BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB...

46
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model Pembelajaran Model pembelajaran pesantren biasanya dilakukan secara alami dengan pola managerial yang tetap (sama) dalam tiap tahunnya perubahan-perubahan mendasar dalam pengelolaan pesantren agaknya belum terlihat. Penerimaan santri baru, misalnya masih dilakukan secara „‟terbuka‟‟ untuk semua individu yang mempnyai latar belakang dan kemampuan beragam tanpa mengadakan usaha pree tes terlebih dahulu usaha kategorisasi dan klasifikasi santtri secara kualitatif tidak pernah dilakukan. 1 Secara umumnya, model pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian sistematis yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman proses pembelajaran agar tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran. Definisi singkat lainnya yaitu suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 1 Suwendi, Sejarah dan pemikiran pendidikan islam (Jakarta: PT. PrajaGrapindo persada, 2004), 125

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoretis

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran pesantren biasanya dilakukan secara

alami dengan pola managerial yang tetap (sama) dalam tiap

tahunnya perubahan-perubahan mendasar dalam pengelolaan

pesantren agaknya belum terlihat. Penerimaan santri baru,

misalnya masih dilakukan secara „‟terbuka‟‟ untuk semua

individu yang mempnyai latar belakang dan kemampuan beragam

tanpa mengadakan usaha pree tes terlebih dahulu usaha

kategorisasi dan klasifikasi santtri secara kualitatif tidak pernah

dilakukan.1

Secara umumnya, model pembelajaran adalah cara atau

teknik penyajian sistematis yang digunakan oleh guru dalam

mengorganisasikan pengalaman proses pembelajaran agar

tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran. Definisi singkat lainnya

yaitu suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran.

1 Suwendi, Sejarah dan pemikiran pendidikan islam (Jakarta: PT.

PrajaGrapindo persada, 2004), 125

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Model pembelajaran bisa juga diartikan sebagai seluruh

rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum,

sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta

segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau

tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Model

pembelajaran sendiri memiliki makna yang lebih luas dari pada

strategi, metode atau sekedar prosedur pembelajaran.

Setiap pembelajaran, seorang guru/ustadz pasti

mempunyai cara yang berbeda dengan guru lain. Perbedaan

tersebut dapat diperoleh dari kebiasaan guru mengajar, wawasan

pengetahuan guru tentang pendidikan, ataupun dengan

pengalaman-pengalaman guru dalam mengajar.

Sebuah pondok pesantren pada dasarnya sebuah asrama

pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama

dan belajar dibawaah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang

lebih dikenal dengan sebutan „‟Kyai‟‟. Asrama untuk para santri

berada dalam lingkungan komplek pesantren dimana Kyai

bertempat tinggal yang juga menyediakan masjid atau mushollah

untuk beribadah, ruangan untuk belajar dan kegiatan-kegiatan

keagamaan yang lain. 2

2 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 2011) ,79.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Pentingnya pondok pesantren sebagi asramanya para

santri tergatung jumlah para santri yang datang dari daerah-

daerah yang jauh. Untuk pesantren yang kecil misalnya, para

santri banyak pula yang tinggal dirumah-rumah penduduk

disekitar pesantren; mereka menggunakan pondok hanya untuk

keperluan-keperluan pondok saja.3

Setiap pembelajaran, seorang Guru/Ustadz pasti

mempunyai cara yang berbeda dengan guru lain. Perbedaan

tersebut dapat diperoleh dari kebiasaan guru mengajar, wawasan

pengetahuan guru tentang pendidikan, ataupun dengan

pengalaman-pengalaman guru dalam mengajar.

Perbedaan tersebut sangatlah mempengaruhi siswa/santri

dalam hal motivasi belajar. Secara tidak disadari santri selalu

menilai dan membandingkan apa dan bagaimana cara seorang

guru menyampaikan pelajaran.

Menurut beberapa ahli, model - model pembelajaran yang

ada dipondok pesantren, meliputi:

a. Model Wetonan Halaqah

Wetonan istilah ini berasal dari kata wektu (bahasa

jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan

3 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 2011) ,83.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan atau sesudah

melakukan shalat fardhu. Metode wetonan ini merupakan

metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan

duduk di sekeliling Kyai yang menerangkan pelajaran secara

kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat

catatan padanya. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut

dengan bandongan.4

Model wetonan halaqah, yaitu model yang

didalamnya terdapat seorang Kyai yang membaca suatu kitab

dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab

yang sama lalu santri mendengar dan menyimak bacaan Kyai.

model ini dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran

kolektif. Sedangkan sorogan adalah model pembelajaran yang

santrinya cukup pandai men-sorog-kan (mengajukan) sebuah

kitab kepada kyai untuk dibaca dihadapannya. Model

pembelajaran ini dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran

individual. 5

Dalam model pembelajaran ini, santri secara kolektif

mendengarkan dan mencatat uraian yang disampaikan oleh

4 http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/model-

pembelajaran-pesantren.html 5 http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/model-

pembelajaran-pesantren.html

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Kyai, dengan menggunakan bahasa daerah setempat,

dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, materi (kitab) dan

tempat sepenuhnya ditentukan oleh Kyai.

Keunggulan metode ini adalah lebih cepat dan praktis

sedangkan kelemahannya metode ini dianggap tradisional.

Biasanya metode ini masih digunakan pada pondok-pondok

pesantren salaf.

Model utama sistem pengaran di pesantren ialah

sistem bandoengan atau seringkali juga disebut sistem wathon

dalam sekelompok ini murid (antara 5 sampai 500 murid)

mendengarka seorang guru membaca, menerjemahkan,

menerangkan, bahkan sering kali mengulas buku-buku islam

dalam bahasa arab. Tentu ulasan dalam bahasa arab buku-

buku tingkat tinggi dibetikan kepada kelompok santri senior

yang diketahui oleh seorng guru besar dapat dipahami oleh

para santri. Kelompok santri khusus ini disebut „‟kelas

musyawarah. Setiap murid menyimak kitabnya sendiri dan

membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-

kata atau buah fikiran yang sulit. Kelompok metode

bandoengan ini disebut halaqoh ysng arti bahasanya lingkaran

santri, atau kelompok santri yang belajar dibawah bimbingan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

seorangan guru. Semua pesantren tentu memberikan juga

metode sorogan tetapi hanya diberikan kepada santri-santri

yang baru dan yang masih membutuhkan bimbingan

individual.6

Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia, sejarah perkembangan pesantren memiliki model-

model pembelajaran yang bersifat non klasikal, yaitu model

sistem pendidikan dengan metode pengajaran wetonan dan

sorogan. Di Jawa Barat dikenal pula dengan model

bandungan atau halaqah.

