BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemakaian Jilbabrepository.ump.ac.id/8514/3/Nur Ayati BAB II.pdf · 5...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemakaian Jilbabrepository.ump.ac.id/8514/3/Nur Ayati BAB II.pdf · 5...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemakaian Jilbab
1. Pengertian Jilbab
Jilbab adalah tutup kepala yang disebut Ibnu Mas‟ud dan lainnya
sebagai ar-ridaa‟ (baju), sementara kalangan umum menyebutnya sebagai
izaar, yaitu kain besar yang menutupi kepala wanita dan seluruh
badannya.(Ibrahim, 2010 : 127)
Menurut Muhammad Nasirudin Al-Albani (2002 : 49), jilbab
diartikan sebagai pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita,
kecuali muka dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan saja
yang ditampakkan.
Sedangkan menurut Ahmad Najieh (2012 : 70), jilbab adalah
pakaian islami yang batasannya telah ditetapkan dalam Nash yang pasti
tersebut dalam kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
Dalam bukunya Badriyah dan Samihah (2014 : 9), jilbab adalah
pakaian yang menutup seluruh tubuh (termasuk kepala) kecuali wajah dan
telapak tangan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian jilbab,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jilbab adalah busana muslimah yang
tidak ketat atau longgar yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan sampai pergelangan tangan.
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
6
2. Perintah dan Seruan Berjilbab
Perintah berjilbab ini adalah seiring dengan perintah dan seruan
menutup aurat, sebab pada dasarnya berjilbab adalah perintah untuk
menutup aurat seorang wanita, yang apabila tidak dijaga (dibiarkan
terbuka) maka akan mengakibatkan fitnah yang besar dan akan timbul
perzinaan. Perintah berjilbab sudah dijelskan dalam Al Qur‟an surat Al
Ahzab ayat 59 :
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu.Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Dalam ayat diatas Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya agar
memerintahkan kepada isteri – isterinya dan anak – anak perempuannya
untuk senantiasa berjilbab, dan perintah tersebut tidak hanya ditujukan
kepada isteri dan putri Nabi akan tetapi perintah tersebut diserukan kepada
seluruh kaum wanita yang mengaku telah mengikrarkan keislamannya
(bersyahadat). (Nasirudin, 2012 : 102)
Jilbab hendaknya menutupi keindahan tubuh dan perhiasan mereka
demi mencegah pandangan dan perkataan yang buruk.Pakaian yang
menutupi ini lebih mudah dikenali bahwa pakaiannya adalah ahlul ifftah
(orang memelihara kehormatan dan harga diri) serta menutup
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
7
aurat.Sehingga orang – orang jahat dan bodoh tidak akan berminat kepada
mereka. (Badriyah, 2014 : 10)
Adapun perintah memakai jilbab juga terdapat dalam Al Quran
Surat An Nur ayat 31 :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-
putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-
putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan.Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
8
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa perempuan haram
mempertontonkan perhiasan (maksudnya adalah aurat). Dan diperintah
kan untuk memakai kain kerudung yang sesuai syar‟iat Islam, yaitu lebar,
tidak tipis, serta menjulurkannya sampai menutupi dada
3. Fungsi jilbab
Jilbab merupakan bagian dari syariat, jilbab bukan hanya sekedar
identitas atau menjadi hiasan semata dan juga bukan menjadi penghalang
bagi seorang muslimah untuk melakukan aktivitasnya yang juga berfungsi
sebagai :
a. Pembeda
Jilbab akan membedakan seorang wanita yang memiliki
kehormatan dari yang lainnya. Wanita berjilbab harus menjadi contoh
kepada setiap wanita baik yang berjilbab maupun tidak. Setiap gaya
jilbab yang dicirikan harus sesuai, cantik, dan memnuhi tuntutan baik
untuk pertemuan atau kerja, jalan – jalan atau bersantai. Apabila
wanita berjilbab mengenakan jilbab dengan betul dan sesui dengan
tempatnya, hal itu sangat diharapkan menjadi tindakan dakwah untuk
mengajak wanita lain agar bejilbab sepertinya.
