perawat mempunyai peluang terlibat dalam terapi ini, tetapi
memerlukan dukungan hasil-hasil penelitian (evidence-based
practice). Pada dasarnya terapi komplementer telah didukung
berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger, Leininger, dan
teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai
level pencegahan. Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien
(Widyatuti, 2008).
Pemanfaatan terapi alternatif komplementer mengalami
peningkatan secara global, dan pengakuan diberikan oleh penyedia
asuransi kesehatan di negara-negara maju (Eisenberg, Davis,
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
Ettner, Appel, Wilkey, Van Rompay & Kessler, 1998). Faktor
pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di
negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada
saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan
penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di antaranya
kanker serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di
seluruh dunia (Sukandar, 2006).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki
beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada
terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi
kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien
ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan
peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah
82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan
konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002 dalam Widyatuti, 2008).
Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung
kemampuan perawat dalam menguasai berbagai bentuk terapi
keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi
komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada
teori-teori yang mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori
Rogers yang memandang manusia sebagai sistem terbuka,
kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan
energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki (Snyder & Lindquis,
2002 dalam Widyatuti, 2008).
Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi
komplementer atau alternatif dapat disesuaikan dengan peran
perawat yang ada, sesuai dengan batas kemampuannya. Pada
dasarnya, perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini sudah
ada. Sebagai contoh yaitu American Holistic Nursing Association
(AHNA), Nurse Healer Profesional Associates (NHPA)
(Hitchcock et al, 1999). Ada pula National Center for
Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) yang berdiri
tahun 1998 (Snyder & Lindquis, 2002 dalam Widyatuti, 2008).
Terapi alternatif komplementer adalah sebuah kelompok
dari bermacam-macam sistem pengobatan dan perawatan
kesehatan, termasuk terapi pijat, terapi herbal, healing touch,
energetic healing, acupuneture, dan acupressure (Nies &
McEwen, 2001). Terapi komplementer juga ada yang
menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari
oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk
mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith et al, 2004 dalam Widyatuti 2008). Terapi ini juga telah
digunakan sebagai pengobatan komplementer kontemporer pada
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
pengobatan barat dan pemberian asuhan keperawatan dan telah
ditunjuk untuk meningkatkan kenyamanan, kesehatan dan perilaku
hidup yang baik (Snyder & Lindquis, 2010 dalam Allender et al,
2014).
Penjelasan tersebut menunjukkan terapi komplemeter
sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang
diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan
spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah
lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern.
Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang
manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan
spiritual).
Menurut Andrews & Boyle (2003) terdapat berbagai
kelompok atau kategori dalam pengobatan alternatif, seperti yang
dipaparkan oleh The National Institute of Health (2002)
mengelompokan terapi alternatif komplementer menjadi 5
kelompok :
(1) Biologically based practice. Hal ini meliputi penggunaan dari
suplemen vitamin dan mineral, produk alami seperti
chondrotin sulfat yang berasal dari turunan tulang kartilago
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
34
ikan hiu, produk herbal seperti Ginko biloba dan Echinacea
serta diet diluar kebiasaan seperti diet rendah karbohidrat.
(2) Manipulative and body-based approaches. Jenis pendekatan
ini yang meliputi pijat (messages) sudah mulai digunakan
sejak abad 19.
(3) Mind-Body medicine. Jenis pendekatan ini meliputi
pendekatan spiritual seperti meditasi dan teknik relaksasi.
(4) Alternative Medical System. Terapi pengobatan ini mengacu
pada metode pengganti atau alternatif dalam mengobati
penyakit dan biasanya telah dilakukan sejak dahulu atau
bersifat tradisional.
(5) Energy medicine. Pendekatan ini menggunakan terapi yang
meliputi penggunaan energi seperti biofield atau
bioelectromagnetic atau keduanya dalam melakukan
intervensi.
Sedangkan Cupping therapy atau bekam itu sendiri masuk
dalam kategori Alternatif Medical System bersama dengan
Acupunture, Ayurveda, Homeophatic tretment, dan Naturopathy,
merupakan terapi alternatif pengobatan untuk berbagai penyakit
diantaranya stroke yang telah dilakukan untuk menyembuhkan
berbagai penyakit oleh masyarakat jauh sebelum adanya
pengobatan moderen.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
35
Bekam (hijamah, Bahasa Arab; cupping, Bahasa Inggris)
merupakan sebuah metode yang sudah cukup lama digunakan di
daerah Cina atau sekelompok orang Arab dalam mengatasi
berbagai keluhan kesehatan, seperti nyeri, pusing, bahkan
dipercaya dapat mengatasi AIDS, hepatitis dan gangguan fungsi
kardiovaskuler. Menurut Gao (2004) Terapi bekam termasuk
dalam pengobatan tradisional Cina yang telah turun-temurun dari
beberapa ratus tahun yang lalu. Terapi ini digunakan dengan
bermacam-macam gelas atau kop, seperti kop bambu, kop dari
tanah liat, menempatkannya pada titik acupoints pada kulit pasien
untuk menimbulkan hiperemia atau hemostatis, yang mana bisa
meningkatkan penyembuhan suatu penyakit (Cao et al, 2010).
Bekam adalah metode pengobatan dengan metode tabung
atau gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar
menimbulkan bendungan lokal. Kemudian darah yang telah
terkumpul dikeluarkan dari kulit dengan dihisap, dengan tujuan
meningkatkan energi, menimbulkan efek analgetik, anti-bengkak,
serta mengusir patogen (Umar, 2008 dalam Ridho, 2012).
Berkembangnya informasi, metode yang disebut sebagai
pengobatan nabi ini mulai menyebar ke Indonesia yang memang
mayoritas beragama Islam (Fatahillah, 2007 & Subiyanto, 2008).
Secara umum, metode bekam ini belum cukup dikenal di
masyarakat kita (Nilawati, 2008). Metode ini merupakan pilihan
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
36
bagi individu yang menyukai terapi yang mendatangkan
kesembuhan dengan biaya yang mudah dijangkau. Terlebih lagi
dengan biaya pengobatan rumah sakit yang kian hari semakin
mahal (Fatahillah, 2007). Bekam hanya mengambil darah perifer
untuk berbagai jenis pengobatan penyakit. Perbedaan dari setiap
jenis penyakit hanya pada titik-titik yang menjadi incaran
pengambilan darah. Kebanyakan darah yang diambil yakni di
daerah tengkuk, kaki, dan punggung. Sudah cukup banyak orang
yang telah mencoba melakukan bekam untuk mengatasi keluhan
kondisi kesehatannya, mulai dari nyeri, hipertensi hingga AIDS
(Fatahillah, 2007 & Ullah et al, 2007).
b. Titik-Titik Anatomis Bekam.
Penelitian yang sudah ada dapat dipublikasikan untuk
mengungkapkan dimana letak yang tepat secara anatomis pada
pembekaman. Tetapi hal itu bisa didapat berdasarkan pemahaman
Al-hijamah dikedokteran modern dan pengobatan kenabian. Pada
dasarnya, manfaat yang akan didapatkan dalam penyembuhan
suatu penyakit melalui Al-hijamah adalah penyakit dimana
patogenesisnya dapat dicirikan oleh cairan jaringan yang
berlebihan (transudat atau eksudat), cairan intravaskular atau CPS
(Causative Pathological Substances/Substansi Penyebab Patologis)
(Ahmed et al, 2011 dalam Mahmoud et al, 2013).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
37
Menentukan situs anatomi yang berbeda dari penyakit satu
dengan penyakit lain penting menurut situs anatomi patologi dan
derajat yang diperlukan untuk pembersihan darah dan ruang
interstitial. Scientific bases dalam memilih lokasi anatomi tertentu
saat merawat klien dengan kondisi patologis menggunakan Al-
hijamah atau bekam (seperti yang kita pelajari dari pengobatan
nabi) tergantung pada situs utama dari patologi, distribusi dan
tingkat manfaat terapeutik yang diperoleh dari darah dan ruang
cairan interstitial.
