BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja Pemain Point Blank 1...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja Pemain Point Blank 1...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja Pemain Point Blank
1. Pengertian Remaja
Menurut Hurlock (1991) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18
tahun. Monks, dkk (1994) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
Menurut Stanley Hall (Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23
tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa
mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock dalam Lubis,
2010). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk, 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Daradjat (1992) membatasi masa remaja antara usia 13 tahun hingga 24
tahun dan mengatakan remaja adalah masa dimana munculnya berbagai
kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih
jelas dan daya fikir yang matang.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa
(Darajat, 1992). Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-
anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula
orang dewasa yang telah matang.
2. Batasan Usia Remaja
Menurut Jersild (1963), batasan usia remaja berada di antara 12 tahun
sampai 20 tahun. Hurlock (1991) berpendapat bahwa remaja berawal antara usia
13 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Lebih
lanjut Hurlock membagi masa remaja, yaitu remaja awal untuk perempuan 13
sampai 17 tahun dan untuk anak laki–laki 14 sampai 17 tahun. Usia remaja akhir
adalah 17 sampai 18 tahun. Monks, dkk (2000) berpendapat bahwa masa remaja
secara global berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun, dengan pembagian 12
sampai 15 tahun untuk masa remaja awal, 15 sampai 18 tahun untuk remaja
pertengahan dan usia 18 sampai 21 tahun untuk remaja akhir.
3. Ciri - Ciri Masa Remaja
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak
lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang
berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang
manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri, masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan (dalam Wulandari, 2009).
UNIVERSITAS MEDAN AREA
Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses
kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua.
Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si
remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya.
Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor penyebab seperti yang dipaparkan di
atas diharapkan dapat diambil manfaat bagi para orangtua, pendidik dan terutama
para remaja sendiri dalam berperilaku dan mendidik generasi berikutnya agar
lebih baik sehingga aksi-aksi kekerasan baik dalam bentuk agresi verbal maupun
agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan (dalam Wulandari,
2009).
Usia remaja adalah tahap yang banyak terjadi perubahan baik dalam aspek
fisik maupun psikologis. Mereka diharapkan untuk dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan yang dialami tersebut maupun efek dari perubahan yang
dialami oleh mereka. Berkaitan dengan hal tersebut, Hurlock (1991) menyebutkan
beberapa ciri yang ada dimasa remaja:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
c. Masa remaja sebagai perubahan
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
f. Masa remaja sebagai yang menimbulkan ketakutan
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
UNIVERSITAS MEDAN AREA
Dari penjelasan di atas masa remaja sebagai masa mencari identitas adalah
aspek yang penting dimasa remaja, terutama remaja tengah. Ini disebabkan remaja
tengah akan menghadapi dan memasuki masa dewasa yang diharapkan telah
mampu menemukan jawaban atas pertanyaan siapa dirinya dan akan kemana
nantinya.
4. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Hurlock (1991) menyebutkan tugas perkembangan remaja secara umum
adalah sebagai berikut:
a. Menerima hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya
b. Meraih peran maskulin dan feminim
c. Menerima dan menggunakan perubahan fisik secara efektif
d. Meraih kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
e. Memilih dan mempersiapkan karir
f. Mempersiapkan pernikahan dan membentuk keluarga
g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting
sebagai warga negara
h. Meraih perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
Konopka (dalam Sidik, 2009) menyebutkan bahwa beberapa tugas
perkembangan yang harus dikuasai utamanya remaja tengah dan akhirnya adalah
sebagai berikut :
a. Menerima keadaan fisik sebagai suatu perubahan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
b. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan figur otoritas
lainnya
c. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal dan
belajar untuk berteman baik dalam peer nya maupun berteman pada
kelompok lain
d. Menemukan figur yang tepat untuk dijadikan sebagai model dalam
mencapai identitas ego
e. Menyadari dan menggunakan potensi yang dimiliki sebagai
kemampuan
f. Menguatkan kontrol diri
g. Menjadi lebih dewasa dalam berperilaku dan penyesuaian yang lebih
baik dibanding masa sebelumnya.
Kesimpulannya bahwa tugas- tugas perkembangan remaja, khususnya
remaja tengah adalah menerima keadaan fisik, mencapai kebebasan emosional
dari orang tua, mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal
dan belajar berteman baik di dalam peer nya dan kelompok lain, menemukan
figur yang tepat untuk dijadikan sebagai model dalam mencapai identitas ego,
menyadari dan menggunakan potensi diri dan meraih peran jenis.
