BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian Mary dan Fagite (2014) yang bertujuan untuk
mengeksplorasi efek dari volatilitas nilai tukar terhadap kinerja ekspor sektor
minyak dan non-minyak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode ekonometri yaitu ARCH dan GARCH dengan data time series. Hasil
dari penelitian ini adalah fluktuasi nilai tukar rupiah tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan atau hubungan negatif dengan kinerja ekspor
minyak dan non-minyak. Variabel suku bunga, tingkat inflasi secara
signifikan mempengaruhi ekspor minyak, sementara tingkat suku bunga
secara signifikan mempengaruhi kinerja ekspor non-minyak. Demikian pula
dengan uang beredar memiliki pengaruh yang signifikan dengan ekspor
minyak, sementara untuk ekspor non-minyak jumlah uang beredar tidak
signifikan. Namun, kredit untuk sektor swasta memiliki hubungan positif atau
signifikan dengan ekspor minyak.
Pada Mahendra dan Kesumajaya (2015) yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh investasi, inflasi, kurs dollar Amerika Serikat dan suku bunga kredit
secara serempak maupun parsial berpengaruh terhadap ekspor Indonesia
tahun 1992-2012 dan untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh
dominan terhadap ekspor Indonesia tahun 1992-2012. Metode yang
digunakan adalah model regresi linier berganda dengan model semilog. Data
9
yang digunakan data time series. Hasil dari penelitian ini adalah secara
serempak investasi, inflasi, kurs dollar Amerika Serikat dan suku bunga
kredit berpengaruh terhadap ekspor Indonesia tahun 1992-2012. Secara
parsial, kurs dollar Amerika Serikat dan suku bunga kredit berpengaruh
signifikan terhadap ekspor Indonesia tahun 1992-2012, sedangkan investasi
dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor Indonesia tahun
1992-2012. Variabel kurs dollar Amerika Serikat merupakan variabel yang
berpengaruh dominan terhadap ekspor Indonesia tahun 1992-2012.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada objek
yang diteliti, variabel penelitian dan periode penelitian yang digunakan,
sedangkan untuk persamaannya adalah penelitian terdahulu dengan penelitian
sekarang sama-sama membahas tentang ekspor non migas.
B. Landasan Teori
1. Paritas Daya Beli (PPP)
Daya tarik dari teori paritas daya beli terletak pada pernyataan bahwa kurs
antara dua mata uang dari dua negara, sama dengan nisbah atau rasio tingkat
harga kedua negara bersangkutan.kita tahu bahwa daya beli domestik dari
mata uang suatu negara tercermin sepenuhnya pada tingkat harga yang
berlaku di negara itu sendiri. Dengan demikian teori paritas daya beli (PPP)
memprediksikan bahwa penurunan daya beli mata uang domestik
(ditunjukkan oleh kenaikan tingkat harga domestik) aka diiringi dengan
depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valuta asing. Teori
10
Paritas Daya Beli (PPP) terdiri dari dua tipe yaitu teori paritas daya beli
absolut dan teori paritas daya beli relatif (Salvatore, 1997).
a) Teori paritas daya beli absolut (absolute purchasing–power parity theory)
Teori paritas daya beli absolute (absolute purchasing–power parity
theory) menyatakan bahwa kurs ekuilibrium sama dengan rasio tingkat–
tingkat harga yang berlaku di kedua negara yang terkait. Secara spesifik,
persamaannya adalah:
Rab = Pa / Pb
di mana Rab adalah kurs antara mata uang negara A dan mata uang dari
Negaara B, sedangkan Pa dan Pb mengacu pada tingkat harga–harga
umum yang berlaku di antara kedua negara.
b) Teori Paritas Daya Beli Relatif (relative purchasing–power parity theory)
Teori Paritas Daya Beli Relatif (relative purchasing–power parity
theory) menyatakan bahwa perubahan kurs dalam jangka waktu tertentu
akan bersifat proporsional atau sebanding besarannya terhadap perubahan
tingkat–tingkat harga yang berlaku di kedua negara selama periode yang
sama.
2. Perdagangan Internasional
a) Teori Keunggulan Absolut
Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada
keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien
daripada atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam
memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau
11
memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi
komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh
keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam
memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan
menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut.
Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam
cara yang paling efisien. Output kedua komoditi yang diproduksi pun akan
meningkat. Peningkatan dalam output ini akan mengukur keuntungan dari
spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan perdagangan.
