Cetak Biru Kerajinan

128
7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan http://slidepdf.com/reader/full/cetak-biru-kerajinan 1/128 RENCANA PENGEMBANGAN KERAJINAN NASIONAL 2015-2019

Transcript of Cetak Biru Kerajinan

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    1/128

    RENCANA

    PENGEMBANGAN

    KERAJINANNASIONAL

    2015-2019

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    2/128

    iBab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    RENCANA PENGEMBANGAN

    KERAJINAN NASIONAL 2015-2019

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    3/128

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    4/128

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    5/128

    PT. REPUBLIK SOLUSI

    Dionisius Ardiyanto NarjokoTitik Anas

    Haryo Aswicahyono

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    6/128

    v

    RENCANA PENGEMBANGAN

    KERAJINAN NASIONAL 2015-2019

    Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:

    Penasihat

    Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI

    Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI

    PengarahUkus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kemenparekraf

    Ahman Sya, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya

    Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan

    Penanggung Jawab

    Mumus Muslim, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya

    Watie Moerany S, Direktur Pengembangan Seni Rupa

    Yuke Sri Rahayu, Kasubditata Usaha - Pengembangan Seni Rupa

    Tim StudiDionisius Ardiyanto Narjoko

    itik Anas

    Haryo Aswicahyono

    ISBN

    978-602-72367-4-5

    Tim Desain Buku

    RURU Corps (www.rurucorps.com)

    Yosifinah RachmanFarly Putra Pratama

    Sari Kusmaranti Subagiyo

    Penerbit

    P. Republik Solusi

    Cetakan Pertama, Maret 2015

    Hak cipta dilindungi undang-undang

    Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara

    apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    7/128

    vi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    Terima kasih kepada narasumber dan peserta Focus Group Discussion(FGD):

    Adhi Nugraha (Dosen KriyaFSRD IB)

    Anika Widiana (SIE Prasetiya Mulya)

    Antin Sambodo (Seniman Keramik Jinjit

    Pottery)

    Ari Anindya H. (Kemenkop & UKM)Asmojo Jono Irianto (Dosen Kriya FSRD

    IB)

    Bambang Irianto (ditjen IKM Wil 3)

    Basuki Antariksa (Peneliti Ekonomi Kreatif -

    Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif)

    Budi Prasodjo (Kemenko Perekonomian)

    Dinny Jusuf (oraja Melo)

    Emmy Soebagyo (Nendo / Batik Bogor)

    F. Widayanto (Seniman Keramik)

    Frida Adyasari (Ditjen PDN Kemenko)Harry Purwanto (P. Artura Insanindo/

    Penggagas Kegiatan Indonesian Contemporary

    Art & Design)

    I Wayan Seriyoga Parta (Kurator/Dosen

    Universitas Negeri Gorontalo)

    Dr. Kahfiati Kahdar (Head Of Craft

    Department/Dosen FRSD IB)

    Ir. Kirono Arundatie, MM (Daty handicraft)Drs. Ponimin, M.Hum (Seniman Keramik/

    Dosen Universitas Negeri Malang)

    Pranandang Adi L. (Ditjen IKM)

    R. Rizky A. Adiwilaga (Bandung Creative City

    Forum)

    R. Setyo Aji (Pengurus PEKALRLIN)

    Siti Alfisahrah (Kemenkop & UKM)

    Tamrin Bustami (ASEPHI Jakarta)

    imbul Raharjo (Dosen Kriya ISI Yogyakarta)

    Uke Kurniawan (Batik Banten)William Kwan (Peneliti/Pemerhati Batik)

    Yuyun Sriwahyuni (Rizqi Batik asikmalaya)

    Yusuf Susilo Hartono (Majalah Galeri)

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    8/128

    vii

    Kata Pengantar

    Puji syukur ke hadirat uhan Yang Maha Esa, dengan berkat dan Rahmat-Nya maka dapat

    diselesaikan buku Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025. Dari buku ini

    diharapkan pembaca semakin mengenal tentang subsektor kerajinan di Indonesia dan mengetahui

    langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengembangkannya.

    Buku ini merupakan bentuk pertanggungjawaban Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

    atas tugas, fungsi, dan kewenangannya dalam membantu Presiden Republik Indonesia untuk

    menyelenggarakan tugas pemerintahan. Diharapkan melalui kementerian ini dapat membantu

    pelaku kreatif kerajinan untuk berkembang, kesejahteraannya meningkatkan dan karyanya

    bermanfaat bagi masyarakat luas.

    Dalam rangka pengembangan subsektor kerajinan, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

    Kreatif membuat buku yang berisi rencana aksi jangka menengah untuk subsektor Kerajinan

    dari tahun 2015-2019. Buku in diharapkan mampu berikan gambaran lengkap tentang kerajinan

    di Indonesia dan juga arah mengenai perkembangan di lima tahun kedepan. Oleh karena itu,

    maka penulis memulai dengan memberikan pemahaman mengenai definisi dan sejarah kerajinan

    di Indonesia. Setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan pelaku-pelaku dan proses pembuatan

    nilainya. Kemudian dijelaskan juga kondisi pasarnya serta kesempatan dan tantangan yang ada.

    Bagian terakhir yang berguna untuk para pengambil kebijakan, adalah visi, misi, dan tujuan

    dari susbsektor kerajinan di Indonesia.

    Kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan buku ini, dimulai dari akademisi,

    pelaku kreatif kerajinan, komunitas, media, hingga perwakilan kementerian terkait lainnya yang

    aktif berkontribusi dalam penyelengaraan diskusi kelompok, pencarian data hingga penyajian

    penulisannya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

    Jakarta, September 2014.

    Salam Kreatif,

    Mari Elka Pangestu

    Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    9/128

    viii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    Kata Pengantar................................................................................................................... vii

    Daftar Isi.............................................................................................................................. viii

    Daftar Gambar..................................................................................................................... xi

    Daftar Tabel......................................................................................................................... xii

    Ringkasan Eksekutif.......................................................................................................... xiii

    BAB 1 PERKEMBANGAN SUBSEKTOR KERAJINAN DI INDONESIA...........................3

    1.1 Definisi Dan Ruang Lingkup Subsektor Kerajinan......................................................... 4

    1.1.1 Definisi Subsektor Kerajinan.................................................................................... 4

    1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Subsektor Kerajinan................................................ 8

    1.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan.............................................................. 10

    1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan Dunia..........................................10

    1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan Indonesia....................................16

    BAB 2 EKOSISTEM DAN RUANG LINGKUP INDUSTRI SUBSEKTOR KERAJINAN

    INDONESIA.......................................................................................................................... 27

    2.1 Ekosistem Subsektor Kerajinan.......................................................................................... 28

    2.1.1 Definisi Ekosistem..................................................................................................... 28

    2.1.2 Peta Ekosistem Kerajinan.......................................................................................... 28

    2.2 Peta dan Ruang lingkup Industri Kerajinan....................................................................... 38

    2.2.1 Peta Industri Kerajinan.............................................................................................. 38

    2.2.2 Ruang Lingkup Industri Kerajinan............................................................................ 40

    2.2.3 Model Bisnis di Industri Kerajinan............................................................................ 47

    BAB 3 KONDISI UMUM SUBSEKTOR KERAJINAN DI INDONESIA...............................49

    3.1 Kontribusi Ekonomi Subsektor.......................................................................................... 50

    3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)................................................................. 52

    3.1.2 Berbasis KetenagaKerjaan......................................................................................... 53

    3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan.................................................................................. 54

    3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah angga.......................................................................... 55

    3.2 Kebijakan Pengembangan Subsektor.................................................................................. 56

    Daftar Isi

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    10/128

    ix

    3.3 Struktur Pasar Subsektor.................................................................................................... 57

    3.4 Daya Saing Subsektor........................................................................................................ 58

    3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Subsektor......................................................... 59

    BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN SUBSEKTOR KERAJINAN DI INDONESIA.................65

    4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2019...........................................66

    4.2 Visi, Misi, ujuan Pengembangan Kerajinan...................................................................... 67

    4.2.1 Visi Pengembangan Kerajinan................................................................................... 67

    4.2.2 Misi Pengembangan Kerajinan................................................................................. 69

    4.2.3 ujuan Pengembangan Kerajinan............................................................................. 70

    4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis pencapaian Pengembangan Kerajinan.................................71

    4.4 Arah kebijakan Pengembangan Kerajinan.......................................................................... 74

    4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Pelaku Kreatif Subsektor Kerajinan yang Berdaya Saing

    dan Mampu Mengangkat Potensi Kekayaan Lokal................................................... 74

    4.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan, Dan Pemanfaatan Sumber Daya

    Alam Dan Budaya Bagi Kerajinan Secara Berkelanjutan........................................... 74

    4.4.3 Arah Kebijakan Penciptaan Industri Kerajinan Yang Berkembang Secara Optimal

    dan Berkualitas........................................................................................................ 74

    4.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Pembiayaan Bagi Proses Kreasi Kerajinan yang

    ransparan, Mudah Diakses dan Bersaing................................................................ 74

    4.4.5 Arah Kebijakan Penciptaan Industri Kerajinan yang Mampu Menjawab Kebutuhan

    dari Pasar Domestik dan Internasional..................................................................... 74

    4.4.6 Arah Kebijakan Penciptaan Infrastruktur dan eknologi yang Mendukung Pelaku

    Kerajinan Untuk Maju dan Berkembang.................................................................. 75

    4.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan Yang Menghargai Proses Kreatif dari

    Setiap Produk Kerajinan........................................................................................... 75

    4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Kerajinan........................................................ 75

    4.5.1 Meningkatnya Kuantitas Dan Kualitas Pendidikan Yang Mendukung Penciptaan

    Kerajinan................................................................................................................. 754.5.2 Meningkatnya Kuantitas Dan Kualitas Sumber Daya Manusia Pelaku Dan

    Pendukung Kerajinan............................................................................................... 75

    4.5.3 ersedianya Materi Bahan Mentah Dan Sumber Budaya Lokal Bagi Kerajinan,

    Yang erpercaya, Mudah Dan Cepat Di Akses ....................................................... 76

    4.5.4 Meningkatnya Wirasusahawan Kreatif Kerajinan Yang Mampu Mengembangkan

    Produk Sesuai Dengan Kondisi Lokal Dan Internasional........................................ 76

    4.5.5 Meningkatnya Kualitas Dan Kuantitas Usaha-Usaha Kerajinan Di Berbagai

    Daerah..................................................................................................................... 76

    4.5.6 erciptanya Karya Kerajinan Yang Beragam Dan Berkualitas................................... 76

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    11/128

    x Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    4.5.7 Meningkatnya Ketersediaan Pembiayaan Bagi Proses Kreasi Kerajinan Yang

    ransparan, Mudah Diakses Dan Bersaing............................................................... 77

