BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/8631/3/ANANDA S. M. BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/8631/3/ANANDA S. M. BAB II.pdf ·...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kinerja Karyawan
a. Definisi Kinerja
Menurut Lijan Poltak Sinambela, dkk (2011) dalam Sinambela
(2017 : 480) mengemukakan bahwa kinerja pegawai didefinisikan
sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu keahlian tertentu.
Kinerja menurut Robbins (1996) dalam Sinambela (2017 : 480) adalah
hasil evalusi terhadap pekerjaan yang dilakukan individu dibandingkan
kriteria yang telah ditetapkan bersama. Beberapa pengertian kinerja yang
dikemukakan beberapa pakar (Rivai dan Basri, 2005 dalam Sinambela,
2017 : 481) yaitu:
1) Kinerja adalah seperangkat hasil yang dicapai merujuk pada tindakan
pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta
(Stolovitch dan Keeps, 1992).
2) Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada
diri pekerja (Griffin, 1987).
3) Kinerja dipengaruhi oleh tujuan (Mondy dan Premeaux, 1993).
4) Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk
menyelesaikan tugas dari pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat
kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
10
keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan
sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya (Hersey dan Blanchard, 1993).
5) Kinerja merujuk pada pencapaian tujuan pegawai dan tugas yang
diberikan kepadanya (Casio, 1992).
6) Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dan pencapaian tugas-tugas,
baik yang dilakukan oleh individu, kelompok, maupun organisasi
(Schermerhorn, Hunt, dan Osborn, 1991).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah hasil kerja dari seorang karyawan dalam sebuah organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut.
Kinerja sangat penting bagi sebuah organisasi, karena kinerja
sebagai suatu alat untuk mengetahui kondisi tingkat pencapaian hasil
suatu instansi yang dihubungkan dengan visi yang diemban suatu
organisasi, serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu kebijakan
operasional yang diambil. Dengan adanya informasi mengenai kinerja,
maka perusahaan dapat mengambil tindakan yang diperlukan seperti
koreksi atas kegiatan, meluruskan kegiatan-kegiatan utama dan tugas
pokok perusahaan, bahan untuk perencanaan, serta menentukan tingkat
keberhasilan perusahaan untuk memutuskan suatu tindakan, dan lain-lain.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
11
b. Formula Kinerja
Untuk meningkatkan kinerja, perlu dibuat standar pencapaian
melalui penulisan pernyataan-pernyataan tentang berbagai kondisi yang
diharapkan ketika pekerjaan dilakukan. Secara sistematis, untuk
menentukan kinerja pegawai dapat digunakan formula sebagai berikut
(Sinambela, 2017 : 484):
Gambar 2.1 Formula Kinerja Pegawai
Formula tersebut menjelaskan bahwa kinerja seorang pegawai
sama dengan kemampuan pegawai tersebut untuk melakukan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya dikalikan dengan motivasi yang ditunjukkan
untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam hal ini kemampuan
tanpa motivasi belum tentu dapat menyelesaikan tugas dengan baik,
begitupun motivasi tinggi yang dimiliki pegawai tanpa pengetahuan yang
memadai tidaklah mungkin mencapai kinerja yang baik.
1) Faktor kemampuan (abillity)
Kemampuan adalah kapasitas individu untuk melakukan
berbagai tugas dalam sebuah pekerjaan (Robbins dan Timothy, 2013 :
35). Kemampuan dibangun oleh dua faktor, yaitu kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual (intellectual
ability) adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan
aktivitas mental seperti berpikir, penalaran, dan memecahkan masalah.
Kinerja = Kemampuan x Motivasi
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
12
Sedangkan kemampuan fisik (physical ability) adalah kapasitas untuk
melakukan tugas yang menuntut stamina, ketangkasan, kekuatan, dan
karakteristik yang sama.
Secara psikologis kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill) artinya
pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (110-120) dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatanya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka akan lebih mudah
mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya
(Widodo, 2018 : 133).
Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan diri
individu, antara lain yaitu:
a) Kenali diri sendiri.
b) Menentukan tujuan hidup.
c) Mengenali motivasi hidup.
d) Menghilangkan perasaan negatif.
e) Meningkatkan skill dan keterampilan.
2) Faktor motivasi
Motivasi adalah kekuatan yang ada didalam diri seseorang
yang mendorong perilakunya untuk melakukam tindakan (Widodo,
2018 : 187). Besarnya intensitas kekuatan dari dalam diri seseorang
untuk melakukan sebuah tugas atau mencapai sasaran memperlihatkan
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
13
sejauh mana tingkat motivasinya. Motivasi terbentuk dari sikap
(attitude) seorang pegawai dalam menghadapai situasi kerja. Motivasi
merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai yang terarah
untuk mencapai tujuan kerja (Widodo, 2018 : 133-134).
c. Instrumen Kinerja
Menurut Sedarmayati (2007) dalam Widodo (2018 : 134)
instrumen pengukuran kinerja merupakan alat yang dipakai dalam
pengukuran kerja individu seorang pegawai yang meliputi:
1) Prestasi kerja, hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas, baik
secara kualitas maupun kuantitas kerja.
2) Keahlian, tingkat kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai
dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini
bisa dalam bentuk kerja sama komunikasi, intensif, dan lain-lain.
