BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri Haid 1. Pengertianrepository.poltekkes-tjk.ac.id/659/4/BAB...

26
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri Haid 1. Pengertian Menstruasi adalah suatu proses pelepasan dinding rahim yang disertai dengan perdarahan yang terjadi setiap bulan secara berulang, kecuali pada saat terjadi kehamilan. Proses pengeluaran darah menstruasi biasanya berlangsung selama 3-7 hari dengan jumlah darah yang hilang kurang lebih sekitar 50-60 cc tanpa adanya bekuan darah. Siklus menstruasi pada setiap wanita tidak selalu sama, dengan variasi normal antara 26-32 atau 28-35 hari siklus menstruasi (Manuaba, 2009:55-57). Nyeri haid atau dismenorea berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal, sedangkan meno berarti bulan, dan rrhea yang berarti aliran. Dysmenorrhea atau dismenorea dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi. Hampir sebagian wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi. Namun, istilah dismenorea hanya dipakai saat nyeri yang dirasa begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-obatan. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaksasi. Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang berlangsung hebat dan sering maka akan menyebabkan aliran darah ke uterus menjadi terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Sukarni, 2013:32).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri Haid 1. Pengertianrepository.poltekkes-tjk.ac.id/659/4/BAB...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyeri Haid

1. Pengertian

Menstruasi adalah suatu proses pelepasan dinding rahim yang disertai

dengan perdarahan yang terjadi setiap bulan secara berulang, kecuali pada saat

terjadi kehamilan. Proses pengeluaran darah menstruasi biasanya berlangsung

selama 3-7 hari dengan jumlah darah yang hilang kurang lebih sekitar 50-60 cc

tanpa adanya bekuan darah. Siklus menstruasi pada setiap wanita tidak selalu

sama, dengan variasi normal antara 26-32 atau 28-35 hari siklus menstruasi

(Manuaba, 2009:55-57).

Nyeri haid atau dismenorea berasal dari bahasa Yunani –dys yang berarti

sulit, nyeri, abnormal, sedangkan meno berarti bulan, dan rrhea yang berarti

aliran. Dysmenorrhea atau dismenorea dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada

saat menstruasi. Hampir sebagian wanita mengalami rasa tidak enak pada perut

bagian bawah saat menstruasi. Namun, istilah dismenorea hanya dipakai saat

nyeri yang dirasa begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan

obat-obatan. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan

relaksasi. Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi

yang berlangsung hebat dan sering maka akan menyebabkan aliran darah ke

uterus menjadi terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Sukarni, 2013:32).

8

2. Jenis-Jenis

Menurut Anurogo (2011:43-49), secara klinis dismenorea terbagi menjadi

dua, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder.

a. Dismenorea Primer

Merupakan nyeri haid yang dijumpai dan dirasakan oleh penderita tanpa

adanya kelainan alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer biasanya terjadi

dalam 6-12 bulan pertama setelah terjadinya haid pertama (menarche), segera

setelah siklus ovulasi teratur ditentukan. Selama menstruasi, sel endometrium

melepaskan prostaglandin yang menyebabkan terjadinya iskemia uterus

(penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi myometrium (otot dinding

rahim) dan vasoconstriction (penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar

prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid perempuan yang

mengalami dismenorea berat. Kadar ini memang meningkat selama dua hari

pertama haid. Patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin

F2alpha (PGF2alpha), yang merupakan suatu stimulan miometrium yang kuat dan

vasoconstrictor (penyempit pembuluh darah) yang ada pada endometrium

sekretori. Respons terhadap inhibitor (penghambat) prostaglandin pada pasien

yang menderita dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea

diperantarai oleh prostaglandin.

b. Dismenorea Sekunder

Biasanya dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama (menarche), tetapi

yang paling sering muncul yaitu di usia 20-30 tahunan setelah tahun-tahun normal

siklus menstruasi tanpa adanya nyeri. Peningkatan prostaglandin juga dapat

berperan pada dismenorea sekunder. Namun penyebab seperti penyakit pelvis

9

harusnya ada. Termasuk penyebab yang ada diantaranya endometriosis atau

jaringan endometrium berada di luar rahim dengan tanda-tanda adanya nyeri saat

haid, kemudian adanya adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive),

adanya polip endometrium atau tumor jinak di endometrium, chronic pelvic

inflamatory disease (penyakit radang panggul menahun), serta penggunaan dari

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (Anurogo, 2011:48-49).

Menurut Kusmiran (2011:112-113), dismenorea sekunder biasanya baru

muncul kemudian, yaitu jika terdapat penyakit atau kelainan yang menetap seperti

infeksi pada rahim, kista atau polip, tumor di sekitar kandungan, serta kelainan

kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.

3. Etiologi

Menurut Judha (2012:46), penyebab dismenorea bermacam-macam, bisa

terjadi karena adanya penyakit seperti radang panggul, endometriosis, tumor atau

kelainan uterus, selaput dara atau vagina tidak berlubang, stres atau cemas yang

berlebihan. Selain itu ketidak seimbangan hormonal dan tidak ada hubungan

dengan organ reproduksi juga menjadi penyebab lain dari dismenorea. Beberapa

faktor penyebab terjadinya dismenorea diantaranya:

a. Faktor Kejiwaan

Perempuan remaja secara emosional tidak stabil, terlebih lagi jika mereka

tidak mendapatkan penjelasan dan pengarahan yang baik mengenai proses

terjadinya menstruasi maka akan lebih mudah mengalami dismenorea.

