BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN...

26
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teori 1. Pengelolaan Kelas a. Pengertian Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas menunjuk pengaturan orang (siswa) dan tingkah lakunya maupun pengaturan fasilitas (ventilasi, penerangan, tempat duduk, perencanaan program belajar-mengajar dan sebagainnya). Menurut Djamarah (2010:173) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Menurut Fathurrohman (2011:104) pengelolaan kelas merupakan usaha yang dengan sengaja dilakukan oleh guru agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Soedomo (2005:9) pengelolaan kelas merupakan kegiatan-kegiatan menciptakan, mempertahankan, dan mengembalikan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan itu antara lain : 1) Pembinaan hubungan keakraban (rapport). 2) Penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas. 6 Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

6

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Landasan Teori

1. Pengelolaan Kelas

a. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas menunjuk pengaturan orang (siswa) dan

tingkah lakunya maupun pengaturan fasilitas (ventilasi, penerangan,

tempat duduk, perencanaan program belajar-mengajar dan

sebagainnya). Menurut Djamarah (2010:173) pengelolaan kelas

adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara

kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar. Menurut Fathurrohman

(2011:104) pengelolaan kelas merupakan usaha yang dengan sengaja

dilakukan oleh guru agar anak didik dapat belajar secara efektif dan

efisien guna mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Soedomo

(2005:9) pengelolaan kelas merupakan kegiatan-kegiatan

menciptakan, mempertahankan, dan mengembalikan kondisi yang

optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan

itu antara lain :

1) Pembinaan hubungan keakraban (rapport).

2) Penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan

perhatian kelas.

6

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

7

3) Penciptaan berbagai kemudahan dalam belajar.

4) Pemberian ganjaran (reward) bagai ketepatan waktu

penyelesaian tugas siswa.

5) Penetapan norma kelompok yang produktif.

6) Pengaturan ruangan atau benda-benda dalam kelas.

Pengertian pengelolaan kelas menurut pendapat para ahli

dapat disimpulkan yaitu suatu kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

guru agar peserta didik dapat belajar secara optimal guna mencapai

tujuan pembelajaran.

2. Ruang Kelas

a. Pengertian Ruang Kelas

Menurut Rukmana (2008:73) kelas adalah lingkungan sosial bagi

anak/siswa, dimana didalam kelas terjadi proses interaksi baik siswa

dengan siswa maupun siswa dengan guru. Kelas menurut Oemar Hamalik

(Djamarah 2010:175) merupakan suatu kelompok orang yang melakukan

kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Menurut

Arikunto (Djamarah 2010:175) di dalam didaktik terkandung suatu

pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa yang pada

waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.

Pada dasarnya pengertian kelas dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Arti sempit : Suatu ruangan (dibatasi empat dinding) atau tempat

dimana siswa-siswanya belajar.

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

8

2) Arti luas : kegiatan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada

siswa-siswa dalam suatu ruangan untuk suatu tingkat tertentu

pada waktu/jam tertentu (Soedomo 2005:39).

Pengertian ruang kelas menurut pendapat para ahli dapat

disimpulkan yaitu suatu ruangan yang digunakan untuk kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menerima

suatu pelajaran pada waktu dan jam tertentu. Sekelompok siswa dapat

memperoleh pelajaran yang sama dari guru yang sama.

3. Antara Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pengajaran

Menurut Rohani (2010:143) pengelolaan kelas pengajaran

adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya, namun dapat dan harus

dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Kalau pengajaran

(instruction) mencakup semua kegitan yang secara langsung dimaksudkan

untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry

behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi,

bertanya, menilai, dan sebagainya). Dapat dibedakan adanya dua

kelompok masalah, yaitu masalah pengelolaan kelas dan masalah

pengajaran yaitu :

a. Masalah pengelolaan kelas

Menurut Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel (Rohani 2010:145)

membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas, yaitu :

1) Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain

(attention getting behaviors). Misalnya membadut di kelas (aktif),

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

9

atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu mendapat

pertolongan ekstra (pasif).

2) Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking

behaviors). Misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali

emosional-marah, menangis (aktif), atau selalu ”lupa” pada aturan-

aturan penting di kelas.

3) Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking

behaviors), misalnya menyakiti orang lain seperti mengatai,

memukul, menggigit, dan sebagainya.

4) Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali

menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin bahwa

hanya kegagalan yang menjadi bagiannya.

Lois V. Johnson dan Mary A. Bany (Rohani 2010:146) mengemukakan

6 kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-

masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suka, dan

tingkatan sosio-ekonomi, dan sebagainya.

2) Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.

Misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni

suara menyanyi dengan suara sumbang.

3) “Membesarkan” hati anggota kelas yang justru melanggar norma

kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.

4) Kelompok cenderung mudah dalihkan perhatiannya dari tugas yang

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

10

yang tengah digarap.

5) Semangat kerja rendah. Misalnya semacam aksi protes kepada guru

karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.

6) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

Masalah

b. Faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang

menguntungkan dalam proses belajar mengajar seperti :

1) Faktor (guru)

a) Tipe kepemimpinan guru

Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses belajar

mengajar) yang otoriter dan kurang demokratis akan

menumbuhkan sikap pasif atau agresif peserta didik.

b) Format belajar mengajar yang monoton

Format belajar mengajar yang monoton akan menimbulkan

kebosanan bagi peserta didik. Format belajar mengajar yang

tidak bervariasi dapat menyebabkan para peserta didik bosan,

frustasi/kecewa, dan hal ini akan merupakan sumber

pelanggaran disiplin.

c) Kepribadian guru

Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap hangat,

adil, objektif, dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional

yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

11

d) Pengetahuan guru

Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah pengelolaan

kelas, baik yang sifatnya teoretis maupun pengalaman praktis.

e) Pemahaman guru tentang peserta didik

Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku

peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena

kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta

didik dan latar belakangnya.

2) Peserta didik

Peserta didik harus sadar bahwa kalau mereka mengganggu

temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan

kewajiban sebagai anggota suatu masyarakat kelas dan tidak

menghormati hak peserta didik lain untuk mendapatkan manfaat

yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar (Rohani

2010:146).

4. Tempat Duduk Siswa

Menurut Harsanto (2007:59) pengaturan posisi tempat duduk siswa

di kelas tidaklah netral. Pengaturan sangat berpengaruh bagi para siswa,

interaksi antar mereka, dan interaksi dengan guru. Agar pengaturan posisi

tempat duduk siswa menjadi efektif dan mendukung proses pembelajaran

menuju kompetensi perlulah dipahami syarat-syarat pengaturannya.

Tempat duduk siswa dalam kelas formal di sekolah pada umumnya

berbentuk format kolom dan baris (Format KB). Keadaannya selalu sama

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

12

sepanjang tahun. Perubahan atas format tersebut bahkan dapat dianggap

sebagai hal yang menyalahi aturan atau kebiasaan. Hal tersebut semakin

bersifat formal apabila tempat duduk guru harus ditata di depan kelas dan

tepat berada di tengah. Posisi meja guru kelas sebaiknya ditata sedemikian

rupa sehingga tampak informal tetapi memberi kesan akrab dengan

siswanya.

Dalam dinamika kelas formal dan kegiatan pembelajaran, format

KB memilki sejumlah kelemahan, beberapa kelemahan tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Format KB mendorong guru sebagai pengelola kelas menganut teknik

berceramah. Perlu diketahui bahwa teknik berceramah membuktikan

daya serap siswa terhadap pesan atau informasi yang disampaikan

guru rendah. Hanya sekitar 75% siswa yang mendengarkan ceramah

guru, dan dari jumlah tersebut jumlah daya serap mereka maksimal

hanya sekitar 60%.

b. Pola komunikasi dua arah, yaitu antara siswa dan guru saja. Sifat

komunikasi dua arah membuat sebagian besar siswa kurang memberi

perhatian pada uraian guru, terutama mereka pada cakupan rentang

pandang guru.

c. Multi-interaksi antara siswa kurang hidup, akibatnya kelas cenderung

bersifat dan kurang responsif. Dengan demikan prestasi hasil belajar

kelas secara keseluruhan sulit dimaksimalkan.

