BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN...

32
22 BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN SEBAGAI INSTITUSI KOMUNIKASI DAKWAH A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya, sebagai da’i bagi dirinya sendiri dan orang lain, karena Islam tidak menganut adanya hierarki religius, setiap muslim bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri dihadapan Allah. Ajaran Islam bersifat universal dan ditujukan kepada seluruh umat manusia, dan kaum Muslim yang memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa ajarannya sampai kepada seluruh manusia disepanjang sejarah. Kewajiban berdakwah merupakan perintah yang ditetapkan bagi kaum beriman sejak awal masa kenabian Muhammad SAW. Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW., untuk mulai berdakwah sejak tahun-tahun kerasulannya, dan perintah ini kemudian diluaskan pada seluruh pengikutnya. Aktivitas dakwah bukan tugas yang harus diemban oleh sekelompok pendakwah profesional atau aktivitas paro-waktu semata. Setiap muslim baik yang berpendidikan maupun tidak memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dakwah, tanggung jawab itu lebih besar lagi bagi orang yang berilmu dan arif (Alwi Shihab, 1999: 252-253). Kehadiran dakwah bagian yang pasti, ada dalam kehidupan umat beragama. Ajaran agama Islam berkewajiban yang dibebankan oleh agama

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA TENTANG

PONDOK PESANTREN SEBAGAI INSTITUSI KOMUNIKASI DAKWAH

A. Pemikiran Tentang Pesantren

Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya, sebagai

da’i bagi dirinya sendiri dan orang lain, karena Islam tidak menganut

adanya hierarki religius, setiap muslim bertanggungjawab atas

perbuatannya sendiri dihadapan Allah. Ajaran Islam bersifat universal dan

ditujukan kepada seluruh umat manusia, dan kaum Muslim yang memiliki

kewajiban untuk memastikan bahwa ajarannya sampai kepada seluruh

manusia disepanjang sejarah.

Kewajiban berdakwah merupakan perintah yang ditetapkan bagi kaum

beriman sejak awal masa kenabian Muhammad SAW. Allah SWT

memerintahkan Nabi Muhammad SAW., untuk mulai berdakwah sejak

tahun-tahun kerasulannya, dan perintah ini kemudian diluaskan pada seluruh

pengikutnya. Aktivitas dakwah bukan tugas yang harus diemban oleh

sekelompok pendakwah profesional atau aktivitas paro-waktu semata.

Setiap muslim baik yang berpendidikan maupun tidak memiliki tanggung

jawab untuk melakukan pekerjaan dakwah, tanggung jawab itu lebih besar

lagi bagi orang yang berilmu dan arif (Alwi Shihab, 1999: 252-253).

Kehadiran dakwah bagian yang pasti, ada dalam kehidupan umat

beragama. Ajaran agama Islam berkewajiban yang dibebankan oleh agama

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

23

kepada pemeluknya. Dakwah tersebut yang melanjutkan tugas risalah yang

dibebankan kepada Rasulullah SAW. Jika Rasulullah wajib menyampaikan

syari’at atau agama Allah kepada umat, maka umat juga wajib

menyampaikan ajaran agama Allah kepada manusia agar mau menyambut

seruan Allah dan Rasul-Nya. Maka setiap orang Islam berkewajiban,

memerintahkan kebaikan dan mencegah kejahatan, kemaksiatan dan

kemungkaran. Perintah dalam Alquran dan perintah Rasulullah menunjukan

hukum wajibnya berdakwah. Maka berdosalah orang Islam yang tidak mau

melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya (Umar Hasim, 2000: 5-6).

Fenomena pesantren terhadap kyai menjadi puncak otoritasnya, dan

melalui program pengembangan masyarakatnya yang dirintis sejak

dasawarsa terakhir ini, tampaknya bukan fenomena sosial yang layak

diabaikan. Fenomena semacam itu menarik untuk diperbincangkan, secara

ideal pesantren harus mampu memobilisasi perubahan yang memiliki

relevensi tinggi, bagi kebutuhan masyarakat untuk mengangkat citra, derajat

dan martabat rakyat kecil. Peran kyai dalam transformasi dan rekayasa

sosial dimasyarakat, sanggup membangun sikap emansipatoris wong cilik,

menanamkan watak progresif, serta menggerakan gelombang kesadaran

rakyat jelata untuk terlibat aktif bagi perubahan sosial.

Para ulama pada umumnya mempunyai kharisma, dicintai dan

dipatuhi oleh umat yang jadi pengikutnya, dan dengan sendirinya

mempunyai wibawa oleh umat yang menjadi pengikutnya, serta

berpengaruh, menentukan dalam mengendalikan umat. Para ulama bukan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

24

saja memberikan bimbingan mengenai soal keagamaan, tetapi sampai-

sampai kepada masalah pribadi, soal keluarga dan dimintakan petunjuk dari

para ulama. Mereka sebagai pemimpin umat yang non-formal, yang kadang-

kadang mempunyai kekuatan dan pengaruh yang jauh lebih besar dari

pemimpin yang formal menurut ketentuan hukum (Yunan Nasution, 2010:

62).

Pondok pesantren selalu mempunyai misi berdakwah, tidak terlepas

dari tiga pembahasan, yaitu ilmu Ushuludin, ilmu Aqidah dan juga ilmu

Fiqh dan ilmu Tasawuf. Jadi ilmu Ushuludin yang menjadi pokok ilmu-

ilmu Akidah, ilmu Fiqihnya untuk mengatur tatacara ibadanya dan juga ilmu

akhlaknya juga yang disebut-sebut sebagai ilmu tasawufnya. Maksudnya

tasawuf ilmu akhlaknya, karena menurut ketiga pembahasan itu sangat

sentral dalam melakukan segala aktivitas dakwah.

Pesantren dan masjid sebagai sarana dasar pendidikan yang berjalan

berabad-abad lamanya, sehingga selalu dilengkapi dengan pondok

(pesantren) untuk menginap para santri, karena santri tidak hanya datang

dari dekat, akan tetapi dari tempat yang jauh, yang sesuai dengan

kemasyuran dari ulama dan kemasyuran dari lembaga pendidikannya

(Sadili, 2000: 196) .

Pendidikan kitab kuning, terutama di lingkungan pesantren, pada

dasarnya bertujuan untuk menanamkan akhlak mulia, baik sebagai

kesalehan pribadi maupun moralitas sosial. Oleh karena orientasi

pendidikan semacam itu merupakan pembentuk kekuatan ruhanian yang

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

25

simbolik, seharusnya pendidikan kitab kuning tidak hanya merupakan

satuan pengajaran yang hanya mencerminkan fragmenasi disiplin ilmu

pengetahuan. Sebab, yang lebih penting dari itu adalah tujuan pendidikan

pesantren perlu dibulatkan orientasinya dalam bentuk figur dan kofigurasi

kepribadian (Abdurrahman, , 2000: 85 ).

Peranan pesantren secara sosial mengalami perubahan dari waktu ke

waktu, sebab dalam kesadaran intern umat Islam, lebel Islam kayaknya

masih dilihat secara umum, sehingga belum memberi makna sosiologis

dalam kehidupan bermasyarakat yang luas. Problematikan pesantren bukan

persoalan baru dan ringan, tetapi pesantren membutuhkan pemikiran

alternatif untuk membebaskann dari keterbelengguan hanya pada wawasan

keagamaan.