10

b. Faktor Konstitusi

Faktor ini berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan

ambang nyeri yang dirasakan. Faktor ini biasanya juga berkaitan dengan penyakit-

penyakit menahun.

c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Teori ini merupakan teori yang paling tua untuk penjelasan mengenai

dismenorea primer, namun saat ini hal tersebut sudah tidak lagi dianggap karena

sesungguhnya banyak wanita yang mengalami dismenorea tidak mengidap

obstruksi kanalis servikalis atau juga sebaliknya.

d. Faktor Endokrin

Umumnya, ada beberapa anggapan bahwa kejang yang terjadi pada saat

dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Hal ini

dipengaruhi oleh hormonal saat endometrium masuk fase sekresi yang kemudian

akan melepaskan prostaglandin F2a yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot

polos jika hormon tersebut dilepas secara berlebihan ke peredaran darah maka

akan timbul efek lain seperti diare, mual dan juga muntah.

4. Patofisiologi

Rasa nyeri yang dirasakan ketika haid dapat dikaitkan dengan pengaruh

dari hormon prostaglandin selama sedang haid. Nyeri haid berhubungan dengan

adanya kontraksi uterus yang memanjang serta terjadinya penurunan aliran darah

ke myometrium, peningkatan endometrial prostaglandin hingga tiga kali lipat

terjadi dari fase folikuler menuju ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut

yang terjadi selama haid. Peningkatan pada prostaglandin di endometrium yang

mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan

11

peningkatan tonus myometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan sehingga

menyebabkan nyeri haid (Anurogo, 2011:45-46).

Selama siklus mentruasi pada wanita sedang berlangsung, lapisan

endometrium menebal dalam persiapan untuk kehamilan potensial. Setelah

ovulasi terjadi, jika sel telur tidak dibuahi dan tidak terjadi kehamilan, molekul

senyawa yang disebut prostaglandin dilepaskan selama menstruasi, karena

penghancuran sel endometrium dan pelepasan resultan isinya. Prostaglandin dan

mediator inflamasi lainnya dalam rahim akan menyebabkan uterus berkontraksi.

Zat tersebut diduga menjadi faktor utama terjadinya dismenorea primer. Ketika

otot rahim berkontraksi, mereka membatasi jumlah pasokan darah ke jaringan dari

endometrium yang menyebabkan jaringan rusak dan mati. Kontraksi pada rahim

yang terjadi secara terus-menerus akan memeras jaringan dan kemudian jaringan

endometrium yang mati melalui leher rahim akan keluar dari tubuh melalui

vagina. Kontraksi ini akan menyebabkan kurangnya oksigen pada jaringan yang

berakibat akan mnunculnya rasa sakit atau kram selama menstruasi (Sukarni,

2013:45).

5. Gejala Klinis

Gejala utama dismenorea adalah nyeri yang terkonsentrasi di perut bagian

bawah, di daerah umbilikalis atau di sekitar daerah suprapubik perut. Hal ini juga

sering dirasakan di perut bagian kanan atau kiri dan dapat menjalar ke paha dan

punggung bawah. Nyeri yang dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau

sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Gejala lain yang mungkin termasuk

adalah mual dan muntah, diare atau sembelit, sakit kepala, pusing, disorientasi,

12

hipersensitivitas terhadap suara, cahaya, bau dan sentuhan, pingsan dan kelelahan

(Sukarni, 2013:51).

6. Derajat

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada saat awal

terjadinya menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Menurut

Manuaba (2009) dismenorea dibagi menjadi tiga tingkatan keparahan, yaitu :

a. Dismenorea Ringan

Seorang yang sedang mengalami nyeri dan masih bisa ditolerir karena

berada pada ambang rangsang dan berlangsung selama beberapa saat kemudian

masih bisa melanjutkan pekerjaan atau aktivitasnya sehari-hari. Dismenorea

ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan mulai dari 1-4, untuk skala

wajah dismenorea ringan terdapat skala nyeri dengan tingkatan 1-2.

b. Dismenorea Sedang

Apabila penderita dismenorea merespon nyerinya dengan merintih dan

menekan-nekan bagian yang terasa nyeri, diperlukan obat penghilang rasa nyeri

tanpa perlu meinggalkan kerjanya. Dismenorea sedang memiliki skala nyeri

dengan tingkatan 5-6, untuk skala wajah dismenorea sedang terdapat pada skala

nyeri dengan tingkatan 3.

c. Dismenorea Berat

Penderita dismenorea yang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada

kemungkinan seorang penderita tidak mampu lagi melakukan semua pekerjaannya

dan perlu beristirahat beberapa hari dapat disertai dengan sakit kepala, migraine,

pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan muntah. Dismenorea berat terdapat pada

13

skala nyeri dengan tingkatan 7-10, untuk skala wajah dismenorea berat terdapat

skala nyeri dengan tingkatan 4-5.

7. Penatalaksanaan

Menurut Varney (2007:342), terdapat dua macam penanganan atau

penatalaksanaan nyeri dismenorea yaitu non farmakologi dan farmakologi.

a. Non Farmakologi

1) Teknik nafas dalam dan relaksasi

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan teknik melakukan nafas dalam,

nafas lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan (Smeltzer;

Bare, 2002: 234). Secara umum, relaksasi adalah metode yang paling efektif

terutama pada pasien yang mengalami nyeri (Ernawati dkk, 2010).