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

13

d. Kehidupan kelas sangat tergantung dan didominasi oleh guru.

Aikbatnya, perhatian guru terhadap siswa yang tergolong dalam level

bawah kurang mendapat perhatian lebih. Guru cenderung melakukan

tanya jawab terbatas kepada siswa yang tergolong dalam level atas

atau mereka yang memilki keberanian akibatnya siswa yang berada

dalam kelompok bawah dan kurang memiliki keberanian akan merasa

tersingkir. Keadaan seperti ini akan membuat mereka yang tersingkir

mengambil sikap apatis.

e. Rentang pandang serta perhatian guru sangat terbatas kepada siswa

yang duduk di deretan depan tengah. Dengan demikian rentang

pandang guru dikelas dipersempit dan kurang merata. Anak-anak

berbakat yang duduk diluar batas rentang pandang guru kurang

mendapat distribusi perhatian. Akibatnya mereka pun akan cenderung

terbius sikap pasif atau apatis (Harsanto 2007:60-61).

5. Pengaturan Tempat Duduk Siswa Sebagai Bentuk Pengelolaan Kelas

Pengaturan bangku kelas tentu menjadi alternatif menarik bagi

terciptanya konsep edutainment dalam pembelajaran. Dengan variasi

tempat duduk sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dinamisnya gerak

siswa dan guru dalam ruang kelas, tentu saja siswa akan merasakan

kenyamanan, sehingga ia akan mudah menyerap pembelajaran dengan

baik.

Menurut Hamid (2011:127) mengemukakan ada banyak formasi

pengaturan bangku selain dari formasi konvensional yang sering kita temui

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

14

di sekolah-sekolah. Formasi-formasi tersebut seperti bentuk auditorium,

lingkaran, huruf U, kelompok, dan lain lain sebagainya. Pembahasan lebih

lanjut tentang formasi pengaturan bangku dalam kelas yang memenuhi

unsur-unsur edutainment.

a. Formasi Tradisional (Konvensional)

Formasi konvensional adalah formasi yang biasa kita temui

dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk

berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Adapun bentuk formasi

tradisional ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Formasi tempat duduk konvensional (Hamid, 2011:128)

b. Formasi Auditorium

Formasi auditorium merupakan tawaran alternatif dalam

menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan

lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun dapat

dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam

penataan ruang kelas secara konvensional (tradisional). Adapun formasi

auditorium ini bisa digambarkan sebagai berikut :

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

15

Gambar 2.2. Formasi tempat duduk auditorium (Hamid, 2011:129)

c. Formasi Chevron

Formasi Chevron membuat interaksi antara siswa dan guru

menjadi lebih intens dan mampu mengaktifkan seluruh siswa. Selain itu,

formasi ini tentu memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga

mereka mampu menjalani proses belajar mengajar dengan antusias,

menyenangkan, dan terfokus. Berikut ini adalah bentuk formasi chevron:

Gambar 2.3. Formasi tempat duduk chevron (Hamid, 2011:130)

d. Formasi Kelas Bentuk Huruf U

Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu

mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias

untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini, guru adalah orang yang paling

aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi

berhadap-hadapan dengan mereka. Dengan begitu, mereka pun akan

lebih memaksimalkan potensi indra mereka dalam mengikuti kegiatan

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

16

belajar mengajar dan mampu berinteraksi secara langsung, sehingga akan

mendapatkan respons dari pendidik secara langsung.

