BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada...
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Artaman (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Seni Sukawati Di
Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian ini menguji lima variabel independen yaitu
modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir, dan lokasi dapat mempengaruhi
variabel dependen yaitu pendapatan pedagang pasar tradisional. Populasi yang
diambil didalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional. Sampel yang
digunakan didalam penelitian ini adalah sebanyak 89 responden dengan metode
slovin. Dalam penelitian ini mengunakan alat analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini adalah modal usaha, lama usaha dan lokasi usaha berpengaruh
positif terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati, sedangkan variabel
jam kerja dan parkir tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang
pasar Seni Sukowati.
Hasil penelitian Damariyah (2015) dalam penelitian yang berjudul
Pengaruh Modal Kerja, Lama Usaha Dan Jam Kerja, Lokasi Usaha dan Tingkat
Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang (studi kasus di pasar Desa Pandansari
Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang). Dalam penelitian ini terdapat lima
variabel independen yaitu modal awal, lama usaha, jam kerja, lokasi dan tingkat
pendidikan yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pendapatan
pedagang. Penelitian ini mengunakan alat analisis regresi linier berganda yang
mendapatkan hasil bahwa modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap
pendapatan pedagang dan lama usaha, lokasi, jam kerja dan tingkat pendidikan
tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Teguh (2012) dengan judul penelitian
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima
(Studi Pada Pedagang Kaki Lima Di Pasar Pandaan). Tujuan penelitian yaitu
untuk menganalisis pengaruh pengaruh modal, jam kerja, lama usaha, jenis barang
6
6
dagangan terhadap pendapatan bersih Pedagang Kaki Lima di Pasar Besar
Pandaan
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi
linier berganda dengan menggunakan uji F dan uji t. Hasil analisis dapat diketahui
bahwa terdapat pengaruh yang signifkan antara modal, jam kerja, lama usaha,
jenis barang dagangan terhadap pendapatan bersih Pedagang Kaki Lima di Pasar
Besar Pandaan.
Sonia (2013) dengan judul penelitian yaitu Analisa Variabel-Variabel Yang
Mempengaruhi Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima. Hasil penelitian yaitu
nilai konstanta diperoleh negatif yang menunjukkan pendapatan pedagang kaki
lima akan mengalami penurunan apabila variabel sarana usaha, modal, jenis
barang dagangan dan jumlah tanggungan keluarga tidak ada perubahan. Sarana
usaha, modal, jenis barang dagangan dan jumlah tanggungan keluarga secara
simultan maupun parsial berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki
B. Landasan Teori
1. Pengertian Kesejahteraan
a. Pengertian usaha kecil
Menurut surat edaran BI No. 26/1/UKK/ tanggal 29 Mei 1993, yang
dimaksud dengan usaha kecil adalah “Usaha yang memiliki total asset maksimum
Rp 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk rumah dan tanah yang
ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha
swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai 600
juta”.Sedangkan berdasarkan UU No.9 / 1995 tentang usaha kecil, yang dimaksud
dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang bersekala kecil dalam
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Usaha kecil yang dimaksud didalam UU No. 9 / 1995 meliputi:
7
7
1) Usaha kecil informal
Yaitu berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum
berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga,
pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan
pemulung.
2) Usaha kecil tradisional
Yaitu usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah
digunakan secara turun-temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya.
Usaha kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas
lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada
masyarakat secara tidak langsung berperan dalam proses pemerataan
dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional.
b. Pengertian usaha kecil
Indonesia memiliki kriteria usaha kecil itu sangat berbeda-beda,
tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan instansi yang berkaitan
dengan sektor ini. Sedangkan di negara-negara lain, kriteria yang ada akhirnya
turut menentukan ciri sektor usaha kecil, yang antara lain ditentukan oleh jumlah
karyawan yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Misalnya Perancis,
menggunakan jumlah karyawan dalam mendefinisikan sektor usaha kecil yaitu
jika karyawan kurang dari 10 orang dianggap sebagai perusahaan sangat kecil,
sedangkan jika memiliki 10-40 orang karyawan dianggap sebagai perusahaan
kecil, dan jika memiliki 50-500 orang karyawan disebut sebagai perusahaan
menengah.
Secara umum sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak
mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala
pembukuan tidak di Up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja
usahanya.
