BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi...

15
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Berbicara tentang interaksi individu dengan lingkungannya, penyesuaian diri adalah salah satu konsep yang ada di dalamnya. Penyesuaian diri merupakan kemampuan individu dalam berperilaku karena tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan agar mendapat ketentraman dalam hubungan dengan lingkungan sekitar (Parman, 2013). Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental dan tingkah laku dimana individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik untuk meningkatkan keseimbangan antara kebutuhan dari dalam diri individu dan lingkungan (Schneiders, 1964). Ali dan Asrori (2005) mengartikan penyesuaian diri adalah dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment”. Hal ini selaras dengan pendapat Schneiders (dalam Ali, dkk, 2005) bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu: a) penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaption); b) penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity); dan c) penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)”.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyesuaian Diri

1. Definisi Penyesuaian Diri

Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Berbicara tentang interaksi

individu dengan lingkungannya, penyesuaian diri adalah salah satu konsep yang ada di

dalamnya. Penyesuaian diri merupakan kemampuan individu dalam berperilaku karena

tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan agar mendapat ketentraman dalam hubungan dengan

lingkungan sekitar (Parman, 2013). Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003),

penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri

individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Penyesuaian diri adalah

proses yang melibatkan respon mental dan tingkah laku dimana individu berusaha

menanggulangi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, mengatasi ketegangan, frustasi dan

konflik untuk meningkatkan keseimbangan antara kebutuhan dari dalam diri individu dan

lingkungan (Schneiders, 1964).

Ali dan Asrori (2005) mengartikan penyesuaian diri adalah dalam bahasa aslinya

dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment”. Hal ini selaras dengan

pendapat Schneiders (dalam Ali, dkk, 2005) bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga

sudut pandang yaitu: a) penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaption); b) penyesuaian diri

sebagai bentuk konformitas (conformity); dan c) penyesuaian diri sebagai usaha

penguasaan (mastery)”.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

15

Dari berbagai pendapat para ahli di atas, peneliti melakukan analisis untuk membuat

kesimpulan. Penyesuaian diri tidak hanya memperhatikan bagaimana seorang individu

dapat menyesuiakan diri dengan kondisi atau keadaan dirinya saat ini, namun juga dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun situasi tempat individu berada dan

beraktifitas. Peneliti menyimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu

dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan

tuntutan diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri

sendiri dan lingkungannya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri adalah kemampuan individu menghadapi perubahan yang terjadi

dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan lingkungan agar tercapai

keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya (Parman, 2013).

Dalam melakukan penyesuaian diri, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam

kemampuan seorang individu dalam melakukan penyesuaian diri di kehidupannya.

Menurut Schneiders (1964) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah :

a. Kondisi fisik

Aspek-aspek berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat mempengaruhi penyesuaian

diri adalah :

1) Hereditas dan Konstitusi fisik

Temperamen merupakan komponen utama karena temperamen itu muncul

karakteristik yang paling dasar dari kepribadian, khususnya dalam memandang

hubungan emosi dengan penyesuaian diri.

2) Sistem utama tubuh

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

16

Sistem syaraf, kelenjar dan otot termasuk ke dalam sistem utama tubuh yang

memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri.

3) Kesehatan fisik

Penyesuaian diri individu akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam

kondisi fisik yang sehat daripada yang tidak sehat. Kondisi fisik yang sehat

dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, harga diri, dan sejenisnya

yang akan menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses

penyesuaian diri.

b. Perkembangan dan kematangan

Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu berbeda pada setiap tahap perkembangan.

