BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian...

25
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya terkait Analisis Dana Transfer Pemerintah Dalam Menunjang Pertumbuhan Daerah di Jawa Timur Tahun 2012-2015 (Studi pada 25 kota dan kabupaten di Jawa Timur). sebagai pembanding dalam pengembangan penelitian saat ini. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan sebagai berikut: Hakim (2012) yang berjudul Pengaruh belanja modal terhadap Pertumbuhan ekonomi (Studi Kasus Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Bali)”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Peningkatan belanja modal pemerintah yang terdiri dari belanja modal tanah; belanja modal peralatan dan mesin; serta belanja modal lainnya akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin serta belanja modal lainnya merupakan variabel-variabel yang siap digunakan dan dimanfaatkan segera saat dilakukannya transaksi pembelian sehingga manfaat secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dapat segera dirasakan. Belanja modal pemerintah yang terdiri dari belanja gedung dan bangunan, serta belanja jalan, irigasi, dan jaringan tidak memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini lebih disebabkan karena karakter belanja infrastruktur yaitu belanja gedung dan bangunan, serta belanja jalan, irigasi, dan jaringan yang untuk perolehannya harus diperlukan pembangunan atau perbaikan sehingga pemanfaatannya menunggu aset tersebut telah selesai dan siap

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya terkait Analisis Dana

Transfer Pemerintah Dalam Menunjang Pertumbuhan Daerah di Jawa Timur

Tahun 2012-2015 (Studi pada 25 kota dan kabupaten di Jawa Timur). sebagai

pembanding dalam pengembangan penelitian saat ini. Penelitian sebelumnya yang

telah dilakukan sebagai berikut:

Hakim (2012) yang berjudul “Pengaruh belanja modal terhadap

Pertumbuhan ekonomi (Studi Kasus Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan

Bali)”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Peningkatan belanja modal

pemerintah yang terdiri dari belanja modal tanah; belanja modal peralatan dan

mesin; serta belanja modal lainnya akan memberikan dampak positif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan belanja modal tanah, belanja modal

peralatan dan mesin serta belanja modal lainnya merupakan variabel-variabel

yang siap digunakan dan dimanfaatkan segera saat dilakukannya transaksi

pembelian sehingga manfaat secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi

dapat segera dirasakan. Belanja modal pemerintah yang terdiri dari belanja

gedung dan bangunan, serta belanja jalan, irigasi, dan jaringan tidak memberikan

dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini lebih disebabkan karena karakter

belanja infrastruktur yaitu belanja gedung dan bangunan, serta belanja jalan,

irigasi, dan jaringan yang untuk perolehannya harus diperlukan pembangunan atau

perbaikan sehingga pemanfaatannya menunggu aset tersebut telah selesai dan siap

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

7

digunakan yang kemudian pada gilirannya dapat memberi dampak pada

pertumbuhan ekonomi.

Nurmainah (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Belanja Modal

Pemerintah Daerah, Tenaga Kerja Terserap Dan Indeks Pembangunan Manusia

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan (Studi kasus 35 kabupaten /

kota di Provinsi Jawa Tengah)”. Berdasarkan analisis hasil penelitian dan

pembahasan tentang pengaruh belanja modal pemerintah daerah, tenaga kerja

terserap, dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dan

kemiskinan (studi kasus 35 kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah) , dapat

ditarik kesimpulan bahwa : 1. Belanja modal pemerintah daerah berpengaruh

signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi

di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah. 2. Tenaga kerja terserap berpengaruh

signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi

di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah. 3. Indeks Pembangunan Manusia

berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap

pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah. 4. Pertumbuhan

ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten/kota

Provinsi Jawa Tengah. 5. Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh signifikan

dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap kemiskinan di kabupaten/kota

Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu yang

meneliti terkait Belanja Modal dengan Pertumbuhan ekonomi.Pada dua penelitian

sebelumnya variabel dependen (Y) yang digunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

8

dan kemiskinan, dan pada penelitian ini variabel (Y) hanya menggunakan

pertumbuhan ekonomi saja. Dan untuk variabel bebasnya (X) dalam penelitian

sebelumnya yaitu Belanja Modal, Tenaga Kerja Terserap Dan Indeks

Pembangunan Manusia maka perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada

variabel bebasnya (X) yang fokus pada tiga variabel saja yaitu Belanja Modal,

Transfer Pemerintah Pusat, Transfer Pemerintah Provinsi. Perbedaan selanjutnya

pada penelitian sebelumnya menggunakan alat analisis regresi linier berganda,

dalam penelitian ini digunakan alat analisis regresi data panel.

Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah melihat

faktor mana yang paling berpengaruh dalam mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi. Dan juga sebagai pengembangan penelitian dengan memakai variabel

bebas (X) Transfer pemerintah pusat dan Transfer Pemerintah Provinsi untuk

mengetahui seberapa besarnya variabel bebas tersebut Transfer pemerintah pusat,

Transfer Pemerintah dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

9

B. Landasan Teori

1. Belanja Modal

Belanja Modal merupakan bagian dari belanja daerah yang memiliki

pengertian berupa pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian /

pengadaan pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat

lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan (Halim,

2014).

Menurut Wandira (2013) Belanja Modal dapat dikategorikan dalam 5

(lima) kategori utama:

1) Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran / biaya yang digunakan untuk

pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa

tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangn tanah, pembuatan

sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas

tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/ biaya yang

digunakan untuk pengadaan/ penambahan / penggantian, dan peningkatan

kapasitas peralatan dan mesi serta inventaris kantor yang memberikan

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin

dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran / biaya yang

digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian, dan termasuk

pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

10

gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan

bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran / biaya yang

digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan

pembangunan / pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk

perencanaa, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan dimaksud

dalam kondisi siap pakai.

5) Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran / biaya yang digunakan

untuk pengadaan / penambahan / penggantian / pembangunan / pembuatan

serta perawatan fisik lainnya yang tidak dikategorikan kedalam kriteria

belanja modal tanah, peralatan dan Mesin, gedung dan bangunan, dan jalan

irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak

sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang

untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.

2. Transfer Pemerintah Pusat

Dana otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai

pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah. Penyaluran dana otonomi khusus dari

pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dilakukan atas dasar nota

kesepakatan antara gubernur dan Bupati/walikota. Pencairan dana otonomi khusus

dari pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota diatur dalam peraturan

gubernur menyesuaikan dengan pencairan dana otonomi khusus dari Pemerintah

Pusat.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

11

Dana tambahan infrastruktur dalam rangka otonomi khusus disalurkan dengan

mekanisme sebagai berikut:

1. Dana tambahan infrastruktur yang besarnya ditetapkan antar pemerintah

dengan DPR berdasarkan usulan provinsi pada setiap tahunnya;

2. Dana tambahan infrastruktur disalurkan kepada pemerintah provinsi Papua

dan Papua Barat dengan pemindahbukuan ke rekening kas umum daerah

(RKUD).

Dana tambahan Infrastruktur ini digunakan khususnya untuk

pembangunan jalan yang terisolir sehingga membuka akses antar kampung dan

distrik (Pembagian Wilayah Administratif) untuk meningkatan jalur lintasan

perekonomian. Kesimpulannya adalah ketika dana otsus dan dana tambahan

infrastruktur dianggarkan kedalam APBD, maka mekanisme pengelolaan

keuangan daerah berlaku sama dengan daerah lain yaitu mempedomani PP Nomor

58 Tahun 2005 tentang Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No 59

Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dana Otsus = 2% x DAU Nasional. Alokasi Dana Otsus setiap tahun meningkat

sejalan dengan kenaikan pendapatan negara.

Direncanakan Th 2013 Dana Otsus mengalami kenaikan 10,8% dari

Rp11,9 Triliun menjadi Rp13,2 Triliun. Adapun Besaran Dana Tambahan Dana

Otsus untuk Infrastruktur ditetapkan berdasarkan kesepakatan Pemerintah dan

DPR disesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah, sedangkan tahun

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

12

2013 Dana tambahan infrastruktur tidak mengalami perubahan/tetap seperti tahun

sebelumnya, yakni Rp1,0 Triliun.