    4.5.8 Meningkatkan Akses Pasar Produk Kerajinan Di Pasar Domestik Dan

    Internasional............................................................................................................ 77

    4.5.9 Meningkatnya Ketersediaan Jaringan elematika, Logistik Yang Mendukung

    Pengembangan Kerajinan......................................................................................... 77

    4.5.10 Meningkatnya Penerapan eknologi Produksi Yang Optimal Untuk

    Meningkatkan Nilai ambah Barang Kerajinan Yang Berkualitas Dan Beragam.......77

    4.5.11 Meningkatnya Partisipasi Aktif Pemegang Kepentingan Dalam Pengembangan

    Kerajinan Yang Berkualitas Dan Berkelanjutan........................................................ 78

    4.5.12 Meningkatkan Pemahaman Aspek-Aspek Hukum erkait Ekonomi Kreatif Dan

    Hak Kekayaan Intelektual Serta Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Pelaku

    Kreatif ..................................................................................................................... 78

    4.5.13 Meningkatkan Iklim Usaha Yang Kondusif Bagi Pelaku Kreatif Sub Sektor

    Kerajinan................................................................................................................. 78

    4.5.14 Meningkatnya Apresiasi Kepada Orang Pelaku Kerajinan Dan Karya Kreatif

    Mereka..................................................................................................................... 78

    BAB 5 PENUTUP................................................................................................................... 81

    5.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 82

    5.1 Saran................................................................................................................................. 86

    LAMPIRAN............................................................................................................................ 89

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    12/128

    xi

    Gambar 1-1Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Subsektor Kerajinan.......................9

    Gambar 1-2Sejarah Perkembangan Kerajinan........................................................................ 25

    Gambar 2-1Peta Ekosistem Subsektor Kerajinan.................................................................... 30

    Gambar 2-2Proses Kreasi Subsektor Kerajinan....................................................................... 31

    Gambar 2-3Proses Produksi Kerajinan................................................................................... 32

    Gambar 2-4Proses Distribusi Kerajinan................................................................................ 33

    Gambar 2-5 Proses Promosi Kerajinan.................................................................................... 34

    Gambar 2-6Lingkungan Pengembangan Kerajinan................................................................ 35

    Gambar 2-7Kegiatan Apresiasi Sub Sektor Kerajinan............................................................ 35

    Gambar 2-8Kegiatan Pendidikan Subsektor Kerajinan............................................................ 36

    Gambar 2-9Pasarnya Barang Kerajinan Di Indonesia............................................................ 37

    Gambar 2-10Proses Pengarsipan Dokumentasi Kerajinan...................................................... 38

    Gambar 2-11Peta Industri Kerajinan...................................................................................... 39

    Gambar 3-1Kinerja Daya Saing Subsektor Kerajinan Saat Ini................................................ 58

    Daftar Gambar

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    13/128

    xii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    Tabel 2-1KBLI Subsektor Kerajinan dalam KBLI 2009......................................................... 40

    Tabel 3-1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan ............................................................... 50

    Tabel 3-2 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis PDB ahun 2010-2013 ........... 53

    Tabel 3-3 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Ketenagakerjaan ahun

    2010-2013.............................................................................................................. 54

    Tabel 3-4 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Aktivitas Usaha ahun

    2010-2013 .............................................................................................................. 55

    Tabel 3-5 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Konsumsi Rumah

    angga ahun 2010-2013 ....................................................................................... 56Tabel 3-6 Potensi dan Permasalahan Penembangan Subsektor Kerajinan ................................ 59

    Tabel 4-1Visi, Misi, ujuan, dan Sasaran Pengembangan Kerajinan 2015 - 2019................... 68

    Daftar Tabel

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    14/128

    xiii

    Ringkasan Eksekutif

    Dokumen rencana aksi jangka menengah kerajinan 2015-2019 disusun dengan maksud untuk

    memberikan gambaran secara utuh mengenai kondisi subsektor kerajinan saat dokumen ini dibuat

    dan juga memberikan arahan perkembangannya dalam konteks ekonomi kreatif di Indonesia.

    Dokumen ini dibagi menjadi empat bagian besar. Pada bagian pertama, dimulai dengan pemaparan

    mengenai pemahaman mengenai Kerajinan di Indonesia. Disini dipaparkan pengertian kerajinan

    secara konseptual serta seberapa luas yang dimaksud dengan kerajinan yang akan dibahas dalam

    dokumen ini. Selanjutnya, dibagian pertama juga dijelaskan sejarah perkembangan kerajinan di

    dunia dan Indonesia, serta titik-titik penting dalam sejarah tersebut bagi dunia kerajinan.

    Di bagian kedua, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai lingkungan ekosistem di subsektorkerajinan. Pada bagian ini, dijelaskan mengenai pihak-pihak yang dan, apa perannya dan juga

    apa yang dihasilkannya. Secara sederhana, interaksi berbagai pihak dalam subsektor kerajinan

    dapat dibagi menjadi empat lingkungan; yaitu lingkungan pembuatan nilai kreatif, pasar, arsip

    serta, dan lingkungan pengembangan. Setelah itu, pada bagian kedua ini juga dijelaskan pihak-

    pihak usaha lain yang terkait dalam hubungan perekonomian. Disini terlihat bahwa subsektor

    kerajinan bisa terpengaruh dan memberikan pengaruh kepada usaha lain.

    Selajutnya di bagian ketiga, dipaparkan mengenai kondisi subsektor kerajinan jika dilihat dari

    indikator ekonomi serta kebijakan yang mempengaruhinya. Dimulai dengan faktanya bahwa

    struktur pasar untuk subsektor kerajinan merupakan berbentuk monopolistik. Lalu terlihatbahwa kerajinan merupakan penyumbang penerimaan domestik bruto ketiga terbesar setelah

    kuliner dan mode. Lalu kerajinan juga mampu memberikan penghidupan melalui penyerapan

    tenaga kerja yang besar juga. Dari sisi aktivitas perusahaan, kerajinan juga bisa menyediakan

    usaha-usaha di Indonesia, walaupun terlihat pertumbuhannya yang melambat. Dan terakhir

    terlihat bahwa konsumsi rumah tangga saat ini akan produk-produk kerajinan menjadi melambat.

    Pada bagian ini juga terlihat daya saing subsektor kerajinan di Indonesia yang masih berjuang

    menjawab tantangan serta meraih potensi di waktu yang bersamaan. Secara keseluruhan subsektor

    ini dirasakan belum optimal bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, khususnya di area

    kualitas produk dan sumberdaya orang kreatifnya.

    Oleh karena itu, di bagian ke-empat dipaparkan visi, misi, tujuan serta sasaran yang akan

    dicapai dalam kurun waktu 2015-2019. Visi yang akan dituju oleh subsektor kerajinan yaitu

    agar mampu bersaing di tingkat internasional dengan tetap memberikan kontribusi bagi seluruh

    rakyat Indonesia. Hal ini kemudian diterjemahkan kedalam tiga misi besar, tujuh tujuan, serta 14

    sasaran strategis yang kemudian di jabarkan kedalam berbagai rencana aksi. Sehingga harapannya

    melalui dokumen ini dapat menghantarkan kemajuan kepada subsektor kerajinan secara khusus,

    dan secara umumnya mampu memberikan arahan yang jelas dalam mengembangkan kegiatan

    ekonomi kreatif di Indonesia.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    15/128

    xiv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    KEKUATAN BARU INDONESIA

    MENUJU 2025

    C

    IJ

    G

    G

    RENCANA AKSI

    JANGKA MENENGAH

    ARSITEKTUR

    2015-2019

    C

    IJ

    G

    G

    C

    IJ

    G

    G

    C

    IJ

    G

    G

    C

    IJ

    G

    G

    C

    IJ

    G

    G

    7

    C

    IJ

    G

    G

    C

    IJ

    G

    G

    2

    C

    IJ

    G

    G

    RENCANA AKSI

    JANGKA MENENGAH

    PERFILMAN

    2015-2019

    C

    IJ

    G

    G

    I

    C

    IJ

    G

    G

    If you fail to plan, you are planning to fail.Benjamin Franklin

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    16/128

    xv

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    17/128

    2 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    18/128

    3BAB 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    BAB 1

    Perkembangan SubsektorKerajinan di Indonesia

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    19/128

    4 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Subsektor KerajinanPemahaman kerajinan sebagai salah satu subsektor dalam ekonomi kreatif adalah penting, karena

    kerajinan berbasis kepada ide dari daya kreativitas seseorang akan pengetahuan, warisan budaya, dan

    juga teknologi yang diketahuinya. Untuk kerajinan sendiri, mayoritas kreativitasnya berbasis budaya.

    Ketika kerajinan bisa menghasilkan keluaran (output) dari pemanfaatan kreativitas, keahlian, dan bakat

    individu untuk menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, dan juga kualitas hidup yang lebih baik,maka bisa dikatakan ia telah menjadi bagian dari industri kreatif. Dimana ia akan memiliki peran yang

    penting dalam ekonomi kreatif karena mampu menggerakan sektor-sektor lainnya yang berkaitan.

    Untuk dapat mengembangkan kerajinan sebagai salah satu subsektor dalam ekonomi kreatif, maka

    pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup subsektor ini adalah mutlak. Berangkat dari

    pemahaman definisi serta ruang lingkup, maka proses selanjutnya untuk melakukan pemetaan

    dan perencanaan perkembangan subsektor ini pun akan menjadi lebih baik dan jelas arahnya.

    etapi proses pemahaman ini mendapat tantangan tersendiri, yaitu pemahaman kerajinan yang

    kontekstual dengan ekonomi kreatif. Di satu sisi kerajinan dilihat sebagai sebuah kreativitasdengan basis seni dan budaya. Di sisi lain, ada sudut pandang tentang kerajinan dari sisi ekonomi

    dan industri kreatif. Hal ini bukan berarti pemahaman yang satu akan lebih baik dari yang lain.

    Pemahaman kerajinan dari sisi seni dan budaya pun bisa berbeda-beda. Apa yang dipahami sebagai

    kerajinan pada satu masyarakat bisa berbeda dengan masyarakat lainnya. Selain itu, sejarah juga

    berperan dalam membentuk definisi sebuah kerajinan. Peristiwa-perisitiwa penting yang terjadi

    di suatu masyarakat akan membentuk proses kreatif yang berbeda jika kita tarik di skala negara-

    negara yang memiliki latar belakang budaya dan sejarah yang berbeda-beda.

    Pada sisi ekonomi dan industri kreatif, pemahaman kerajinan lebih menekankan pada proseskreasi nilai. Nilai disini diartikan bahwa kerajinan itu dihasilkan dengan memiliki kegunaan/

    fungsi dalam kehidupan sehari-hari dan juga memberikan manfaat ekonomis bagi pembuat

    atau penciptanya. Lebih jauh lagi, seperti disebutkan di atas, nilai dari industri kerajinan akan

    terlihat dari penciptaan pekerjaan dan peningkatan taraf hidup individu-individu yang terkait.