Sejalan dengan perkembangannya, individu meninggalkan tingkah laku infantil dalam

merespon lingkungan. Hal tersebut bukan karena proses pembelajaran semata, melainkan

karena individu menjadi lebih matang. Kematangan individu dalam segi intelektual, sosial,

moral, dan emosi mempengaruhi bagaimana individu melakukan penyesuaian diri.

c. Keadaan psikologis

Keadaan mental yang sehat merupakan syarat bagi tercapainya penyesuaian diri yang

baik, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya frustrasi, kecemasan dan cacat mental akan

dapat melatarbelakangi adanya hambatan dalam penyesuaian diri. Keadaan mental yang

baik akan mendorong individu untuk memberikan respon yang selaras dengan dorongan

internal maupun tuntutan lingkungannya. Variabel yang termasuk dalam keadaan

psikologis di antaranya adalah pengalaman, pendidikan, konsep diri, dan keyakinan diri.

d. Keadaan lingkungan

Keadaan lingkungan yang baik, damai, tenteram, aman, penuh penerimaan dan

pengertian, serta mampu memberikan perlindungan kepada anggota-anggotanya

merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian diri. Sebaliknya

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

17

apabila individu tinggal dilingkungan yang tidak tenteram, tidak damai, dan tidak aman,

maka individu tersebut akan mengalami gangguan dalam melakukan proses penyesuaian

diri. Keadaan lingkungan yang dimaksud meliputi sekolah, rumah, dan keluarga. Sekolah

bukan hanya memberikan pendidikan bagi individu dalam segi intelektual, tetapi juga

dalam aspek sosial dan moral yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah juga

berpengaruh dalam pembentukan minat, keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang menjadi

dasar penyesuaian diri yang baik (Schneiders, 1964).

e. Tingkat religiusitas dan kebudayaan

Religiusitas merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis yang dapat

digunakan untuk mengurangi konflik, frustrasi dan ketegangan psikis lain. Religiusitas

memberi nilai dan keyakinan sehingga individu memiliki arti, tujuan, dan stabilitas hidup

yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya

(Schneiders, 1964). Kebudayaan pada suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang

membentuk watak dan tingkah laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau

justru membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri.

3. Dimensi dari Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri yang normal merupakan cara bereaksi dan bertingkahlaku yang

wajar. Penyesuaian diri yang normal memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik

penyesuaian diri menurut Schneiders (dalam Indarwati, 2012) adalah:

a. Ketiadaan Emosi Yang Berlebihan

Penyesuaian yang normal dapat diidentifikasi dengan tidak ditemukannya emosi

yang berlebihan. Individu yang merespon masalah dengan ketenangan dan kontrol emosi

memungkinkan individu untuk memecahkan kesulitan secara inteligen. Adanya kontrol

emosi membuat individu mampu berpikir jernih terhadap masalah yang dihadapinya dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

18

memecahan masalah dengan cara yang sesuai. Ketiadaan emosi tidak berarti

mengindikasikan abnormalitas tapi merupakan kontrol dari emosi.

b. Ketiadaan Mekanisme Psikologis

Penyesuaian normal dikarakteristikkan dengan tidak ditemukannya mekanisme

psikologis. Ketika usaha yang dilakukan gagal, individu mengakui kegagalannya dan

berusaha mendapatkannya lagi merupakan penyesuaian diri yang baik dibandingkan

melakukan mekanisme seperti rasionalisasi, proyeksi, kompensasi. Individu dengan

penyesuaian diri yang buruk berusaha melakukan rasionalisasi dengan menimpakan

kesalahan pada orang lain.

c. Ketiadaan Perasaan Frustrasi Pribadi

Penyesuaian yang baik terbebas dari perasaan frustrasi pribadi. Perasaan frustrasi

membuat sulit bereaksi normal terhadap masalah. Misalnya, seorang siswa yang merasa

frustrasi dengan hasil akademiknya yang terus merosot menjadi sulit untuk

mengorganisasikan pikiran, perasaan, tingkah laku efisien pada situasi dimana individu

merasa frustrasi. Individu yang merasa frustrasi akan mengganti reaksi normal dengan

mekanisme psikologis atau reaksi lain yang sulit dalam menyesuaikan diri seperti sering

marah tanpa sebab ketika bergaul dengan orang lain.

d. Pertimbangan Rasional Dan Kemampuan Mengarahkan Diri (Self-direction)