Pesantren berawal dari penjagaan dengan segala tatanan kehidupan

masyarakat yang jauh dari agama, keyakinan, serta hidup menuju kepada

jalan kebenaran. Pesantren mempunyai fungsi sebagai kumpulan setiap

kelompok untuk merumuskan strategi peperangan melawan penjajahan, dan

merumuskan pengamanan negara. Pondok pesantren memiliki kegiatan

melalui pengajian, pembelajaran dan pengamalan ibadah yang disiapkan

dalam lembaga keislaman. Lembaga keislaman lahir menujukkan kekuatan

pondok pesantren melalui pembelajaran kitab, pembelajaran pengetahuan

dengan berbagai kebutuhan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.

Pondok pesantren mengembangkan keislaman, dengan berbagai cara

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

26

melalui pembelajaran di dalam masjid, dan pembelajaran di lingkungan

masyarakat yang bertujuan melahirkan generasi ulama.

Lembaga keislaman sangat banyak bermunculan yang bisa

dikembangkan melalui pondok pesantren. Peranan lembaga Islam pada

umumnya melahirkan orang-orang yang menguasai Islam, baik untuk

dirinya, keluarganya dan masyarakat di lingkuangannya. Lembaga paling

tua adalah pondok pesantren. Pada masa lalu sampai sekarang pesantren

memliki kemandirian yang tinggi, baik dalam pendanaan maupun

pengamalan dan pengajaran. Pesantren-pesantren terkenal misalnya

memiliki sumber dana sendiri, berupa sawah dan kolam ikan (balong) yang

menjadi dasar kehidupan pesantren. Santri-santri yang belajar di pesantren

tidak dipungut biaya, tetapi sekarang pesantren sudah mengalami kemajuan

dengan mengadakan infaq atau syariah dengan membuat pemungutan dana

dari kalangan santri. Mereka memasak sendiri dan memenuhi kehidupan

lainnya atas bekal yang dibawanya (Hasbullah, 2010: 40).

Para santri yang tamat dari suatu pesantren pulang ke tempat asalnya

atau tempat istrinya atau tempat lain yang memerlukannya, dan membuka

pesantren yang baru. Ulama pesantren alamamaternya, mendirikan

pesantren itu dari nol, dengan santri beberapa orang saja. Ulama atas

pertolongan Allah, keuletan, kesabaran, dan masyarakat, santrinya dari

tahun ke tahun makin bertambah dan pesantrennya menjadi besar. Ada pula

santri lulusan suatu pesantren dinikahkan dengan anak kyai atau ulama,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

27

sehingga dalam bidang pengembangan dakwah berkelanjutan dan dalam

bidang materil bukan masalah besar.

Dewasa ini telah lahir pesantren-pesantren modern dengan

pelopornya. Pesantren modern Gontor di Jawa Timur, lulusan pesantren ini

membangun pesantren ditempat-tempat lain antara lain di kota Bandung,

dengan menggunakan pola dan sistem pengajaran dari pondok pesantren

Gontor. Pesantren yang terpadu antara usaha komersil dan pendidikan Islam

dilakukan oleh Daarut Tauhid di Bandung. Pondok pesantren selain belajar

tentang Islam para santri di pesantren, belajar berkoperasi, mengelola radio

dakwah, mengelola studio yang memproduksi lagu-lagu keislaman dan

lainnya serta menjualnya kepada umum. Para santri belajar olah raga

pertahanan diri (self-defence). Pesantren lain mengembangkan dirinya

melatih para santri dalam bidang agrobisnis. Pesantren ini memiliki jaringan

langganan berupa sepermarket di Bandung dan Jakarta. Pesantren ini

menjadi supplier sayur-mayur yang secara periodik mengirikannya kepada

larangan-larangannya itu.

Beberapa tahun terakhir Pemda Jawa Barat menyelenggarakan

program Santri Raksa Desa dan disusul dengan Santri Raksa Usaha.

Sejumlah santri dari berbagai pesantren dilatih di Bandung antara lain

menembok dan pertukangan kayu. Mereka dikirim ke desa-desa di beberapa

kabupaten. Mereka berdakwah pada malam hari, pada siang harinya mereka

membangun MCK (Mandi, Cuci, Kakus) untuk peningkatan kesehatan

orang desa. Program-program tersebut memberikan penjelasan tentang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

28

pondok pesantren dalam aspek pengembangan dakwah, sehingga

menunjukkan bahwa Islam melalui pondok pesantren mencakup seluruh

aspek kehidupan. Kehidupan pondok pesantren memberikan segala fasilitas

demi kenyamanan dan ketentraman hidup di pesantren.

Lembaga pengajian agama Islam yang tumbuh serta diakui

masyarakat, dengan sistem asrama (komplek) di mana santri-santri

menerima ilmu agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang

sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari Leadership seorang atau

beberapa orang Kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta

independent dalam segala hal”. (Mujamil Qamar, 2010: 2)

Kondisi pesantren yang banyak di kaji oleh para ilmuan seperti

pemaparan tentang pesantren: “suatu tempat yang tersedia untuk para santri

dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat

berkumpul dan tempat tinggalnya”. “suatu tempat pendidikan dan

pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama

sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanent” (Mujamil Qamar,

2010: 2).

Pesantren bertujuan mengembangkan organisasi kelembagaannya

yang mementingkan dalam ajaran Islam yang diisi oleh para santri. Para

santri yang hidup bersama kyai berdampingan satu sama lain di lingkungan

pondok pesantren. Kyai memberikan waktunya untuk santri dalam mengaji

dan mengembangkan segala kehidupan di pesantren yang mewujudkan

perkembangan Islam. Pesantren melahirkan santri-santri yang taat, tawadu

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

29

dan qonaah serta menjadi contoh/teladan orang banyak di sekitarnya. Atas

dasar itu muncul pameo “jika ingin menghasilkan muslim intelektual

belajarlah di Islamic Studies” di Mc Gill University di Kanada, tetapi kalau

ingin menghasilkan muslim taat, tawadu, qonaah dengan iman Islam yang

kuat, masuklah ke pesantren”. Lembaga Islam dalam organisasi pondok

pesantren memberikan ajaran dalam pemahaman keislaman yang

memumat ajaran Isalan yang berbentuk 10 Pan Ilmu, seperti: ilmu

nahwu/sharaf, ilmu bayan, mantaq, balaghoh, tafsir, hadis, dan lain sebagai

seseuai dengan kaidah mabani asharoh. Lembaga pondok pesantren telah

memberikan perbedaan dalam tingkat sosial dan budaya masyarakat

mengenai pada diri santri zaman dahulu dan zaman sekarang. Pondok

pesantren meliputi berbagam macam bentuk pembelajaran yang sudah

berlaku di pesantren-pesantren Indonesia, terutama provinsi Jawa Barat dan

sudah di terapkan di pondok pesantren masing-masing.