2) Penggunaan kompres hangat

Metode ini merupakan metode non farmakologi yang dianggap sangat

efektif dalam menurunkan nyeri atau spasme otot. Panas dapat dialirkan melalui

konduksi, konveksi dan konversi. Nyeri karena memar, spasme otot, dan arthritis

berespon baik terhadap peningkatan suhu karena dapat melebarkan pembuluh

darah dan meningkatkan aliran darah lokal (Oktasari, dkk, 2014: 2).

3) Senam (Pilates) atau yoga

Salah satunya adalah senam pilates. Senam pilates adalah metode

rehabilitasi yang bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan stabilitas otot-otot

dalam tubuh. Senam pilates difokuskan untuk membangun atau meningkatkan

kekuatan tanpa upaya atau usaha yang berlebihan, meningkatkan fleksibilitas dan

kelincahan, serta membantu untuk mencegah terjadinya cedera. Pilates dilakukan

dengan cara mengkombinasikan latihan kelenturan dan kekuatan tubuh,

14

pernapasan dan relaksasi. Pilates mempunyai pola gerakan dasar yang

memusatkan kekuatan tubuh pada otot perut. Gerakan dasar dalam metode pilates

sering dikenal dengan “stable core”, karena otot panggul dan perut dianggap

sebagai otot-otot yang memiliki kestabilan yang paling tinggi (Husin, 2014: 299-

300).

4) Istirahat yang cukup

Istirahat merupakan keadaan yang membutuhkan ketenangan tanpa adanya

tekanan emosional. Kata istirahat yang berarti menyegarkan diri atau diam setelah

melakukan kerja keras; suatu keadaan untuk melepaskan lelah; bersantai untuk

menyegarkan diri; atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang

membosankan, menyulitkan dan bahkan menjengkelkan (Hidayat; Musrifatul,

2008:110).

5) Masase

Masase merupakan stimulase kutaneus tubuh secara umum yang sering

dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase pada umumnya tidak secara spesifik

menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor

nyeri tetapi dapat memiliki dampak melalui sistem kontrol desenden. Efek dari

masase yaitu dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat otot

terelaksasi (Smeltzer; Bare, 2002: 232).

6) Latihan Fisik

Latihan fisik memicu tubuh untuk menghasilkan endorphin, opiate alami

yang bisa meningkatkan perasaan sejahtera selain untuk mengurangi nyeri.

Dengan melakukan latihan fisik sedang dapat membantu mengurangu dismenorea

dengan cara mendistraksi perhatian dari nyeri, menghasilkan perasaan relaksasi,

15

dan mengurangi perasaan stress. Latihan fisik juga dapat mengurangi gejala

sindrom pramenstruasi (PMS) (Salbiah, 2012:73).

7) Aromaterapi Lavender

Aromaterapi merupakan suatu metode relaksasi yang menggunakan

minyak esensial dalam pelaksanaannya yang berguna untuk meningkatkan

kesehatan fisik, emosi, dan spirit seseorang. Berbagai macam jenis minyak

esensial salah satunya adalah untuk menurunkan intensitas nyeri dan tingkat

kecemasan (Solehati, 2015:195). Kandungan dari aromaterapi lavender sendiri

adalah linalyl asetat dan linalool. Linalyl asetat berfungsi untuk mengendorkan

dan melemaskan sistem kerja saraf otot yang mengalami ketegangan sedangkan

linalool berperan sebagai relaksasi dan sedatif sehingga dapat menurunkan nyeri

pada saat haid (dismenorea) (Pustikawaty, 2016). Aromaterapi lavender diyakini

mempunyai sifat antikonvulsan, antidepresi, anxyolitic dan bersifat menenangkan.

Ketika aromaterapi dihisap, zat aktif yang ada di dalamnya akan merangsang

hipotalamus untuk mengeluarkan hormon endorphin. Seperti yang diketahui,

endorphin Pmerupakan zat yang menimbulkan perasaan tenang, relaks dana

bahagia (Widayani, 2016: 2).

b. Farmakologi

1) Obat anti nyeri jenis non-steroid

Obat jenis NSAID (obat anti inflamasi non steroid) diduga dapat

menurunkan tingkat nyeri dengan cara menghambat produksi prostaglandin dari

jaringan-jaringan yang mengalami taruma atau inflamasi yang menghambat

reseptor nyeri untuk menjadi sensitif terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya

(Smeltzer; Bare, 2002: 231).

16

2) Obat-obat diuretik

Obat ini dinilai mampu meningkatkan kemampuan kerja ginjal untuk

mengeluarkan sodium dan air yang ada di dalam urine. Sehingga jumlah cairan

dalam sel-sel jaringan tubuh berkurang. Obat diuretika semacam spironolactone

digunakan untuk mengurangi penahanan cairan dan perut kembung, dan

sebaiknya penderita mengurangi asupan garam. Spironolactone (Aldactone), satu

antagonis aldosteron yang serupa dengan hormon-hormon steroid merupakan

satu-satunya obat diuretik yang sangat efektif membebaskan gejala-gejala PMS

(Saryono; Sejati, 2009:57).