Tingkat pembersihan dalam darah bisa ditingkatkan dengan
meningkatkan jumlah, ukuran dan tekanan (untuk batas tertentu)
dari cangkir atau kop. Optimalisasi dari manfaat Al-hijamah akan
berbeda ketika mengubah titik peletakan cangkir atau jumlah
cangkir (Mahmoud et al, 2013).
Menurut Ahmed Hefny (1990) poin anatomi dalam
pembekaman dapat diuraikan sebagai berikut :
(1) Wilayah kepala dan leher (Tabel 2.2 dan Gambar 2.3, Gambar
2.4 dan Gambar 2.5).
(2) Aspek frontal dada, abdomen dan pelvis (Tabel 2.3 dan
Gambar 2.6).
(3) Bagian belakang (Tabel 2.4 dan Gambar 2.7).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
38
(4) Anggota badan (Tabel 2.5).
Teori ini merupakan sebuah rintisan awal karena belum ada
penelitian yang dipublikasikan sebelumnya atau laporan dalam
bidang hijamatology. Situs anatomi yang dipublikasikan oleh
Ahmed Hefny ini adalah hasil dari mempelajari situs anatomi yang
dipelajari dalam Al-hijamah kenabian dan dalam pengobatan
kenabian, situs anatomi ini juga dipergunakan untuk berlatih
akupunktur dan terapi bekam TCM di Cina dan menjadi referensi
buku terkait yang ditulis oleh praktisi internasional akupunktur dan
terapi bekam dari negara yang berbeda misalnya Jepang, Jerman,
Australia dan lain-lain (Mahmoud et al, 2013).
Menurut El-Ghazzawy (2000) bahwa situs anatomi untuk Al-
hijamah didasarkan juga pada latar belakang dalam pengobatan
kenabian dan praktik TCM (El-Ghazzawy, 2000 dalam Mahmoud
et al, 2013). Rafeek Tib Nabawi (RTN, pendamping pengobatan
kenabian) merupakan situs anatomi yang baru-baru ini ditemukan
sebagai situs anatomi baru yang dapat ditambahkan ke situs
anatomi awal seperti yang dilaporkan oleh Ahmed Hefny (1990)
tentang Teaching the treatment using Al-hijamah.
Menurut Ahmed Hefny (1990) sampai saat ini, perlu adanya
pemecahan masalah dalam mengoptimalkan hasil praktik Al-
hijamah dan pengalaman menerapkan pembekaman di situs
anatomi untuk menerapkan pengisapan cangkir dan ini akan
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
39
memberikan dampak yang baik untuk modifikasi Al-hijamah di
masa depan dalam penelitian masa depan (Mahmoud et al, 2013).
Golden Role saat memilih situs anatomi untuk melakukan
Al-hijamah adalah agar menempatkan kop pada kulit yang melapisi
organ yang sakit, misalnya menempatkan kop di atas kulit yang
meradang di cellulitis. Ini akan memfasilitasi kliring cairan
interstitial dan kapiler darah dari CPS di daerah anatomi ini.
Kedua, agar menempatkan kop di daerah kulit yang
memungkinkan paling dekat dengan lokasi patologi, misalnya
menempatkan kop di atas situs kepala dalam pengobatan sakit
kepala dan migrain. Hal ini mungkin membantu sampai batas
tertentu dalam membersihkan cairan interstitial dan kapiler darah
dari CPS.
Ketiga, agar meletakan kop di daerah kulit yang dipasok oleh
persarafan kulit yang sama (dermatom yang sama dengan situs
patologi) misalnya menempatkan kop di atas kulit dari bahu kiri
(suplai saraf dermatomal yang sama dengan jantung) pada
pengobatan iskemik miokard. Hal ini dapat mengurangi intensitas
rasa sakit di jaringan yang sakit atau viskus dengan memanfaatkan
jalur saraf untuk nyeri tersebut (nyeri yang muncul dalam organ
dan dirasakan di tempat yang jauh biasanya daerah kulit dengan
dermatom yang sama) (Mahmoud et al, 2013).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
40
Berikut merupakan penjelasan titik-titik anatomis pada
pembekaman, menurut Ahmed Hefny, 1990; Clemente, 2010;
Saladin, 2003 & El-Ghazzawy, 2000 dalam Mahmoud et al, 2013:
(1) Titik-titik pembekaman pada daerah kepala dan leher, terdapat
22 titik pembekaman seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Titik-titik anatomis dalam melakukan pembekaman di daerah kepala
dan leher.
No. Region Titik anatomis dan penandaan pada permukaan
1 Pada permukaan kulit bagian atas processus spinosus dari vertebra
serviks 7. Ini adalah tulang vertebra paling menonjol pada aspek yang
lebih rendah dari belakang leher.
2 dan 3 Pada kedua sisi kanan dan kiri di sisi perlekatan kedua
sternocleidomastoids menuju processus cleinoid di belakang tempurung
kepala. Di belakang dari kedua telinga (aman dan mudah untuk praktik
Al-hijamah di bagian belakang leher dan cocok untuk wanita yang
memiliki daerah tidak berbulu).
32 Sekitar 14 cm di atas garis rambut bagian belakang pada titik tengah dari
garis imajiner yang menghubungkan kedua auricles. Di tengah bagian
atas kubah tengkorak.
33 Sedikit ke kanan pada wilayah #32.
34 dan 35 Ke arah ujung kanan dan kiri dari wilayah #32 pada kubah tengkorak
(keduanya melintasi kulit yang melapisi bagian dari tengkorak di atas
belahan otak masing-masing kanan dan kiri).
36 Pada tonjolan oksipital eksternum. Pada permukaan kulit bagian atas di
atasnya titik bawah tengah tulang oksipital (bagian atas dari tengkorak
di atas serebelum dan batang otak).
37 dan 38 Sekitar 3 cm bagian atas 2 telinga.
39 Bagian belakang tengkorak di penyisipan tendon 2 dari 2 otot
sternokleidomastoid dalam processus clinoid di belakang tengkorak (di
tengah-tengah fossa pada garis rambut posterior).
40 Bagian bawah garis tengah pada bagian belakang leher (di bawah
wilayah #39 dan di atas wilayah #1).
41 dan 42 Pada kedua sisi wilayah #40 di bagian belakang leher.
43 dan 44 Pada kedua sisi leher belakang dan di bawah kedua telinga yang terkait
pada jalan vena jugularis (N.B. Kedua situs anatomi ini khusus dan
memerlukan penggunaan Teknik Shalah).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
41
101 Bagian atas dahi (garis rambut dalam bagian anterior).
102 dan 103 Bagian atas dan medial pada kedua alis.
104 dan 105 Bagian lateral pada kedua mata.
106 6 cm di atas telinga kiri.
107 Pada pojok kanan dahi (sekitar 1 cm di dalam garis rambut di sudut
kanan dahi).
108 dan 109 Pada kedua sisi hidung (di atas alae nasai).
110 Berjarak satu jari luasnya dari anterior dan superior pada sudut inferior
mandibula.
111 Pada samping setelah wilayah #104
112 Pada samping setelah foramen infraorbital (sekitar 6 cm lateral
menujualae nasai sebelah kiri).