Alokasi dana otonomi khusus untuk provinsi papua dan provinsi papua barat

dan Dana Otonomi Khusus untuk provinsi Aceh masing-asing setara 2% (dua

persen) dari pagu DAU nasional. Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur dalam

rangka otonomi Khusus Provinsi Papua dan provinsi Papua Barat berdasarkan

usulan provinsi untuk pembiayaan infrastruktur, alokasi tahun sebelumnya,

perkiraan kebutuhan pendanaan infrastruktur antara Provinsi Papua dan Provinsi

Papua Barat. Dan pengalokasian Dana Keistimewaan Daerah Istimewa

Yogyakarta dilaksanakan sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan mengenai

tata cara pengalokasian dan penyaluran Dana keistimewaan Daerah Istimewa

Yogyakarta. Alokasi dana keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

sebagaimana tercantum dalam peraturan Presiden mengenai rincian APBN.

Transfer ke daerah adalah bagian dari Belanja Negara dalam ragka

mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana

Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan Daerah

Istimewa Yogyakarta.

(Djaenuri, 2012: 68) Alokasi Pemerintah Pusat (Intergovernmental Transfer)

Alokasi pemerintah pusat memegang peranan yang sangat penting karena

umumnya pemerintah daerah tidak dapat menutup keseluruhan biaya pengeluaran

dengan hanya mengandalkan pada pendapatan asli daerah saja.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

13

Tujuan:

1. Pembelanjaan: seluruh atau sebagian biaya pelayanan atau program-program

pembangunan yang kepentingannya bersifat nasional.

2. Mendorong upaya pemerintah daerah untuk program pembangunan dan pelayanan

yang sejalan dengan kepentingan nasional.

3. Merangsang pertumbuhan ekonomi daerah, baik untuk membantu pertumbuhan

maupun untuk mengurangi ketimpangan antar wilayah.

4. Mengendalikan pengeluran daerah untuk memastikan penyesuaian terhadap

standar dan kebijakan nasional.

5. Memanfaatkan standar pelayanan atau pembangunan yang adil / lebih adil.

6. Mengembangkan wilayah-wilayah untuk mengatasi keadaan darurat.

A. prinsip-prinsip Alokasi:

1. Untuk mendorong efisiensi alokasi dari pembangunan dan hal ini berarti

bahwa grants (Dana Bantuan) harus mampu menstimulir pengunaan sumber

daya secara optimum dan menguntungkan masyarakat banyak.

2. Pemerataan antar daerah, yang berarti bahwa pendistribusian grants harus

memperhitungkan perbedaan kebutuhan antar daerah serta perbedaan

kapasitas penerimaan antar pemerintah daerah dan unit biaya.

Misal:

1. Daerah berpendudukan besar membutuhkan pengeluaran yang lebih besar.

2. Daerah yang miskin dengan potensi PAD yang rendah memerlukan bantuan

yang lebih besar.

3. Bantuan mencerminkan perbedaan biaya / per satuannya, walaupun jenis

kebutuhan yang sama.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

14

4. Prioritas pembangunan nasional dan otonomi daerah setiap negara kesatuan

akan memiliki prioritas nasionalyang dicapai lewat aktivasi daerah, akan tetapi

secara sadar juga hasrat untuk mendorong otonomi daerah.

5. Keseimbangan.

6. Sederhana dan transparan. Sederhana dan transparan akan membantu

pengalokasian dan administrasi pasar lokal.

B. Jenis-jenis Alokasi Pemerintah Pusat

1. Alokasi berdasarkan suara (vote) anggaran yang langsung, jenis alokasi ini

dan dalam anggaran nasional, yang meliputi jumlah tertentu bagi tujuan

tertentu pula yang memungkinkan pemerintahan daerah melakukan

pengeluaran dalambatas-batas tertentu. Dananya tetap dalam pembukuan

pemerintah pusat.

2. Kapitalisasi (capitalization). Penanaman saham pemerintah pusat dalam

pemerintah daerah untuk ini diharapkan untuk memanfaatkan dalam proyek-

proyek yang mendatangkan pendapatan biasanya bea (fee) atas pengadaan

pelayanan seperti air, listrik, angkutan umum atau investasidalam kegiatan

komersial atau produksi.

3. Bagi hasil pajak (tax sharing). Pengalokasian pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah.

4. Pinjaman. Alokasi kepada pemerintah daerah melalui pinjaman.

5. Hibah (bantuan), subsidi, kontribusi atau subversi. Namanya atau istilahnya

bisa berbeda, namun hakikatnya sama, transfer dana dari anggaran dan

pembukuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang mandiri

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

15

pembukuannya. Alokasi seperti ini biasanya didasarkan atas kebijakan

(discretionary) kontitusi atau peraturan perundang-undang yang dapat

mewajibkan pemerintah pusat untuk memberikan bantuan kepada pemerintah

daerah.

