BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada...

19
5 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Artaman (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Seni Sukawati Di Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian ini menguji lima variabel independen yaitu modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir, dan lokasi dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu pendapatan pedagang pasar tradisional. Populasi yang diambil didalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional. Sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah sebanyak 89 responden dengan metode slovin. Dalam penelitian ini mengunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini adalah modal usaha, lama usaha dan lokasi usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati, sedangkan variabel jam kerja dan parkir tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang pasar Seni Sukowati. Hasil penelitian Damariyah (2015) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Modal Kerja, Lama Usaha Dan Jam Kerja, Lokasi Usaha dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang (studi kasus di pasar Desa Pandansari Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang). Dalam penelitian ini terdapat lima variabel independen yaitu modal awal, lama usaha, jam kerja, lokasi dan tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pedagang. Penelitian ini mengunakan alat analisis regresi linier berganda yang mendapatkan hasil bahwa modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan pedagang dan lama usaha, lokasi, jam kerja dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Teguh (2012) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Di Pasar Pandaan). Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh pengaruh modal, jam kerja, lama usaha, jenis barang

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

5

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Artaman (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Seni Sukawati Di

Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian ini menguji lima variabel independen yaitu

modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir, dan lokasi dapat mempengaruhi

variabel dependen yaitu pendapatan pedagang pasar tradisional. Populasi yang

diambil didalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional. Sampel yang

digunakan didalam penelitian ini adalah sebanyak 89 responden dengan metode

slovin. Dalam penelitian ini mengunakan alat analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini adalah modal usaha, lama usaha dan lokasi usaha berpengaruh

positif terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati, sedangkan variabel

jam kerja dan parkir tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang

pasar Seni Sukowati.

Hasil penelitian Damariyah (2015) dalam penelitian yang berjudul

Pengaruh Modal Kerja, Lama Usaha Dan Jam Kerja, Lokasi Usaha dan Tingkat

Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang (studi kasus di pasar Desa Pandansari

Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang). Dalam penelitian ini terdapat lima

variabel independen yaitu modal awal, lama usaha, jam kerja, lokasi dan tingkat

pendidikan yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pendapatan

pedagang. Penelitian ini mengunakan alat analisis regresi linier berganda yang

mendapatkan hasil bahwa modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap

pendapatan pedagang dan lama usaha, lokasi, jam kerja dan tingkat pendidikan

tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Teguh (2012) dengan judul penelitian

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima

(Studi Pada Pedagang Kaki Lima Di Pasar Pandaan). Tujuan penelitian yaitu

untuk menganalisis pengaruh pengaruh modal, jam kerja, lama usaha, jenis barang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

6

6

dagangan terhadap pendapatan bersih Pedagang Kaki Lima di Pasar Besar

Pandaan

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi

linier berganda dengan menggunakan uji F dan uji t. Hasil analisis dapat diketahui

bahwa terdapat pengaruh yang signifkan antara modal, jam kerja, lama usaha,

jenis barang dagangan terhadap pendapatan bersih Pedagang Kaki Lima di Pasar

Besar Pandaan.

Sonia (2013) dengan judul penelitian yaitu Analisa Variabel-Variabel Yang

Mempengaruhi Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima. Hasil penelitian yaitu

nilai konstanta diperoleh negatif yang menunjukkan pendapatan pedagang kaki

lima akan mengalami penurunan apabila variabel sarana usaha, modal, jenis

barang dagangan dan jumlah tanggungan keluarga tidak ada perubahan. Sarana

usaha, modal, jenis barang dagangan dan jumlah tanggungan keluarga secara

simultan maupun parsial berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki

B. Landasan Teori

1. Pengertian Kesejahteraan

a. Pengertian usaha kecil

Menurut surat edaran BI No. 26/1/UKK/ tanggal 29 Mei 1993, yang

dimaksud dengan usaha kecil adalah “Usaha yang memiliki total asset maksimum

Rp 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk rumah dan tanah yang

ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha

swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai 600

juta”.Sedangkan berdasarkan UU No.9 / 1995 tentang usaha kecil, yang dimaksud

dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang bersekala kecil dalam

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti

kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Usaha kecil yang dimaksud didalam UU No. 9 / 1995 meliputi:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

7

7

1) Usaha kecil informal

Yaitu berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum

berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga,

pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan

pemulung.

