BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...

25
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai referensi dalam menunjang penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini menggunakan 4 hasil penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi dalam menunjang penelitian. Pribadi (2010), melakukan penelitian pada UPT Aneka Industri dan Kerajinan Surabaya (SUB UPT Keramik-Malang) metode ini digunakan untuk mengevaluasi dengan mempertimbangkan aspek kualitas, lingkungan, dan biaya ke dalam matriksnya yang dijelaskan dalam House of Quality, Green House, Cost House, dan Concept Comparation House. Dari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan keramik, alternatif terbaik pemanfaatan limbah sebagai bahan baku tambahan produk kerajinan keramik, atribut produk kerajinan keramik yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan konsumen (customer needs and wants), ramah lingkungan serta ekonomis, sehingga nantinya produk UKM dapat bersaing di dalam ataupu luar negeri. Perbedaan penelitian Pribadi (2010) dengan penelitian ini selain objek penelitiannya adalah tujuan dari penelitiannya, yaitu mengidentifikasi cara untuk mereduksi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses produksi. Sedangkan penelitian ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui limbah yang dihasilkan selama proses produksi. Lalu perbedaan selanjutnya adalah

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai referensi dalam

menunjang penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini menggunakan 4

hasil penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi dalam menunjang

penelitian.

Pribadi (2010), melakukan penelitian pada UPT Aneka Industri dan

Kerajinan Surabaya (SUB UPT Keramik-Malang) metode ini digunakan untuk

mengevaluasi dengan mempertimbangkan aspek kualitas, lingkungan, dan

biaya ke dalam matriksnya yang dijelaskan dalam House of Quality, Green

House, Cost House, dan Concept Comparation House. Dari hasil analisis dapat

diketahui dampak produksi produk kerajinan keramik, alternatif terbaik

pemanfaatan limbah sebagai bahan baku tambahan produk kerajinan keramik,

atribut produk kerajinan keramik yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan

konsumen (customer needs and wants), ramah lingkungan serta ekonomis,

sehingga nantinya produk UKM dapat bersaing di dalam ataupu luar negeri.

Perbedaan penelitian Pribadi (2010) dengan penelitian ini selain objek

penelitiannya adalah tujuan dari penelitiannya, yaitu mengidentifikasi cara

untuk mereduksi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses produksi.

Sedangkan penelitian ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui limbah

yang dihasilkan selama proses produksi. Lalu perbedaan selanjutnya adalah

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

9

mengenai atribut kualitas yang digunakan. Atribut kualitas yang digunakan

meliputi Performance, Feature, Conformance, dan Environmental. Persamaan

penelitian Pribadi (2010) dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan

yaitu Green QFD II.

Astuti (2004), melakukan penelitian menggunakan Green QFD II

yang diterapkan untuk mengevaluasi konsep produk lampu. Dengan

mempertimbangkan tiga aspek yaitu kualitas, lingkungan, dan biaya, masing-

masing aspek tersebut dijabarkan ke dalam Quality House, Green House, dan

Cost House. Untuk memberi bobot pada setiap aspek, pada penelitian ini

digunakan metode Analitic Hierarchy Process. Lalu, untuk mengevaluasi

konsep produk digunakan matriks Concept Comparison House (CCH). Hasil

dari penelitian ini adalah diperoleh konsep lampu terbaik dan karakteristik

lampu berkualitas, ramah lingkungan, dan biaya rendah.

Perbedaan penelitian Astuti (2004) dengan penelitian ini selain objek

penelitian adalah atribut kualitas yang digunakan, yaitu Penyalaan,

Kehandalan, Evironment Protection, Kemudahan, Servis, Penampilan, dan

Brand. Lalu, selain itu ada pula perbedaan antara penelitian ini dengan

penelitian Astuti (2004) yaitu tentang biaya yang perlukan untuk evaluasi pada

penelitian ini meliputi biaya manufaktur, biaya pengolahan limbah, biaya

distribusi dan customer service, dan biaya bagi user. Persamaan antara

penelitian Astuti (2004) dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan

