BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI...

32
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia) 1. Definisi Lanjut Usia Lansia merupakan tahapan akhir dalam siklus hidup manusia, yang tidak bisa dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini seseorang mengalami beberapa perubahan, baik perubahan mental maupun fisik (Agus, 2015). Perubahan yang normal dalam proses penuaan seperti penampilan fisik, berupa rambut yang memutih, kerutan pada wajah, dan gangguan panca indera, serta merunnya daya tahan tubuh. Proses tua merupakan hilangnya kemampuan jaringan secara perlahan dalam melakukan peran untuk memenuhi kebutuhan hidup (Priyoto, 2014). Pemahaman lain dari menua yaitu sesuatu yang akan dihadapi oleh seseorang baik dinamis maupun kompleks yang didapatkan dari perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan psikologis. Perubahan mendasar yang terjadi pada lansia yaitu perubahan fisik. Contoh dari perubahan fisik yang terjadi ialah pada sistem muskuloskletal mengalami penurunan masa otot, kekauan dan jaringan penghubung hal tersebut mengakibatkan penurunan kekuatan otot

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia (Lansia)

1. Definisi Lanjut Usia

Lansia merupakan tahapan akhir dalam siklus hidup manusia, yang

tidak bisa dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap

ini seseorang mengalami beberapa perubahan, baik perubahan mental

maupun fisik (Agus, 2015). Perubahan yang normal dalam proses

penuaan seperti penampilan fisik, berupa rambut yang memutih, kerutan

pada wajah, dan gangguan panca indera, serta merunnya daya tahan

tubuh. Proses tua merupakan hilangnya kemampuan jaringan secara

perlahan dalam melakukan peran untuk memenuhi kebutuhan hidup

(Priyoto, 2014).

Pemahaman lain dari menua yaitu sesuatu yang akan dihadapi oleh

seseorang baik dinamis maupun kompleks yang didapatkan dari

perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan psikologis. Perubahan

mendasar yang terjadi pada lansia yaitu perubahan fisik. Contoh dari

perubahan fisik yang terjadi ialah pada sistem muskuloskletal

mengalami penurunan masa otot, kekauan dan jaringan penghubung hal

tersebut mengakibatkan penurunan kekuatan otot

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

11

terutama otot ekstermitas bawah yang mengakibatkan gangguan pada

keseimbangan, sehingga tubuh menjadi lambat bergerak, berkurangnya

kecepatan berjalan, kaki tidak mampu menapak secara kuat, kurangnya

kesigapan apabila terjatuh atau terpeleset (Sheylla, 2015).

2. Klasifikasi Lanjut Usia

Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5

kategori yaitu :

a. Pralansia (prasenilis), lansia dengan usia antara 45-59 tahun.

b. Lansia, lansia dengan usia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia resiko tinggi, lansia berusia 70 tahun atau lebih, 60 tahun

atau lebih yang mempunyai masalah kesehatan.

d. Lansia potensial, lansia yang mempunyai keahlian dalam melakukan

suatu pekerjaan atau aktivitas lain.

e. Lansia tidak potensial, lansia yang bergantung dengan orang lain.

Sedangkan klasifikasi lansia menurut WHO, yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) yaitu lansia yang berusia 45-59

tahun,

b. Usia lanjut (elderly) berusia antara 60-74 tahun,

c. Usia tua (old) berusia 75-90 tahun, dan

d. Usia sangat tua (very old) yaitu seseorang dengan usia lebih dari 90

tahun.

Kesimpulannya seseorang lansia adalah seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih (Hartini, 2018).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

12

3. Teori-teori Proses Penuaan

Teori yang berhubungan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,

teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual (Abdul, 2016), sebagai

berikut :

a. Teori biologi

Dalam teori biologi dimana sel dalam tubuh akan mengalami

kemunduran. Teori biologi terdiri dari teori genetik atau mutasi,

immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebas dan teori

rantai silang.

1) Teori Radikal Bebas

Teori radikal bebas merupakan teori yang dipercaya sebagai

mekanisme dalam proses penuaan. Radikal bebas merupakan

kelompok komponen dalam tubuh yang memiliki elektron tidak

berpasangan, maka dari itu sifatnya tidak konstan dan reaktif

hebat. Radikal bebas akan secara terus menerus memerangi sel-

sel dalam tubuh agar mendapatkan pasangan seperti

penyerangan dalam sel tubuh yang normal. Teori tersebut

menunjukkan jika terjadi pembentukan gugus radikal bebas

(hydroxyl, superoxide, hydrogenperoxide, dan yang lain

sebagainya) ialah efek terjadinya otoksidasi dari sebuah molekul

intraseluler karena pengaruh dari sinar ultraviolet. Radikal

tersebut akan menghancurkan enzim superoksida – dismutase

(SOD) yang memiliki peran dalam mempertahankan fungsi dari

sel, sehingga fungsi dari sel menurun dan rusak. Penuaan yang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

13

terjadi karena sinar ultraviolet (photoaging) adalah bentuk

implementasi dari teori radikal bebas.