3) Kepemimpinan, merupakan aspek kemampuan manajerial dan seni
dalam memberikan pengaruh kepada orang lain untuk mengkordinasi
pekerjaan secara tepat, termasuk pengambilan keputusan, dan
penentuan prioritas.
4) Perilaku, sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada dirinya
dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku
disini juga mencakup kejujuran, tanggungjawab, dan disiplin.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
14
2. Self Efficacy
a. Definisi Self Efficacy
Self efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang
kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya
yang mempengaruhi cara mereka berperilaku (Bandura, 1977). Self
efficacy menurut Robbins dan Timothy (2013 : 139) adalah suatu
keyakinan individu bahwa dia mampu melaksanakan tugas yang
diberikan. Menurut Sebayang dan Sembiring (2017 : 337) self efficacy
merupakan sebuah keyakinan tentang probabilitas bahwa seseorang dapat
melaksanakan tugas dengan sukses. Sedangkan, Lunenburg (2011 : 10)
menyatakan bahwa self efficacy adalah keyakinan individu dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya diberbagai
situasi serta mampu menentukan tindakan dalam menyelesaikan tugas
atau masalah tertentu, sehingga indvidu tersebut mampu mengatasi
rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa self
efficacy adalah keyakinan seorang individu atas kemampuannya untuk
mengerjakan dan menyelesaikan tanggungjawab yang diberikan
kepadanya dengan baik.
Self efficacy sangat penting bagi setiap individu karena hal ini
membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk
maju, kegigihan dan ketekunan yang mereka tunjukkan dalam
mengahadapi kesulitan, dan derajat kecemasan atau ketenangan yang
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
15
mereka alami saat mereka mempertahankan tugas-tugas yang mencakupi
kehidupan mereka (Bandura, 1986).
b. Fungsi Self Efficacy
Self efficacy yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan
memberi fungsi pada aktivitas individu. Bandura (1994 : 4-7)
menjelaskan tentang pengaruh dan fungsi tersebut, yaitu:
1) Fungsi Kognitif
Bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari self efficacy pada
proses kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, self efficacy
yang kuat akan mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat self
efficacy yang dimiliki, maka semakin tinggi tujuan yang ditetapkan
oleh individu bagi dirinya sendiri. Individu dengan self efficacy yang
kuat akan mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur rencana, dan
berkomitmen pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. Kedua,
individu dengan self efficacy yang kuat akan mempengaruhi
bagaimana individu tersebut menyiapkan langkah-langkah antisipasi
bila usahanya yang pertama gagal dilakukan.
2) Fungsi Motivasi
Self efficacy memainkan peranan penting dalam pengaturan
motivasi diri. Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara
kognitif. Individu memotivasi dirinya sendiri dan menuntun tindakan-
tindakannya dengan menggunakan pemikiran tentang masa depan,
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
16
sehingga individu tersebut akan membentuk kepercayaan mengenai
apa yang dapat dirinya lakukan. Individu juga akan mengantisipasi
hasil dari tindakan-tindakan yang prospektif, menciptakan tujuan bagi
dirinya sendiri, dan merencanakan bagian dari tindakan-tindakan
untuk merealisasikan masa depan yang berharga.
Self efficacy mendukung motivasi dalam berbagai cara dan
menentukan tujuan-tujuan yang diciptakan individu bagi dirinya
sendiri dengan seberapa besar ketahanan individu dalam menghadapi
kegagalan. Ketika menghadapi kesulitan dan kegagalan, invidu yang
mempunyai keraguan terhadap dirinya sendiri akan lebih cepat untuk
menyerah, sedangkan individu yang mempunyai keyakinan yang kuat
terhadap dirinya sendiri akan melakukan usaha yang lebih besar dalam
menghadapi tantangan. Self efficacy akan berpengaruh terhadap
aktivitas yang dipilih, keras atau tidaknya dan tekun atau tidaknya
individu dalam usaha mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
3) Fungsi Afeksi
Self efficacy akan mempunyai kemampuan coping individu
dalam mengatasi besarnya stres dan depresi yang dihadapi. Menurut
Bandura (1994), self efficacy mengatur perilaku untuk menghindari
kecemasan. Semakin kuat self efficacy, individu semakin berani
menghadapi tindakan yang menekan dan mengacam. Individu yang
yakin pada dirinya sendiri dapat menggunakan kontrol pada situasi
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
17
yang mengancam dan tidak akan membangkitkan pola-pola pikiran
yang mengganggu, begitu juga sebaliknya.