metode Green QFD II.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

10

Rucitra (2010) tujuan utama dari penelitian ini adalah memahami

proses desain dan pengembangan produk yang memperhatikan kebutuhan dan

keinginan konsumen (customer needs and wants), ramah terhadap lingkungan

(Green), dan ekonomis. Dengan harapan perbaikan dari produk UKM ini akan

dapat meninkatkan semangat ekonomi kreatif masyarakat dan meningkatkan

daya saing produk lokal dengan produk buatan luar negeri. Hasil dari penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa perlu meningkatkan kualitas produk UKM karena

pasar global sangat luas dan membutuhkan produk kerajinan unggulan

Indonesia. Kebutuhan konsumsi kursi makan memprioritaskan kualitas kursi,

lingkungan dan yang terakhir faktor biaya. Pengembangan produk kursi

makan, dapat mereduksi dampak lingkungan, memenuhi kebutuhan konsumen

dan mereduksi biaya. Limbah yang dihasilkan oleh produksi kursi rotan awal

dapat ditanggulangi dengan penggantian material.

Perbedaan penelitian Rucitra (2010) dengan penelitian ini selain objek

penelitiannya adalah metode yang digunakan untuk menganalisa dampak

lingkungan. Dalam menganalisa dampak lingkungan peneliti menggunakan

software Sustainable Minds. Persamaan antara penelitian Rucitra (2010)

dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan untuk merancang sebuah

produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, ramah

lingkungan, dan ekonomis yaitu metode Green QFD II.

Widyaningsih (2011), tujuan utama dari penelitian ini adalah desain

proses produk batik yang memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen

(customer needs and wants), ramah lingkungan, dan ekonomis. Pada penelitian

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

11

ini dilakukan usulan untuk melakukan proses produksi yang lebih ramah

lingkungan dengan cara penerapan eko-efisiensi. Menurut buku Panduan

Penerapan Eko-Efisiensi dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KLH)

tahun 2007, pengurangan konsumsi bahan kimia, pemanfaatan kembali

kerokan lilin batik dan pengurangan konsumsi air dapat diterapkan sebagai

alternatif pembuatan batik yang eco-friendly (ramah lingkungan). Selain dapat

mengurangi biaya produksi, pengurangan konsumsi dan pemanfaatan limbah

tersebut dapat mengurangi jumlah limbah yang terbuat tanpa mengurangi

kualitas produk batik yang dihasilkan.

Perbedaan penelitian Widyaningsih (2011) dengan penelitian ini

adalah pemilihan objek penelitian, dimana dalam penelitian Widyaningsih

(2011) objek yang digunakan adalah perusahaan batik biasa, sedangkan dalam

penelitian ini perusahaan yang diteliti adalah perusahaan batik organik. Sealin

itu perbedaan penelitian Widyaningsih (2011) dengan penelitian ini adalah

pengelompokkan dampak lingkungan berdasarkan metode EDIP

(Evironmental Design Industrial of Product) Wenzel (1997), sedangkan dalam

penelitian ini tidak ada pengelompokan dampak lingkungan. Persamaan antar

penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode Green QFD II dalam

merancang pengembangan produknya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

12

B. Landasan Teori

1. Desain Produk dan Jasa

a. Berbagai Pilihan Strategi Produk Menunjang Keunggulan Bersaing.

Terdapat banyak pilihan dalam pemilihan, penetapan, dan perencanaan

produk. Pemilihan produk adalah proses pemilihan produk dan jasa

untuk dapat disajikan kepada pelanggan atau klien. Keputusan produkk

sangatlah mendasar bagi strategi organisasi dan berdampak luas

terhadap seluruh fungsi operasi.

b. Siklus Hidup Produk

Produk-produk yang dilahirkan dapat hidup atau mati karena mereka

dipertahankan atau disingkirkan oleh masyarakat yang terus berubah.