Dalam metode wethonan halaqoh atau bandoengan

seorang murid tidak harus menunjukan bahwa ia mengerti

pelajaran yang sedang dihadapi. Para Kyai biasanyan

membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat secara cepat

dan tidak menerjemakan kata-kata yang mudah. Denga cara

ini, Kyai dapat meyelesaikan kitab-kitab pendek dalam

beberapa minggu saja. Metode bandoengan karena

dimaksudkan untuk murid-murid tingkatt menengah dan

tigkat tinggi hanya epektif bagi santri-santri yang telah

mengikuti metode sorogan secara intensif.

6 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 2011) ,54.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Kebanyakan pesantren, terutama pesantren-pesantren

besar, bisanya hanya menelenggarakan bermacam-macam

halaqoh (kelas bandoengan), yang mengajarkan mulai dari

kitab-kitab elementer sampai kttingkatan tinggi, yang

isleenggarakan setiap hari (kecuali hari jum‟at), dari pagi-pagi

buta setelah sembahyang subuh sampai larut malam,

penyelenggaraan bermacam-macam cara ustadz (guru). Para

asatidz (guru-guru) ini dapat dikelompokan kedalam dua

setrata itu senior (ustadz muda) dan senior, yang biasanya

sudah menjadi anggota kelas musyawarah.

b. Model Sorogan

Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang

berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan

kitabnya dihadapan Kyai atau pembantunya (badal, asisten

Kyai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual,

dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan

terjadi interaksi saling mengenal antara keduanya.7

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Zamakhsyari

Dhofir, merupakan sosok yang sangat disegani oleh santrinya,

bahkan oleh masyarakat luas. Hal ini dinyatakan pula oleh

7 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3S, 1985), 112.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

H.M. Arifin tersebut menunjukkan telah terjadi pergeseran

mengenai subjek pendidikan agama Islam, yang tidak hanya

terbatas pada Kyai dan alumni pesantren, tetapi juga di

ajarkan oleh oleh orang yang diluluskan dari sekolah formal.8

Model pengajaran yang dipakai di pesantren

tradisional pada umumnya adalah metode sorogan (tiap-tiap

santri membawa buku yang sedang dipelajarinya kepada

seorang Kyai dan kalau tiba gilirannya ia menyodorkan sorog

atau buku itu kehadapan Kyai yang membacakan apa yang

disodorkan tersebut kalimat perkalimat, kemudian

menerjemahkan dan menjelaskan. Sedangkan metode

watthonan sama dengan metode halaqoh atau metode ceramah

yang dipakai Kyai untuk buku yang sedang diajarkannya.

Kyai membacakanya, menerjemahkan dan menerangkan

masalah-masalah yang sedang diajarkan. 9

Model sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian

yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan

pesantren, sebab metode sorogan menuntutt kesabaran,

kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi guru pembimbing dan

8 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren dalam Masyarakat Jawa,

(Jakarta : LP3ES, 1982), 97. 9 Ali Hasan, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Pedoman

Ilmu Jaya, 2009), 98.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

murid. Kebanyakan murid-murid pengajian gagal dalam

pendidikan dasar ini. Di samping itu, kebanyakan di antara

mereka yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya

mematangkan diri pada tingkat sorogan ini sebelum dapat

mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada

dasanya hanya santri-santri yang telah menguasai metode

sorogan sajahlah yang dapat memetik keuntungan dari metode

bandongaan pesantren.

Metode sorogan terbukti sangat efektif sebagai tarap

pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi

seorang alim. Metode ini memungkinkan seorang guru

mengawasi menilai dan membimbing secarra maksimal

kemampuan seorang santri dalam menguasi bahasa arab.

Hal ini sangat penting untuk diketahui oleh para santri,

sebab seperti yang diuraikan tadi, kitab-kitab yang diajarkan

dalam metode sorogan dan bandoengan ditulis tanpa hurup

hidup, untuk dapat membacanya dengan benar dan cocok

artinya para santri hrus menguasai kata bahasa arab.

Metode sorogan merupakan salah satu metode efektif

yang dapat digunakan seorang ustadz dalam proses belajar

membaca kitab, ustadz sangat bersemangat dengan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

pembelajaran dengan metode ini, karena mempunyai

kelebihan dan kekurangan yang tidak terlalu membebani

ustadz dalam proses pembelajarannya. Diantara kelebihan-

kelebihan metode sorogan adalah sebagai berikut:

1. Terjadi hubungan yang harmonis dan erat antara ustadz

dan santri.

2. Memungkinkan bagi seorang ustadz untuk membimbing

secara maksimal.

3. Ustadz mengetahui secara pasti kualitas yang di capai

santrinya.

4. Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesailkan

materi pelajaran (kitab), sedangkan santri yang IQ-nya

rendah, ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

menyelesaikanya.

Adapun diantara beberapa kekurangan metode sorogan adalah

sebagai berikut:

1. Tidak efesien, karena hanya menghadapi beberapa orang

santri saja, sehingga kalau menghadapi santri banyak,

metode ini kurang begitu cepat.

2. Membuat santri cepat bosan karena metode ini menuntut

kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan kedisiplinan pribadi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

3. Santri kadang menangkap kesan verbalisme semata,

terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari

bahasa tertentu.

Model sorogan merupakan metode pembelajaran yang

diterapkan pesantren hingga kini, terutama di pesantren-

pesantren salaf. Usia dari metode ini diperkirakan lebih tua

dari pesantren itu

sendiri. Karena metode ini telah dikenal semenjak pendidikan

Islam dilangsungkan di langgar, saat anak-anak belajar

Alquran kepada seorang ustaz atau kiai di kampung-kampung.