8
8
2) Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat
tinggi.
3) Modal terbatas.
4) Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat
terbatas.
5) Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk
mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.
6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat
terbatas.
7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,
mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk
mendapatkan dana dari pasar modal, sebuah perusahaan harus
mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.
Karakteristik yang dimiliki oleh usaha kecil menyiratkan adanya
kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal
ini menyebabkan berbagai masalah internal terutama yang berkaitan dengan
pendanaan tampak sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas. Pemerintah telah
mengeluarkan berbagai kemudahan terutama melaluai paket-paket kebijakan
untuk mendorong kehidupan sektor usaha kecil, namun apa yang dilakukan yang
berkaitan dengan pemberian tersebut belum dirasakan manfaatnya secara
keseluruhan oleh sektor usaha kecil. Berkaitan dengan pemberian kredit kepada
usaha kecil tersebut, pada tahun 1995 direalisasikan pemberian kredit tanpa
agunan kepada usaha kecil, kredit tersebut disebut dengan kredit kelayakan usaha
yang besarnya maksimum Rp. 50 juta.
Peran penting usaha kecil selain merupakan wahana utama dalam
penyerapan tenaga kerja, juga sebagai penggerak roda ekonomi serta pelayanan
mayarakat. Hal ini dimungkinkan mengingat karakteristik usaha kecil yang tahan
terhadap krisis ekonomi karena dijalankan dengan ketergantungan yang sangat
rendah terhadap pendanaan sektor moneter serta keberadaannya tersebar di
9
9
seluruh pelosok negeri sehingga jalur distribusi yang efektif untuk menjangkau
sebagian besar masyarakat.
c. Keunggulan dan kelemahan usaha kecil
Suatu usaha mengandung potensi benefit dan biaya. Bagi banyak orang,
benefit yang penting adalah kepuasan pribadi yang diperoleh dari mengoperasikan
bisnisnya sendiri. Pemilik bisnis dapat menggunakan seluruh kemampuannya dan
dapat menggunakannya dengan bebas, juga dapat memperoleh kekuasaan melalui
pengoperasian bisnisnya sendiri. Benefit lain yang diperoleh adalah keuntungan
finansial.
Dibandingkan dengan usaha besar, usaha kecil memiliki beberapa
potensi dan keunggulan komparatif, seperti yang dikemukakan oleh Panji
Anoraga, (2002:226-227) diantaranya:
1) Usaha kecil beroperasi menyebar diseluruh pelosok dengan berbagai
ragam bidang usaha. Hal ini karena kebanyakan usaha kecil timbul
untuk memenuhi permintaan (agregat demand) yang terjadi di daerah
regionalnya. Bisa jadi orientasi produk usaha kecil tidak terbatas pada
orientasi produk melainkan sudah mencapai taraf orientasi konsumen.
Untuk ini diperlukan suatu keputusan manajerial yang menuntut
kejelian yang tinggi. Dengan penyebaran usaha kecil, berarti masalah
urbanisasi dan kesenjangan desa-kota minimal dapat ditekan.
Setidaknya mengurangi konsentrasi intensitas lapangan kerja pada
daerah tertentu yang akan menimbulakan efek urbanisasi dan masalah
sosial lain.
2) Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal usaha aktiva tetap pada
tingkat yang rendah. Sebagaian besar modal terserap pada kebutuhan
modal kerja. Karena yang dipertaruhkan kecil, implikasinya usaha
kecil memiliki kebebasan yang tinggi untuk masuk atau keluar dari
pasar. Dengan demikian, kegiatan produksi dapat dihentikan sewaktu-
10
10
waktu, jika kondisi perekonomian yang dihadapi kurang
menguntungkan. Konsekuensi lain dari rendahnya nilai aktiva tetap
adalah mudah meng up to date-kan produknya. Sebagai akibatnya
akan memiliki derajat imunitas yang tinggi terhadap gejolak
perekonomian internasional.
3) Sebagian usaha kecil dapat dikatakan padat karya (labor intensive)
yang disebabkan penggunaan teknologi yang sederhana. Persentase
distribusi nilai tambah pada tenaga kerja relative besar. Dengan
demikian, distribusi pendapatan dapat lebih tercapai. Selain itu
keunggulan usaha kecil terdapat pada hubungan yang erat antara
pemilik dengan karyawan menyebabkan sulitnya terjadi PHK
(pemutusan hubungan kerja). Keadaan ini menunjukan betapa usaha
kecil memiliki fungsi sosial ekonomi.
Sedangkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh usaha kecil adalah :
1) Skala pemasaran bersifat lokal, jika melalui batas wilayah
pemasarannya tidak dilakukan oleh perusahaan sendiri. Hal ini jelas
tidak dapat memacu penjualan yang progresif dengan cepat.
2) Personal yang terlibat dalam perusahaan pada umumnya berkisar karena
hubungan kekerabatan atau persaudaraan atau juga karena hubungan
sosial yang akrab.
3) Bersifat “one man show” Yaitu satu orang mempunyai banyak fungsi
yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada
pembukuan dasar sampai pencairan dana.
4) Lemahnya sistem pencatatan, didasarkan pada ingatan saja sehingga
tidak didokumentasikan.
5) Perencanaan hanya dengan perhitungan dan analisis sederhana saja,
dengan prisip-prinsip sekitar laba yang dapat dijangkau dengan cepat,
tidak berbelit-belit dan berorientasi jangka pendek.
11
11
6) Seringkali dalam hubungannya dengan perencanaan lebih menitik
beratkan pada kepentingan pribadi atau keluarga saja. Sehingga pemilik
tidak mengetahui rugi atau laba perusahaan karena tidak ada batasan
yang jelas milik perusahaan dan peribadi.
7) Lemahnya promosi dan pemasaran produknya.
8) Decision making sering dilakukan by feeling dan bukan berdasarkan
atas pemikiran dan konsep-konsep yang rasional (Panji Anoraga, 2002:
228-229).
2. Pendapatan
a. Pengertian pendapatan
Pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh dari menjual sesuatu yang
menghasilkan keuntungan menurut Suparmoko (dalam Ma’arif, 2013). Pendapat
lain mengatakan bahwa pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh seorang
pedagang setelah dikurangi dengan biaya- biaya. Pendapatan atau penghasilan
adalah suatu penerimaaan dari berbagai penjualan produk barang dan jasa.
Pendapatan atau keuntungan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh
pengusaha, setelah dikurangi oleh ongkos yang tersembunyi (Sadono Sukirno,
2003:38). Pendapatan adalah hasil yang didapatkan dari kegiatan usaha seseorang
sebagai imbalan atas kegiatan yang dilakukan. Pengusaha sebagai pemimpin
usaha dapat mengambil keputusan-keputusan untuk mendapatkan keuntungan
yang tinggi, disamping itu, pengusaha dapat memproduksi barang dan jasa dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan.
Boediono (2002:33) menyatakan bahwa salah satu unsur yang
mempengaruhi pendapatan adalah faktor produksi yang variabel di dalamnya
adalah modal. Nasution (2002) berpendapat bahwa salah satu faktor determinan
pendapatan adalah rutinitas yaitu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus,
dalam hal ini pengalaman dalam berusaha. Pada umumnya pendapatan yang
diterima oleh pedagang berasal dari usaha sendiri yang dikenal dengan mandiri
tidak tergantung pada usaha orang lain dalam artian tidak bekerja pada sektor
12
12
formal. Walaupun tidak bekerja pada sektor formal pedagang mampu
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, bahkan pada saat krisis sekalipun
dia masih survival.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah penerimaan yang
diperoleh pedagang dari hasil ia menjual barang atau jasa yang dinyatakan dengan
uang dan telah dikurangi dengan biaya-biaya.
b. Pengertian pendapatan
Pendapatan dapat digolongkan menjadi beberapa macam, diantaranya
penggolongan pendapatan berdasarkan cara memperolehnya, pendapatan dibagi
menjadi dua yaitu:
1) Pendapatan kotor: adalah pendapatan yang diterima oleh pedagang
sebelum dikurangi dengan biaya-biaya.
2) Pendapatan bersih: adalah pendapatan yang diterima oleh pedagang
setelah dikurangi dengan biaya- biaya.
Menurut Suparmoko (dalam Ma’arif, 2013), secara garis besar
pendapatan dibagi menjadi tiga macam yaitu gaji dan upah, pendapatan dari usaha
sendiri dan pendapatan dari usaha lain. Berikut penjelasannya:
1) Gaji dan upah, kedua hal ini merupakan imbalan dari hasil seseorang
bekerja baik diberikan dalam waktu harian atau bulanan.