Kehidupan produk terbagi menjadi empat fase, yaitu perkenalan,

pertumbuhan, kematangan, dan penurunan. Siklus hidup produk

mungkin berusia beberapa jam, bulan, tahun, atau dekade sesuai dengan

produknya. Terlepas dari panjanganya umur siklus, tugas utama dari

manajer operasi tetaplah sama, yaitu merancang sebuah sistem yang

membantu memperkenalkan produk baru dengan sukses.

c. Siklus Hidup dan Strategi

Sebagaimana para manajer operasi harus siap mengembangkan produk

baru, mereka juga harus siap mengembangkan strategi untuk produk

baru dan produk yang sudah ada. Pengujian produk secara berkala

sangat diperlukan karena strategi berubah sejalan dengan perubahan

produk sepanjang siklus hidupnya. Strategi produk yang berhasil

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

13

mengharuskan penetapan strategi terbaik untuk setiap produk

berdasarkan posisinya pada siklus hidupnya. Oleh karena itu,

perusahaan mengidentifikasikan produk atau sekelompok produknya

dan posisinya dalam siklus hidup masing-masing. Di bawah ini, kita

meninjau beberapa pilihan strategi saat produk bergerak di sepanjang

siklus hidupnya.

Fase Perkenalan, karena produk-produk pada fase perkenalan ini

sedang “disesuaikan” dengan kondisi pasarnya dan teknik-teknik

produksinya, mungkin diperlukan pengeluaran lain-lain untuk

penelitian, pengembangan produk, modifikasi dan perbaikan proses,

serta pengembangan pemasok.

Fase Pertumbuhan, dalam fase pertumbuhan, desain produk telah

mulai stabil dan diperlukan peramalan kebutuhan kapasitas yang efektif.

Penambahan kapasitas atau peningkatan kapasitas yang sudah ada untuk

menampung peningkatan permintaan produk mungkin diperlukan.

Fase Kematangan, saat sebuah produk mencapai kematangan, pesaing

mulai bermunculan. Produksi dalam jumlah besar dan inovatif sangatlah

sesuai pada fase ini. Pengendalian biaya yang lebih baik, berkurangnya

pilihan dan pemotongan lini produk mungkin akan efektif atau

diperlukan untuk meningkatkan keuntungan dan pangsa pasar.

Fase Penurunan, manajemen mungkin perlu sedikit kejam pada produk

yang siklus hidupnya mendekati akhir. Produk yang hampir mati

biasanya adalah produk yang buruk bagi investasi sumber daya dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

14

kemampuan manajerial. Kecuali jika produk yang hampir mati ini

memberikan kontribusi yang unik bagi reputasi perusahaan atau lini

produknya atau bisa dijual dengan harga yang tinggi, maka produksi

produk semacam itu harus dihentikan. (Heizer dan Render, 2009)

d. Analisis Produk Berdasarkan Nilai

Manajer operasi yang efektif memilih produk yang terlihat paling

menjanjikan. Hal itu merupakan prinsip Pareto (yakni fokus pada

permasalahan yang sedikit, tetapi penting; dan bukan pada

permasalahan yang banyak, tetapi sepele) yang diterapkan pada bauran

produk. Sumber daya diinvestasikan pada permasalahan yang sedikit,

tetapi penting; bukan pada yang banyak, tetapi sepele. Analisis produk

berdasarkan nilai mengurutkan produk secara menurun berdasarkan

kontribusi dolar setiap produk bagi perusahaan. Analisis ini juga

mengurutkan kontribusi dolar tahunan total dari suatu produk.

Kontribusi yang rendah dari produk tertentu jika dilihat persatuan

mungkin akan tampak sangat berbeda jika hal itu merepresentasikan

sebagian besar nilai penjualan dalam perusahaan.

Laporan produk berdasarkan nilai membuat manajemen dapat

mengevaluasi strategi yang memungkinkan untuk setiap produk. Hal ini

dapat meliputi penambahan arus uang, peningkatan penetrasi pasar, atau

mengurangi biaya. Laporan juga dapat menginformasikan pada

manajemen mengenai produk yang harus dihilangkan, gagal, dan tidak

boleh diinvestasikan lebih lanjut pada penelitian dan pengembangan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

15

atau modal. Laporan ini memfokuskan perhatian manajemen pada

arahan strategis bagi setiap produk. (Heizer dan Render, 2009)

2. Menghasilkan Produk Baru

Karena produk-produk biasanya mati; karena produk-produk yang

tidak perlu harus dibuang dan digantikan; karena perusahaan menghasilkan

hampir semua pendapatan dan keuntungannya dari produk-produk baru,

pemilihan produk, definisi, dan desain harus dilakukan terus-menerus.

a. Peluang Produk Baru

Pengembangan produk baru yang agresif mengharuskan organisasi

membangun struktur internal yang membuka komunikasi dengan

pelanggan, budaya organisasinya inovatif, peneitian dan

pengembangannya (litbang) agresif, kepemimpinannya kuat, bonusnya

bersifat formal, serta pelatihan. Baru setelah itu, sebuah perusahaan

dapat menghasilkan keuntungan dan memusatkan perhatiannya dengan

bersemangat pada peluang tertentu sebagaimana dituliskan di bawah ini.