2) Usaha kecil tradisional

Yaitu usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah

digunakan secara turun-temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya.

Usaha kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas

lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada

masyarakat secara tidak langsung berperan dalam proses pemerataan

dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan

ekonomi nasional.

b. Pengertian usaha kecil

Indonesia memiliki kriteria usaha kecil itu sangat berbeda-beda,

tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan instansi yang berkaitan

dengan sektor ini. Sedangkan di negara-negara lain, kriteria yang ada akhirnya

turut menentukan ciri sektor usaha kecil, yang antara lain ditentukan oleh jumlah

karyawan yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Misalnya Perancis,

menggunakan jumlah karyawan dalam mendefinisikan sektor usaha kecil yaitu

jika karyawan kurang dari 10 orang dianggap sebagai perusahaan sangat kecil,

sedangkan jika memiliki 10-40 orang karyawan dianggap sebagai perusahaan

kecil, dan jika memiliki 50-500 orang karyawan disebut sebagai perusahaan

menengah.

Secara umum sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak

mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala

pembukuan tidak di Up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja

usahanya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

8

8

2) Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat

tinggi.

3) Modal terbatas.

4) Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat

terbatas.

5) Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk

mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.

6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat

terbatas.

7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,

mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk

mendapatkan dana dari pasar modal, sebuah perusahaan harus

mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.

Karakteristik yang dimiliki oleh usaha kecil menyiratkan adanya

kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal

ini menyebabkan berbagai masalah internal terutama yang berkaitan dengan

pendanaan tampak sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas. Pemerintah telah

mengeluarkan berbagai kemudahan terutama melaluai paket-paket kebijakan

untuk mendorong kehidupan sektor usaha kecil, namun apa yang dilakukan yang

berkaitan dengan pemberian tersebut belum dirasakan manfaatnya secara

keseluruhan oleh sektor usaha kecil. Berkaitan dengan pemberian kredit kepada

usaha kecil tersebut, pada tahun 1995 direalisasikan pemberian kredit tanpa

agunan kepada usaha kecil, kredit tersebut disebut dengan kredit kelayakan usaha

yang besarnya maksimum Rp. 50 juta.

Peran penting usaha kecil selain merupakan wahana utama dalam

penyerapan tenaga kerja, juga sebagai penggerak roda ekonomi serta pelayanan

mayarakat. Hal ini dimungkinkan mengingat karakteristik usaha kecil yang tahan

terhadap krisis ekonomi karena dijalankan dengan ketergantungan yang sangat

rendah terhadap pendanaan sektor moneter serta keberadaannya tersebar di

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

9

9

seluruh pelosok negeri sehingga jalur distribusi yang efektif untuk menjangkau

sebagian besar masyarakat.

c. Keunggulan dan kelemahan usaha kecil

Suatu usaha mengandung potensi benefit dan biaya. Bagi banyak orang,

benefit yang penting adalah kepuasan pribadi yang diperoleh dari mengoperasikan

bisnisnya sendiri. Pemilik bisnis dapat menggunakan seluruh kemampuannya dan

dapat menggunakannya dengan bebas, juga dapat memperoleh kekuasaan melalui

pengoperasian bisnisnya sendiri. Benefit lain yang diperoleh adalah keuntungan

finansial.

