BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian...

35
23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligami Salah satu bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dalam masyarakat adalah poligami karena mengundang pandangan yang kontroversial. Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih dari satu istri dalam waktu yang sama. Laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan seperti itu dikatakan bersifat poligami. Selain poligami disebut juga poliandri. Jika dalam poligami suami yang memiliki beberapa istri, dalam poliandri sebaliknya, justri istri yang mempunyai beberapa suami dalam waktu yang sama. Akan tetapi dibandingkan poligami, bentuk poliandri tidak banyak dipraktekkan. Praktek poliandri hanya dijumpai pada beberapa suku tertentu seperti suku Tuda dan suku-suku di Tibet. 20 Secara etimologis (lughawi) kata poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu gabungan dari dua kata: poli atau polus yang berarti banyak dan gamein dan gamos yang berarti perkawinan. Dengan demikian poligami berarti perkawinan yang banyak. Secara terminologi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, poligami didefinisikan sebagai ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa 20 Musdah Mulia, Islam Mengguggat, hal. 46.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Poligami

Salah satu bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dalam

masyarakat adalah poligami karena mengundang pandangan yang

kontroversial. Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal mana suami

mengawini lebih dari satu istri dalam waktu yang sama. Laki-laki yang

melakukan bentuk perkawinan seperti itu dikatakan bersifat poligami.

Selain poligami disebut juga poliandri. Jika dalam poligami suami yang

memiliki beberapa istri, dalam poliandri sebaliknya, justri istri yang

mempunyai beberapa suami dalam waktu yang sama. Akan tetapi

dibandingkan poligami, bentuk poliandri tidak banyak dipraktekkan.

Praktek poliandri hanya dijumpai pada beberapa suku tertentu seperti

suku Tuda dan suku-suku di Tibet.20

Secara etimologis (lughawi) kata poligami berasal dari bahasa

Yunani, yaitu gabungan dari dua kata: poli atau polus yang berarti banyak

dan gamein dan gamos yang berarti perkawinan. Dengan demikian

poligami berarti perkawinan yang banyak. Secara terminologi dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia, poligami didefinisikan sebagai ikatan

perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa

20Musdah Mulia, Islam Mengguggat, hal. 46.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

24

lawan jenis dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan berpoligami berarti

menjalankan atau melakukan poligami.21

Walaupun ada juga yang memahami ayat tentang poligami dengan

batasan empat atau bahkan lebih dari Sembilan isteri. Singkatnya,

poligami adalah ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami)

mengawini beberapa (lebih dari satu) isteri dalam waktu yang bersamaan.

Laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan seperti itu dikatakan

bersifat poligami.

Islam mendefinisikan poligami sebagai perkawinan seorang suami

dengan isteri lebih dari seorang dengan batasan maksimal empat orang

isteri dalam waktu yang bersamaan. Batasan ini didasarkan pada QS. al-

Nisa’(4): 3 yang berbunyi:

”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Dari ayat itu ada juga sebagian ulama yang memahami bahwa

batasan poligami itu boleh lebih dari empat orang isteri bahkan lebih dari

sembilan isteri. Namun batasan maksimal empat isterilah yang paling

banyak diikuti oleh para ulama dan dipraktikkan dalam sejarah.22

21WJS Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta:Balai Pustaka, 1984), hal. 693. 22Al-Syaukani, Fath al-Qadir: al-Jami’ Bain Fann al-Riwayah wa al-Dirayah min ‘Ilm al-Tafsir Jilid I(Beirut:Dar al-Fikr, 1973), hal. 240.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

25

B. Historisitas Poligami

Menurut catatan sejarah, poligami telah ada jauh sebelum Islam

hadir. Bahkan praktik poligami pada saat itu dapat dikatakan cukup

marak. Hal ini dapat dilihat dari ajaran agama yang dibawa oleh para nabi

sebelum Rasulullah. Nabi Musa misalnya, ia tidak melarang dan juga

tidak membatasi jumlah wanita yang diperistri oleh seorang lelaki.Baidan

mengemukakan bahwa poligami sudah ada di kalangan bangsa-bangsa

yang hidup pada zaman purba, seperti Yunani, China, India, Babilonia,

Asyria, Mesir, dan lain-lainnya. Bahkan, poligami pada masyarakat

tersebut tidak dibatasi jumlahnya hingga mencapai 130 istri bagi seorang

suami. Seorang raja di China malah memiliki istri sebanyak 30.000

orang.23

Kitab Talmud yang disebut sebagai penafsiran hukum Taurat telah

membatasi berapa istri yang boleh dinikahi. Akan tetapi, umat Yahudi

pada akhirnya menjalankan poligami tanpa memberikan batasan

mengenai jumlah istri. Sebagianahli hukum dari Bangsa Yahudi melarang

praktik poligami, namun sebagian lainnya memperbolehkan dengan syarat

istri pertama mandul.24Namun, menurut Abbas Al-‘Aqqad, agama

samawi selain Islam, termasuk Yahudi dan Nasrani, membolehkan

pemeluknya untuk menikah secara poligami tanpa adanya batas. Dalam

23Nashruddin Baidan, Tafsir bi Al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam Al-Qur’an(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1999), hal. 38. 24Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam (Yogyakarta:UII Press, 1999), hal. 37.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

26

bukunya, Haqa>iq Al-Isla>m wa Aba>thilu Khushu>mihi, ia

mengatakan, tidak ada larangan di dalam Taurat maupun Injil untuk

beristri banyak. Memiliki istri yang banyak jumlahnya merupakan sesuatu

yang diperbolehkan yang diambil dari (ajaran) nabi-nabi mereka sejak

zaman Nabi Ibrahim sampai dengan anak keturunannya.25

Syariat yang dibawa oleh Nabi Isa juga tidak melarang poligami.

Umat Nasrani kuno tidak ada yang menyatakan bahwa poligami tidak

diperbolehkan. St. Agustinus juga menyatakan kebolehan poligami.

Bahkan, di abad IV, Raja Valintinian membuat undang-undang yang

mengizinkan seorang lelaki mempunyai istri lebih dari satu. Baru pada

masa Raja Yustinian dikeluarkan larangan poligami.Ajaran Zoroaster

melarang bangsa Persia berpoligami, namun membolehkan memelihara

gundik. Karena mereka banyak berperang, maka dibutuhkan keturunan

laki-laki dalam jumlah banyak dari istri maupun gundiknya. Meski

awalnya dilarang, praktik poligami pada akhirnya tetap terjadi. Tidak ada

undang-undang yang melarang poligami ataupun yang membatasi jumlah

istri.26

Selain Persia, Bangsa Romawi juga mengenal poligami. Raja-raja

atau kaisar-kaisar mereka melakukan poligami. Begitu pula Bangsa

Yunani. Raja Sillia beristrikan lima orang wanita. Caesar dan Pompius

masing-masing mempunyai empat istri. Di Athena, poligami bahkan

25Hariyanti, “Konsep Poligami dalam Hukum Islam”,Jurnal Risalah Hukum, Vol. 4 No. 2, 2008, hal. 106. 26 Ahmad Azhar Basyir, hal. 37.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

