BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masa...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masa...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan
mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis
sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak
dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak
menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Sulistyawati A,
2009)
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42
hari namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa
nifas atau post partum disebut juga peurperium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous”
berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena
sebab melahirkan atau setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah
yang tertahan tidak bisa keluar dari rahim dikarenakan hamil. Maka
ketika melahirkanlah darah tersebut keluar sedikit demi sedikit. Darah
yang keluar sebelum melahirkan disertai tanda-tanda kelahiran maka
itu termasuk darah nifas juga.
10
Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya
adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan
(yang disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari
akan tetapi darah tidak berhenti-henti atau tetap keluar darah, maka
perhatikanlah bila keluarnya di saat ada (kebiasaan) haidh, maka itu
darah haid akan tetapi jika darah keluar terus menerus dan tidak pada
masa-masa haidh dan darah uterus dan tidak berhenti mengalir, perlu
dipersiapkan ke bidan atau dokter (Saleha S, 2009).
Beberapa konsep tentang pengertian masa nifas antara lain :
a. Menurut Sarwono (2005), masa nifas adalah dimulai setelah partus
dan berakhir kira-kira setelah 6 minggu , akan tetapi seluruh alat
genital baru pulih kembali sebelum waktu 3 bulan.
b. Menurut Vervney, H (2007), juga mengatakan bahwa periode
pasca persalinan (post partum) ialah masa waktu antara kelahiran
plasenta dan membrane yang menandai berakhirnya periode
intrapartum sampai waktu menuju kembalinya system reproduksi
wanita tersebut ke kondisi tidak hamil.
c. Menurut Pusdiknakes (2003), mengatakan bahwa masa nifas
adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan.
Masa nifas ini merupakan masa yang cukup penting bagi
tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena
pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
11
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi
masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab
kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya
permasalahan pada ibu akan berimbas juga pada kesejahteraan bayi
yang dilahirkannya karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan
perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas
dan mortalitas bayi pun akan meningkat.
2. Perubahan fisiologis masa nifas (Varney, 2006)
a. Uterus
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang
ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada
lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia.
b. Lochea mulai terjadi pada jam-jam pertama postpartum, berupa
sekret kental dan banyak. Berturut-turut lochea rubra (2 hari post
partum), lochea sanguinolenta (3 – 7 hari post partum), lochea
serosa (7 -14 hari post partum), lochea alba (setelah 2 minggu).
c. Vagina dan perineum
Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar mungkin
mengalami beberapa derajat oedema dan memar di celah pada
introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama postpartum, tonus
12
otot vagina kembali dan celah vagina tidak lagi lebar dan tidak lagi
edema. Sekarang vagina menjadi berdinding lunak lebih besar dari
biasanya dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan
kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga postpartum. Ruang
vagina sedikit lebih besar daripada sebelum kelahiran pertama.
d. Payudara
Pengkajian payudara pada periode awal postpartum meliputi
penampilan dan integritas putting susu, memar atau iritasi jaringan
payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum,
apakah payudara terisi oleh air susu dan adanya sumbatan duktus,
kongesti dan tanda-tanda mastitis potensial.
3. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas
Setelah proses kelahiran,tanggung jawab keluarga bertambah
dengan hadirnya bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian anggota
keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu, ibu akan
melalui fase-fase berikut ini .(Ambarwati, W 2009) :
a. Fase taking in
1) Merupakan periode ketergantungan
2) Berlangsung dari hari 1-2 setelah melahirkan
3) Fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri
4) Dapat disebabkan karena kelelahan
5) Pada fase ini ibu cenderung pasif terhadap lingkungannya
13
6) Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk
proses pemulihannya.
b. Fase taking hold
1) Berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan
2) Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi
3) Memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan
yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat
diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri
c. Fase letting go
1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan
2) Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Ibu sudah memulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya
4. Perawatan Pasca Persalinan (Mochtar R, 2012)
a. Mobilisasi
Karena lelah habis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring ke
kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga
jalan-jalan dan hari keempat atau lima sudah diperbolehkan pulang.
14
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaik-baiknya
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spinchter
ani selama persalinan, juga karena oleh adanya oedema kandung
kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh
dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
d. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi buang air
besar keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal.
Bila masih belum bisa dilakukan klisma.
e. Perawatan payudara (mammae)
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting
susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Anjurkan supaya ibu menyusukan bayinya, karena sangat
baik untuk kesehatan bayinya.