Maka dari itu, formasi huruf U sangat ideal untuk memberikan

materi pelajaran dalam bentuk apapun, sehingga formasi ini menjadi

multifungsi. Formasi bentuk U dibuat dengan cara menyusun meja dan

kursi dalam formasi berikut :

Gambar 2.4. Formasi tempat duduk bentuk U (Hamid, 2011:131)

e. Formasi Meja Pertemuan

Formasi meja pertemuan biasannya diselenggarakan di tempat-

tempat pertemuan dan seminar, baik di hotel maupun gedung pertemuan.

Formasi ini dapat dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam

beberapa kelompok, dimana setiap kelompok itu mempunyai meja

pertemuannnya sendiri-sendiri. Satu kelompok bisa terdiri atas 4-5 siswa

yang dibentuk menjadi 5-6 kelompok, tergantung dari jumlah siswa

dalam kelas tersebut. Adapun formasi meja pertemuan ini adalah sebagai

berikut :

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

17

Gambar 2.5. Formasi tempat duduk pertemuan (Hamid, 2011:133)

f. Formasi Konferensi

Formasi konferensi dapat membuat para siswa menjadi lebih aktif

dalam kelas, karena mereka akan menguasai jalannya pembelajaran.

Sedangkan peran guru disini hanya melontarkan tema yang harus

dibahas, kemudian mengawasi dan sesekali mengarahkan mereka untuk

bisa menjalankan proses pembelajaran. Adapun formasi konfederensi ini

adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6. Formasi konferensi (Hamid, 2011:135)

Akan tetapi, formasi konfederensi bisa juga mengalami

perubahan dengan menempatkan guru di tengah-tengah kursi para siswa,

sehingga memungkinkan guru untuk ikut serta dalam diskusi yang

dibahas oleh mereka.

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

18

g. Formasi Pengelompokan Terpisah (Breakout Groupings)

Jika ruangan kelas memungkinkan atau cukup besar, guru dapat

meletakkan meja-meja dan kursi, dimana kelompok kecil dapat

melakukan aktivitas belajar yang dipecah menjadi bebrapa tim. Guru

dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok tersebut

berjauhan, sehingga tidak saling mengganggu. Tetapi, hendaknya

dihindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil yang terlalu

jauh dari ruang kelas supaya mudah diawasi. Adapun bentuk formasi

bangku ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.7. Formasi pengelompokan terpisah (Hamid, 2011:136)

h. Formasi Tempat Kerja

Formasi tempat kerja ini tepat dilakukan dalam lingkungan tipe

laboratorium, di mana setiap siswa duduk pada satu tempat untuk

mengerjakan tugas (misalnya mengoperasikan komputer, mesin, atau

melakukan kerja laboratorium), tepat setelah didemonstrasikan. Adapun

bentuk formasi dari tempat kerja (workstations) adalah sebagai berikut :

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

19

Gambar 2.8. Formasi Tempat Kerja (Hamid, 2011:137 )

i. Formasi Kelompok untuk Kelompok

Formasi kelompok untuk kelompok adalah formasi dimana

terdapat beberapa kelompok yang duduk dalam satu meja persegi

berukuran besar (bisa juga dengan membuat beberapa meja dijadikan

satu membentuk meja besar), sehingga setiap kelompok duduk saling

berhadapan. Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi

atau menyusun permainan peran, berdebat, atau observasi pada aktivitas

kelompok. Berikut adalah bentuk formasi kelompok untuk kelompok :

Gambar 2.9. Formasi Kelompok untuk Kelompok (Hamid, 2011:138 )

j. Formasi Lingkaran

Formasi lingkaran adalah formasi yang disusun melingkar tanpa

menggunakan meja dan kursi. Formasi ini digunakan untuk melakukan

pembelajaran dalam satu kelompok, dimana guru memiliki peran untuk

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

20

membimbing dan mengarahkan jalannya pembelajaran. Adapun bentuk

formasi lingkaran adalah sebagai berikut :

Gambar 2.10. Formasi lingkaran (Hamid, 2011:139 )

k. Formasi Peripheral

Jika guru menginginkan siswa memilki tempat untuk menulis,

hendaknya digunakan susunan peripheral, yakni meja ditempatkan

dibelakang siswa. Guru dapat menyuruh siswa memutar kursi-kursinya

secara melingkar ketika guru menginginkan diskusi kelompok.