Karakteristik menonjol dari penyesuaian normal adalah pertimbangan rasional dan

kemampuan mengarahkan diri. Karakteristik ini dipakai dalam tingkahlaku sehari-hari

untuk mengatasi masalah ekonomi, hubungan sosial, kesulitan perkawinan. Kemampuan

individu menghadapi masalah, konflik, frustrasi menggunakan kemampuan berpikir secara

rasional dan mampu mengarahkan diri dalam tingkah laku yang sesuai mengakibatkan

penyesuaian normal.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

19

e. Kemampuan Untuk Belajar

Penyesuaian normal dikarakteristikkan dengan belajar terus-menerus dalam

memecahkan masalah yang penuh dengan konflik, frustrasi atau stres. Misalnya orang

yang belajar menghindari sikap egois agar terjadi keharmonisan dalam keluarga.

f. Kemampuan Menggunakan Pengalaman Masa Lalu

Kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu merupakan usaha individu untuk

belajar dalam menghadapi masalah. Penyesuaian normal membutuhkan penggunaan

pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lampau yang menguntungkan seperti belajar

berkebun diperlukan agar individu dapat menggunakannya untuk pengalaman sekarang

ketika menghadapi kesulitan keuangan dengan membuka usaha menjual tanaman.

g. Sikap Realistik Dan Objektif

Penyesuaian yang normal berkaitan dengan sikap yang realistik dan objektif. Sikap

realistik dan objektif berkenaan dengan orientasi individu terhadap kenyataaan, mampu

menerima kenyataan yang dialami tanpa konflik dan melihatnya secara objektif. Sikap

realistik dan objektif berdasarkan pada belajar, pengalaman masa lalu, pertimbangan

rasional, dapat menghargai situasi dan masalah. Sikap realistik dan objektif digunakan

untuk menghadapi peristiwa penting seperti orang yang kehilangan pekerjaan tetap

memiliki motivasi sehingga dapat menerima situasi dan berhubungan secara baik dengan

orang lain.

Beberapa hal yang telah dijelaskan diatas, menjadi pertimbangan-pertimbangan oleh

peneliti untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan

uraian di atas maka aspek-aspek penyesuaian diri yang digunakan dalam penelitian ini

mengacu pada teori Schneiders, (dalam Indarwati, 2012) antara lain ketiadaan emosi yang

berlebihan, ketiadaan mekanisme psikologis, ketiadaan perasaan frustrasi pribadi,

pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri, kemampuan untuk belajar,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

20

kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu, sikap realistik dan objektif. Peneliti

menggunakan dimensi ini karena, dimensi tersebut dapat mewakili aspek-aspek

penyesuaian diri pada anggota TNI AD.

B. Agresivitas

1. Definisi Agresivitas

Agresivitas adalah suatu kecenderungan habitual (yang dibiasakan) untuk

memamerkan permusuhan dan merupakan pernyataan diri secara tegas, penonjolan diri,

penuntutan atau pemaksaan diri dan merupakan suatu dominasi sosial, kekuasaan sosial,

khususnya yang diterapkan secara ekstrim (Krahe, 2005). Banyak tokoh yang berusaha

memberikan definisi tentang agresivitas. Berkowitz (2003) mengatakan bahwa agresivitas

mengacu pada keinginan yang relatif merekat untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi

yang berbeda atau agresivitas dianggap sebagai kecenderungan untuk menjadi agresif.

Baron dan Richarson (dalam Krahe, 2005) mengatakan bahwa agresif adalah segala bentuk

perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang

terdorong untuk menghindari perlakuan itu.

Murray (dalam Krahe, 2005) mengatakan bahwa agresif adalah kebutuhan untuk

menyerang, memperkosa atau melukai orang lain untuk meremehkan, merugikan,

mengganggu, membahayakan, merusak, menjahati, mengejek, mencemoohkan atau

menuduh secara sehat, menghukum berat atau melakukan tindakan sadis lainnya. Dalam

arti tertentu Tedeschi dan Felson (dalam Krahe, 2005) menjelaskan agresi sebagai perilaku

yang ditujukan atau dilakukan dengan niat untuk menimbulkan akibat negatif pada

sasarannya, atau sebaliknya akan menimbulkan harapan bahwa tindakan itu menghasilkan