2) Teori Genetik/Mutasi

Proses menua terjadi karena perubahan biokimia yang

disusun oleh molekul DNA dan di setiap sel akan terjadi mutasi.

Menurut teori tersebut proses tua terjadi karena mutasi somatik

akibat lingkungan yang tidak sehat. Jika terjadi kesalahan terus

menerus mengakibatkan penurunan fungsi organ atau sel kanker

maupun penyakit.

3) Teori Imunologi (immunology slow theory)

Proses tua ada secara genetik untuk spesies tertentu. Proses

tua terjadi karena perubahan biokimia oleh molekul DNA dan

setiap sel akan mengalami mutasi.

4) Teori Stres

Dalam teori ini proses tua terjadi karena hilangnya sel-sel

yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidak

menjamin lingkungan internal yang stabil, kelebihan usaha, dan

stress yang membuat sel-sel tubuh terpakai.

5) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)

Teori ini memaparkan menua terjadi karena lemak, protein,

karbohidrat, serta asam nukleat. Reaksi kimia tersebut

menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.

Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan

hilangnya fungsi.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

14

b. Teori Psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah

seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan psikologis yang

terjadi dihubungkan dengan keakuratan mental dan keadaan

fungsional yang efektif. Adanya penurunan kemampuan kognitif,

memori dan belajar pada lansia menyebabkan mereka sulit dipahami

dalam berinteraksi, perubahan psikologis dapat dihubungkan

dengan mental dan kondisi fungsional yang baik. Konsep diri yang

positif mampu menyebabkan lansia dapat berinteraksi dengan

mudah. Penurunan intelektualitas yang seperti kemampuan

kognitif, memori, persepsi, serta belajar di usia lanjut. Dengan

terjadinya penurunan sensorik, akan terjadi penurunan pada

kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus

sehingga kadang akan timbul aksi yang beda dari stimulus yang ada.

c. Teori sosial

Teori sosial meliputi teori aktivitas, teori pembebasan dan

teori kesinambungan. Dengan demikian, pengalaman hidup

seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat

menjadi lansia. Pokok-pokok teori kesinambungan adalah lansia tak

disarankan melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan,

tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran

apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan. Peran lansia yang

hilang tak perlu diganti dan lansia dimungkinkan untuk memilih

berbagai adaptasi.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

15

d. Teori Spiritual

Spiritual dan tumbuh kembang memicu pada individu

dengan alam dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

Kepercayaan merupakan suatu bentuk pengetahuan cara

berhubungan dengan akhir kehidupan. Begitu menimbulkan

kepercayaan antara seseorang dan lingkungan karena adanya suatu

kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan.

4. Fisiologi Lansia

Proses menua akan berlangsung terus menerus secara ilmiah.

Dimulai saat manusia lahir yang dialami semua makhluk hidup. Proses

menua merupakan proses hilangnya kemampuan jaringan selama

perbaikan diri dan mempertahakan fungsi normalnya sehingga sulit

bertahan pada infeksi, dan memperbaiki kerusakan yang dialami

(Maryam, 2008 dalam Yastin, 2019).

Fungsi fisiologis pada setiap orang berbeda-beda, baik dalam

pencapaian puncak maupun saat kemunduruannya. Namun biasanya

fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada usia 20 dan 30 tahun,

setelah itu fungsi alat tubuhnya akan berada dalam kondisi tetap, lalu

menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia ,

penurunan kondisi fisik ini benar-benar terlihat saat seseorang

memasuki usia 60 tahun keatas, atau sering disebut lansia (Sudrajat,

2014).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

16

5. Perubahan Akibat Proses Menua

Perubahan yang terjadi pada sistem fisiologis dapat

mempengaruhi serta memberikan konsekuensi terhadap proses tua

dalam fungsi fisiologi manusia (Supriyono, 2015).

Perubahan fisik pada lansia yaitu :

a. Sistem psikologis

Psikologis yang bisa terjadi seperti keadaan bingung dalam

memikirkan sesuatu, menurunnya kemampuan bersosialisasi pada

lingkungan, individu, dan gangguan pada proses berfikir seperti

halnya kecemasan, stress, dimensia serta gangguan prilaku maupun

fisik.

b. Sistem penglihatan

Adanya penurunan struktur pada jaringan lensa mata, iris,

pupil, dan retina yang menimbulkan penglihatan lansia menurun

seperti glaucoma dan katarak. Terjadinya penyusutan lemak

periorbital dimana bentuk bola mata menjadi lebih cekung dan

bentuk kelopak mata menjadi cembung.

c. Sistem pendengaran

Adanya perubahan fungsi pendengaran menyebabkan

dampak pada kehidupan social lansia. Dari segi fisiologis sebanyak

65-70% menunjukkan adanya penurunan pendengaran secara

fungsional (tuli fungsional) setelah berusia 80 tahun dan 5% ada

pada usia di atas 65 tahun.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

17

d. Sistem integument

Lapisan epitel, kolagen, jaringan lemak dan berkurangnya

kelembapan kulit pada saat lansia menyebabkan kulit menjadi

mengkerut dan kaku.