b. Pembentuk perilaku
Fungsi jilbab sebagai pembentuk perilaku, jilbab bisa
mengarahkan tingkah laku orang yang memakainya. Jilbab yang
dikenakan karena kesadaran iman, akan mampu mengontrol setiap
sikap dan tindakan yang menjurus kepada maksiat, maka akan
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
9
terbentuk tingkah laku yang penuh ketaatan terhadap nilai – nilai
Islam. (Yasmin Siddik, 2007 : 12)
Dari fungsi diatas keduanya saling berhubungan dan saling melengkapi
satu sama lain. Dan dapat disimpulkan fungsi dari jilbab itu sendiri adalah
sebagai penjaga kehormatan seseorang muslimah dari bahaya luar.
4. Kriteria Jilbab Menutut Syariat Islam
Jilbab merupakan bagian dari syariat, jilbab bukan hanya sekedar
identitas atau menjadi hiasan semata dan juga bukan menjadi penghalang
bagi seorang muslimah untuk melakukan aktivitasnya.
Menurut Muhammad Uwaidah (2013 : 690) adapun syarat – syarat
pakaian muslimah, antara lain :
a. Jilbab menutup seluruh badan kecuali yang dikecualikan yaitu kedua
telapak tangan dan muka, yang dikenakan ketika memberi kesaksian
mauapun shalat. Maka sangat menyedihkan ketika seorang
memaksudkan dirinya memakai jilbab tapi dapat kita lihat rambut
yang keluar dari bagian depan maupun bagian belakang, lengan
tangan ynag terlihat smapai keatas, atau telinga dan leher yang terlihat
jelas sehingga menampakkan perhiasan yang seharusnya ditutupi.
b. Jilbab bukan merupakan perhiasan
Ketika jilbab dan pakaian wanita yang dikenakan agar aurat
dan perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat ketika
menjadikan pakaian atau jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan
awal untuk menutupi perhiasan menjadi hilang. Banyak kesalahan
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
10
yang timbul karena point ini terlewatkan, sehingga seseorang merasa
sah – sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan warna –
warni dan berbagai motif dengan dihiasi benang – benang emas dan
perak atau meletakkan dengan berbagai pernak – pernik perhiasan
dalam jilbab mereka.
c. Jilbab itu harus lapang dan tidak sempit sehingga tidak
menggambarkan postur tubuhnya.
d. Jibab itu tidak memperlihatkan sedikit pun bagi kaki wanita.
e. Jilbab yang dikenakan itu tidak sobek sehingga tidak menampakkan
bagian tubuh atau perhiasan wanita, dan tidak boleh menyerupai
pakaian laki – laki.
Sedangkan menurut Syaikh Mutawalli As-Sya‟rawi (2005 : 162)
criteria busana yang harus digunakan oleh muslimah, antara lain :
a. Tidak menjadikannya sebagai hiasan
b. Tidak tipis atau trasparan
c. Tidak ketat atau menampakan bentuk tubuh
d. Tidak memberikan wangi – wangian atau parfum
e. Tidak diperbolehkan menyerupai bentuk pakaian laki – laki
f. Pakaian yang digunakan perempuan muslimah tidak menyerupai atau
meniru pakaian yang digunakan oleh perempuan – perempuan kafir.
g. Tidak mempergunakan pakaian yang terlalu mewah.
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
11
Syaikh Muhammad Nashirudin dalam bukunya Salim A. Fillah
merinci syarat –syarat pakaian yang syar‟I bagi muslimah menjadi delapan
ketentuan, antara lain :
a. Menutup dan melindungi seluruh tubuh, selain yang dikecualikan
yaitu muka dan telapak tangan.
b. Bukan tabarruj atau berhias dengan memperlihatkan kecantikan dan
menampakan keindahan tubuh dan kecantikan wajah.
c. Menggunakan kain yang tebal.