    Menyadari adanya dua sudut pandang akan kerajinan, dan melihat keperluan akan pentingnya

    pembuatan dokumen pengembangan dan rencana jangka menengah subsektor ini, maka kita perlu

    menentukan definisi dan ruang lingkupnya dengan menyesuaikan kepada budaya serta proses

    pembuatan nilai untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Diharapkan dengan pemahaman

    definisi dan ruang lingkup yang kontekstual ini, maka potensi dan pengembangan subsektorkerajinan dapat semakin jelas menjaga tradisi akan produk kerajinan yang berkontribusi terhadap

    perekonomian Indonesia.

    1.1.1 Definisi Subsektor KerajinanPemahaman definisi dalam buku ini akan dibagi menjadi dua pendekatan. Dimulai dari

    pemahaman definisi etimologis, yaitu dengan memahami arti sebuah kata berdasarkan asal

    katanya. Hal ini dilakukan dengan menelusuri perubahan bentuk dan makna kata seiring

    berjalannya waktu. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembahasan definisi secara konseptual. Di

    bagian ini kita akan melihat kerajinan sesuai dengan teori-teori yang berkaitan dengan kerajinan.

    Kemudian ditutup dengan kesimpulan definisi tentang subsektor kerajinan.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    20/128

    5Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    Jika kita lihat padanan kata kerajinan dalam bahasa Inggris, maka akan kita temukan kata

    craft. Berasal dari kata crft (bahasa Inggris kuno) yang merupakan serapan dari bahasa Jerman,kata ini memiliki arti kekuasaan, kekuatan fisik, keahlian. Hadir juga dalam bahasa Belanda,

    yaitu kracht dan juga bahasa Swedia kraft yang memilki arti kekuatan. Kata craft inikemudian dalam bahasa Inggris berkembang dalam pemahamannya, yaitu dari keahlian, seni,

    ilmu dan talenta, hingga ke perdagangan, kerajinan tangan, panggilan dan sesuatu yangdibuat atau dibangun.1

    Sekarang kita melihat asal kata kerajinan dalam bahasa Indonesia. Kata kerajinan berasal dari

    kata rajin yang berarti suka bekerja, getol, dan sungguh-sungguh bekerja. Ia mendapatkan

    awalan ke dan akhiran an yang kemudian menjadi kata benda yang berarti barang yang

    dihasilkan melalui keterampilan tangan seperti tikar, anyaman, gerabah, dan sebagainya. Selain

    itu, ada juga istilah yang sering dipakai untuk kata kerajinan, yaitu kriya. Kata ini memiliki

    arti pekerjaan (kerajinan) tangan.2

    Dalam konteks asal kata di negara-negara Eropa dengan yang ada di Indonesia, bisa dikatakan bahwakerajinan atau kriya memiliki pengertian yang mirip. Di Eropa, kerajinan dipahami sebagai sesuatu

    penguasaan keahlian dalam berkreasi. Sedangkan di Indonesia kerajinan dipahami bahwa sebagai

    suatu barang yang dihasilkan akibat proses pekerjaan yang terus menerus (menjadi semakin ahli

    dalam berkreasi). Dalam terjemahan kerajinan dan kriya masuk juga unsur kata tangan. Maksudnya

    tangan di sini adalah sebagai simbol dari kerajinan manual. Lebih jauh lagi yaitu bahwa dalam

    perjalanan sejarah kreasi barang kerajinan, individu-individunya banyak yang mengerjakannya

    dengan menggunakan tenaga tangan. api, seiring perkembangan zaman dan teknologi, tidak

    jarang individu tersebut juga menggunakan bantuan teknologi dan mesin dalam berkreasi barang

    kerajinan dan tidak melupakan koordinasi anggota tubuh yang lain (seperti mulut, kaki, dan lain-lain).

    Walaupun bisa dikatakan mirip, tetapi terdapat perbedaan mengenai pemahaman istilah kata

    kerajinan dan kriya. Seni kriya berasal dari kata Sanskerta yaitu kr yang berarti mengerjakandan dari akar kata tersebut berubah menjadi karya, kriya, dan kerja. Menurut Haryono (seperti

    dikutip oleh Parta, 2009), kata kriya ini memiliki arti khusus yaitu mengerjakan sesuatu untuk

    menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni. Pemahaman ini senada dengan pendapat Gustami

    (1997) yang mengatakan bahwa seni kriya adalah karya seni yang unik, punya karakteristik di

    mana di dalamnya terkandung muatan-muatan nilai estetik, filosofis, dan sekaligus fungsional.

    Selanjutnya oleh Gustami dikatakan, bahwa dalam mewujudkan karya seni kriya ini didukung

    oleh craftmanshipyang tinggi. Pemisahan kriya dengan kerajinan juga dapat dilihat dari sejarahnya,

    yaitu pada masa kerajaan. Kriya tumbuh dalam lingkungan istana, sedangkan kerajinan tumbuhpada lingkungan luar istana.3

    Sebagai salah satu cabang seni rupa, seni kriya memiliki akar yang kuat, yaitu nilai tradisi yang

    bermutu tinggi. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu, para kriyawan dari keraton menghasilkan

    karya seni dengan ketekunan dan konsep filosofis tinggi. Sehingga memberikan legitimasi pada

    produk seni kriya zaman dahulu.4

    (1) Online etimology dictionary, http://www.etymonline.com

    (2) Kamus Besar Bahasa Indonesia (online), http://kbbi.web.id/rajin ; http://kbbi.web.id/kriya

    (3) Pengertian Kriya, 2009, http://yogaparta.wordpress.com/2009/06/14/pengertian-seni-kriya/

    (4) Seni kriya dan seni kerajinan dalam industri kreatif, Dr. Timbul Raharjo, M.Hum. 2010, http://timbulkasonganblog.blogspot.com/2010/03/seni-kriya-dan-seni-kerajinan-dalam.html

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    21/128

    6 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    Dengan beralihnya dari sistem kerajaan menjadi kenegaraan, maka perbedaan antara karya kriya

    dengan kerajinan menjadi semakin tidak berjarak. Hal ini terlihat dari segi kualitas, karya-karya

    kriya tradisi sudah banyak dibuat dan dipasarkan untuk memenuhi tuntutan pariwisata. Sedangkan

    kerajinan Indonesia banyak yang mendapatkan apresiasi baik di dalam negeri ataupun luar negeri

    dengan permintaan ekspornya. Dengan memiliki spesifikasi teknik, ide, dan pengerjaan yang

    tinggi, maka produk kerajinan di masyarakat sekarang lebih tepat dikatakan sebagai kriya.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui organisasi untuk pendidikan, pengetahuan, dan

    kebudayaan (UNESCO), memiliki kerangka pemahaman sendiri tentang kerajinan. UNESCO

    memulai memahami kerajinan dari pengakuan arti pentingnya tentang ntangible ulturaleritage. Organisasi ini mengakui bahwa istilah warisan kebudayaan tidak hanya terbataspada obyek-obyek monumen dan koleksi barang, tetapi juga warisan dalam bentuk tradisi atau

    cara hidup (intangible/tidak berwujud) yang diwariskan oleh nenek moyang kita dan kemudiankita teruskan kepada generasi selanjutnya. Hal ini contohnya seperti: tradisi berkata-kata, seni

    pertunjukan, praktek sosial, ritual, acara-acara pesta, pengetahuan tentang alam semesta, dan

    pengetahuan dan keahlian untuk menghasilkan kerajinan tradisional.

    Selanjutnya, UNESCO melihat kerajinan dari pemahaman mengenai traditional craftmanshipatau keahlian tradisional. Masih sejalan dengan perlindungan warisan budaya yang tidak berwujud,

    UNESCO melihat bahwa keahlian dalam pembuatan kerajinan adalah lebih penting dibanding

    barang hasil kerajinannya. Mereka merasa bahwa perlu ada usaha-usaha dalam mendorong

    para perajin untuk bisa meneruskan keahlian dan pengetahuan kerajinannya kepada orang lain

    (khususnya kepada anggota komunitasnya). Organisasi ini kemudian menjelaskan cara perajin

    mengekspresikan keahliannya, pengunaan barang-barang hasil kerajinan dan juga keahlian apa

    saja yang dibutuhkan. Seperti dikutip pada bagian berikut ini:

    Tere are numerous expressions of traditional craftsmanship: tools; clothing and jewellery; costumes andprops for festivals and performing arts; storage containers, objects used for storage, transport and shelter;decorative art and ritual objects; musical instruments and household utensils, and toys, both for amusementand education. any of these objects are only intended to be used for a short time, such as those createdfor festival rites, while others may become heirloom that are passed from generation to generation. Te skillsinvolved in creating craft objects are as varied as the items themselves and range from delicate, detailedwork such as producing paper votives to robust, rugged tasks like creating a sturdy basket or thick blanket.5

    Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa kreasi barang kerajinan memerlukan keahlian yang

    kompleks. Mereka (perajin) harus memahami bahan/media berkreasi, kegunaannya, jangka waktupenggunaan, serta tingkat kerumitan yang dituntut dalam berkreasi.

    Dan terakhir, UNESCO memandang kerajinan dari sudut pandang pembuatnya. Berdasarkan

    Simposium UNESCO/IC di Manila, October 1997, organisasi ini mendefinisikan produk

    kerajinan, sebagai berikut:

    rtisanal products are those produced by artisans, either completely by hand, or with the help of handtools or even mechanical means, as long as the direct manual contribution of the artisan remains themost substantial component of the finished product. Tese are produced without restriction in terms of

    (5) Traditional Craftmanship, UNESCO, http://www.unesco.org/culture/ich/?pg=00057

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    22/128

    7Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    quantity and using raw materials f rom sustainable resources. Te special nature of artisanal productsderives from their distinctive features, which can be utilitarian, aesthetic, artistic, creative, culturallyattached, decorative, functional, traditional, religiously and socially symbolic and significant.6

    Dalam kutipan diatas, UNESCO menyebut individu yang menghasilkan barang kerajinan sebagai

    artisan. UNESCO tidak secara langsung mendefinisikan apa itu kerajinan, melainkan memberikanpengertian mengenai apa itu produk kerajinan. UNESCO menyatakan bahwa sebuah produk akandianggap sebagai produk kerajinan jika kontribusi manual dari sang perajin masih merupakan

    komponen terbesar dalam produk akhirnya. Dikatakan juga bahwa hasil kerajinan tidak dibatasi

    secara jumlah dan bahan-bahan. Dengan tidak melupakan fitur unik dari produk kerajinan yaitu

    mulai dari berguna, indah, artistik, kreatif, berdasarkan budaya, dekoratif, fungsional, tradisional,

    hingga bersifat keagamaan dan bersifat sosial secara signifikan.