27

dibolehkan tanpa adanya pembatasan jumlah istri. Athena, yang ketika itu

menjadi pusat peradaban Yunani kuno dan dikenal sebagai kiblat ilmu

pengetahuan pada masa purbakala, kedudukan wanita tidak lebih. Mereka

bisa diperjualbelikan dan diwariskan. Wanita dianggap buruk dan hanya

untuk mengatur rumah tangga dan melahirkan keturunan. Orang Athena

bebas mengambil istri sesuai kehendaknya, tanpa batas. Di Sparta,

walaupun kaumlaki-lakinya tidak diperbolehkan mempunyai istri lebih

dari seorang kecuali karena sebab-sebab khusus, kaum wanitanya boleh,

bahkan hampir selalu mempunyai lebih dari seorang suami.27

Menanggapi masalah poligami ini berkembang berbagaipendapat

di berbagai kalangan. Masyarakat Barat (Eropa dan Amerika Serikat)

berdalih bahwa sistem poligami akan membuat pertentangan dan

perpecahan antara suami dan isteri serta anak-anaknya. Kondisi seperti ini

pula yang mengakibatkan tumbuhnya perilaku yang buruk pada anak-

anak. Mereka juga berpendapat bahwa poligami akan mengikis kemuliaan

perempuan. Menurut mereka, perempuan tidak dapat merasa memiliki

hak dan kemuliaan, jika ia masih merasa bahwa orang lain juga memiliki

hati, cinta, dan kasih sayang suaminya. Seorang isteri senantiasa

menginginkan agar suami menjadi milik satu-satunya, sebagaimana juga

suami berhak menjadikan isteri milik satu-satunya tanpa yang lain.28

27Abdul Qodir Djaelani, Keluarga Sakinah (Surabaya:Bina Ilmu, 1995), hal. 169-171. 28Marzuki, “Poligami Dalam Islam”, diakses pada tanggal 24 Maret dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30251/1/SITI%20KHODIJAH-FSH.pdf.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

28

Pandangan Barat seperti di atas tidak lepas dari background agama

yang dianut di Barat. Mayoritas masyarakat Barat menganut agama

Nasrani (Kristen/Katolik). Agama Nasrani menurut penganutnya

melarang poligami. Sebenarnya tidak ada satu pernyataan dalam kitab

suci Injil bahwa Yesus melarang poligami. Umat Kristen pada awalnya

banyak yang melakukan poligami dengan mengikuti tradisi Yahudi.

Dalam kitab suci Kristen dijelaskan bahwa Raja Sulaiman memiliki 100

isteri,puteri-puteri mahkota, dan 300 gundik Anak laki-lakinya, Raja

Daud, memiliki 18 isteri dan 60 orang gundik. Talmud memberi nasihat

agar setiap laki-laki tidak menikah lebih dari 4 isteri, yakni jumlah isteri

yang dimiliki Ya’qub. Tidak ada konsili gereja pun pada abad-abad

pertama menentang poligami. Pada tahun 1531 para penganut (sekte

Kristen) Anabaptis secara terang-terangan menyatakan bahwa orang

Kristen yang sejati harus memiliki beberapa orang isteri.29

Agama al-Masih, pada dasarnya tidak melarang umatnya untuk

berpoligami, bahkan dalam ajarannya terdapat nash yang membolehkan

mereka untuk berpoligami, sebagaimana yang dikatakan oleh Bulls yang

mengatakan, “Seharusnya para uskup tidak hanya memiliki satu isteri

saja”. Begitu juga dia mengatakan, “Seharusnya penjaga gereja memiliki

isteri satu”30

29Ibid. 30Munirul Abidin Farhan, Poligami Berkah atau Musibah Cet. I (Jakarta:Senayan Publishing, 2007), hal. 6.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

29

Setelah agama Kristen direvisi sejalan dengan ajaran-ajaran Paulus,

konsep-konsep monogami dimasukkan ke dalam filsafat Kristen dan

menyesuaikannya dengan budaya Yunani-Romawi. Di zaman dahulu

Yunani dan Romawi sudah mengembangkan bentuk monogami yang

terlembagakan dalam berbagai masyarakat yang mayoritas penduduknya

adalah budak-budak yang bisa dimanfaatkan secara bebas. Karena itulah,

apa yang dulu diistilahkan secara teoritis sebagai monogami sebenarnya

merupakan poligami tanpa batas. Hingga sekarang agamaKristen

melarang penganutnya untuk melakukan poligami.31

Perkembangan poligami dalam sejarah manusia mengikuti pola

pandangan masyarakat terhadap kaum perempuan. Pada masa di mana

masayarakat memandang kedudukan dan derajat perempuan hina,

poligami menjadi subur, sebaliknya pada masa masyarakat memandang

kedudukan dan derajat perempuan terhormat, poligamipun berkurang.

Jadi, perkembangan poligami mengalami pasang surut mengikuti tinggi

rendahnya kedudukan dan derajat perempuan di mata masyarakat.32

Bangsa Arab pada masa pra-Islam juga menjalankan praktik

poligami. Sahabat Nabi Muhammad bahkan ada yang beristri hingga

sepuluh wanita. Ini dapat diketahui dari hadis yang ditakhrij oleh Imam

At-Tirmidzi berikut:

31Ibid. 32 Musdah Mulia, Islam Menggugat, hal. 127.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

30

هن اختـر : ص النبي له فـقال سوة ن عشر تحته و اسلم الثـقفي سلمة بن غيلان ان عمر ابن عن : فىلفظ و . منـ

و الدارقطنى و ماجه ابن و الترمذى وداحم و شيبة ابى ابن و الشافعى(سائرهن فارق و .اربـعا امسك

)البيهقى

“Dari Ibnu Umar, bahwa Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi masuk Islam. Saat itu dia mempunyai sepuluh orang istri pada masa Jahiliyah. Mereka pun ikut memeluk Islam bersamanya. Maka, Nabi SAW lantas memerintahkan Ghailan untuk memilih empat orang di antara mereka(HR. Jama’ah).”33

Dalam konteks sejarah Islam, ayat tentang poligami turun setelah

berakhirnya Perang Uhud yang memakan korban meninggal dunia

sebanyak 70 orang laki-laki dari 700 tentara muslim yang ikut berperang.

Dampaknya, tidak sedikit muslimah menjadi janda dan banyak anak yatim

yang telantar. Melihat situasi sosial pada masa itu, cara terbaik untuk

menolong para janda dan anak yatim adalah dengan menikahi mereka,

dengan syaratmampu berlaku adil.34

Pelaksanaan poligami sesuai fakta sejarah telah terjadi jauh

sebelum Islamhadir ditengah-tengah generasi awal Islam hingga generasi

sekarang. Maka terasaaneh, apa yang telah ditulis oleh Will Durant dalam

bukunya :”The Story ofCivilization” di abad pertengahan, para teolog

berpendapat melalui propaganda yangdilancarkan terhadap Islam, ialah

Muhammad-lah yang pertama kali memperkenalkanpoligami di dunia, dan

pondasi Islam terletak pada poligami. Ditegaskan bahwapenyebab

33Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa As-Sulami At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Hadist Nomor 1047, Juz 4, Maktabah Syamilah, hal. 33. 34Ashgar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, terj.Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf (Yogyakarta:LSPPA Yayasan Prakarsa, 1994), hal. 143-144.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