5. Pengertian point blank
Di zaman sekarang, khususnya di Indonesia, game online yang lagi diminati
para pengguna internet adalah point blank. Point Blank adalah merupakan sebuah
game atau permainan komputer yang bergenre tembak menembak yang
UNIVERSITAS MEDAN AREA
dimainkan secara online. Point blank sendiri dikembangkan oleh Zepetto asal
Korea Selatan dan kemudian dipublikasikan oleh NCSoft. Saat ini game ini telah
memiliki server dibeberapa negara dunia seperti Thailand, Rusia dan juga ada di
Indonesia (dalam www.google.com).
Point Blank, sebuah Online First Person Shooting Game dengan tingkat
realistik tinggi. Game ini mulai diperkenalkan di Indonesia pada April 2009 dan
tidak lama langsung menjadi salah satu game favorit. Sebutan untuk
pemain/karakter dalam game ini adalah Trooper (dalam www.google.com).
Dalam game ini terdapat dua kubu yang berseteru, yaitu CT Force dan Free
Rebels. Setiap Trooper dapat bermain sebagai CT Force maupun Free Rebels
sesuai selera masing-masing. Bahkan sejak beberapa bulan ini dimunculkan
karakter baru berupa Dinosaurus (dalam www.google.com). Berikut penjelasan
karakter-karakter tersebut.
a. CT Force (Pasukan Polisi) – Blue Team
Akibat konflik dengan imigran yang semakin meluas, pemerintah
memutuskan dibentuk suatu organisasi khusus untuk menghadapi para
teroris, terpilih 30 pasukan elit dalam melaksanakan misi ini.
Sejak dibentuknya organisasi ini, mencari informasi dan
keberadaan dari organisasi teroris yang dinamakan Free Rebles. Sejalan
dengan meningkatnya ancaman teroris dari organisasi Free Rebels,
pemerintah kemudian mengirimkan bantuan pasukan terbaik yang pernah
ada di pemerintahan yang kemudian datang dan bergabung dan berganti
nama menjadi CT-FORCE (Counter Terrorist Force).
UNIVERSITAS MEDAN AREA
b. Free Rebels (Teroris) – Read Team
Semakin bertambahnya imigran yang tidak mendapatkan pekerjaan
dan terusir dari masyarakat, sehingga untuk bertahan hidup para imigran
kemudian melakukan berbagai macam tindak kriminal dari perampokan
hingga pengedaran obat-obatan terlarang.
Aksi kriminal ini berkembang menjadi gerakan yang teroganisir
hingga terbentuk organisasi yang dinamakan Free Rebels. Tujuannya
tidak lain untuk menguasai seluruh perdagangan obat terlarang dan
senjata di seluruh dunia serta menciptakan rasa takut bagi masyarakat.
c. Karakter Dino
Karakter Dino hanya muncul saat Trooper memainkan mode
game Dino Mode yang mana pada mode ini masing-masing tim baik itu
CT Force maupun Free Rebels akan menjadi Dino secara bergantian.
Selanjutnya adalah mode game. Mode game dalam Point Blank terdiri dari :
a. Bomb Mission (3, 5, 7 dan 9 Ronde)
Red Team meletakkan bom dan jika berhasil meledak maka tim ini
pemenangnya. Blue Team sebaliknya yaitu menjinakkan bom, jika berhasil
maka dia pemenangnya. Walau begitu pemenang bisa ditentukan jika ada
satu tim yang semua anggotanya sudah terbantai sebelum meletakkan bom.
b. DeathMatch (3, 5, 7 dan 9 Ronde)
Tim mana yang paling banyak membunuh atau pertama kali
mendapatkan jumlah membunuh yang sudah ditentukan (biasanya mulai
UNIVERSITAS MEDAN AREA
dari 60 s.d. 160) merekalah pemenangnya. Biasanya diseting dalam waktu 5
s.d 30 menit sesuai dengan keinginan Room Master.
a. Eliminate (3, 5, 7 dan 9 Ronde)
Tim yang anggotanya habis duluan maka dinyatakan kalah dan
sebaliknya maka timnya dinyatakan menang.
b. Special Mode
Mode ini terdiri dari mode perang dengan senjata sniper,
shotgun dan dino mode. Untuk mode sniper dan shotgun bisa melakukan 3
mode yaitu bomb mission, death match dan eliminate namun untuk dino
mode hanya khusus dino dimana setiap tim baik itu red team maupun blue
team akan bergantian menjadi dino.
c. Destroy (3, 5, 7 dan 9 Ronde)
Red Team harus menghancurkan listrik sedangkan yang blue team
menghancurkan helikopter. Ada juga kedua tim yang harus menghancurkan
helikopter musuh masing-masing.
d. Defence Mode (3, 5, 7 dan 9 Ronde)
Pertahankan objek yang menjadi sasaran atau menghancurkanya.