2) Pendapatan dari usaha sediri, artinya nilai total yang telah kita dapatkan
kita kurangi dengan biaya-biaya yang kita keluarkan untuk produksi
tanpa dikurangi dengan biaya gaji karyawan.
3) Pendapatan dari usaha lain, adalah pendapatan yang kita peroleh dari
usaha sampingan.
Pendapatan menurutbentuknya dibagi atas berikut:
1) Pendapatan berwujud uang, artinya pendapatan yang kita peroleh dari
menjual dan menyediakan barang dan jasa dapat kita rasakan dengan
imbalan berupa keuntungan ataupun gaji yang berwujud uang untuk
13
13
transaksi yang nantinya dijadikan alat untuk memenehi kebutuhan
sehari-hari.
2) Pendapatan berwujud barang, artinya pendapatan yang kita peroleh dari
menyediakan barang jasa tidak langsung diwujudkan d engan uang
namun dengan barang- barang pemberian.
3. Konsep Biaya, Penerimaan dan Keuntungan
a. Analisis biaya
Biaya tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya
merupakan masukan atau input dikalikan dengan harga. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban
yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam menghasilkan suatu jenis barang
atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen.
Dalam kegiatan produksi untuk mengubah input menjadi output,
perusahaan tidak hanya menentukan input apa saja yang diperlukan, tetapi juga
harus mempertimbangkan harga dari input tersebut yang merupakan biaya
produksi dari output. Produksi menunjukan pada jumlah input yang dipakai
dalam jumlah fisik output yang dihasilkan, sedangkan biaya produksi menunjuk
pada biaya perolehan input tersebut. Biaya produksi sangat penting peranannya
bagi perusahaan dalam menentukan jumlah output, sehingga pemahaman tentang
konsep dan definisi biaya produksi adalah bagaimana biaya bervariasi dengan
perubahan output dan bagaimana biaya produksi diestimasi secara empiris harus
benar-benar dipahami.
Menurut Sudono Sukirno (2003) biaya produksi digolongkan
menjadi biaya tetap/fixed cost (FC), biaya variabel/variable cost (VC) dan total
biaya/total cost (TC).
1) Biaya tetap
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli faktor-faktor
produksi yang tidak habis dipergunakan dalam sekali proses produksi,
14
14
misalnya sewa tanah dan modal (depresiasi dan bunga). Menurut Sukirno
(2003), biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi
(input) yang tidak dapat diubah jumlahnya. Sedangkan atas dasar
hubungannya dengan produksi yang dihasilkan, biaya tetap diartikan
sebagai biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran faktor produksi yang
besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dihasilkan.
Gambar 2.1 Kurva Total Fixed Cost
Biaya tetap dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑
Keterangan:
TFC = Total Biaya tetap
FC = Biaya Tetap
N = Jumlah Input
2) Biaya variabel
Adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Makin besar kuantitas
produksi makin besar pula jumlah biaya variabel.
15
15
Gambar 2.2 Kurva Total Variable Cost
Biaya variable dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑
Keterangan:
TVC = Total biaya variabel (Rp)
FC = Biaya variable dari setiap unit (Rp)
N = Banyaknya input
3) Total Biaya
Biaya total/Total Cost (TC) merupakan keseluruhan jumlah biaya
produksi yang dikeluarkan. Biaya total diperoleh dari penjumlahan antara
biaya tetap dan biaya variabel.
Gambar 2.3 Kurva Total Cost
16
16
Biaya total dapat dirumuskan sebagai TC = TVC + TFC
Dimana:
TC = Biaya total
TVC = Biaya variabel total
TFC = Biaya tetap total
b. Analisis penerimaan dan keuntungan
Penerimaan usaha tani merupakan keseluruhan penerimaan yang
diterima (Soekartawi, 2005). Adapun menurut Boediono (2002), penerimaan
adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. Penerimaan bisa
juga diartikan sebagai jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil penjualan
sejumlah produk (barang yang dihasilkan).Menurut Mankiw (2000), pendapatan
total adalah seluruh penghasilan yang diterima oleh sebuah perusahaan dari
penjualan barang atau jasanya. Analisis ini digunakan untuk memperoleh
gambaran tentang besarnya penerimaan dan keuntungan suatu usaha.