1) Memhami pelanggan merupakan permasalahan utama dalam

pengembangan produk baru. Banyak produk penting biasanya

dipikirkan pertama kali, bahkan dibentuk oleh pengguna dan bukan

oleh produsen. Beberapa produk cenderung dikembangkan oleh lead

users – perusahaan, organisasi, atau perorangan yang peka terhadap

tren pasar dan mempunyai kebutuhan di luar kebutuhan pengguna

biasa.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

16

2) Perubahan ekonomis menyebabkan meningkatnya tingkatnya

kemakmuran pada jangka panjang, tetapi siklus ekonomis dan harga

berubah pada jangka pendek.

3) Perubahan sosiologis dan demografis dapat muncul pada beberapa

faktor seperti berkurangnnya ukuran keluarga. Tren ini mengubah

preferensi pada ukuran rumah, apartemen, dan mobil.

4) Perubahan teknologi yang membuat segalanya mungkiin, mulai dari

telpon genggam hingga ipod, hingga jantung buatan.

5) Perubahan politik/peraturan menghasilkan perjanjian perdagangan

yang baru, tarif yang baru, dan juga persyaratan kontrak yang baru

dengan pemerintah.

6) Perubahan lain dapat muncul melalui kebiasaan pasar, standar

profesional, pemasok, dan distributor.

Manajer operasi harus menyadari adanya faktor-faktor ini dan dapat

mengantisipasi perubahan dalam peluang produk, produk itu sendiri,

volume produk, dan bauran produk. (Heizer dan Render, 2009)

b. Pentingnya Produk Baru

Pentingnya produk baru tidak dapat dipungkiri lagi, perusahaan

yang memimpin pasar mendapatkan sebagaian besar penjualannya dari

produk yang berumur kurang dari 5 tahun. Terlepas dari begitu banyak

upaya yang terus dilakukan dalam memperkenalkan produk baru untuk

dapat tetap hidup, kenyataannya banyak produk baru yang gagal.

Pemilihan, definisi, dan perancangan produk sering dilakukan, mungkin

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

17

hingga ratusan kali untuk setiap produk yang berhasil secara keuangan.

Manajer operasi dan organisasinya harus dapat menerima risiko dan

kegagalan. Mereka harus dapat menampung banyak produk baru sambil

mempertahankan aktivitas yang telah mereka jalankan. (Heizer dan

Render, 2009)

3. Pengembangan Produk

a. Sistem Pengembangan Produk

Pengembangan produk merupakan upaya perusahaan untuk

menciptakan produk baru, memperbaiki produk lama, atau

memodifikasi produk yang lama agar tetap memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen. Sebuah strategi produk yang efektif

menghubungkan keputusan produk dengan arus uang, dinamika pasar,

siklus hidup produk, dan kemampuan organisasi. Sebuah perusahaan

harus mempunyai dana untuk mengembangkan produk, memahami

perubahan yang terus terjadi di pasar, mempunyai potensi yang

diperlukan, dan juga sumber daya. Sistem pengembangan produk tidak

hanya menentukan keberhasilan produk, tetapi juga masa depan

perusahaan.

Konsep produk dikembangkan dari berbagai sumber, baik dari

luar mauppun dalam perusahaan. Konsep yang berhasil lolos dari tahap

ide dilanjutkan melalui berbagai tahapan dengan tinjauan, timbal balik,

dan evaluasi terhadap lingkungan yang hampir terus-menerus dilakukan

dengan tingkat partisipasi tinggi untuk meminimalkan kegagalan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

18

Gambar 2.1 menunjukan tahap pengembangan produk. Dalam sistem

ini, pemilihan produk dilakukan melalui beberapa langkah yang masing-

masing mempunyai proses penyaringan dan kriteria evaluasi tersendiri,

serta memberikan umpan balik pada langkah sebelumnya.