Model sorogan yang pernah dominan digunakan

pondok pesantren, kemudian berkembang dengan model -

model lain. Kenyataan seperti ini, secara sosiologis

menunjukkan bahwa pesantren tidak terbebas dari pengaruh

luar, misalnya dari perkembangan metodologi pengajaran di

sekolah. Munculnya metode diskusi, metode resitasi, yang

semula hanya memberikan tugas-tugas yang berkaitan dengan

materi pelajaran keagamaan, dikembangkan dengan model -

model lain dari ajaran yang lain pula. Seperti pemberian tugas

pada mata pelajaran umum, dan tugas-tugas ilmu yang lain.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

c. Model Diskusi

Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul

masa'il merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip

dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri

dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin

langsung oleh Kyai atau ustadz, atau mungkin juga senior,

untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang telah

ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, para santri

dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau

pendapatnya.10

Dalam model diskusi, dalam model pengajaranya

sangat berbeda dari metode sorogan dan bandoengan para

santri harus mempelajari sendiri kitab-kitab yag ditunjuk dan

dirujuk. Kiyai memimpin model diskusi seperti dalam suatu

seminar dan lebih banyak dalam bentuk tanya jawab, biasanya

hampir seluruhnya diselenggarakan dalam bahasa arab, dan

merupakan latihan bagi para santri untuk menguji

keterampilannya dalam menyadap sumber-sumber

argumentasi dalam kitab-kitab islam klasik.

10

http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/model-

pembelajaran-pesantren.html

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Seringkali, pimpinan pesantren beberapa hari sebelum

metode musyawarah dimulai menyiapkan sejumlah

pertannyaan (masail diniah) bagi santri kelompok diskusi

yang akan bersidang.

Mereka yang dinilai oleh kiyai sudah cukup matang

untuk menggali sumber-sumber referensi, memiliki keluasan

bahan-bahan bacaan dan mampu menemukan atau

menyelesaikan problem-problem menurut metode imam besar

madzhab imam Syafi‟i.11

Kegiatan penilaian oleh Kyai atau ustadz dilakukan

selama kegiatan musyawarah berlangsung. Hal-hal yang

menjadi perhatiannya adalah kualitas jawaban yang diberikan

oleh peserta yang meliputi kelogisan jawaban, ketepatan dan

kevalidan referensi yang disebutkan, serta bahasa yang

disampaikan dapat mudah difahami oleh santri yang lain. Hal

lain yang dinilai adalah pemahaman terhadap teks bacaan,

juga kebenaran dan ketepatan peserta dalam membaca dan

menyimpulkan isi teks yang menjadi persoalan atau teks yang

menjadi rujukan.

11

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 2011), 57.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Dari segi pengunaan model, persamaan antara

pendidikan Islam di pondok pesantren dan sekolah pada

umumnya, adalah model diskusi yang diberikan di sekolah,

saat ini juga digunakan di pesantren-pesantren.

Model ini dapat berfungsi seperti apa yang

diungkapkan oleh Abu Bakar Muhammad, bahwa model

berfungsi untuk lebih membangkitkan pikiran dan minat

murid untuk aktif, dia sendiri lebih mampu menyiapkan diri

sendiri untuk menyampaikan ilmu pengetahuan itu kepada

murid dengan cara-cara yang mudah diterima dan lebih

mudah difahami.

d. Model Hafalan

Metode hapalan ialah kegiatan belajar santri dengan

cara menghapal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan

pengawasan Kyai/ustadz. Para santri diberi tugas untuk

menghapal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu.

Hapalan yang dimiliki santri ini kemudian dihapalkan di

hadapan Kyai/ustadz secara periodik atau insidental

tergantung kepada petunjuk Kyai/ustadz yang

bersangkutan. Materi pelajaran dengan metode hapalan

umumnya berkenaan dengan Al Qur‟an, nazham-nazham

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

nahwu, sharaf, tajwid ataupun teks-teks nahwu, sharaf dan

fiqih.12

Model hafalan, yakni suatu metode dimana santri

menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang

dippelaajarinya.13

Dalam metode hafalan ini, santri harus lebih aktif

jadwal hafalan diluar jam belajar dikelas kemudian untuk

membantu mmelancarkan hafalan (jawa;ngelanyabake) maka

diadakan hafalan masal yang dibagi menjadi beberapa kelas

pada waktu ba‟da sholat maghrib setiap malam

jum‟at,kegiatan ini disebut dengan „‟lalaran‟‟ diamana semua

santri mengenakan baju putih dan sarung berwarna gelap

dengan lmpu yang dimatikan, kecuali beberapa lilin-lilin

dinyalakan dibagian depan. Mereka menghafalkan nadzoman

secara berjamaah yang dipimpin oleh seorang kiyai.

Disekeliling mereka adalah para ustadz dan ustadzah yang

ikut memantau jalannya acara. Kemudian setelah acara usaai

yaitu menjelang sholat isya ada salah seorang ustadz atau

12

http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/model-

pembelajaran-pesantren.html 13

Nizar Samsul, Sejara Pendidikan Islam, (Pernada Media Group), 287.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

ustadzah yang memberika motifasi atau nasehat dihadapan

paara santri.14

2. Pendidikan Pondok Pesantren Al-Hidayah

Pendidikan berasal dari kata "didik", lalu kata ini

mendapat awalan me sehingga menjadi "mendidik", artinya

memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan

memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan, dan

pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya,

pengertian "pendidikan" menurut kamus besar bahasa Indonesia

ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan.

Dalam bahasa Inggris, Education (pendidikan) berasal

dari kata educate(mendidik) artinya memberi peningkatan (to

elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to

develop). Dalam pengertian yang sempit, Education atau

pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk

memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989).

14

Suparta Munzier, Kritik Nalar Fiqh Pesantren,( Jakarta : Pernada

Media Group, 2008), 230.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat

diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu

sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Sebagaian orang memahami arti pendidikan sebagai

pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu

membutuhkan pengajaran. Jika pengertian seperti ini kita

pedomani, setiap orang yang berkewajiban mendidik (seperti

guru dan orangtua) tentu harus melakukan perbuatan mengajar.

Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan

formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada

siswa agar ia menerima dan menguasai pelajaran tersebut, atau

dengan kata lain agar siswa tersebut memiliki ilmu pengetahuan.