Gambar 2.11. Formasi tempat duduk peripheral (Hamid, 2011:140 )

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

21

Tabel 2.1 Keuntungan dan kelemahan dari masing-masing pengaturan

Jenis Keuntungan Kelemahan

Pengaturan

konvensional

Guru dapat mengamati kegiatan

siswa dan ekspresi wajah.

Siswa agak sulit berdiskusi

dengan siswa lain

Pengaturan

bentuk U

Guru dapat mengamati kegiatan

siswa dan ekspresi wajah.

Siswa yang duduk di baris

belakang dapat dilihat oleh guru

dan siswa lain.

Siswa dapat dengan mudah

dialihkan ke kegiatan kelompok.

Siswa yang duduk dibagian

sisi akan mengalami

kesulitan untuk melihat

langsung ke papan tulis.

Pengaturan

Berkelompok

Siswa dapat melakukan diskusi

lebih mudah dengan siswa yang

lain.

Beberapa siswa akan

mengalami kesulitan untuk

melihat ke papan tulis.

Guru mungkin agak

kesulitan untuk memantau

kegiatan wajah siswa.

(Sumber: Panduan untuk Peningkatan Proses Belajar Mengajar, 2012)

Jika siswa dapat memindahkan tempat duduk mereka tanpa

kesulitan, guru dapat beralih dari satu jenis pengaturan ke pengaturan lain

sesuai dengan isi pelajaran. Sebagai contoh :

Pengaturan konvensional – Pengaturan berbentuk U

Pengaturan berbentuk U – Pengaturan berkelompok

Pengaturan konvensional – Pengaturan berkelompok – Pengaturan

konvensional

6. Keaktifan

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:114) keaktifan siswa dalam

peristiwa pembelajaran mengambil beraneka ragam kegiatan, dari kegiatan

fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati.

Kegiatan fisik yang dapat diamati di antaranya dalam bentuk kegiatan

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

22

membaca, mendengarkan, menulis, meragakan dan mengukur, sedangkan

contoh kegiatan psikis adalah mengingat kembali isi pelajaran pertemuan

sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dan

memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen,

membandingkan satu konsep dengan lainnya dan kegiatan psikis lainnya.

Menurut Rohani (2010: 8) proses pengajaran (proses perolehan hasil

pengajaran) secara aktif : ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki,

mengingat, menguraikan, menegosiasikan ketentuan satu dengan lainnya,

dan sebagainya. Menurut Sagala (2012:59) mengemukakan bahwa dalam

proses pembelajaran guru harus menciptakan pembelajaran yang dinamis

penuh aktivitas, sehingga peserta didik aktif untuk bertanya,

mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Keaktifan belajar siswa

secara fisik yang dapat diamati.

Pengertian keaktifan menurut beberapa ahli dapat disimpulkan

yaitu suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif bertanya,

mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan untuk mendukung kegiatan

belajar baik jasmani maupun rohani.

Paul D. Dierich (Hamalik, 2008: 172) membagi kegiatan belajar

dalam 8 kelompok, ialah :

a. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,

demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau

bermain.

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

23

b. Kegiatan-kegiatan lesan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu

kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan

pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau

diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan

radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,

membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,

membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,

faktor-faktor, melihat hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

24

7. Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2013:12) prestasi belajar merupakan suatu

masalah yang bersifat parenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena

sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi

menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Menurut Slameto

(2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Prestasi belajar menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan

yaitu suatu proses perubahan dari dalam diri faktor internal maupun dari

luar diri faktor eksternal individu, meliputi perubahan tingkah laku dan

bertambahnya ilmu pengetahuan. Perubahan tingkah laku menjadi lebih

baik merupakan hasil dari latihan atau pengalaman yang nyata.