C. Jenis-jenis bantuan pemerintah pusat

1. Specific Grants

Bantuan biaya pengeluaran tertentu dan atau proyek khusus, yang didasarkan

atas suatu presentase tertentu dari pengeluaran daerah yang disepakati.

Sumbangan-sumbangan serbaguna untuk mengimbangi anggaran daerah,

secara menyeluruh, menyesuaikan penerimaan-penerimaan terhadap

pengeluaran daerah, jenis ini sering kali dikenal dengan bantuan umum (Blok

Grant) atau penutup kekurangan (Pefciency), sumbangan ini dapat didasarkan

atas kekurangan anggarannya.

2. Unit Cost Grants

Didasarkan atasjumlah tertentu (yang ditetapkan ) bagi setiap

satuanpelayanan (misal 500 juta rupiah untuk setiap ilometer jalan, 20 juta

rupiah bagi setiap siswa sekolah dasar.

3. Matching Grants

Bantuan untuk mengimbangi eksploitasi sumber-sumber penerimaan regional

(daerah).

4. Multi Purpose Development Grants

Bantuan pembanguna serbaguna yang dapat dialokasikan dengan rinci oleh

pemerintah daerah untuk serangkaian kegiatan tertentu dan menurut pedoman

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

16

tertentu. Contoh dana inpres provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia.

Bentuk bantuan yang agag menyimpang adalah pork barrel, yakni pengunaan

sejumlah uang yang berasal dari pemerintah federal atau bagianuntuk

kepentingan setempat demi pertimbangan politik. Pengalokasian sejumlah

uang untuk pengeluaran-pengeluaran “proyek-proyek pilihan” anggota DPR

nasional yang berasal dari daerah.

5. Equalization Grants

Bantuan pelengkap serba guna yang dimaksud untuk mencukupi pendapatan

daerah secara langsung di daerah yang kapasitas fiskalnya di bawah rata-rata

atau dibawah standar. Bantuan bagi hasil penerimaan kepada

pemerintahnegara bagian dan pemerintah daerah dilaksanakan dengan

perbandingan terbalik terhadap sumbangan antar pendapat per kapita negara

bagian terhadap angka nasionalnya.

6. Contribution Grants

Sumbangan-sumbangan serbaguna. Untuk mengimbangi anggaran daerah,

secara menyeluruh menyesuaikan penerimaan terhadap pengeluaran daerah.

Jenis ini seringkali dikenal dengan bantuan umum (blok grants) atau penutup

kekurangan (efuciency). Sumbangan ini dapat didasarkan atas kekurangan

anggaran nyata.

D. Alokasi Khusus atau Serbaguna

Bentuk-bentuk tertentu dari alokasi pemerintah berdasarkan tujuan

pengeluaran, termasuk dalam bagian ini adalah bantuan khusus pengimbang

(matching) dan biaya satuan dan pinjaman serta modal yang ditanamkan dalam

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

17

badan tujuan tunggal, juga termasuk dalam jenis ini adalah bantuan umum, bagi

hasil pajak, pinjaman pembangunan menyeluruh.

E. Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

Hubungan keuangan pusat-daerah salah satu aspek dari hubungan

keuangan yang terjadi karena adanya pembagian kewenangan dan fungsi diantara

tingkatan pemerintahan sebagai perwujudan dari pelaksanaan asas desentralisasi

dalam penyelenggaraan pemerintah. Menurut J. Davey 1988 dalam Djaenuri

2012), hubungan keuangan pusat-daerah menyangkut pembagian tanggung jawab

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, antara tingkatan-tingkatan

pemerintah dan pembagian sumber penerimaan untuk menutup pengeluaran

sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan itu. Tujuan hubungan ini untuk mencapai

perimbangn antara potensi dan sumber daya masing-masing daerah, sesuai satu

sama lain dibawah supervisi pusat.