31

pesatnya penyebaran agama Islam dikalangan berbagai bangsa dan rakyat

dunia ialah dihalalkannya poligami; sementara penyebab utama

kemunduran dunia timur adalah juga poligami.35

Sedangkan dalam konteks nusantara, terlebih lagi pada daerah yang

menganut hukum Islam sebagai sumber utama peraturannya, seperti

halnya Aceh, keberadaan poligami juga diakui. Snouck Hurgronje

menyatakan bahwa pada abad ke-19, praktik pernikahan secara poligami

merupakan hal yang umum dilakukan oleh kalangan guru agama,

bangsawan, ataupun orang-orang terpandang karena kesalehan atau tingkat

pendidikannya. Orang Aceh dengan senang hati mengawinkan putri

mereka kepada orang-orang tersebut, walaupun hanya dijadikan istri

kedua, ketiga, atau keempat.36

Augustin de Beaulieu, seorang penjelajah dari Perancis, yang

berada di Aceh pada 1620-1621, menuliskan deskripsi tentang kondisi

Aceh pada masa pemerintahan Iskandar Muda. Dalam aspek poligami,

orang-orang kaya maupun penguasa memiliki kebebasan untuk

memperistri perempuan sebanyak yang ia inginkan, selagi kekuatan

ekonominya memungkinkan untuk memberikan pemenuhan terhadap hak-

35Ali Hosein Hakeem, Membela Perempuan, Menakar Feminisme dengan Nalar Agama (Bandung:Alumni, 2010), hal. 179. 36Snouck Hurgronje, Aceh di Mata Kolonialis, terj. Ng. Singarimbun (Jakarta:Yayasan Soko Guru, 1985), hal. 401-402.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

32

hak para istri. Menurut pengamatannya, jumlah istri yang dimiliki seorang

lelaki berbanding lurus dengan status sosialnya.37

C. Dalil-Dalil tentang Poligami

Dalam Al-Qur’an, ayat yang kerap dijadikan dalil hukum poligami

adalah sebagai berikut:

An Nisa’: 3

ورباع وثلاث مثـنى ساء الن ن م لكم اب ط ما فانكحوا اليـتامى في تـقسطوا ألا خفتم وإن

﴾٣:النساء﴿ عولوات ـ ألا دنى أ لك ذ انكم أيم ملكت ما أو فـواحدة تـعدلوا ألا خفتم فإن

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.38

Dari ayat ini apabila dibaca secara harfiah, sangat jelas bahwa ada

tekanan lebih pada perlakuan adil. Dan seharusnya ini tidak ditentukan

oleh si suami sendirian apakah dia bisa memperlakukan para isterinya

dengan adil atau tidak.39

Khusus mengenia asbabun al-nuzul surat al-Nisa’ ayat 3 tersebut,

Al-Shabuni mengemukakan bahwa al-Bukhori meriwayatkan dari ‘Urwah

bin Zubair sesungguhnya ia pernah bertanya kepada Aisyah tentang firman

Allah SWT di atas. lalu Aisyah berkata: hai anak saudaraku, si yatim ini

37Denys Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda 1607-1636, terj. Winarsih Arifin (Jakarta:KPG, 2008), hal. 84. 38Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal. 77 39Abu Fikri, Poligami yang tak Melukai Hati, Cet. I (Bandung:Mizan, 2007), hal. 84.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

33

berada di bawah perwaliannya dan hartanya tercampur menjadi satu. Wali

itu tertarik pada harta dan kecantikan wajah si yatim, lalu hendak

mengawinininya. Tetapi cara ini tidak adil mengenai pemberian mahar

untuk si yatim, ia tidak memberinya seperti yang diberikan kepada wanita

lain. Maka perbuatan demikian dilarang, lain halnya kalau dia bisa adil.

padahal mereka terbiasa memberi mahar tinggi, begitulah lalu mereka

disuruh mengawini perempuan yang cocok dengan mereka selain anak

yatim itu.40

Studi tafsir mengajarkan berbagi bentuk penafsiran, diantaranya

adalah metode tafsi>r maud}u’i> (tematik). Metode ini mengajarkan

bahwa untuk memahami persoalan dalam Al-Qur’an kita tidak bisa hanya

mengandalkan satu atau dua ayat saja, melainkan seluruh ayat yang

menyinggung persoalan tersebut harus dilihat dan dibahas satu persatu

untuk mendapatkan benang merah yang mempertautkan kandungan dari

berbagai ayat yang berbeda. Bukan itu saja, perlu juga dipahami apa

hubungan antara ayat yang satu dan ayat lainnya serta hubungan

kandungan ayat dengan tema sentral dari surah tersebut. Dalam kaitan

dengan ayat ketiga tadi, jangan terburu-buru mengambil kesimpulan,

bahaslah ayat tersebut sambil menyimak pandangan para mufasir.41

a) Q.S an-Nisa: 127

يـفتيكم فيهن ◌ ويستـفتـونك فى النساء لى عليك ما ي ـو ◌ قل الله مىم فى الكتب في يـت تـ

40 Muhammad Ali As-Sabuni, Rawai‘ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam, Juz II (Beirut:Dar al-Fikr), hal. 420. 41 Musdah Mulia, Islam Menggugat, hal. 93.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

34

تي لا تـؤتـونـهن ما كتب لهن وتـرغب ـ وأن تـقوموا ◌ الولدان ن والمستضعفين م نكحوهن ت ـأن ون النساء ال

ه عليماان ب ك وما تـفعلوا من خير فإن الله ◌ لليـتمى بالقسط “Artinya: Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka dan tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahuinya.” 42

b) Q.S an-Nisa: 129

عوا أن تـعدلوا بـين النساء ولو حر لوا كل الميل فـتذروه ولن تستطيـ ا صتم فلا تميـ

ك ◌ كالمعلقة ان غفورا رحيما وإن تصلحوا وتـتـقوا فإن الله

“Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”43

c) Hadist-hadist Nabi

مائل مة وشقه قيام ال من كانت له امرأتان فمال إلى إحداهما جاء يـو “Artinya : Dari Abi Hurairah bahwasanya Nabi saw bersabda : Barangsiapa yang mempunyai dua istri, kemudian ia melebihkan kepada salah satunya, maka ia akan datang di hari kiamat dalam keadaan miring sebelah badannya (HR. Abu Daud no. 2133, Ibnu Majah no. 1969, An Nasai no. 3394. Syaikh Al Albani menyatakan hadits tersebut shahih sebagaimana dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1949).”44

42Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal. 98. 43Ibid. 44Muhammad Bi Kamal Khalid As-Syuyuthi, Kumpulan Hadist-Hadist Yang Di Sepakati 4 Madzhab, (Jakarta: Pustaka Azam, 2006), hal. 261-262.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

35

Hadits ini memberi gambaran bahwa berbuat tidak adil akan

menemui konsekwensinya di hari kiamat nanti. Dari sini akan nampak

bahwa syari’at juga masih memperhatikan masalah keadilan, jika ada

ketidakadilan, maka berarti seorang suami termasuk bagian dari

merendahkan atau meremehkan derajat perempuan, dan hal ini bagian dari

kejahatan.

Poligami rasulullah juga tercermin dari hadist yang menerangkan

bahwa Rasulullah selalu mengundi di antara isteri-isterinya ketika beliau

hendak bepergian.