e. Sistem muskuloskletal

Kekuatan serta ukuran serat otot yang mengalami

pengurangan sebanding dengan penurunan massa otot. Adanya

pertambahan usia membuat proses dalam pembentukan tulang

menjadi lebih lambat karena adanya aktivitas fisik dan hormone

yang ada dalam tubuh.

f. Sistem kardiovaskuler

Proses menua menyebabkan ukuran jantung menjadi

mengecil, katup jantung mengalami kekakun dan penebalan serta

penurunan kekuatan kontraksi otot jantung sehingga kemampuan

jantung dalam memompa darah berkurang. hal tersebut akan terjadi

secara signifikan bila lansia mengalami stress fisik seperti

berlebihan dalam berolahraga.

g. Sistem pencernaan

Ada beberapa masalah gastrointestinal yang dihadapi pada

lansia yaitu berkurangnya kekuatan otot rahang, penurunan fungsi

dan sensitifitas saraf indera.

h. Sistem pernafasan

Otot-otot pernafasan mengalami penurunan, kekakuan,

penurunan elastisitas paru, peningkatan kapasitas residu sehingga

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

18

proses menarik nafas menjadi lebih berat, pelebaran alveoli dan

jumlahnya dapat menurun, kemampuan penurunan batuk serta

adanya penyempitan pada bronkus.

i. Sistem saraf

Saraf panca indera mengalami pengecilan sehingga terjadi

penurunan pada fungsinya serta respon yang lambat dan waktu

reaksi khususnya yang memiliki hubungan dengan stress.

Berkurangnya atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga

menimbulkan kurangnya respon motorik dan refleks. Serta saraf

yang dapat mengatur keseimbangan yaitu

1) Sistem visual

Sistem visual atau pengelihatan adalah sistem utama yang

terlibat dalam perencanaan gerak dan menghindari rintangan di

sepanjang jalan.

2) Sistem vestibular

Sistem vestibular dapat diumpamakan sebagai sebuah

giroskop yang merasakan atau berpengaruh terhadap percepatan

linier dan anguler.

3) Sistem somatosensoris (propioseptif)

Sistem somatosensoris atau propioseptif adalah sistem yang

terdiri dari banyak sensor yang merasakan posisi dan kecepatan

dari semua segmen tubuh, kontak mereka (dampak) dengan

objek-objek eksternal (termasuk tanah), dan orientasi gravitasi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

19

B. Keseimbangan

1. Definisi Keseimbangan

Keseimbangan merupakan kemampuan dalam mempertahankan

kesetimbangan tubuh ketika ditempatkan diberbagai kondisi .

Pengertian keseimbangan menurut O’Sullivan (2017), adalah

kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu

terutama ketika saat kondisi tegak. Selain itu juga menurut Ann

Thomson (2017), keseimbangan adalah kemampuan untuk menjaga

tubuh dalam kondisi setimbangan baik saat keadaan statik dan dinamik,

serta memanfaatkan aktivitas otot yang minimal (Ann Thomson, 2017).

Keseimbangan juga diartikan menjadi kemampuan relatif untuk

mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi

(center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support) (Juniardi,

2013 dalam Mekayanti, 2015).

Keseimbangan menurut (Ismaryati, 2006 dalam Sani, 2017) yaitu

keseimbangan yang melibatkan berbagai gerakan pada setiap anggota

tubuh dan didukung oleh sistem muskuloskletal serta bidang tumpu.

Kemampuan dalam menyeimbangkan masa tubuh dengan bidang tumpu

dapat menghasilkan seseorang mampu untuk menjalanjan aktivitas

secara efektif dan efisien. Keseimbangan merupakan jenis interaksi

yang bersifat kompleks dan integrasi atau interaksi sistem sensorik

(visual, vestibular, dan propioseptif termasuk sematosensoris) dan

musculoskletal (otot, sendi dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi

atau diolah dalam otak (kontrol, motorik, sensorik, basal ganglia,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

20

cerebellum, dan area asosiasi) sebagai suatu respon terhadap kondisi

baik eksternal maupun internal. Serta dipengaruhi oleh komponen lain

seperti usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat

dan pengalaman terdahulu. Mengenai hal tersebut, terdapat dua macam

keseimbangan yaitu :

a. Keseimbangan statis

Keseimbangan statis ialah kemampuan mempertahankan

keseimbangan dalam kondisi diam.

b. Keseimbangan dinamis

Keseimbangan dinamis ialah kemampuan mempertahankan

keseimbangan dalam kondisi bergerak. Seseorang perlu memiliki

keseimbangan saat melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya saat

berjalan, berlari, berkendara, dan lain sebagainya.

2. Fisiologi Keseimbangan Tubuh

Refleks keseimbangan menggambarkan suatu kerjasama yang

berkesinambungan antara tiga sistem sensorik (vesibular, propioseptif,

visual) dan respon motorik untuk merespon perubahan titik gravitasi,

pegerakan linier, perubahan permukaan tanah, tingkat penerangan serta

informasi visual seperti benda yang menghalangi atau yang tiba-tiba

mendekat. Sistem sensorik memberikan informasi tentang posisi tubuh

dihubungkan dengan gravitasi dan lingkungan serta posisi masing-

masing anggota tubuh satu sama lain. Neuromuskuler dan

muskuloskletal berperan dalam mengontrol posisi tubuh dan keluaran

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

21

motorik. Sedangkan sistem saraf pusat diperlukan untuk integrasi,

adaptasi dan antisipasi dari respon keseimbangan.