113 Bagian lateral pada sudut kiri mulut.
114 Pada bagian setelah dagu.
(2) Titik-titik pembekaman pada daerah aspek ventral, dada dan
abdomen, terdapat 17 titik pembekaman seperti pada tabel :
Tabel 2.3 Titik-titik anatomis dalam melakukan pembekaman di daerah aspek
ventral, dada dan abdomen.
No. Region Titik anatomis dan penandaan pada permukaan
115 dan 116 Diwakili oleh 2 titik di tengah-tengah aspek frontal otot deltoid ketika
lengan sepenuhnya pada posisi abduksi. (N.B. Beberapa penulis
menggambarkan bahwa 2 titik itu adalah 2 poin yang berada di bahu
baik kiri dan kanan ke luar dari ujung lateral klavikula).
117 dan 118 Pada sendi sterno-klavikularis kiri dan kanan, yaitu di bawah
perbatasan medial lebih rendah dari kedua klavikula (sekitar 4 cm
lateral dari garis tengah).
119 Sekitar 4 luas jari tangan di bawah bagian tengah klavikula kiri
(inferolateral ke wilayah #117).
120 Pada bagian tengah (titik tengah) sternum (menghadap posisi #49 di
belakang).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
42
121 Tepat di bawah processus xifoideus di garis tengah perut.
122 Pada bagian setelah lateral (ke samping kanan) pada wilayah #121.
Sebuah titik di ruang interkostal 6 sekitar 5 cm dari garis tengah (sekitar
2 rusuk bawah puting).
123 Sekitar 3 cm di bawah wilayah #122.
124 Sekitar 4 cm di bawah dan lateral ke daerah #123.
125 dan 126 Langsung di atas alur inguinal (di atas dan lateral yang teraba denyut
arteri femoralis).
133 Bagian atas kulit yang melapisi epigastrium di depan xiphisternum.
134 Setelah payudara kiri (sekitar 10 cm lateral (ke kiri) ke daerah #121 di
linea).
135 dan 136 Dalam ruang interkostal 4 kiri dan kanan (4 cm dari garis tengah) yaitu
tepat di atas dan lateral pada daerah #133.
137 Pada garis tengah perut (4 cm di atas umbilikus).
138 dan 139 Sekitar 4 cm ke kiri dan kanan dari umbilikus.
140 Pada garis tengah perut (3 cm di bawah umbilikus).
141 dan 142 Setelah umbilikus pada sisi kiri dan kanan wilayah #140 (sekitar 4 cm
dari garis tengah).
143 Pada garis tengah perut tepat di atas simfisis pubis.
(3) Titik-titik pembekaman pada daerah tubuh bagian belakang,
terdapat 26 titik pembekaman seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.4 Titik-titik anatomis dalam melakukan pembekaman di daerah tubuh
bagian belakang.
No. Region Titik anatomis dan penandaan pada permukaan
4 dan 5 Bagian dalam antara bagian atas dari batas medial skapula 2 yaitu sekitar
3 cm lateral processus spinosus dari 3 vertebra toraks.
6 Melewati aspek medial skapula kanan (lateral hingga batas bawah dari
processus spinosus dari vertebra toraks 10).
7 dan 8 Pada bagian tengah belakang di kedua sisi tulang belakang yaitu bagian
lateral pada batas bawah dari processus spinosus dari vertebra toraks
12).
9 dan 10 Setelah poin 7 dan 8 (bagian lateral pada batas bawah dari processus
spinosus dari vertebra lumbalis 2).
11 Di antara vertebra lumbalis 4 dan 5 (bagian bawah belakang).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
43
12 dan 13 Sedikit lebih tinggi dan dari kedua sisi posisi no. 11 sekitar 6 cm.
14 Di bawah dan bagian lateral wilayah #9.
15 Di bawah dan bagian lateral wilayah #10.
16 Sedikit di atas dan bagian lateral ke daerah #12.
17 Sedikit di atas dan bagian lateral ke daerah #13.
18 Sedikit di atas wilayah #11.
19 Di sekitar sisi belakang skapula kiri (bawah dan lateral wilayah #5).
20 dan 21 Pada titik-titik tengah dari kulit yang menutupi trapezii. Titik-titik ini
bermanfaat dalam mengobati nyeri leher, nyeri bahu dan kesemutan dari
tungkai atas.
22 dan 23 Sekitar 6 cm lateral batas bawah dari processus spinosus toraks 7 pada
tingkat sudut inferior skapula.
24 dan 25 Pada bagian atas dari bagian bawah belakang (di atas dan lateral ke
wilayah #18).
26 Di bawah dan bagian lateral wilayah #16.
27 Di bawah dan bagian lateral wilayah #17.
28, 29, 30
dan 31
Diwakili oleh garis di bagian atas dari kedua bokong kanan dan kiri di
bagian belakang panggul. Poin 28 dan 31 yang hadir di kulit dan
melapisi aspek posterior luar krista iliaka.
45 dan 46 Pada kedua sisi wilayah #55.
47 Bagian kulit atas belakang bahu kiri.
48 Di atas dan bagian lateral daerah #4.
49 Di bawah processus spinosus dari vertebra toraks 6 (di bawah dan
medial ke daerah #5 di garis tengah bagian belakang antara 2 skapula).
50 Bagian lateral menuju wilayah #23 (sekitar 6 cm di atas dan di sebelah
kiri daerah #8).
51 Bagian bawah dan lateral wilayah #28 pada aspek panggul lateral.
52 Bagian bawah dan lateral wilayah #31 pada aspek panggul lateral.
55 Di bawah wilayah #1.
(4) Titik-titik pembekaman di daerah tubuh bagian bawah,
terdapat 5 titik pembekaman seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Titik-titik anatomis dalam melakukan pembekaman di daerah tubuh
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
44
bagian bawah.
No. Region Titik anatomis dan penandaan pada permukaan
53 dan 54 Permukaan punggung dari sendi lutut.
129 Permukaan punggung kaki.
130 Pada kedua sisi bagian bawah tendo-achilles.
131 Sekitar 5 cm di atas tulang kalkaneus (di atas wilayah # 132).
132 Pada bagian bawah tendo-achilis (di atas wilayah #130)
Menurut El-Ghazzawy (2000) dilaporkan juga situs anatomi
untuk menerapkan Al-hijamah berdasarkan pada latar belakang
dalam pengobatan kenabian dan TCM. Rafeek Tib Nabawi (RTN,
pendamping pengobatan kenabian) titik anatomi yang ditemukan
baru-baru ini dilaporkan oleh Mahmoud et al (2013) tentang
Anatomical Sites for Practicing Wet Cupping Therapy (Al-
Hijamah): InLight of Modern Medicine and Prophetic Medicine,
sebagai situs anatomi baru ditambahkan ke situs anatomi awalnya
yang dilaporkan oleh Ahmed Hefny tentang Teaching the
treatment using Al-hjamah (Mahmoud et al, 2013). Berikut
merupakan situs anatomi tambahan (RTN) :
Tabel 2.6 Titik-titik anatomis Rafeek Tib Nabawi (RTN, pendamping
pengobatan kenabian) dalam melakukan pembekaman.
RTN sites Anatomi
RTN 1 Bagian dalam antara 2 skapula (di sebelah kiri garis tengah bagian
belakang).
RTN 2 Di antara 2 skapula (di sebelah kanan garis tengah bagian belakang).
RTN 3 Tepat di atas sendi lutut patela (di kedua sisi).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
45
RTN 4 Bagian bawah dan medial menuju RTN 6 (medial pada bagian tengah
sendi lutut patela) (di kedua sisi).
RTN 5 Bagian bawah dan lateral RTN 7 (lateral bagian tengah sendi lutut patela)
(di kedua sisi).
RTN 6 Bagian bawah dan medial menuju RTN 3 (medial pada bagian atas sendi
lutut patela) (di kedua sisi).