Sebagai contoh, berdasarkan iklim wilayahnya, negara Kanada
merupakan lahan yang efisien untuk menanam gandum, namun kurang
efisien untuk dipakai menanam pisang. Di pihak lain, Nikaragua
merupakan tempat yang baik untuk menanam pisang namun kurang baik
untuk (kurang efisien) untuk menanam gandum. Dengan demikian,
Kanada memiliki keunggulan absolut terhadap Nikaragua dalam tanaman
gandum, namun memiliki kerugian absolut dalam komoditi pisang. Hal
sebaliknya terjadi di Nikaragua.
b) Teori Keunggulan Komparatif
Pada tahun 1817 David Ricardo menerbitkan buku berjudul Principles
of Political Economy and Taxation, yang berisi penjelasan mengenai
hukum keunggulam komparatif. Menurut hukum keunggulan komparatif,
meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian
absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun
12
masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang
menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan
spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki
kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan
komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut
lebih besar (komoditi ini memiliki kerugian komparatif).
Sebagai contoh, di negara Inggris memiliki kerugian absolut dalam
produksi baik pada gandum maupun kain dibanding Amerika Serikat.
Meskipun demikian, karena pekerja Inggris dapat memproduksi kain
setengah kali dari kain yang diproduksi Amerika, sementara gandum
hanya dapat diproduksi seperenam kali dari yang diproduksi Amerika,
maka Inggris dikatakan memiliki keunggulan komparatif dalam kain. Di
lain pihak, Amerika Serikat memiliki keunggulan absolut baik dalam
memproduksi kain maupun gandum dibanding dengan Inggris. Namun
karena keunggulan absolut pada gandum lebih besar (6:1) dibanding kain
(4:2), maka Amerika memiliki keunggulan komparatif dalam gandum.
(Salvator, 1997:25 dan 27).
3. Ekspor
Kegiatan ekspor merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
atau pihak yang terkait dalam bisinis untuk melakukan aktivitas penjualan
barang ke luar negeri. Orang atau badan yang melakukan kegiatan ekspor
disebut eksportir. Tujuan eksportir adalah untuk memperoleh keuntungan.
Harga barang-barang yang diekspor ke luar negeri lebih mahal dibandingkan
13
dengan di dalam negeri. Jika lebih murah, eksportir tidak tertarik untuk
mengekspor barang yang bersangkutan. Tanpa kondisi tersebut, aktivitas
ekspor tidak akan menarik dan menghasilkan keuntungan.
Adanya aktivitas ekspor, pemerintah memperoleh pendapatan berupa
devisa. Semakin banyak aktivitas ekspor, semakin besar devisa yang
diperoleh Negara. Umumnya, barang-barang yang diekspor Indonesia terdiri
atas dua macam, yaitu minyak bumi dan gas alam (migas) dan selain minyak
bumi dan gas (non migas). Barang-barang yang termasuk migas di antaranya
minyak tanah, bensin, solar, dan elpiji. Adapun barang-barang yang termasuk
non migas adalah sebagai berikut.
1. Hasil industry. Contohnya kayu lapis, konfeksi, kelapa sawit, peralatn
kantor, bahan-bahan kimia, dan kertas.
2. Hasil pertanian dan perkebunan. Contohnya gula, kelapa, karet, kopi, dan
kopra.
3. Hasil laut dan danau. Contohnya ikan, udang, dan kerang.
Hasil tambang non migas. Contohnya bijih emas, bijih nekel, bijih tembaga,
dan batubara. (Ekananda, 2014: 9-10)
Menurut Amir M.S. dalam Soeratno (2014:93-94) bukunya yang berjudul
Ekspor Impor; Teori dan Penerapannya, dalam melaksanakan ekspor ke luar
negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain sebagai berikut.
1) Ekspor Biasa
Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum
yang berlaku yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk
14
memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan
importer.
2) Barter (imbal balik)
Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar
negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan di
dalam negeri. Dalam hal ini pengiriman barang tidak menerima
pembayaran dalam mata uang asing tapi dalam bentuk barang yang dapat
di jual di dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayaran dalam
mata uang rupiah.
3) Konsinyasi (Consignment)
Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar
negeri untuk dijual, sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama
dengan hasil ekspor biasa. Jadi dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri
bukan untuk ditukarkan dengan barang lain seperti barter, dan bukan untuk
memenuhi transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti ekspor
biasa, tetapi barang yang dikirim tersebut belum ada pembeli yang tertentu
di luar negeri. Cara penjualan ke luar negeri dapat dilakukan di pasar
bebas atau juga mungkin dengan mengikutsertakan barang tersebut dalam
pelelangan.