Selanjutnya, menurut Poerbakawatja dan Harahap (1981),

Pendidikan adalah: Usaha secara sengaja dari orang dewasa

untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak kedewasaan

yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab

moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang

tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan

kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

guru sekolah, pendeta atau kyai dalam lingkungan keagamaan,

kepala-kepala asrama dan sebagainya.

Selain itu Pendidikan islam menurut Zarkowi Soedjati

terbagi dalam tiga pengertian; pertama, „‟Pendidikan Islam‟‟

adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraanya

didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk

mengejawantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dalam

nama lembaganya, maupun dalam kegiatan-kegiatan yang

diselenggarakan. Disini kata Islam ditempatkaan sebagai sumber

nilai yang akan diwujudkaan dalam seluruh kegiatan pendidikan.

Kedua, jenis pendidikan yang memberikan perhatian sekaligus

menjadikan ajaran islam sebagai pengetahuan untuk program

studi yang diselenggarakan.

Pendidikan islam tidak tertuju kepada pembentukan akal

saja, melainkan tertuju kepada setiap bagian jiwa sehingga setiap

bagian jiwa itu menjadi mampu melaksanakan tugasnya sebagai

mana yang dikehendaki oleh Allah S.W.T. Pendidikan Islam

bukan hanya membentuk dan meningkatkan kemampuan kerja

setiap bagian jiwa itu, tetapi juga membentuk metode kerja setiap

bagian jiwa itu persis yang Allah kekhendaki dan juga

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

membentuk kemaampuan memanifestasikan isi jiwa kedalam

bicara yang benar dan baik.15

Selanjutnya kata pendidikan secara umum adalah upaya

mempengaruhi orang lain agar berubah fikir, ucapan, perbuatan,

sifat, dan otaknya. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan. Dengan demikiaan, antara kata pendidikan dan

karakter memiliki hubungan substtansial yang amat

berdekatan.16

Sedangkan kata pendidikan mengandung arti memberikan

bimbingan pengetahuan pengalaman, ketermpilan,

menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, potensi fisik,

intelektual, jiwa, sosial, kesenian, morl dan spiritual yang

terdapat pada setiap orang, agar berbagai potensi, minat, bakat

dan kecenderungan tersebut dapat diaktualisasikan dalam

kenyataan, sehiingga dapat menolong dirinya, keluarganya,

masyarakat, bangsa, umat, negar dan dunia.17

a. Sejarah Pondok Pesantren

15

Ali Hasan, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Pedoman

Ilmu Jaya, 2009), 45. 16

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta : PT. Raja

Grapindo Persada, 2014), 266. 17

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta : PT. Raja

Grapindo Persada, 2014), 287.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Secara etimologi perkataan pesantren berasal dari kata

santri dengan awalan „‟Pe‟‟ dan akhiran „‟An‟‟ berarti „‟tempat

tinggal santri, selain itu, asal kata pesantren terkadang dianggap

gabungan dari kata „‟Sant‟‟ (manusia baik) dengan suku kata

„‟ira‟‟ (suka menolong), sehingga kata pesantren berarti tempat

pendidikan manusia baik-baik.

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan

„‟pe’’ di depan dan akhiran „‟an‟‟ berarti tempat tinggal para

santri.18

Adapun secara terminologis Steenbrink menjelaskan

bahwa pendidikan pesantren, dilihat dari segi bentuk dan

sistemnya berasal dari india. Sebelum proses penyebaran islam di

Indonesia, sistem tersebut telah digunakan secara umum untuk

pendidikan dan pengajaran agama Hindu di Jawa. Setelah islam

masuk dan tersebar di Jawa sistem tersebut kemudian diambil

oleh islam. Istilah pesantren sendiri seperti halnya isitilah

mengaji, langgar, atau surau, di Minangkabau Rangkang di Aceh

bukan berasal dan istilah arab melainkan india.

Menurut Sudjoko Prasodjo, „‟pesantren adalah lembaga

pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara

18

Johns, Tradisi Pesantren (Jakarta : LP3ES, 2011), 41.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

nonklasikal, dimana seorang kiyai mengajarkan ilmu ilmu agama

Islam kepada santri-santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis

dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan para antri

biasanya tinggal dipondok (asrama) dalam pesantren tersebut.‟‟19

Dari pemaparan pendapat para ahli diatas. Maka dapat

digambarkan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan ke

agamaan yang memiliki kekhasan sendiri dan berbeda dengan

lembaga pendidikan lainya dalam menyelenggarakan sistem

pendidikan dan pengajaran agama. Ditinjau dari segi historis nya

pesantren sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka bahkan

sebelum islam datang dan masuk ke Indonesia sebab lembaga

serupa sudah ada semenjak hindu dan budha.

Pondok atau asrama adalah tempat tinggal santri

dipesantren. Pada mulanya pondok dipesantren dibangun dengan

alakadarnya. Sebutan pondok sendiri berkonotasi pada banngunan

yang sangat sederhana yang terbuat dari bambu tetapi mengiringi

semakin banyaknnya santri kemudian perpondokan itu direnovasi

dan diadakan pemakaran yang lebih luas lagi dalam bentuk

bangunan beton bertingkat. Tetapi asrama-asrama dipesantren

biasanya dibangun dengan tanpa perencaan tata ruang yang

19

Prasodjo Sudjoko, Profil Pesantren, dalam Nizar Samsul, (Kencana

Prenada Group : 2002), 286.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

bagus, karena waktu pembangunanya tidak bersamaan, sehingga

kurang tampak teratur dan terkadang ada kelihatan „‟kumuh‟‟.

Meskipun demikian kondisi yang seperti itu tidak mempengaruhi

bagi aktifitas belajar santri justru mengandung pengertian sebagai

bagian pembelajaran kepribadian yang tabah dan sabar.

Asrama dipesantren biasanya dibagi menjadi beberapa

kompleks dengan nama sendiri-sendiri. Terkadang pembagian

asrama itu berasarkn asal daerah para peghuninya yang dikenaal

istilah kobongan, disamping juga ada yang dicampur.