F. Dana Transfer Pemerintah

Distribusi pendapatan memperlihatkan ciri-ciri yang berhubungan dengan

barang umum dan eksternalitas. Kebutuhan akan campur tangan pemerintah

dalam hubungan dengan distribusi pendapatan perlu serta mengetahui semua

aspek dari peran pemerintah. Pemerintah harus mengambil tindakan-tindakan

redistribusi untuk mencapai pareto optimalitas maupun distribusi pendapatan yang

dapat diterima secara etis. Sebagai contoh penetapan distribusi pendapatan di

Amerika Serikat, baik dalam arti bagian dari factor ( factore share) maupun

golongan pendapatan serta perkembangannya dalam waktu yang lalu. Serta

mempertimbangkan tindakan-tindakan redistributif sebenarnya yang telah diambil

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

18

pemerintah dan memperlihatkan kebijakan pajak dan pengeluarannya

mempengaruhi distribusi pendapatan.

Kebutuhan Akan Redistribusi Pemerintah

Untuk memastikan bahwa alokasi dari barang-barang dan jasa-jasa yang

ditentukan oleh pasar efisien dan untuk memungkinkan masyarakat mencapai

suatu distribusi pendapatan yang dapat diterima secara etis. Eksternalitas barang-

barang umum merupakan suatu penghalang bagi mekanisme pasar sebagai alat

alokasi yang efektif dan walaupun alokasi pasar efisien, tetapi secara etis tidak

diinginkan. Campur tangan pemerintah timbul dalam hubungan dengan distribusi

pendapatan dan menciptakan suatu kebutuhan akan pajak pendapatan dan transfer

yang di redistribusi. Macam-macam distribusi yang diperlukan untuk dapat

memungkinkan masyarakat agar mencapai efisiensi produksi dan konsumsi

sebagai redistribusi pareto optimal, hal ini berarti bahwa mungkin untui

mengadakan beberapa redistribusi yang membuat beberapa masyarakat lebih

makmur tanpa merugikan anggota lainnya. Redistribusi yang kedua disebut

sebagai redistribusi etis, yang berarti bahwa jenis redistribusi ini hanya dapat

terjadi dengan membuat beberapa orang lebih makmur dengan merugikan orang

lain. Masyarakat rupanya mau mengadakan redistribusi semacam ini, karena

dalam fungsi kesejahteraan sosialnya, lebih banyak menitik beratkan yang

diuntungkan daripada yang dirugikan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

19

Distribusi Kembali Pareto-optimal

Meskipun pada umumnya belum terpikirkan tentang distribusi pendapatan

sebagai barang atau aktivitas yang dapat memperlihatkan ciri-ciri barang umum

atau menciptakan ekstrenalitas, namun distribusi pendapatan dapat menunjukkan

ciri-ciri demikian.

Distribusi pendapatan untuk barang umum. Barang umum adalah

barang yang mempunyai ciri kesatuan yang total karena itu tidak ada persaingan

dalam konsumsi. Jika barang itu disediakan ia akan disediakan untuk semua orang

(walaupuun mereka tidak perlu mengkonsumsi atau membagi keuntungannya

sama rata). Jelas bahwa distribusi pendapatan mempunyai beberapa dari ciri-ciri

ini. Setiap individu dalam suatu masyarakat patuh pada keadaan distriibusi

pendapatan masyarakat ini dan setiap individu tidak dapat dipisahkan dari haknya

atas manfaat (atau biaya). Jadi distribusi pendapatan memenuhi kebutuhan-

kebutuhan forma dari suatu barang umum dan tidak mungkin adanya pemisahan

terhadap barang umum tersebut serta konsumsinya tidak bersaing. Kesejahteraan

sosial didasarkan atas keinginan dari setiap individu. Adanya kesejahteraan sosial

menunjukkan bahwa distribusi pendapatan sebenarnya masuk ke fungsi kegunaan

perorang. Karena fungsi kesejaheraan sosial terutama menyatakan keinginan dari

berbagai kelompok yang berkepentingan dalam masyarakat dengan hubungan

distribusi pendapatan, maka sulit untuk melihat kesejahteraan sosial tergantung

pada distribusi pendapatan jika kesejahteraan perorangan tidak ada. Oleh karena

itu kesejahteraan perorangan sedikit banyak tergantung pada distribusi pendapatan

masyarakat maupun pada tingkat konsumsi dan pendapatan mereka sendiri. Ini

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

20

berarti dibutuhkan redistribusi pendapatan melalui campur tangan

pemerintahuntuk menjamin bahwa masyarakat mencapai keseimbangan

redistribus, disebabkan karena sifat barang umum dari disribusi pendapatan.