4) Package Deal
Dalam memperluas hasil pasar bumi, pemerintah adakalanya mengadakan
perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan negara lain. Pada
perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu akan diekspor ke negara
15
tersebut dan sebaliknya dari negara tersebut akan diimpor sejumlah jenis
barang yang dihasilkan ngara tersebut. Pada dasarnya semacam barter, tapi
terdiri aneka komoditi.
5) Penyelundupan (Smuggling)
Di negara manapun hampir selalu ada penyelundupan, baik yang
dilakukan perorangan maupun badan-badan usaha yang hanya memikirkan
keuntungan pribadi, tanpa memikirkan kepentingan masyarakat banyak
dan peraturan berlaku.
4. Kurs
a) Pengertian Nilai Tukar
Nilai Tukar atau kurs dapat didefinisikan sebagai harga mata uang
suatu Negara relative terhadap mata uang Negara lain. Definisi lain nilai
tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat
dipertukarkan dengan satu unit mata uang Negara lain. Pergerakan kurs
mata uang akan berdampak pada nilai komoditi dan asset sebab kurs dapat
mempengaruhi jumlah arus masuk kas yang diterima dari ekspor atau dari
anak perusahaan, dan mempengaruhi jumlah arus keluar kas yang
digunakan untuk membayar impor. (Ekananda, 2014:168)
Para ekonom membedakan kurs menjadi dua kelompok :
1. Kurs Nominal
Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relative dari mata
uang dua negara. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang
adalah 120 yen per dolar, maka Anda bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen
16
di pasar uang. Orang Jepang yang ingin memiliki dolar akan membayar
120 yen untuk setiap dolar yang dibelinya. Orang Amerika yang ingin
memiliki yen akan mendapatkan 120 yen untuk setiap dolar yang ia bayar.
2. Kurs Riil
Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di
antara dua Negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa
memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang
dari Negara lain. Kurs riil disebut juga term of trade.
Untuk meihat hubungan kurs rill dan kurs nominal, kita ambil contoh
sebuah barang yang diproduksi dibanyak negara; mobil. Anggaplah harga
mobil di Amerika adalah $10.000 dan harga mobil Jepang adalah
2.400.000 yen. Untuk membandingkan harga kedua mobil tersebut, kita
harus mengubahnya menjadi mata uang umum. Jika satu dolar bernilai 120
yen, maka harga mobil Amerikaadalah 1.200.000 yen. Dengan
membandingkan harga kedua mobil Amerika (1.200.000 yen) dan harga
mobil Jepang (2.400.000 yen), kita menyimpulkan bahwa harga mobil
Amerika adalah separuh dari harga mobil Jepang. Dengan kata lain, pada
harga berlaku, kita bisa menukar 2 mobil Amerika untuk 1 mobil Jepang.
Adapun perhitungan untuk kurs riil:
Tingkat harga di mana kita memperdagangkan barang domestik dengan
barang luar negeri tergantung pad harga barang dalam mata uang local dan
pada tingkat kurs yang berlaku.
17
Perhitungan kurs rill untuk barang tunggal ini menjelaskan bagaimana
seharusnya kia mendefinisikan kurs rill untuk kelompok barang yang lebih
luas. Kita nyatakan e sebagai kurs nominal (jumlah yen per dollar), P
adalah tingkat harga di Amerika Serikat (diukur dalam dollar), P* adalah
tingkat harga di Jepang (diukur dalam yen). Maka kurs rill adalah
Kurs rill di antar kedua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat
harga di kedua negara. Jika kurs rill tinggi maka barang-barang luar negeri
relative lebih murah, dan barang-barang domestik relative lebih mahal.
Jika kurs rill rendah maka barang-barang luar negeri relative lebih mahal,
dan barang-barang domestik lebih murah. (Mankiw, 2007:128 dan 130).
Menurut Nopirin (1997:138) ada beberapa perbedaan yang timbul
mengenai tingkat kurs :
a. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta
asing/Bank. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang
valuta asing/Bank membeli valuta asing, dan kurs jual apabila mereka
menjual. Selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para
pedagang.