sesuatu.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

21

Berkowitz (dalam Koeswara 1988) membedakan agresi ke dalam dua macam agresi,

yakni agresi instrumental (instrumental agression) dan agresi benci (hostile agression) atau

disebut juga agresi impulsif (impulsive agression) Berkowitz (dalam Koeswara, 1988)

mengemukakan bahwa agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh organisme

atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari berbagai definisi yang diungkapkan oleh beberapa tokoh ahli di atas, peneliti

melakukan analisis untuk membuat kesimpulan. Agresivitas seorang individu ditunjukkan

dengan perilaku agresif yang dimunculkan. Peneliti menyimpulkan bahwa agresivitas

adalah kecenderungan dari segala bentuk perilaku yang dilakukan baik verbal, fisik

ataupun keduanya yang dilakukan secara sadar dan memiliki tujuan untuk menyerang atau

menyakiti orang lain ataupun makhluk hidup lain, agresi dibagi menjadi dua yaitu agresi

instrumental dan agresi impulsif.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agresivitas

Menurut Berkowitz (2003), terdapat sembilan faktor penyebab atau stimulus

munculnya perilaku agresif, adalah sebagai berikut:

a. Frustrasi

Frustrasi bisa mempengaruhi kemungkinan untuk melakukan serangan terbuka,

mereka bisa menjadi agresif meskipun hanya menemui rintangan yang sifatnya legal atau

tak sengaja. Dorongan agresif mungkin tidak selalu tampak mata, akan tetapi bisa juga

rintangan yang tidak bertentangan dengan kaidah sosial menyebabkan kecenderungan

agresi.

b. Perasaan Negatif

Perasaan negatif merupakan akar dari agresi emosional. Salah satu bentuk dari

perasaan negatif adalah inferiority feeling. Inferiority feeling adalah suatu bentuk perasaan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

22

negatif terhadap dirinya sendiri (Jalaludin, 1977). Berkowitz (1995) yang mengatakan

bahwa individu mengamuk baik secara verbal maupun secara fisik karena merasa terhina

atau merasa harga dirinya tersinggung.

c. Pikiran Atau Kognitif

Penilaian mungkin tidak begitu penting, tetapi jelas bisa mempunyai pengaruh besar.

Paling tidak, interpretasi bisa menentukan apakah kejadian emosional menyenangkan atau

tidak menyenangkan, seberapa kuat perasaan yang ditimbulkan dan apakah faktor penahan

memainkan peranan. Dengan demikian, pikiran dapat mempengaruhi agresivitas seseorang

dengan menentukan kejadian emosionalnya terlebih dahulu. Berkowitz (1995) menyatakan

bahwa kita menjadi marah hanya ketika kita berkeyakinan bahwa ada yang berbuat salah

pada kita atau sengaja mengancam kita, dan kemudian kita ingin menyakiti orang itu

karena kemarahan kita.

d. Pengalaman Masa Kecil

Pengalaman pada waktu masih kecil memiliki kemungkinan untuk menjadikan anak

bertindak agresi emosional, sehingga waktu dewasa menjadi agresif dan anti sosial.

e. Pengaruh Teman

Teman merupakan salah satu agen sosialisasi yang dijumpai anak-anak dalam

kehidupan, dari waktu kecil hingga dewasa. Teman ini mengajari cara bertindak dalam

situasi tertentu, dengan berperan sebagai model dan dengan memberi suatu penerimaan

atau dukungan apabila mereka bertindak dengan cara yang dianggap pas.

f. Pengaruh Kelompok

Dalam kelompok atau geng, anak-anak merasa dapat penerimaan dan status, mereka

merasa penting dalam geng, sementara di tempat lain tidak berharga. Mereka juga

mendapatkan dukungan bahwa pandangan dan sikap mereka bersama itu benar, bahkan

bahaya yang mereka takuti dapat diatasi. Dukungan ini memainkan peran penting pada

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

23

perilaku agresif anak. Seorang anak yang mengalami penyimpangan sosial mungkin tidak

berani melanggar hukum, tetapi jika bersama teman-teman anggota geng, ia merasa berani

dan aman.