Distribusi Pendapatan Sebagai Suatu Ekstrenalitas. Distribusi

pendapatan dapat disebut sebagai sumber eksternalitas dari pada sebagai barag

umum. Dalam arti bahwa kegunaan seseorang tidak saja tergantung pada tigkat

pendapatan mereka sendiri tetapi juga pada tingkat pendapatan dari berbagai

golongan pendapatan yang berbeda. Dalam hal ini tindakan kolektif redistribusi

melalui pemerintah, dapat menambah jumlah keseluruhan dari sumbangan atau

transfer, dan membuat masyarakat menegah kebawah lebih makmur tanpa

merugikan masyarakat menegah keatas. Misalkan bahwa tanpa campur tangan

pemerintahseseorang yang kaya akan suka rela menyumbangkan $1 untuk

dibagikan secara merata kepada orang miskin. Tetapi andaikan bahwa pemerintah

mengumpulkan $1 dari setiap orang kaya melalui perpajakan dan membagi secara

merata antar orang miskin.dengan demikian setiap orang kaya akan sadar jika ia

memberi $1, semua orang kaya harus memberikan $1, dengan demikian setiap

orang miskin menerima bagian yang lebih besar yang diberikan orang kaya

tersebut yang telah dikumpulkan akibat campur tangan pemerintah.

3. Transfer Pemerintah Provinsi

Transfer pemerintah provinsi terdiri pendapatan bagi hasil pajak dan

pendapatan bagi hasil lainnya. Pajak merupakan kas negara yang dibebankan

kepada rakyat berdasarkan undang-undang dan bersifat memaksa serta tidak

mendapatkan manfaat secara langsungdan digunakan untuk keperluan Daerah

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

21

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dimana kewenangan pemungutan ada

pada Pemerintah Provinsi.

Jenis Pajak Provinsi :

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, jenis Pajak Provinsi dibagi

menjadi :

1. Pajak Kendaraan Bermotor

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4. Pajak Air Permukaan

5. Pajak Rokok

. Dan pendapatan bagi hasil lainnya (bagi hasil Sumber Daya Alam. Bagi

hasil SDA umumnya bersifat fluktuatif dan berbeda-beda untuk masing-masing

daerah,untuk daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam tentu akan

memperoleh bagi hasil SDA yang besar seperti kalimantan Timur, Bontang, Riau,

Bengkalis, dan Sebagainya. Terkait dengan eksploitasi SDA ini pemerintah

daerah perlu memanfaatkan penerimaan dari bagi hasil SDA tersebut dengan

sebaik-baiknya terutama untuk SDA yang bersifat tidak terbarui. Ketika saat ini

memanen hasil SDA, pemerintah daerah harus sudah memikirkan antisipasi

dampak jangka panjangnya yakni setelah SDA tersebut habis sehingga tidak

menghasilkan pendapatan lagi dan bahkan meninggalkan dampak negatif seperti

kerusakan lingkungan dan permasalahan sosial.

Untuk SDA tambang pemerintah daerah perlu memiliki konsep dan program

konservasi alam untuk mengembalikan fungsi lahan. Hal ini bisa dilakukan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

22

dengan mengembalikan bekas lahan tambang tersebut menjadi lahan pertanian,

perkebunan atau hutan. Tetapi untuk mengembaikan fungsi lahan sehingga

mampu memberikan hasil yang optimal membutuhkan biaya dan waktu,

sementara pendapatan dari SDA yang biasanya diperoleh sudah tidak ada lagi.

Akibatnya keuangan negara terancam mengalami defisit (financial distress). Oleh

karena itu, perencanaan keuangan jangka panjang harus disiapkan sebab jika tidak

maka daerah yang tadinya kaya akan berubah menjadi miskin. Selai kembali ke

sektor pertanian, pemerintah daerah juga perlu memulai memperkuat sektor jasa

dan perdagangan. Kita bisa lihat bahwa singapura miskin dalam hal SDA tetapi

unggul dalam sektor jasadan perdagangan sehingga mampu menjadikan negara

tersebut dalam jajaran negara maju.

Pada saat pemerintah daerah memanen hasil SDA yang tinggi hendaknya

pada saat yang bersamaan pemerintah daerah banyak melakukan investasi, baik

investasi baik investasi infrastruktur maupun investasi sumberdaya manusia.