1) Analisis penerimaan
Penerimaan adalah hasil kali antara harga jual dengan total produksi.
Sehingga cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan
dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit.
Perhitungan penerimaan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
TR = P x Q
Keterangan:
TR = Penerimaan Total
P = Harga
Q = Jumlah produk yang dihasilkan
Penerimaan dalam proses produksi pertanian dipengaruhi oleh
variabel jumlah produksi (Q) yang dihasilkan serta tingkat harga
komoditi (P) yang berlaku. Total penerimaan (TR) meningkat seiring
17
17
dengan meningkatnya hasil produksi secara bersama diikuti dengan
peningkatan harga komoditas tersebut (Boediono, 2002).
2) Analisis keuntungan
Keuntungan dapat didefinisikan sebagai hasil penerimaan yang
dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi.
Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh maka dapat dilakukan bahwa
perusahaan tersebut berkembang dengan baik karena pada prinsipnya
tujuan perusahaan secara umum adalah mencari keuntungan yang
maksimal dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya. Menurut
Mankiw (2000), keuntungan dapat didefinisikan sebagai pendapatan total
dikurangi biaya total.
Pendapatan bersih (keuntungan) adalah selisih antara total
penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Keuntungan juga merupakan
insentif bagi perusahaan untuk melakukan proses produksi. Keuntungan
inilah yang mengarahkan perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya
ke proses produksi tertentu. Perusahaan bertujuan untuk
memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo,
2001).
Keuntungan adalah kompensasi antara resiko yang ditanggung
perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh maka semakin besar pula
resiko yang diterima perusahaan. Perusahaan dikatakan memperoleh laba
jika nilai π positif (π > 0) dimana TR > TC. Laba maksimum tercapai bila
nilai π mencapai maksimum (Raharja dan Manurung, 2005). Secara
matematis keuntungan dapat ditulis sebagai berikut:
π = TR – TC
Keterangan :
π = Tingkat keuntungan usaha (Rp)
TR = Total Revenue (Rp)
18
18
TC = Total Cost (Rp)
4. Tingkat Pendidikan
a. Definisi pendidikan
Pengertian pendidikan menurut Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974
adalah segala sesuatu usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan
kemampuan manusia Indonesia, jasmanidan rohani yang berlangsung seumur
hidup, baik didalam maupun diluar sekolah dalam rangka pembangunan persatuan
Indonesia dan masyarakat yang adil, makmur berdasarkanPancasila. Menurut
Notoatmodjo (2010) pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat, agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk
memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya.
Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang
dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan
kesadarannya melalui proses pembelajaran, sehingga perilaku tersebut diharapkan
akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng), karena didasari
oleh kesadaran.Dari beberapa definisi tentang pendidikan diatas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya persuasive yang dilakukan untuk
menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki
secara menyeluruh dalam memasuki kehidupan dimasa yang akan datang.
b. Tingkat pendidikan
Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang
berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran
(Ihsan, 2006).Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menjelaskan bahwa indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan
dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembanganpeserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, yaitu terdiri dari:
19
19
1) Pendidikan dasar
Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa
sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah.Pendidikan dasar terdiri dari :
a) Sekolah Dasar
b) Diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan
untuk hidup dalam masyarakat, berupa pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dasar.
2) Pendidikan menengah
Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri dari:
a) SMA dan MA
b) SMK dan MAK
Menurut Ihsan (2006) Pendidikan menengah dalam hubungan kebawah
berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar. Adapun dalam
hubungan keatas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.
3) Pendidikan tinggi
Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.Pendidikan tinggi terdiri atas:
a) Akademik
b) Institut
c) Sekolah Tinggi
Menurut Ihsan (2006) Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan dari
pendidikan menengah, yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
20
20
dan/ atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/ atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.
Dari uraian diatas jenjang persekolahan atau tingkat-tingkat yang ada pada
pendidikan formal dimengerti bahwa pendidikan merupakan proses yang
berkelanjutan. Oleh karena itu setiap jenjang atau tingkat pendidikan itu harus
dilaksanakan secara tertib, dalam arti tidak bisa terbalik penempatannya. Setiap
jenjang atau tingkatan mempunyai tujuan dan materi pelajaran yang berbeda-beda.