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waku
pembayarannya. Kurs TT (Telegraphic Transfer) lebih tingi daripada
kurs MT (mail transfer) sebab perintah/order pembayaran dengan
menggunakan telegram bagi bank merupakan penyerahan valuta asing
18
dengan segera/lebih cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui
surat.
c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak
pembayaran. Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran yang
beraasal dari bank asing yang sudah terkenal kursnya lebih tinggi
daripada yang belum terkenal.
Sistem Kurs Valuta Asing
Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila
transaksi jual beli valuta asin dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka
kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan
dan penawaran. Apabila pemerintah menjalankan kebijakan stabilisasi
kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini
hanya akan berubah-ubah di dalam batas yang kecil, meskipun baas-batas
ini dapat diubah dari waktu ke waktu.
Sistem Kurs yang Berubah-ubah
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor
yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan
valuta asing diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran
internasional. Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari transaksi
kredit neraca pembayaran internasional. Suatu uang dikatakan “kuat”
apabila transaksi autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous
debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya dikatakan “lemah” apabila
neraca pembayarannya mengalami defisit. Selanjutnya transaksi
19
autonomous debit dan kredit dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal
dari dalam maupun luar negeri, termasuk harga, pedapatan dan tingkat
bunga. Segala sesuatu yang mempengaruhi ketiga factor tersebut, baik dari
dalam maupun luar negeri, akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran yang pada gilirannya akan mempenaruhi kurs valuta asing.
Pengaruh ketiga factor tersebut (pendapatan, harga dan tingkat bunga)
terhadap kurs dianalisa menurut dasar pikiran ekonomi Keynes.
Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap Negara
lain), makin besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar
pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung naik
(harga mata uang sendiri turun). Demikian juga inflasi, akan menyebabkan
impor naik dan ekspor turun yang akan mengakibatkan kurs valuta asing
naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung untuk menarik
modal masuk dari luar negeri. Kurs valuta asing akan turun (nilai mata
uang sendiri naik relative terhaap valuta asing).
Kebijaksanaan pemerintah (kenaikan pengeluaran misalnya) akan
menaikkan pendapatan dan harga. Kenaikan pendapatan dan harga ini
akan menyebabkan impor naik, yang berarti akan menaikkan permintaan
valuta asing. Akibat selannjutnya, kurs valuta asing akan naik (depresiasi
mata uang sendiri). Di samping faktor ekonomi tersebut,ada faktor-faktor
nonekonomi yang dapat mempengaruhi perubahan kurs, seperti faktor
politis dan psykologi. Misalnya, kepanikan yang terjadi di dalam negeri
20
akan menyebabkan larinya dana ke luar negeri, sehingga kurs valuta asing
akan naik.
Gambar 2.1. Pergeseran Kurva Permintaan
Pergeseran di dalam satu kurva berarti bahwa kenaikan/penurunan kurs
akan mengakibatkan penurunan/kenaikan jumlah valuta asing yang
diminta. Sedangkan pergeseran kurva permintaaan diakibatkan misalnya,
oleh kenaikan pengeluaran pemerintah, kenaikan jumlah uang yang
beredar, selera masyarakat yang bergeser dari barang buatan dalam negeri
ke barang-barang impor atau aliran modal ke luar negeri sebagai akibat
kepanikan yang terjadi di dalam negeri.
Sistem Kurs Stabil
Sistem kurs bebas seperti tersebut di atas sering menimbulkan adanya
tindakan spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta
asing. Oleh karena itu banyak Negara yang kemudian menjalankan suatu
kebujaksanaan untuk menstabilkan kurs. Pada dasarnya kurs yang stabil
dapat timbul secara:
Rp
E1 E0
Rp2
Rp1
D1
D0
S
US$
21
Rp
(a)
Rp2
Rp1
D1
US$
R
p
(b)
Rp2
Rp1
S1
US$
S2
S1
S2
D2
D1
D2
1. Aktif yaitu pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilisasi kurs
(stabilization funds).
2. Pasif yaitu di dalam suatu Negara yang menggunakan system standar
emas.
Kegiatan stabilisasi kurs dapat dijalankan dengan cara sebagai berikut:
apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah membeli
valuta asing di pasar. Dengan tambahnya permintaan dari pemerintah
maka tendensi kurss turun dapat dicegah. Sebaliknya apabila tendensi kurs
naik, maka pemerintah menjual valuta asing di pasar sehingga penaaran
valuta asing bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah.
Gambar 2.2. Kebijaksanaan Stabilitas Kurs
Usaha untuk mencegah kenaikan kurs valuta asing ini bagi pemerintah
lebih sukar, karena cadangan valuta asing yang dimiliki terbatas.