Asrama atau kompleks pesantren biasanya dibangun

diatas tanah wakap Kyai atau orang luar pesantren yang beamal

jariyah kepada pesantren tetapi ada juga. Tetapi ada juga yang

dibangun diatas tanah milik pribadi keluarga Kyai. Namun

demikian pada umumnya masyarakat terutama yang masih

sefaham dengan ajaran pesantren atau para alumni, tidak terlalu

mempersoalkan status tanah tersebut karena sudah ada

kepercayaan terhadap jaminan kelangsungan hidup pesantren,

terutama pesantren yang sudah besar dan establizedhed. Tetapi

dalam kondisi tertentu tanah komplek pesantren yang statusnya

belum disertifikatkan sebagai tanah wakap, terkadang juga

menjadi kendala dalam pencarian dana bangunan, terutama ketika

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

menghadapi orang-orang terpelajara dijalur pendidikan formal

atau yang tidak sefaham, meskipun tidak semuanya.

Terlepas dari asal-usul kata itu berasal dari mana, yang

jelas ciri-ciri umum keseluruhan pesantren adalah lembaga

pendidikan agama Islam asli Indonesia yang terus berkembang,

bahkan saat memasuki millennium ketiga ini salah satu menjadi

penyangga yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan

bernegara bangsa Indonesia.20

Pesanrren sebagai salah satu pintu transformasi sosial,

selalu menarik dan sekaligus menjadi sorotan kaum intelektual

bahkan menjadi lirikan para penguasa demi menarik masa.

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam tertua

dinusantara. Dalam sejarah perkembangan pesantren memiliki

peranan yang sangat besar dalam sejarah perjuangan bangsa

indonesiaa. Pondok pesantren telah memmbuktikan eksistensi

dan kiprahnnya menjadi dinamisator dalam setiap peroses

perjuangan dan pembangunan bangsa. Kiprahnya tidak hanya

sebatas lembaga pendidikan, namun juga merupakan lembaga

perjuangan, lembaga sosial, ekonomi, lembaga spiritual dan

dakwah.

20

Zamakhsya Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 2011), 41.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Dunia pesantren, dengan meminjam kerangka hossein

nashr sebagai mana diungkapkan adjiyumardi arja bahwa dunia

tradisional isla, yakni dunia yang mewarisi dan memelihara

kontinunitas traadisi islam yang dikembangkan oleh ulama daari

masa ke masa tidak terbatas pada periode tertenttu dalam sejarah

islam, seperti periode kaum salaf, yaitu periode para sahabat Nabi

Muhammad dan Thabii‟in senior. Meskipun demikian, menurut

adiyumardi, istilah „‟salafi‟‟ juga digunakan oleh kalangan

pesantren,misalnya „‟pesantrren salafi‟‟ meskipun pengertianya

jauh berbeda jika tidak bertolak belakang dengan pengertian

umum mengenai salaf.

Dalam pandangan syaknur, dari sisi hostoris pesantren

tidak hannya identic dengan makna keislaman, tetapi juga

mengandung keaslian Indonesia. Karena menurut caknur,

lmmbaga yang serupa pesantren sesungguhnya telah ada sejak

pemerintahan Hindia-Belanda. Sehingga Islam tinggal

meneruskan atau dalam bahasa caknur, mmenngislamkan

lembaga pendidikan yang sudah ada. Meskipun uga bukan berarti

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

mengucilkan peranan Islam dalam mempelopori Pendidikan di

Indonesia. 21

Dengan demikian, dalam lembaga pendidikan islam yang

disebut dengan pesantren tersebut, sekurang-kurangnya memiliki

unsur-unsur : Kyai, santri, masjid, sebagai tempat

penyelenggaraan pendidikan dan pondok atau asrama sebagai

tempat tinggal para santri serta kitab-kitab klasik sebagai sumber

atau bahan pelajaran.

Adapun pengertian lain dari pondok pesantren adalah

sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana siswanya

tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau

lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “Kyai”.

Perlu ditekankan disini, bahwa dalam tradisi pesantren,

seorang tidak akan memiliki status dan keasyuran hanya karena

kepribadian yang dimilikinya. Ia menjadi kiyai karena ada yang

mengajarnya. Ia pada dasarnnya mewakili watak pesantren dan

gurunya dimana ia belajar. Keabsahan illmunya dan jaminan

yang dimiliki sebagai orang yang diakui sebagai Kyai yang

terkenal dapat ia buktikan melalui mata rantai tranmisi yang ia

tulis dengan rapid an dapat dibenarkan oleh kiyai-kiyai yang

21

Dede Rosyada, Studi Islam I,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2016), 232.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

mashur yang seaangkatan dengan dirinya. Namun para Kyai

ternyata menyadari sepenuhnya masalah ini. Seorang kiyai selalu

memikirkan kelangsungan hidup pesantrenya ketia iameninggal

nanti. Disamping itu, ia pun berfikir dan berusaha keras agar

traadisi pesantren tidak perna punah.22

b. Pola Pembelajaran Akhlaq di Pondok Pesantren Al-Hidayah

Pola pembelajaran atau Pembinaan di Pondok Pesantren

itu Secara konseptual, pembinaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata ‟power‟ (kekuasaan atau

keberdayaan). Karenanya, ide utama pembinaan bersentuhan

dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali

dikaitkan dan dihubungkan dengan kemampuan individu untuk

membuat individu melakukan apa yang diinginkan, terlepas dari

keinginan dan minat mereka. Pembinaan menunjuk pada

kemampuan orang atau kelompok masyarakat, khususnya

kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan

atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga

mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja

bebas mengemukakan pendapat melainkan bebas dari kelaparan,

bebas dari kesakitan. Menjangkau sumber-sumber produktif yang

22

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta :LP3ES, 2011), 101.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan

memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlukan.

Menurut Wiranto (1999), pembinaan merupakan upaya

untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemberian

kesempatan yang seluas-luasnya bagi penduduk kategori miskin

untuk melakukan kegiatan sosial ekonomi yang produktif,

sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi

dan pendapatan yang lebih besar. Dengan demikian, pembinaan

Olahraga pada hakekatnya diarahkan untuk meningkatkan akses

bagi individu, keluarga dan kelompok masyarakat terhadap

sumber daya untuk melakukan proses produksi dan kesempatan

berusaha. Untuk dapat mencapai hal tersebut diperlukan berbagai

upaya untuk memotivasi dalam bentuk antara lain bantuan modal

dan pengembangan sumber daya manusia.