Disini CT FORCE atau blue team berusaha mempertahankan dua tank dari
gempuran Free Rebels. Jika berhasil mempertahankan maka Blue Team
yang menang jika Red Team mampu menghancurkan dua tank tersebut
maka Free Rebels yang menang (dalam www.google.com).
UNIVERSITAS MEDAN AREA
B. Tingkah Laku Agresif
1. Pengertian Tingkah Laku Agresif
Agresif merupakan istilah umum yang dikaitkan dengan perasaan marah.
Agresif adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti
seseorang baik secara fisik maupun mental. Agresif bukan hanya suatu usaha
sengaja menyakiti seseorang tetapi juga dasar dari interpretasi intelektual dari
tercapainya kebebasan, bahkan kebanggaanyang bisa membuat seseorang merasa
lebih dari teman-teman menurut Berkowitz (dalam Wulandari, 2009).
Menurut Arendt (dalam Wulandari, 2009) bahwa agresif itu bisa diartikan
sebagai sebuah dorongan instingtual yang diarahkan untuk bermain dalam
peranan fungsional pada lingkup alam sebagai gizi dan insting seksual dalam
proses kehidupan individual dan spesies.
Lorenz (dalam Lubis, 2010) berpendapat agresifitas adalah naluri untuk
berkelahi pada binatang dan manusia yang menunjukkan pertentangan kelompok
dari satu spesies atau jenis.
Baron dan Richardson (dalam Koeswara,1988) membatasi agresif sebagai
suatu perilaku, bukan emosi atau sikap. Perilaku memenuhi syarat untuk observasi
sehingga dapat diukur. Wujud perilaku agresif itu bisa ditandai untuk penampilan
yang tidak memaksakan cara dan jalannya sendiri dalam membangun komunikasi
dengan pihak lain tanpa peduli sikap, penerimaan atau konsekuensi yang bakal
menimpa pihak lainnya.
Agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan
individu yang ditampakkan dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda
UNIVERSITAS MEDAN AREA
dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan
perilaku non verbal (Scheneiders, 1955).
Agresif menurut Murry (dalam Wulandari, 2009) didefinisikan sebagai
suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang,
membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah
tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang
lain.
Bandura (dalam Atkinson, 2006) berpendapat agresif adalah sering diartikan
sebagai perilaku yang mengakibatkan luka/ rasa sakit. Perilaku merusak yang
sama dapat diberikan tanda/ level agresifitas atau hal lain tergantung pada putusan
subjek apakah itu dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja. Jika pemberian
pembebasan dari agresi adalah kekuatan sanksi, perilaku melukai/ merusak
diminimalkan sebagai tugas yang tangguh, tetapi jika individu bebas
melakukannya maka ia dinilai berperilaku kejam/ keras. Perilaku yang sama akan
dinilai berbeda, tergantung pada beberapa faktor, jenis kelamin, usia dan tingkat
sosial ekonomi dari orang yang melakukannya.
Sedangkan menurut Abidin (2005) agresif mempunyai beberapa
karakteristik. Karakteristik yang pertama, agresif merupakan tingkah laku yang
bersifat membahayakan, menyakitkan, dan melukai orang lain. Karakteristik yang
kedua, agresif merupakan suatu tingkah laku yang dilakukan seseorang dengan
maksud untuk melukai, menyakiti, dan membahayakan orang lain atau dengan
kata lain dilakukan dengan sengaja. Karakteristik yang ketiga, agresi tidak hanya
UNIVERSITAS MEDAN AREA
dilakukan untuk melukai korban secara fisik, tetapi juga secara psikis (psikologis),
misalnya melalui kegiatan yang menghina atu menyalahkan.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan maka dapat kita tarik
kesimpulan bahwa prilaku agresif adalah sebuah tindakan kekerasan baik secara
verbal maupun secara fisik yang disengaja dilakukan oleh individu atau kelompok
terhadap orang lain atau objek-objek lain dengan tujuan untuk melukai secara
fisik maupun psikis.