Perbedaan luas dan kedalaman materi ajaran tersebut jelas akan membawa
pengaruh terhadap kualitas lulusannya, baik ditinjau dari segi pengetahuan,
kemampuan, sikap maupun kepribadiannya. Manusia memerlukan pengetahuan,
ketrampilan, penguasaan teknologi, dan dapat mandiri memalui pendidikan.
Produktivitas kerja memerlukan pengetahuan, ketrampilan dan penguasaan
teknologi. Sehingga dengan adanya tingkat pendidikan karyawan maka kinerja
karyawan akan menjadi lebih baik dan tujuan dari perusahaan akan tercapai
dengan sempurna.
5. Jam Operasi Usaha
Jam Operasi Usaha merupakan jangka waktu yang digunakan untuk
menjalankan suatu usaha. Yang dimaksud Jam Operasi Usaha didalam penelitian
ini adalah waktu yang digunakan oleh pedagang pasar tradisional dalam
menjajarkan barang dagangannya setiap harinya. Jam kerja terganntung pada jenis
dagangan yang dijual belikan, kecepatan habis terjual suatu barang dagangan,
cuaca dan lainnya yang mempengaruhi jam kerja pedagang.
Jones G dan Bondan Supratilah membagi lama jam kerja seseorang dalam
satu minggu menjadi tiga kategori yakni: (Ananta dan Hatmaji, 1985: 75)
a. Seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu, maka dia
dikategorikan bekerja dibawah jam normal.
b. Seseorang yang bekerja antara 35 sampai 44 jam perminggu, maka
dikategorikan bekerja pada jam kerja normal.
21
21
c. Seseorang yang bekerja diatas 45 jam perminggu maka ia dikategorikan
bekerja dengan jam kerja panjang.
Jam kerja erat kaitannya dengan pendapatan seseorang, pada pedagang
sektor informal ditentukan dengan kualitas barang atau jasa dagangan yang
terjual. Hubungan jam kerja dengan pendapatan juga didasari oleh teori alokasi
waktu kerja didasarkan pada teori utilitasyaitu bekerja atau tidak bekerja untuk
menikmati waktu luangnya. Bekerja berarti akan menghasilkan upah yang
selanjutnya akan menigkatkan pendapatan. Dalam pendekatan mikro, tingkat upah
memiliki peran langsung dengan jam kerja yang ditawarkan, pada kebanyakan
pekerja, upah merupakan suatu motivasi dasar yang mendorong seseorang untuk
bekerja,
6. Lama Usaha
Lama usaha menimbulkan suatu pengalaman berusaha, pengalaman dapat
mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku (Poniwati, 2008).
Seseorang yang bekerja lebih lama akan memiliki stlama usahagi khusus ataupun
cara tersendiri dalam berdagang karena memiliki pengalaman yang lebih banyak
dalam menekuni usahanya. Lama usaha merupakan ukuran tentang lama waktu
atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas suatu
pekerjaan dan melaksanakannya dengan baik. Lamanya seorang pelaku usaha
menekuni bidang usahanya akan memberi pengaruh terhadapkemampuan
profesionalnya. Semakin lama seseorang menekuni bidang usaha perdagangan
akan semakin meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku
konsumen. Ketrampilan dalam berdagang yang semakin bertambah dan semakin
banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang dijaring. Semakin lama usaha
seseorang dalam membuka usaha maka semakin terampil melakukan pekerjaan
dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu lama usaha yang dijalani seseorang
akan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan usaha tersebut sehingga
akan dapat menigkatkan produktivitas usaha tersebut.
22
22
C. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan kajian penelitian terdahulu dan teori yang telah dikemukakan
sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka pikir penelitian yaitu sebagai
berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat kita ketahui bahwapendapatan
pedagang sate di Gang Sate Kelurahan Nologaten Kecamatan Ponorogo
Kabupaten Ponorogo ditinjau dari pendidikan, jam kerja dan lama usaha.
D. Hipotesis
Yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
masalah yang dihadapi dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih
lengkap dan menunjang. Dengan demikian dapat dirumuskan suatu hipotesis
yaitu: diduga terdapat pengaruh pendidikan, jam operasi usaha dan lama usaha
terhadap pendapatan pedagang sate di Gang Sate Kelurahan Nologaten
Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo.
23
23