Dibandingkan dengan usaha besar, usaha kecil memiliki beberapa

potensi dan keunggulan komparatif, seperti yang dikemukakan oleh Panji

Anoraga, (2002:226-227) diantaranya:

1) Usaha kecil beroperasi menyebar diseluruh pelosok dengan berbagai

ragam bidang usaha. Hal ini karena kebanyakan usaha kecil timbul

untuk memenuhi permintaan (agregat demand) yang terjadi di daerah

regionalnya. Bisa jadi orientasi produk usaha kecil tidak terbatas pada

orientasi produk melainkan sudah mencapai taraf orientasi konsumen.

Untuk ini diperlukan suatu keputusan manajerial yang menuntut

kejelian yang tinggi. Dengan penyebaran usaha kecil, berarti masalah

urbanisasi dan kesenjangan desa-kota minimal dapat ditekan.

Setidaknya mengurangi konsentrasi intensitas lapangan kerja pada

daerah tertentu yang akan menimbulakan efek urbanisasi dan masalah

sosial lain.

2) Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal usaha aktiva tetap pada

tingkat yang rendah. Sebagaian besar modal terserap pada kebutuhan

modal kerja. Karena yang dipertaruhkan kecil, implikasinya usaha

kecil memiliki kebebasan yang tinggi untuk masuk atau keluar dari

pasar. Dengan demikian, kegiatan produksi dapat dihentikan sewaktu-

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

10

10

waktu, jika kondisi perekonomian yang dihadapi kurang

menguntungkan. Konsekuensi lain dari rendahnya nilai aktiva tetap

adalah mudah meng up to date-kan produknya. Sebagai akibatnya

akan memiliki derajat imunitas yang tinggi terhadap gejolak

perekonomian internasional.

3) Sebagian usaha kecil dapat dikatakan padat karya (labor intensive)

yang disebabkan penggunaan teknologi yang sederhana. Persentase

distribusi nilai tambah pada tenaga kerja relative besar. Dengan

demikian, distribusi pendapatan dapat lebih tercapai. Selain itu

keunggulan usaha kecil terdapat pada hubungan yang erat antara

pemilik dengan karyawan menyebabkan sulitnya terjadi PHK

(pemutusan hubungan kerja). Keadaan ini menunjukan betapa usaha

kecil memiliki fungsi sosial ekonomi.

Sedangkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh usaha kecil adalah :

1) Skala pemasaran bersifat lokal, jika melalui batas wilayah

pemasarannya tidak dilakukan oleh perusahaan sendiri. Hal ini jelas

tidak dapat memacu penjualan yang progresif dengan cepat.

2) Personal yang terlibat dalam perusahaan pada umumnya berkisar karena

hubungan kekerabatan atau persaudaraan atau juga karena hubungan

sosial yang akrab.

3) Bersifat “one man show” Yaitu satu orang mempunyai banyak fungsi

yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada

pembukuan dasar sampai pencairan dana.

4) Lemahnya sistem pencatatan, didasarkan pada ingatan saja sehingga

tidak didokumentasikan.

5) Perencanaan hanya dengan perhitungan dan analisis sederhana saja,

dengan prisip-prinsip sekitar laba yang dapat dijangkau dengan cepat,

tidak berbelit-belit dan berorientasi jangka pendek.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

11

11

6) Seringkali dalam hubungannya dengan perencanaan lebih menitik

beratkan pada kepentingan pribadi atau keluarga saja. Sehingga pemilik

tidak mengetahui rugi atau laba perusahaan karena tidak ada batasan

yang jelas milik perusahaan dan peribadi.

7) Lemahnya promosi dan pemasaran produknya.

8) Decision making sering dilakukan by feeling dan bukan berdasarkan

atas pemikiran dan konsep-konsep yang rasional (Panji Anoraga, 2002:

228-229).

2. Pendapatan

a. Pengertian pendapatan

Pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh dari menjual sesuatu yang

menghasilkan keuntungan menurut Suparmoko (dalam Ma’arif, 2013). Pendapat

lain mengatakan bahwa pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh seorang

pedagang setelah dikurangi dengan biaya- biaya. Pendapatan atau penghasilan

adalah suatu penerimaaan dari berbagai penjualan produk barang dan jasa.