Keterbatasan ini mungkin menyebabkan pemerintha tidak bisa sepenuhnya
mengembalikan kurs ketingkat yang dikehendaki. Sedangkan usaha untuk
mencegah penurunan kurs lebih mudah dijalankan sebab pembelian valuta
asing oleh pemerintah dilakukan dengan menggunakan cadangan mata
22
uang sendiri. Besarnya cadangan mata uang sendiri di bawah kekuasaan
/pengawasan pemerintah, bahkan kalau kekurangan pemerintah dapat
mencetah uang (Nopirin, 1997:147-151).
3. Investasi
a) Pengertian Investasi
Investasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih
terhadap stok kapaital yang ada (net addition to exiting capital stock).
Pembelian barang modal yang digunakan untuk menggantikan barang modal
yang aus atau rusak tidak dapat dikategorikan sebagai investasi, tetapi
merupakan kegiatan penggantian (replacement). Pembelian barang modal
dikategorikan sebagai kegiatan investasi jika penambahan tersebut akan
menghasilkan tambahan ouput. Istilah lain dari investasi adalah akumulasi
modal (capital accumulation) atau pembentukan modal (capital formation).
Pengertian atau akumulasi modal tidak sama dengan stok modal (capital
stock).
Investasi dibedakan menjadi investasi riil dan investasi financial. Investasi
riil terdiri atas investasi tetap dan investasi persediaan. Investasi tetap
dibedakan atas investasi tetap perusahaan dan investasi untuk perumahan.
Investasi financial adalah investasi yang berkaitan dengan pembeian surat-
surat berharga, misalnya saham, obligasi, atau surat bukti utang lainnya dari
pihak penerbit surat berharga tersebut.
Joseph Alois Schumpeter membedakan investasi ke dalam investasi yang
bersifat otonom dan investasi yang bersifat dipengaruhi. Investasi yang
23
bersifat otonom adalah investasi yang besar kecilnya lebih banyak
dipengaruhi oleh perubahan-perubahandalam jangka panjang, seperti
perkembangan teknologi, penemuan baru, dan sebagainya. Investasi yang
bersifat dipengaruhi adalah investasi yang niainya lebih banyak dipenaruhi
oleh perubahan-perubahan pendapatan nasional, volume penjualan,
keuntungan perusahaan, tingkat bunga, dan lain-lain.
Teori investasi yang dikemukakan oleh John Maynard Keynes
menjelaskan penaruh tingkat suku bunga terhadap investasi. Sebelumnya,
diperkenalkan pula model investasi dengan pendekatan nilai sekarang.
1) Pendekatan nilai sekarang
Sebuah investasi akan menghasilkan sejumlah aliran penghasilan di
masa datang. Jumlah seluruh penghasilan di masa datang dengan besarnya
nilai investasi yang dikeluarkan perusahaan menjadi dasar perhitungan
suatu investasi. Jika nilai investasi lebih kecil dibandingkan penghasilan
investasi, maka investasi menguntungkan. Pengertian nilai investasi adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan sebuah investasi,
sehingga investasi siap menghasilkan. Penghasilan investasi adalah jumlah
seluruh aliran penghasilan di masa datang.
Untuk mendapat keputusan yang benar, maka aliran penghasilan
tersebut harus dihitung berasarkan nilai sekarang. Menghitung nilai
sekarang dari sejumlah aliran penghasilan di masa datang adalah
mendiskonto, berdasarkan tingkat bunga yang diperkirakan terjadi. Secara
matematis ditunjukkan oleh rumus sebagai berikut.
24
PV = R1 / (I+i) + R2 / (I+i)2 + ……. + Rn / (I+i)
n
Keterangan:
PV = Nilai sekarang
R1,R2,Rn = Aliran uang pada akhir tahun 1,2 dan seterusnya
i = Tingat bunga
2) Pendekatan Marginal Efficiency of Capital (MEC)
Dalam bukunya The General Theory of Employment Interest and
Money (1936), John Maynard Keynes menjelaskan teori investasi dengan
pendekatan MEC. Definisi MEC secara ringkas dinyatak sebgaisuatu nilai
diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari sejumlah aliran uang di
masa datang terhadap nilai suatu investasi. Secara sistematis dapat
dituliskan sebagai berikut.