Sebab yang namanya menutup itu tidak akan terwujud kecuali harus
tebal. Jika tipis, maka hanya akan memancing fitnah (godaan).
(Nasirudin, 2012 : 126)
d. Kainnya longgar, tidak sempit, dan tidak „jatuh‟, jatuh di sini
dimaksudkan adalah pakaian yang digunakan meskipun sudah longgar
namun masih menampakkan bentuk tubuh.
Tujuan dari mengguanakan pakaian adalah untuk menghilangkan
fitnah, dan itu tidak mungkin terwujud kecuali pakaian yang
dikenakan oleh wanita itu harus longgar dan luas. Jika pakaian itu
ketat meskipun dapat menututupi warna kulit, maka dapat
menggambarkan bentuk dan lekuk tubuhnya, atau sebagian dari
tubuhnya pada pandangan mata kaum laki – laki, yang akan
menimbulkan kerusakan dan mengundang kemaksiatan bagi kaum
laki – laki. (Nasirudin, 2012 : 130)
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
12
e. Tidak diberi wangi haruman
“wanita dimana saja yang memakai haruman kemudian keluar dan
lewat muka orang banyak agar mereka mendapati baunya, maka dia
adalah pezina…”(HR Abu Dawud dan At Trmidzi)
f. Tidak menyerupai pakaian laki – laki
g. Tidak menyerupai pakaian orang – orang kafir
h. Bukan merupakan Libasusy Syuhrah, artinya pakaian ketenaran atau
popularitas. Bisa berwujud pakaian yang sangat mencolok bagusnya
agar dikagumi dan dibicarakan orang – orang, atau berupa pakaian
yang mecolok sangat jeleknya agar dibicarakan dan dikenal sebagai
orang yang zuhud dan dengan tujuan riya‟.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas pada dasarnya
adalah sama yaitu mutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan
sampai pergelangan tangan, tidak ketat atau longgar, tidak tipis, bukan
merupakan perhiasan, tidak menyerupai pakaian laki – laki dan tidak
menggunakan wewangian yang berlebihan, yang semua tersebut
mempunyai dampak positif yang baik terhadap diri seorang muslimah.
B. Ketaatan dalam Ibadah
1. Ketaatan
Kata taat dalam kamus bahasa indonesia berarti : senantiasa tunduk
(kepada Tuhan, pemerintah, dsb), patuh: Nabi Muhammad saw. menyeru
manusia supaya mengenal Allah dan kepada-Nya, tidak berlaku curang;
setia, saleh, kuat beribadah. (http://kbbi.web.id/taat)
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
13
2. Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa berarti : taat, tunduk, hina, dan pengabdian.
(Syakir Jamaliddin, 2011:49)
Menurut ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah adalah
mengEsakan Allah swt dengan sungguh – sungguh dan merendahkan diri
serta menundukan jiwa setunduk – tunduknya kepadaNya. Sedangkan
menurut ulama fiqh, ibadah adalah taat, tunduk, menurut, mengikuti, dan
doa.(Ahmad, 2003 : 137)
3. Jenis – jenis Ibadah
Menurut Ahmad (2003 : 138) Ibadah ditinjau dari jenisnya terdapat
dua jenis yaitu dari segi pelaksanaanya dan dari segi bentuk dan sifatnya.
a. Ibadah dari segi pelaksanaanyam terbagi menjadi tiga bentuk :
1) Ibadah jasmaniah – ruhiah (ruhaniyah), yaitu perpaduan ibadah
jasmani dan rohani seperti shalat dan puasa.
2) Ibadah ruhiah dan maliah, yaitu perpaduan antara perpaduan
antara ibadah rohani dan seperti zakat.
3) Ibadah jasmaniyah, ruhaniyah, dan maliah sekaligus, seperti
melaksanakan haji.
b. Ibadah dari segi kependingannya, terbagi menjadi dua yaitu,
kepentingan fardi (perorangan) seperti shalat dan puasa, serta
kepentingan ijtim‟i (masyarakat) seperti zakat dan haji.
c. Ibadah dari segi bentuk dan sifatnya, terbagi menjadi lima macam
yaitu :
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
14
1) Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan (ucapan lidah), seperti
berdzikir, berdoa, tahmid, dan membaca Al Qur‟an.
2) Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya,
seperti membantu atau menolong orang lain, jihad, dan mengurus
jenazah.
3) Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukanwujud dan
perbuatannya, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji
4) Ibadah yang tata cara pelaksanaannya berbentuk menahan diri,
seperti puasa, iktikaf, dan ihram.
5) Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan
orang yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan
membebaskan seseorang yang berutang padanya.
Dalam bukunya Ahmad (2003 : 142) dijelakan secara garsi besar
terdapat dua macam ibadah, yaitu :
a. Ibadah khasah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang
ketentuannya pasti), yakni ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya
telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari ibadah kepada Allah
swt, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
b. Ibadah „ammah (umum), yakni semua perbuatan yang mendatangkan
kebaikan dan melaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah swt,
seperti makan,minum, dan bekerja mencari nafkah.
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
15
Hal ini berarti niat merupakan kriteria sahnya ibadah „ammah. Dengan
kata lain, semua bentuk amal kebaikan dapat dikatakan ibadah
„ammah bila dilandasi dengan niat semata – mata karena Allah swt.
Dalam bukunya (Syakir Jamaliddin, 2011 : 49) terdapat prinsip –
prinsip ibadah yang digunakan untuk memberikan pedoman ibadah yang
bersifat final, antara lain :
a. Hanya menyembah kepada Allah semata sebagai wujud hanya
mengEsakan Allah awt. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam
QS. Al Fatikhah : 5
“hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami
meminta pertolongan.”
b. Tanpa perantara. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam QS. Qaf
: 16
“dan sungguh benar – benar kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh jiwanya. Dan kami sangat dekat
daripada urat lehernya.”
c. Harus ikhlas, yakni murni hanya mengharap ridha Allah semata.
Keikhlasan harus ada dalam seluruh ibadah, karena keikhlasan inilah
jiwa dari ibadah. Tanpa keikhlasan maka tidak mungkin ada ibadah
yang sesungguhnya. Dan hanya ibadah yang dilakukan secara ikhlas
saja yang akan diterima oleh Allah swt, sedangkan ibadah yang
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
16
dilakukan secara tidak ikhlas, seperti karena ada unsur riya maka tidak
akan mempunyai nilai apa – apa di hadapan Allah, bahkan bisa
mendapatkan kecelakaan (QS. Al Ma‟un : 4-7)
d. Harus sesuai dengan tuntunan.
e. Seimbang antara unsur jasmani dan rohani.
f. Mudah dan meringankan.
C. Penelitian Terdahulu
1. Aola Zam Zam (2014), “Perbandingan Antara Siswi yang Berjilbab
dengan Siswi yang Tidak Berjilbab Terhadap Akhlak di Sekolah
Menengah Kejuruan Wijayakusuma Jatilawang tahun pelajaran
2013/2014.
Jenis penelitian menggunakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan subyek penelitian 16 siswa, metode pengumpulan data
dengan angket dan dokumentasi, analisis data menggunakan rumus t tes.
Hasil yang diperoleh tidak ada perbedaan akhlak yang signifikan
antara siswi yang berpakaian muslimah an siswi yang bukan berpakaian
muslimah, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan hasil uji hipotesis
dengan nilai t hitung = 1,43 dibandingkan dengan nilai t tabel dengan
taraf signifikan 5% = 2,14 dan taraf signifikan 1% = 2,98. Dengan
demikian hipotesis alternatifnya (Ha) di tolak dan Ho diterima.