    Logo UNESCO

    Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (bahasa Inggris: United NationsEducational, Scientific and Cultural Organization, disingkat UNESCO) merupakan badan

    khusus PBB yang didirikan pada tahun 1945. ujuan organisasi ini adalah mendukung per-damaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antarnegara melalui pendidikan,ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yangberlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, hak asasi manusia, dan kebebasan hakiki.

    UNESCO memiliki anggota 191 negara. Organisasi ini bermarkas di Paris, Perancis, dengan 50kantor wilayah serta beberapa institut dan pusat di seluruh dunia. UNESCO memiliki lima programutama yang disebarluaskan melalui: pendidikan, ilmu alam, ilmu sosial & manusia, budaya, sertakomunikasi & informasi. Proyek yang disponsori oleh UNESCO termasuk program baca-tulis,teknis, dan pelatihan guru; program ilmu internasional; proyek sejarah regional dan budaya, promosikeragaman budaya; kerja sama persetujuan internasional untuk mengamankan warisan budaya danalam serta memelihara HAM; dan mencoba untuk memperbaiki perbedaan digital dunia.

    Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Pendidikan,_Keilmuan,_dan_Kebudayaan_PBB

    Selain itu, Risatti (2007), dalam bukunya Teory of raft mendeskripsikan bahwa kerajinanmemiliki fungsi pencampur nilai-nilai manusia dan cara berekspresi dengan melewati batas

    budaya, ruang, dan waktu. Risatti juga menambahkan bahwa kerajinan harus bisa mewakili

    perannya di masyarakat modern atau dia akan kalah dibandingkan seni dan desain, serta satu-

    satunya pendekatan untuk memahami dunia akan hilang.

    (6) UNESCO, http://portal.unesco.org/culture/en/ev.php-URL_ID=35418&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    23/128

    8 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    raft as uniquely blending function with a deeper expression of human values that transcend culture,time, and space. raft must articulate a role for itself in contemporary society, says isatti; otherwise itwill be absorbed by fine art or design, and its singular approach to understanding the world will be lost.7

    Dengan mengacu pada pemahaman akar kata dan juga konseptual di atas, maka dapat disimpulkan

    bahwa yang dimaksudkan sebagai kerajinan (kriya) adalah

    Kerajinan (Kriya) merupakan bagian dari seni rupaterapan yang merupakan titik temu antara seni dandesain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide

    kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni,produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta

    dapat dikelompokkan berdasarkan material daneksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga daritematik produknya.

    Sumber:Focus Group Discussionsubsektor kerajinan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (MeiJuni

    2014).

    Kata kunci dari definisi tersebut adalah:

    1. Seni rupa terapan adalah berupa bentuk gabungan dari berbagai aspek yang melingkupi

    seni, desain, dan kerajinan (kriya).

    2. Warisan tradisi adalah sesuatu yang yang diteruskan dari generasi ke generasi baiktertulis maupun (sering kali) lisan.

    3. Kontemporer adalah memiliki nilai kekinian dan adanya pengaruh modernisasi.

    4. Fungsionaladalah memiliki fungsi khusus dan memberikan solusi atas kebutuhan atau

    permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

    5. Dekoratifadalah memiliki efek dekorasi.

    6. Material dan eksplorasi alat teknikadalah bahan baku yang digunakan serta teknik

    produksi dari bahan baku yang digunakan tersebut, misalnya: ukiran kayu; pahat logam;

    anyaman bambu, eceng gondok, atau tenun.

    7. Tematik produk adalah jenis produk yang dihasilkan, misalnya: perhiasan,furniture,tekstil, produk dekorasi interior, table ware, dan sebagainya.

    1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Subsektor KerajinanSelanjutnya, dasar yang kuat atas pembahasan juga dimulai dengan pemahaman akan konteks

    atau ruang lingkup. Harapannya dengan pemahaman akan ruang lingkup maka akan memberikan

    batasan-batasan yang jelas akan fokus pengembangan kerajinan dalam konteks pengembangan

    ekonomi kreatif di Indonesia. Subsektor kerajinan bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, bisa

    (7) Risatti, H., 2007., A Theory of Craft: Function and Aesthetic Expression,University of North Carolina Press.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    24/128

    9Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    dari materi yang digunakan, tematik produk, skala produksi dan pelaku kerajinan, hingga tujuan

    penciptaan kerajinan itu sendiri. Dalam perjalanan perkembangan kerajinan di Indonesia, subsektor

    ini bisa dipahami melalui beberapa sudut pandang, yaitu berdasarkan: jenis produk kerajinan,

    bentuk, pelaku, dan skala produksinya, dan bahan dan teknik pengerjaan dari produk kerajinan

    tersebut. Jika ditelaah lebih jauh maka pengelompokkan kerajinan dapat dijabarkan dibawah ini.

    Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Subsektor Kerajinan

    BERDASARKAN

    JENIS BAHAN

    BERDASARKAN

    TEKNIK

    2 Dimensi

    3 Dimensi

    Furniture/

    Interior Product

    Keris

    Lukisan Ukiran

    Relief

    Ukir

    Perhiasaan

    Toys

    Busana Adat

    Kitchenware

    Tableware

    Glassware

    BERDASARKAN

    JENIS PRODUK

    BERDASARKAN

    PELAKUDAN SKALA

    BERDASARKAN

    BENTUK PRODUK

    Batu

    Kayu, Rotan

    Keramik

    Plastik

    Logam

    Serat

    Kertas

    Lainnya Lainnya

    Pahat

    Rakit

    Cetak

    Pilin

    Slabbing

    Tenun

    Batik

    Limited

    Edition Craft

    Individual

    Craft

    KERAJINAN

    Kerajinan

    Desain

    LimitedEdition Craft

    Individual

    Craft

    KerajinanSeni

    Mass Craft

    Fokus Pengembangan Kerajinan

    1. Berdasarkan jenis produknya, maka kerajinan (kriya) dapat dibedakan menjadi art-craftdan craft-design.

    a. rt-craft(kerajinan (kriya)-seni), merupakan bentuk kerajinan yang banyakdipengaruhi oleh prinsip-prinsip seni. ujuan penciptaannya salah satunya adalah

    sebagai wujud ekspresi pribadi.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    25/128

    10 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    b. raft-design (kerajinan (kriya)-desain), merupakan bentuk kerajinan (kriya) yangmengaplikasikan prinsip-prinsip desain dan fungsi dalam proses perancangan dan

    produksinya, dengan tujuan utamanya adalah pencapaian nilai komersial atau nilai

    ekonominya.

    2. Berdasarkan bentuknya, dapat dibedakan menjadi bentuk dua dan tiga dimensi. Bentuk

    dua (2) dimensi, misalnya: karya ukir, relief, lukisan; sedangkan bentuk tiga (3) dimensi,misalnya: karya patung dan benda-benda fungsional (seperti keris, mebel, busana adat,

    perhiasan, mainan,kitchenware, glassware, tableware);

    3. Berdasarkan pelaku dan skala produksinya, dapat dibedakan menjadi mass craft, limitededition craftdan individual craft.

    a. andycraft/mass craft adalah kerajinan (kriya) yang diproduksi secara massal. Pelakudalam kategori ini misalnya perajin (kriyawan) di industri kecil dan menengah (IKM)

    atau sentra kerajinan;

    b. imited dition raft adalah kerajinan (kriya) yang diproduksi secara terbatas. Pelakudalam kategori ini misalnya perajin (kriyawan) yang bekerja di studio/bengkel

    kerajinan (kriya). Dan yang terakhir;c. ndividual raft adalah kerajinan (kriya) yang diproduksi secara satuan (one of a

    kind). Pelaku dalam kategori ini misalnya: seniman perajin (artist craftman) di studio.

    4. Berdasarkan bahan yang digunakan, meliputi: keramik, kertas, gelas, logam, serat, tekstil

    kayu dan sebagainya; dan

    5. Berdasarkan teknik yang digunakan meliputi: teknik pahat (ukir), rakit, cetak, pilin,

    slabing (keramik), tenun, batik (tekstil);

    Berdasarkan penjelasan di atas dan dari hasil wawancara dengan beberapa pelaku usaha kerajinan,

    maka dapat disimpulkan bahwa fokus pengembangan kerajinan dalam konteks industri kreatif,meliputi: kerajinan seni (art-craft) dan juga kerajinan desain (craft-design).

    1.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan

    1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan DuniaBerbagai bukti menunjukkan bahwa industri kerajinan tangan memiliki sejarah yang panjang. Kerajinan

    muncul pertama kali di zaman batu. Pada zaman tersebut, berbagai peralatan hidup manusia mulai dari

    tombak untuk berburu binatang dan alat-alat masak seperti piring terbuat dari batu. Secara perlahan

    dan seiring kemajuan yang diperoleh manusia, maka mereka mulai memanfaatkan bahan-bahan alamseperti tanah liat, kayu, biji besi, tembaga, sutra, dan bulu-bulu binatang, serta serat tanaman. Oleh

    karena itu, industri kerajinan memiliki sejarah yang panjang dan berumur lebih dari 4000 tahun.

    Menurut para ahli, era enaissanceatau pembaharuan sangat berpengaruh bagi kesempurnaanseni kerajinan tangan. Di dunia Barat, sejarah mencatat bahwa perajin ini cenderung tinggal di

    daerah perkotaan dan membentuk asosiasi/perkumpulan. Mereka biasanya memiliki tingkat

    pendidikan yang tinggi dan kelas sosial yang baik. Pendidikan tinggi tersebut dimiliki karena

    tuntutan profesi dan juga secara tetap melakukan kegiatan pertukaran barang. Berbeda dengan

    petani yang bisa memenuhi kebutuhan pokoknya secara sendiri, perajin harus bergantung pada

    pertukaran barang untuk kelangsungan hidupnya.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    26/128

    11Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    Pada akhir abad ke-19, terjadi reformasi desain dan pergerakan sosial di Eropa, Amerika Utara

    dan juga Australia. Pergerakan ini juga mengakibatkan pergerakan di area seni dan kerajinan.

    Salah satu tokoh yang mendukung pergerakan ini yaitu William Morris dan John Ruskin yang

    berpendapat bahwa masyarakat Eropa di saat sebelum masa industri, telah mencapai taraf hidup

    yang memuaskan melalui proses kreatif dari produk kerajinan. Hal ini mereka bandingkan

    dengan pengaruh masa industri yang memberikan pengaruh kurang baik kepada hidup mereka.