Pengembangan produk yang optimal tak lepas dari dukungan dari

bagian-bagian lain pada perusahaan (Heizer dan Render, 2009).

Gambar 2.1 Tahap-tahap Pengembangan Produk

Sumber : Buku Heizer dan Render, 2009

Ide dari banyak sumber

Apakah perusahaan

mampu melaksanakan ide?

Persyaaratan pelanggan untuk

memenangkan pesanan

Spesifikasi fungsional : Bagaimana

produk akan berfungsi

Spesifikasi produk : Bagaimana

produk akan dibuat

Peninjauan desain : Apakah spesifikasi

produk ini merupakan cara terbaik

untuk memenuhi keinginan pelanggan?

Pengujian pasar : Apakah

produk memenuhi harapan

pelanggan?

Perkenalan ke pasar

Evaluasi (berhasil?)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

19

b. QFD

Dalam dunia bisnis, sebuah perusahan dituntut untuk selalu

mengembangkan produknya agar dapat tetap berada dipasaran.

Pengembangan produk yang cepat tidak selalu memberi hasil yang

mampu diterima konsumen. Kelemahan inilah yang mendasari

munculnya ide untuk mengembangkan produk yang dapat diterima

konsumen menggunakan sebuah metode yang disebut Quality Function

Deployment (QFD). Upaya QFD dilakukan untuk memenuhi

permintaan pelanggan. Rangkaian rumah-rumah ini adalah cara yang

efektif untuk mengidentifikasi, mengkomunikasikan, dan menyebarkan

sumber daya produksi. Dengan cara ini perusahaan dapat memproduksi

produk yang berkualitas, memenuhi permintaan pelanggan, dan

memenangkan order.

1) Manfaat QFD

QFD menterjemahkan apa yang dibutuhkan oleh konsumen

menjadi apa yang dihasilkan oleh organisasi. QFD memungkinkan

organisasi untuk memprioritaskan pada kebutuhan pelanggan.

Sehingga QFD memungkinkan perusahaan melakukan perbaikan

proses untuk melampaui harapan pelanggan.

Manfaat QFD bagi perusahaan yang berusaha

meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas dan

produktifitasnya secara berkesinambungan adalah sebagai berikut :

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

20

a) Fokus pada pelanggan, organisasi TQM merupakan organisasi

yang berfokus pada pelanggan,. QFD memerlukan pengumpulan

masukkan dan umoan ballik dari pelanggan.

b) Efisiensi waktu, QFD dapat mengurangi waktu pengembangan

produk karena memfokuskan pada persyaratan pelanggan yang

spesifik dan telah diidentifikasikan dengan jelas.

c) Orientasi kerja sama tim, QFD merupakan pendekatan kerja sama

tim. Semua keputusan dalam proses didasarkan konsensus dan

dicapai melalui diskusi mendalam dan brainstorming.

d) Orientasi pada dokumentasi, salah satu produk yang dihasilkan

dari proses QFD adalah dokumen komprehensih mengenai semua

data yang berhubungan dengan segala proses yang ada dan

perbandingannya dengan persyaratan pelanggan.

2) Green QFD-II

Green QFD II dikembangkan oleh Zhang (1999) dengan

mengintegrasikan Life Cycle Assesment (LCA) dan Life Cycle

Costing (LCC) ke dalam matriks House of Quality, Green House,

Cost House, dan Concept Comparison House untuk menyusun

kualitas berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen,

lingkungan, dan biaya dari keseluruhan proses pengembangan

produk. Green QFD II merupakan pengembangan dari Green QFD

sebelumnya, dimana dalam metode tersebut hanya berfokus pada

aspek kualitas dan lingkungan saja dan mengabaikan unsur biaya.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

21

Metodologi Green QFD II dilakukan secara sistematis oleh tim

pengembangan produk untuk mendesain produk yang memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen, berbiaya rendah, serta

memperhatikan lingkungan.