ل صلى الله عليه وسلم لا ي ـسول الله ان ر ! ك وعن عروة قال : ( قالت عائشة : � ابن أختي فضن يـوم إلا وكان قل مكثه عند� ,بـعضنا على بـعض في القسم من يعا , فـيدنو وهو يطوف عليـ ا جم

لغ ال رواه أحمد , وأبو داود يبيت عندها )ومها , ف ـهو ي ـ تي من كل امرأة من غير مسيس , حتى يـبـ , وصححه الحاكم واللفظ له

“Dari Urwah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berkata: Wahai anak saudara perempuanku, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak mengistimewakan sebagian kami atas sebagian yang lain dalam pembagian giliran tinggalnya bersama kami. Pada siang hari beliau berkeliling pada kami semua dan menghampiri setiap istri tanpa menyentuhnya hingga beliau sampai pada istri yang menjadi gilirannya, lalu beliau bermalam padanya. (Riwayat Ahmad dan Abu Dawud, dan lafadznya menurut Abu Dawud. Hadits shahih menurut Hakim”).45

Pada sisi lainnya dari pendapat Aisyah r.a tentang surat an-Nisa’ :

3, dalam satu riwayat dari Bukhari dijelaskan bahwa: Dari Aisyah r.a.

bahwasanya dia ditanya oleh Urwah mengenai firman Allah SWT :” Dan

jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil terhadap anak-anak yatim…”

45Ahmad, TerjemahMusnad Ahmad, Juz IX, (Beirut: Dar al-Fikri, 1995), hal. 416.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

36

(an-Nisa’:3) kemudian Aisyah mengatakan kepada Urwah : Wahai putra

saudara perempuanku ! anak perempuan yatim yang dimaksud dalam ayat

itu berada dalam asuhan walinya yang mengurus hartanya, kemudian wali

tersebut terpikat oleh harta dan kecantikan anak yatim itu sehingga dia

ingin mengawininya tanpa berlaku adil dalam memberikan maskawin,

yakni hanya memberinya maskawin sebanding dengan apa yang diberikan

kepadanya oleh laki-laki lain. Dengan adanya kasus tersebut maka wali

yang mengasuh perempuan yatim dilarang mengawininya kecuali jika bisa

berlaku adil dan memberinya maskawin lebih tinggi daripada apa yang

diberikan oleh laki-laki lain pada umumnya. Para wali yatim tersebut

diperintahkan menikahi perempuan-perempuan lain yang baik bagi mereka

(jika mereka khawatir tidak dapat berlaku adil terhadap anak-anak yatim

yang ada dalam perwalian mereka). Aisyah r.a melanjutkan : sesudah ayat

ini, orang-orang meminta fatwa kepada Rasulullah saw maka Allah

menurunkan ayat lagi : “ Mereka meminta fatwa kepadamu mengenai para

wanita “ (al-Nisa’: 127) adapun lanjutan ayat : “ …sedangkan kamu ingin

mengawini mereka…” (al-Nisa’:127) adalah karena kebiasaan wali yang

tidak suka mengawini perempuan yatim dalam perwaliannya yang

hartanya hanya sedikit dan tidak seberapa cantik. Dengan demikian,

mereka para wali yang mengurus perempuanperempuan yatim yang

menyukai harta dan kecantikan mereka dilarang menikahi mereka kecuali

dengan adil, karena seandainya yatim-yatim tersebut hanya berharta

sedikit dan tidak menikahi mereka.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

37

Dari keterangan Aisyah ini menunjukkan bahwa para wali tidak

boleh menikah dengan anak yatim yang hartanya ada dalam perwaliannya,

kecuali dengan syarat, yakni tidak bermaksud menguasai atau

mencampuradukkan hartanya dengan harta anak yatim tersebut, namun

jika para wali tersebut dapat berlaku adil, maka ia dibolehkan menikah

dengan mereka, akan tetapi mahar yang diberikan tidak boleh sedikit,

bahkan harus lebih daripada biasanya. Sepintas lalu jika memperhatikan

hadits diatas, memang itu seolah-oleh ijtihad dari Aisyah sendiri, namun

jika diperhatikan maka akan ditemukan bahwa pendapat Aisyah tersebut

lebih banyak benarnya, karena ia termasuk yang mengetahui maksud ayat

dari surat an-Nisa’:3, jadi dia termasuk bagian dari sejarah yang

mengetahui sebab-sebab turunnya ayat tersebut, dan pendapat ini sesuai

dengan maksud ayat tersebut. Jadi dalam hal ini berdasarkan ayat diatas,

maka bagi laki-laki yang terpikat oleh janda kaya yang ada anaknya,

dimana anaknya itu ada memiliki harta, maka laki-laki tersebut tidak boleh

menikahinya dengan maksud akan mengurus hartanya apalagi sampai

mencampurkan harta mereka dengan hartanya.

D. Syarat-Syarat Poligami dalam Islam

Syarat-Syarat Poligami Allah SWT telah mensyariatkan poligami

untuk umatnya. Dalam hal ini, Islam telah membatasi dengan syarat-syarat

poligami dalam tiga faktor berikut ini: faktor jumlah, faktor nafkah, dan

faktor keadilan para isteri-isteri.46

46 Musfir al-Jahrani, Poligami dari Berbagai Persepsi (Jakarta: Gema Insani Press,1996), hal. 51.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

38

1. Jumlah Maksimal Yang Dibolehkan

Masalah poligami memang sudah di kenal dan berlaku dalam

kabilah-kabilah Arab zaman jahiliah tanpa batasan tertentu. Telah

dikatakan juga bahwa ada hadits yang mengatakan terdapatnya poligami di

kalangan orang-orang Arab ketika mereka memeluk agama Islam dan

tanpa pembatasan jumlah. Diriwayatkan dari Qais bin Tsabit : “Tatkala

masuk Islam, aku mempunyai delapan orang isteri, dan aku

memberitahukan hal itu kepada Nabi saw. lalu beliau mengatakan: “pilih

dari mereka empat orang””.

Kemudian setelah Islam datang, dasar-dasar dan syarat poligami di

atur sedemikian rupa sehingga jelaslah bahwa jumlah yang dieprbolehkan

maksimal untuk berpoligami adalah empat orang isteri dan di tekankan

prinsip keadilan di antara para isteri-isteri dan anak-anaknya.47

2. Kemampuan Memberi Nafkah

Nafkah mencakup makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal,

dan alat-alat rumah tangga yang lainnya. Laki-laki yang hendak menikahi

seorang perempuan maka pertama-tama harus mampu menyediakan biaya

untuk menafkahi perempuan yang akan di nikahi tersebut. Menurut Syariat

Islam, jika seorang laki-laki belum memiliki sumber rezeki untuk

menafkahi isteri, maka dia belum boleh kawin, sesuai dengan sabda

Rasulullah saw. berikut ini:

نه فا فـليـتـزوج، باءة ال منكم ستطاع ا من باب الش معشر � : ص الله رسول قال : قال مسعود ابن عن

47Ibid.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

39

وجاء له فانه صوم بال عليه ف ـ يستطع لم من و . للفرج احصن و للبصر اغض “Artinya : “Dari Ibnu mas’ud Ia berkata, Rasulullah bersabda: Wahai para pemuda, siapa saja di antara kamu yang sudah mampu memikul beban nafkah hendaklah kamu menikah” (HR: Jama’ah).”48

Berdasarkan Syara’ seorang laki-laki belum di bolehkan menikah

jika belum mampu memberi nafkah. Begitu juga laki-laki yang sudah

mempunyai satu orang isteri tetapi belum mampu meberikan nafkah yang

layak, maka laki-laki yang seperti itu tidak boleh berpoligami.49

Menurut ijma’, Hukum memberi nafkah itu adalah wajib dan

termasuk wasiat Nabi :

عن جابر، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خ طب الناس، فـقال : “اتـقوا الله في النس اء، فإنـهن

عوان عندكم، أخذتموهن بأمانة الله واستحلل تم فـروجهن بكلمة الله، ولهن عليك م رزقـهن وكسو