    Bermula di tahun 1850-an, ketika sekelompok individu dari Universitas Oxford yaitu William

    Morris, Edward Burne-Jones, dan beberapa temannya dari Pembroke College (nantinya mereka

    dikenal sebagai Kelompok Birmingham) berkumpul dan membentuk visi mengenai keindahan

    dan sosial dari pergerakan seni dan kerajinan. Walaupun pada masa ini Morris bisa dikatakan

    tidak tertarik pada politik, tetapi ia dan kelompok Birmingham merasakan langsung masyarakat

    industri dan menggabungkan rasa cintanya terhadap karya literatur roman dari ennyson, Keats

    dan Shelly dengan komitmen yang kuat akan reformasi sosial yang mendasar serta besar. Pada

    tahun 1855, kelompok ini menemukan sebuah artikel tulisan John Ruskin yang mengulas tentang

    seni dari re-aphaelites(yaitu membedakan antara masa sebelum zaman industri yang memukaudengan masa budaya kontemporer yang kasar). anpa disadari, kelompok ini sudah membentuk

    persaudaraan yang memperjuangkan aktivitas-aktivitas literatur dan seni. Bahkan mereka memiliki

    istilah tersendiri atas aktivitasnya, yaitu perang suci terhadap zaman (yang merusak seni) itu.

    John Ruskin William Morris

    John Ruskin(8 February 181920 January 1900) adalah kritikus utama seni dari era victoria, iajuga dikenal sebagai penyokong seni, ahli menggambar, pelukis cat air, seorang pemikir sosial, dandermawan. Ruskin menghasilkan berbagai macam karya tulis, mulai darigeologi, arsitektur, mitos,pendidikan, hingga ekonomi politik. aya penulisannya juga bervariasi, dari puisi, materikuliah,pedoman perjalanan bahkan dongeng. Dalam semua karya-karya tulisnya, beliau menekankanpada hubungan antara alam, seni dan masyarakat.Dia juga membuat sektsa yang cukup rincimengenai tanaman, burung-burung, pemandangan, struktur arsitek, dan juga barang hiasan.

    William Morris (24 March 18343 October 1896) adalah seorang perancang tekstil, penyair, penulisnovel, penerjemah, danjuga aktivisyang mendukung paham sosialis.ebagaikontributor utama dalamkebangkitan produksi seni tekstil tradisional dan metode produksi di Inggris, beliau tercatat dalamsejarah sebagai bagian dari pergerakan seni dan kerajinan.emiliki latar belakang pendidikan tinggisebagai arsitek, selanjutnya dia mendirikan perusahaan di bidang dekor interior dengan rekan-rekannya.elain itu ia sukses dalam merancang karpet,wallpaper, mebel dan kaca patri untuk jendela-jendela.

    Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/John_Ruskin ; http://en.wikipedia.org/wiki/William_Morr is

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    27/128

    12 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    Awalnya Morris & Burne-Jones akan bergabung kepada persaudaraan tersebut, tetapi mereka

    memilih berkarir dahulu, yaitu Morris sebagai arsitek dan Burne-Jones sebagai pelukis. Pada awal

    tahun 1856, Morris bergabung ke arsitek Gothic revival di G.E.Street, dan bertemu pada teman

    arsiteknya, Phillip Webb. Dari sinilah, mereka mulai mencoba-coba mengukir batu, kayu dan

    bordir, kerajinan dengan logam, dan konsep-konsep pencahayaan. Sedangkan Burne-Jones menjadi

    muridnya pelukis masapre-aphaelite, Gabriel Rossetti. Morris dan Burne-Jones kemudian ditahun 1856 pindah ke Bloomsbury. Disinilah kelompok Birmingham menulis artikel tentangpolitik di ranah seni untuk Te xford and ambridge agazine,plus disini juga Morris memulaimendesain mebel dan interior. Prinsip radikal dari Morris saat itu adalah dirinya berperan serta

    dalam proses desain dan juga pembuatan dari seluruh produk mebel dan interiornya. Pendapat

    senada juga di luncurkan oleh Ruskin. Ia merasa bahwa pemisahan kegiatan intelektual desain

    dari kegiatan kreasi yang dilakukan secara manual/fisik adalah merusak tataran sosial dan

    keindahan. Oleh karena itu, Morris menyatakan bahwa dia perlu menguasai teknik dan material

    produksi baru kemudian melanjutkan ke pekerjaan di bengkelnya. Morris berpendapat bahwa

    tanpa martabat, maka pekerjaan kreatif yang dilakukan akan terputus dari kehidupan itu sendiri.

    Ide Morris ini terus menyebar pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Hasilnya, banyak

    asosiasi dan juga komunitas yang terbentuk dengan dasar pemikirian Morris. Di Inggris sendiri,

    antara tahun 1895-1905, telah berdiri organisasi seni dan kerajinan sebanyak 130 buah. Selain itu,

    di tahun 1885 irmingham chool of rtmenjadi sekolah terkemuka untuk seni dan kerajinan.Dalam dunia pendidikan, bisa dikatakan bahwa ide-ide dari Morris telah diadopsi dan masuk

    ke dalam filosofi pendidikan di akhir tahun 1880-an.

    Pergerakan seni dan kerajinan ini pun menyebar ke Irlandia dan Skotlandia. Salah satu perajin

    yang terkenal dengan kerajinan kacanya adalah Harry Clarke dan Evie Hone. Kerajinan Kaca

    tersebut bisa dilihat dalam ornamen pada desain arstitek kapel Honan, di University College Cork.Motif yang mirip pun banyak terlihat pada karya kerajinan perak, permadani, ilustrasi di buku,

    dan juga mebel ukiran. Di Skotlandia, pergerakan ini juga terlihat pada hasil kerajinan kaca di

    tahun 1850-an dengan tokohnya James Ballantine. Karyanya menempati salah satu jendela di

    gereja Dunfermline Abbey dan juga di Katedral St.Giles di Edinburgh.

    Di Amerika Serikat, pergerakan seni dan kerajinan ini terasa pertama kali di Chicago pada tahun

    1897. Para pekerja seni di Amerika Serikat sendiri berusaha untuk menyesuaikan pemahaman gaya

    seni dan kerajinan tersebut untuk negaranya. Ide-ide mengenai hal tersebut disebarkan melalui

    jurnal, koran, dan kuliah-kuliah umum ke masyarakat. indak lanjut konkrit dari penyebaran ide

    tersebut adalah sebuah pameran. Pameran Te 1st

    American Arts & Crafts Exhibition berlangsungdi Boston pada April 1897. Suksesnya pameran ini kemudian membuahkan satu asosiasi Te

    Society of Arts and Crafts (SAC). Para pendirinya mengklaim bahwa mereka memiliki kepeduliandi luar penjualan semata, dan menekankan kepada pengembangan perajin agar bisa menghasilkan

    kualitas desain dan karya.

    Pergerakan seni dan kerajinan ini juga menyebar ke negara-negara lain. Seperti di Belgia pada tahun

    1890 terinspirasi gerakan di Inggris, maka kemudian beberapa seniman dan arsitek membentuk

    kelompok La Libre Esthetique. Lalu di Jerman, juga terbentuk asosiasi serupa pada tahun 1898. Di

    Austria, Finlandia, Hungaria, dan Islandia terlihat juga karya-karya yang terinspirasi pergerakan

    ini. Sampai di Jepang, di tahun 1920, Yanagi Soetsu juga menunjukkan minatnya pada ide-ideyang dicetuskan Morris dan Ruskin.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    28/128

    13Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    Dari perjalanan di atas, bisa dilihat bahwa pada akhir abad ke-19 tersebut, di dunia Barat ada

    dua pendekatan kepada kerajinan. Pertama, yang dicetuskan oleh Ruskin & Morris, yaitu

    kerajinan tidak membutuhkan mesin dan penggunaannya hanya akan membuat penurunan

    kualitas hidup perajin dan masyarakat. Dan yang kedua, yang mengatakan bahwa mesin dapat

    memperbaiki kualitas karya dan perajinnya. Pada akhirnya, bahkan Morris bersikap rasional

    dan mengatakan bahwa selama mesin-mesin tersebut bisa meningkatkan kualitas karya dankualitas hidup pembuatnya, maka ia bisa menerima. Hal ini bisa dipahami, karena ditakutkan

    dengan hadirnya mesin manufaktur pada area seni dan kerajinan, bisa mengurangi craftsmanship/keahlian dari sang pembuat.

    Sejak revolusi industri, (1750-1850) kerajinan pun telah melewati perubahan struktural yang besar.

    Akibat adanya industri besar yang memiliki jumlah produksi massal, maka dengan sendirinya

    ada perajin yang membatasi pemasarannya pada segmen pasar yang tidak terlayani oleh industri

    besar. Segmen ini adalah kelompok konsumen yang tidak menginginkan barang produksi massal.

    Dampak lainnya adalah perajin sekarang juga memanfaatkan beberapa materi bahan produknya

    dari komponen atau material setengah jadi. Hal ini dilakukan untuk memenuhi perkembangankeinginan dari konsumennya.

    Istilah kerajinan tangan pada masa itu dipahami memiliki dua arti. Pertama, sebagai sebuah

    produk dari usaha seorang seniman yang memerlukan pengetahuan khusus, mungkin pengetahuan

    teknikal dalam pengerjaannya atau peralatan khusus dalam memproduksinya, lalu mempekerjakan

    pekerja manual, dapat diakses oleh masyarakat umum, dan dibuat dari material yang diluar tradisi

    seperti keramik, kaca, kain, logam, dan kayu. Kedua, benda kerajinan tangan bisa dipahami

    menjadi barang seni. Hal ini khususnya ketika barang tersebut berada di museum atau dipajang

    di dalam rumah konsumennya.

    Perajin kaca hias di PerancisSumber: Alexis Lecomte, Ministre de la Culture - France, http://www.unesco.org/culture/ich/?pg=00057

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    29/128

    14 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    Di Amerika Serikat (AS) industri ini mulai berkembang pesat pada tahun 1940-an. Walaupun

    faktanya masyarakat Amerika Serikat telah membuat dan menjual produk kerajinan tangan

    sejak lama, tetapi meningkatnya industri kerajinan tangan yang dikenal sekarang dimulai sejak

    berkembangnya industri pemasok barang-barang kerajinan di tahun 1940-an. Industri ini bermula

    di wilayah Barat AS yang kemudian dalam 10 tahun setelahnya mulai menyebar secara luas ke

    wilayah lain. Penyebaran ini juga disebabkan meningkatnya penjualan buku-buku teknis yangmembahas mengenai cara pembuatan kerajinan tangan.

    Pada tahun 1960-an majalah yang menyasar perajin dan pelaku hobi, pertama kali diterbitkan.

    Selain itu, terbit juga majalah yang membahas tentang teknik kerajinan dan jenis-jenis seni baru,

    serta muncul buku tentang pola dan materi pasokan untuk kerajinan. Pada waktu yang sama,

    perhatian media menyoroti industri ini ketika penerbit dan produsen barang kerajinan dan hobi

    mulai marak melakukan pameran atas barang-barang kerajinannya.