2. Teori – Teori Agresifitas
Bandura (dalam Atkinson, 2006) mengemukakan bahwa ada beberapa teori
mengenai tingkah laku agresif yang dikemukakan secara umum menurut para ahli,
antara lain :
a. Teori Psikoanalisa
Teori psikoanalisa yang dikemukakan oleh Freud mengatakan bahwa
agresif adalah dorongan atau naluri dasar. Naluri dasar itu terbagi dua jenis
yaitu naluri kematian dan naluri kehidupan. Hasrat kematian oleh individu
itu ditujukan keluar dirinya, yakni berwujud agresif terhadap orang lain.
Dorongan agresif ini akan diekspresikan lewat perilaku agresif dalam
bentuk apapun dan terhadap siapapun. Diperkirakan bahwa timbulnya
perilau agresif akan membutuhkan energi, oleh karena itu energi – energi
akan berkurang pada saat terjadinya perilaku agresif. Selain itu, pandangan
ini juga mengatakan bahwa agresif merupakan sifat untuk terjadinya
perilaku agresif tidak perlu dipelajari, karena kecenderungan bawaan
dalam perilaku agresif itu telah ada.
b. Teori Hipotesis Frustasi – Agresif
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Dollard dkk. Mereka
menolak konsep agresif Freud, yaitu naluri dasar. Mereka menyimpulkan
bahwa agresif adalah kreasi terhadap rasa frustasi, yaitu didefenisikan
sebagai penghalang tindakan langsung yang mempunyai tujuan tertentu
dan agresif sebagai perilaku yang diarahkan untuk menghilangkan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
penghalang tersebut. Menurut teori ini, tingkah laku agresif selalu
merupakan reaksi dari rasa frustasi. Dengan kata lain frustasi adalah satu –
satunya jawaban yang mungkin bagi agresif. Berbagai tindakan agresif
mengarah pada penyaluran rasa frustasi dengan membebaskan energi yang
menumpuk. Fenomena ini disebut katarsis.
c. Teori Belajar Tingkah Laku
Sears dkk menjelaskan dari sudut pandang teori belajar, perilaku
agresif merupakan perilaku yang dipelajari. Teori behavioral memandang
tingkah laku agresif sebagai perilaku respon yang dipelajari dan diperoleh
melalui reinforcement (penguat), yaitu melalui mekanisme conditioning
(pembelajaran). Teori belajar mengatakan bahwa penguat (reinforcement)
adalah faktor yang sangat penting bagi individu, sehingga bilamana suatu
perilaku yang termasuk perilaku agresif mendapatkan hadiah sebagai
penguat, maka ada kemungkinan perilaku tersebut akan diulang pada
waktu yang akan datang. Teori ini memiliki faktor utama, imitasi sebagai
proses yang mengiringi terbentuknya perilaku.
d. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theories)
Menurut Bandura dalam social learning theories atau teori belajar
sosial adalah bahwa yang membentuk perilaku anak adalah bagaimana
interaksi seorang anak dengan lingkungan sosialnya yang dapat ditangkap
oleh kognisi anak. Menurut teori ini, banyak perilaku agresif diperoleh
dari hasil mengamati (observasi perilaku agresif orang lain melalui
modeling), kemudian perilaku agresif tersebut ditiru (imitated) oleh anak
dengan melihat sendiri dari lingkungan sekitarnya, baik dari orang tua,
tetangga, saudara sepupu, saudara kandung ataupun teman sendiri.
Berdasarkan teori – teori diatas dapat disimpulkan bahwa tingkah laku
agresif bersifat instingtif dan hal yang dipelajari dari orang lain, disamping itu
perilaku agresif dapat timbul akibat reaksi frustasi.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif
Menurut Sears, Taylor dan Peplau (1997), perilaku agresif remaja
disebabkan oleh dua faktor utama yaitu adanya serangan serta frustasi. Serangan
merupakan salah satu faktor yang paling sering menjadi penyebab agresi dan
muncul dalam bentuk serangan verbal atau serangan fisik. Frustasi terjadi bila
seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai tujuan, kebutuhan, keinginan,
penghargaan atau tindakan tertentu.