I = R1 / (I+MEC + R2 / (I+MEC)2 + ……. + Rn / (I+MEC)
n
Keterangan:
I = Besarnya nilai investasi
R1,R2,Rn = Besarnya aliran uang pada akhir tahun 1, 2 sampai dengan
akhir tahun ke n
3) Kurva MEC dan Investasi
Untuk menyederhanakan pemahaman tentang investasi dengan
pendekatan MEC, maka dapat dijeaskan sebagai berikut. Misal, terdapat
dua macam investasi dengan nilai MEC, masing-masing investasi A nilai
MEC = 15 persen dan investasi B nilai MEC = 10 persen, jika tingkat
bunga perekonomian adalah 8 persen, maka dua investasi tersebut
25
diterima. Jika tingkat bunga perekonomian adalah 12 persen, maka
investasi B ditolak dan investasi A diterima. Berdasarkan uaraian tersebut
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat bunga, akan semakin rendah
jumlah investasi. Sebaliknya semakin rendah tingkat bunga, semakin
banyak jumlah investasi.
Hubungan antara tingkat bunga dengan keputusan investasi
menghasilkan kurva MEC. Jika dalam investasi berlaku anggapan harga-
harga barang modal tidak berubah, berapapun jumlah barang tersebut
diminta, maka kurva MEC adalah kurva MEI, atau secara ringkas disebut
kurva investasi.
Gambar 2.3. Hubungan antara tingkat bunga dengan MEEC, MEI,
atau Investasi
Jika harga barang modal semakin mahal dengan semakin banyaknya
jumlah barang modal yang diminta oleh investor, maka kurva investasi
ditunjukkan oleh gambar 2.4.
A A+B
0,15
0,10 MEC=MEI=I
Investasi
Tingkat Bunga
26
Gambar 2.4. Hubungan Antara Tingkat Bunga dengan MEC, MEI, atau
Investasi
Pengelompokan jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2003) dapat dilihat
dari :
a. Jenis Kredit Berdasarkan Jangka waktu Kredit:
1) Kredit jangka pendek (short term credit) yaitu suatu bentuk kredit
yang berjangka waktu maksimum satu tahun.
2) Kredit jangka menengah (intermediate term credit) yaitu suatu bentuk
kredit yang berjangka waktu satu tahun sampai tiga tahun.
3) Kredit jangka panjang (long term credit) yaitu suatu bentuk kredit
yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.
b. Jenis Kredit Berdasarkan Lembaga yang Menerima Kredit:
1) Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang
diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.
2) Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada
perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.
Tingkat Bunga
0
MEI=1 MEC
Investasi
27
3) Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan kepada
perusahaan, tetapi kepada perorangan.
4) Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan
asuransi.
c. Jenis Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaannya:
1) Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit untuk modal kerja
perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan,
seperti pembelian bahan baku, piutang, dan lain-lain.
2) Kredit investasi, yaitu kredit (berjangka menengah atau panjang) yang
diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitas, modernisasi,
perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian
mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik.
3) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan bank kepada pihak
ketiga/perorangan (termasuk karyawan bank sendiri) untuk keperluan
konsumsi berupa barang dan jasa dengan cara membeli, menyewa atau
dengan cara lain.
d. Jenis Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Kredit menurut sektor ekonomi didasari atas kebutuhan untuk
menentukan kebijakan pengarahan kredit bamk secara kualitatif yang
dititikberatkan pada sektor ekonomi yang diutamakan dalam pembiayaan
dengan kredit bank itu. Sektor ekonomi yang dimaksud antara lain adalah
sektor pertanian, pertambangan, perindustrian, konstruksi, jasa sosial, jasa
dunia usaha dan lain-lain.
28
4. Uang
a) Definisi Uang dan Fungsi Uang
Uang adalah sesuatu yang diterima secara umum yang digunakan para
pelaku ekonmi sebagai alat pembayaran dari transaksi ekonomi yang
dilakukan yaitu pembelian barang, jasa, serta pembayaran utang.