    Perhatian secara nasional mulai tertarik kepada pameran dan ribuan perajin ketika proyek

    tentang cara membuat kerajinan muncul di acara televisi. Untuk membantu usaha para perajinmaka dibentuklah asosiasi dan organisasi untuk kerajinan dan seni. Pada pertengahan tahun

    1970-an, sebuah hasil survei nasional menunjukkan hasil bahwa 2 dari 3 orang Amerika Serikat

    telah berpartisipasi di bidang kerajinan dan seni, dan diperkirakan masih banyak lagi orang yang

    akan ikut membuat kerajinan. Di masa itu juga disaksikan banyak dibukanya toko-toko pasokan

    bahan-bahan kerajinan, penerbit yang menerbitkan buku-buku tentang kerajinan serta suksesnya

    majalah-majalah yang ditujukan bagi konsumen barang kerajinan.

    Awal 1980-an menjadi saksi bagaimana menjamurnya acara televisi mengenai kerajinan dan

    suksesnya penjualan boneka Cabbage Patch. Kedua hal tersebut menambah perhatian kepada

    industri kerajinan. Alhasil, semakin banyak pameran seni dan kerajinan digelar. Selain itu, toko-toko yang menjual produk kerajinan juga banyak bermunculan, bahkan tidak jarang ada yang

    berumur pendek dan tutup. Saat inilah dirasakan bahwa perajin dan pemilik toko kerajinan

    membutuhkan pengetahuan akan pengelolaan sebuah bisnis agar sukses dan berkelanjutan. Di

    tahun 1979 terbitlah sebuah buku karangan Brabec, reative ash yang merupakan salah satubuku yang membahas topik mengenai cara menjual barang seni dan kerajinan. Buku ini dirasakan

    penting untuk para individu yang ingin mencapai sukses sebagai wiraswasta di bidang kerajinan.

    Variasi boneka Cabbage Patch

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    30/128

    15Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    Cabbage Patch Kids adalah produk boneka yang diciptakan oleh mahasiswa seni Xavier Robertsdi tahun 1978. Aslinya boneka ini bernama little people.Boneka ini awalnya dibuat dari kaindan dijual pada pameran kerajinan lokal, yang selanjutnya dijual di Babyland General Hospitalin Cleveland, Georgia. Boneka ini sempat menjadi mainan paling populer di tahun 1980 danmenjadi boneka dengan sejarahfranchisepaling lama di America.

    Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Cabbage_Patch_Kids )

    Hal yang menarik terjadi di tahun 1980-an, yaitu terjadinya pembeliaan komputer oleh konsumen

    rumah tangga. Mereka tidak membeli komputer untuk permainan, tetapi untuk menjalankan

    bisnisnya dari rumah. Hal ini menarik karena para seniman dan perajin sudah memulai model

    pekerjaan ini lebih dahulu 1 dekade. Sebab dari itu semua perubahan massal ini adalah teknologi

    komputer, sehingga muncul revolusi work-at-homedi tahun 1990-an. etapi tidak dapat dipungkiribahwa bisnis seni dan kerajinan lah yang pertama mengaplikasikannya.

    UNESCO, sebuah organisasi internasional yang memiliki visi global akan peran sosial-budaya dan

    ekonomi dari kerajinan di masyarakat, telah berusaha untuk membuat kegiatan yang seimbang,

    jelas dan fokus kepada subsektor kerajinan ini. Dukungan dari organisasi dunia UNESCO

    kepada dunia kerajinan banyak diwujudkan melalui berbagai penghargaan, seperti UNESCO

    Craft Prize yang di anugerahkan dari tahun 1990-2005.

    Selain itu, juga sejak 2001 dengan pengenalan penghargaan UNESCO Award of Excellence for

    Handicraft. Dengan tidak melupakan kegiatan komersialisasi dari produk kerajinan di pasar

    internasional. Dalam hal ini, berbagai aktivitas pendukung pengembangan kerajinan dilakukan

    seperti pelatihan dan pameran kerajinan internasional (di luar negara asal perajin) baik di markasUNESCO atau di pameran internasional lainnya. Maksud dari kegiatan-kegiatan UNESCO dalam

    mengundang berbagai pihak yang memiliki kepentingan kepada kerajinan adalah untuk memastikan

    bahwa subsektor kerajinan layak untuk mendapatkan prioritas dalam rencana pembangunan nasional.

    ahun 2000 hingga 2008 industri kerajinan di Amerika Serikat terus menunjukan perkembangan.

    Hal ini ditambah dengan adanya internet yang mempermudah perajin individual dalam mencari

    pembeli di internet yang menginginkan karya seni dan produk kerajinannya. Dari sisi pemasok

    barang kerajinan juga semakin dimudahkan dengan banyaknya permintaan dari para perajin

    yang mencari material bahan untuk karyanya.

    etapi tahun 2009 hal itu berubah. Kedua belah pihak, konsumen ataupun pemasok terpukul

    oleh adanya peraturan dari Consumer Product Safety Commission. Komisi ini mengeluarkan

    peraturan mengenai kewajiban uji kandungan timbal pada produk-produk mainan, boneka,

    produk garmen, dan barang-barang untuk anak kecil. Ketika peraturan ini berlaku, akibatnya

    adalah ribuan individual produsen produk-produk tersebut bangkrut. Hal ini karena mereka

    belum sanggup melewati uji kandungan timbal yang mahal sebelum menjual produknya. Selain

    perajin individual, peraturan ini pun memengaruhi ritel modern mazon.comyang kemudianmelarang penjualan ribuan produk di website-nya. Salah satu kabar baiknya, yaitu mainan anak-anak merupakan salah satu segmen saja dalam industri kerajinan di Amerika Serikat. Walaupun

    mereka masih dibayangi oleh pemulihan dari keadaan ekonomi yang sulit akibat krisis, tetapipara perajin masih optimis bisa bangkit seperti mereka telah bangkit dari krisis-krisis yang lalu.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    31/128

    16 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan IndonesiaSejarah kerajinan di Indonesia bisa ditelusuri dari masa prasejarah, masa pengaruh Hindu-Budha

    hingga ke masa pengaruh Islam. itik awalnya kerajinan di Indonesia berkembang pada zaman

    Neolithikum. Di zaman ini, manusia sudah mulai menetap dan tidak lagi mengutamakan berburu

    dan berpindah tempat. Ketika mereka menetap, maka mereka mulai membuat kerajinan tangan.

    Kerajinan tangan yang mereka kembangkan adalah peralatan seperti pakaian, tembikar, dananyaman. Pada masa prasejarah akhir, kriya yang berkembang seperi contoh candrasa (kapak),

    bejana, dan perhiasan. Di masa ini mereka terlihat berkembang dengan mulai munculnya motif

    tertentu di peralatan tersebut. Plus, sudah dikenalnya kerajinan dengan bahan perunggu. Baik

    candrasa dan bejana ditemukan bahwa dilengkapi dengan motif-motif hiasan yang nampaknya

    selain mereka berfungsi pada kehidupan sehari, tapi juga mungkin sebagai simbol kebesaran

    sang pemilik atau digunakan juga di ritual tertentu. Di masa prasejarah akhir ini terlihat bahwa

    keterampilan merek dalam pengecoran perunggu sudah mahir. Ditambah dengan seniman yang

    memulai menghias peralatan tersebut dengan hati-hati (tidak asal-asalan menghias). Pada masa

    pengaruh Hindu-Buddha, yang berkembang adalah kriya wayang kulit. Wayang ini berkembang

    pembuatan tokohnya hingga datangan pengaruh Islam ke Indonesia. Setelah Majapahit runtuh,perkembangan kriya banyak terlihat bergeser ke Bali. Buktinya dari karya patung, pahatan,

    dan lukisan (di materi daun lontar, kain, hingga permukaan langit-langit). Perkembangan seni

    ukiran dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan bahwa seni berperan penting alam menjaga

    keseimbangan dan keselarasan kehidupan. Akibatnya, arca-arca peninggalan masa ini masih

    terlihat indah dan menarik minat banyak orang dari dalam/luar negeri.

    Dengan mulai menetap, manusia mulai membuat perkakas untuk kegiatan sehari-hariSumber: http://yogadesign.wordpress.com

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    32/128

    17Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    Produk-produk kriya ditujukan pada awalnya untuk bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Sehingga

    produk kriya bersifat fungsional seperti untuk kepentingan keagamaan dan kebutuhan manusia sehari-

    hari (perkakas rumah tangga). Sebagai contoh di zaman logam produk kriya seperti perhiasan (gelang,

    kalung, dan cincin) yang dipakai sebagai penghormatan terhadap arwah nenek moyang. Selain itu produk

    yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari contohnya: nekara, moko, candrasa, kapak dan bejana.

    Pada dasarnya, keindahan yang unggul dari kerajinan Indonesia ini, datang dari penyatuan potensi

    lokal dan pengaruh dari budaya luar negeri. Hal ini telah berlangsung melalui migrasi orang-orang

    yang terjadi bertahap dari tahun 2500 sampai 500 SM. Hal lain yang memengaruhi adalah komunikasi

    antarwilayah dan juga transaksi komersial yang terjadi antara penduduk di daratan Asia tenggara

    dengan wilayah Cina enggara (Yunnan) dengan wilayah Vietnam serta Laos. Pengaruh juga datang

    dari perdagangan dengan pedagang India, Cina, Arab, serta Eropa yang telah terjadi sejak lama.

    Dari zaman logam, status kriya berubah ketika masuk agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Agama

    tersebut membawa pengaruh kepercayaan dan juga sistem sosial di masyarakat. erjadinya asimilasi

    pengaruh budaya Hindu-Buddha yang dibawa oleh pedagang dari India dengan kebudayaan diIndonesia di masa itu yang melakukan penghormatan kepada arwah nenek moyang dan roh-

    roh yang ada di alam sekitar. Pengaruh Hindu-Budha juga membawa perubahan sistem sosial

    dengan struktur pemerintahan kerajaan dan sistem kasta (adanya tingkat sosial di masyarakat).

    Sistem sosial tersebut melahirkan kerajaan-kerajaan dengan berdasarkan kepercayaan Hindu. Sebagai

    contoh kerajaan Sriwijaya di Sumatra, kerajaan Kutai di Kalimantan, kerajaan arumanegara di

    Jawa Barat, kerajaan Mataram Kuno di Jawa engah, hingga kerajaan Majapahit di Jawa imur

    yang kemudian meluas pengaruh Hindu-nya hingga ke Bali. Dari pengaruh Hindu-Budha ini

    melahirkan kesenian ukiran dan juga pembuatan patung sebagai perwujudan dewa-dewa. Dengan

    kata lain, seni kriya menjadi konsumsi kaum elit di kerajaan/bangsawan. Sedangkan kerajinanhanya bertumbuh di masyarakat kalangan biasa atau rendah.