4) Fungsi Selekftif
Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau
tujuan yang akan diambil oleh individu. Individu menghindari
aktivitas dan situasi dimana individu percaya telah melampaui batas
kemampuan coping dalam dirinya. Perilaku yang individu lakukan ini
akan memperkuat kemampuan, minat-minat, dan jaringan sosial yang
mempengaruhi kehidupannya, dan akhirnya akan mempengaruhi arah
perkembangan personal. Hal ini karena pengaruh sosial berperan
dalam pemilihan lingkungan, berlanjut untuk meningkatkan
kompetensi, nilai-nilai dan minat-minat tersebut dalam waktu yang
lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan keyakinan
telah memberikan pengaruh awal.
c. Cara Meningkatkan Self Efficacy
Menurut Bandura dalam Robbins dan Timothy (2013 : 140-141)
terdapat empat cara untuk meningkatkan efikasi diri (self efficacy), yaitu:
1) Kemahiran dalam melaksanakan. Seseorang memperoleh pengalaman
yang relevan dengan tugas atau pekerjaan. Jika seseorang mampu
melaksanakan pekerjaan dengan baik di masa lalu, maka seorang
individu tersebut akan menjadi lebih percaya diri, dan dapat
melakukan hal yang sama di masa yang akan datang.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
18
2) Pemodelan yang dilakukan. Seseorang menjadi lebih percaya diri
karena ia melihat orang lain mengerjakan tugasnya. Pemodelan yang
dilakukan akan sangat efektif ketika seseorang melihat dirinya sama
seperti orang lain yang sedang diamati.
3) Bujukan secara lisan. Seseorang menjadi semakin percaya diri karena
orang lain meyakinkan bahwa ia memiliki keahlian yang diperlukan
untuk mencapai kesuksesan.
4) Stimulasi. Cara ini mengarahkan pada suatu keadaan yang
bersemangat, sehingga membangkitkan semangat seseorang untuk
mengerjakan sesuatu dengan lebih baik.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy
Bandura (1997) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi self efficacy pada diri individu antara lain:
1) Budaya
Budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai (values),
kepercayaan (beliefs), dan proses pengaturan diri (self regulatory
process) yang tinggi berfungsi sebagai sumber penilaian self efficacy
dan juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan self efficacy.
2) Gender
Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap self efficacy. Hal
ini dapat dilihat dari penelitian Bandura (1997) yang menyatakan
bahwa wanita lebih tinggi efikasinya dalam mengelola perannya.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
19
Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu rumah tangga, juga
sebagai wanita karir akan memiliki self efficacy yang tinggi
dibandingkan dengan pria yang bekerja.
3) Sifat dari tugas yang dihadapi
Derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh
individu akan mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap
kemampuan dirinya sendiri. Semakin kompleks suatu tugas yang
dihadapi oleh individu maka akan semakin rendah individu tersebut
menilai kemampuannya. Sebaliknya, jika individu dihadapkan pada
tugas yang mudah dan sederhana maka semakin tinggi individu
tersebut menilai kemampuannya.
4) Insentif eksternal
Faktor lain yang dapat mempengaruhi self efficacy individu
adalah insentif yang diperolehnya. Bandura (1997) menyatakan bahwa
salah satu faktor yang dapat meningkatkan self efficacy adalah
competent contingens incentive, yaitu insentif yang diberikan oleh
orang lain yang merefleksikan keberhasilan seseorang.
5) Status atau peran individu dalam lingkungan
Individu yang memiliki status yang lebih tinggi akan
memperoleh derajat kontrol yang besar sehingga self efficacy yang
dimilikinya juga tinggi. Sedangkan individu yang memiliki status
yang lebih rendah akan memiliki kontrol yang lebih kecil sehingga
self efficacy yang dimilikinya juga rendah.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
20
6) Informasi tentang kemampuan diri
Informasi yang diperoleh seseorang tentang kemampuan diri
sangat mempengaruhi self efficacy orang tersebut. Self efficacy akan
meningkat atau menjadi lebih tinggi apabila seseorang memperoleh
informasi positif tentang kemampuan dirinya, sebaliknya self efficacy
individu akan menurun apabila individu tersebut memperoleh
informasi yang negatif tentang kemampuan yang dimilikinya.
3. Komitmen Organisasi
a. Definisi Komitmen Organisasi
Komitmen menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinieki (2010 :
166) dalam Wibowo (2016 : 430) adalah kesepakatan untuk melakukan
sesuatu untuk diri sendiri, individu lain, kelompok atau organisasi.
Sedangkan komitmen organisasional mencerminkan tingkatan keadaan
dimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan
terikat pada tujuannya. Menurut Jasson A. Colquitt, Jeffery A. LePine,
dan Michael J. Wesson (2015 : 64) dalam Wibowo (2016 : 430)
mendefinisikan komitmen organisasional adalah keinginan pada sebagian
pekerja untuk tetap menjadi anggota organisasional. Komitmen
organisasional mempengaruhi apakah seorang pekerja tetap tinggal
sebagai anggota organisasi (is retained) atau meninggalkan untuk
mengejar pekerjaan lain (turns over).