RTN 7 Bagian bawah dan lateral RTN 3 (lateral bagian atas sendi lutut patela)
(di kedua sisi).
RTN 8 Sebelah RTN 4 (medial menuju bagian terbawah dari sendi lutut patela)
(di kedua sisi).
RTN 9 Sebelah RTN 5 (lateral bagian bawah sendi lutut patela) (di kedua sisi).
RTN 10 Garis tengah dari bagian belakang (di atas wilayah gluteal sekitar 6 cm
yaitu di atas wilayah #11).
RTN 11 Di sebelah kanan RTN 10 (tepat di atas wilayah #12).
RTN 12 Di sebelah kiri RTN 10 (tepat di atas wilayah #13).
RTN 13 Garis tengah dari bagian belakang tepat di atas RTN 10.
RTN 14 Di sebelah kanan RTN 13.
RTN 15 Di sebelah kiri RTN 13 (tepat di atas RTN12).
RTN 16 Bagian atas kepala pada garis koronal (pada pertemuan tulang frontal
dengan tulang oksipital).
RTN 17 Bagian atas RTN 18 dan langsung ke kanan RTN 19.
RTN 18 Atas dan ke kanan sendi sacroiliac.
RTN 19 Pada garis tengah bagian belakang (sekitar 6 cm di atas sendi sacroiliac).
RTN 20 Langsung di sebelah kiri RTN 19.
RTN 21 Sebelah RTN 20 (di atas dan di sebelah kiri sendi sacroiliac yaitu sesuai
dengan RTN 18).
RTN 22 Pada kedudukan sternum.
RTN 23 Setelah dan di sebelah kiri kartilago tiroid (N.B. Kedua situs anatomi ini
khusus dan memerlukan penggunaan Teknik Shalah).
RTN 24 Di sebelah kiri tulang rawan tiroid (N.B. Kedua situs anatomi ini khusus
dan memerlukan penggunaan Teknik Shalah).
RTN 25 Di sebelah kanan kartilago tiroid (N.B. Situs anatomi ini khusus dan
memerlukan penggunaan Teknik Shalah).
RTN 26 Sebelah RTN 25.
RTN 27 Daerah bagian atas pipi kiri (sisi kiri wajah) di depan daun telinga kiri (di
bawah wilayah #111) (N.B. Ini adalah wilayah anatomi khusus (exit dari
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
46
saraf wajah) yang harus diambil dengan sangat hati-hati menggunakan
Teknik Shalah).
RTN 28 Sesuai dengan RTN 27 di sisi kanan yaitu daerah bagian atas pipi kanan
(sisi kanan wajah) di depan daun telinga kanan (N.B. Ini adalah wilayah
anatomi khusus (exit dari saraf wajah) yang harus diambil dengan sangat
hati-hati menggunakan Teknik Shalah).
RTN 29 Seluruh bagian medial dan aspek lateral kaki dan kaki di samping dorsum
kaki (kecuali belakang kaki dan aspek plantar kaki).
RTN 30 Bagian medial dari wilayah kosta kanan melekat pada ujung bawah
sternum.
RTN 31 Di bawah dan bagian lateral RTN 30.
RTN 32 Pada bagian lateral turunkan ke wilayah kosta kanan melekat pada ujung
bawah sternum (lateral dan superior menuju RTN 31).
RTN 33 Sebelah setelah RTN 31.
RTN 34 Bagian tengah wilayah kosta kanan melekat pada ujung bawah sternum
(di anterior dinding abdomen yaitu sedikit di bawah dan lateral RTN 31
di daerah dari wilayah kulit di atas hati).
RTN 35 Sedikit di bawah dan bagian lateral RTN 33.
RTN 36 Pada daerah ketiak berbulu (kulit di atasn ketiak dan aspek lipat frontal
posterior aksila) (N.B. Ini adalah wilayah anatomi khusus di bawah
pleksus brakialis. Ini harus diambil dengan sangat hati-hati menggunakan
teknik Shalah).
RTN 37 Pada daerah pusar (umbilicus harus di tengah cangkir selama Al-
Hijamah).
RTN 38 Sekitar 6 cm di bawah bagian tengah klavikula kiri.
RTN 39 Sesuai dengan RTN 38 di sisi kanan yaitu sekitar 6 cm di bawah bagian
tengah klavikula kanan.
RTN 40 Bagian atas lateral yang berada pada bagian dari payudara kiri (sekitar 5
cm di atas dan lateral areola kiri).
RTN 41 Bagian medial ke kanan RTN 40 samping garis tengah.
RTN 42 Di sebelah kanan RTN 41.
RTN 43 Sesuai dengan RTN 40 di sisi kanan (kanan RTN 42).
RTN 44 Sedikit ke arah medial menuju ujung bahu (di kedua sisi).
RTN 45 Aspek posterior dari ujung bahu (di kedua sisi).
RTN 46 Setelah RTN 44 (di bawah dan medial menuju RTN 47 di kedua sisi).
RTN 47 Di bawah dan lateral RTN 44 di kedua sisi.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
47
RTN 48 Di bawah dan lateral RTN 50 (anteromedial ke anterior kiri tulang iliaka
superior).
RTN 49 Di wilayah inguinal (anteromedial kanan anterior superior spina iliaka).
RTN 50 Di wilayah inguinal (superior dan medial menuju RTN 48) (di atas
genetalia eksternal di daerah kemaluan).
RTN 51 Superior dan medial menuju RTN 49 (di atas genetalia eksternal di daerah
kemaluan).
RTN 52 Pada aspek ventral dari daerah pergelangan tangan (carpal tunnel atas
pada kedua sisi) (N.B. Ini adalah wilayah anatomi khusus yang harus
diambil dengan sangat hati-hati menggunakan teknik Shalah).
RTN 53 Pada aspek dorsal daerah pergelangan tangan (carpal tunnel atas pada
kedua sisi). (N.B. Ini adalah wilayah anatomi khusus yang harus diambil
dengan sangat hati-hati menggunakan teknik Shalah).
Titik-titik pembekaman untuk mengatasi penyakit satu
dengan penyakit lain berbeda, termasuk pada pasien dengan
hiperkolesterolemia dan hipertensi (Mahmoud et al, 2013).
Tabel 2.7 Titik-titik anatomis pembekaman pada penderita hipertensi dan
hiperkolesterolemia.
Penyakit yang dapat
diterapi menggunakan
Al-hijamah
Letak anatomis penempatan kop dalam pembekaman
Hipertensi Al-hijamah harus dikombinasikan dengan pengobatan
konvensional dari dokter khusus. Al-hijamah mungkin
lebih baik dipraktikkan di :
• 1-55
• RTN1-RTN2-RTN16
• 2-3- 6-7-8-9-10-11-12-13-32-36-43-44-48-101
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
48
Hiperlipidemia dan
hiperkolesterolemia
Al-hijamah harus dikombinasikan dengan pengobatan
konvensional dari dokter khusus. Al-hijamah mungkin
menjadi lebih baik dipraktikkan di :
• 1-55
• RTN 1-RTN 2-RTN 30-RTN 31-RTN 32-RTN 33-RTN
34-RTN 35
• 6-7-8-11-41-42-48
Penelitian di masa depan dan publikasi akan membantu
banyak untuk membangun dan mengoptimalkan situs terbaik
anatomi untuk mempraktikan Al-hijamah (Mahmoud et al, 2013).
c. Manfaat Bekam
Penelitian medis tentang bekam ternyata menemukan poin
istimewa yang merupakan motor points pada perlekatan
neuromuskular yang mengandung banyak mitokondria, kaya
pembuluh darah, mengandung mioglobulin tinggi, sebagian selnya
menggunakan metabolisme oksidatif dan lebih banyak
mengandung cell mast, kelenjar limfe, kapiler, venula, bundle dan
pleksus saraf, serta ujung saraf akhir. Apabila dilakukan
pembekaman pada satu poin, maka kulit (kutis), jaringan bawah
kulit (sub kutis) fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari cell
mast dan lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa
zat seperti serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting substance
(SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui.