Seseorang yang berdiri diatas permukaan yang diam visual yang

stabil, maka input visual dan somatosensorik mendominasi kontrol

orientasi dan keseimbangan kaena sistem visual dan vestibular lebih

sensitif terhadap perubahan posisi yang lebih lambat sedangkan jika

seorang yang berdiri di atas permukaan yang bergerak atau miring, otot-

otot batang tubuh dan ektermitas bawah berkontarksi dengan cepat

untuk memulihkan pusat gravitasi tubuh ke posisi seimbang. Perubahan

posisi yang cepat terutama dikompensasi oleh sistem propioseptif,

bahwa kekuatan ekstermitas bawah adalah faktor yang penting dari

fungsi sensorimotorik dalam membantu mobilisasi karena akibat dari

penurunan kekuatannya dapat berhubungan dengan kejadian jatuh

(Maryam, 2009).

3. Perubahan-Perubahan Keseimbangan Tubuh pada Lansia

a. Perubahan pada sistem muskuloskletal

Menurunnya sistem muskuloskletal berpengaruh terhadap

keseimbangan tubuh lansia karena terjadinya atropi otot yang

menyebabkan penurunan kekuatan otot, terutama otot ekstermitas

bawah sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan

keseimbangan seperti kelambanan bergerak, langkah pendek-

pendek, penurunan irama, kaki tidak dapat menapak dengan kuat

dan cenderung mudah goyah, dan susah atau terlambat dalam

mengantisipasi bila terpeleset atau tersandung (Maryam, 2009).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

22

b. Perubahan dalam gaya berjalan

Perubahan dalam gaya berjalan atau gerak langkah dapat

dilihat dari lansia yang mampu menampakkan kakinya dengan baik,

tidak mudah goyah, mengangkat kaki dengan benar pada saat

berjalan, dan apakah kekuatan otot ekstermitas bawah cukup untuk

berjalan tanpa bantuan. Semuanya ini harus dikoreksi apabila

memasuki proses menua . Dan kelemahan tungkai simetris

menyebabkan perubahan gerak langkah tergantung dari sisi mana

letak lumpuh yang terberat. Kelemahan proksimal yang ringan dapat

menjadikan kesulitan bangun dari kursi dan apabila berat akan

menyebabkan jalan tersendat-sendat. Perubahan ini dapat

memempengaruhi keseimbangan tubuhnya dalam melakukan

aktivitas sehari-hari sehingga berisiko jatuh (Maryam, 2009).

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh

menurut (Irfan, 2016) :

a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek tepat di tengah

benda tersebut. Pusat gravitasi merupakan titik utama pada tubuh

yang akan mendistribusi massa tubuh secara menyeluruh. Tubuh

akan tetap dalam keadaan seimbang apabila ditopang oleh titik ini.

Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau

perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah

tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sacrum

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

23

ke dua. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu

: ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran

bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta

berat badan. Berikut adalah gambar pusat gravitasi :

Gambar 2.1 Pusat Gravitasi (Irfan, 2012)

b. Garis Gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis semu yang berada vertical

melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis

gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu ialah menentukan

derajat stabilitas tubuh. Berikut adalah gambar garis gravitasi :

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

24

Gambar 2.2 Garis Gravitasi (Dhaenkpedro, 2009)

c. Bidang Tumpu

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang

berhubungan dengan bidang tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat

berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas

yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar

bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan

satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka

stabilitas tubuh makin tinggi. Berikut adalah gambar bidang tumpu

:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

25

Gambar 2.3 Bidang Tumpu (Dhaenkpedro, 2009)

5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Tubuh Pada

Lansia

Keseimbangan dipengaruhi karena beberapa faktor risiko yaitu

faktor internal dan faktor eksternal (Mardilah, 2017).

a. Faktor Internal

1) Usia

Keseimbangan berkurang seiring dengan bertambahnya usia

akibat dari perubahan yang terjadi pada lansia. (Netti, 2003

dalam Gay et al., 2010) menyatakn bahwa lebih dari 1/3 berusia

65 tahun atau lebih di dunia mengalami jatuh dari setengahnya

merupakan kejadian berulang. Jatuh adalah dampak langsung

dari gangguan keseimbangan.

2) Jenis kelamin

Perbedaan keseimbangan antara perempuan dan laki-laki

dapat dipengaruhi oleh faktor atropometri yang berbeda, selain

itu perbedaan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor fisikologis,

kekuatan otot, dan faktor hormonal. Resiko jatuh banyak terjadi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

26

pada lansia wanita dihubungkan dengan menurunnya hormone

estrogen pada lansia post menopause sehingga kian berisiko

untuk terjadi osteoporosis. Berkurangnya hormon estrogen pada

wanita lansia akan berpengaruh pada perubahan kognitif,

insomnia bahkan depresi. Selain itu, penurunan estrogen bisa

menyebabkan tulang kehilangan kalsium dan metabolisme serta

absorbs nutrient menjadi kurang efektif dan ketakutan

mengalami resiko jatuh banyak terjadi pada wanita lansia dari

pada laki-laki (Mauk,2010).