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
21
Komitmen organisasi atau loyalitas pekerja menurut John
Newstrom (2011 : 223) dalam Wibowo (2016 : 430) adalah tingkatan
dimana pekerja mengidentifikasi dengan organisasi dan ingin
melanjutkan secara aktif berpartisipasi didalamnya. Sedangkan menurut
Schermerhon, Hunt, Osborn, dan Uhl-Bien (2011 : 72) dalam Wibowo
(2016 : 430) menyatakan komitmen sebagai tingkat loyalitas seorang
individu terhadap organisasi. James L. Gibson, John M. Ivancevich,
James H. Donnelly, dan Robert Konopaske (2012 : 182) dalam Wibowo
(2016 : 430) menyatakan komitmen organisasi adalah perasaan
identifikasi, loyalitas, dan pelibatan dinyatakan oleh pekerja terhadap
organisasi atau unit dalam organisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah keinginan seseorang
untuk berada dalam sebuah organisasi dengan menunjukan tingkat
loyalitasnya dalam melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Komitmen organisasi sangat penting bagi setiap individu, karena
hal ini membantu seseorang untuk mendapatkan tingkatan karir yang
tinggi dan bisa mendapatkan jabatan yang diinginkan. Selain itu,
komitmen organisasi juga penting bagi perusahaan, karena dengan
adanya komitmen organisasi karyawan, maka perusahaan dapat mencapai
tujuan dan meraih kesuksesan.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
22
b. Jenis-Jenis Komitmen
Menurut Luthans, Colquitt, LePine, dan Wesson (2011 : 73)
dalam Wibowo (2017 : 215) menyebutkan adanya tiga macam komitmen,
yaitu:
1) Affective Commitment
Keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi karena
keterikatan emosional dan keterlibatan organisasi. Mereka tinggal
karena mereka menginginkannya. Sebagai alasan emosional, atau
emotion based dapat berupa perasaan persahabatan iklim atau budaya
perusahaan, dan perasaan kesenangan ketika menyelesaikan tugas
pekerjaan.
2) Continuance Commitment
Keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi karena
kepedulian atas biaya yang berkaitan apabila meninggalkannya. Kita
tinggal karena kita merasa perlu. Ini merupakan cost based reason
untuk tetap, termasuk masalah gaji, tunjangan, dan promosi, serta
yang berkaitan dengan menumbangkan keluarga.
3) Normative Commitment
Keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi karena
merasa sebagai kewajiban. Kita tetap tinggal karena memang
seharusnya. Dengan demikian, merupakan alasan obligation bassed
untuk tetap dalam organisasi termasuk perasaan utang budi pada
atasan, kolega atau perusahaan yang lebih besar.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
23
c. Teknik Meningkatkan Komitmen Organisasi
Menurut Jerald Greenberg dan Robert A. Baron (2003 : 164) yang
dikutip dalam Wibowo (2017 : 218) menyampaikan beberapa pendekatan
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan komitmen organisasional,
yaitu:
1) Make jobs interesting and give people responsibility (membuat
pekerjaan menarik dan memberi orang tanggung jawab) yaitu orang
cenderung mempunyai komitmen tinggi pada organisasi apabila
mendapat kesempatan baik untuk mengontrol cara mereka melakukan
pekerjaan dan dikenal dalam memberikan kontribusi paling penting.
2) Align the interests of the company with those the employees
(menyelaraskan kepentingan perusahaan dengan pekerja) yaitu apabila
melakukan sesuatu yang baik bagi organisasi juga membuat baik bagi
pekerja. Pekerja mungkin akan sangat besar komitmennya pada
organisasi.
3) Enthusiastically recruit new employees whose values closely match
those of the organization (secara antusias merekrut pekerja yang
mempunyai nilai-nilai yang sesuai dengan organisasi) yaitu
perusahaan yang menunjukkan kepada pekerjanya bahawa mereka
peduli pada kerja keras menarik mereka mungkin akan menemukan
individu yang sangat mempunyai komitmen tinggi pada perusahaan.
4) Listen to your employee (mendengarkan para pekerja) yaitu cara yang
paling mudah untuk meningkatkan komitmen paling efektif dan tidak
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
24
mahal adalah dengan sekedar mendengarkan pekerja. Dengan sekedar
mendengarkan pada pekerja menunjukkan bahwa mereka peduli
tentang apa yang harus dikatakan.
4. Iklim Organisasi
a. Definisi Iklim Organisasi
Terdapat beberapa definisi iklim organisasi yang dikemukakan
oleh para ahli, menurut R. Taiguri dan Litwin G. dalam Wirawan (2007 :
121) menyatakan bahwa iklim organisasi adalah kualitas lingkungan
internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh
anggota organisasi dan mempengaruhi perliaku mereka, serta dapat
dilakukan dalam sifat organisasi. Menurut Robert Stringer (2002) dalam
Wirawan (2007 : 122) menyatakan bahwa iklim organisasi sebagai
koleksi dan pola lingkungan yang menemukan munculnya motivasi.
Dari pendapat diatas maka dapat dirumuskan bahwa iklim
organisasi merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang
kualitas lingkungan internal organisasi yang mempengaruhi perilaku
anggota organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya.
Iklim organisasi sangat penting bagi sebuah organisasi. Dengan
adanya iklim organisasi maka organisasi mampu meningkatkan kualitas
kerja dari para anggotanya, karena keterbukaan pimpinan organisasi
dengan segala seluk beluk organisasi secara keseluruhan, serta
penempatan posisi sesuai kemampuan dan himbauan dari pemimpin
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
25
untuk para anggota, sangat membantu dalam memajukan sebuah
organisasi.
b. Dimensi Iklim Organisasi
Dimensi iklim organisasi adalah unsur, faktor, sifat, atau
karakteristik variabel iklim organisasi. Menurut Robert Stringer (2002)
dalam Wirawan (2007 : 131-133), dimensi iklim organisasi diantaranya
yaitu:
1) Struktur (Structure)
Struktur organisasi merefleksikan perasaan di organisasi secara
baik dan mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas dalam
lingkungan organisasi. Struktur tinggi jika anggota organisasi merasa
pekerjaan mereka didefinisikan secara baik. Struktur rendah jika
mereka merasa tidak ada kejelasan mengenai siapa yang melakukan
tugas dan mempunyai wewenang mengambil keputusan.