Zat-zat inilah yang menyebabkan dilatasi kapiler dan arteriol,
serta flare reaction pada daerah yang dibekam, dilatasi kapiler juga
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
49
dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman. Ini
menyebabkan perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah.
Akibatnya, timbul efek relaksasi otot-otot yang kaku serta akibat
vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil.
Yang terpenting adalah dilepaskannya certicotrophin relesing
factor (CRF), serta relesing factor lainnya oleh adenohipofise,
CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH,
corticotrophin, dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai
efek menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas
sel.
Sedangkan golongan histamine yang ditimbulkannya
mempunyai manfaat dalam proses reparasi sel dan jaringan yang
rusak, serta memacu pembentukan daya resistensi dan imunitas.
Penelitian lain menunjukan bahwa pembekaman di kulit akan
menstimulasi kuat syaraf permukaan kulit yang dilanjutkan pada
cornu posterior medula spinalis melalui syarat A-delta dan C, serta
traktus spino thalamicus kearah thalamus yang akan menghasilkan
endophrin. Sedangkan sebagian rangsangan lainnya akan
diteruskan melalui serabut aferen simpatik menuju motor neuron
dan menimbulkan reflek intubasi nyeri. Efek lainnya adalah
dilatasi pembuluh darah kulit, dan peningkatan kerja jantung.
Pada sistem endokrin terjadi pengaruh pada sistem sentral
melalui hypothalamus dan pituitary sehingga menghasilakan
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
50
ACTH, TSH, FSH-LH, ADM. Sedangkan melalui sistem perifer
langsung berdampak pada organ untuk menghasilkan hormon-
hormon insulin, thyrosin, adrenalin, certicotrophin, estrogen,
progesteron, testosteron. Hormon-hormon inilah yang bekerja di
tempat jauh dari pembekaman.
Itulah khasiat bekam yang juga telah dibuktikan oleh ilmu
medis modern dan ternyata sangat besar manfaatnya bagi
penyembuhan tubuh (Umar, 2008 dalam Ridho, 2012).
Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer
ataupun yang masih tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya pengunjung praktik terapi komplementer
dan tradisional di berbagai tempat. Selain itu, sekolah-sekolah
khusus ataupun kursus-kursus terapi semakin banyak dibuka. Ini
dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi
tradisional Cina atau Traditional Chinese Medicine (TCM) ke
dalam perguruan tinggi dinegara tersebut.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi
perawat dalam mengembangkan terapi komplementer misalnya
teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu
fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung
dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah
menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
51
penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan
kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien
(Snyder & Lindquis, 2002 dalam Widyatuti, 2008).
Kebutuhan perawat dalam meningkatkan kemampuan
perawat untuk praktik keperawatan juga semakin meningkat. Hal
ini dikarenakan dari berkembangnya kesempatan untuk membuka
praktik mandiri. Jika perawat mempunyai kemampuan yang
kompeten dan dapat dipertanggungjawabkan akan meningkatkan
hasil yang lebih baik dalam pelayanan keperawatan dan tentunya
meningkatkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan komunitas
(Widyatuti, 2008).
3. Mean Arterial Pressure (MAP)
Mean Arterial Pressure adalah tekanan arteri rata-rata selama
satu siklus denyutan jantung yang didapati dari pengukuran tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Nilai normal dari MAP
berkisar antara 70-100 mmHg (Perry & Potter, 2005).
Tekanan arteri rata-rata merupakan tenaga utama yang
mendorong darah ke jaringan. Tekanan tersebut harus dijaga karena jika
terlalu lemah, aliran darah tidak akan adekuat ke organ dan jaringan.
Sementara jika berlebih, jantung akan bekerja terlalu keras serta terjadi
peningkatan risiko kerusakan vaskular maupun rupturnya pembuluh
darah kecil.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
52
Tekanan ini ditentukan oleh dua faktor yaitu cardiac output dan
total peripheral resistance (TPR). Karena tergantung dengan cardiac
output dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol dalam suatu
organ berdilatasi, arteriol di organ lain harus berkonstriksi untuk tetap
menjaga tekanan darah yang adekuat. Tekanan yang adekuat tersebut
tidak hanya membantu darah untuk terbawa ke organ yang
bervasodilatasi, tapi juga ke otak yang tergantung pada volume darah
yang konstan. Oleh karena itu, walaupun organ-organ membutuhkan
darah secara bervariasi, sistem kardiovaskular selalu menjaga supaya
tekanan darah tetap konstan (Sherwoodet al, 2010 dalam Fitantra,
2011).
Tekanan arteri rata-rata secara konstan dimonitor oleh
baroreseptor di dalam sistem sirkulasi. Saat deviasi terdeteksi, respon
refleks multiple akan terinisiasi untuk mengembalikan ke nilai normal.
Penentuan jangka pendek yang terjadi dalam hitungan detik terjadi
karena perubahan cardiac output dan resistensi perifer total yang
dimediasi oleh sistem saraf otonom yang mempengaruhi jantung, vena
dan arteriol. Jangka panjang, yang terjadi dalam hitungan menit sampai
hari, melibatkan penentuan total volume darah dengan memulihkan
garam normal dan keseimbangan air melalui mekanisme yang mengatur
output urin dan rasa haus.
Tekanan pada aorta serta dalam brachial dan arteri besar lainnya
pada manusia dewasa muda bisa mencapai nilai puncak (tekanan sistol)
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
53
sekitar 120 mmHg selama siklus jantung dan bisa menurun minimal
sampai sekitar 70 mmHg (tekanan diastol).
Penulisan nilai tekanan darah pada pengukuran diawali dengan
tekanan sistol diikuti diastol, misalnya adalah 120/70 mmHg.
Perbedaan antara tekanan sistol dan diastol yang normalnya adalah
sekitar 50 mmHg disebut dengan tekanan nadi.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa, tekanan arteri rata-rata
adalah tekanan rata-rata pada keseluruhan siklus jantung. Karena sistol
lebih pendek daripada diastol, tekanan rata-rata kurang dari setengah
tekanan sistol ditambah diastol. Nilanya mendekati nilai tekanan diastol
ditambah sepertiga tekanan nadi. Tekanan darah akan menurun sedikit
pada arteri berukuran besar atau sedang karena kecilnya resistensi untuk
mengalir.
Sementara itu, pada arteri kecil dan arteriol, tekanan darah akan
menurun drastis karena di sana merupakan tempat utama resistensi
perifer yang melawan pompa jantung. Mean pressure pada ujung
arteriol adalah sekitar 30-38mmHg. Tekanan nadi juga akan menurun
hingga menjadi 5 mmHg pada ujung arteriol. Besarnya penurunan
tekanan bervariasi tergantung apakah arteriol berdilatasi atau
berkonstriksi (Hall, 2010 dalam Fitantra, 2011).
Pola perhitungan MAP akan didapatkan gambaran penting
dalam tekanan darah yaitu : tekanan sistolik adalah tekanan maksimal
saat darah dipompakan dari ventrikel kiri. Batas normal tekanan sistolik
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
54
adalah 100-140 mmHg. Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada
saat relaksasi, batas normal tekanan diastolik adalah 60-80 mmHg.
Tekanan diastolik menggambarkan tekanan pembuluh darah yang harus
dicapai oleh jantung. MAP didapat dari rumus : 1
3(TDS − TDD) +
TDD (Darovich, 2002).