Menurut Berkowitz (2003) dalam bukunya yang berjudul emosional
behavior menyatakan bahwa adanya persaingan atau kompetisi juga dapat
menjadi penyebab munculnya perilaku agresifitas remaja.
Menurut Davidoff (1991) perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa
faktor:
a. Faktor Biologis
Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu:
1) Gen
Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak
yang mengatur perilaku agresi.
2) Sistem Otak
Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat
memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi.
Prescott menyatakan bahwa orang yang berorientasi pada kenikmatan akan
sedikit melakukan agresi sedangkan orang yang tidak pernah mengalami
kesenangan, kegembiraan atau santai cenderung untuk melakukan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
kekejaman dan penghancuran (agresi). Prescott yakin bahwa keinginan yang
kuat untuk menghancurkan disebabkan oleh ketidakmampuan untuk
menikmati sesuatu hal yang disebabkan cedera otak karena kurang
rangsangan sewaktu bayi.
3) Kimia Darah
Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor
keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam suatu
eksperimen ilmuwan menyuntikan hormon testosteron pada tikus dan
beberapa hewan lain (testosteron merupakan hormon androgen utama yang
memberikan ciri kelamin jantan) maka tikus-tikus tersebut berkelahi
semakin sering dan lebih kuat. Sewaktu testosteron dikurangi hewan
tersebut menjadi lembut.
b. Faktor lingkungan
1) Kemiskinan
Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku
agresi mereka secara alami mengalami penguatan. Hal yang sangat
menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonomi dan
moneter menyebabkan pembengkakan kemiskinan yang semakin tidak
terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat agresi semakin besar,
walau harus kita akui bahwa faktor kemiskinan ini tidak selalu menjadikan
seseorang berperilaku agresif, dengan bukti banyak orang di pedesaan yang
walau hidup dalam keadaan kemiskinan tapi tidak membuatnnya berprilaku
agresif, karena dia telah menerima keadaan dirinya apa adanya.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2) Suhu udara yang panas
Bila diperhatikan dengan seksama tawuran yang terjadi di Jakarta
seringkali terjadi pada siang hari di terik panas matahari, tapi bila musim
hujan relatif tidak ada peristiwa tersebut. Begitu juga dengan aksi-aksi
demonstrasi yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang
biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas tapi bila hari diguyur hujan
aksi tersebut juga menjadi sepi.
Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu suatu lingkungan yang
tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan
agresivitas.
c. Kesenjangan generasi
Adanya perbedaan antara generasi anak dengan orang tuanya dapat
terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan
seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang tua dan
anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada
anak.
d. Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas system saraf
parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat
yang biasanya disebabkan karena adanya kesalahan yang mungkin nyata-
nyata salah atau mungkin tidak . Pada saat marah, ada perasaan ingin
menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya
UNIVERSITAS MEDAN AREA
timbul pikiran yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah
perilaku agresif.
e. Peran belajar model kekerasan
Model pahlawan-pahlawan di film-film seringkali mendapat imbalan
setelah mereka melakukan tindak kekerasan. Hal bisa menjadikan penonton
akan semakin mendapat penguatan bahwa hal tersebut merupakan hal yang
menyenangkan dan dapat dijadikan suatu sistem nilai bagi dirinya. Dengan
menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar peran model
kekerasan dan hali ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku
agresif.
f. Frustasi
Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam
mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan
tertentu. Agresi merupakan salah satu cara merespon terhadap frustasi.
Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang behubungan
dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan
adanya kebutuhan yang harus segera tepenuhi tetapi sulit sekali tercapai.
Akibatnya mereka menjadi mudah marah dan berprilaku agresi.
Secara umum Akbar dan Hawadi (2002) mengelompokkan faktor yang
mempengaruhi tingkah laku agresi menjadi dua, yaitu:
a. Faktor dalam diri anak
Anak akan bereaksi agresi jika ia mendapat hambatan dalam memuaskan
keinginannya. Menurut laporan catatan kepolisian pada umumnya jumlah anak
UNIVERSITAS MEDAN AREA
laki-laki yang melakukan kejahatan diperkirakan lima puluh kali lipat dari pada
anak perempuan. Angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15- 19 tahun
dan sesudah umur 22 tahun, kasus kejahatan yang dilakukan remaja menjadi
menurun (Kartono, 1985). Hal senada yang mengatakan bahwa anak lak- laki
lebih sering melakukan tindakan agresi dari anak perempuan terdapat dalam
Albin (2005) yang mengatakan bahwa kaum lelaki dengan mudah
mengungkapkan rasa marah dan juga bersikap marah terhadap orang lain.
b. Faktor dari luar diri anak
Tingkah laku agresi itu didapat anak karena ada contoh dari lingkungan
sekitarnya, bisa orang tua, paman, bibi, saudara kandung mapun temannya
sendiri. Jadi tingkah laku agresi itu karena mereka pelajari dari sekitarnya.