2) Standar-standar (Standards)
Standar dalam suatu organisasi mengukur perasaan tekanan
untuk meningkatkan kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki
oleh anggota organisasi dalam melakukan pekerjaan dengan baik.
Standar tinggi artinya anggota organisasi selalu berupaya mencari
jalan untuk meningkatkan kinerja. Standar rendah merefleksikan
harapan yang lebih rendah untuk kinerja.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
26
3) Tanggung Jawab (Responsibility)
Tanggung jawab merefleksikan perasaan karyawan bahwa
mereka menjadi “bos diri sendiri” dan tidak memerlukan
keputusannya dilegitimasi oleh anggota organisasi lainnya. Tanggung
jawab tinggi mendorong organisasi untuk memecahkan masalahnya
sendiri. Tanggung jawab rendah menunjukkan bahwa pengambilan
resiko dan percobaan terhadap pendekatan baru tidak diharapkan.
4) Pengakuan (Recognition)
Pengakuan mengindikasikan bahwa anggota organisasi merasa
dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Pengakuan merupakan ukuran penghargaan yang dihadapkan dengan
kritik dan hukuman atas penyelesaian masalah. Iklim organisasi yang
menghargai kinerja berkarakteristik antara imbalan dan kritik.
Pengharagaan rendah artinya penyelesaian pekerjaan dengan baik dan
diberi imbalan secara tidak konsisten.
5) Dukungan (Support)
Dukungan merefleksikan perasaan percaya dan saling
mendukung yang terus berlangsung diantara anggota kelompok kerja.
Dukungan tinggi jika anggota organisasi merasa bahwa mereka bagian
tim yang berfungsi dengan baik dan merasa memperoleh bantuan dari
atasannya jika mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas. Jika
dukungan rendah, anggota organisasi merasa terisolasi dan tersisih
sendiri.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
27
6) Komitmen (Commitment)
Komitmen merefleksikan perasaan bangga anggota terhadap
organisasinya. Perasaan komitmen kuat berasosiasi dengan loyalitas
personal. Perasaan komitmen kuat berisolasi dengan kesulitan
personal. Level rendah komitmen artinya karyawan merasa apatis
terhadap organisasi.
Menurut Stringer, iklim organisasi suatu perusahaan dapat diukur
berdasarkan keenam dimensi tersebut. Dengan mengukur keenam
dimensi dari iklim organisasi suatu perusahaan, dapat digambarkan profil
iklim organisasi perusahaan tersebut.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi
Robert Stringer (2002) dalam Wirawan (2007 : 135-138)
mengemukakan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi
terjadinya iklim suatu organisasi, yaitu lingkungan eksternal, strategi
organisasi, praktek kepemimpinan, pengaturan organisasi, dan sejarah
organisasi. Masing-masing faktor ini sangat menentukan, oleh karena itu,
orang yang ingin mengubah iklim suatu organisasi harus mengevaluasi
masing-masing faktor tersebut.
1) Lingkungan Eksternal
Industri atau bisnis yang sama mempunyai iklim organisasi
umum yang sama yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan
ekonomi.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
28
2) Strategi Organisasi
Kinerja suatu perusahaan bergantung pada strategi (apa yang
diupayakan untuk dilakukan) energi yang dimiliki oleh karyawan
untuk melaksanakan pekerjaan yang diperlukan oleh strategi, dan
faktor-faktor lingkungan penentu dari level energi tersebut. Strategi
yang berbeda menimbulkan pola iklim organisasi yang berbeda.
Strategi mempengaruhi iklim organsiasi secara tidak langsung.
3) Pengaturan Organisasi
Pengaturan organisasi mempunyai pengaruh paling kuat
terhadap iklim organisasi. Stringer dalam Wirawan (2007 : 137)
menyatakan bahwa banyak sekolah menengah di Amerika Serikat
menjadi contoh baik bagaimana pengaturan organisasi menentukan
iklim organisasi.
4) Kekuatan Sejarah
Semakin tua unsur suatu organisasi, semakin kuat pengaruh
kekuatan sejarahnya. Pengaruh tersebut dalam bentuk tradisi dan
ingatan yang membentuk harapan anggota organisasi dan mempunyai
pengaruh terhadap iklim organisasinya.
5) Kepemimpinan
Perilaku pemimpin mempengaruhi iklim organisasi yang
kemudian mendorong motivasi karyawan. Motivasi karyawan
merupakan pendorong utama terjadinya kinerja.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
29
5. Pengembangan Karir
a. Pengertian Pengembangan Karir
Pengembangan karir adalah upaya yang dilakukan oleh organisasi
dalam merencanakan karir pegawainya, yang disebut sebagai manajemen
karir, antara lain merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi karir.
Pengembangan karir sangat diharapkan oleh setiap karyawan di
perusahaan untuk memberikan motivasi dalam bekerja dengan baik
(Sinambela, 2017 : 260). Menurut Mondy (1993) dalam Sinambela (2017
: 260) pengembangan karir adalah serangkaian aktivitas untuk
mempersiapkan seorang individu pada kemajuan karir yang
direncanakan. Sedangkan Handoko (2008) dalam Sinambela (2017 : 260)
pengembangan karir adalah peningkatan pribadi yang dilakukan
seseorang untuk mencapai rencana karir yang diinginkan.