Secara umum, nilai MAP antara 70 – 110 mmHg dianggap
normal. Nilai MAP dibawah 60 mmHg secara umum dianggap
berbahaya. Seperti dijelaskan diatas, MAP digunakan untuk
menentukan seberapa baik darah dapat mencapai organ. Oleh karena
itu, nilai MAP lebih dari 60 mmHg biasanya dibutuhkan untuk perfusi
jaringan yang cukup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri meliputi curah
jantung, volume darah, usia, resistensi perifer, viskositas darah,
aktivitas, elastisitas pembuluh darah arteri, berat badan dan emosi
(Darovich, 2002).
4. Kolesterol
a. Definisi
Lipid merupakan suatu molekul organik yang memiliki
sifat hidrofobik yakni tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik (Sacher dan McPherson, 2004). Di dalam tubuh,
lipid berfungsi sebagai sumber energi, isolator panas di dalam
jaringan subkutan dan salah satu komponen struktural dari
membran sel (Mayes, 2003).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
55
Menurut Simple Guide Kolesterol (2007) kolesterol
merupakan zat berlemak yang diproduksi oleh hati. Kolesterol
dapat ditemukan diseluruh tubuh sehari-hari (Hasdianah &
Suprapto, 2014).
Selain itu, kolesterol merupakan bahan semacam lilin dan
seperti lemak yang sesungguhnya diperlukan untuk kesehatan kita.
Kolesterol merupakan komponen esensial dari setiap sel dan
diperlukan oleh tubuh untuk melakukan banyak fungsi dasar.
Kolesterol membantu hati menghasilkan empedu, yang diperlukan
untuk mencerna lemak, dan merupakan bahan pembentuk yang
darinya tubuh membuat kelenjar adrenal dan hormon seks.
Kolesterol juga membentuk jubah pelindung disekitar dinding sel
dan selubung mielin saraf, serta bekerja sebagai pelumas pada
dinding arteri, membantu kelancaran aliran darah (Hasdianah &
Suprapto, 2014).
b. Klasifikasi
Berdasarkan jenisnya, lipid dibagi dalam empat kelas
utama, yakni trigliserida, fosfolipida, steroid dan prostaglandin
(James et al, 2008).
(1) Trigliserida (lemak netral).
Trigliserida merupakan lemak yang ditemukan dalam
makanan dan merupakan sumber paling kaya energi yang
didapati dari makanan. Trigliserida tersusun dari dua subunit
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
56
– gliserol dan asam lemak. Gliserol mengandung gugus
fungsional –OH dan merupakan suatu alkohol.
Asam lemak merupakan rantai panjang atom karbon
dan hidrogen yang mengandung gugus fungsional asam
karboksilat. Karena rantai karbon hidrofobik yang panjang ini,
maka lemak tidak dapat larut dalam air. Jika karbon dalam
rantai hanya berikatan tunggal (C-C) maka disebut asam lemak
jenuh. Jika terdapat ikatan karbon ganda (C=C) maka disebut
asam lemak tak jenuh. Semakin banyak ikatan ganda yang
terdapat dalam molekul semakin besar kemungkinan asam
lemak berbentuk minyak. Asam lemak tak jenuh berbentuk
silinder yang melengkung sehingga tidak dapat saling
berikatan dan berbentuk cair pada temperatur ruangan. Asam
lemak tak jenuh umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
berbentuk cair, misalnya minyak zaitun, sedangkan asam
lemak jenuh umumnya berasal dari hewan dan berbentuk
padat, misalnya mentega.
Asam lemak tak jenuh ganda diperlukan untuk
pembentukan membran sel dan zat tertentu seperti
prostaglandin. Tubuh tidak dapat mensintesis asam lemak ini
sehingga kadang-kadang disebut juga asam esensial karena
harus didapatkan dari makanan.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
57
Trigliserida terbentuk jika tiga asam lemak bergabung
dengan satu molekul air untuk membentuk trigliserida
berbentuk E. Trigliserida mengandung gugus fungsional ester.
Asam lemak pembentuk trigliserida dapat sama atau
berbeda. Asam palmitat, asam oleat, dan asam stearat
menyusun 80% asam lemak pada trigliserida (James et al,
2008).
(2) Fosfolipid.
Fosfolipid merupakan modifikasi dari
trigliserida,tetapi memiliki basa nitrogen dan fosfat pada
residu asam lemaknya. Fosfolipid bersifat amfipatik yang
terutama berperan sebagai penyelubung permukaan
lipoprotein plasma dan juga sebagai komponen utama
membran sel. Karena bersifat tidak larut dalam air, lipid
memerlukan sistem pengangkutan spesifik agar bisa
bersirkulasi di dalam darah yaitu Lipoprotein (Havel, 1995;
Kane, 2004).
Fosfolipid memiliki struktur yang sama dengan dengan
trigliserida. Perbedaannya adalah fosfolipid hanya
mengandung dua asam lemak, dan asam lemak ketiga
digantikan oleh gugus yang mengandung fosfor. Fosfolipid
memiliki dua area yang berbeda dan dapat ditemukan di
membran sel.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
58
Karena adanya area polar/nonpolar, maka fosfolipid
cendrung untuk tersusun dalam dua lapisan (bilyer). Membran
sel fosfolipid memiliki fungsi proteksi dan penting untuk
mentranspor zat ke dalam dan ke luar sel (James et al, 2008).
(3) Steroid.
Steroid merupakan senyawa larut lemak. Rantai-rantai
atom yang berbeda menonjol ke luar dari cincin dan sifat rantai
ini menentukan bentuk steroid. Steroid yang penting dalam
tubuh adalah hormon seks, garam empedu, kortikosteroid, dan
kolesterol.
Kolesterol merupakan komponen penting membran sel
dan digunakan oleh tubuh untuk mensintesis steroid lainnya,
misalnya estrogen.Sacher & McPherson, (2004)
mengungkapkan bahwa kolesterol merupakan senyawa steroid
yang sangat penting secara biologis. Senyawa ini mempunyai
makna penting karena menjadi prekursor sejumlah besar
senyawa steroid, seperti asam empedu, hormon – hormon seks,
vitamin D dan merupakan konstituen penting membran sel dan
lipoprotein plasma. Kolesterol tidak larut dalam air dan
transpornya dalam darah harus terikat pada protein khusus,
yang disebut apoprotein yang kemudian membentuk
lipoprotein (Jameset al, 2008).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
59
Lipoprotein merupakan suatu kompleks makromolekul
larut air dari lipid (trigliserida, kolesterol, fosfolipid) dan satu
atau lebih protein khusus yang dikenal sebagai apolipoprotein
(Sacher dan McPherson, 2004). Terdapat tiga kelompok
lipoprotein :
(a) Lipoprotein densitas tinggi (high density lipoprotein,
HDL) – sedikit kolesterol yang berkaitan dengan sejumlah
besar protein, kolesterol ditranspor ke hati untuk
diekskresi dalam bentuk HDL.
(b) Lipoprotein densitas rendah (low density lipoprotein,
LDL) dan lipoprotein densitas sangat rendah (very low
density lipoprotein, VLDL) – memiliki banyak komponen
kolesterol yang berikatan dengan sedikit protein, bentuk
ini mentranspor kolesterol ke sel dan jaringan tubuh
(James et al, 2008).
Lipoprotein ini dibedakan satu sama lain berdasarkan
ukuran partikel, densitas, mobilitas elektroforesis dan
komponen apolipoprotein (Bachorik et al, 2001).