8. Ilmu Pengetahuan Alam

a. Pengertian IPA

Menurut Aly dan Rahma (2010:18) IPA adalah suatu

pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang

khas atau khusus, yaitu melakukan observasi, eksperimentasi,

penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait

mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Menurut

Trianto (2010:136) IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan

atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “Science”. Kata

Science sendiri berasal dari kata dalam bahasa Latin “Scienta” yang

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

25

berarti saya tahu. Menurut Wahyana (Trianto, 2010: 136) IPA adalah

suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam

penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Perkembangan tersebut tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan

fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Pengertian IPA dari beberapa ahli dapat disimpulkan yaitu

pengetahuan teoritis yang tersusun secara sistematis mengarah pada

pengetahuan lingkungan alam untuk dapat mengembangkan sesuatu

yang berkaitan dengan kehidupan manusia dalam melakukan

observasi, eksperimentasi, penyimpulan, dan penyusunan teori.

b. Silabus IPA kelas IV A SD semester 2.

Tabel 2.2 akan menjelaskan mengenai standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang akan dilaksanakan pada penelitian.

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV

A Semester 2.

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami gaya dapat

mengubah gerak dan

atau bentuk suatu

benda.

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan

tarikan) dapat mengubah gerak

suatu benda.

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan

tarikan) dapat mengubah bentuk

suatu benda.

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

26

c. Materi Gaya

1) Jenis-Jenis Gaya

Setiap gaya yang dilakukan memerlukan tenaga.

Berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan

menjadi beberapa di antaranya adalah sebagai berikut (Heri S dan

Edi W. 2008: 92).

a) Gaya Otot

Gaya otot merupakan gaya yang dihasilkan oleh

tenaga otot. Contoh gaya otot adalah pada saat kita menarik

atau mendorong meja, membawa belanjaan ibu, dan

menendang bola. Karena terjadi sentuhan maka gaya ini

termasuk gaya sentuh.

b) Gaya Gesek antara Dua Benda

Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi karena

bersentuhannya dua permukaan benda. Contoh gaya gesek

adalah gaya yang bekerja pada rem sepeda. Pada saat akan

berhenti, karet rem pada sepeda akan bersentuhan sepeda

dapat berhenti ketika dilakukan pengereman.

c) Gaya Magnet

Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan

oleh tarikan atau dorongan dari magnet. Contoh gaya magnet

adalah, tertariknya paku ketika didekatkan dengan magnet.

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

27

Benda-benda dapat tertarik oleh magnet jika masih berada

salam medan magnet

d) Gaya Gravitasi

Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan

oleh tarikan bumi. Contoh gaya gravitasi adalah jatuhnya

buah dari atas pohon dengan sendirinya. Semua benda yang

dilempar ke atas akan tetap kembali ke bawah karena

pengaruh gravitasi bumi.

e) Gaya Listrik

Gaya listrik merupakan gaya yang terjadi karena

aliran muatan listrik. Aliran muatan listrik ini ditimbulkan

oleh sumber energi listrik. Contoh gaya listrik adalah

bergeraknya kipas angin karena dihubungkan dengan sumber

energi listrik. Muatan listrik dari sumber energi listrik

mengalir ke kipas angin. Sehingga, kipas angin dapat

bergerak.

2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gerak Benda

Beberapa faktor yang mempengaruhi gerak suatu benda

adalah adanya gaya gravitasi bumi dan tarikan atau dorongan

yang terjadi pada benda (Heri S dan Edi W. 2008: 94).

a) Adanya Gravitasi Bumi

Jatuhnya buah mangga merupakan akibat adanya gaya

tarik bumi yang disebut gravitasi. Gravitasi menyebabkan

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

28

benda dapat bergerak jatuh ke bawah. Apabila kita melempar

bola ke atas maka bola tersebut akan kembali ke bawah

karena adanya gravitasi bumi.

b) Dorongan atau Tarikan

Ember yang terikat dengan tali yang ada di sumur

tidak dapat bergerak ke atas apabila tidak ditarik. Begitu pula

mobil yang mogok akan bergerak apabila ada orang yang

mendorongnya. Hal ini menunjukkan bahwa tarikan dan

dorongan mempengaruhi gerak benda.