◌تـهن با لمعروف ”. رواه مسلم

“Artinya : “Bertakwalah kamu dalam urusan perempuan, sesungguhnya

kamu telah mengambil mereka dengan amanah Allah, dan telah dihalalkan

kepadamu kesucian mereka dengan kalimat Allah, dan bagimu atas

mereka yaitu tidak menginjak tempat tidurmu seseorang yang tidak kamu

sukai. Jika mereka berbuat demikian pukullah mereka dengan pukulan

yang tidak berbekas. Kewajiban kamu atas mereka bahwa kamu

menafkahi mereka dan memberi pakaian dengan baik”.50

48Muhammad Nashib Ar-Rifa’I, Kemudahan dari Allah: ringkasan tafsir Ibnu Katsir, Volume 1, (Depok: Gema Insani Press, 2007), hal. 271. 49 As-Shan’ani, Subulussalam, (Bandung:Percetakan Dahlan, 2005), hal. 109 50 Divisi Ilmu Daar Al-Wathan, Ayat dan Hadits Spesial tentang Wanita Muslimah, diakses pada tanggal 5 Juni 2016 dari https://islamhouse.com/id/books/734201/.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

40

Pada hadits yang lain Rasulullah Saw. ditanyaMu’awiyah Bin

Haidah ra,tentang kewajiban nafkah suami terhadap isterinya, lalu beliau

menjawab:

الوجه ب تضر ولا اكتسيت اذا وتكسوها عمت ط اذا تطعمها ان : قال , عليه احد� زوجة ماحق

ماجه وابن داود وهبو احمد رواه البـيت في الا تـهجر ولا تـقبح ولا ◌

“Artinya : “Apa saja yang menjadi hak istri atas diri kami sebagai suami, Rasul saw bersabda: berimakan dia jika kamu makan, beri pakaian dia jika kamu berpakaian, jangan pukul muka/wajah, menjelek-jelekkan dia, dan jangan menjauhi dia kecuali di dalam rumah”.51

3. Berlaku Adil Terhadap Para Isteri-isteri

Adil dalam pengertian umum merupakan kewajiban yang harus

ditegakkan oleh seorang muslim, karena semua aspek kehidupan tidak bisa

tegak ketika nilai keadilan tidak hadir di dalamnya. Dalam masalah

poligami keadilan merupakan nilai yang paling urgen dalam menciptakan

keharmonisan keluarga, seakan-akan dasar atau landasan dibolehkan atau

tidaknya poligami adalah bagaimana seorang suami itu mampu

menegakkan keadilan. Hal ini bisa kita lihat dari firman Allah Swt. “Dan

apabila kamu khawatir tidak akan dapat berlaku adil, maka cukup

seorang saja”. Ini merupakan suatupenegasan yang sangat gamblang

untuk menunjukkan urgensinya keadilan dalam membina rumah tangga.52

Nilai keadilan haruslah ditegakkan di dalam pembinaan keluarga,

lebih-lebih dalam keluarga yang berpoligamis. Berlaku adil di sini

51 Muhammad Nashiruddin al- Albani, Shahih Sunan Abu Daud (Jakarata :Pustaka Azzam, 2006), hal. 828. 52 Tim Almanar, Panduan Syar’i Menuju Rumah Tangga Islami (Bandung :Syamil Cipta Media, 2003), hal. 102.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

41

merupakan sesuatu esensi untuk menciptakan suasana yang harmonis

dalam sebuah keluarga. Keadilan juga merupakan dasar utama di mana

tonggak-tonggak kewajiban suami-isteri ditegakkan di atasnya. 53

Dalam soal cinta dan perasaan Allah Swt tidak menekankan secara

mutlak. Tetapi dalam hal ini manusia hanya ditekankan untuk tidak terlalu

condong kepada salah seorang isteri, sehingga yang lainNya terkatung-

katung. Dengan kata lain jangan sampai begitu mengistimewakan yang

satu dan mengabaikan yang lainNya.54

E. Poligami Menurut Hukum Positif

1. Undang-Undang No.1 tahun 1974

Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 4 dan

pasal 5 telah mengatur bahwa pada hakikatnya asas perkawinan adalah

monogami akan tetapi poligami diperbolehkan jika memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan oleh undang-undang. Seorang laik-laki yang

beristri untuk dapat melakukan poligami harus mengajukan permohonan

kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya dengan membawa kutipan

akta nikah yang terdahulu dan surat-surat izin yang diperlukan.

Dalam UU No.1 Tahun 1974, yang berkaitan dengan poligami

adalah pasal 3, 4 dan 5. Adapun bunyi pasal tersebut sebagai berikut:55

Pasal 3

1. Pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki seorang

isteri. Seorang wanita hanya boleh memiliki seorang suami. 53 Jami’ul al-Ahadist, Maktabah Syamilah, Juz 21, hal. 336. 54 Humaidi Tatapangarsa, Hakekat Poligami dalam Islam(Malang:IKIP MALANG, 1977), hal. 26. 55 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional(Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1991), hal. 289.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

42

2. Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami

untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikendaki oleh

pihak-pihak yang bersangkutan.

Pasal 4

1. Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang,

sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat Undang-undang

ini, maka ia wajib mengajukan permohonan ke Pengadilan

di daerah tempat tinggalnya.

2. Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya

memberi izin kepada suami yang akan beristri lebih dari

seorang apabila:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai

isteri;

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak

dapat disembuhkan;

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Permohonan ini bisa diajukan jika syarat-syarat yang dibawah ini

terpenuhi:56

Pasal 5

1. Adanya persetujuan dari istri

Permohonan ini akan dikabulkan oleh pengadilan jika memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

56Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan(Bandung :Citra Umbara), hal. 76-77.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

43

a) Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.

b) Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan.

c) Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluankeperluan

hidup istri-istri dan anak-anak mereka.

3. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan

anak-anak mereka.

Adapun ketentuan-ketentuan yuridis formil yang menjadi dasar

hukumpemberian izin poligami diatur dalam Undang-undang Nomor 1

Tahun1974 tentang perkawinan,junctoPeraturan Pemerintah nomor 9 tahun

1975, junto Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi

Hukum Islam. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 3 ayat (2) junto

Pasal 43 Peraturan Pemerintah No.9 tahun1975,menyatakan bahwa

“Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri

lebih dari seorang apabila dikehendaki pihak-pihak yang bersangkutan”.

Selain itu dalam Pasal 4 ayat (1) dinyatakan “dalam hal seorang suami

akan beristeri lebih dariseorang,sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat

(2) Undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada

Pengadilan di daerah tempat tinggalnya”.57

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 mengatur ketentuan

pelaksanaan pemberian izin poligami dalam pasal 43 disebutkan bahwa 57Reza Fitra Ardhian dkk, “Poligami Dalam Hukum Islam Dan Hukum Positif Indonesia Serta Urgensi Pemberian Izin Poligam Di Pengadilan Agama”, Jurnal Privat Law, Vol. III No. 2, (Juli-Desember 2015), hal. 103.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