8. Penilaian Nyeri

a. Skala Nyeri Wajah (Wong Baker Facial Grammace Scale)

Pengukuran skala nyeri menggunakan wajah yaitu terdiri dari 6 wajah

yang tersenyum untuk “tidak nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri

hebat”. Berikut adalah skala nyeri wajah yang terdiri dari 6 ilustrasi gambar wajah

yang dapat dilihat pada gambar 1 :

Gambar 1. Skala Nyeri Wajah

Sumber : Judha, 2012: 38

17

Keterangan :

1) Tidak nyeri : 0

2) Nyeri ringan : 1-3

3) Nyeri sedang : 4-6

4) Nyeri berat : 7-9

5) Nyeri hebat : 10

b. Numeric Rating Scale (NRS)

NRS menggunakan skala mulai dari nomor 0-10 untuk menggambarkan

peningkatan nyeri. Klien menilai sendiri rasa nyeri yang dialami dengan

menggunakan skala 0-10. 0 menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan 10

menggambarkan nyeri yang hebat. Klasifikasi skala nyeri tersebut terbagi dalam 4

kategori pada gambar 2 :

Gambar 2. Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10

Sumber: Judha, 2012:36-37

Keterangan :

1) Tidak nyeri : 0

2) Nyeri ringan : 1-3

3) Nyeri sedang : 4-6

4) Nyeri berat : 7-9

5) Nyeri sangat hebat : 10

18

Karakteristik skala nyeri numerik 0-10 terbagi dalam tabel 1 :

Tabel 1

Karakteristik Nyeri

Skala Karakteristik Nyeri

0 Tidak terjadi nyeri.

1 Sangat sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan kecil.

2 Sedikit gangguan, terasa seperti tusukan yang lebih dalam.

3 Gangguan cukup dihilangkan dengan pengalihan perhatian.

4 Nyeri seperti kram atau kaku, dapat diabaikan dengan beraktivitas atau

melakukan pekerjaan.

5 Rasa nyeri seperti tertekan, sulit bergerak dan tidak bisa diabaikan

lebih dari 30 menit.

6 Rasa nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk yang tidak bisa

diabaikan untuk waktu yang lama dan sulit untuk bergerak.

7 Sulit untuk berkonsentrasi, dengan diselingi istirahat atau tidur kamu

masih bisa bekerja dengan sedikit usaha.

8 Beberapa aktivitas fisik terbatas. Kamu masih bisa membaca dan

berbicara dengan usaha. Merasakan mual dan pusing kepala.

9 Tidak dapat berbicara, menangis, mengerang dan merintih tak dapat

dikendalikan, penurunan kesadaran dan mengigau

10 Tidak sadarkan diri atau pingsan.

Skala Intensitas Nyeri Numerik 1-10 menurut Potter (2005) dalam Swarihadiyanti

(2014:14)

B. Aromaterapi Lavender

1. Pengertian Aromaterapi

Aromaterapi merupakan salah satu tehnik pengobatan atau perawatan yang

menggunakan bau-bauan yang berasal dari minyak esensial aromaterapi (Dewi,

2011:1). Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau wangi, dan

therapy yang dapat diartikan sebagai suatu cara pengobatan atau penyembuhan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa aromaterapi adalah suatu cara perawatan

tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial

(essential oil) (Jaelani, 2009:11).

19

2. Sejarah Aromaterapi

Penggunaan metoda aromaterapi ini sebenarnya sudah ada sejak lama.

Sejak 5000 tahun lalu, bangsa Mesir telah menggunakan getah serta minyak yang

berasal dari tumbuhan yang ada di sekitar negeri itu untuk perawatan tubuh, dupa

pengharum ruangan maupun obat berbagai macam penyakit. Bahan-bahan yang

berasal dari getah tanaman telah digunakan pula untuk membalsam mumi orang

yang telah meninggal sehingga mumi itu pun dapat bertahan lama. Penggunaan

bahan aromatis dari getah dan minyak tumbuhan tersebut merupakan cikal-bakal

dalam sejarah aromaterapi.

Aroma terapi sendiri dipopulerkan di Indonesia oleh beberapa ahli penata

kecantikan Indonesia setelah mereka menyelesaikan pengalaman di Eropa,

sebagai oleh-oleh dari acara Post XXXV Cidesco World Congress Aroma

Therapy Course pada tahun 1981 di Wina, Austria. Dalam perkembangan

selanjutnya, eksistensi aromaterapi menjadi lebih populer dengan adanya klinik

„spa‟ yang mulai menjamur di berbagai pelosok negeri (Jaelani, 2009:12-18).

3. Zat yang Terkandung dalam Minyak Lavender

Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas beberapa

kandungan. Dalam 100 gram bunga lavender tersusun atas beberapa kandungan

seperti: minyak esensial (1-3%), alpha-pinene (0, 22%), camphene (0,06%), beta-

myrcene (5,33%), p-cymene (0,3%), limonene (1,06%), cineol (0,51%), linalool

(26,12%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol (4,64%), linalyl acetate (26,32%),

geranyl acetate (2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan data diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga lavender adalah

20

linalyl asetat dan linalool yang berperan sebagai efek anti cemas (anti

anxiety/relaksasi) (Dewi, 2011:4).