3) Pekerjaan

Pekerjaan dapat dihubungkan dengan terjadinya ketidak

seimbangan pada tubuh yang dikaitkan dengan kondisi pada

lingkungan ditempat kerja dan aktivitas saat bekerja. kebisingan

didalam lingungan kerja dapat mengakibatkan gangguan

pendengaran sehingga bisa berpengaruh pada keseimbangan.

Jenis pekerjaan tersebut seperti pekerjaan yang berhubungan

dengan material, pabrik, kontruksi, transportasi, pertanian, dan

pekerjaan tambang (Tot & Scelton, 2004 dalam Mardilah 2017).

4) Kesulitan Tidur

Masalah tidur yang terjadi pada lansia bisa mempengaruhi

keseimbangan tubuh, gangguan saat tidur membuat waktu reaksi

menjadi lambat, permasalahan pada konsentrasi dan memori,

kurangnya perhatian, gangguan kognitif, kesuliatan dalam

persepsi visual dan orientasi, dan menggunakan medikasi.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

27

Beberapa faktor tersebut dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan (Crowley, 2011).

5) Penyakit kardiovaskuler

Penyakit kardiovaskuler misalnya hipotensi ortostatik,

hipotensi postural dengan mempengaruhi keamanan dan kualitas

hidup lansia serta berkontribusi pada kejadian jatuh apalagi jika

dikombinasikan dengan gangguan penglihatan dan hambatan

lingkungan (Miller, 2004 dalam Mardilah, 2017).

6) Gangguan Muskuloskletal

Gangguan muskuloskletal dapat berupa kelemahan otot,

abnormalitas kaki dan nyeri kaki. Frekuensi nyeri pada kaki

meningkat seirimg dengan peningkatan usia (Salsman, 2010).

7) Gangguan Neurologis

Gangguan neurologis yang berhubungan dengan gangguan

keseimbangan adalah delirium, dimensia, gangguan vestibular

dan stroke. Stroke berhubungan dengan keseimbangan karena

terjadinya stabilitas penurunan postural, berkurangnya

kordinasi, kerusakan kognitif dan sensori serta berkurangnya

aktivitas fisik (Werdestein et al., 2008 dalam Mardilah, 2017).

8) Gangguan Sensori

Gangguan sensori yang mempengaruhi gangguan

keseimbangan seperti gangguan pendengaran, pengelihatan dan

propioseptiv. Penuaan menyebabkan permasalahan pada

penglihatan bahkan dalam kondisi pencahayaan yang normal,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

28

menurunnya pengelihatan tersebut juga dikaitkan dengan

kemampuan untuk mengontrol pergerakan pada mata dan

persepsi terhadap warna karena sensitivitas warna berkurang

pada lansia (Feitosa et al., 2006 dalam Mardilah, 2017).

9) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dibentuk dari

otot-otot skeletal dang menghasilkan pengeluaran energi yang

dilakukan pada lingkup, pekerjaan, waktu luang dan aktivitas

rutin sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga, melakukan

hobi, berkebun, olahraga dan rekreasi (Mauk, 2010).

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan adalah faktor yang bisa mempengaruhi

keseimbangan terhadap risiko jatuh. Kejadian risiko jatuh

didalam ruangan banyak terjadi kamar mandi, kamar tidur dan

dapur dan di tangga resiko jatuh sekitar 10% terutama saat turun,

karena beresiko berbahaya dari pada saat menaiki tangga.

Lingkungan yang kurang aman dapat dilihat dari lingkungan luar

rumah, kamar tamu, kamar mandi dan tangga atau lorong (APS

Health Care, 2010 dalam Mardilah, 2017).

2) Penggunaan Alat Bantu Jalan

Penggunaan alat bantu jalan dalam jangka waktu lama dapat

mempengaruhi keseimbangan sehingga dapat menyebabkan

jatuh. Ukuran, tipe dan cara menggunakan alat bantu jalan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

29

seperti walker, tongkat, kursi roda dan kruk berkontribusi

menyebabkan gangguan keseimbangan dan jatuh (Cordeiro,

2008 dalam Mardilah, 2017).

3) Peggunaan Alas Kaki dan Pakaian

Penggunaan alas kaki yang tidak sesuai dan pakaian yang

terlalu panjang bisa menyebabkan gangguan keseimbangan yang

berpotensi terhadap resiko jatuh. Pengunaan model alas kaki

yang dapat menggangu keseimbangan terhadap jatuh adalah alas

kaki yang sempit, memiliki hak tinggi, sepatu yang tidak pas,

fiksasi yang tidak sesuai serta bawahan alas kaki yang terlalu

datar dan tebal. Penggunaan alas kaki sandal memiliki resiko

tinggi dalam gangguan keseimbangan dari pada sepatu (Lord et

al., 2007 dalam Mardilah, 2017).