44

”apabila Pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon

untuk beristeri lebih dari seorang, maka Pengadilan memberikan

putusannya yang berupa izin untuk beristeri lebih dari seorang.58

Dianutnya asas monogami dalam ketentuan pasal 3 ayat 1 Undang-

Undang Perkawinan mencerminkan pengutamaan diterapkannya asas

monogami dalam setiap perkawinan. Namun, dalam hal kondisi tertentu

dan darurat, dimungkinkan adanya poligami dengan dasar alasan ketat dan

persyaratan yang sangat berat. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk

menghargai pandangan sebagian masyarakat muslim yang membolehkan

poligami dengan syarat harus mampu berlaku adil.Ketentuan adanya asas

monogami ini bukan hanya bersifat limitatif saja, karena dalam pasal 3

ayat 2 UU Perkawinan disebutkan dimana pengadilan dapat memberikan

izin pada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila

dikehendaki oleh para pihak yang bersangkutan. Untuk mendapatkan izin

poligami dari Pengadilan harus memenuhi syarat-syarat tertentu disertai

dengan alasan yang dibenarkan. Tentang hal ini lebih lanjut diatur dalam

pasal 5 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 9/1975 juga harus mengindahkan ketentuan khusus

yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10/1983 tentang izin

perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.59

58Ibid. 59Edi Darmawijaya,“Poligami dalam Hukum Islam dan Hukum Positif: Tinjauan Hukum Keluarga Turki, Tunisia dan Indonesia”, Jurnal Ar-Raniry, Vol.1 No. 1, (Maret, 2015), hal. 35.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

45

2. Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Sedangkan prosedur poligami diatur dalam Kompilasi Hukum

Islam (KHI) bab IX yaitu pasal 56-59. Sebagaimana berikut:60

1. Beristri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan terbatas

hanya sampai empat istri.

2. Syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu

berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.

3. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.

4. Istri mendapatkan cacat badan dan tidak dapat disembuhkan.

5. Istri tidak dapat menghasilkan keturunan.

6. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus

mendapat izin dari Pengadilan Agama.

7. Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau

keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai

kekuatan hukum.

Ketentuan yang termuat dalam Kompilasi hukum Islam tersebut

pada hakekatnya adalah hukum Islam, yang dalam arti sempit sebagai

fikihlokalyangbercirike-Indonesia-an.Dikatakan demikian karena

Kompilasi Hukum Islam digali dari sumber-sumber dan dalil-dalil hukum

Islam melalui suatu ijtihad dan pemikiran hukum kotemporer.61

Tujuan Kompilasi Hukum Islam adalah unifikasi hukum

Islam yang diberlakukan bagi umat Islam menurut kondisi dan 60 Tim Redaksi Nuansa Aulia, “Kompilasi Hukum Islam”, Cet. 3 (Bandung:CV. Nuansa Aulia, 2012), hal. 16-17. 61Reza Fitra Ardhian dkk, hal. 103.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

46

kebutuhan hukum masyarakat Islam Indonesia.Unifikasi hukum Islam

tersebut dilakukan berlandaskan atas pemikiran hukum para ahli

hukum Islam tentang perlunya transformasi hukum Islam

kedalamhukum positif, sehingga tercipta keseragaman pelaksanaan

hukum Islam dalam mengatasi masalah-masalah kehidupan ummat

Islam dalam bidang mua’amalah.

Dengan demikian perkawinan poligamidianggap sah apabila

memenuhi ketentuan hukum materiil, yaitu telah dilakukan sesuai dan

dengan memenuhi syarat-syarat dan rukunnya menurut hukum Islam,

dan telah memenuhi hukum formal, yaitu dilakukan setelah mendapat

izin dari Pengadilan yang membolehkan untuk melangsungkan

perkawian poligami tersebut.62

3. Pemerintahan RI Nomor 9 Tahun 1975

Pada Peraturan Pemerintahan RI Nomor 9 Tahun 1975 juga

menjelaskan tentang dasar hukum kebolehan seseorang melakukan

poligami. Diantaranya yaitu: Apabila seorang suami bermaksud untuk

beristri lebih dari seorang maka ia wajib mengajukan permohonan secara

tertulis kepada Pengadilan dalam hal ini terdapat pada pasal 40, setelah

adanya pengajuan permohonan secara tertulis, dilanjutkan pada tahap

selanjutnya yang terletak pada pasal 41 yaitu, yang harus dilakukan oleh

pengadilan yaitu tahap pemeriksaan mengenai ada atau tidaknya alasan

yang memungkinkan seorang suami kawin lagi, alasan tersebut juga telah

62Ibid, hal. 105.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

47

di uraikan pada UU No.1 Tahun 1974:63

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan.

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Selain itu pengadilan juga memeriksa ada atau tidaknya

pernjanjian dari istri, baik perjanjian lisan maupun tertulis, dengan syarat

apabila perjanjian itu merupakan perjanjian lisan, perjanjian itu harus

diucapkan di depan sidang Pengadilan. Pada pasal 41 juga menjelaskan

untuk membuktikan bahwa suami sanggup menjamin keperluan hidup

istri-istri dan anak-anak dan pernyataan bahwa suami sanggup berbuat

adil terhadap istri- Untuk melakukan pemeriksaan mengenai syarat yang

telah diuraikan pada pasal 40 dan 41, maka pengadilan harus memanggil

dan mendengar penjelasan dari istri yang bersangkutan dan pemeriksaan

ini dilakukan oleh hakim pengadilan yang bersangkutan, dengan kurun

waktu yang telah ditentukan adalah selambat-lambatnya selambat-

lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya surat permohonan

beserta lampiran-lampirannya.

Berikutnya pada pasal 42 juga dijelaskan keharusan pengadilan

memanggil para istri untuk memberikan penjelasan atau kesaksian. Di

dalam pasal ini juga dijelaskan bahwa pengadilan diberi waktu selama 30

hari untuk memeriksa permohonan poligami setelah diajukan oleh suami,

63 R. Zakiyah, “Poligami Dalam Islam Dan Undang-Undang”, diakses pada tanggal 24 Maret 2017 dari http://digilib.uinsby.ac.id/1352/5/Bab%202.pdf.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

48

lengkap dengan persyaratannya.64

F. Praktek Poligami Rasulullah S.A.W

Sebagaimana diketahui, Rasulullah s.a.w membujang hingga usia

dua puluh lima tahun. Pada usia dua puluh lima tahun beliau menikahi Siti

Khadijah r.a sampai beliau berumur lima puluh tahun. Siti Khadijah r.a

merupakan isteri beliau satu-satunya, sampai isteri terkasihnya itu wafat

dalam usia enam puluh lima tahun. Beliau menikahi beberapa orang

perempuan setelah berusia lima puluh lima tahun. Kemudian setelah beliau

berusia enam puluh tahun sampai beliau pulang keharibaan Allah beliau

tidak menikahi perempuan lain. Dua isterinya wafat mendahului beliau,

dengan demikian maka beliau wafat meninggalkan isteri sembilan orang.65

Rasulullah s.a.w berpoligami pada tahun kedua Hijriah yakni pada

saat terjadinya berbagai peperangan melawan kaum musyrikin Quraisy

dan kabilah-kabilah lainnya. Dalam peperangan yang terjadi silih berganti

sejak beliau berusia 55 tahun sampai 60 tahun, banyak sahabat beliau yang

gugur sebagai pahlawan syahid. Padahal mereka adalah tulang punggung

penghidupan keluarganya 2 masing-masing. Semua peperangan tersebut

terjadi mulai tahun kedua hingga tahun kedelapan Hijriah. Kemudian

beliau wafat pada bulan Rabi’ul Awwal tahun kesepuluh Hijriah.