4. Aromaterapi Lavender dengan Inhalasi

Indera penciuman memiliki peran yang sangat penting dalam kemampuan

kita untuk bertahan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam sehari hidung

kita bisa mencium kurang lebih 23.040 kali. Bau-bauan dapat memberikan

peringatan kepada kita saat akan adanya bahaya dan juga dapat memberikan efek

menenangkan (relaksasi). Apabila tubuh dalam keadaan relaksasi maka otot-otot

dalam tubuh kita dalam keadaan tidak tegang. Untuk mencapai keadaan relaksasi

bisa dilakukan dengan cara menurunkan tingkat stres, baik itu stres fisik ataupun

stres psikis, serta siklus tidur yang cukup dan teratur. Kandungan linalool dalam

minyak lavender banyak digunakan saat ini, baik secara inhalasi (hirup) ataupun

dengan teknik pemijatan pada kulit.

Aromaterapi yang digunakan secara inhalasi atau dihirup kemudian akan

masuk ke sistem limbic yang akan diproses sehingga kita dapat mencium baunya.

Pada saat kita menghirup suatu aroma, komponen kimianya akan masuk ke bulbus

olfactory, kemudian ke limbic sistem pada otak. Limbic adalah struktur bagian

dalam dari otak yang berbentuk seperti cincin yang terletak pada bagian bawah

cortex cerebral. Tersusun ke dalam 53 daerah dan 35 saluran atau tractus yang

berhubungan dengannya, termasuk amygdala dan hipocampus. Sistem limbic

sendiri merupakan pusat dari rasa nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan

berbagai emosi lainnya. Sistem limbic menerima semua informasi dari sistem

pendengaran, sistem penglihatan, dan juga sistem penciuman. Selain itu, sistem

ini dapat mengontrol dan mengatur suhu tubuh, rasa lapar, dan rasa haus.

21

Amygdala yang berperan sebagai bagian dari sistem limbic bertanggung jawab

atas respon emosi kita terhadap suatu aroma. Sedangkan hipocampus bertanggung

jawab atas memori dan pengenalan terhadap bau juga tempat dimana bahan kimia

pada aromaterapi merangsang gudang-gudang penyimpanan memori otak kita

terhadap pengenalan bau-bauan (J. Buckle, 2001 dalam Dewi, 2011:8).

5. Manfaat Aromaterapi Lavender

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pustikawaty pada tahun

2016, menyatakan bahwa setelah dilakukan pemberian aromaterapi pada siswi

kelas X yang mengalami nyeri haid terjadi penurunan nyeri yaitu 81% siswi yang

mengalami nyeri ringan dan 19% siswi yang tidak mengalami nyeri. Hal ini

dikarenakan bahwa pada saat seseorang menghirup aromaterapi lavender, molekul

yang mudah menguap (volatile) dari minyak esensial tersebut dibawa ke sel-sel

reseptor dihidung. Ketika molekul-molekul tersebut menempel pada rambut-

rambut halus yang ada di dalam hidung, maka terjadilah suatu pesan elektrokimia

yang kemudian akan ditransmisikan melalui saluran olfactory ke otak kemudian

ke sistem limbik (Pustikawaty, 2016:11).

Kemudian akan merangsang hipotalamus untuk melepaskan hormon

serotonin yang dapat memperbaiki suasana hati dan hormon endorphin yang

berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami serta menghasilkan perasaan rileks,

tenang dan senang (Pustikawaty, 2016:11). Selain itu, jika seseorang menghirup

aromaterapi lavender selama 10 menit maka dapat mengendorkan otot-otot yang

mengalami ketegangan dan kemudian dapat membuka aliran darah yang sempit

sehingga dapat menurunkan nyeri pada saat haid (Fithriana, 2016:3).

22

6. Prosedur Tindakan Aromaterapi Lavender

Persiapan yang dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Persiapan alat dan lingkungan

1) Minyak esensial lavender

2) Tungku aromaterapi

3) Air secukupnya

4) Daya listrik

5) Lilin dan korek api

6) Lingkungan yang tenang, nyaman dan ruangan tertutup

7) Hindari penggunaan cahaya yang terlalu terang

b. Tindakan

1) Teteskan 5 tetes minyak esensial aromaterapi lavender ke tungku

aromaterapi, lalu tambahkan air sebanyak 20 ml pada tungku dan

letakkan lilin dibawah tungku aromaterapi, lalu hidupkan api

dengan menggunakan korek api.

2) Kemudian hirup dalam-dalam selama 10 menit.

3) Lakukan sebanyak 2 kali sehari selama 2 hari nyeri haid

berlangsung.

7. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Nyeri Haid

Aromaterapi lavender terdapat kandungan utamanya yaitu linalyl asetat

dan linalool, dimana linalyl asetat berfungsi untuk mengendorkan dan

melemaskan sistem kerja dari saraf dan otot yang mengalami ketegangan

sedangkan linalool berperan sebagai relaksasi dan sedatif sehingga dapat

menurunkan nyeri haid (Pustikawaty, 2016:4).

23

Pada saat menghirup aromaterapi lavender suatu pesan elektrokimia akan

ditransmisikan melalui bola dan saluran olfactory kedalam sistem limbik, hal ini

akan merangsang memori dan juga respon emosional. Kemudian hipotalamus

yang berperan sebagai relay dan regulator yang akan memunculkan pesan-pesan

yang harus disampaikan ke bagian otak serta bagian tubuh lain. Saat pesan

diterima, kemudian akan diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan

senyawa elektrokimia yang akan menyebabkan euphoria, relaks dan sedatif.