Veitzhal Rivai (2003 : 290) dalam Widodo (2018 : 113)
mengemukakan bahwa pengembangan karir adalah proses peningkatan
kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir
yang diinginkan. Sedangkan menurut Andrew J. Dubrin (1982 : 197)
yang dikutip oleh Mangkunegara (2000 : 77) dalam Widodo (2018 :113),
pengembangan karir adalah aktivitas kepegawaian yang membantu
pegawai-pegawai merencanakan karir masa depan mereka di perusahaan,
agar perusahaan dan pegawai yang bersangkutan dapat mengembangkan
diri secara maksimum.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
30
Berdasarkan definsi yang ada, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan karir adalah kegiatan untuk melakukan perencanaan karir
dalam rangka meningkatkan pribadi yang akan datang agar kehidupannya
menjadi lebih baik.
Pengembangan karir sangat penting, karena dengan adanya
pengembangan karir maka karyawan dapat menentukan kebutuhan
karirnya dan dapat memenuhi kebutuhan perusahaan akan karyawan
yang baik.
b. Tujuan Pengembangan Karir
Menurut Mangkunegara (2000 : 77) dalam Widodo (2018 : 115)
ada beberapa tujuan pengembangan karir, antara lain yaitu:
1) Membantu dalam pencapaian tujuan individu dan perusahaan.
2) Menunjukkan hubungan kesejahteraan pegawai.
3) Membantu pegawai menyadari kemampuan potensi yang mereka
miliki.
4) Memperkuat hubungan antara pegawai dan perusahaan.
5) Membuktikan tanggung jawab sosial.
6) Membantu memperkuat pelaksanaan program-program perusahaan
agar tujuan perusahaan tercapai.
7) Mengurangi turnover dan biaya kepegawaian.
8) Mengurangi keusangan profesi dan manajerial.
9) Menggiatkan analisis dari keseluruhan pegawai.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
31
10) Menggiatkan suatu pemikiran (pandangan) jarak jauh yang panjang.
c. Model Pengembangan Karir
Individual
v
„]]
Organisasional
Sumber: Sinambela, 2017 : 260
Gambar 2.2 Model Pengembangan Karir
Berdasarkan gambar diatas, yang dimaksud dengan karir adalah
berbagai urutan aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku,
nilai, dan aspirasi seorang pegawai selama rentang pekerjaan yang
bersangkutan.
Perencanaan karir adalah suatu proses dimana individu
mengidentifikasi dan mengambil berbagai langkah untuk mencapai
tujuan karirnya. Perencanaan karir meliputi pengidentifikasian tujuan-
tujuan yang berkaitan dengan karir dan penyusunan berbagai rencana
Pengembangan
Karir
Organisasional
Manajemen
Karir
Perencanaan
Karir
Subproses :
Rekrutmen dan Seleksi
Alokasi SDM
Penilaian dan Evaluasi
Pelatihan dan Pengembangan
Subproses :
Pilihan bersifat jabatan
Pilihan organisasional
Pilihan penguasaan
pekerjaan
Pilihan pengembangan diri
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
32
untuk mencapai tujuan tersebut. Sementara itu, manajemen karir adalah
suatu proses dimana melalui hal ini organisasi memilih, menilai,
menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya guna menyediakan
suatu kumpulan organisasi dimasa yang akan datang. Pada gambar 2.2
telah dikemukakan bahwa tanggung jawab karir berbeda-beda arah dan
bobot antara tekanan dan pegawai atau organisasi. Selain itu, gambar 2.2
juga memperlihatkan bagaimana pegawai, manajer, dan organisasi
memberikan kontribusi terhadap perencanaan karir yang efektif. Hal ini
menunjukkan bahwa karir memenuhi barbagai kemampuan dan minat
pegawai, sedangkan bagian bawah menunjukkan bagaimana setiap pihak
memberikan sumbagan untuk manajemen karir yang efektif, dengan
memastikan bahwa penyusunan staf internal menugaskan berabagai
peran kepada individu dalam memberikan kontribusi bagi tujuan
organisasional.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu membuktikan hubungan antara Self
Efficacy, Komitmen Organisasi, Iklim Organisasi, dan Pengembangan Karir,
terhadap Kinerja Karyawan. Berikut tabel penelitian terdahulu:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama dan
Tahun Peneliti
Variabel yang
digunakan
Hasil Peneliti
Pengaruh Self Efficacy terhadap Kinerja Karyawan
1. Sebayang dan
Sembiring (2017)
Pengaruh Self Esteem
dan Self Efficacy
Self Efficacy
berpengaruh signifikan
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
33
terhadap Kinerja
Karyawan Studi Kasus di
PT. Finnet Indonesia
terhadap Kinerja
Karyawan PT. Finnet
Indonesia
2. Fauziah,
Pongtuluran, dan
Aziz (2016)
Pengaruh Budaya
Organisasi,
Pengembangan Karir,
dan Self Efficacy
terhadap Kinerja
Karyawan PT. Pandu
Siwi Sentosa Samarinda
Self Efficacy
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
Karyawan PT. Pandu
Siwi Sentosa Samarinda
3. Putri (2015) Pengaruh Efikasi Diri,
Lingkungan Kerja, dan
Disiplin Kerja terhadap
Kinerja Pegawai Kantor
Kesyahbandaraan dan
Otoritas Pelabuhan Kelas
I Tanjung Emas
Semarang
Efikasi Diri
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Pegawai Kantor
Kesyahbandaraan dan
Otoritas Pelabuhan Kelas
I Tanjung Emas
Semarang
4. Indrawati (2014) Pengaruh Self Esteem,
Self Efficacy, dan
Kepuasan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan (Studi
Kasus Perawat RS
Siloam Manado)
Self Efficacy
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja Perawat
RS Siloam Manado
5. Cherian dan
Jacob (2013)