Pendapatan atau keuntungan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh

pengusaha, setelah dikurangi oleh ongkos yang tersembunyi (Sadono Sukirno,

2003:38). Pendapatan adalah hasil yang didapatkan dari kegiatan usaha seseorang

sebagai imbalan atas kegiatan yang dilakukan. Pengusaha sebagai pemimpin

usaha dapat mengambil keputusan-keputusan untuk mendapatkan keuntungan

yang tinggi, disamping itu, pengusaha dapat memproduksi barang dan jasa dengan

tujuan untuk memperoleh keuntungan.

Boediono (2002:33) menyatakan bahwa salah satu unsur yang

mempengaruhi pendapatan adalah faktor produksi yang variabel di dalamnya

adalah modal. Nasution (2002) berpendapat bahwa salah satu faktor determinan

pendapatan adalah rutinitas yaitu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus,

dalam hal ini pengalaman dalam berusaha. Pada umumnya pendapatan yang

diterima oleh pedagang berasal dari usaha sendiri yang dikenal dengan mandiri

tidak tergantung pada usaha orang lain dalam artian tidak bekerja pada sektor

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

12

12

formal. Walaupun tidak bekerja pada sektor formal pedagang mampu

mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, bahkan pada saat krisis sekalipun

dia masih survival.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah penerimaan yang

diperoleh pedagang dari hasil ia menjual barang atau jasa yang dinyatakan dengan

uang dan telah dikurangi dengan biaya-biaya.

b. Pengertian pendapatan

Pendapatan dapat digolongkan menjadi beberapa macam, diantaranya

penggolongan pendapatan berdasarkan cara memperolehnya, pendapatan dibagi

menjadi dua yaitu:

1) Pendapatan kotor: adalah pendapatan yang diterima oleh pedagang

sebelum dikurangi dengan biaya-biaya.

2) Pendapatan bersih: adalah pendapatan yang diterima oleh pedagang

setelah dikurangi dengan biaya- biaya.

Menurut Suparmoko (dalam Ma’arif, 2013), secara garis besar

pendapatan dibagi menjadi tiga macam yaitu gaji dan upah, pendapatan dari usaha

sendiri dan pendapatan dari usaha lain. Berikut penjelasannya:

1) Gaji dan upah, kedua hal ini merupakan imbalan dari hasil seseorang

bekerja baik diberikan dalam waktu harian atau bulanan.

2) Pendapatan dari usaha sediri, artinya nilai total yang telah kita dapatkan

kita kurangi dengan biaya-biaya yang kita keluarkan untuk produksi

tanpa dikurangi dengan biaya gaji karyawan.

3) Pendapatan dari usaha lain, adalah pendapatan yang kita peroleh dari

usaha sampingan.

Pendapatan menurutbentuknya dibagi atas berikut:

1) Pendapatan berwujud uang, artinya pendapatan yang kita peroleh dari

menjual dan menyediakan barang dan jasa dapat kita rasakan dengan

imbalan berupa keuntungan ataupun gaji yang berwujud uang untuk

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

13

13

transaksi yang nantinya dijadikan alat untuk memenehi kebutuhan

sehari-hari.

2) Pendapatan berwujud barang, artinya pendapatan yang kita peroleh dari

menyediakan barang jasa tidak langsung diwujudkan d engan uang

namun dengan barang- barang pemberian.

3. Konsep Biaya, Penerimaan dan Keuntungan

a. Analisis biaya

Biaya tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya

merupakan masukan atau input dikalikan dengan harga. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban

yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam menghasilkan suatu jenis barang

atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen.