Sistem limbik ini terutama digunakan dalam ekspresi emosi (Koensoemardiyah,

2009:15-16). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pustikawati, dkk

(2016:7) menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami nyeri haid dengan

skala nyeri yaitu 4.56 dengan standar deviasi 1,458 dan rata-rata skala nyeri

setelah diberikan aromaterapi lavender yaitu 1,50 dengan standar deviasi 1,155.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai p = 0,000. Karena nilai p<0,05 yang

berarti ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri

haid dan merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan pada penanganan

dismenorea secara non-farmakologi.

C. Senam Pilates

1. Pengertian

Senam Pilates merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk penguatan,

penguluran dan fleksibilitas dalam pemeliharaan bentuk tubuh dengan abdomen

(perut) sebagai pusat kekuatan yang bekerja selama senam pilates dilakukan

(Araujo, 2012:120). Menurut Namuri (2011: 20), pilates adalah suatu metode

pembentukan tubuh yang mengutamakan kekuatan otot tubuh bagian tengah,

24

tepatnya otot perut bagian depan dan bagian belakang. Otot perut diyakini sebagai

otot yang berperan besar dalam menjaga koordinasi, stabilisasi, dan keseimbangan

dari gerakan anggota tubuh yang lain. Pilates pertama kali dikembangkan oleh

Joseph Hubert Pilates seorang pelatih fisik (binaraga, tinju, gulat, yoga, senam,

dan seni bela diri) dari The New York Pilates Studio pada Tahun 1920.

Pilates memiliki pola gerakan dasar yang menitikberatkan pada gerakan-

gerakan otot panggul dan otot perut. Dalam metode Pilates, gerakan dasar ini

seringkali dikenal sebagai stable core, karena otot panggul dan perut dianggap

sebagai otot-otot yang memiliki kestabilan paling tinggi (Husin, 2014: 299-300).

Menurut Shah (2013:1), Pilates termasuk ke dalam kelompok yang disebut

sebagai latihan pikiran tubuh yang berfokus pada gerakan, postur tubuh, dan

pernapasan yang terkontrol. Pilates dapat memperbaiki kesehatan mental dan juga

fisik, meningkatkan fleksibilitas dan memperkuat otot melalui gerakan yang

terkontrol yang dilakukan di atas matras (alas) atau dengan peralatan lain untuk

memberi nada dan memperkuat tubuh. Metode ini menggabungkan prinsip-prinsip

latihan dari budaya Timur (kontrol dari gerak oleh pikiran, presisim body centre

sebagai titik energi utama, pernapasan yang tepat dan relaksasi –Hatha Yoga) dan

budaya Barat (Pelatihan ketahanan, stabilisasi-balet klasik).

2. Klasifikasi Pilates

Latihan Pilates dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok matras

(alas/tikar) dan kelompok peralatan. Latihan yang lebih dulu dikembangkan oleh

Josep Hubert Pilates adalah latihan dengan menggunakan matras yang sesuai

dengan namanya dilakukan di alas/tikar di atas lantai. Di kelas matras, peserta

biasanya duduk atau berbaring telentang dan menggunakan gravitasi untuk

25

membantu menstabilkan kekuatan tubuh. Selain itu, Mr. Pilates merancang

peralatan khusus untuk melatih berbagai pola dan postur gerakan. Salah satu dari

peralatan tersebut adalah sliding platform horisontal yang memungkinkan

seseorang dapat duduk, berdiri, berlutut ataupun berbaring (Shah, 2013: 2).

3. Prinsip Dasar Pilates

Menurut Namuri (2011: 23-27), terdapat 5 prinsip dasar yang menjadi

pedoman saat akan melakukan gerakan pilates diantaranya adalah :

a. Pernapasan Lateral

Pernapasan saat berlatih Pilates dimulai dengan menarik napas dari hidung

dan mengeluarkan napas dari mulut. Saat menarik napas, kembangkan tulang

rusuk (ribcage), seolah-olah Anda akan meniup lilin. Proses pembuangan napas

secara perlahan ini akan memudahkan otot perut yang paling dalam (transversus

abdominis) menjadi aktif atau menguat. Otot-otot inilah yang berfungsi sebagai

korset alami tubuh. Setiap gerakan pada Pilates harus didahului dengan

mengaktifkan transversus abdominisis.

b. Posisi Tulang Panggul

Tulang panggul atau pelvis merupakan rangka yang menampung organ

reproduksi.

c. Posisi Tulang Rusuk

Tulang rusuk (ribcage) merupakan tulang yang melingkupi organ

pernapasan. Pada bagian belakang, tulang rusuk tersambung pada tulang

punggung (spine). Sementara pada bagian depan, sebagian terhubung pada tulang

dada dan sebagian lagi tergantung begitu saja. Posisi tulang rusuk juga sangat

mempengaruhi posisi tulang punggung Anda.