Rasulullah s.a.w berpoligami selama lima tahun, selama itu pula

Rasulullah berjuang mempertaruhkan hidup dan mati demi kebenaran

Islam dan kesejahteraan kaum muslimin. Beliau hijrah ke Madinah, 64Ibid. 65Al-Husaini dan HMH Al-Hamidi, Baitun Nubuwwah: Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW, (Bandung:Pustaka Hidayah, 2012), hal. 810.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

49

bertubi-tubi beliau dirongrong dan diincar serta berulang kali nyaris

diserbu oleh musuh-musuh yang hendak menghancurkan Islam dan kaum

muslimin. Rasulullah hampir tidak pernah merasa aman dan tenang,

peperangan yang kedua lebih hebat dari peperangan yang pertama dan

peperangan yang ketiga lebih seru dari peperangan yang kedua, demikian

selanjutnya.66

Tidak sedikit orang keliru memahami praktek poligami Nabi

Muhammad, termasuk kaum muslim sendiri. Ada anggapan bahwa

poligami itu sunnha nabi. Jika demikian mengapa nabi tidak melakukan

poligami di awal rumah tangganya. Bukankah dalamm masyarakat arab

jahiliyah ketika itu poligami merupakan tradisi yang sudah berakar. Dalam

prakteknya nabi lebih lama bermonogami daripada berpoligami. Nabi

bermonogami selama kurang lebih 28 tahun sementara berpoligami ada

yang menyebut hanya sekitar 7 tahun.67

G. Pandangan Ulama Klasik Tentang Hukum Poligami

1. Pandangan Ulama madzhab tentang Hukum Poligami

a. Madzhab Syafi’i

Imam Syafi`i (w.204 H/820 M) tidak membahas poligami secara

spesifik dalam buku fiqhnya yang sangat monumental, yakni al-Umm.

Beliau hanya membicarakan perempuan yang boleh atau tidak boleh

dipoligami dan mengenai batasan jumlah istri. Menurut Imam Syafi`i,

perempuan yang tidak boleh dipoligami secara mutlak dalam waktu yang

66Ibid, hal. 811. 67 Musdah Mulia, Islam Menggugat, hal. 69.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

50

sama adalah kakak beradik, baik ia seorang hamba maupun merdeka.

Demikian juga larangan mengawini antara perempuan dan tantenya (baik

‘ammah maupun khola>h), sebagaimana dalam Hadits yang diriwayatkan

oleh Abu Hurairah.Al-Syafi’i berpendapat bahwa Hadis yang diriwayatkan

oleh sahabat Ibnu Umar tentang Gailan bin Salamah al-Saqafi, seorang

sahabat nabi yang masuk Islam dengan membawa sepuluh istrinya,

kemudian diperintahkan oleh Nabi untuk memilih empat dari mereka

adalah sebagai dalil akan kebolehan poligami. Bilangan empat yang

dimaksud adalah sebagai batas maksimal bagi seorang yang ingin

melakukan poligami.68

Imam Syafi`i sama sekali tidak berbicara tentang syarat-syarat

yang harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin berpoligami. Hanya saja, di

dalam satu bab khusus yang bertema‚ Kitab ‘Asyrah al-Nisa>, Syafi`i

berbicara tentang masalah bagaimana seharusnya seorang suami

mempergauli istrinya dengan baik, kewajiban dan cara bergilir bagi

seorang lelaki yang berpoligami. Syafi`i juga menegaskan bahwa antara

suami dan istri memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Dikatakan

juga bahwasanya seorang yang berpoligami harus adil dalam memberikan

jatah kunjungan kepada semua istrinya dengan perhitungan berdasarkan

kuantitas. Tidak ada alasan untuk tidak menggilir seorang istri walau istri

68Asep Nurdin, Hadis-hadis tentang Poligami (Studi Pemahaman Hadis Berprespektif Jender (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2003), hal. 70.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

51

tersebut dalam keadaan sakit parah, haid atau nifas, kecuali jika istri

tersebut menyerahkan jatahnya kepada istri yang lain.69

b. Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi menginterpretasikan surat al-Nisa [4]: 3 secara

berbeda dengan pendapat umum. Pendapat ini diwakili oleh Abu Bakar

Jassas Razi yang mengatakan dalam Ahkam al-Qur’an, bahwa kata yatim

dalam ayat tersebut tidak berarti anak yang ditinggal mati ayahnya semata,

tetapi mencakup janda yang ditinggal mati suaminya juga.

Al-Kasyani (W. 1191M) berpendapat, poligami dibolehkan tetapi

syaratnya harus adil. Namun jika seseorang khawatir tidak bisa berbuat

adil dalam nafkah lahir (sandang, pangan dan papan) dan nafkah batin

(membagi giliran tidur) terhadap istri-istrinya, maka Allah menganjurkan

kaum lelaki untuk menikah dengan satu istri saja. Karena bersikap adil

dalam nafkah (lahir-batin) merupakan kewajiban syar’i yang bersifat

dlarurah, dan itu sungguh berat sekali. D{larurah berarti suatu keperluan

yang harus ditunaikan karena ia sangat penting dan pokok. Antara bentuk

perlakuan adil terhadap beberapa istri adalah nafkah lahir yang berkaitan

dengan materi (seperti makanan, tempat tinggal dan pakaian) harus sama.

Baik diberikan pada istri merdeka maupun hamba sahaya, karena semua

itu merupakan keperluan-keperluan primer. Suami juga dilarang

mengganti kewajiban nafkah batinnya dengan uang. Demikian pula bagi 69Iffatul Umniati dan Fathonah, Poligami dalam Pandangan Ulama Klasik (Kuala Lumpur:Sisters In Islam, 2008), hal. 23.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

52

istrinya, tidak boleh memberikan uang kepada suaminya agar mendapat

jadwal giliran lebih dari istri yang lain.

c. Mazhab Maliki

Kebanyakan buku-buku ulama Malikiyah membahas seputar

hukum poligami hamba sahaya, keharaman beristri lebih dari empat orang

serta kewajiban membagi jadwal giliran terhadap istri-istrinya.Dalam

kitab al-Muwatta’, Imam Malik mengatakan bahwa orang yang melakukan

poligami hanya diperbolehkan sebanyak empat istri dan ini berlaku bagi

suami yang merdeka.70

Sementara masalah sikap adil, Ibnu Rusyd mengatakan bahwa

kewajiban bersikap adil di antara para istri sudah menjadi ijma’ ulama

yang tidak boleh ditawar-tawar lagi. Secara umum, dalam masalah

‘keadilan’ di sini menunjukkan bahwa poligami (baik untuk yang merdeka

maupun hamba) dalam pandangan ulama Malikiyah tak berbeda dengan

pendapat sebagian besar ulama lainnya, yakni poligami dibolehkan tetapi

yang menjadi pertimbangan utama adalah tetap harus berlaku adil.

d. Mazhab Hambali

Penganut mazhab Hambali, Ibnu Taymiyah (w.728 H/1328 M)

menjelaskan, poligami termasuk salah satu keistimewaan dalam syariat

Islam sepanjang masa karena mengandung banyak hikmah di sebaliknya,

baik bagi lelaki dan perempuan maupun masyarakat sosial pada

70Ibid, hal. 74.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

53

umumnya.Manakala di sudut lain, masalah monogami malah menjadi

perhatian penting bagi Ibnu Quddamah. Senada dengan Imam Al-Nawawi

(mazhab Syafi’i), Ibnu Quddamah pun berpendapat bahwa monogami

adalah lebih baik karena bersikap adil bukanlah hal yang mudah dalam

poligami. Sedangkan bersikap adil adalah wajib bagi yang berpoligami.