Para pengamat tentang Islam di Jawa yang mendekati masalahnya

dengan mecoba mengkontradiktifkan antara tradisionalisme dan

modernisme (dalam Islam), akan bingung mengikui perkembangan yang

terjadi seperti pondok pesantren Tebuireng. Reformasi yang dijalankan oleh

Tebuireng tidak dicapai dengan meninggalkan sistem tradisional, dan tidak

pula dihubungkan dengan dimaksudkan sebagai satu peumusan kembali

(reformulation) Islam abad pertengahan yang sudah ketinggalan zaman agar

lebih mudah diterima oleh masyarakat masa kini.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

30

Semua pesantren telah mengalami perubahan yang sama. Tradisi

pesantren, kini telah terdapat pemisahan antara pesantren-pesantren yang

mengajarkan pengetahuan umum yang tidak tahu atau belum tahu.

Pemisahan ini belum menimbulkan pengelompokan atas dasar sosial

keagamaan yang berbeda dan masih sama-sama terikat sebagai penganut

ahlusunnah wal jama’ah, namun pemisahan tersebut telah menciptakan

perbedaan-perbedaan dalam beberapa hal dalam bentuk aktivitas sosial dan

intelektual, cara-cara berpakaian, gaya hidup, tingkah laku kemasyarakatan,

dan aspirasi pekerjaan. Pondok pesantren terlalu dini untuk mencoba

memperkirakan arah dimasa depan, atau meremehkan perpecahan yang

lebih pundamental yang mungkin akan terjadi. (Zamakhsyari Dhofier, 2015:

197).

Pondok pesantren mengarahkan pada kegiatan dakwah yang

memberikan pembelajaran dan pembekalan ilmu bagi para calon generasi

penerusnya. Kegiatan dakwah sudah ada sejak adanya tugas dan fungsi yang

harus diemban oleh manusia di belantara kehidupan dunia ini. Zaman

terhadap perkembangan zaman ada semangat perjuangan atau ghirah serta

upaya dalam kegiatan dakwah yang tidak pernah padam. Dakwah menjadi

sebuah gerakan yang tidak akan berhenti, terus menerus diperjuangkan oleh

para pengembannya, dalam mempertahan dakwah dari setiap cara yang

dilakukannya. Pondok pesantren memberikan arahan dan pembelajaran

yang menciptakan dakwah kepada diri dan pengembangan ke masyarakat.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

31

Dakwah sekarang dipahami bukan hanya proses penyampaian pesan

Isalm dalam bentuk ceramah, khutbah di podium atau di mimbar saja yang

biasa dilakukan para pencermah atau mubaligh, tetapi dakwah merupakan

berbagai aktivitas keislaman yang memberikan dorongan, percomtohan,

penyadaran baik berupa aktivitas lisan atau tulisan (ahsanulqaulan) maupun

aktivitas badan atau perbuatan nyata (absanuamalan) dalam rangka

merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang dilaksanakan oleh seluruh umat

Islam sesuai dengan kedudukan dan profesinya masing-masing, untuk

mewujudkan kehidupan individu dan kelompok yang salam, hasanh,

thayyibah (adil, makmur, sejahtera) dan memperoleh ridha Allah (Syukriadi

Sambas, 2010: 54).

Pada umumnnya lembaga pondok pesantren yang digunakan kyai

dalam pengajaran yaitu menggunakan cara pembelajaran dengan berbahasa

arab. Pondok pesantren dapat diketahui pembelajaran kitab-kitab yang

biasa diajarkan kepada santrinya, sehingga “ngaji” identik dengan kegiatan

yang mempelajari kitab berbahasa arab yang biasa diungkapan dengan

“ngaji kitab”. Pondok pesantren mengajarkan dengan buku-buku dalam

berbahasa arab yang sangat menarik dalam mengajar kitab kuning yaitu

menggunakan terjemah bahasa Sunda, bahasa Indonesia, bahkan pesantren

yang paling terdahulu memakai bahasa Sunda di wilayah Kacamatan

Cileunyi dan sekitarnya dalam lingkungan Pesantren Sindangsari Al-

Jawami.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

32

Pondok pesantren sendiri disamping istilah kitab kuning beredar

juga istilah “kitab klasik” (al-kitab alqadimah,) karena tidak dilengkapi

dengan syakal (sandangan) kitab, kerap disebut kalangan pondok pesantren

sebagai “kitab gundul”. Pondok pesantren berawal dari pengajian dasar di

rumah-rumah, di langgar dan di masjid diberikan secara individual. Seorang

murid mendatangi guru yang akan membacakan beberapa garis quran atau

kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkannya kedalam bahasa Jawa. Pada

gilirannya, murid mengulangi dan menerjemahkan kata demi kata semirip

mungkin yang dilakukan oleh gurunya.Sistem penerjemahan dibuat

sedemikan rupa sehingga murid diharapkan memahami baik arti maupun

fungsi kata dalam satu kalimat bahasa Arab.

Para murid dapat belajar tata bahasa Arab langsung dari kitab-kitab

tersebut. Murid diharuskan menguasai pembacaan dan terjemahan tersebut

secara tepat dan hanya bisa menerima tambahan pelajaran bila telah

berulang-ulang mendalami pelajaran sebelumnya.Para guru pengajian dalam

taraf ini selalu menekankan kualitas dan tidak tertarik untuk mempunyai

lebih dari 3 atau 4 orang. Jika dalam seluruh hidup guru tersebut ia berhasil

menolarkan sekitar 10 murid yang dapat menyelesaikan pengajian dasar ini,

kemudian melanjutkan pelajaran ke pesantren, ia akan dianggap sebagai

seorang guru yang berhasil (Zamakhsyari Dhofier, 2010: 28).

Pondok pesantren dalam sejarahnya menunjukan simbol

kesederhanaan. Artinya pondok-pondok untuk penginapan santri itu

dibangun karena kondisi jarak antara santri dengan Kyai cukup jauh,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

33

sehingga memaksa mereka untuk mewujudkan penginapan sekedar dalam

bentuk bilik-bilik di sekitar masjid dan rumah Kyai. Problem penyedian

pondok sebagai penginapan santri selanjutnya melibatkan kebutuhan lahan

bangunan, pembiayaan, penyediaan air, perluasan dapur, perencanaan

pembanguan dan sebagainya. Keterlibatan kebutuhan-kebutuhan tersebut

juga menjadi masalah yang cukup serius kalangan pesantren. Selain karena

desakan dari jumlah santri yang belajar bertambah banyak, juga sebagai

bentuk lembaga pondok pesantren merupakan sebuah rekontruksi sistem

pendidikan yang dipengaruhi segitiga teritorial dan segitiga budaya yang

merupakan arus utama bagi masuknya dan berkembangnya Islam di

Indonesia yaitu Arab, India, dan tradisi lokal Indonesia sendiri.

Tiga katagori tersebut merupakan tiga wilayah yang menjadi faktor

bagi sebuah rekontruksi sistem dakwah, karena wilayah tersebut menjadi

daerah yang sangat berpengaruh terhadap sistem pendidikan di Indonesia, di

Arab kita kenal para ulama-ulama yang berdatangan pada abad ke-7 dengan

segenap ilmu keagamaannya, wilayah India merupakan pusatnya

kebudayaan Hindu Budha yang sehingga kebudayaan tersebut disebarkan ke

wilayah Indonesia, serta tradisi lokal Indonesia yang masih menganut

paham-paham animisme, sehingga dapat mempengaruhi rekontruksi

pembelajaran di Indonesia.