15
f. Laktasi
Bila bayi mulai disusui, isapan pada putting susu merupakan
rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin
dikeluarkan oleh hipofise. Produksi air susu ibu (ASI) akan lebih
banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih
sempurna. Disamping ASI merupakan bahan makanan utama bayi
yang tidak ada bandingannya, menyususkan bayi sangat baik untuk
menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya.
g. Cuti hamil dan bersalin
Menurut undang-undang, wanita pekerja berhak mengambil cuti
hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin
ditambah 2 bulan setelah persalinan.
h. Pemeriksaan Pasca Persalinan
Di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin
baru boleh keluar rumah setelah selesai nifas, yaitu 40 hari. Bagi
wanita dengan persalinan normal hal tersebut dapat diterima dan
dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan.
Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali
untuk kontrol seminggu kemudian.
Pemeriksaan postnatal antara lain meliputi :
1. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan, dan
sebagainya.
2. Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain.
16
3. Payudara : ASI, putting susu
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekret yang keluar, misalnya lochea, flour albus
6. Keadaan alat-alat kandungan
i. Nasihat untuk ibu hamil
1. Fisioterapi postnatal sangat baik untuk diberikan
2. Sebaiknya, bayi disusui
3. Lakukan senam pascapersalinan
4. Untuk kesehatan ibu, bayi, dan keluarga, sebaiknya melakukan
KB untuk menjarangkan anak
5. Bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi
5. Tujuan Asuhan Masa Nifas (Suherni DKK, 2009)
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya ,baik fisik maupun psikologis
b. Melaksanakan skrining yang komperehensif, mendeteksi masalah,
mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi
c. Memberikan perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat.
d. Memberikan pelayanan KB
e. Mendapatkan kesehatan Emosi
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk
(Sulistyawati A, 2009) :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi
17
Dengan diberikannya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan
dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan peran barunya
sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama) dan
pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru
dengan kelahiran anak berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini
dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayi pun akan
meningkat.
b. Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan
munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi
sehingga penanganannya pun dapat lebih maksimal.
c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan
pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua
keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka lebih memilih untuk
tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan
tertentu. Jika bidan senantiasa mendampingi pasien dan keluarga
maka keputusan tepat dapat diambil sesuai dengan kondisi pasien
sehingga kejadian mortalitas dapat dicegah.
d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan
ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga
dan budaya yang khusus. Pada saat memberikan asuhan nifas,
keterampilan seorang bidan sangat dituntut dalam memberikan
18
pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga. Hal tersebut sangat
penting untuk diperhatikan karena banyak pihak yang beranggapan
bahwa jika bayi telah lahir dengan selamat, serta secara fisik ibu dan
bayi tidak ada masalah maka tidak perlu lagi dilakukan
pendampingan bagi ibu. Padahal bagi para ibu (terutama ibu baru),
beradaptasi dengan peran barunya sangatlah berat dan membutuhkan
suatu kondisi mental yang maksimal.
e. Imunisasi ibu terhadap tetanus
Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas, kejadian
tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian
tetanus sudah banyak mengalami penurunan.
f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik
antara ibu dan anak.
Saat bidan memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan
pemantauan yang diberikan tidak hanya sebatas pada lingkup
permasalahn ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap ibu dan anak.
Kesempatan untuk berkonsultasi tentang kesehatan, termasuk
kesehatan anak dan keluarga akan sangat terbuka. Bidan akan
mengkaji pengetahuan ibu dan keluarga mengenai upaya mereka
dalam rangka peningkatan kesehatan keluarga.Upaya pengembangan
pola hubungan psikologis yang baik antara ibu, anak, dan keluarga
juga dapat ditingkatkan melalui palaksanaan asuhan ini.
19
6. Peran dan Tanggung jawab Bidan pada masa nifas (Ester M, 2009)
a. Menyediakan dukungan secara konsisten
b. Ramah dan relevan untuk membantu agar ibu dapat pulih dari
stress fisik persalinan dan mengembangkan kepercayaan diri saat
merawat bayinya
c. Menjalankan fungsinya sebagai advicer dan councelor
d. Mengunjungi ibu dan bayi
e. Meningkatkan,memperlancar ,menyusui ASI jika memungkinkan,
atau member nasihat mengenai pemberian makanan tambahan
f. Mencegah terjadinya infeksi dan mempertahankan hygiene individu.
7. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu peurperium dini,
peurperium intermedial, dan remote peurperium (Sulistyawati A,
2009) :
a. Peurperium dini
Peurperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari
b. Peurperium intermedial
Peurperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
20
c. Remote peurperium
Remote peurperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan.
8. Jadwal Kunjungan Masa Nifas menurut kebijakan Program Nasional
(Saleha S,2009) :
a. 6-8 jam setelah persalinan, tujuannya :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada Ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara Ibu dan Bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
b. 6 Hari setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan
tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal
21
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan ,dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari
c. 2 Minggu setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan
tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan ,dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,tali
pusat,menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari
d. 6 Minggu setelah persalinan
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami
atau bayinya
2) Memberikan konseling KB secara dini
3) Menganjurkan atau mengajak ibu membawa bayinya ke
posyandu/puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi
22
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kunjungan ulang nifas
kunjungan ulang nifas dapat terlaksana dengan baik apabila ada
perilaku yang mendukung dari pasangan suami istri. Green (dalam
notoatmodjo, 2005) memberikan analisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan seseorang atau masyarakat yang dipengaruhi oleh dua faktor
pokok, yaitu faktor perilaku (bahaviour causes) dan faktor diluar
perilaku (non-behaviour causes)
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2010). Perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) Skiner, 1938 ;
(Notoatmodjo, 2012 ).
Menurut Lawrence Green (1980) perilaku dipengaruhi oleh
tiga faktor utama, yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Merupakan faktor yang terwujud dalam kepercayaan, keyakinan
nilai-nilai dan juga variasi demografi, seperti : status, umur, jenis
kelamin dan susunan. Faktor ini bersifat dari dalam diri individu
tersebut.
23
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Di dalam diri orang terebut terjadi
proses yang berurutan, (Notoatmodjo, 2003) yaitu :
a) Awarenes (kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b) Interest (merasa tertarik)
Tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c) Evaluation (menimbang-nimbang)
Menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi
24
d) Trial
Subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e) Adoption
Subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran sikapnya, terhadap stimulus.
2) Keyakinan
Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena atau objek
benar atau nyata. Kebenaran adalah kata-kata yang sering
digunakan untuk mengungkapkan atau mensyaratkan keyakinan
agar terjadi perubahan perilaku.
a) Seseorang harus yakin bahwa kesehatannya terancam.
b) Orang tersebut harus merasakan potensi keseriusan kondisi itu
dalam bentuk nyeri atau ketidaknyamanan, kehilangan waktu
untuk bekerja, dan kesulitan ekonomi.
c) Dalam mengukur keadaan tersebut, orang yang bersangkutan
harus yakin bahwa menfaat yang berasal dari perilaku sehat
melebihi pengeluaran yang harus dibayarkan dan sangat
mungkin dilaksanakan serta berada dalam kapasitas
jangkauannya.
d) Harus ada “isyarat kunci yang bertindak” atau sesuatu
kekuatan pencetus yang membuat orang itu merasa perlu
mengambil keputusan tindakan
25
3) Nilai
Secara langsung bahwa nilai-nilai perseorangan tidak dapat
dipisahkan dari pilihan perilaku. Konflik dalam hal nilai yang
menyangkut kesehatan merupakan satu dari dilema dan tantangan
penting bagi para penyelenggara pendidikan kesehatan.
4) Sikap
Kata paling samar namun paling sering digunakan di dalam
kamus ilmu ilmu perilaku. Sikap merupakan kecenderungan jiwa
atau perasaan yang relatif tetap terhadap kategori tertentu dari
objek, atau situasis
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Merupakan faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik,
termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana,
misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain
sebagainya.
1) Sarana
Segala jenis peralatan, perlengkapn kerja, fasilitas, yang berfungsi
sebagai alat utama/ pembantu dalam pelaksanakan pekerjaaan dan
juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan
organisasi kerja.
2) Prasarana
Penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di
dalam layanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia
26
maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai
hasil yang diharapkan sesuai rencana
3) Fasilitas
Segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan
memperlancar kerja dalam mencapai suatu tujuan.
4) Kebijakan Pemerintah
Suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus
ditaaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap
pelanggaran akan diberi sanksi dijatuhkan di depan masyarakat
oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.
c. Faktor-faktor Pendukung (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas
kesehatan, undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat
maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
Dukungan sosial keluarga khususnya (suami) merupakan salah satu
faktor pendorong (reinforcing factor) yang dapat mempengaruhi
perilaku istri dalam berperilaku. Dukungan suami dalam upaya
menjaga kesehatan istri merupakan bentuk dukungan nyata dari
kepedulian dan tanggung jawab para anggota keluarga.