Dalam kegiatan produksi untuk mengubah input menjadi output,

perusahaan tidak hanya menentukan input apa saja yang diperlukan, tetapi juga

harus mempertimbangkan harga dari input tersebut yang merupakan biaya

produksi dari output. Produksi menunjukan pada jumlah input yang dipakai

dalam jumlah fisik output yang dihasilkan, sedangkan biaya produksi menunjuk

pada biaya perolehan input tersebut. Biaya produksi sangat penting peranannya

bagi perusahaan dalam menentukan jumlah output, sehingga pemahaman tentang

konsep dan definisi biaya produksi adalah bagaimana biaya bervariasi dengan

perubahan output dan bagaimana biaya produksi diestimasi secara empiris harus

benar-benar dipahami.

Menurut Sudono Sukirno (2003) biaya produksi digolongkan

menjadi biaya tetap/fixed cost (FC), biaya variabel/variable cost (VC) dan total

biaya/total cost (TC).

1) Biaya tetap

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli faktor-faktor

produksi yang tidak habis dipergunakan dalam sekali proses produksi,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

14

14

misalnya sewa tanah dan modal (depresiasi dan bunga). Menurut Sukirno

(2003), biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi

(input) yang tidak dapat diubah jumlahnya. Sedangkan atas dasar

hubungannya dengan produksi yang dihasilkan, biaya tetap diartikan

sebagai biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran faktor produksi yang

besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dihasilkan.

Gambar 2.1 Kurva Total Fixed Cost

Biaya tetap dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

TFC = Total Biaya tetap

FC = Biaya Tetap

N = Jumlah Input

2) Biaya variabel

Adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Makin besar kuantitas

produksi makin besar pula jumlah biaya variabel.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

15

15

Gambar 2.2 Kurva Total Variable Cost

Biaya variable dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

TVC = Total biaya variabel (Rp)

FC = Biaya variable dari setiap unit (Rp)

N = Banyaknya input

3) Total Biaya

Biaya total/Total Cost (TC) merupakan keseluruhan jumlah biaya

produksi yang dikeluarkan. Biaya total diperoleh dari penjumlahan antara

biaya tetap dan biaya variabel.

Gambar 2.3 Kurva Total Cost

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

16

16

Biaya total dapat dirumuskan sebagai TC = TVC + TFC

Dimana:

TC = Biaya total

TVC = Biaya variabel total

TFC = Biaya tetap total

b. Analisis penerimaan dan keuntungan

Penerimaan usaha tani merupakan keseluruhan penerimaan yang

diterima (Soekartawi, 2005). Adapun menurut Boediono (2002), penerimaan

adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. Penerimaan bisa

juga diartikan sebagai jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil penjualan

sejumlah produk (barang yang dihasilkan).Menurut Mankiw (2000), pendapatan

total adalah seluruh penghasilan yang diterima oleh sebuah perusahaan dari

penjualan barang atau jasanya. Analisis ini digunakan untuk memperoleh

gambaran tentang besarnya penerimaan dan keuntungan suatu usaha.

1) Analisis penerimaan

Penerimaan adalah hasil kali antara harga jual dengan total produksi.

Sehingga cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan

dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit.

Perhitungan penerimaan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

TR = P x Q

Keterangan:

TR = Penerimaan Total

P = Harga

Q = Jumlah produk yang dihasilkan

Penerimaan dalam proses produksi pertanian dipengaruhi oleh

variabel jumlah produksi (Q) yang dihasilkan serta tingkat harga

komoditi (P) yang berlaku. Total penerimaan (TR) meningkat seiring

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

17

17

dengan meningkatnya hasil produksi secara bersama diikuti dengan

peningkatan harga komoditas tersebut (Boediono, 2002).

2) Analisis keuntungan

Keuntungan dapat didefinisikan sebagai hasil penerimaan yang

dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi.

Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh maka dapat dilakukan bahwa

perusahaan tersebut berkembang dengan baik karena pada prinsipnya

tujuan perusahaan secara umum adalah mencari keuntungan yang

maksimal dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya. Menurut

Mankiw (2000), keuntungan dapat didefinisikan sebagai pendapatan total

dikurangi biaya total.