g. Kondisi tidak menyenangkan yang diciptakan orang tua

Kondisi tidak menyenangkan ini dapat berupa memberikan sikap dingin, acuh, tidak

konsisten terhadap apa yang diinginkan dari si anak, serta memberikan hukuman yang

brutal jika si anak tidak mematuhi perintah. Dari kondisi tak menyenangkan tersebut, dapat

dipastikan bahwa anak akan menjadi relatif agresif apabila berada di luar lingkungan

keluarga.

h. Konflik Keluarga

Banyak yang beranggapan bahwa banyak anak nakal merupakan korban

penyimpangan sosial dari kondisi keluarga abnormal. Hal tersebut dikarenakan mereka

tidak hanya tumbuh dalam kemiskinan tetapi juga hanya mempunyai satu orang tua dan

bukan dua sehingga mereka belajar untuk tidak menerima norma dan nilai-nilai tradisional

masyarakat.

i. Pengaruh Model

Pengaruh model terhadap anak juga bisa mempengaruhi kecenderungan agresif anak,

tidak perduli apakah orang lain itu ingin ditiru atau tidak. Dalam psikologi, fenomena ini

disebut dengan modeling dan mendefinisikannya sebagai pengaruh yang timbul ketika

orang lain melihat orang lain (model) bertindak dengan cara tertentu dan kemudian meniru

perilaku model.

Berdasarkan dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa perilaku agresif memiliki

banyak faktor penyebab, yaitu faktor yang berasal dari diri individu sendiri maupun dari

luar diri individu. Adapun faktor yang berasal dari diri individu, yaitu faktor perasaan

frustrasi, perasaan negatif, pikiran atau kognisi, dan pengalaman masa kecil. Sedangkan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

24

faktor yang berasal dari luar individu yaitu serangan, pengaruh teman, pengaruh kelompok,

kondisi tidak menyenangkan yang diciptakan orang tua, konflik keluarga, dan pengaruh

model.

3. Dimensi dari Agresivitas

Dalam usahanya mengkonsepsikan berbagai bentuk agresi pada manusia Buss dan

Perry (dalam Lutfi, 2009) telah mengklasifikasikan agresi menjadi empat bentuk, yaitu:

a. Agresi Fisik

Merupakan agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik. Hal ini

termasuk memukul, menendang, menusuk dan membakar. Merupakan komponen dari

perilaku motorik.

b. Agresi Verbal

Merupakan agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara verbal. Tindakan

untuk menyakiti dan melukai orang lain, hanya saja melalui verbalisasi. Misalnya, bila

seseorang membentak, mengumpat, mengejek dan berdebat maka orang itu dapat

dikatakan sedang melakukan agresi verbal.

c. Rasa Marah

Merupakan emosi atau afektif seperti keterbangkitan dan kesiapan psikologis untuk

bersikap agresif, hanya berupa perasaan dan tidak mempunyai tujuan apapun. Misalnya,

mudah kesal, hilang kesabaran, dan tidak mampu mengontrol rasa marah.

d. Sikap Permusuhan

Merupakan perwakilan dari komponen perilaku kognitif seperti perasaan benci dan

curiga pada orang lain, merasa kehidupan yang dialami tidak adil dan iri hati.

Hal inilah yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini, karena aspek-aspek yang

telah tersusun diatas dapat dijadikan sebagai landasan kriteria seorang anggota TNI AD

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

25

KODAM IX/UDAYANA, di Bali yang melakukan tindakan agresivitas, dalam berinteraksi

dilingkungannya.

C. Dinamika Hubungan Penyesuaian Diri dengan Agresivitas Pada Anggota TNI AD

KODAM IX/UDAYANA, di Bali

Anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di Bali, merupakan individu-individu

terpilih yang memenuhi persyaratan, dan telah menjalani berbagai seleksi untuk dapat

menjadi seorang anggota TNI AD dan berdinas di KODAM IX/UDAYANA, di Bali.