Menurut Kartono (1985) faktor- faktor yang mempengaruhi tigkah laku
agresi pada remaja meliputi :
a) Kondisi pribadi remaja yaitu kelainan yang dibawa sejak lahir baik
fisik maupun psikis, lemahnya control diri terhadap pengaruh
lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan
b) Lingkungan rumah dan keluarga yang kurang memberikan kasih
sayang dan perhatian orang tua sehingga remaja mencarinya dalam
kelompok sebayanya, kurangnya komunikasi sesama anggota keluarga,
status ekonomi keluarga yang rendah, ada penolakan dari ayah maupun
ibu, serta keluarga yang kurang harmonis.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
c) Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, keterbelakangan
pendidikan pada masyarakat, kurangnya pengawasan terhadap remaja
serta pengaruh norma- norma baru yang ada di luar.
d) Lingkungan sekolah, seperti kurangnya fasilitas pendidikan sebagai
tempat penyaluran bakat dan minat remaja, kurangnya perhatian guru,
tata cara disiplin yang terlalu kaku atau norma- norma pendidikan yan
kurang diterapkan.
Menurut koeswara (1998), faktor penyebab remaja berperilaku agresif
bermacam- macam sehingga dapat dikelompokkan menjadi faktor sosial, faktor
lingkungan, faktor situasional, faktor hormon, alkohol, obat- obatan (faktor yang
berasal dari luar individu) dan sifat kepribadian (faktor yang berasal dalam diri
individu), yaitu :
a. Penyebab sosial
1. Frustasi
Yakni suatu situasi yang menghambat individu dalam usaha
mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, dari frustasi maka akan
timbul perasaan- perasaan agresif.
2. Profokasi
Yaitu oleh pelaku profokasi dilihat sebagai ancaman yang harus
dihadapi dengan respon agresif untuk meniadakan bahaya yang
diisyaratkan oleh ancaman tersebut.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
3. Melihat model- model agresif
Film dan TV dengan kekerasan dapat menimbulkan agresi pada
seseorang anak, makin banyak menonton kekerasan dalam acara TV
makin besar tingkat agresif mereka terhadap orang lain, makin lama
mereka menoton, makin kuat hubungannya tersebut.
b. Penyebab dari lingkungan
1. Polusi udara, bau busuk dan kebisingan dilaporkan dapat menimbulkan
perilaku agresi tetapi tidak selalu demikian tergantung dari berbagai
faktor lain.
2. Kesesakan (crowding) meningkatkan kemungkinan untuk pelaku
agresif terutama bila sering timbul kejengkelan, iritasi, dan frustasi
karenanya.
c. Penyebab situasional
Rasa nyeri dapat menimbulkan dorongan agresi yaitu untuk melukai
atau mencelakakan orang lain. Dorongan itu kemudian dapat tertuju
kepada sasaran apa saja yang ada.
d. Alkohol dan obat- obatan
Ada petunjuk bahwa agresi berhubungan dengan kadar alkohol dan
obat- obatan. Subyek yang menerima alkohol dalam takaran- takaran yang
tinggi menunjukkan taraf agresifitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan subjek yang tidak menerima alkohol atau menerima alkohol dalam
taraf yang rendah. Alkohol dapat melemahkan kendali diri peminumnya,
sehingga taraf agresifitas juga tinggi.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
e. Sifat kepribadian
Menurut Baron (dalam koeswara, 1998) setiap individu akan berbeda
dalam cara menentukan dirinya untuk mendekati atau menjauhi perilaku
agresif. Ada beberapa yang memiliki sifat karakteristik yang berorientasi
untuk menjauhkan diri dari pelanggaran- pelanggaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor- faktor
penyebab perilaku agresif memiliki banyak faktor penyebab, yaitu faktor yang
berasal dari diri individu sendiri maupun dari luar individu. Adapun faktor yang
berasal dari individu, yaitu faktor amarah, faktor biologis (sifat kepribadian), dan
faktor frustasi. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu, yaitu faktor
lingkungan, kesenjangan generasi, faktor situasional, peran belajar model
kekerasan, dan proses pendisiplinan yang keliru, alkohol dan obat- obatan.