HDL adalah lipoprotein heterogen yang diproduksi
dalam liver dan usus halus. HDL terutama terdiri dari
fosfolipid dan protein (70%), dengan sedikit sekali trigliserida
(5%) dan sejumlah kolesterol (25%), yang mewakili hampir
25% kolesterol dalam darah (Romdoni, 2003). Salah satu
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
60
fungsi HDL adalah sebagai alat angkut utama kelebihan
kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih
(scavenger cells), untuk kemudian dikeluarkan melalui
empedu. Jenis kolesterol ini kadang disebut juga sebagai
kolesterol “baik”. HDL membawa kolesterol dari bagian tubuh
lain menuju liver. Kemudian liver akan membuangnya dari
tubuh. Semakin tinggi kadar kolesterol HDL dalam darah
maka akan semakin rendah risiko terkena penyakit jantung
(Hasan et al, 2014).
LDL dan VLDL berhubungan dengan terjadinya
aterosklerosis. Aterosklerosis terjadi karena kelebihan
kolesterol, fibrin, lipid lainnya, dan kalsium yang akhirnya
terdeposit pada dinding pembuluh darah, terutama arteri
koroner, yang membentuk area plak yang disebut ateroma.
Plak ini akan mempersempit pembuluh darah dan mengurangi
aliran darah. Berbagai penyakit kardiovaskular (penyakit
jantung dan pembuluh darah) berhubungan dengan kondisi ini.
Seperti contohnya penyakit jantung iskemik – infark miokard,
penyakit serebrovaskular – stroke dan penyakit pembuluh
darah perifer.
Rasio LDL terhadap HDL yang tinggi (LDL terlalu
tinggi) berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
61
kardiovaskular. Peningkatan kadar kolesterol berhubungan
dengan :
(a) Defek produksi LDL yang diturunkan secara genetik.
(b) Gaya hidup – merokok, berat badan berlebih, stres, dan
makanan (makanan lemak hewani).
Sudah diketahui bahwa rasio HDL terhadap LDL
meningkat pada orang vegetarian atau tidak merokok dan
orang yang berolah raga (Jameset al, 2008).
(4) Prostaglandin.
Prostaglandin merupakan turunan asam lemak, dapat
ditemukan pada semua jaringan tubuh, dan berfungsi sebagai
mediator kimia. Prostaglandin disintesis sebagai respon
terhadap rangsangan, aksinya bersifat cepat dan lokal
kemudian akan dihancurkan lagi. Prostaglandin dapat
meningkatkan dan menurunkan tekanan darah mengatur
pembekuan darah, dan berperan penting dalam pengaturan
suhu dan persepsi nyeri. Prostaglandin juga digunakan sebagai
obat-obatan, misalnya sediaan pesarium vagina yang
mengandung prostaglandin digunakan untuk pematangan
serviks atau induksi persalinan. Aspirin mencegah
pembentukan prostaglandin sehingga dapat digunakan sebagai
analgesik dan antipiretik (James et al, 2008).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
62
Mengacu pada semua penjelasan diatas mengenai
klasifikasi lipid dapat dimengerti bahwa sebenarnya lipid
memiliki peranana yang sangat penting dalam metabolisme
dalam tubuh. Namun, dengan kadar yang masih dalam batas
normal.
Kolesterol dalam jumlah seimbang sangat penting bagi
tubuh. Terlalu sedikit kolesterol tidaklah sehat, sama dengan
terlalu kadar kolesterol di bawah 135 mg/dl bisa merupakan
tanda adanya stres kelenjar adrenal, kerusakan hati yang berat
(akibat bahan kimia, obat atau hepatitis), serta gangguan
autoimun seperti alergi, lupus, dan artritis rematoid. Kadar
kolesterol yang menurun juga telah dihubungkan dengan
kanker dan gangguan fungsi kekebalan tubuh secara umum
yang tampak melalui kelelahan. Jika jumlah lebih banyak dari
yang diproses dan digunakan oleh tubuh. Kolesterol bisa
disimpan dalam dinding pembuluh darah, dimana kemudian
menjadi berbahaya bagi tubuh. Kenaikan kadar kolesterol,
yaitu angkanya lebih dari 200 mg/dl, merupakan faktor risiko
tunggal yang paling penting pada penyakit jantung koroner.
Hubungan antara kadar kolesterol dan penyakit jantung
sangatlah kompleks, karena kenyataannya bahwa tubuh
menghasilkan dua bentuk utama dari kolesterol. Kolesterol
dibawa melalui aliran darah dalam dua komponen protein
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
63
yaitu LDL dan HDL. LDL dianggap kolesterol “jahat”, atau
merusak, karena membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh
dan pembuluh darah dimana kolesterol itu kemudian tinggal di
dalam sel-sel yang melapisi dinding arteri. Sedangkan HDL
dianggap “baik”, atau melindungi, karena membawa
kolesterol dari dinding arteri ke hati, di mana kolesterol
dipecah untuk dibuang dari tubuh (Hasdianah & Suprapto,
2014).
c. Sistem Pengangkutan Kolesterol
Kolesterol tidak dapat bergerak sendiri dalam tubuh karena
tidak larut dalam air. Oleh karena itu, kolesterol diangkut sebagai
bagian dari struktur yang bernama lipoprotein. Seperti yang telah
dibahas bahwa lipoprotein adalah kompleks makromolekul yang
membawa lemak plasma hidrofobik, yaitu kolesterol dan
trigliserida dalam darah. Lipoprotein akan membawa kolesterol ke
seluruh sel tubuh, setelah lemak berikatan dengan apoprotein, akan
membentuk lipoprotein, sehingga lemak dapat larut dalam darah.
Bayangkan lipoprotein seperti kereta yang mengangkut kolesterol
ke seluruh tubuh kita. Kolesterol itu sendiri tidak berubah.
Pengangkutan kolesterol, yaitu lipoprotein, yang menentukan apa
yang terjadi dengan kolesterol yang dibawanya.
Apolipoprotein ini memainkan peranan yang cukup penting
dalam transport lipid yakni dengan mengaktifkan atau
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
64
menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme lipid
dan memicu ikatan lipoprotein terhadap reseptornya di permukaan
sel (Bachorik et al, 2001). Kolesterol LDL mengangkut kolesterol
dari hati, tempatnya diproduksi ke jaringan tubuh yang
memerlukan. LDL merupakan transporter kolesterol terbanyak di
dalam darah. Sedangkan HDL mengangkut kelebihan kolesterol
dari jaringan dan membawanya kembali ke hati untuk diproses
kembali atau dibuang dari tubuh. Trigliserida termasuk “lemak
jahat” yang juga perlu diwaspadai. Seperti kolesterol LDL, kadar
trigliserida yang tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko
penyakit jantung dan penyakit vaskuler lainnya (Hasdianah &
Suprapto, 2014).
Orang dengan kadar trigliserida tinggi (saat ini batasnya di
atas 1,7 mmol/L), seringkali memiliki kadar kolesterol tinggi,
kolesterol LDL tinggi, dan kolesterol HDL rendah. Hal tersebut
seperti tiga serangkai, walaupun kadar trigliserida yang tinggi
membawa risiko sendiri, namun risiko itu semakin bertambah bila
disertai kadar kolesterol HDL rendah, keadaan yang sering terjadi
pada penyandang diabetes atau prediabetes. Peningkatan kadar
trigliserida juga membuat kolesterol LDL, semakin merusak dan
bersifat toksis pada dinding arteri (semakin menjadi jahat) dan
mengurangi efek menguntungkan kolesterol HDL yang baik.
Kadar trigliserida dalam darah seringkali dikelompokan bersama
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
65
kadar kolesterol. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan
lemak tubuh dan berasal dari pecahan lemak di hati. Seperti
kolesterol, trigliserida merupakan lemak yang bersirkulasi dalam
darah. Kolesterol LDL, HDL dan trigliserida disebut lipid darah
(Hasdianah & Suprapto, 2014).