Lembaga pondok pesantren dengan menambah pondok ini disebut

pondok pesantren yang terdiri atas masjid atau langgar (surau), asrama-

asrama penginapan, rumah kyai. Pondok pesantren melambangkann suatu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

34

pengembangan dari pengajian di langgar (surau) atau masjid, baik dilihat

dari perspektif jumlah santri, sarana dan prasarana, materi pelajaran, metode

pembelajaran maupun pengorganisasiannya.

Asrama dibangun bertolak dari perancangan strategi pembelajaran

untuk mencapai hasil yang maksimal, sedangkan pondok dibangun bertolak

dari timbulnya problem penginapan kendati juga berimplikasi pada

kelancaran proses pembelajaran. Problem ini hingga sekarang masih

menjadi tantangan pesantren dalam realitasnya salah satu masalah yang

dihadapi pesantren besar terutama yang memiliki santri di atas 500 orang,

penyediaan pondok-pondok untuk tempat tinggal para santri dan gedung-

gedung untuk keperluan ibadah, pengajian, dan pengajaran lain (Qomar,

Mujamil. 2000: 88-89).

Langkah pesantren sangat penting dalam sejarah pesantren dalam

periode millennium ketiga dalam rangka memaksimalkan mutu, isi dan

sistem pembelajaran dengan tetap memelihara keutuhan paham ahlusunnah

wal-jama‟ah. Para kyai sebagai pemimpin pesantren tidak mau membuang

kerangka besar tradisi keilmuan Islam. Pesantren menyelanggarakan

pendidikan formal dan non formal merupakan perwujudan ajaran dan

perintah „wal-ahdzu min jadidin-nafi dalam bidang-bidang aktivitas sosial

intelektual, cara hidup, kebiasaan-kebiasaan sosial, dan dalam aspirasi

profesional. Pesantren tidak sendirian dalam langkah ini, karena sudah

banyak pesantren yang melakukan serupa dan tentunya pada masa-masa

yang akan datang akan bertambah.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

35

Banyak keunggulan yang menjadikan santri-santrinya terdidik

sebagai generasi bangsa yang mampu berfikir cerdas dan maju dan bersaing

di tengah masyrakat modern dengan bekal akhlaqul karimah. Pada masa-

masa mendatang, akan semakin banyak putra-putri kyai yang memimpin

lembaga-lembaga pesantren dan membantu orang tua mereka

memodernisasi sistem dan isi program pesantren. Lembagal-lembaga

pesantren kini dengan mudah dapat memperoleh kekuatan baru berupa staf

pengajar yang terdidik dari universitas umum, proses modernisasi pesantren

mengalami tempo yang cepat, pandangan hidup kekinian mewarnai

kehidupan di pesantren. Para kyai semakin bergairah dalam menghadapi

tantang modernitas (Zamakhsyari Dhofier, 2015: 271).

Para kyai pimpinan pesantren menyadari bahwa masyarakat yang

mencintai peantren sudah banyak yang tinggi penghasilannya dan

menginginkan anak-anak mereka memperoleh ilmu agama, ilmu

pengetahuan, keahlian modern, serta penanaman prilaku akhlakul karimah

(moral keislaman yang tinggi) model pesantren (Zamakhsyari Dhofier,

2015: 272). Kesempatan tradisi pesantren untuk memperkuat peran dalam

pembangunan peradaban Indonesia modern saat ini terbuka luas. Para kyai

pemimpin peantren menyadari bahwa saatnya telah tiba bagi tradisi

pesantren memadu modernitas ke dalam pesantrennya untuk memperkuat

posisinya dalam pembangunan peradaban modern. Tradisi pesantren yang

menjadi ujung tombak dalam pembangunan peradaban melayu Nusantara

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

36

kini perlu tampil, agar Indonesia memperkuat pembangunan sumber daya

manusia (Zamakhsyari Dhofier, 2015: 274).

Akar budaya dan tradisi pesantren kini dinilai sudah sangat kuat

yang dapat menjamin kelangsungan pembentukan watak disiplin, kerja

keras, sikap saling percaya dan menghargai program yang berada di

pesantren yang telah diwariskan turun-temurun selama 800 tahun. Modal

budaya dalam melakukan adaptasi sangat penting agar upaya memperkuat

imajinasi dan visi yang berjangkau jauh ke masa depan tidak tidak

menjadikan bangsa Indonesia kehilangan jati diri. Semuanya itu, diikat

dalam komitmen kerja dengan agenda yang jelas, konkret dan terukur

(Zamakhsyari Dhofier, 2015: 274).

Pada periode sekarang tradisi pesantren sudah memiliki pemikir-

pemikir yang cakap dan menguasai berbagai ilmu pengetahuan serta

tekhnologi, mampu membimbing dan mengawal arah proses perubahan

kemana pesantren harus berkembang. Mereka memiliki ketajaman berfikr

yang dapat memberikan berbagai pilihan strategis yang dapat membimbing

para pemangku tradisi pesantren untuk mengambil peranan lebih besar

dalam pembangunan peradaban Indonesia modern (Zamakhsyari Dhofier,

2015: 274-275).

Kini usaha untuk meramalkan wajah, bentuk, dan isi lembaga-

lembaga pesantren di masa depan sangat dipermudah oleh beberapa

perkembangan: pertama, dengan bertambahnya jumlah lembaga hampir

menjadi 30.000 lembaga pesantren, maka pesantren dapat melakukan variasi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

37

perubahan lebih leluasa, dari yang paling kuat bertumpu kepada tradisi

sampai kepada yang dapat memandu modernitas pembelajarab seluas dan

setinggi mungkin.

Kedua, sikap kyai semakin lapang dalam penyelenggaraan

modernisasi pesantren di tengah-tengah perubahan masyarakt Indonesia

yang cepat. Mereka juga tidak dihambat oleh perdebatan pro dan konta

untuk mempertahankan aspek-asoek sistem agama Islam. Tekanan telah

mengarah kepada upaya menyantuni kebutuhan yang bermanfaat bagi umat

Islam. Ketiga, keyakinan bahwa perubahan-perubahan harus

diselenggarakan tanpa merusak aspek-aspek positif kehidupan pedesaan

dimungkinkan oleh perkembangan tekhnologi serta semakin tersedianya

sumber daya pengetahuan informasi melalui internet. Keempat, semakin

tersedianya tenaga-tenaga akademik untuk mengembangkan pembelajaran

ilmu berbasis teknologi di wilayah pedesaan. Kelima, pengaruh

kepemimpinan dan dukungan masyarakat menguat pada periode memasuki

millenium ketiga. Keenam, semakin kuat tuntutan masyarakat perdesaan

untuk memperoleh haknya dalam memperoleh fasilitan kepesantrenan.

Ketujuh, tuntutan pelaksanaan demokrasi yang adil, jujur dan transparan

semakin kuat (Zamakhsyari Dhofier, 2015: 277-279).