4. Aspek- Aspek Perilaku Agresif
Dalam usahanya mengkonsepsikan berbagai varisi agresi manusia Buss dan
Perry (1992) telah mengklasifikasikan agresivitas menjadi empat aspek, yaitu :
a. Agresi fisik adalah yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik.
Hal ini termasuk memukul, menendang, menusuk dan membakar.
b. Agresi verbal adalah agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain
secara verbal. Bila seseorang membentak, mengumpat, mengejek dan
berdebat maka orang itu dapat dikatakan sedang melakukan agresi verbal.
c. Kebencian adalah sikap yang negatif terhadap orang lain karena penilaian
sendiri yang negatif. Contohnya adalah seseorang curiga kepada orang
lain karena orang lain tersebut baik.
UNIVERSITAS MEDAN AREA
d. Kemarahan hanya berupa perasaan dan tidak mempunyai tujuan apapun.
Contohnya seseorang dapat dikatakan marah apabila dia sedang merasa
frustasi atau tersinggung.
Dengan demikian, aspek- aspek agresivitas meliputi: agresi fisik, agresi
verbal, kemarahan, dan kebencian.
C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresifitas Remaja
Pemain Game Online (Point Blank)
Remaja-remaja sekarang sangat gemar sekali bermain game online, apalagi
game yang bernama point blank. Banyak sekali terlihat di warnet- warnet, para
remaja-remaja, orang dewasa bahkan anak-anak yang bermain game online (point
blank). Bukan sedikit juga di antara mereka yang menghabiskan waktunya di
warnet untuk bermain game online (point blank).
Hal yang mengkhawatirkan, jika remaja yang pada umumnya masih duduk
dibangku sekolah menghabiskan waktu dengan main game online dapat
menyebabkan merosotnya prestasi belajar. Begitu juga remaja dapat tidak
mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan
keluarga maupun lingkungan pergaulannya di masyarakat (dalam google.com).
Lebih berbahaya lagi, pengaruh dari game online dapat menyebabkan
meningkatnya agresivitas. Ini dapat saja terjadi karena pengaruh permainan yang
menampilkan perilaku agresif. Seperti permainan yang menampilkan perkelahian
brutal, berdarah-darah, sadis, adegan penyiksaan, pembunuhan dan lain-lain. Jenis
permainan yang digemari tersebut dan dinikmati secara berulang-ulang, maka
UNIVERSITAS MEDAN AREA
secara tanpa sadar dan berangsur-angsur perilaku agresif tersebut akan terekam
dalam memori alam bawah sadar remaja. Akibatnya, remaja menjadi terbiasa
menyaksikan adegan kekerasan, sehingga sikap agresif pada remaja begitu mudah
terbentuk (Surya, 2008 dalam http://etd.eprints.ums.ac.id).
Faktor- faktor yang mempengaruhi perilau agresifitas remaja pemain point
blank, yaitu :
1. Frustasi
2. Profokasi
3. Melihat model- model agresif
4. Suhu udara yang panas
5. Amarah
6. Serangan
UNIVERSITAS MEDAN AREA
D. Kerangka Konseptual
INTERNET
POINT BLANK
AGRESIF
VERBAL NON VERBAL
Faktor Penyebab Menurut Koeswara(1998): • Frustasi, • Profokasi, • Melihat model-
model agresif
• Serangan (Menurut Sears, Taylor dan Peplau (1997))
Faktor Penyebab Menurut Davidoff (1991): • Faktor
Lingkungan (suhu udara yang panas),
• Amarah • Peran Belajar
Kekerasan • Frustasi
REMAJA • Browsing
• Jejaring Sosial (facebook, twitter)
• Game (Online/ Offline)
• My Space • You Tube • Dan lain- lain
UNIVERSITAS MEDAN AREA
E. Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian dan teori-teori yang didapat, menunjukkan
bahwa faktor profokasi, amarah, frustasi, suhu udara, serangan dan model-model
kekerasan memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku agresifitas pada
remaja pemain point blank.
UNIVERSITAS MEDAN AREA