3) Life Cycle Assesment (LCA)

LCA adalah metodologi untuk menilai materi dan energi

kumulatif serta arus dampak lingkungan yang terkait pada sistem

industri. Pada LCA, arus dan dampak tersebut dihitung pada dasar

pencegahan pencemaran yang dilakukan dari sejak dihasilkannya

limbah, yang berarti bahwa kontribusi langsung dan tidak langsung

atas seluruh rantai pasokan dicatat, seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.2 perhitungan yang dilakukan relatif terhadap satu unit

output industri dikenal sebagai unit fungsional, yang berfungsi

sebagai dasar untuk interpretasi selanjutnya manfaat lingkungan.

Selanjutnya, kegiatan industri menghasilkan beberapa polutan, yang

pada gilirannya menghasilkan jalur yang berbeda untuk merusak

lingkungan. Metodologi LCA memperhitungkan kriteria tersebut

lingkungan yang berbeda. Dengan demikian LCA dapat digunakan

sebagai pendekatan yang komprehensif dan ketat untuk

mengevaluasi berbagai alternatif pencegahan polusi atau produksi

bersih. (Wang, 2009)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

22

Gambar 2.2 Konsep Life Cycle Assessment

Sumber : Wang, 2009

4) Life Cycle Costing (LCC)

Cost life cycle merupakan urutan aktivitas dalam

perusahaan mulai dari riset dan pengembangan, desain, produksi

(atau penyedia jasa), pemasaran/distribusi, dan pelayanan kepada

pelanggan ditinjau dari perspektif biaya yang timbul pada setiap

aktivitas. Metode untuk melakukan analisis cost life cycle adalah

dengan penentuan target biaya (target costing), teori kendala (theory

of constraint), dan life cycle costing. Penentuan biaya target

digunakan untuk mengelola biaya, terutama dalam aktivitas desain.

Teori kendala digunakan untuk mengelola biaya produksi. Life

Cycle Costing digunakan pada seluruh cost life cycle untuk

meminimumkan biaya secara keseluruhan.

Life Cycle Costing memberikan perspektif jangka panjang,

karena mempertimbangkan semua biaya selama siklus hidup produk

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

23

atau jasa. Pada total biaya selama siklus hidup keseluruhan

dipisahkan menjadi tiga komponen, yaitu biaya hulu, biaya

produksi, dan biaya hilir. Biaya hulu dan hilir dapat dikelola dengan

cara meningkatkan hubungan dengan supplier dan distributor, cara

yang paling penting adalah desain produk dan proses produksi.

Gambar 2.3 akan memaparkan tiga komponen life cycle costing

tersebut (Wang, 2009).

Gambar 2.3 Konsep Life Cycle Costing

Sumber : Wang, 2009

5) Product Concept Generation

Concept Comparison House (CCH) digunakan untuk

mengevaluasi dan memilik konsep rancangan produk yang

memenuhi permintaan yang telah ditentukan dalam House of

Quality, Green House, dan Cost House. Struktur CCH hampir mirip

dengan HOQ pada QFD klasik. CCH ini terdiri dari 8 ruang, dimana

permintaan kritis dari House of Quality, Green House, dan Cost

House dimasukkan ke ruang 1. Tanda minus menunjukan garis

pemisah menjadi tiga ruang yaitu Ruang Kualitas, Ruang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

24

Lingkungan, dan Ruang Biaya. Pada ruang kualitas disusun daftar

permintaan fungsiional dan kemampuan manufakturing yang

didapat dari House of Quality.

Pada ruang 2 berisi matriks korelasi antar tiga permintaan

(kualitas, lingkungan, dan biaya). Di ruang 3 berisi daftar alternatif

konsep produk termasuk garis mendasar produk dan konsep

pengembangan produk baru dimasukkan kedalam ruang ini.

Konsep-konsep ini akan dievaluasi dengan konsep produk dasar

untuk memilih konsep desain produk yang terbaik. Tingkat

kepuasan permintaan tiap konsep produk di ruang 1 dibuat pada

ruang 4. Adapun bobot menyatakan tingkat kepentingan permintaan

pada ruang 1 dibuat pada ruang 5. Pada ruang 6 berisi hitungan

tingkat kepuasan total tiap konsep produk. Indeks dampak terhadap

lingkungan dibuat pada ruang 7, dan ruang 8 berisi biaya life cycle

total untuk konsep produk.