Pesantren pada dasawarsa 1988-2008 mampu memadukan

modernitas ke dalam sistem pondok pesantren dalam skala yang luar biasa

kuatnya, karena dukungan dari masyarakat. Para pimpinan pesantren

membiayai kegiatan kepesantrenan tergantung kepada sumbangan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

38

pembiayaan dari santri. Tradisi pesantren sebagai penerus tradisi peradaban

melayu nusantara memiliki dasar pandangan keagamaan yang mudah

dipadukan dengan modernitas. Cepatnya aspek modernitas terpadu dalam

tradisi pesantren terbukti pada kenyataan bahwa 70 persen lembaga

pesantren telah mengembangkan sekolahan dan sebagian mendirikan

perguruan tinggi modern. Lembaga pesantren yang masih mengkhususkan

murni agama dan pengkajian kitab-kitab karangan ulama zaman klasik

memang masih cukup banyak, sekitar 30 persen dari 21.521 pesantren.

Keberadaan pesantren yang mengkhususkan kajian kitab-kitab Islam klasik

tersebut justru sangat penting, karena pengkajian kitab-kitab Islam klasik

tetap sangat diperlukan agar paduan tradisi dan modernitas menemukan

ramuan yang seimbang dalam pembangunan peradaban Indonesia modern.

Tradisi pesantren sebagai ujung tombak pembangunan peradaban

melayu nusantara abad ke-15 sampai abad ke-18 menjadikan mayoritas

penduduk melayu nusantara sekarang ini beragama Islam. Pesantren sebagai

peradaban melayu nusantara selama berabad-abad, pesantren yang memiliki

jaringan sosial dan keagamaan yang kuat antar lembaganya di seluruh

provinsi. Jaringan yang kuat tersebut tidak statis dan saling menunjang. Di

bidang politik jaringan mereka sangat elastis tidak terikat hanya dengan satu

partai politik tertentu. Dukungan mereka dapat berubah-ubah menurut

perkembangan politik dan kualitas pribadi pemimpin yang dipilih.

Saat ini, bangsa Indonesia sedang giat membangun peradaban

Indonesia modern. Pelaku pembangunan peradaban Indonesia modern yang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

39

dilakukan seluruh rakyat Indonesia. Lembaga-lembaga negara dan

pemerintahan (pusat dan daerah) merumuskan, mengatur strategi dan

memberdayakan semua sumber kekuatan agar pembangunan peradaban

Indonesia modern tercapai secepatnya agar Indonesia tidak tersisihkan

dalam percaturan dan persaingan peradaban.

Masa depan peradaban Indonesia modern haruslah peradaban bangsa

Indonesia yang berbudi luhur yang tingkat keunggulan peradabannya

mampu bersaing dengan peradaban-peradaban dunia lainnya. Pesantren

dapat mencapai tingkat peradaban yang unggul tersebut ekonomi Indonesia

harus tumbuh tinggi setiap tahunnya dan hasilnya dapat merata bagi seluruh

rakyat.

Reaksi kritis terhadap keadaan masa ini, telah ditunjukkam oleh

masyarakat miskin dengan kecenderungan mereka menyekolahkan anaknya

ke pesantren. Para kyai telah menyampaikan reaksinya secara positif dengan

menekankan kembali tujuan-tujuan tradisional mereka. Karier lembaga-

lembaga pesantren pesantren di Indonesia pada saat ini sedang mengalami

perubahan-perubahan yang fuldamental dan turut memainkan peranan

dalam proses transformasi kehidupan modern Indonesia.

Kedudukan ganda ini memang menyulitkan kyai sebagai pimpinan

sebagai pimpinan pesantren, tetapi para kyai sebagai pemimpin-pemimpin

kreatif yang selalu berhasil mengembangkan pesantren dalam dimensi-

dimensi yang baru, dan panorama yang berwajah sangat majemuk

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

40

kehidupan pesantren sekarang ini, dengan adanya petunjuk kreasi yang

jenius para kyai (Zamakhsyari Dhofier, 2015: 277-281).

B. Pemikiran Sejenis Tentang Dinamika Komunikasi Pesantren

Pembicaraan seputar pondok pesantren, sebenarnya banyak dikaji dan

diteliti baik pondok pesantren dalam bidang bisnis, baik dalam perspektif

budaya dengan tataran kehidupan yang mengembangkan pondok pesantren

dalam keagaaman dan dakwah. Pondok pesantren melahirkan ribuan santri

yang memberikan pemahamam tentang pesantren yang menghasilkan

keberhasilan dunia keislaman serta memperkenalkan dunia yang serba

modern di zaman globalisasi.

Pertama, Sindu Golba, mengkaji sebuah penelitian lembaga pesantren

bahwa lembaga pesantren, termasuk lembaga sudah cukup memakan usia

yang asli berada di Indonesia. Pesantren muncul dalam abad ke-16

mempunyai keberadaan pesantren sebagai wadah untuk memperdalam

agama sekaligus sebagai pusat penyebaran agama Islam di daerah jawa Barat

(Sindo Golba, 2012:1). Pesantren sebagai pusat peradaban dan penyabaran

agama Islam, kemudian penyelenggaraan ini semakin berkembang dengan

munculnya tempat-tempat pengajian dan aliran keagamaan. Pondok

pesantren ini berkembang dengan adanya tempat menginap yakni

“Pesantren”. M. Shulthon Masyhud, meneliti pesantren mempunyai ciri khas

mengembangkan potensi seseorang ke jalan yang benar. Potensi seseorang

melahirkan sebuah dakwah dan pengembangan kemasyarakatan dalam

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

41

menjalan syariat dan risalah. Pesantren memberikan pemahaman terhadap

kondisi santri dalam pemahaman keagamaan. Membicarakan tentang

keagamaan, mengenalkan bahwa lembaga pesantren, lembaga yang pertama

kali berdiri di Indonesia (M. Shulthon Masyhud, 2012:1).

Kedua, K.H. Amin Haedar, dalam bukunya membahas mengenal

kehidupan pondok pesantren melalui hubungan kyai dengan santri yang

menggambarkan proses interaksi antara kyai dengan santrinya di pondok

pesantren. Referensi lain dari Ushjana Efendi, M.A, dengan judul buku:

“Ilmu komunikasi Teori dan Praktek”, dalam buku tersebut menghasilkan

sebuah interaksi langsung dan tidak langsung (interpersona), komunikasi

massa, dalam sebuah media kelembagaan pesantren.

Ketiga, Amirullah Ahmad (2013:75) dalam bukunya,

memperkenalkan dunia pesantren dalam aspek lingkungan sosial yang

dipadupadankan dengan ajaran Islam tentang “Pemikiran Abu A‟la al-

Maududi tentang Dakwah Islamiyah”. Ini menjelaskan tentang susunan

dakwah yang melalui kelembagaan keislaman serta mempertajam

pemahaman masyarakat yang mengarahakan ke jalan kebenaran yakni agama

Islam (Samsul Munir Amin, 2012:85) .

Keempat, Merleau Ponty dapat menjelaskan lewat proses

penginderaan, analogi yang digunakan adalah apabila manusia melihat sebuah

rumah, maka ia tidak melihat rumah tersebut secara keseluruhan, karena ada

sisi rumah yang tidak dapat terlihat (sisi dalam atau belakang), maka ia hanya

berasumsi tentang bagian yang tidak terlihat (persepsi). Manusia memerlukan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

42

lebih banyak pengalaman untuk mengembangkan persepsinya, dalam analogi

ini manusia perlu melihat keseluruhan sisi rumah untuk mendapatkan

persepsi dan gambaran yang lebih jelas dan nyata. Pengertian manusia

terhadap bagian sebuah objek yang tidak dapat manusia serap, itulah yang

merupakan dasar dari persepsi.