1) Sikap
Sikap adalah kecenderungan bersikap, bertindak, berpikir, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap
27
bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk
berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek
sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi,
kelompok.
2) Tokoh masyarakat
Orang yang dianggap serba tahu dan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap masyarakat. Sehingga segala tindakannya.
merupakan pola aturan patut diteladani oleh masyarakat.
3) Petugas kesehatan
Merupakaan tenaga profesional, seyogyanya selaku menerapkan
etika dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari. Etika yang
merupakan suatu norma perilaku atau bisa disebut dengan azas
moral, sebaiknya selalu dijunjung dalam kehidupan
bermasyarakat kelompok manusia.
B. Dukungan Suami
1. Pengertian dukungan suami
Dukungan adalah sesuatu yang didukung, dorongan atau
untuk memberi semangat kepada seseorang (KBBI, 2005)
Dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang
lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut
dalam melaksanakan kegiatan (Sarwono,2003)
28
Suami adalah pria yang menjadi pasangan resmi seorang
wanita (KBBI, 2005)
Suami juga berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya (Ihromi , 2004)
Dukungan suami adalah dorongan, motivasi tehadap istri,
baik secara moral maupun material (Bobak, 2004)
Seorang ayah dapat mengungkapkan sikap melindungi, sikap
memelihara, rasa kasih sayang, rasa cinta kepada bayinya. Sikap ayah
ini membawa dampak berarti dalam perkembangan anak selanjutnya
ayah dapat mempengaruhi bayinya secara tidak langsung, yaitu melalui
dorongan yang diberikan kepada ibu (Dagun, 2002)
Suami mempunyai peran memberi dukungan dan ketenangan
bagi ibu pasca persalinan. Dukungan emosi dari lingkungan dan juga
keluarga akan membantu dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar,
menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya,
menanggapi dan memperhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila
ibu terlihat sedih. Suami dan anggota keluarga yang lain harus
dilibatkan dalam tiap konseling, sehingga dapat dibangun pemahaman
dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan
dibutuhkannya (Saleha, 2009).
29
Dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan
kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang
memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut
(Gonollen boloney, Dikutip dari asy’ari ,2005). Dukungan sosial
merupakan dukungan yang diterima seseorang dari orang lain, dapat
berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan atau harga diri,
dukungan instrumental ,dukungan informasi, atau dukungan dari
kelompok (Sarafino, 2003)
2. Sumber-sumber Dukungan Sosial
Nursalam, dkk (2009) menyatakan individu yang termasuk dalam
memberikan dukungan social meliputi pasangan (Suami/ istri), orang
tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.
Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan internal dan
eksternal. Dukungan sosial keluarga internal seperti dari suami/ ayah,
istri /ibu, atau saudara kandung. Dukungan sosial keluarga eksternal
adalah dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan
kerja sosial keluarga). (Friedman, 1998)
3. Jenis Dukungan Sosial Keluarga
Setiap orang yang tinggal dalam sebuah keluarga perlu untuk
saling menolong dan mendukung satu sama lain agar dapat menjalani
kehidupan keluarga yang harmonis.
Menurut caplan (1976) dalam friedman (1998) ada 4
dukungan sosial keluarga , yaitu :
30
a. Dukungan Instrumental
Adalah dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi dan
waktu yang bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang
membutuhkan orang lain untuk memenuhinya. Suami harus
mengetahui jika istri dapat bergantung padanya jika istri
memerlukan bantuan. Keluarga merupakan sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya : kesehatan penderita
dalam hal makan, minum, istirahat, terhindarnya penderita dari
kelelahan.
Depkes (2002) dalam Nursalam (2009) menyatakan, dukungan
instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung,
misalnya : menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, menolong
dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan,
memberi pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan, seta
bantuan lain. Dukungan instrumental adalah tingkah laku yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya materi
atau tenaga. Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama
dalam mengatasi masalah lebih mudah.
b. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator
(penyebar) informasi tentang dunia. Keluarga menjelaskan tentang
pemberian saran, sugesti, informasi, yang dapat digunakan
mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah
31
dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang
diberikan dapat menyumbangkan aksi suggesti yang khusus pada
individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,
saran, petunjuk, dan pemberian informasi.