Pendapatan bersih (keuntungan) adalah selisih antara total

penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Keuntungan juga merupakan

insentif bagi perusahaan untuk melakukan proses produksi. Keuntungan

inilah yang mengarahkan perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya

ke proses produksi tertentu. Perusahaan bertujuan untuk

memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo,

2001).

Keuntungan adalah kompensasi antara resiko yang ditanggung

perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh maka semakin besar pula

resiko yang diterima perusahaan. Perusahaan dikatakan memperoleh laba

jika nilai π positif (π > 0) dimana TR > TC. Laba maksimum tercapai bila

nilai π mencapai maksimum (Raharja dan Manurung, 2005). Secara

matematis keuntungan dapat ditulis sebagai berikut:

π = TR – TC

Keterangan :

π = Tingkat keuntungan usaha (Rp)

TR = Total Revenue (Rp)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

18

18

TC = Total Cost (Rp)

4. Tingkat Pendidikan

a. Definisi pendidikan

Pengertian pendidikan menurut Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974

adalah segala sesuatu usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan

kemampuan manusia Indonesia, jasmanidan rohani yang berlangsung seumur

hidup, baik didalam maupun diluar sekolah dalam rangka pembangunan persatuan

Indonesia dan masyarakat yang adil, makmur berdasarkanPancasila. Menurut

Notoatmodjo (2010) pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada

masyarakat, agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk

memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya.

Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang

dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan

kesadarannya melalui proses pembelajaran, sehingga perilaku tersebut diharapkan

akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng), karena didasari

oleh kesadaran.Dari beberapa definisi tentang pendidikan diatas dapat

disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya persuasive yang dilakukan untuk

menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki

secara menyeluruh dalam memasuki kehidupan dimasa yang akan datang.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang

berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,

tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran

(Ihsan, 2006).Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

menjelaskan bahwa indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan

dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembanganpeserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, yaitu terdiri dari:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

19

19

1) Pendidikan dasar

Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa

sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan

menengah.Pendidikan dasar terdiri dari :

a) Sekolah Dasar

b) Diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan

untuk hidup dalam masyarakat, berupa pengembangan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan dasar.

2) Pendidikan menengah

Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah

terdiri dari:

a) SMA dan MA

b) SMK dan MAK

Menurut Ihsan (2006) Pendidikan menengah dalam hubungan kebawah

berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar. Adapun dalam

hubungan keatas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan

tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.

3) Pendidikan tinggi

Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup

program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi.Pendidikan tinggi terdiri atas:

a) Akademik

b) Institut

c) Sekolah Tinggi

Menurut Ihsan (2006) Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan dari

pendidikan menengah, yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta

didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

20

20

dan/ atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/ atau

menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.

Dari uraian diatas jenjang persekolahan atau tingkat-tingkat yang ada pada

pendidikan formal dimengerti bahwa pendidikan merupakan proses yang

berkelanjutan. Oleh karena itu setiap jenjang atau tingkat pendidikan itu harus

dilaksanakan secara tertib, dalam arti tidak bisa terbalik penempatannya. Setiap

jenjang atau tingkatan mempunyai tujuan dan materi pelajaran yang berbeda-beda.

Perbedaan luas dan kedalaman materi ajaran tersebut jelas akan membawa

pengaruh terhadap kualitas lulusannya, baik ditinjau dari segi pengetahuan,

kemampuan, sikap maupun kepribadiannya. Manusia memerlukan pengetahuan,

ketrampilan, penguasaan teknologi, dan dapat mandiri memalui pendidikan.

Produktivitas kerja memerlukan pengetahuan, ketrampilan dan penguasaan

teknologi. Sehingga dengan adanya tingkat pendidikan karyawan maka kinerja

karyawan akan menjadi lebih baik dan tujuan dari perusahaan akan tercapai

dengan sempurna.