6. Alat Ukur Kesimbangan/Pengukuran

Pengukuran keseimbangan menggunaka Time Up and Go Test.

Time Up and Go Test berperan sebagai alat untuk mengukur

kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan pada kondisi gerak

atau dinamis dan risiko jatuh. Time Up and Go Test merupakan

pemeriksaan yang bersifat komplek dan melibatkan kemampuan

kognitif.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

30

Gambar 2.4 Time Up and Go Test (James, 2000 dalam Rini, 2018)

TUG berguna untuk tes skrinning yang mestinya dilakukan secara

rutin oleh seseorang dengan riwayat jatuh. Alat yang dibutuhkan adalah

kursi dengan sandaran dan penyangga lengan, stopwatch, meteran,

dengan waktu 10 detik-3 menit, selain itu test ini bisa melihat ekspresi

dari penderita sebagai contoh penderia yang bangkit dari kursi dengan

merintih atau kesakitan perlu dicurigai adanya penyakit sendi (Hisyam

2013).

Caranya, responden duduk bersandar pada kursi, sebelumnya

responden mengukur keseimbangan, pada baiknya peneliti

mencontohkan dahulu agar tidak terjadi kesalahan. responden diminta

untuk berdiri dari kursi, saat peneliti memulai, lalu responden berjalan

3 meter, pasien diminta berbalik pada posisi awal dan duduk. Sebelum

itu peneliti wajib memberitahu batasan supaya responden paham

waktunya untuk berbalik. Waktu dapat dihitung saat peneliti

mengatakan “mulai” hingga responden kembali duduk (Marlina, 2018).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

31

Tabel 2.1 Nilai keseimbangan dengan TUG

Umur (tahun) Jenis kelamin Nilai rata-rata

(detik)

Nilai Normal

(detik)

60-69 Laki-laki 8 4-12

60-69 Perempuan 8 4-12

70-79 Laki-laki 9 5-13

70-79 Perempuan 9 5-15

80-89 Laki-laki 10 8-12

80-89 Perempuan 11 5-17

yang diproleh dibandingkan dengan nilai-nilai normatif untuk

kategori usia dan jenis kelamin serta disesuaikan pada skala yang telah

ditentukan. untuk menentukan normal atau tidaknya nilai pada

keseimbangan bisa dilihat dari jenis kelamin dan usia. (Jacobs & Fox,

2008 dalam Ihsani, 2019)

7. Komponen Pengatur Keseimbangan

Komponen yang mengatur keseimbangan tubuh yaitu :

a. Sistem Visual

Sistem visual (penglihatan) mempunyai tugas penting bagi

kehiduapan manusia yaitu untuk menyampaikan informasi kepada

otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut

dan jarak dengan obyek sekitarnya. Dengan input visual, maka tubuh

manusia bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi

dilingkungan sehingga sistem visual langsung menyampaikan

informasi ke otak, kemudian otak menyampaikan informasi agar

sistem musculoskletal (otot & tulang) dapat bekerja secara sinergis

untuk menjaga keseimbangan tubuh (Prasad, 2011 dalam Halmu,

2016). Berikut adalah gambar sistem visual :

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

32

Gambar 2.5 sistem Visual (Suryaratri, 2018)

b. Sistem Vestibular

Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan,

gerakan kepala, dan gerak bola mata. Berkaitan dengan sistem visual

dan pendengaran untuk merasakan arah dan kecepatan gerakan

kepala. Gangguan fungsi vestibular dapat menyebabkan vertigo atau

gangguan keseimbangan. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat

sehingga mendukung tubuh dalam mempertahankan keseimbangan

dengan mengontrol otot-otot postural (Watson, 2008 dalam Halmu,

2016). Berikut adalah gambar sistem vestibular :

Gambar 2.6 Sistem Vestibular (Nugroho, 2016)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

33

c. Sistem Sematosensoris (Proprioseptif)

Sistem somatosensoris dibagi menjadi taktil atau

proprioseptif dan persepsi-kognitif, informasi pada proprioseptif

disalurkan keotak melewati kolumna dorsalis medulla spinalis.

Sebagian besar masukan atau input propioseptif menuju sereblum,

tetapi ada juga yang menuju korteks serebri melalui lemniskus

medialis dan talamus.

Kesadaran posisi pada beragam bagian tubuh dalam

sebagian ruang bergantung pada impuls yang berasal dari alat indra

bagian dalam dan disekitar sendi. Impuls dari alat indra tersebut

berasal dari reseptor raba dikulit dan jaringan lain, begitupun otot di

proses di dalam korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam

ruang (Muslih, 2016). Berikut adalah gambar sistem sematosensoris

:

Gambar 2.7 Sistem Sematosensoris (Jensen & Eric, 2005)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

34

d. Kekuatan Otot

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan

aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari

adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot

menahan beban baik berupa beban eksternal maupun beban internal.

Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler

yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot

untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot

yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang

dihasilakan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul

juga harus kuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat

adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan

langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi

serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus

mempengaruhi posisi tubuh (Muslih, 2016).