Fungsi uang yaitu sebagai berikut.
a. Alat tukar menukar
Fungsi uang sebagai alat tukar menukar mendasari adanya
spesialisasi dan distribusi dalam memproduksi suatu barang.
b. Alat pengukur nilai
Fungsi uang sebagai alat pengukur nilai menunjukkan bahwa uang
digunakan sebagai alat untuk membandingkan nilai suatu produk
dengan produk lainnya.
c. Alat pembayran masa depan
Fungsi uang sebagai alat pembayaran masa depan menunjukkan
bahwa uang berfungsi sebagai standar pembayaran masa deppan atau
untuk pembayaran angsuran utang.
d. Alat penimbun kekayaan atau daya beli
Menyimpan uang berarti menimbun kekayaan dalam bentuk uang
tunai. Penyimpanan uang ini dimaksudkan untuk mempermudah
pertukaran atau transaksi di saat ini ataupun di masa yang akan datang.
e. Sebagai suatu komoditi yang diperdagangkan
29
Nilai tukar antar mata uang yang disebut dengan kurs mata uang
selalu mengalami perubahan. Perubahan kurs mata uang disebabkan
oleh factor-faktor yang mempengaruhi permintaan, penawaran mata
uang di pasar mata uang asing, dan factor-faktor lainnya seperti kondisi
politik. Perubahan kurs mata uang mengakibatkan nilai tukar antar mata
uang menjadi lebih tingi atau lebih rendah sehingga manrik bagi pelaku
ekonomi untuk memperoleh laba dari selisih harga jual dengan hara beli
suatu mata uang. (Soeratno, 2004:145-146)
b) Jenis Uang
Uang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu
berdasarkan bahan terdapat jenis uang logam dan uang kertas. Uang logam
tergantung dari berbagai jenis logam yang digunakan, antara lain: emas,
perak, dan perunggu. Sedangkan untuk uang kertas, berdasarkan
perkembangan perekonomian mempunyai diversifikasi yaitu sebgai uang
kartal dan sebgai uang giral. Kedua jenis uang kertas ini berbeda dalam
hal yang menciptakan. Uang kertas biasa dikeluarkan oleh bank sentral,
sedangkan uang giral dikeluarkan oleh bank umum.
Uang juga dapat dikelompokkan menurut tingkat likuiditasnya, yaitu:
a. M1 adalah uang kartal yang beeredar di masyarakat ditambah simpanan
dalam bentuk uang giral.
b. M2 adalah M1 ditambah tabungan dan deposito berjangka pada bank
umum.
c. M3 adalah M2 ditambah simpanan pada lembaga keuangan non bank.
30
Berdasarkan ketiga definisi uang tersebut, yang paling likuid adalah
M1 karena proses menjadikannya uang tunai sangat cepat. (Soeratno,
2004:149)
c) Teori Permintaan Uang
1) Teori permintaan uang (Klasik)
Teori permintaan uang tunai menurut teori klasik tercermin dalam
teori kuantitas uang dengan formulasi sebagai berikut :
M . V = P . T
Keterangan:
M = Jumlah uang tunai yang diminta
V = perputaran uang dari satu tangan ke tangan yang lain dalam satu
periode
P = Tingkat hara umum
T = Volume barang yang ditransaksikan
Adanya asumsi full employment mengakibatkan nilai T menjadi
konstan dan V juga tetap karena tidak terjadi perubahan kelembagaan
keuangan. Sehingga variabel M hanya mempengaruhi variabel P secara
proporsional. Formulasi MV = PT dapat diubah menjadi formulasi lain:
M = I/Y (PT)
I/V = k
PT = Y
M = kY
31
Menunjukkan bahwa M atau jumlah uang tunai yang diminta adalah
sebesar kY atau sebesar proporsi tertentu dari pendapatan.
Teori klasik menjelaskan bahwa masyarakat melakukan permintaan
uang tunai untuk tujuan transaksi (Mt) dan berjaga-jaga (Mj). Jumlah
uang tunai yang dimita tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
secara positif. Artinya apabila tingkat pendapatan naik maka jumlah
uang yang diminta untuk tujuaan traansaksi dan berjaga-jaga akan
meningka dan sebaliknya. Teori klasik mengasumsikan bahwa bentuk
kekayaan masyarakat seluruhnya diwujudkan dalam bentuk uang tunai
yang lebih likuid daripada bentuk kekayaan lainnya. Secara matematis,
teori permintaan uang tunai menurut teori klasik :
Md = f (Y)
Keterangan:
Md = Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan transaksi dan
berjaga-jaga.
Y = Tingkat pendapatan
Atau
Md = Mt + Mj
Keterangan:
Mt = Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan transaksi.
Mj = Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan berjaga-jaga.