Oleh karena itu, guna menilai apakah kadar kolesterol
seseorang tinggi atau rendah, semuanya mengacu pada pedoman
umum yang telah digunakan diseluruh dunia yakni pedoman dari
NCEP ATP III (National Cholesterol Education Program, Adult
Panel Treatment III), yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.8 Klasifikasi Kadar Kolesterol.
Klasifikasi Kadar
Kolesterol
Kolesterol Total
(mg/dl)
LDL
(mg/dl)
HDL
(mg/dl)
Trigliserida
(mg/dl)
Rendah < 100
(Optimal) < 40
Normal < 200 100 – 129 < 150
Perbatasan Tinggi 200 – 239 130 – 159 150 – 199
Tinggi >240 160 – 189 >60 200 – 499
Sangat Tinggi >499
d. Efek Kolesterol Bagi Tubuh
Riset selama dekade menunjukkan bahwa kolesterol hanya
bersembunyi dalam sel-sel yang melapisi arteri, tidak selalu
berubah menjadi plak yang menyumbat arteri. Kini diduga proses
oksidasi yang membuat komponen LDL dari kolesterol menjadi
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
66
begitu berbahaya. Oksidasi terjadi bila sistem antioksidan dalam
tubuh tidak dapat menetralkan molekul-molekul tak stabil yang
berubah secara negatif dan bernama radikal bebas. Radikal bebas
terjadi secara alamiah dalam tubuh atau bisa diawali oleh paparan
terhadap polutan lingkungan seperti asap rokok, bahan kimia, obat
bebas dan obat resep dokter, logam berat, dan stres.
Tanpa perlindungan antioksidan yang cukup, kolesterol
HDL bergabung dengan oksigen dan mementuk oksi-kolesterol.
Substansi ini bekerja di dalam dinding arteri radikal bebas yang
sangat reaktif, di mana substansi ini mengiritasi dinding arteri yang
memulai proses peradangan, dan akhirnya turut menyebabkan
pembentukan plak (Hasdianah & Suprapto, 2014).
Selain itu, adanya gangguan atau penurunan kadar HDL
plasma akan mengakibatkan transpor kolesterol dari jaringan
ekstrahepatal ke hepar terganggu dan akan terjadi penumpukan
kolesterol intraseluler. Penumpukan kolesterol intraseluler akan
merangsang terbentuknya atherogenesis. HDL juga berfungsi
untuk meningkatkan sintesis reseptor LDL pada hepatosit sehingga
gangguan atau penurunan kadar HDL akan berakibat pada
penurunan sintesis reseptor LDL, yang berakibat terjadinya
penumpukan remnant VLDL, remnant kilomnikron dan LDL di
dalam plasma dan jaringan ekstraseluler lain (Asdie, 2000).
Peningkatan kadar ini akan berpengaruh terhadap proses
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
67
pembentukan plak (aterogenesis) (Ross, 1990). Jika tidak diatasi,
plak ini akhirnya akan sama sekali menutup arteri yang terkena
atau pecah dan hancur, menyebabkan angina, dan mungkin
serangan jantung dan stroke (Hasdianah & Suprapto, 2014).
Karena kolesterol merupakan campuran antara HDL dan
LDL, pemeriksaan kadar kolesterol dikelompokan menjadi
kolesterol total (jumlah LDL dan HDL yang beredar dalam darah),
dan trigliserida. Semakin tinggi jumlah kolesterol total, kolesterol
LDL, dan trigliserida, semakin tinggi risiko penyakit jantung.
Sebaliknya, semakin tinggi kadar kolesterol HDL semakin rendah
risiko masalah jantung (Hasdianah & Suprapto, 2014).
e. Penanganan
Penanganan hiperkolesterol menurut Hasdianah & Suprapto (2014)
dan Pudiastuti (2011) sebagai berikut :
(1) Farmakologis.
(a) Golongan asam fibrat à Gemfibrozil, Fenofibrate dan
Ciprofibrate.
Fibrate menurunkan produksi LDL dan meningkatkan
kadar HDL. LDL ditumpuk di arteri sehingga
meningkatkan risiko penyakit jantung, sedangkan HDL
memproteksi arteri atas penumpukan itu.
(b) Golongan à Kolesteramin (Cholestyramine).
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
68
Obat antihiperlidemik ini bekerja dengan cara mengikat
asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan
LDL dari aliran darah.
(c) Golongan Penghambat HMGCoa reduktase à
Pravastatin, Simvastatin, Rosavastin, Fluvastatin,
Atorvastatin.
Menghambat pembentukan kolesterol dengan cara
menghambat kerja enzim yang ada di jaringan hati yang
memproduksi mevalonate, suatu molekul kecil yang
digunakan untuk mensintesa kolesterol dan derivate
mevalonate. Selain itu, meningkatkan pembuangan LDL
dari aliran darah.
(d) Goloangan Asam nikotinat à niasin
Dengan dosis besar asam nikotinat diindikasikan untuk
meningkatkan HDL atau kolesterol baik dalam darah.
(e) Golongan Ezetimibe
Menurunkan kolesterol total dan LDL selain itu juga
meningkatkan HDL dengan cara mengurangi penyerapan
kolesterol diusus.
(2) Nonfarmakologis
(a) Jaga berat badan agar tetap seimbang.
(b) Berolahraga secara teratur.
(c) Mengkonsumsi minyak ikan, vitamin antioksidan.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
69
(d) Perbanyak mengkonsumsi buah dan sayur.
(e) Kurangi jumlah alkohol, karbohidrat dan lemak dalam.
(f) Terapi alternatif komplementer dan herbal yang aman
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
70
B. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian adalah kumpulan teori mendasari topik
penelitian yang disusun berdasar teori yang sudah ada dalam tinjuan teori
dan mengikuti kaidah input, proses dan output (Sugiyono, 2011). Kerangka
teori penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.9 Kerangka Teori
Sumber: Andrews & Boyle, (2003), Yogiantoro (2014), Udjianti (2010)
Alternative Medical System : Terapi
pengobatan ini mengacu pada metode
pengganti atau alternatif dalam mengobati
penyakit dan biasanya telah dilakukan
sejak dahulu atau bersifat tradisional.
Faktor risiko hipertensi :
Dapat dimodifikasi :
1. Konsumsi lemak berlebih
2. Obesitas
3. Stress
4. Kurang berolahraga
5. Merokok
Tidak dapat dimodifikasi :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Keturunan
Hipertensi
Primer Sekunder
Terapi
nonfarmakologis
Terapi
farmakologis
Alternative Medical System
Alternative Medical
System :
Terapi Bekam
Penurunan MAP dan
Kolesterol Total
Pengambilan darah perifer untuk berbagai jenis
pengobatan penyakit. Pengobatan dengan metode
tabung atau gelas yang ditelungkupkan pada
permukaan kulit agar menimbulkan bendungan
lokal. Kemudian darah yang telah terkumpul
dikeluarkan dari kulit dengan dihisap, dengan
tujuan meningkatkan energi, menimbulkan efek
analgetik, anti-bengkak, serta mengusir patogen.
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015
71
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.10 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh terapi bekam basah terhadap penurunan mean
arterial Pressure dan kolesterol pada pasien hipertensi.
Ho : Tidak ada pengaruh terapi bekam basah terhadap penurunan
mean arterial Pressure dan kolesterol pada pasien hipertensi.
HASIL
Penurunan Mean Arterial Presure
Penurunan Kolesterol Total
Hipertensi
INTERVENSI
Terapi Bekam Basah
(Wet Cupping Therapy)
Terapi Bekam Basah..., Gagah Satria Hendrawan, S1 Keperawatan UMP, 2015