Dalam menjalankan pendidikannya serta dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota

TNI AD, para anggota TNI AD ditanamkan untuk memiliki semangat pantang menyerah,

rela berkorban, disiplin tinggi, keras, hormat, serta berwibawa dan tegas. Setelah

menyelesaikan pendidikannya, seorang anggota TNI AD akan melaksanakan seleksi

penempatan, baik itu akan ditempatkan sebagai staf maupun sebagai pasukan. Seorang

anggota TNI AD harus siap ditempatkan dimana saja dan kapan saja, sesuai dengan surat

perintah yang anggota TNI AD tersebut terima. Terlepas dari perasaan puas atau tidak puas

terhadap penempatan yang diterima oleh anggota TNI AD tersebut.

Setelah menerima surat perintah terkait penempatan tersebut, anggota TNI AD

dihadapkan kembali kepada lingkungan baru, baik dalam lingkungan dinas, yaitu saling

berinteraksi dengan sesama anggota TNI AD dalam kesatuan yang diterima, serta di dalam

lingkungan sosial masyarakat, yaitu saling berinteraksi dengan masyarakat sipil atau

umum. Tentunya para anggota TNI AD, harus selalu siap dalam menghadapi lingkungan

dan situasi baru yang ditemuinya, baik itu di lingkungan dinas, maupun di lingkungan

sosial masyarakat. Hal ini menyebabkan seorang anggota TNI AD dituntut untuk mampu

menyesuaikan diri dengan baik dilingkungan barunya, tempat para anggota TNI AD

tersebut berdinas.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

26

Penyesuaian diri yang baik dibutuhkan untuk dapat bersikap dan berperilaku sesuai

dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan untuk dapat meminimalisir munculnya konflik

yang dapat disebabkan oleh agresivitas yang dimiliki oleh anggota TNI AD KODAM

IX/UDAYANA, di Bali. Anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali yang kurang

memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri serta menempatkan diri yang baik di dalam

mengahadapi situasi dan lingkungan barunya baik dinas maupun sosial masyarakat akan

memunculkan konflik-konflik yang akan diakibatkan oleh agresivitas yang dimiliki oleh

anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA tersebut. Oleh karena itu para Anggota TNI

AD KODAM IX/UDAYANA di Bali, dituntut harus mampu untuk menempatkan dirinya,

bagaimana seharusnya anggota TNI AD bersikap dalam menghadapi lingkungan dinas

dengan sesama anggota TNI AD, maupun bagaimana harus bersikap dalam menghadapi

lingkungan sosial dengan masyarakat sipil atau umum lainnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, hal inilah yang menjadi perhatian bagi peneliti, dan

membuat peneliti ingin mencari tahu dan tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan

antara penyesuaian diri dengan agresivitas anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di

Bali.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

27

D. Bagan Dinamika Hubungan Antarvariabel Penyesuaian Diri dengan Agresivitas

Pada Anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di Bali

Keterangan Bagan :

: Garis hubungan faktor-faktor pengantar yang akan diteliti

: Garis hubungan variabel yang akan menjadi fokus penelitian

: Faktor-faktor pengantar variabel yang akan diteliti

: Variabel yang menjadi fokus penelitian

Pendidikan Sebagai

Prajurit atau Anggota

TNI AD

Anggota TNI-AD

KODAM IX UDY

Lingkungan Dinas Lingkungan Sosial

Masyarakat

Penempatan di Staf

Maupun Pasukan

Penyesuaian Diri

Agresivitas Konflik

Puas Maupun Tidak Puas

(Pemindahtugasan)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...erepo.unud.ac.id/10209/3/fb7b2b4532463aa7f3307f9aa2d2d856.pdf · Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental

28

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dinamika hubungan antara dua variabel diatas, serta kerangka berpikir

yang telah dijelaskan sebelumnya oleh peneliti, maka peneliti ingin mengajukan hipotesis

dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Hipotesis

a. Hipotesis Nol (Ho) : tidak ada hubungan penyesuaian diri dengan

agresivitas pada anggota TNI AD KODAM

IX/UDAYANA, di Bali.

b. Hipotesis Alternatif (Ha) : ada hubungan penyesuaian diri dengan agresivitas

pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA,

di Bali.