Sehubungan itu, Ibnu Quddamah bersama Imam Al-Hajawi, Ibnu

Taymiyah dan Ibnu Al-Qayyim menjelaskan, jika calon seorang istri

mengajukan syarat agar tidak dimadu, dan calon suami setuju, maka suami

tidak boleh poligami. Tetapi jika suami melakukannya, maka istri tersebut

berhak mengajukan gugatan untuk membubarkan pernikahannya. Ahmad

bin Hanbal menyebutkan batas maksimal seorang laki-laki berpoligami

hanyalah empat istri dan harus diikuti dengan sikap adil, seperti

pembagian giliran terhadap istri-istri sehingga tidak diperbolehkan

condong pada salah satu istri. Dengan mengutip pada QS. Al-Nisa’ ayat

129, Ahmad bin Hambal mengatakan bahwa keadilan yang dimaksudkan

dalam ayat tersebut adalah keadilan dalam hati, sehingga dalam ayat itu,

Allah menyatakan kemustahilannya kepada manusia untuk membagi

hatinya secara adil.

2. Pandangan Ulama Tafsir tentang Hukum Poligami

a. Ibnu Jarir Al-Tabari (224-310 H/838-923 M)

Tafsir Al-Tabari banyak digunakan oleh sarjana Barat sebagai

sumber informasi utama. Al-Tabari sependapat dengan Imam Malik dalam

memahami kebolehan poligami dengan empat orang istri tidak hanya pada

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

54

orang merdeka, tetapi hamba pun mempunyai hak menikahi wanita sampai

empat orang. Namun, yang terpenting di sini adalah perlakuan adil

terhadap para istri tersebut. Maksud ayat al-Nisa: 3 tersebut adalah: Jika

kalian takut tidak bisa berbuat adil (dalam mahar) terhadap anak-anak

yatim, wahai para wali yatim. Maka bersikap adillah kepada mereka dan

bayarlah mahar mereka sesuai dengan mahar mitsil (mahar yang serupa

dengan kerabat wanita mereka). Lalu janganlah nikahi mereka, nikahlah

dengan wanita lain yang dihalalkan oleh Allah kepada kalian dan yang

kalian senangi dari satu sampai empat wanita. Jika kalian khawatir tidak

bersikap adil dengan menikahi wanita lain lebih dari satu, maka nikahlah

dengan satu wanita saja, kalau tidak cukuplah dengan hamba wanita yang

kalian miliki’.71

Demikian pula Al-Tabari dalam memahami ayat di atas adalah

dalam konteks perlakuan terhadap anak-anak yatim yang ada dalam

asuhan walinya dan juga perempuan-perempuan lain yang menjadi istri

mereka. Al-Tabari mengatakan bahwa ayat poligami tersebut diturunkan

dalam kasus lelaki yang menikahi sepuluh perempuan atau lebih dan

kemudian memanfaatkan harta kekayaan anak yatim yang diasuhnya

ketika diperlukan karena dia harus menghidupi banyak istri, sehingga

menghalangi anak yatim tersebut terhadap kekayaannya.72

b. Fakhruddin Al-Razi (544-606 H/1149-1209 M)

71Fatonah, “Telaah Poligini:Perspektif Ulama Populer Dunia (Dari Ulama Klasik Hingga Ulama Kontemporer)”,Al Hikmah Jurnal Studi Keislaman, Volume 5, Nomor 1, (Maret:2015), hal. 26. 72Ibid.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

55

Al-Razi telah menjelaskan tafsir ayat poligami dari pelbagai sudut

pendapat dan perbedaan pandangan ulama secara detail serta membantah

beberapa pendapat yang dipandang lemah. Antaranya dalam menjelaskan

maksud frasa‚ ‘yang merupakan syarat utama’. Menurutnya, frasa tersebut

bermaksud‚’ jika kalian takut tidak bisa berbuat adil terhadap istri yang

berjumlah banyak, maka nikahlah dengan satu perempuan saja atau

dengan hamba wanita dan tinggalkan poligamii’. Di sini beliau

menekankan bahwa hukum poligini bergantung pada kemampuan boleh

tidaknya seseorang bersikap adil terhadap istri-istrinya.

Lebih dari itu, Al-Razi juga sama dengan Al-Tabari dalam

menjelaskan penafsiran ayat di atas. Menurutnya, hendaklah seseorang

memperhatikan ayat sebelumnya, yaitu tentang anak-anak yatim dan

larangan memakan harta mereka karena ia sebagian dari dosa besar.

Sehingga ayat tersebut, menurut Al-Razi, seakan-akan dikatakan kepada

mereka: Jika kamu khawatir tidak mampu berlaku adil terhadap anak-

anak yatim, maka hendaklah kalian berhati-hati atau keluar dari

tanggungjawab tersebut. Jika kalian khawatir tiak mampu berlaku adil

terhadap istri-istrimu, maka sedikitkanlah jumlah istri (hendaklah

mengawini seorang saja).73

Walau apapun, hukum ‘iba>hah’ poligami yang dimaksudkan al-

Qur’an bukan tidak bersyarat dan tak terlepas dari keadaan sosial ketika

ayat tersebut diwahyukan. Jadi ayat poligami ini bukan saja sebagai

73Ibid.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

56

pemberi batasan jumlah perempuan yang boleh dikawin, tetapi justru

adalah sebagai peringatan bagi masyarakat yang ketika itu memang gemar

berpoligami sampai tiada batas jumlah istrinya dengan tanpa

memperhatikan hak-hak para perempuan tersebut. Sehingga menurut Al-

Razi, penafsiran ayat tersebut lebih dekat, seolah-olah Allah

mengkhawatirkan orang yang memiliki banyak istri, boleh jadi ia akan

terjerumus seperti wali yang mengambil harta anak yatim yang ada dalam

asuhannya, untuk menutupi keperluan yang banyak disebabkan ia

memiliki banyak istri.74

c. Al-Jashshash (m. 370-980)

Ulama lain yang juga cukup intensif mengupas masalah poligami

adalah Al-Jashshash. Menurutnya, ayat poligami berkenaan dengan anak

yatim yang dinikahi walinya. Pendapat ini didasarkan oleh Al-Jashshash

pada satu riwayat hadits dari Urwah, yang mengatakan, seorang wali

dilarang menikahi seorang anak yatim yang ada di bawah pengampuannya

hanya karena alasan kecantikan dan harta anak tersebut. Sebab

dikhawatirkan para wali tersebut memperlakukan anak yatim yang ada di

bawah pemeliharaannya secara tidak adil. Karenanya, lebih baik mereka

menikahi wanita lain. Untuk menguatkan pandangan bahwa ayat ini

berhubungan dengan pernikahan dengan anak yatim, bisa dilihat, bahwa

Al-Jashshash meletakkan pembahasan ayat ini di bab “tazwi>j ash-

shigha>r” (pernikahan di bawah umur). Menurut Al-Jashshash, poligami

74Ibid

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Poligamieprints.umm.ac.id/44434/3/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...Hingga sekarang agamaKristen melarang penganutnya untuk melakukan poligami.

57

hanya bersifat boleh (mubah). Kebolehan itu juga disertai dengan syarat

kemampuan berbuat adil di antara para istri. Untuk ukuran keadilan di sini,

menurut Al-Jashshash, termasuk material, seperti tempat tinggal,

pemberian nafkah, pakaian dan sejenisnya. Kedua kebutuhan non material,

seperti rasa kasih sayang, kecenderungan hati dan semacamnya. Namun

dia mencatat, bahwa kemampuan berbuat adil di bidang non material ini

amat berat. Hal ini disebut sendiri oleh Allah SWT dalam surat Al-

Nisa:3.75

75KhoiruddinNasution, Riba dan Poligami(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996), hal. 86