Persamaan yang ada dalam skripsi Aola Zam Zam dengan skirisi
penulis adalah pada metode analisis data yang digunakan yaitu dengan
menggunakan rumus product moment, sedangkan untuk perbedaanya
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
17
terdapat pada jenis penelitian penulis menggunakan jenis penelitian
diskriptif kuantitatif dan pada metode pengumpulan data yang
digunakan, serta pada variabel bebas/variabel x yang digunakan oleh
penelitian terdahulu adalah siswi yang berjilbab dengan siswi yang tidak
berjilbab, sedangkan variabel bebas/variabel x yang peneliti gunakan
adalah siswi yang berjilbab.
2. Meilia Ratna Susanti (2014), “Pengaruh Pendidikan Agama Islam
Terhadap Kesadaran Berjilbab Siswa Kelas XII AP (Administrasi
Perkantoran) 1 SMK Negeri 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas tahun
pelajaran 2013/2014”.
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kuantitatif dengan
menggunakan metode observasi, angket, dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan rumus product moment
Hasil penelitian ini diperoleh nilai r product moment sebesar
0,777. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan r tabel dengan N=32. Pada
taraf signifikan 5% diperoleh hasil 0,349.Dimana nilai tersebut lebih
kecil dari r hitung yaitu 0,777 (0,777 > 0,349).Dan pada taraf signifikan
1% diperoleh hasil 0,449.Dimana nilai tersebut lebih kecil dari r hitung
yaitu 0,777 (0,777 > 0,449).
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel, baik
taraf signifikan 5% maupun 1%. Dengan demikian Ha diterima dan Ho
ditolak, yang berarti ada pengaruh pendidikan agama islam terhadap
kesadaran berjilbab siswa kelas XII AP (administrasi perkantoran) 1
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
18
SMK Negeri 1 Purwokerto kabupaten banyumas tahun pelajaran
2013/2014.
Persamaan yang ada dalam skripsi Meilia Ratna Susanti dengan
skirisi penulis adalah pada metode analisis data yang digunakan yaitu
dengan menggunakan rumus product moment, sedangkan untuk
perbedaanya terdapat pada metode pengumpulan data dan dan pada letak
berjilbabnya, pada penelitian terdahulu pemakaian jilbab terdapat pada
variabel terikat/variabel y sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
pemakaian jilbab terdapat pada variabelbebas/variabel x.
3. Handayani Sulimah (2004), “Studi Korelasi Antara Ketaatan Beribadah
dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Aqidah Akhlak siswa kelas VI MI
Ma‟arif Al Ikhsan Beji Kecamatan Kedung Banteng tahun ajaran
2003/2004”.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode dokumentasi untuk mengetahui hasil prestasi
belajar bidang studi aqidah akhlak (melalui buku raport).Sedangkan
metode angket digunakan untuk mencari data tentang ketaatan dalam
beribadah.Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan
menggunkan rumus korelasi product moment.
Setelah data dihitung angka koefisien korelasi product moment
= 0,484 selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel, baik pada taraf
signifikan 5% = 0,339 maupun 1% = 0,436. Dari hasil ini dapat diketahui
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015
19
bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif, bahwa korelasi antara
ketaatan beribadah siswa dengan prestasi belajar siswa.
Dari hasil analisis, kesimpulan yang diperoleh ada korelasi yang
signifikan antara ketaatan beribadah dengan prestasi belajar bidang studi
aqidah akhlak siswa kelas VI semester 1 MI Al ikhsan beji kecamatan
kedung banteng tahun ajaran 2003/2004.
Persamaan yang ada dalam skripsi Handayani Sulimah dengan
skrisi penulis adalah pada metode analisis data yang digunakan yaitu
dengan menggunakan rumus product moment, sedangkan untuk
perbedaanya terdapat pada metode pengumpulan data, dan pada letak
ketaatan beribadahnya, pada penelitian terdahulu ketaatan beribadah
terdapat pada variabel bebas/variabel x sedangkan penelitian yang
dilakukan peneliti ketaatan beribadah terdapat pada variabel
terikat/variabel y.
Hubungan Antara Pemakaian..., Nur Ayati, Fakultas Keagamaan, 2015