    Berbagai kerajinan kain pemenang Award of exellence for handycraft(Saluak Laka Songket Shoulder Cloth,

    Songket, the wave of Nusa Penida, Tenun Songket Sambas, Hand drawn batik cloth, woven cloth with batik)Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    33/128

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    34/128

    19Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    lagi dalam masa industri modern sekarang, kriya menjadi sebuah objek budaya yang diproduksi

    banyak dan diperjualbelikan untuk kepentingan ekonomi. Di masa ini masyarakat telah mengenal

    modernisasi, sehingga seluruh pengerjaan pembuatan benda-benda kriya tidak hanya menggunakan

    tangan, tetapi juga telah menggunakan alat/mesin. Contohnya dalam pembuatan batik, masyarakat

    telah mengenal teknik pembuatan dengan cara cap ataupun dengan sablon printing. Pembuatan

    gerabah, keramik, dan guci pun telah menggunakan cetakan-cetakan yang terbuat dari besi.

    Berbagai kerajinan pemenang Award of Exellence for Handycraft

    (the leaf of life, Incung Kincai Filigree Brooch, Silver Jewellery).

    Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

    Aktivitas pada industri kerajinan di Indonesia sangat kental dengan indigenousskill(keahlian

    lokal) di mana tingkat keterampilan dan karakteristiknya dapat dibedakan berdasarkan lokasiatau daerah di mana indigenousskilltersebut tumbuh dan berkembang. Sehingga masyarakat dankonsumen mengenal batik Cirebon, batik Jogja, patung Bali, mebel Jepara, mebel rotan Cirebon,

    aneka kerajinan asikmalaya, dan lain-lain.

    Berbagai kerajinan pemenang Award of exellence for handycraft

    woven Ulap Doyo fibre, Ulap doyo slippers, table runner from recycled cement sack papers).Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    35/128

    20 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    Proses pemberian lilin malam pada kain batik.

    Batik Indonesia menjadi semakin terkenal setelah memperoleh pengakuan dari United NationsEducational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, IlmuPengetahuan dan Kebudayaan PBB yang memutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia.Pengakuan yang diberikan pada 2 Oktober 2009 lalu menjadi tonggak penting untuk eksistensibatik di dunia internasional. Dalam rentang waktu sangat panjang batik hadir di bumi Nusantara.

    Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna menulis dan titik,yang bermakna titik. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiritidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkandari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda,dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia, percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah sepertioraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yangdipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.

    G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri,Jawa imur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakanalat cantingsehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.

    Adapun detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewikebijaksanaan Buddhis dari Jawa imur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulurtumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yangdapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanyadapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.

    Sementara pada legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin, menceritakanLaksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agarmendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karenatidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya

    kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan dia hanya mampu membawa empat lembar sehinggamembuat sang Sultan kecewa. Kemudian keempat lembar kain tersebut ditafsirkan sebagai batik.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    36/128

    21Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    Dalam literatur Eropa, teknik batik pertama kali diceritakan dalam buku History of Java, London,1817 tulisan Sir Tomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasaNapoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda, Van Rijekevorsel, memberikanselembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam danpada awal abad ke-19. Saat itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan

    di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.

    Kemudian sejak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batikjenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak.Adapun pada batik tradisional yangdiproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.Hugh Clifford merekam industri membatik ini hingga menghasilkan kain pelangi dan kain telepok.

    Dalam sejarah Indonesia, batik kemudian menjadi busana yang dikenakan oleh para tokoh,mulai dari masa sebelum kemerdekaan hingga seka rang. Di awal tahun1980-an, dalamdiplomasi ke luar negeri, Presiden Soeharto mengatakan batik sebagai warisan nenek moyang

    Indonesia, terutama masyarakat Jawa yang hingga kini dikenakan oleh berbagai kalangan danusia. Dengan pengakuan UNESCO dan ditetapkannya Hari Batik Nasional pada 2 Oktobersemakin menempatkan batik tak hanya budaya Indonesia, tapi jati diri dan indentitas bangsa.

    Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/10/02/110518313/Ini-Sejarah-Panjang-Batik-Indonesia

    Dalam dunia pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui konsorsium kurikulum

    seni menetapkan bahwa istilah kerajinan diganti dengan kriya. Hal ini dipandang sebagai

    usaha untuk mengangkat kriya dari hanya sebagai artefak, tapi juga bisa tampil kembali menjadi

    seni yang terhormat dan bisa mengikuti perkembangan zaman. Seiring dengan perkembanganzaman, maka praktek seni kriya yang awalnya berorientasi fungsional, kini mengalami pergeseran

    orientasi penciptaan, termasuk untuk menjadi sebuah seni. Alhasil munculah kategori-kategori

    dalam dunia kriya (kerajinan) yaitu kriya seni dan kriya desain.

    Kriya kayu, dalam bentuk Jam tangan.Matoa SumbaSumber: http://matoa-indonesia.com/index/

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    37/128

    22 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    Saat ini kriya (kerajinan) dihadapkan pada dua kenyataan, yaitu agar dapat menjaga tradisi dan

    juga bisa beradaptasi. Kriya (kerajinan) diharapkan bisa menjaga dan mempertahankan nilai-nilai

    lokal (tradisi) dan di sisi lain bisa mengikuti perkembangan dan pergerakan seni rupa (visual art).Upaya ini sebenarnya sudah digiatkan terutama dalam seni keramik hadirnya nama F. Widayanto,

    atau Hildawati. Selain itu juga sedang diintensifkannya pewacanan oleh kritikus kriya seperti

    Asmudjo dan Agus Mulyadi (di Bali). Hal ini sebagai sebuah usaha memacu perkembangan senikeramik di Indonesia. Selain medium keramik kriya mempunyai lingkup yang cukup luas, meliputi

    kayu, batu, logam, dan serat (tekstil). Seni ukir (kriya) kayu nampaknya belum mendapatkan

    perhatian yang serius terutama dalam hal pewacanaan, baik dari kritikus maupun senimannya

    sendiri. etapi faktanya, bidang seni ini telah menggairahkan perekonomian di Bali khususnya

    yang berbasis pada pariwisata budaya. Salah satu institusi yang sampai saat ini masih dengan

    setia mengembangkan kriya kayu adalah ISI Denpasar di samping ISI Yogyakarya, IB, IKJ,

    dan SSI yang tersebar di beberapa kota di tanah air (Yoga Parta, 2010)

    F. Widayanto saat ini adalah seniman keramik paling terkenal di Indonesia dengan hasil karyayang original dan unik. Perhatian ke detail merupakan salah satu ciri khas di setiap karyanya.Untuk dekorasi karya keramiknya, F. Widayanto memberikan elemen flora dan fauna. Dalamberkarya, dia pasti mengeluarkan karakter dan tekstur dari tanah liat yang digunakan.

    Untuk melengkapi karyanya, dia juga menggunakan materi kayu rotan, bambu, tali, dan logam.Hal ini pun terbukti sukses memberikan kesan bahwa ada hubungan yang harmoni antaratanah liat dan materi-materi lain.

    Semua karya F. Widayanto adalah buatan tangannya, dari mulai proses membentuk, mende-kor, hingga glazing. Hal ini untuk menjamin bahwa tidak ada dua hasil karya yang sama. Dansemua produk yang dibuat oleh F. Widayanto merupakan karya individual, dan disinilah letakdari daya tarik terbesarnya.

    Sumber:http://www.fwidayanto.com

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    38/128

    23Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    Walaupun kerajinan dikatakan sebagai sumber inspirasi yang kemudian berpengaruh kepada

    perubahan dan penciptaan, kenyataannya sekarang kerajinan dihadapi pada tantangan kehidupan

    modern, khususnya isu pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan. Produksi

    kerajinan di konteks ini dikatakan untuk melayani konsumen eksternal, yaitu kelompok konsumen

    yang berada di luar dari kelompok masyarakat yang memproduksi. Praktek produksi ini terlihat

    jelas pada area produksi kerajinan di daerah urban atau daerah tujuan wisata, seperti Parapat,Bukittinggi, Bali, Yogyakarta, dan Jakarta.

    Proses menenun kain Ulosuntuk di ekspor ke Eropa & Amerika

    Sumber: http://www.antaranews.com/en/news/89062/batak-ulos-marketed-to-europe-america. Foto: Fanny Octavianus

    Disini kita lihat bahwa ada dua konteks pemahaman tradisi yang berjalan bersama ke dalam produksi

    kerajinan masa kini. Produksi ini sebagai simbol akan keberlanjutan budaya dan perubahan, yang

    juga mewakili masyarakat Indonesia yang sedang berubah menyambut kemajuan dengan tidak

    melupakan adatnya. Sekarang kita lihat keberadaan dan produksi kerajinan Indonesia dihadapkan

    pada fenomena dua sisi. Di satu sisi, kerajinan menunjukkan semangat untuk meneruskan tradisidan membuktikan nilai-nilai mulia tradisi itu sendiri. Sedangkan disisi lain, menunjukkan

    produksi kerajinan yang dipengaruhi keadaan sosial saat ini, seperti kepentingan permintaan

    konsumen dan tuntutan gaya hidup modern.

    Semua hal di atas, pada akhirnya terhubung kepada hubungan sistemik antara produksi, distribusi,

    dan konsumsi secara baru, yang berpengaruh kepada perubahan kualitas dan kuantitas dalam

    aspek keindahan, teknis dan fungsional. Kecenderungan ini terlihat pada daerah produsen

    kerajinan di Indonesia. Hal ini khususnya terlihat di daerah pusat kunjungan wisatawan dan

    memiliki akses langsung ke dunia luar, seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lombok, dan

    sebagian dari Kalimantan dan Papua.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    39/128

    24 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    Setiap kecenderungan tersebut menyebabkan produksi kerajinan Indonesia bergerak ke arah

    produksi dengan perbedaan yang luas dan juga beragam. Di samping itu, tidak terlepas juga bahwa

    kerajinan yang berangkat dari nilai-nilai tradisi akan terkena pengaruh dari nilai pembaharuan,

    khususnya di aspek tampilan.