Salah satu pendekatan yang kini sering digunakan dalam

meningkatkan kualitas kehidupan dan mengangkat harkat dan

martabat keluarga miskin adalah pembinaan masyarakat. Konsep

ini menjadi sangat penting terutama karena memberikan

perspektif positif terhadap orang miskin. Orang miskin tidak

dipandang sebagai orang serba kekurangan (misalnya, kurang

makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

objek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang

yang memiliki beragam kemampuan yang dapat di mobilisasi

untuk perbaikan hidupnya. Konsep pembinaan memberi

kerangka acuan mengenai kekuasaan (power) dan kemampuan

(kapabilitas) yang melingkup arah sosial, ekonomi, budaya,

politik dan kelembagaan.23

Menurut Dadang S. Suharmawijaya :”inovasi program

pembinaan ekonomi merupakan upaya mengatasi persoalan

ekonomi masyarakat komunitas tertentu. Hanya, pada

perjalanannya, yang memiliki problem ekonomi merupakan

kelompok masyarakat miskin. Kenyataan itulah yang menjadikan

sebagian program kabupaten/ kota menyatukan antara pembinaan

ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.” Dengan demikian,

pembinaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,

pembinaan kelompok di dalam lingkungan kehidupan

masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami

masalah dalam berbagai aspek kesejahteraan dalam kehidupan.

Sebagai tujuan, maka pembinaan menunjuk pada keadaan atau

hasil yang ingin dicapai dalam perubahan sosial : yaitu

masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai

23

http://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/05/pengertian-pembinaan.html

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi , maupun sosial

seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan

aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya.

a. Akhlak

Istilah akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan

kita. Mungkin hampir semua orang mengetahui arti kata

“Akhlak” karena perkataan akhlak selalu dikaitkan dengan

tingkah laku manusia. Akan tetapi, agar lebih jelas dan

menyakinkan kata “Akhlak” masih perlu diartikan seara

bahasa maupun istilah. Dengan demikian, pemahaman

terhadap kata “Akhlak” tidak sebatas kebiasaan praktis yang

setiap hari kita dengar tetapi sekaligus dipahami secara

filosofis, terutama makna substansinya.

Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab yaitu jama

dari kata “khuluqun” yang secara lingustik diartikan dengan

budi pekerti, perangai, tingkahlaku atau tabiat, tata krama,

sopan santun, adab, dan tindakan. Katab” Akhlak” juga

berasal dari kata “Khalaqa” atau “Khalqun”, artinya kejadian,

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

serta erat hubungannya dengan “Khaliq”, artinya

menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat

kata “Al-khaliq” artinya pencipta dan “Makhluq” artinya yang

diciptakan.24

Sebenarnya, ada dua pendekatan yang dapat

digunakan untuk mendefinisikan kata “Akhlaq”, yaitu

pendekatan linguistik (kebhasaan), dan pendekatan

terminologik (peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak

berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk

infinitive)vdari kata “al-akhlaqa-yukhliqu-ikhlakan”, sesuai

dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala-yuf’ilu-if’alan,

berarti as-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat,

watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah

(peradaban yang baik), dan ad-din (agama). Kata “akhlaq”

juga isim masdar dari kata “akhalaqa”, yaitu “ikhlaq”.

Berkenaan dengan ini, timbulah pendapat bahwa secara

linguistik, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair

mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata. Kata

“akhlaq” secara etimologis brasal dari bahasa Arab, yaitu dari

kata “khalaqa”, kata asalnya adalah “khuliqun”, berarti adat,

24

Ahmad Beni Saebani, Ilmu Akhlaq, (Bandung : CV. Pustaka Settia,

2012), 13.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

perangai, atau tabiat. Secara terminologis, dapat dikatakan

bahwa akhlak merupakan prantara perilaku manusia dalam

segala aspek kehidupan. Dalam pengertian umum, akhlak

dapat dipadankan dengan etika atau nilai moral.

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian

pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi

kerasulan Nabi Muhammad SAW. Yang utama adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia.

Sebagaimana hadits Nabi Muhammad S.A.W dalam

salah satu hadistnya beliau menegaskan :

م مكارم األخالق Hanya saja aku diutus untuk“ إوما بعثت ألتم

menyempurnakan akhlak yang mulia”.25

Pembinaan akhlaq dalam Islam juga terintegrasi

dengan pelaksanaan rukun iman hasil analisi Muhammad

Alghozali terdapat rukun islam yang kelima telah menunjukan

dengan jelas,

bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep

pembinaan akhlaq.26

25

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada, 2015), 136.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan

akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian islam terhadap

pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada pembinaan

fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akar lahir perbuatan-

perbuatan yang baik pada tahap selanjutnya akan

mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada

seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.

Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya

dapat dianalisi pada muatan akhlak yang terdapat pada

seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan

misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan

serangkaian amal shalih dan

perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal shalih

dinilai sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai

kemunafikan.

Dalam Al-Qur‟an kita misalnya membaca ayat

yang berbunyi:

يه ى م ؤ م م ب ا ه م ر و خ م ال و ي ال ب و الل ا ب ى ول آم ق ه ي اس م الى

ه م و

26

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada, 2015), 137.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Artinya : Dan di antara manusia (orang

munafik) itu ada orang yang mengatakan “beriman

kepada Allah dan hari akhir, sedang yang sebenarnya

mereka bukan orang yang beriman.” (QS Al -Baqarah

(2):8)27

Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa iman

yang dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada

ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan

perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu

menerima ajaran yang dibawa Rasul, mau memanfaatkan

harta dan dirinya untuk berjuang di jalan Allah dan

seterusnya. Ini menunjukkan bahwa keimanan harus

membuahkan akhlak, dan juga memperlihatkan bahwa Islam

sangat mendambakan terwujudnya akhlak yang mulia.

Hasil analisis Muhammad al-Ghazali.28

Dijelaskan

didalam rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan

27

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta : PT. Raja

Grapindo Persada, 2014), 136. 28

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta : PT. Raja

Grapindo Persada, 2014), 305.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung

konsep pembinaan akhlak.29

Rukun islam yang pertama adalah mengucapkan dua

kalimah syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain

Allah. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama

hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan tuntunan

Allah. Orang yang tunduk dan patuh aturan Allah dan

Rasullnya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang

baik.