3) Gaya Dapat Mengubah Bentuk Benda

Gaya yang dihasilkan oleh dorongan ataupun tarikan dapat

mengakibatkan benda bergerak. Selain menyebabkan benda

bergerak, gaya yang bekerja pada benda juga dapat mengubah

bentuk benda. Keramik dan asbak merupakan hasil olahan dari

tanah liat. Tanah liat dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga

dihasilkan keramik dan asbak yang cantik dan menarik. Gaya

yang diberikan oleh tangan pada tanah liat membuat bentuk tanah

liat berubah. Hal ini menunjukkan bahwa gaya juga dapat

mengubah bentuk benda (Heri S dan Edi W. 2008: 96).

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

29

B. Hasil Penelitian Relevan

Peneliti tidak menemukan hasil penelitian yang sama persis dengan

permasalahan yang penulis teliti, namun ada yang dilakukan oleh:

1. Muchlichah tahun 2012, dengan judul skripsi “Pengaruh Pengaturan

Tempat Duduk Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMK Farmasi

Surabaya Kelas XI Tahun Ajaran 2011-2012” Dengan kesimpulan bahwa

hasil belajar matemaika siswa setelah dilakukan pengaturan tempat

duduk telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu sebesar 78% dari

keseluruhan siswa nilai Matematikanya sudah diatas KKM dengan nilai

rata-rata kelas sebesar 85. Berdasarkan Uji Regresi Linear sederhana

dengan bantuan Sofware SPSS Ver 17.0 for windows didapatkan, hasil

belajar siswa sebagai variabel dependent dipengaruhi oleh pengaturan

tempat duduk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar Matematika.

2. Yeni Setiowati tahun 2011, dengan judul meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar IPA menggunakan metode eksperimen pada materi

penggunaan energi alternatif, dalam penelitiannya dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen

dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Pembuktian

pada siklus I pembelajaran hanya mencapai 63,42 dan meningkat pada

siklus II sebesar 86,84% siswa telah mencapai KKM IPA yaitu 65

dengan nilai rata-rata 84. Pembelajaran menggunakan metode

eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

30

C. Kerangka Berpikir

Menurut hasil wawancara dengan guru kelas IV A SD Negeri 2

Wangon, dijelaskan bahwa kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran

khususnya pembelajaran IPA yang memungkinkan siswa untuk aktif ketika

pembelajaran. Melihat kondisi yang terjadi perlu adanya inovasi dalam

pengelolaan kelas dengan model pengaturan tempat duduk khususnya

pembelajaran IPA. Menerapkan model pengaturan tempat duduk diharapkan

keaktifan siswa mendapat kriteria baik.

Bila dirumuskan dalam skema dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.12 Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Sebelum

menerapkan model

pengaturan tempat

duduk

Keaktifan siswa

rendah

Model pengaturan

tempat duduk

diharapkan 85%

keaktifan dan

prestasi belajar

siswa mendapat

kriteria baik

Keaktifan dan prestasi

belajar siswa

meningkat

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/2826/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN TEORITIS . A. Landasan Teori . 1. Pengelolaan Kelas . a. Pengertian Pengelolaan Kelas

31

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir gambar 2.12,

dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu keaktifan dan prestasi belajar IPA

materi gaya siswa kelas IV A SD Negeri 2 Wangon dalam pembelajaran IPA

dapat ditingkatkan melalui penerapan model pengaturan tempat duduk.

Upaya Meningkatkan Keaktifan…, Arief Budi Permana, FKIP, UMP, 2014