Gambar 2.4 Concept Comparison House

Sumber : Zang, 1999

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

25

4. Kualitas

a. Definisi Kualitas

Tujuan seorang manajer operasi adalah menciptakan sebuah

sistem TQM yang mengidentifikasi dan memuaskan kebutuhan

pelanggan. Kualitas sangat sulit untuk didefinisikan secara baik karena

ukuran kualitas yang relatif dan berbeda-beda tergantung pada pemakai

akhir suatu produk. Pada dasarnya konsep kualitas diartikan sebagai

kesesuaian konsumen terhadap suatu produk.

Menurut ISO-8402 (Loh, 2001:35), kualitas adalah totalitas

fasilitas dan karakteristik dari produk atau jasa yang memenuhi

kebutuhan, tersurat maupun tersirat. Tjiptono (2004:11) mendefinisikan

kualitas sebagai kesesuaian untuk digunakan (fitness untuk digunakan).

Kadir (2001:19) menyatakan bahwa kualitas adalah tujuan yang sulit

dipahami , karena harapan para konsumen akan selalu berubah. Setiap

standar baru ditemukan, maka konsumen akan menuntut lebih untuk

mendapatkan standar baru lain yang lebih baru dan lebih baik.

Sedangkan menurut Goetsch dan Davis (2003:25)

mendefinisikan kualitas adalah quality is a dynamic state associated

with product, services, people, processes, and environments that meets

or exceeds expectation atau kualitas merupakan suatu kondisi dinamis

yang berhubungan dengan produk, manusia, proses, dan lingkungan

yang memenuhi atau melebihi harapan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

26

b. Pengaruh Kualitas

Selain sebagai elemen penting dalam operasi, kualitas juga memiliki

pengaruh lain. Ada tiga alasan lain penyebab kualitas itu penting.

1) Reputasi Perusahaan

Suatu organisasi menyadari reputasi akan mengikuti kualitas,

apakah itu baik atau buruk. Kualitas akan muncul sebagai persepsi

tentang produk baru perusahaan, kebiasaan pekerjanya, dan

hubungan pemasoknya. Promosi diri tidak akan dapat menggantikan

produk berkualitas.

2) Kehandalan Produk

Pengadilan terus berusaha menghukum organisasi-organisasi yang

merancang, memproduksi, atau mengedarkan produk atau jasa yang

penggunaannya mengakibatkan kerusakan atau kecelakaan.

Peraturan seperti Consumer Product Safety Act membuat standar

produk dan melarang produk yang tidak dapat memenuhi standar

tersebut. Makanan tidak bersih yang menyebabkan penyakit, baju

tidur yang panas, ban yang mudah pecah, ayau tangki bahan bakar

mobil yang dapat meledak pada tekanan tertentu bisa menyebabkan

pengeluaran yang besar dari sisi hukum, penyelesaian kasus atau

kerugian yang memakan biaya besar, dan publisitas yang buruk.

3) Keterlibatan Global

Di masa teknologi seperti sekarang, kualitas adalah suatu perhatian

internasional, sebagaimana halnya MO. Bagi perusahaan dan negara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

27

yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global, produk

mereka harus memenuhi ekspektasi akan kualitas, desain, dan

harganya secara global. Produk yang berkualitas rendah akan

mengurangi keuntungan perusahaan dan neraca pembayaran negara.

(Heizer dan Render, 2009)

c. Standar Kualitas Internasional ISO 9000

ISO 9000 merupakan standar kualitas dengan pengakuan

internasional. Fokusnya adalah untuk menambah sukses melalui

delapan prinsip pengelolaan kualitas: (1) kepemimpinan manajemen

tertinggi, (2) kepuasan pelanggan, (3) perbaikan berkelanjutan, (4)

melibatkan manusia, (5) analisis proses, (6) menggunakan dukungan

data (data-driven) untuk pengambilan keputusan, (7) pendekatan sistem

untuk manajemen, dan (8) hubungan pemasok yang saling

menguntungkan. Standar ISO mendorong pembentukan prosedur

pengelolaan kualitas, dokumentasi terperinci, instruksi kerja, dan

pencatatan. Seperti penghargaan Baldrige, penilaian termasuk penilaian

diri dan identifikasi masalah. (Heizer dan Render, 2009)

d. Biaya Kualitas

Pada biaya kualitas terdapat empat kategori utama biaya yang

dikaitkan dengan kualitas, yaitu:

1) Biaya Pencegahan

Biaya yang terkait dengan mengurangi kemungkinan komponen

atau jasa mengalami kerusakan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

28

2) Biaya Penaksiran

Biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses,

komponen, dan jasa.