C. Aktivitas Fisik

1. Definisi

Aktivitas fisik merupakan aktivitas tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi. Seseorang

dengan aktivitas fisik yang rendah (sedentary) memiliki risiko yang

lebih tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan dan merupakan

faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

35

keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global

(WHO, 2010).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik

Menurut Sahara (2017) beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi aktivitas fisik, berikut ini beberapa faktor tersebut :

a. Umur

Aktivitas fisik remaja sampai dewasa bertambah sampai

mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian terjadi

penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira

sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga

penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.

b. Jenis kelamin

Sampai pubertas biasanya aktivitas fisik laki-laki hampir sama

dengan perempuan, tetapi setelah pubertas laki-laki biasanya

mempunyai nilai yang jauh lebih besar.

c. Riwayat penyakit

Dapat mempengaruhi kapasitas jantung dan paru, postur tubuh,

obesitas, hemoglobin atau sel darah dan serat otot. Jika terdapat

kelainan pada tubuh seperti kurangnya sel darah merah, maka

orang tersebut tidak di anjurkan untuk melakukan olahraga yang

bersifat berat. Obesitas juga menjadi salah satu permasalahan

dalam melakukan aktivitas fisik.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

36

3. Jenis – Jenis Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan

menurut (Sahara, 2017) yaitu :

a. Aktivitas ringan

Hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak

menyebabkan perubahan dalam pernafasan atau ketahanan

(endurance), seperti aktivitas harian contohnya seperti duduk,

berdiri, pekerjaan ringan, berjalanan kaki, memasak, mencuci,

berbaring atau duduk.

b. Aktivitas sedang

Membutuhkan tenaga terus menerus, gerakan otot yang

berirama atau kelenturan (flexibility), Contohnya seperti

memotong rumput, berlari kecil, berenang, bersepeda, senam,

berjalan sedang (4,8 km/jam), berjalan cepat (6,4 km/jam).

c. Aktivitas berat

Aktivitas berat membutuhkan kekuatan (strength), membuat

berkeringat. Contohnya seperti bermain sepak bola, senam

aerobik, zumba, mendaki, dan berlari (8-10 km/jam).

Aktivitas fisik yang berguna untuk kesehatan lansia sebaiknya

memenuhi kriteria FITT (frequency, intensity, time, type).

Frekuensi merupakan seberapa sering melakukan aktivitas,

berapa hari dalam satu minggu. Intensitas adalah seberapa keras

suatu aktivitas dilakukan. Biasanya dikategorikan menjadi

intensitas rendah, sedang, dan tinggi. Waktu mengacu pada

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

37

durasi, seberapa lama suatu aktivitas dilakukan dalam satu

pertemuan, sedangkan jenis aktivitas adalah jenis-jenis aktivitas

fisik yang dilakukan (Ambardini, 2009)

4. Manfaat Aktivitas Fisik

Nurmalina (2011), dalam Sahara (2017), terdapat bermacam

manfaat dilakukannya aktivitas fisik oleh individu, antara lain yaitu:

a. Membantu menjaga otot dan sendi tetap sehat.

b. Membantu menurunkan stress, kecemasan, dan depresi (faktor

yang berkontribusi pada penambahan berat badan).

c. Membantu untuk tidur yang lebih baik.

d. Menurunkan risiko penyakit-penyakit jantung, stroke, tekanan

darah tinggi dan diabetes.

e. Dapat meningkatkan sirkulasi darah.

f. Meningkatkan fungsi organ-organ vital seperti jantung dan paru-

paru.

g. Mengurangi kanker yang terkait dengan kelebihan berat badan.

h. Menurunkan risiko terkenanya osteoporosis pada lansia.

5. Alat Ukur

Dalam menentukan aktifitas seseorang diperlukan

pengukuran menggunakan global physical activity questionnaire

(GPAQ), yaitu instrument kuisioner pengukuran aktifitas fisik yang

dikembangkan oleh WHO. GPAQ terdiri dari 16 pertanyaan yang

meliputi aktivitas fisik pada saat bekerja, berjalan dan saat rekreasi

atau waktu luang (Hamrik et al., 2014 dalam Iqbal 2017).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

38

Menurut WHO pada tahun 2010 untuk memperhitungan

indikator kategori yang digunakan kriteria yaitu total waktu yang

dihabiskan dalam melakukan aktivitas fisik selama satu minggu

dimana cara perhitungan aktivitas fisik MET menit perminggu:

Table 2.2 Rumus menghitung aktivitas fisik MET menit perminggu

Keterangan :

P adalah jawaban dari pertanyaan dalam kuisioner P3,P6,P9,P12 dan

P15 dalam satuan menit.

Setelah menghitung skor aktivitas fisik MET perminggu terdapat

kategori aktivitas fisik :

1. Aktivitas fisik tinggi, jika total skor aktivitas fisik MET >3000

2. Aktivitas fisik sedang, jika total skor aktivitas fisik MET >600

3. Aktivitas fisik rendah, jika total skor aktivitas fisik MET <600

Tabel 2.3 Kuisioner GPAQ

Kuisioner Tingkat Aktivitas fisik GPAQ Score

Kode 3Pertanyaan Jawaban Rumus

MET

Aktivitas saat belajar / bekerja

(Aktivitas termasuk kegiatan belajar, latihan, aktivitas rumah tangga, dll)

P1 Apakah aktivitas sehari-hari anda termasuk

aktivitas berat (seperti membawa tas dengan

isi buku yang berat, menggali atau pekerjaan

konsruksi lain) ?