    Produk kerajinan tangan Indonesia tercipta dari kekayaan yang sangat beragam, sebagai hasil dariratusan keahlian dari suku yang berbeda-beda dari berbagai pulau. Hal ini nampak dari berbagai

    variasi material yang digunakan, teknik, ukuran, dan juga fungsi yang yang dapat ditemukan di

    berbagai sudut Nusantara. Banyak kerajinan tangan yang dibuat sebagai buah dari tradisi yang telah

    ada selama ratusan tahun di sebuah komunitas, ada juga kerajinan yang hampir punah. Sehingga

    bisa dikatakan bahwa keunggulan kerajinan Indonesia terletak khususnya pada keindahan yang

    diturunkan. Hal ini muncul tidak hanya dari keahlian dan baiknya hasil kerja perajin, tapi juga

    kreativitas dan sensitivitas yang telah turun dalam penggunaan material, dalam bentuk gaya,

    warna, tektsur, dan dalam penampilan yang beragam dan harmoni dalam ukuran dan bentuk.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    40/128

    25Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

    Gambar 1 - 2 Sejarah Perkembangan Kerajinan di Indonesia

    Prasejarah akhir

    masyarakat mulai bercocok tanam, dan membuat

    perkakas untuk kehidupan sehari (kapak, bejana, nekara)

    MASA HINDU BUDHA

    masuknya pengaruh dari India dan terbentuknya

    kerajaan-kerajaan di Nusantara

    MASA ISLAM

    ABAD XV

    terjadilah pergeseran nilai seni kerajinan dari benda

    upacara menjadi benda pakai dengan pertimbangan ekonomi

    1948 berdirinya GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia)

    1958 Pusat Penelitian Batik didirikan di Yogyakarta

    1990 Iwan Tirta mengeluarkan koleksi perhiasan

    Nusantara (perhiasan dengan motif batik)

    1991 - istilah kriya seni muncul di festival kesenian Yogyakarta III

    1999 - Inacraft pertama kali muncul dan semakin

    berkembang hingga sekarang

    2001 Iwan Tirta juga mengeluarkan barang pecah belah dengan corak batik

    2002 masih dengan corak batik, Iwan Tirta mengeluarkan benda-benda perak ukiran

    2003 pengakuan dari UNESCO ak an wayang sebagaiMasterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanit

    2005 pengakuan UNESCO akan Keris dari Indonesia, sebagai

    karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia

    2009 - pengakuan UNESCO akan Batik sebagai warisan pusaka dunia

    2013 - Biennale Desain dan Kriya Indonesia pertama

    1960

    -mulai seringnya pergelaran busana batik di ruang publik-Munculnya gaya Indonesia Raya, yaitu dengan kesadaran

    desain-desain daerah lain di Indonesia

    1900-

    sekarang

    1900-

    sekarang

    MASA MODERN

    1942 pengaruh perang dunia ke-2, dalam motif batik:

    gaya Hokokai (dengan kuntum bunga sakura), gaya Pagi Sore,

    gaya Terang Bulan

    1950

    -Bung Karno mengusulkan adanya Batik nasional Indonesia.

    -Penggunaan kain Batik yang luas (hiasan, taplak, dll), muncul

    teknik cap untuk membatik

    -Kebangkitan nasionalisme, menciptakan gaya Tiga Negeri

    ABAD

    viii - x

    masehi

    2000

    sebelum

    masehi

    kriya menjadi sebuah objek budaya yang diproduksi banyak dan

    diperjualbelikan untuk kepentingan ekonomi

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    41/128

    26 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    42/128

    27BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

    BAB 2

    Ekosistem danRuang LingkupIndustri SubsektorKerajinan Indonesia

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    43/128

    28 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    2.1 Ekosistem Subsektor Kerajinan

    2.1.1 Definisi EkosistemDalam upaya memahami dan mengenal industri ekonomi kreatif, maka pendekatan dengan

    menggunakan pemetaan ekosistem dipilih. Pada pendekatan ini akan memberikan gambaran

    menyeluruh kondisi ideal dari ekosistem kerajinan. Gambaran menyeluruh ini disarikan berdasarkan

    pada hasil kajian yang sudah dilakukan, dan diharapkan dapat menjadi kenyataaan bagi industrikreatif di Indonesia, khususnya subsektor kerajinan.

    Ekosistem secara umum merupakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara

    segenap komponen yang saling mempengaruhi. Di dalam ekosistem ini terdapat keterkaitan

    antar komponen yang menggambarkan aktivitas di setiap tahapan kreatif dan peran pelaku

    utama yang terlibat di dalamnya.

    Adapun komponen-komponen utama dalam peta ekosistem kerajinan adalah:

    1. Rantai nilai kreatif (creative value chain)

    Dalam rantai nilai kreatif terdapat penggambaran mengenai aktivitas utama, aktivitaspendukung, peranan, dan pelaku yang terlibat di dalamnya, serta keluaran dari setiap

    proses tersebut. Hasil akhir dari kegiatan rantai nilai kreatif kerajinan yaitu barang

    kerajinan dengan berbagai material bahan.

    2. Lingkungan pengembangan (nurturance environment)

    Untuk menjaga kelangsungan dan perkembangan proses penciptaan karya kreatif kerajinan,

    maka diperlukan dukungan dari lingkungan pengembangan (nurturance environment)

    yang terdiri dari aktivitas apresiasi dan pendidikan. Kedua komponen tersebut diperlukan

    untuk regenerasi orang-orang kreatif pada industri kerajinan dan memotivasi orang-orang

    kreatif yang ada saat ini untuk terus berkarya dan meningkatkan kualitas karya yang

    dihasilkannya.

    3. Pasar (market)

    Bagian ini menggambarkan keluaran rantai nilai kreatif kerajinan yang dinikmati oleh

    masyarakat, baik yang menjadi target pasar maupun masyarakat umum yang bukan

    menjadi target dari produk kerajinan. Selain itu sebuah karya kerajinan akan dilihat juga

    oleh penikmat seni, kritikus, pedagang barang-barang kerajinan, hingga perusahaan.

    4. Pengarsipan (archiving)

    Pengarsipan merupakan proses dokumentasi dan penyimpanan karya atau catatan mengenai

    kerajinan tertentu. Idealnya arsip ini dapat diakses dan dimanfaatkan oleh orang-orang

    kreatif kerajinan, wirausahawan, asosiasi, pelaku bisnis, lembaga pendidikan, komunitas,kaum intelektual, dan pemerintah sebagai media pembelajaran dan literasi.

    2.1.2 Peta Ekosistem KerajinanSeperti telah disebutkan sebelumnya, kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

    keahlian kreasi, produksi, distribusi, dan penyajian produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga

    pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. Berikut

    akan diberikan gambaran model ideal interaksi antar komponen yang terjadi pada subsektor

    kerajinan di Indonesia.

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    44/128

    29Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

    A. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain)

    Rantai nilai kreatif (creative value chain) merupakan kunci utama dalam setiap subsektor ekonomi

    kreatif. Disebut kunci karena pada tahap inilah awal dari proses terjadinya penciptaan produk

    kerajinan yang bernilai bagi berbagai pihak. Tahapan dalam rantai nilai subsektor kerajinan terbagi

    ke dalam empat proses, yaitu kreasi, produksi, distribusi, dan promosi. Pada usaha kerajinan di

    Indonesia, mayoritas pengrajin akan melakukan semua aktivitas dalam rantai nilai-nya secarasendiri. Pada perkembangannya saat ini, ada yang mengatakan bahwa pengrajin ini berlaku

    hanya sebagai pelaku di proses produksi dan seterusnya. Sedangkan mulai muncul trendbahwa

    dibagian kreasi ide, lebih dominan dilakukan oleh desainer. Desainer ini pun sekarang semakin

    banyak berasal dari usaha di luar kerajinan tersebut.

    A.1 Proses Kreasi

    Awal dari rantai nilai kreatif adalah tahapan proses kreasi. Aktivitas pada tahap ini menuntut

    kreativitas paling tinggi. Karena di tahap inilah pengrajin dituntut untuk bisa memiliki ide yang

    kemudian akan dibuat menjadi sebuah barang bernilai bagi konsumen serta memiliki kandungan

    seni yang besar. Pihak-pihak yang berperan dalam tahap ini adalah:1. Pengrajin, yang dimaksudkan sebagai pengrajin disini adalah orang yang pekerjaannya

    membuat barang-barang kerajinan atau orang-orang yang mempunyai keterampilan

    berkaitan dengan kerajinan tertentu.

    2. Desainer, adalah seorang individu yang melakukan desain atau merancang sebuah barang.

    Individu ini akan berperan membantu sang pengrajin untuk memberikan masukan

    mengenai rancangan sebuah barang kerajinan. Ada juga pengrajin yang sudah bisa

    melakukan sendiri proses perancangan/mendesain barang kerajinannya sendiri.

    Pelaku-pelaku kreatif tersebut selanjutnya akan berkreasi. Gambar 2-1 memperlihatkan aktivitas-

    aktivitas utama tersebut dan juga hasil keluaran dari proses ini. Aktivitas pertama dimulai daripenciptaan ide. Baik pengrajin maupun desainer akan melalui proses pencarian ide dan inspirasi

    akan produk kerajinannya. Hal ini biasanya tidak terbatas lokasi dan waktu untuk munculnya

    sebuah ide. Aktivitas yang kedua adalah mengkonkritkan ide tersebut dalam sebuah desain/

    rancangan. Rancangan paling dasar biasanya dalam bentuk gambaran kasar atau model dasar

    dari produknya. Dan selanjutnya, aktivitas finalisasi konsep sebuah produk. Di tahap final ini

    para pelaku kreatif kerajinan akan memperhalus konsep produknya, dengan biasanya membuat

    rincian spesifik akan rancangan produk tersebut. Hasil akhir dari proses pertama ini adalah

    sebuah konsep produk kerajinan. Sang pelaku akan memiliki gambaran yang jelas mengenai

    pilihan bahan yang akan digunakan, cara pembuatan hingga kegunaan dari produk tersebut.

    Proses kreatif tidak hanya mencakup kualitas suatu

    barang, tetapi juga harus fokus pada kreativitas

    dalam keberlanjutan usaha, bagaimana cara

    produksi dan penjualannya. Oleh karena itu,

    diperlukan kerjasama yang baik antar industri untuk

    memajukan setiap subsektor kerajinan.

    Sumber:Focus Group Discussionsubsektor Kerajinan, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Mei-Juni 2014)

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    45/128

    30 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

    Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Subsektor Kerajinan

  • 7/23/2019 Cetak Biru Kerajinan

    46/128

    31Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

    Gambar 2 - 2 Proses Kreasi Subsektor Kerajinan

    A.2 Proses Produksi

    Tahap selanjutnya dalam rantai nilai kreatif adalah proses produksi. Pada tahap ini, intinya

    adalah semua aktivitas yang diperlukan untuk mewujudkan produk kerajinan yang utuh. Pelaku-pelaku dalam tahapan produksi ini pun terbagi dua, yaitu pelaku utama dan pihak-pihak terkait

    lainnya. Untuk pelaku utama adalah:

    1. Pengrajin, yang dimaksudkan sebagai pengrajin disini adalah orang yang pekerjaannya

    membuat barang-barang kerajinan atau orang-orang yang mempunyai keterampilan

    berkaitan dengan ke