Hartanto Hanafi dalam penelitiannya bahwa pengalaman yang bersifat

menyeluruh dalam kehidupan seseorang yang dialaminya akan memperoleh

perkembangan dengan sendiri (Hanafi, 2010: 55). Merleau Ponty

menekankan keutamaan pengalaman hidup agar pemikiran-pemikiran yang

diserap dari pengalaman semakin bertambah, dengan kata lain, kesadaran

dapat dimengerti sebagai konstruksi perseptual yang disusun atas dasar

investigasi fenomenologis melalui proses menyerap. Menurut Horovitz,

fenomenologi disajikan dari sebuah pengalaman melalui alam seseorang yang

bisa dirasakan dalam psikologi (pengetahuan, kepercayaan), fisik (panca

indera), dan citra objek yang telah terbentuk, sebagai tambahan, menurut

Rahmat disebutkan pandangan yang melahirkan persepsi dalam individu

yang menjalankan aktvitas dirinya dan status seseorang untuk mengenalkan

kehidupannya melalui keberagaman sosial yang melalui fase lingkungan, baik

secara internal atau secara eksternal (Hartanto Hanafi, 2010:85).

Berdasarkan uraian di atas tentang pondok pesantren dalam dakwah

Islam terhadap Kyai dan santri, maka dibuatlah matrik penelusuran yang

dilakukan penelitian sebelumnya, antara lain: Arum Ningsih dengan judul

penelitian tesis: “Strategi Bisnis dalam Kewirausahaan Pesantren”,

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

43

menyimpulkan bahwa informasi dengan keramahan, kesesuaian, dan

keterhubungan. Proses persuasinya yang komunikatif, bagi hasil dalam

sistem agrobisnis, dan penitipan barang dagangan dalam warung

kebersamaan. Tentang Strategi komunikasi dan metode yang digunakannya

pendekatan kualitatif dan studi kasus, teori difusi inovasi dan model AIDDA.

Perbedaan teorinya, Arum menggunakan teori difusi inovasi dan Model

AIDDA sedangakan yang akan diteliti teori fenomenologi persepsi (Arum

Ningsih, 2015).

Kedua, Ahmad Rifai dalam penelitian tesis yang berjudul “Dinamika

Gerakan Dakwah Jamaah Muhammadiyah Kota Bandung”, menyimpulkan

bahwa dinamika dakwah muhammadiyah mengalami pasang surut, metode

dakwah dan aplikasinya terdapat kendala dalam kualitas mubaligh. Dinamika

gerakan dakwah muhammadiyah menggunakan pendekatan kualitatif dan

metode fenomenologi, teori dakwah jamaah, teori komunikasi organisasi dan

komunikasi kelompok, objeknnya berupa organisasi dan teori serta meode

yang akan ditelitinya menggunakan studi kasus (Ahmad Rifai, 2014).

Ketiga, Didin Misbahudin dalam penelitian tesis yang berjudul

“Strategi Dakwah Nu terhadap Masyarakat Pedesaan”, menerangkan

tentang strategi dakwah NU terhadap masyarakat pedesaan dengan

menggunakan dakwah kultural, kesenian dan didukung oleh cara berdakwah

yang bijkasana dan para da’i NU yang senantiasa menjadi teladan. Stratedi

Dakwah NU menggunakan pendekatan sosiologis dan metode deskriptif

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

44

analitik, teori norma budaya, objek penelitiannya organisasi Nu yang akan

diteliti yaitu Majelis Rasulullah (Didin Mishabuddin, 2012).

Keempat, Aludin dalam penelitian tesis yang berjudul tentang “Peran

Organisasi dalam Program Pembangunan Bandung Agamis”, menerangkan

bahwa program aspirasi masyarakat, berkontribusi dalam mewujudkan

bandung agamis dengan mendorong kerukunan antar Ormas Islam,

mendukung kondisivitas dan menanamkan budaya madani di Kota Bandung

(Aludin, 2013) . Peran Organisasi tersebut menggunakan jenis kualitati dan

studi kasus, teori komunikasi dan organisasi.

Kelima, Ahmad Atho’ Lukman Hakim dalam penelitiannya yang

berjudul “Pesantren dan Perubahan Sosial”, menjelaskan keterkaitan

pesantren dengan perubahan sosial dalam perspektif dan historisnya.

Penjelasan normatif diharapkan menperjelas nilai-nilai dasar yang menjadi

grand theory yang dihayati pesantren dan menjadi basis ideologi gerakannya,

sedangkan penjelasan historis dimaksudkan memaparkan implementasi nilai-

nilai dalam ranah sosial. Penelitian ini menjelaskan tantangan obyektif

kontemporer yang dihadapi pesantren beserta tawaran pradigma pendidikan

pesantren untuk menjadikan pendidikan pesantren relevan dengan jaman

sekarang dan nanti (sholib fi zaman al-bal wal-mustaqbal), penjelasan

pesantren dan perubahaban sosial tersebut menggunakan kajian pustaka dan

menjadikan literatur-literatur klasik yang nota bene tradisi pesantren salaf itu

sendiri menjadi sumber literatur primer. Teori dan metedologi yang

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

45

digunakan dalam jurnal tersebut pada teori perubahan sosial dan studi kasus

(Ahmad Atho’, 2013).

Keenam, Ali Nurdin dalam penelitian tesis yang berjudul tentang

“Tradisi Komunikasi di Pesantren”, menerangkan bahwa proses komunikasi

yang terjadi antarwarga yaitu Kyai, ustadz, dan santri. Pesantren sebagai

subbudaya yang spesifik mempunyai tata nilai yang berbeda dengan budaya

dominan yang berkembang di masyarakat ser. Tata nilai tersebut membentuk

homogenitas perilaku dan sikap yang berkembang di lingkungan pesantren.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi komunikasi pesantren

direpresentasikan melalui proses komunikasi antara Kyai, ustadz, dan santri

yang terjadi pada tradisi sowan, model komunikasi klasikal, model

komunikasi bandongan, model komunikasi wetonan, model komunikasi

sorogan, model komunikasi musyawarah dan komunikasi dengan

menggunakan simbol “bunyi bel” dan panggilan (Ali Nurdin, 2015). Tradisi

Komunikasi di Pesantren tersebut menggunakan jenis kualitatif dan studi

kasus, teori tradisi komunikasi dan organisasi.

C. Posisi Penelitian Komunikasi Dakwah Pesantren

Penelitian di atas agar tidak ada persamaan, peneliti mendeskripskan dalam

sebuah penelitian yang ditujukan pada konsep komunikasi dakwah, strategi

dakwah, hambatan-hamabatan dan hasil dalam kehadiran dakwah pondok

pesantren Sindangsari Al-Jawami, serta menjaga identitas warga pondok

pesantren Sindangsari Al-Jawami. Penelitian ini difokuskan pada persepsi,

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

46

interaksi kyai dengan santri, santri dengan santri, serta konteks (level) dakwah

hizbiyah (Jama’ah/organisasi) oleh Kyai dengan santri dari kelembagaan dakwah

pondok pesantren, subjeknya adalah Kyai dan santri serta objeknya pondok

pesantren Sindangsari Al-Jawami.