32
2) Teori permintaan uang (Keynes)
Teori permintaan uang tunai John Maynard Keynes menjelaskan
bahwa masyarakat melakukan permintaan uang tunai untuk tujuan
memenuhi kebutuhannya antara lain untuk transaksi, berjaga-jaga, dan
spekulasi. (Soeratno, 2004:159)
d) Jumlah uang beredar
Jumlah uang beredar meliputi uang kartal yang beredar, uang giral, dan
uang kuasi. Uang kartal adalah uang yang diterbitkan oleh Bank Sentral
yang terdiri atas uang kertas dan uang logam. Uang kartal ada yang masuk
ke kas Negara, misalnya pembayaran pajak oleh wajib pajak. Di samping
itu, ada uang kartal yang masuk ke kas bank umum, misalnya pembayaran
oleh masyarakat yang menabung di bank umum. Uang giral adalah uang
yang diterbitkan oleh bank umum yan berupa saldo rekening Koran yang
ada di bank umum. Uang kuasi adalah uang yang diterbitkan oleh bak
umum yang terdiri atas deposito berjangka, tabungan, dan rekening valuta
asing milik swasta domestik.
Munculnya uang giral dan uang kartal berasal dari uang yang diedarkan
oleh bank sentral, karena uang yang diedarkan dipegang masyarakat
sebagian untuk tujuan konsumsi dan sebagian untuk tujuan tabungan atau
saving. Jumlah uang beredar terdiri atas uang kartal dan uang giral saja
biasa disebut dengan jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1). Jumlah
uang beredar yang terdiri atas uang kartal, uang giral, dan uang kuasi biasa
disebut dengan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2). Jumlah uang
33
beredar M2 merupakan penjumlahan M1 dan uang kuasi. (Soeratno,
2004:164)
C. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai
ekspor, kurs, investasi dan jumlah uang beredar, maka penelitian ini
digambarkan dalam suatu kerangka pikir penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
D. Keterkaitan Antar Variabel
a. Hubungan Kurs dengan Ekspor
Kurs adalah nilai tukar yang telah disepakati oleh dua negara atau lebih
dalam melakukan transaksi jual beli atau perdagangan. Kurs juga
merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya nilai ekspor.
Dimana pada saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami
depresiasi (melemah) maka harga bahan baku impor akan lebih mahal,
sehingga hasil untuk ekspor terbatas. Sebaliknya, disaat nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS mengalami apresiasi (meningkat) maka harga bahan
Kurs (X1)
Jumlah Uang
Beredar (X3)
Kredit
Investasi (X2)
Ekspor Non Migas
(Sektor Agriculture
dan Sekor Industry)
34
baku akan lebih murah, sehingga eksportir akan meningkatkan hasil
produksinya untuk di ekspor ke luar negeri.
b. Hubungan Kredit Investasi dengan Ekspor
Kredit investasi merupakan modal yang diberikan oleh pihak bank
kepada debitur atau pelaku usaha untuk pembelian barang-barang modal
yang menunjang kegiatan produksi. Kredit investasi dalam jangkauannya
memiliki dua jangkauan pasar yaitu pasar dalam negeri dan pasar luar
negeri. Keduanya memiliki potensi dalam membentuk pemasukan Negara,
dalam peneltian ini berfokus kepada pasar luar negeri yang dimana pasar
luar negeri dapat menghasilkan devisa bagi Negara. Jadi dapat diambil
kesimpulan bahwasannya besar dan kecilnya kredit yang diturunkan
perbankan terhadap debitur atau pelaku usaha dengan kinerja yang baik
akan berpotensi dalam peningkatan ekspor ke luar negeri.
c. Jumlah Uang Beredar dengan Ekspor
Hubungan jumlah uang beredar terhadap ekspor adalah ketika jumlah
uang beredar meningkat maka akan mendorong masyarakat meningkatkan
permintaan barang domestik. Apabila persediaan barang domestik belum
mencukupi, maka akan terjadi kelebihan permintaan yang akan
menaikkan harga barang domestik (inflasi). Dengan meningkatnya harga
barang omestik maka masyarakat luar negeri akan mengurangi pembelian
barang dari dalam negeri. Pada saat yang sama, ada masyarakat domestik
yang cenderung membeli barang dari uar negeri yang harganya lebih
35
murah dibandingkan harga barang domestik. Akibatnya nilai ekspor
dalam negeri menurun dan nilai impornya mengalami peningkatan.
E. Hipotesis
1. H1 : diduga variabel kurs berdampak positif dan signifikan terhadap ekspor
agriculture dan industry Indonesia.
2. H2 : diduga kredit investasi berdampak positif terhadap ekspor agriculture
dan industry Indonesia.
3. H3 : diduga uang beredar berdampak negatif terhadap ekspor agriculture
dan industry Indonesia.