Selanjutnya rukun Islam yang kedua adalah

mengerjakan shalat lima waktu. Shalat yang dikerjakan akan

membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan

munkar. Shalat yang dilakukan diharapkan dapat

menghasilkan akhlak yang mulia, yaitu bersikap tawadlu.

Mengagungkan Allah, berzikir, membantu fakir miskin, ibn

sabil, janda dan orang yang mendapatkan musibah.

Selanjutnya dalam rukun Islam yang ketiga, yaitu

zakat juga mengandung didikan akhlak, yaitu agar orang yang

melaksanakannya dapat memberikan dirinya dari sifat kikir,

mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari

29

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta : PT. Raja

Grapindo Persada, 2014), 137.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

hak orang lain, yaitu hak fikir miskin dan seterusnya.

Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat

adalah untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat

manusia ke jenjang yang lebih mulia.

Begitu juga islam mengajarkan ibadah puasa sebagai

rukun islam yang keempat, bukan hanya sekedar menahan diri

dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi

lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan

melakukan perbuatan keji yang dilarang.

Selanjutnya rukun Islam yang kelima adalah ibadah

haji. Dalam ibadah haji ini pun nilai pembinaan akhlaknya

lebih besar lagi dibandingan dengan nilai pembinaan akhlak

yang ada pada ibadah dalam rukun Islam lainnya. Hal ini bisa

dipahami karena ibadah haji ibadah dalam Islam bersifat

komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu

disamping harus menguasai ilmunya, juga harus sehat

fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam menjalankannya

dan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, serta rela

meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya.

Berdasarkan analisis diatas dapat mengatakan bahwa

islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

pembinaan akhlak sebagaimana digambarkan di atas,

menujukkan bahwa pembinaan akhlak yang ditempuh islam

adalah menggunakan ara atau sistem yang integrated, yaitu

sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadataan dan

lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaan

akhlak.

Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan

akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan

berlangsung secara kontinyu.

Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan

bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat

menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan.

Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan

menjadi orang jahat, untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar

akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melaith jiwa kepada

pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.30

Dalam tahapan-tahapan tertentu, pembinaan akhlak,

khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara

paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa dipaksa.

Seseorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-kata yang

30

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta : PT. Raja

Grapindo Persada, 2014), 141.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

bagus misalnya, pada mulanya ia harus memaksakan tangan

dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan

huruf yang bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung

lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai

paksaan.

Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari cara-cara di

atas dalam hal pembinaan akhlak ini adalah melalui

keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya

dengan pelajaran, intruksi dan larangan, sebab tabi‟at jiwa

untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya

seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan

itu. Menanamkan sopan-santun memerlukan pendidikan yang

panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu

tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian

contoh teladan yang baik dan nyata.

Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh

Rasulullah SAW. Keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang

berbunyi:

ر خ م ال و ي ل ا و و للا ج ر ان ي ه ك م ة ل ى س ة ح و س أ ول للا س م في ر ك ان ل ك

د ق ل

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

ا ير ث ك ر للا ك ذ و

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri)

Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi

orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab 33:

21).31

Selain itu pembinaan akhlak dapat ditempuh dengan

cara senantiasa menganggap diri ini sebagai banyak

kekurangannya dari pada kelebihannya.

Dalam hubungan ini Ibn Sina mengatakan jika

seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya

ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada

dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak

berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud

dalam kenyataan.32

Namun, ini bukan berarti bahwa ia menceritakan

dirinya sebagai orang yang paling bodoh, paling miskin dan

sebagainya di hadapan orang-orang, dengan tujuan justru

31

Nandang Burhanuddin, Mushaf Al-Burhan Edisi Wanita Tajwid, QS Al-

Ahzab 33: 21, (Bandung :Cv), 421.

32

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta : PT. Raja

Grapindo Persada, 2014), 142.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

merendahkan orang lain. Hal yang demikian dianggap tercela

dalam islam.

Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan

dengan memperhatikan faktor kejiwaan sesaran yang akan

dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa

kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat

usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada

hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran

akhlak dapat disajikan dalam bentuk permainan. Hal ini

pernah dilakukan oleh para ulama di masa lalu. Mereka

menyajikan ajaran akhlak lewat syair yang berisi sifat-sifat

Allah dan rasul, anjuran beribadah dan berakhlak mulia dan

lain-lainnya. Syair tersebut dibaca pada saat menjelang

dilangsungkannya pengajian, ketika akan melaksanakan shalat

lima waktu, dan acara-acara peringatan hari-hari besar islam.

b. Santri

Santri adalah siswa yang belajar ilmu agama Islam di

pesantren. Tetapi tidak semua santri tinggal di asrama

(pondok) pesantren. Ada santri penduduk lingkungan

pesantren yang belajar (Jawa: Ngaji) di pesantren dengan cara

"dilaju" dari rumah masing-masing, yang dikenal dengan

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

santri "kalong" (santri "laju atau santri"nduduk"). Pada akhir-

akhir ini santri mengalami perluasan terminologis, yaitu

termasuk siswa anak-anak yang belajar Al-Qur'an di Taman

Pendidikan Al-Qur'an (TPA), masjid atau musholah mereka

juga disebut santri, termasuk santri dalam kegiatan pesantren

kilat di sekolah-sekolah formal dalam waktu-waktu tertentu.

Khususnya di pesantren, terminologi santri memiliki

dua makna, yaitu makna yang sempit dan makna yang luas.

Makna sempit santri adalah para siswa yang masih belajar di

pesantren dengan mengecualikan para guru (ustaz) sebagai

pembantu kyai. Sedangkan makna luasnya adalah orang yang

pernah belajar di pesantren, baik santri dalam pengertian

pertama tadi maupun ustaz, dan baik yang masih tinggal di

pesantren maupun para alumni yang sudah tinggal di luar

pesantren. Hampir sama dengan di pedesaan santri sering di

konotasikan sebagai orang yang pernah belajar di pesantren

(Jawa: Mondok), sebagai pembeda dari orang yang belum

pernah belajar di pesantren atau hanya mengenal sekolah

umum saja. Salah satu derivat dari term "santri" ini adalah

nyatri, sebutan untuk karakter orang yang tahu agama dan

memiliki kepribadian yang baik.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan

orang-orang pesantren seorang alim yang hanya bisa tersebut

kiyai bila mana memilliki pesantren santri untuk mempelajari

kitab-kitab islam klasik. Oleh karena itu, santri merupakan

elemen-elemen penting, dalam suatu lembaga pesan-pesan.