1. Ya

2. Tidak

(langsung

ke P4)

a. x menit

aktivitas

berat x

jumlah hari

P2 Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan

aktivitas berat?

Hari

P3 Berapa lama dalam sehari biasanya Anda melakukan aktivitas berat?

Jam menit

P4 Apakah aktivitas sehari-hari Anda termasuk

aktivitas sedang yang menyebabkan peningkatan nafas dan denut nadi, seperti

mengangkat beban ringan dan jalan sedang

(minimal 10 menit secara kontinyu)?

1. Ya

2. Tidak (langsung ke

P7)

4.0 x menit

aktivitas sedang x

jumlah hari

Aktivitas Fisik MET menit perminggu

[(P2xP3x8) + (PAxP6x4) + (P8xP9x3) + (P11xP12x8) +

(P14xP15x4) + P16

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

39

P5 Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan

aktivitas sedang

Hari

P6 Berapa lama dalam sehari biasanya Anda

melakukan aktivitas sedang

Jam menit

Kode Pertanyaan Jawaban Rumus

MET

Perjalanan ke dan dari tempat aktivitas

(perjalanan ke tempat aktivitas, berbelanja, beribadah, diluar, dll)

P7 Apakah Anda berjalan kaki atau bersepeda untuk pergi ke suatu tempat minimal 10 menit

kontinyu?

1. Ya 2. Tidak

(langsung ke

P10)

3.3 x menit aktivitas

berjalan atau

bersepeda x jumlah hari

P8 Berapa hari dalam seminggu Anda berjalan

kaki atau bersepeda untuk pergi ke suatu

tempat?

Hari

P9 Berapa lama dalam sehari biasanya Anda

berjalan kaki atau bersepeda untuk pergi ke

suatu tempat?

Jam Menit

Kode Pertanyaan Jawaban Rumus

MET

Aktivitas rekreasi (Olahraga, fitness, dan rekreasi lainnya)

P10 Apakah Anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi yang berat seperti lari, sepak

bola atau rekreasi lainnya yang

mengakibatkan peningkatan nafas dan denyut

1. Ya 2. Tidak

(langsung ke

P13

8.0 x menit aktivitas

berjalan atau

bersepeda x jumlah hari

P11 Berapa hari dalam seminggu biasanya anda

melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi

yang tergolong berat

Hari

P12 Berapa lama dalam sehari biasanya anda

melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi

yang tergolong berat?

Jam menit

P13 Apakah Anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi yang tergolong sedang seperti

berjalan cepat, bersepeda, voli yang

mengakibatkan peningkatan nafas dan denyut nadi (minimal dalam 10 menit secara

kontinyu)?

1. Ya 2. Tidak

(langsung ke

P16)

4.0 x menit aktivitas

berjalan atau

bersepeda x jumlah hari

P14 Berapa hari dalam seminggu biasanya anda

melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi lainnya yang tergolong sedang?

Hari

P15 Berapa lama dalam sehari biasanya anda

melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi

yang tergolong sedang?

Jam menit

Aktivitas menetap (Sedentary behavior)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

40

Aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti duduk saat bekerja, duduk saat di

kendaraan, menonton televise, atau berbaring, KECUALI tidur

P16 Berapa lama Anda duduk atau berbaring

dalam sehari?

Jam menit

D. Komunitas Sasana Arjosari Malang

Komunitas sasana Arjosari yang berlokasi di jalan Teluk Pelabuhan

Ratu nomer 40 kelurahan Arjosari Kota Malang adalah komunitas yang

rutin melakukan kegiatan senam tera yang bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan lansia. Berdiri sejak tanggal 9 Januari 2016 oleh bapak Raden

Bambang Setiadji sebagai pengurus komunitas sasana. Jumlah anggota

komunitas sasana pada awalnya sebanyak 9 sampai 20 orang dan terus

bertambah hingga sekarang yang beranggotakan sebanyak 80 orang yang

sebagian besar merupakan lansia.

Kegiatan senam tera dilakukan setiap hari rabu dan sabtu pada pagi

hari dengan durasi 30 menit. Senam dipandu oleh instruktur yaitu bapak

Bambang yang merupakan pelatih senam tera Indonesia yang terlatih dan

berpengalaman. Selain rutin melakukan senam tera, komunitas ini juga

melakukan rekreasi dan kegiatan kunjungan keberbagai daerah untuk

melakukan senam tera gabungan yang dilaksanakan komunitas senam tera

Indonesia setiap tiga bulan sekali.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia)eprints.umm.ac.id/62538/3/BAB II.pdf · Depkes RI (dalam dewi 2014), mengklasifikasikan lansia menjadi 5 kategori yaitu : a. ... 4.

41