Dukungan informasional adalah tingkah laku yang berhubungan
dengan pemberian informasi dan nasehat. Dukungan informasi
yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan gejala sesuatu
yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh
individu. Dukungan ini mencakup : pemberian nasihat, saran,
pengetahuan, dan informasi, serta petunjuk, menurut Depkes
(2002) dalam Nursalam (2009)
Dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, atau umpan
balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti
ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi
masalah dengan lebih mudah.
c. Dukungan Emosional
Dukungan emosional dari suami akan membuat istri merasa
berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi. Sumber utama
dukungan Pria adalah pasangannya. Keluarga sebagai tempat yang
aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan , dan didengarkan.
32
Dukungan emosional adalah tingkah laku yang berhubungan
dengan rasa tenang, senang, Rasa memiliki, kasih sayang pada
anggota keluarga, baik pada anak maupun orang tua. Dukungan
emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan, menurut Depkes (2002) dalam
Nursalam (2009)
d. Dukungan Penghargaan (Penilaian)
Adalah dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat/
penghargaan positif untuk orang lain, contohnya : pujian,
persetujuan orang lain. Keluarga bertindak sebagai sebuah
bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
Menurut depkes (2002) dalam Nursalam (2009) dukungan
penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat
atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan seseorang, dan
perbandingan positif antara orang tersebut dengan orang lain yang
bertujuan meningkatkan penghargaan diri orang tersebut.
Dukungan atau dorongan dari anggota keluarga semakin
menguatkan motivasi suami untuk memberikan sesuatu yang
terbaik untuk istrinya. Lingkungan juga dapat mempengaruhi
seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu.
33
Selain keluarga lingkungan juga mempunyai peran yang besar
dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya.
Dalam sebuah lingkungan yang terbuka akan menimbulkan rasa
kesetiakawanan yang tinggi. Agar timbul keinginan dan
kemampuan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).
Macam-macam dukungan Suami
1) Dukungan Psikologi
Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian orang
yang bersangkutan. Misalnya menemani istri saat periksa
kesehatan.( Musbikin, 2008)
2) Dukungan Sosial
Dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi semisal
kesiapan finansial, suami menyisihkan dana khusus untuk
keperluan pemeriksaan.(Musbikin, 2008)
3) Dukungan informasi
Suami harus memberikan perhatian penuh kepada masalah istri,
misalnya berdiskusi mengenai perkembangan yang terjadi
(Arief, 2008)
4) Dukungan Lingkungan
Perlakuan ini dapat menimbulkan rasa senang dalam diri istri
dan tenaga kesehatan. Suami akan mengambil peran besar dalam
34
turut menjaga kesehatan kejiwaan istrinya agar tetap stabil,
tenang, dan bahagia. (Arief, 2008)
4. Tugas keluarga (Suami) dalam kesehatan
Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan untuk dapat
mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara (Friedman, 1981) :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan
dengan baik fasislitas-fasilitas kesehatan yang ada.
5. Manfaat Dukungan keluarga (Suami)
Dukungan Suami, dukungan keluarga, dan dukungan
lingkungan sangat memberikan motivasi. Dukungan keluarga dibagi
menjadi dua, yaitu dukungan internal dan eksternal. Dukungan
keluarga internal yaitu dukungan dari dalam seperti suami, saudara
35
kandung, mertua, dukungan dari anak. Sedangkan dukungan eksternal
yaitu dukungan dari luar seperti sahabat, tetangga, pekerjaan, keluarga
besar (friedman, 1998)
Wills (1985) dalam friedman (1998) menyimpulkan bahwa
efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari
stress terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial
secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan pun
ditemukan). Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari
dukungan soaial terhadap kesehatan dan kesejahteraan bisa jadi
bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang
adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya angka mortalitas,
lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi
kognitif, fisik, dan kesehatan emosi (friedman, 1998).
Manfaat dukungan suami, antara lain :
a. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri serta
mengurangi strees dan kecemasan selama masa nifas
b. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik selama masa nifas
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dukungan keluarga (suami)
Menurut cholil et all dalam Bobak (2004) menyimpulkan
beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan Suami dalam
perlindungan kesehatan reproduksi istri (ibu), antara lain adalah (Bobak
L Jensen, 2004)
36
1) Budaya
Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat
yang masih tradisioanal (Patrilineal), menganggap istri adalah
konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat
dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani
kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini
mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri
2) Pendapatan
Pada masyarakat kebanyakan, 75% - 100% penghasilannya
dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya. Sehingga
pada akhirnya ibu nifas tidak mempunyai kemampuan untuk
membayar secara konkrit dapat dikemukakan bahwa
pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan
ekonomi keluarga shingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan
untuk tidak memperhatikan kesehatan istrinya.
3) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan
pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah
pengetahuan suami maka akses terhadap informasikesehatan
istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk
mengambil keputusan secara efektif. Akhirnya pandangan baru
yang perlu diperkenalkan dan lebih disosialisasikan kembali untuk
memberdayakan kaum suami mendasar pada pengertian bahwa :
37
a) Suami memainkan peranan yang sangat penting terutama dalam
pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi
pasangannya.
b) Suami sangat berkepentingan terhadap kesehatna reproduksi
pasangannya
c) Saling pengertian serat keseimbangan peranan antara kedua
pasangan dapat membantu meningkatkan perilaku yang kondusif
terhadap peningkatan kesehatan reproduksi
d) Pasangan yang selalu berkomunikasi tentang planning keluarga
maupun kesehatan reproduksi antara satu dengan yang lainnya
akan mendapatkan keputusan yang lebih efektif dan lebih baik.
Ada 4 wujud dari dukungan suami (Friedman, 1998) :
a) Dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan apabila
individu tidak mampu menyelesaikan masalah dengan
memberikan informasi, nasehat, saran, pengarahan dan petunjuk
tentang cara-cara pemecahan masalah. Pada dukungan
informatif suami berfungsi sebagai kolektor dan diseminator
(penyebar) informasi. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat
menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang
diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada
individu.
b) Dukungan emosional atau psikologis adalah dukungan yang
dapat berupa perhatian, empati, kepedulian, adanya
38
kepercayaan, mendengarkan dan didengarkan, serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Misalnya mendampingi atau
menemani istri saat melakukan kunjungan nifas.
c) Dukungan instrumental atau finansial adalah dukungan yang
bersifat nyata atau konkrit dalam bentuk materi, uang atau
dana, peralatan, waktu, maupun menolong.
d) Dukungan penghargaan atau penilaian adalah dukungan yang
berupa penilaian positif dari suami lewat ungkapan hormat
(penghargaan) diantaranya memberikan penghargaan positif dan
perhatian misalnya pujian, persetujuan.
Dukungan suami yang dimaksud disini adalah
dukungan yang diberikan baik dalam moral maupun materil
kepada anggota keluarga yang nifas misalnya memberikan
dorongan untuk melakukan kunjungan nifas sesuai jadwal. Jika
suami mengharapkan keberhasilan, mendukung bahkan
memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu
nifas akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap
dalam menjalani masa nifas.
7. Peran atau Dukungan Suami
Peran merupakan perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki
oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008).Peran
juga merupakan suatu kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam
39
suatu posisi khusus seperti seorang istri, suami ,anak, Guru, Hakim,
Dokter, Perawat, Rohanian, dan sebagainya (Supriyanto, 2011)
Seseorang Sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan
keberadaan orang lain dimanapun berada, keberadaan orang lain
tersebut akan sangat dirasakan apabila seseorang mengalami kesulitan
atau suatu masalah,kehadiran orang lain bagi seseorang yang
mengalami kesulitan diharapkan dapat memberikan dukungan sehingga
dapat mengurangi beban yang dirasakan.
Lawrence green (1980) mengemukakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan adalah dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya,
terutama dukungan sosial dari keluarga terdekat terutama suami. Hal ini
didukung oleh pendapat Notoatmodjo bahwa keluarga (suami)
merupakan salah satu unsur pendukung dalam perilaku kepatuhan.
40
4.Kerangka Teori
Berdasarkan Tinjauan teori pada BAB II maka disusun kerangka teori
sebagai berikut:
Sumber: Green, L (1980). “Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik”.
1. Faktor predisposisi a. Pengetahuan b. Sikap c. Kepercayaan d. Nilai-nilai e. keyakinan
2. Faktor pemungkin
Enabling factors :
a. Ketersediaan sumber/ fasilitas kesehatan
b. Akses terhadap pelayanan kesehatan
c. Kebijakan pemerintah di bidang kesehatan
d. Keterampilan petugas
3. Faktor penguat
Reinforcing Factors :
a. Keluarga (Suami)
b. Teman Sebaya
c. Petugas kesehatan
Perilaku kesehatan
41
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 : kerangka konsep
E. Hipotesis penelitian
Ha : Ada hubungan yang bermakna antara dukungan Suami dengan
frekuensi kunjungan ulang ibu nifas
Dukungan Suami kunjungan ulang nifas