Lembaga dakwah pondok pesantren Sindangsari Al-Jawami, tidak terlepas

dari ajaran yang di terapkan, tidak melantur kesana kemari dalam ajaran yang

menjelaskan apa yang harus dikedapan. Jadi kalau hari ini kitabnya harus jelas

kitabnya atau ada pedomannya, tidak melantur tidak asal dengar tidak asal bicara

tidak asal rame melakukan dakwah Islamnya, jadi betul-betul memberi ilmu

kepada orang yang awam itu sampai-sampai orang yang tadinya awam sampai

mengerti.

Pondok pesantren Sindangsari Al-Jawami memiliki aktivitas dakwah yang

selalu ditulis terlebih dahulu apa yang harus disampaikan kepada para mustami’,

sehingga dari hasil tulisan-tulisan yang telah lakukan lahirlah sebuah kitab karya

Irsadul Awwam yang mempunyai 7 jilid. Kitab tersebut adalah penjelasannya

mengenai ilmu Ushuludin, Fiqih, dan Tasawuf. Sehingga kitab tersebut menjadi

referensi utama bagi para santri-santrinya.

Pondok pesantren Sindangsari Al-Jawami masih tetap dengan

konsistensinya dengan mengamalkan ilmu agama terhadap santri-santrinya.

Pondok pesantren Al-Jawami sempat merenovasi bangunan pesantren dengan

menambah gedung asrama/kobong karena seiring bertambahnya jumlah santri,

karena sarana untuk menampung para santri masih belum memadai dan hal itu,

sehingga perlu untuk merenovasi gedung asrama Pesantren Sindangsari Al-

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

47

Jawami. Seperti penambahan asrama putra dan putri, serta bangunan untuk sarana

mandi, mencuci dan sebagainya, sehingga para santri merasa nyaman tinggal di

kobong dengan adanya renovasi dan penambahan gedung asrama.

Pondok pesantren tersebut mempunyai misi dakwah dalam menduduki

tempat dan posisi utama, sentral, strategis, dan menentukan keindahan dan

kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman, baik dalam sejarah maupun

prakteknya, sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan umatnya.

Materi dakwah maupun metodenya yang sering memberikan gambaran (image)

dan persepsi yang keliru tentang Islam. Pondok pesantren tentang kesalah

pahaman tentang makna dakwah, menyebabkan kesalah langkahan dalam

perasional dakwah, sehingga dakwah sering tidak membawa perubahan apa-apa,

padahal tujuan dakwah adalah mengubah masyarakat sasaran dakwah kearah

kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera,baik dalam lahiriah maupun

batiniah (Didin Hafifudin, 2001: 67 ).

Dakwah pada dasarnya berfungsi sebagai modal sosial dalam melakukan

upaya pribumisasi Islam kedalam pola-pola kehidupan yang telah diwarnai oleh

kekuatan budaya sebelumnya. Dakwah hadir ditengah-tengah suatu masyarakat

pada umumnya lebih berperan sebagai penghubung kebudayaan yang bergerak

diantara arus kultur yang saling berpengaruh. Hal ini dilakukan terutama melalui

proses fungsionalisasi berbagai pranata yang hidup dan berkembang didalam

masyarakat itu sendiri. Seorang mubaligh/penceramah dalam rangka

menyampaikah tausiyahnya/dakwahnya harus berdasarkan pada kemampuan

dalam bidang ilmu pengetahuan yang memadai dan juga kemampan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

48

menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan sebagai wujud legitimasi moral dari

apa yang disampaikan, karena lapangan dakwah merupakan medan perjuangan

yang sangat sulit dan kompleks serta membutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi.

Peran dakwahnya terlihat pada eksistensi peran pesantren Sindangsari Al-

Jawami kedalam pengajian-pengajian, pengajian Kamis dikalangan ibu-ibu dan

pengajian Mingguan dikalangan bapak-bapak. Berangkat dari hal tersebut, peran

dakwahnya dalam pengertian secara spesifik tabligh, karena menyampaikan nilai-

nilai ajaran lewat pesan-pesan baik itu, melalui murid-murid, ada sebelum

ceramah mengadakan bacaan-bacaan, do’a-do’a tertentu kemudian shalawat baca

kitab kitab-kitab tertentu, terlihat kegiatan dakwahnya melalui dua pengajian itu

pengajian Kemisan dan Mingguan itu pada aspek tabligh.

Dakwah cecara definitif yang berarti mengimplementasikan ajaran-ajaran

Islam dalam berbagai aspek hidup dan kehidupan menuntut kepada umat Islam

umumnya, pertama keterampilan memahami, merumuskan kehidupan ummat.

Kedua, memiliki keterampilan untuk menggali dan memahami wahyu sebagai

petunjuk untuk diaplikasikan, menjawab tantangan situasi dan kondisi dalam

kehidupan sehari-hari.

Pondok pesantren Sindangsari Al-Jawami membangun aula. Aula tersebut

berfungsi sebagai sarana untuk berdakwah dipengajian, terutama pengajian ibu-

ibu pada hari kamis dan bapak-bapak pada hari minggu serta santri di har-hari

biasa, sehingga sarana tersebut sangat efektif untuk melaksanakan dakwah.

Perkembangannya pengajian rutin Kemisan dan Mingguan merupakan pengajian

biasa berskala kecil yang dilakukan oleh pondok pesantren Sindangsari Al-

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

49

Jawami, dan hanya diikuti oleh tiga desa, akan tetapi setelah dibangunnya aula

oleh yang pihak pesantren, jama’ah pengajian rutin Kemisan dan Mingguan

menjadi banyak, dalam perkembangannya pengajian rutin Kemisan dan

Mingguan dihadiri oleh puluhan desa yang diluar Desa Cilenyi Wetan, sehingga

dua pengajian rutin ini menjadi sarana dakwah pondok pesantren Sindangsari Al-

Jawami.

Kegiatan pengajian ini menjadi ritunitas dalam 2x seminggu yaitu hari

Kamis dan Minggu menjadi mudah dan nyaman, sehingga para jamaahnya

semakin bertambah dengan dibangunnya sarana dan prasarana untuk melengkapi

kegiatan pengajian rutin tersebut. Aula tersebut dari waktu ke waktu dimanfaatkan

untuk belajar pengajian rutinitas para santri-santrinya yaitu, setiap ba’da Magrib.

Kegiatan pengajian yang dilakukan oleh para santri senior kepada para santri

junior, terkadang para ustadz memberikan pengajian kepada santri-santrinya di

aula tersebut.

Fungsi dan peranan pondok pesantren Sindangsari Al-Jawami sebagai

lembaga dakwah, mempunyai fungsi yang cukup berat dalam mengemban tugas

agama dan risalah nubuwah. Pondok pesantren mempunyai pola tersendiri, sebab

harus berhadapan dengan tantangan di dalam masyarakat yang masih awam

terhadap agama, maupun tantangan zaman yang setiap saat mesti dan harus

berubah sebagai tanda kehidupan dinamis.