Perlu diketahui, menurut tradasi pesntren, santri terdiri dari

dua :

1. Santri Mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari yang

jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri

muim yang paling lama tinggal dipesantren biasanya

merupakan satu kelompok tersendiri yang memang

bertanggung jawab mengurusi kepentinngan pesantren

sehari-hari; mereka juga memikul tanggung jawab

mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan

menengah. Dalam sebuah pesantren yang besar dan

masyhur terdapat putra-putra kyai dari pesantren-

pesantren lain yang belajar di sana; mereka ini biasanya

akan menerima perhatian istimewa dari kyai.

2. Santri Kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-

desa di sekitar pesantren, biasanya tidak menetap dalam

pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren,

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

mereka bolak-balik (nglaju) dari rumahnya sendiri.

Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren

kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin

besar sebuah pesantren, semakin besar jumlah santri

mukimnya. Dengan kata lain, pesantren kecil memiliki

lebih banyak santri kalong dari pada santri mukim.

Seorang santri pergi dan menetap di suatu

pesantren karena berbagai alasan:

1. Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas

islam secara lebih mendalam di bawah bimbingan kyai

yang memimpin pesantren.

2. Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren,

baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun

hubungan dengan pesantren-pesantren terkenal.

3. Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa

disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah

keluarganya. Di samping itu, dengan tinggal di sebuah

pesantren yang sangat jauh letaknya dari rumahnya

sendiri ia tidak mudah pulang-balik meskipun kadang-

kadang menginginkannya.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

Di masa silam, pergi dan menetap di sebuah pesantren

yang jauh dan masyhur merupakan suatu keistimewaan bagi

seorang santri yang penuh cita-cita. Ia harus memiliki

keberanian yang cukup, penuh ambisi, dapat menekan

perasaan rindu kepada keluarga maupun teman-teman

sekampungnya, sebab setelah selesai pelajarannya di

pesantren ia diharapkan menjadi seorang alim yang dapat

mengajar kitab-kitab dan memimpin masyarakat dalam

kegiatan keagamaan. Ia juga diharapkan dapat memberikan

nasihat-nasihat mengenai persoalan-persoalan kehidupan

individual dan masyarakat yang bersangkut-paut erat dengan

agama.

B. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relavan

Pada bagian ini, peneliti mencantumkan penelitian yang

pernah dilakukan oleh mahasiswa sebelumnya, yaitu yang bernama

Neng Fitri Yani mahasiswa STAISMAN pada tahun 2015 yang

berjudul „‟ Peran Pondok Pesantren Al-Hidayah Dalam Pembinaan

Akhlak Santri ‟‟

Hasil dari penelitian yang terdahulu ini persamaannya terletak

pada „‟Pembinaan Akhlaq Santri‟‟. Adapun perbedaanya dengan

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

peneliti yang terdahulu itu „‟Peran Pondok Pesantren‟‟ sedangkan

yang saya akan teliti yaitu „‟Model Pendidikan Pondok Pesantren‟‟

Hal ini merupakan titik perbedaannya.

Dari pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan dan

persamaan peneliti yang akan dilakukan dengan hasil penelitian yang

sudah dilakukan. Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Metode

Pendidikan Pondok Pesantren Al-Hidayah Dalam Pembinaan Akhlak

Santri” dapat dilakukan karena masalah yang diteliti bukan duplikasi

dari penelitian-penelitian yang sebelumnya.

C. Kerangka Pemikiran

Pondok Pesanten Al-Hidayah ini adalah meneruskan estafet

perjuangan Nabi Muhammad SAW. Begitupun idealitas pesantren

sebagai basic pertahanan ajaran-ajaran Islam. Namun realitanya

justru terbalik. Ternyata prinsip-prinsip pesantren mulai bergeser

dikalangan siswa, khususnya para remaja. Pergeseran ini disebabkan

kecenderungan mereka mengikuti budaya-budaya luar yang tak

sejalan dengan prinsip pesantren.

Mengingat kualitas Akhlak santri sangat penting bagi

kehidupan sehari-hari terutama bagi para santri-santri tersebut,

karena, menurut peneliti diantara sekian santri ada saja santri-santri

yang kurang mempunyai akhlaq yang benar-benar mengamalkan apa

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

yang dia dapati dari hasil pengajianya bersama Kiyai dan Ustadznya,

karena dari perikaraan peneliti masih ada saja santri yang seperti :

tidak patuh terhadap perintah guru, berbicara yang kasar terhadap

sesama santri dan sebagainya.

Dimana telah kita ketahui bersama bahwa pondok pesantren

di dirikan untuk mendidik anak bangsa agar menjadi santri yang

berakhlak mulia, berilmu dan mempunyai kemandirian, agar tingkah

laku atau pengalaman sehari-hari yang dilakukan sesuai dengan

norma-norma agama, karena akhlak itu sangat penting bagi umat

manusia, pada dasarnya telah dicontohkan oleh Uswatun hasanah

yaitu Nabi Muhammad SAW.

Karena suatu bangsa atau lembaga yang bermoral buruk dapat

merusak agamanya, karena sering terjadi pelanmggaran agama yang

sering dilakukan oleh warga negara, sehingga agama menjadi suatu

permainan imatnya, padahal agama harus difungsikan sebagai alat

pengendali dan pengontrol bai perbuatan manusia.33

Oleh karena itu penelitian ini akan dilakukan dengan benar-

benar signifikan sesuai judul, peneliti akan menggunakan metode-

metode yang yang mudah di cerna oleh para santri, untuk membantu

perubahan akhlaq santri ke yang lebih positif lagi dan bisa di amalkan

33

Mahjuddin, Akhlaq Tasawuf Mu’jizat Nabi Karomah Wali Ma’rifa Sufi

Cet, Ke 2 (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), 53.

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis 1. Model ...repository.uinbanten.ac.id/4219/4/BAB II.pdf · rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, ... sudah menjadi

dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kehidupan di pondok

tersebut terhadap sesam santri.