26

d. Pergerakan dan Stabilitasi pada Bahu

Bahu dan lengan berhubungan dengan tulang belikat. Manusia memiliki

dua buah tulang belikat (scapula) yang terletak di sebelah kiri dan kanan

punggung bagian atas. Beberapa orang banyak yang tidak menyadari peranan dari

tulang belikat ini. Padahal, setiap gerakan yang melibatkan lengan maka tulang

belikat akan ikut bergerak, guna menjaga stabilisasi sendi bahu.

e. Posisi Leher

Tulang leher memiliki fungsi sebagai penopang kepala beserta segala

isinya. Meski kecil, namun bebannya cukup berat. Sebaiknya leher harus selalu

berada tepat di tengah kedua bahu, dengan posisi tegak dan tidak miring ke salah

satu sisi, menghadap ke depan, dan tidak menoleh ke salah satu sisi. Saat

melakukan gerakan apapun, kepala dan tulang leher harus bergerak seirama

dengan tulang belakang hingga panggul.

4. Prosedur Senam Pilates

Latihan Pilates ditujukan untuk otot paha, bokong, pinggul, bahu,

punggung serta badan bagian tengah. Lakukan latihan secara teratur 3 kali dalam

1 hari dan dilakukan selama 1 kali siklus menstruasi dan dilakukan 1 hari sebelum

menstruasi agar mendapatkan manfaat sepenuhnya. Tariklah otot-otot perut ke

dalam, dan lakukan gerakan dengan benar. Lalu mulailah selalu dengan

melakukan pemanasan dan jangan lupa pendinginan setelah selesai latihan. Ketika

melakukan gerakan, usahakan jangan memantul-mantul. Pada saat latihan,

tariklah otot-otot perut ke dalam. Berikut adalah prosedur senam pilates yang

dapat dilakukan pada saat nyeri haid :

27

a. Gerakan 1 : Peregangan Kedua Kaki

Tujuan : Untuk menguatkan otot-otot perut dan punggung. Tidurlah

telentang di atas matras, lalu bungkukkan kedua lutut ke arah dada, sehingga

berada di atas pinggul. Kedua pergelangan kaki bersama betis sejajar dengan

lantai, jari-jari kaki menunjuk ke depan. Kedua tangan ditempatkan sedikit

dibawah lutut. Tariklah napas dan tariklah tulang belikat dan usahakan leher rileks

(1A) Keluarkan napas dan kontraksikan otot-otot perut pada waktu merentangkan

kaki dan membentuk sudut 45 derajat. Kedua lengan disepanjang telinga,

usahakan agar badan terangkat dan punggung selalu berada diatas matras; (1B)

Tariklah napas dan kedua tangan turun ke samping badan. Kembali ke posisi awal

dan kedua lutut dibengkokkan ke arah dada. Lakukan gerakan ini sebanyak 5-10

kali ulangan.

b. Gerakan 2 : Gerakan Dada

Tujuan : Untuk menguatkan otot-otot punggung atas dan tengah, bahu,

dada, perut dan ekstensor punggung. Tidurlah tengkurap di atas matras, kedua

kaki berdekatan dan direntangkan. Angkat sedikit badan bagian atas, tempatkan

kedua tangan di bawah bahu. Lengan bawah berada di atas matras. Kontraksikan

otot-otot perut (2A). Tariklah napas dan gerakkan kedua lengan ke depan,

panjangkan tulang punggung. Keluarkan napas dan putarkan kedua lengan keluar

ke samping dan ke bawah, ke arah jari-jari kaki. Posisi kedua telapak tangan

menghadap ke arah paha (2B). Tariklah napas, kemudian keluarkan perlahan.

Gerakkan kedua tangan kembali ke posisi awal, turunkan badan dan ulangi

kembali gerakan ini sebanyak 5-10 kali.

28

c. Gerakan 3 : Pilates Wild Child’s Pose

Tujuan : Untuk mengurangi nyeri pada pinggul, serta membantu

meningkatkan atau mempertahankan kesehatan pinggul. Posisi ini akan memicu

perasaan relaksasi dan ketenangan. (3A) Tempatkan lutut di matras atau alas lalu

lebarkan keduanya hingga jarak yang nyaman. (3B) Kemudian lipat tubuh ke

depan, rentangkan lengan anda di depan anda. Ulangi gerakan 5-10 kali.

d. Gerakan 4 : Tiduran Miring dan Menggunting

Tujuan : Untuk menguatkan otot-otot kuadrisep (paha depan), hamstring

(paha belakang), bokong, pinggul, dan paha bagian dalam, serta untuk

memperbaiki perimbangan. Tidur di sisi kanan tubuh dengan kedua kaki lurus,

siku kanan di lantai dan letakkan kepala di tangan kanan. Kontraksikan otot-otot

perut agar tulang iga tertarik ke atas, dan letakkan tangan kiri di depan badan di

lantai. Tanpa memutar pinggul ke depan atau ke belakang, angkatlah sedikit kaki

dari lantai. Keluarkan napas dan gerakkan satu kaki di depan badan, sedangkan

kaki yang lain ke arah belakang, seperti sepasang gunting (4A). Tariklah napas,

kemudian keluarkan napas dan gerakkan kaki seperti gerakan gunting ke arah

depan dan ke arah belakang (4B). Lakukanlah ulangan untuk gerakan ini sebanyak

5-10 kali di setiap kaki. Yang disebut satu kali ulangan adalah satu kaki bergerak

ke depan dan ke belakang.

e. Gerakan 5 : Pilates Posisi Kucing

Tujuan : Untuk meregangkan tubuh atas dan leher serta melancarkan

peredaran darah dan mengurangi kecemasan. Bertumpu pada kedua lutut dan

29

telapak tangan. Pastikan tangan lurus sejajar bahu dan lutut dibawah pinggul.