5. Jam Operasi Usaha

Jam Operasi Usaha merupakan jangka waktu yang digunakan untuk

menjalankan suatu usaha. Yang dimaksud Jam Operasi Usaha didalam penelitian

ini adalah waktu yang digunakan oleh pedagang pasar tradisional dalam

menjajarkan barang dagangannya setiap harinya. Jam kerja terganntung pada jenis

dagangan yang dijual belikan, kecepatan habis terjual suatu barang dagangan,

cuaca dan lainnya yang mempengaruhi jam kerja pedagang.

Jones G dan Bondan Supratilah membagi lama jam kerja seseorang dalam

satu minggu menjadi tiga kategori yakni: (Ananta dan Hatmaji, 1985: 75)

a. Seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu, maka dia

dikategorikan bekerja dibawah jam normal.

b. Seseorang yang bekerja antara 35 sampai 44 jam perminggu, maka

dikategorikan bekerja pada jam kerja normal.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

21

21

c. Seseorang yang bekerja diatas 45 jam perminggu maka ia dikategorikan

bekerja dengan jam kerja panjang.

Jam kerja erat kaitannya dengan pendapatan seseorang, pada pedagang

sektor informal ditentukan dengan kualitas barang atau jasa dagangan yang

terjual. Hubungan jam kerja dengan pendapatan juga didasari oleh teori alokasi

waktu kerja didasarkan pada teori utilitasyaitu bekerja atau tidak bekerja untuk

menikmati waktu luangnya. Bekerja berarti akan menghasilkan upah yang

selanjutnya akan menigkatkan pendapatan. Dalam pendekatan mikro, tingkat upah

memiliki peran langsung dengan jam kerja yang ditawarkan, pada kebanyakan

pekerja, upah merupakan suatu motivasi dasar yang mendorong seseorang untuk

bekerja,

6. Lama Usaha

Lama usaha menimbulkan suatu pengalaman berusaha, pengalaman dapat

mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku (Poniwati, 2008).

Seseorang yang bekerja lebih lama akan memiliki stlama usahagi khusus ataupun

cara tersendiri dalam berdagang karena memiliki pengalaman yang lebih banyak

dalam menekuni usahanya. Lama usaha merupakan ukuran tentang lama waktu

atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas suatu

pekerjaan dan melaksanakannya dengan baik. Lamanya seorang pelaku usaha

menekuni bidang usahanya akan memberi pengaruh terhadapkemampuan

profesionalnya. Semakin lama seseorang menekuni bidang usaha perdagangan

akan semakin meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku

konsumen. Ketrampilan dalam berdagang yang semakin bertambah dan semakin

banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang dijaring. Semakin lama usaha

seseorang dalam membuka usaha maka semakin terampil melakukan pekerjaan

dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu lama usaha yang dijalani seseorang

akan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan usaha tersebut sehingga

akan dapat menigkatkan produktivitas usaha tersebut.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

22

22

C. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu dan teori yang telah dikemukakan

sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka pikir penelitian yaitu sebagai

berikut:

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat kita ketahui bahwapendapatan

pedagang sate di Gang Sate Kelurahan Nologaten Kecamatan Ponorogo

Kabupaten Ponorogo ditinjau dari pendidikan, jam kerja dan lama usaha.

D. Hipotesis

Yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu

masalah yang dihadapi dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih

lengkap dan menunjang. Dengan demikian dapat dirumuskan suatu hipotesis

yaitu: diduga terdapat pengaruh pendidikan, jam operasi usaha dan lama usaha

terhadap pendapatan pedagang sate di Gang Sate Kelurahan Nologaten

Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43384/3/BAB II.pdf · yang pada umumnya dikerjakan oleh pemilik perusahaan, mulai pada pembukuan dasar sampai pencairan

23

23