3) Kegagalan Internal

Biaya yang diakibatkan oleh proses produksi komponen atau jasa

yang rusak sebelum diantarkan ke pelanggan.

4) Biaya Eksternal

Biaya yang terjadi setelah pengiriman barang atau jasa yang cacat.

Tiga biaya pertama diatas dapat diperkirakan, tetapi biaya

eksternal sangat sulit dihitung. Biaya akibat kualitas yang rendah tidak

bisa dipandang remeh. Para pengamat manajemen kualitas, termasuk

Philip Crosby dan Genichi Taguchi, percaya bahwa pada kondisi

keseimbangan, biaya produk yang berkualitas hanyalah sebagian dari

keuntungan. Mereka berpendapat bahwa organisasi yang kalah adalah

organisasi yang gagal berupaya agresif di bidang kualitas. (Heizer dan

Render, 2009)

e. Dimensi Kualitas

Untuk melihat kualitas suatu produk, dapat dilihat dari ciri

karakteristik kualitas yang melekat pada produk tersebut. Kualitas

mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan

manfaat bagi pelanggan. Kualitas suatu produk baik berupa barang atau

jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Dimensi kualitas produk

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

29

barang menurut Tjiptono (2008) adalah sebagai berikut:

1) Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi

dasar dari sebuah produk.

2) Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk

yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.

Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk

maka semakin besar pula daya tahan produk.

3) Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi),

yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk

memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak

ditemukannya cacat pada produk.

4) Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk

menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan

konsumen terhadap produk.

5) Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan

bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu.

Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk

tersebut dapat diandalkan.

6) Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan

produk.

7) Perceived Quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil

dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

30

karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau

kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.

8) Serviceability, meliputi kecepatan dan kemudahan untuk direparasi,

serta kompetensi dan keramah tamahan staf layanan.

f. Etika dan Manajemen Kualitas

Bagi manajer operasi, salah satu pekerjaan terpenting adalah

memberikan produk dan jasa yang sehat, aman, dan berkualitas kepada

pelanggan. Karena kurangnya proses desain dan produksi,

pengembangan produk-produk berkualitas rendah tidak hanya

mengakibatkan biaya produksi yang lebih tinggi, tetapi juga dapat

menimbulkan kecelakaan, tuntutan hukum, dan bertambahnya peraturan

pemerintah. Jika sebuah perusahaan yakin telah memperkenalkan

sebuah produk yang layak dipertanyakan, maka tindakan tanggung

jawabnya harus didasari oleh perbuatan etis. (Heizer dan Render, 2009)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

31

C. Kerangka Pikir

Gambar 2.5 Kerangka Pikir

Sumber: Widiyaningsih, 2011 (diolah)

Kerangka pikir pada penelitian ini berawal dari mengidentifikasi

produk kain batik yang ada dengan beberapa indikator dari segi kualitas,

lingkungan maupun biaya, lalu dari hasil identifikasi tersebut dapat ditarik

Green QFD II

Dimensi Kualitas Produk :

• Performance

• Durability

• Conformance to specifications

• Features

• Reliability

• Aesthetics

• Perceived quality

• Serviceability

• Environmental

Inventory Loads

Biaya Selama Proses Produksi :

• Biaya pada tahap persiapan

• Biaya pada tahap pembatikan

• Biaya pada tahap pewarnaan

• Biaya pada tahap pelepasan lilin batik

• Biaya pada tahap penyempurnaan

• Biaya operasional

Produk Sesuai

Kebutuhan dan

Keinginan Konsumen

Produk Tidak Sesuai

Kebutuhan dan

Keinginan Konsumen

Perbaikan Produk Kain

Batik

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38383/3/jiptummpp-gdl-berthadind-53571-3-babii.pdfDari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk kerajinan

32

kesimpulan bahwa produk tersebut diperlukan perbaikan atau tidak, jika perlu

perbaikan seperti apa yang diinginkan konsumen.