Sistem individual ini dalam sistem Islam tradisional disebut sorogan yang

diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan

Alquran. Pengajaran di lingkungan pesantren merupakan sistem bandongan atau

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

50

sering juga disebut sistem wetonan. Sekelompok murid (antara 5 sampai 500)

mendengarkan guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan sering

kali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan

bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan)

tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelompok kelas dari sistem

bandongan ini disebut halaqah yang arti bahasanya lingkaran murid atau

sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru. Pesantren

terkadang diberikan kepada santri-santri baru yang masih memerlukan bimbingan

individual.

Orientasi perlunya menempatkan pondok pesantren menjadi lebih

memperhatikan pribadi dan kepribadian para santri, sesungguhnya tidak cukup

dengan memberikan ruang penuturan, tapi juga perlunya mengangkat problematik

keagamaan yang mereka miliki masing-masing. Misalnya masalah pribadi, yang

sering kali bermuara pada masalah moralitas dan akhlak, tidak mungkin

diselesaikan di kelas tapi hanya bisa dikomunikasikan lewat konsultasi psikologis

“keagamaan”.

Fenomena diatas dapat dijelaskan dengan kejadian sesuatu yang timbul

dengan kondisi yang nyata (Stephen W. Littlejohn, 2012:57). Fenomenologi

tidak beranjak dari kebenaran fenomena seperti yang tampak apa adanya, tetapi

sangat meyakini bahwa fenomena yang tampak itu, yakni objek yang penuh

dengan makna transedental. Fenomena yang tampak itu akan mendapatkan

hakikat kebenenaran, maka harus menorobos melampui fenomena itu sendiri

(Basrowi dan Sukidin, 2002: 30). Tujuan utama fenomenologi akan mempelajari

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

51

bagaimana fenomena yang dialami dalam kesadaran, pikiran, dan dalam

tindakan, seperti bagaimana fenomena tersebut bernilai atau diterima secara

estatis. Fenomenologi mencoba mencari pemahaman bagaimana manusia

mengkontruksi makna dan konsep-konsep penting, dalam kerangka

intersubjektivitas. Intersubjektif karena pemahaman dalam mengenai dunia yang

dibentuk oleh hubungan antara kyai dengan santri. Makna yang diciptakan dapat

ditelusuri dalam tindakan, karya, dan aktivitas yang dilakukan, tetapi ada peran di

dalamnya..

Pada dasarnya fenomenologi mempelajari struktur tipe-tipe kesadaran, yang

terentang dari persepsi, gagasan, memori, imajinasi, emosi, hasrat, kemauan,

samapi tindakan, baik itu tindakan sosial maupun dalam bentuk bahasa. Struktur

bentuk-bentuk kesadar tersebut yang dinamakan dengan “kesengajaan”, yang

terhubung langsung dengan sesuatu. Struktur kesadaran dalam pengalaman ini

yang akhirnya membuat makna dan menentukan isi dari pengalaman (content of

exprience). Berikut ini bentuk-bentuk laporan yang dapat dibangun melalui

pendekatan fenomenologi: (1) Kesadaran temporan. (2) Ruang kesadaran

(persepsi). (3) Perhatian (misalnya kegiatan memfokuskan sesuatau dari hal kecil

atau hal umum yang ada di sekelilingnya). (4) Kesadaran dari seseorang. (5)

Pengalaman sadar seseorang. (6) “Diri” dalam peranan yang berbeda-beda (ketika

berfikir/bertindak). (7) Kesadaran akan gerakan dan kehadiran orang lain, (8)

Tujuan dan kesengajaan dari tindakan. (9) Kesadaran akan orang lain (dalam

bentuk empati, intersubjektif, dan kolektivitas). (10) Aktivitas berbahasa

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

52

(memahami makna orang lain dan komunikasi). (11) Interaksi sosial, aktivitas

sehari-hari dalam lingkungan budaya tertentu.

Fenomenologi yang berkaitan dengan kehidupan pondok pesantren

diperlukan sustu kondisi atau latar belakang, yang memungkinkan bekerjanya

struktur kesadaran dalam pengalaman. Kondisi tersebut mencakup perwujudan,

keterampilan jasmani, konteks budaya, bahasa, praktik sosial dan aspek-aspek

demografis dari sebuah pengalaman sadar, kepada kondisi yang akan membantu

memberikan kesadaran. Fenomenologi telah menjadikan kesadaran yang

sebenarnya sebagai data utama dalam memahami realitas.

Pemikiran tradisi fenomenologis yang secara umum dikaji oleh para ilmuan

dan peneliti komunikasi sebagai berikut; Pertama, fenomenologi yang selalu

dikaitkan dengan tokoh Edmund Husserl salah satu pencetutus tentang fenomena

yang terjadi saat ini. Pendapat tersebut menunjukkan dengan pengalaman dan

perhatian sadar yang dialami oleh manusia kebenaran dan pengetahuan dapat

diperoleh seseorang, tetapi syarat untuk melakukan perhatian alam sadar

(conscious attention) seseorang harus menyingkirkan yang ada pada dirinya yang

sebenarnya (Morissan, 2010: 41).

Komunikasi sosial sangat penting dalam hubungan interpersonal pada

kehidupan sosial manusia. Kehidupan manusia melalui bantuan komunikasi, maka

individu-individu akan mampu mengembangkan relasi sosial dengan individu lain

dalam suatu konteks masyarakat. Bentuk instrumen komunikasi sosial yang

diwujudkan dalam pertukaran simbol melalui penggunaan bahasa. Komunikasi

melibatkan pengiriman dan penerimaan pesan antarindividu.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PONDOK PESANTREN …digilib.uinsgd.ac.id/18305/8/BAB II KAJIAN PUSTAKA... · A. Pemikiran Tentang Pesantren Islam dalam agama yang memandang setiap penganutnya,

53

Komunikasi sosial tidak berjalan efektif, maka pemahaman timbal balik

antarindividu menjadi terhambat, terhambatnya pemahaman timbal balik dapat

mengakibatkan terkendalanya hubungan sosial di antara kedua belah pihak yang

terlibat dalam proses komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu instrumen

utama yang menghubungkan individu-individu dalam masyarakat.

Manusia dalam melaksanakan proses penyampaian informasi, ide, sikap dan

emosi dari seorang kepada orang lain. Perilaku manusia berbeda dari makhluk

yang lain, perbedaan itu dapat dibandingkan dengan makhluk lain, yaitu binatang.

Binatang mendasarkan setiap perilakunya hanya pada mekanisme yang bersifat

instingtif, sedangkan perilaku manusia sebagai makhluk budaya, dalam konteks

kelompok sosial diatur oleh mekanisme berupa pertukaran simbol-simbol.

Simbol dalam setiap objek atau peristiwa yang secara sosial

melatarbelakangi sesuatu yang lain. Simbol dapat berwujud dalam berbagai

bentuk. Kata-kata tertulis dan kata-kata lisan merupakan contoh paling umum dari

keberadaan sebuah simbol. Bentuk komunikasi simbol dalam bentuk objek,

seperti gaya rambut, cara berbusana, aksesoris, atau instrumen-instrumen lain

yang berfungsi untuk mengkomunikasikan status sosial pemakaiannya. Simbol

komunikasi gerak tubuh, yang misalnya dapat terekspresi ke dalam mimik muka,

dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyampaikan suatu pesan dari

seseorang kepada orang lain (Fattah Hanurawan, 2010: 47-48).