Impact of Self Efficacy
on Motivation and
Performance of
Employees
Self Efficacy
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Karyawan
Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan
6. Jatmiko, Swasto,
dan Eko (2015)
Pengaruh Motivasi Kerja
dan Komitmen
Organisasional terhadap
Kinerja Karyawan (Studi
pada Karyawan
Kompartemen Pabrik II
PT. Petrokimia Gresik)
Komitmen Organisasi
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Karyawan Kompartemen
Pabrik II PT. Petrokimia
Gresik
7. Abrivianto,
Swasto, dan
Utami (2015)
Pengaruh Motivasi Kerja
dan Komitmen
Organisasional terhadap
Kinerja Karyawan (Studi
pada karyawan bagian
HRD PT. Arthawena
Komitmen Organisasi
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
Karyawan HRD PT.
Arthawena Sakti
Gemilang Malang
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
34
Sakti Gemilang Malang)
8. Irefin dan
Mechanic (2014)
Effect of Employee
Commitment on
Organizational
Performance in Coca
Cola Nigeria Limited
Maiduguri, Borno State
Komitmen Organisasi
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Karyawan Coca Cola
Nigeria Limited
Maiduguri, Borno State
9. Ticolu (2013) Organizational
Citizenship Behavior
(OCB) dan Komitmen
Organisasi Pengaruhnya
terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank
Tabungan Pensiun
Nasional
Komitmen Organisasi
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank
Tabungan Pensiun
Nasional
10. Tielung (2013) Pemberdayaan
Karyawan, Motivasi dan
Komitmen Organisasi
terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. PLN
(Persero) Wilayah VII
Manado
Komitmen Organisasi
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. PLN
(Persero) Wilayah VII
Manado
11. Apriliana, Hamid,
dan Hakam
(2013)
Pengaruh Motivasi dan
Komitmen
Organisasional terhadap
Kinerja Karyawan PT.
Bentara Sinergies
Multifinance (PT. BESS
Finance)
Komitmen Organisasi
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bentara
Sinergies Multifinance
(PT. BESS Finance)
12. Sani (2013) Role of Procedural
Justice, Organizational
Commitment and Job
Satisfaction on job
Performance: The
Mediating Effects of
Organizational
Citizenship Behavior
Komitmen Organisasi
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank
Syariah Malang
Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja Karyawan
13. Setiawan (2015) Pengaruh Iklim
Organisasi terhadap
Kinerja Karyawan Level
Iklim Organisasi
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
35
Pelaksana di Divisi
Operasi PT. Pusri
Palembang
Karyawan Level
Pelaksana di Divisi
Operasi PT. Pusri
Palembang
14. Drajat (2014) Pengaruh Kemampuan
Kerja dan Iklim
Organisasi terhadap
Kinerja Pegawai Dinas
Pekerjaan Umum
Kabupaten
Tanjungjabung Timur
Iklim Organisasi
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
Pegawai Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten
Tanjungjabung Timur
15. Woy (2013) Iklim Organisasi dan Self
Esteem Pengaruhnya
terhadap Kinerja
Karyawan Bank BTN
Cabang Manado
Iklim Organisasi
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
Karyawan Bank BTN
Cabang Manado
16. Asi (2013) Pengaruh Iklim
Organisasi dan Burnout
terhadap Kinerja Perawat
RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya
Iklim Organisasi
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perawat
RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya
Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan
17. November dan
Suryalena (2017)
Pengaruh Disiplin Kerja
dan Pengembangan Karir
terhadap Kinerja
Karyawan pada Industri
Media PT. Riau Media
Televisi (RTV)
Pekanbaru
Pengembangan karir
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Karyawan pada Industri
Media PT. Riau Media
Televisi (RTV)
Pekanbaru
18. Kasenda, Taroreh,
dan Dotulong
(2016)
Pengaruh Pengembangan
Karir dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Bank
Sulutgo Cabang
Kawangkoan
Pengembangan karir
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Bank
Sulutgo Cabang
Kawangkoan
19. Jannah, Fitria,
dan Hadiat (2014)
Pengaruh Kompensasi,
Pengembangan Karier,
dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja
Pegawai Dinas
Pendapatan Daerah Kota
Cimahi
Pengembangan karir
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Pegawai Dinas
Pendapatan Daerah Kota
Cimahi
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
36
20. Lakoy (2013) Motivasi Kerja,
Kompensasi,
Pengembangan Karir
terhadap Kinerja
Pegawai pada Badan
Penanggulangan Bencana
Daerah Provinsi
Sulawesi Utara
Pengembangan karir
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Pegawai pada Badan
Penanggulangan Bencana
Daerah Provinsi
Sulawesi Utara
21. Kaseger (2013) Pengembangan Karir dan
Self-Efficacy terhadap
Kinerja Karyawan pada
PT. Matahari Department
Store Manado Town
Square
Pengembangan karir
berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja
Karyawan PT. Matahari
Departemen Store
Manado Town Square
22. Shaputra dan
Hendriani (2015)
Pengaruh Kompetensi,
Komitmen dan
Pengembangan Karir
terhadap Kinerja
Karyawan PT. Bank
Rakyat Indonesia
(Persero) Kantor
Wilayah Pekanbaru
Pengembangan karir
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Kinerja Karyawan PT.
Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Kantor
Wilayah Pekanbaru
23. Massie, Tewal,
dan Sendow
(2015)
Pengaruh Perencanaan
Karir, Pelatihan dan
Pengembangan Karir
terhadap Kinerja
Pegawai pada Museum
Negeri Provinsi Sulawesi
Utara
Pengembangan karir
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Kinerja Pegawai pada
Museum Negeri Provinsi
Sulawesi Utara
Sumber : Data diolah oleh peneliti.
C. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Self efficacy terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Bandura (1977) self efficacy adalah keyakinan yang
dipegang seseorang tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan ia
peroleh dari kerja kerasnya mempengaruhi cara mereka berperilaku.
Kepercayaan terhadap kemampuan diri dan keyakinan terhadap
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
37
keberhasilan yang selalu dicapai akan membuat seseorang bekerja lebih
giat dan selalu memberikan hasil yang terbaik. Self efficacy yang dimiliki
oleh karyawan memberikan dukungan terhadap kinerja karyawan. Self
efficacy dapat dikatakan sebagai faktor personal yang membedakan setiap
individu, dimana perubahan self efficacy dapat menyebabkan perubahan
perilaku terutama dalam penyelesaian tugas dan tujuan. Terlihat bahwa
self efficacy besar pengaruhnya terhadap kinerja personal secara langsung.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sebayang dan
Sembiring (2017); Fauziah, dkk (2016); Putri (2015); Indrawati (2014);
dan Cherian dan Jacob (2013) menunjukkan bahwa self efficacy
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
2. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan
Komitmen organisasi seorang karyawan akan menunjukkan
perilaku yang ia lakukan secara terus menerus terhadap organisasi.
Seorang karyawan dengan komitmen tinggi akan setia dan memiliki
totalitas dalam melakasanakan pekerjaannya. Karyawan yang memiliki
komitmen tinggi juga akan memiliih bertahan didalam sebuah organisasi
untuk meneruskan tujuan dari organisasi tersebut. Robbins dan Timothy
(2013 : 47) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
komitmen organisasi dengan kinerja karyawan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jatmiko, dkk (2015);
Abrivianto, dkk (2015); Irefin dan Mechanic (2014); Ticolu (2013);
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
38
Tielung (2013); Apriliana, dkk (2013), dan Sani (2013) menunjukkan
bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan.
3. Pengaruh Iklim Organiasasi terhadap Kinerja Karyawan
Menunrut Wirawan (2007 : 124) iklim organisasi merupakan
persepsi organisasi mengenai dimensi iklim organisasi. Iklim organisasi
akan mempengaruhi perilaku anggota organisasi yang kemudian
mempengaruhi kinerja mereka. Iklim organisasi yang kondusif akan
meningkatkan kinerja karyawan, karena karyawan dapat bekerja dengan
lebih baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2015);
Drajat (2014); Woy (2013); dan Asi (2013) menunjukkan bahwa iklim
organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
4. Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan
Pengembangan karir adalah suatu kondisi dalam pengembangan
potensi pegawai untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi demi
mewujudkan rencana karir dimasa yang akan datang. Semakin jelas
pelaksanaan pengembangan karir dalam suatu instansi, maka akan
meningkatkan kinerja pegawai karena pegawai merasa puas,
meningkatknya semangat kerja, loyalitas, dan kreatifitas pegawai.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
39
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh November dan
Suryalena (2017); Kasenda, dkk (2016); Jannah, dkk (2014); Lakoy
(2013); dan Kaseger (2013) menunjukkan bahwa pengembangan karir
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan atau hubungan
keempat jenis variabel dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
H1
H2
H3
H4 H5
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Keterangan Garis :
Hubungan secara parsial
Hubungan secara simultan
Self Efficacy (X1)
Komitmen
Organisasi (X2)
Iklim Organisasi
(X3)
Pengembangan
Karir (X4)
Kinerja
Karyawan
(Y)
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019
40
D. Hipotesis
Dari kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dapat disimpulkan
sebagai berikut:
H1 : Self Efficacy secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan.
H2 : Komitmen Organisasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan.
H3 : Iklim Organisasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan.
H4 : Pengembangan Karir secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan.
H5 : Self Efficacy, Komitmen Organisasi, Iklim Organisasi, dan
Pengembangan Karir secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Pengaruh Self Efficacy...,Ananda Shaila Maulida, FEB UMP 2019