Ambil napas dalam, kemudian turunkan dagu perlahan menuju dada. Lalu

lengkungkan punggung seperti posisi kucing yang sedang meregangkan tubuhnya

dan buanglah napas saat anda bangkit dari posisi. Ulangi gerakan hingga 5-10 kali

(Nabillah, 2012). (Gambar 1-5 terlampir)

5. Pengaruh Senam Pilates Terhadap Penurunan Nyeri Haid

Pilates telah memberikan perbaikan gejala yang berhubungan dengan

primary dysmenorrhea yang menekankan pada peningkatan keseimbangan tubuh

melalui kekuatan inti dan fleksibilitas tubuh. Gerakan kaki pada senam pilates

sangat membantu dalam meningkatkan sirkulasi darah serta melatih otot-otot

besar dan otot-otot pergelangan kaki sehingga aliran darah pada kaki akan

kembali lancar dan dapat mencegah terjadinya kram, pembengkakan dan

munculnya varises. Selain itu, pilates juga bermanfaat dalam menjaga mood

(Elfira, 2017: 294). Menurut Husin (2014:301-302), pilates akan membuat

seluruh anggota tubuh tetap terjaga sehingga tubuh tetap terasa fit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Araujo, dkk (2012:121)

menunjukkan bahwa nyeri menstruasi sebelum melakukan pilates adalah 7.89 ±

1,96 dan setelah melakukan pilates 2.56 ± 0,56 dengan p < 0,001. Dengan

demikian Pilates sebagai latihan fisik telah dipercaya untuk mengurangi nyeri saat

menstruasi dan menunjukkan bahwa Pilates adalah salah satu alternatif yang

menjanjikan pada penanganan dismenorea secara non-farmakologi.

30

D. Kerangka Teori

Kerangka teori berisi prinsip-prinsip dari teori yang mempengaruhi dalam

pembahasan yang berguna sebagai gambaran langkah serta arah kerja dan

membahas masalah yang akan di teliti (Notoatmodjo, 2014:82). Adapun kerangka

teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3 :

Gambar 3

Kerangka Teori

Sumber : Varney (2007:342)

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara suatu konsep dengan konsep yang lainnya, atau antar

satu variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2014:83).

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4 :

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 4

Kerangka Konsep

Upaya penanganan dismenorea:

Farmakologi

a. Obat non-steroid

b. Obat diuretik

Non Farmakologi

a. Teknik nafas dalam

b. Penggunaan kompres hangat

c. Senam Pilates

d. Istirahat yang cukup

e. Masase

f. Latihan fisik

g. Aromaterapi lavender

Penurunan Nyeri

Haid

Aromaterapi

Lavender

Senam Pilates

Penurunan Nyeri

Haid (Dismenorea)

31

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian adalah jawaban sementara dari penelitian,

patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

suatu penelitian (Notoatmodjo, 2014:84). Hipotesis memiliki fungsi sebagai

penentu kearah pembuktian, yang artinya hipotesis merupakan pernyataan yang

kebenarannya harus dibuktikan. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu : “Ada

perbedaan efektivitas antara pemberian aromaterapi lavender dengan senam

pilates terhadap penurunan nyeri haid pada remaja putri.”

G. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang digunakan sebagai

ciri, sifat ataupun ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian

tentang konsep penelitian tertentu. Berdasarkan hubungan fungsional atau

peranannya variabel dibedakan menjadi variabel independen dan variabel

dependen. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi, bebas

dan sebab sedangkan variabel dependent merupakan variabel terpengaruh atau

variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. (Notoatmodjo, 2014:103). Variabel

independent dari penelitian ini adalah aromaterapi lavender dengan senam pilates.

Variabel dependent dari penelitian ini adalah nyeri haid.

32

H. Definisi Operasional

Tabel 1

Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara

Ukur

Alat Ukur Hasil

Ukur

Skala

1 Nyeri Haid Nyeri yang

dirasakan pada saat

menstruasi seperti

rasa tidak enak pada

perut bagian bawah

berupa kram ringan

yang berakibat

terganggunya

aktivitas sehari-hari

pada wanita.

Observasi Checklist

dengan

Numeric

Rating

Scale

(NRS)

Intensitas

nyeri

antara 0-10

Rasio

2 Aromaterapi

lavender

Suatu teknik yang

menggunakan

ekstrak minyak

esensial bunga

lavender yang

diteteskan sebanyak

5 tetes kedalam 20

ml air dan diuapkan

dengan tungku

aromaterapi selama

10 menit yang

diberikan pada

responden sebanyak

2 kali sehari pada

hari pertama dan

kedua nyeri haid.

Observasi Checklist Diberikan

Aroma-

terapi

Lavender

Nominal

3 Senam

Pilates

Gerakan yang

dilakukan untuk

meningkatkan

kekuatan otot paha,

bokong, pinggul,

bahu, punggung,

serta badan bagian

tengah dengan 5

macam gerakan

yang dilakukan

selama ±30 menit

dengan frekuensi

gerakan 5-10 kali

hitungan pada tiap

gerakan dalam 3

kali sehari selama 1

siklus menstruasi

dan dilakukan 1 hari

sebelum menstruasi.

Observasi Checklist Melakukan

Senam

Pilates

Nominal