Semangat otonomi daerah untuk meningkatkan kemandirian tidak perlu dipahami

dengan melakukan eksploitasi SDA tanpa memikirkan generasi mendatang.

Konsep pembangunan berkesinambungan (sustainable development) dan

pembangunan berwawasan lingkungan harus dipegang. Dimasa mendatang isu

lingkungan akan semakin besar dan hal ini tentunya akan berdampak kepada

manajemen keuangan daerah.

Khusus untuk pajak rokok diterapkan paling lambat mulai 1 Januari 2014.

Pajak Air Bawah Tanah juga merupakan jenis Pajak Provinsi yang tetap berlaku

maksimal satu tahun sejak Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 diterbitkan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

23

Tarif Pajak Provinsi ditetapkan seragam di seluruh Indonesia dan diatur oleh

Peraturan Pemerintah dengan tujuan tidak terjadi pemanfaatan tarif pajak yang

lebih tinggi di daerah tertentu. Tarif Pajak Provinsi adalah sebagai berikut :

1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh

persen) dengan perincian :

a. tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi kepemilikan pertama ditetapkan

paling tinggi sebesar 2% (dua persen).

b. tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk kendaraan bermotor pribadi

kepemilikan kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif

paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

c. tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk kendaraan bermotor angkutan

umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial

dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, pemerintah daerah, dan

kendaraan lain yang ditetapkan dengan peraturan daerah ditetapkan paling

tinggi sebesar 2% (dua persen).

d. tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk kendaraan bermotor alat-alat berat

dan alat-alat besar ditetapkan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua

persen).

2. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) ditetapkan paling tinggi

20% (dua puluh persen) dengan perincian sebagai berikut :

a. Tarif BBNKB untuk penyerahan pertama ditetapkan paling tinggi sebesar

20% (dua puluh persen), dan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

24

b. Tarif BBNKB untuk penyerahan kedua dan seterusnya ditetapkan paling tinggi

sebesar 1% (satu persen).

3. Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi 10%

(sepuluh persen)

4. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen)

5. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar sebesar 10% (sepuluh persen)

Dalam tahun 1979 pemerintah-pemerintah provinsi menerima 40 persen

dari penerimaan-penerimaan negara dari transfer antar pemerintah, 35 persen dari

pajak-pajak, 25 persen dari penagihan-penagihan, penggunaan fasilitas umum,

dan lain sumber-sumber bukan pajak. Dalam tahun 1975, 78 persen dari

nerimaan-penerimaan pajak berasal dari pajak-pajak hak milik, 9 persen dari

pajak-pajak penjualan lokal, 4 persen dari pajak-pajak cukai lokal, 5 persen dari

pajak-pajak pendapatan lokal, dan 4 persen dari sumber-sumber pajak yang

bermacam-macam. Nilai ini berlaku bagi semua pemerintah-pemerintah provinsi.

Kota-kota, yang merupakan pemakai utama dari pajak-pajak penjualan lokal,

menerima 11 persen dari penerimaan-penerimaan mereka dari pajak-pajak ini,

padahal distrik-distrik sekolah tidak menerima apa-apa dari sumber ini

dikebanyakan negara bagian. Pendapatan pajak kota praja terbatas hanya pada 11

negara dan hanya dibeberapa negara bagian. Pajak-pajak penjualan lokal biasanya

umum di california, lllinois, new york, Texas, Oklahoma, dan Utah, dan menyebar

secara luasdalam beberapa negara-negara bagian lain. Secara umum satu-satunya

perubahan yang sangat beartidalam pembelanjaan lokal selama bertahun-tahun

adalah adanya pertumbuhan yang melambat dari pajak-pajak bukan hak milik

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

25

(penjualan dan pendapatan) dan semakin pentingnya dana transfer untuk provinsi.

Keadaan ini akan terus berlangsung dikarenakan keberatannya membayar pajak

hak milik (washington, D.C. : U.S 1979).

4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan dalam perekonomian yang

menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah

dan kemakmuran masyarakat meningkat.

A. Teori Harrod-Domar

Teori ini pada dasarnya melengkapi analisi Keynes mengenai penentuan

kegiatan ekonomi. Teori Horrod-Domar mengingatkan kita bahwa sebagai akibat

investasi yang dilakukan tersebut pada masa berikutnya kapasitas barang-barang

modal dalam perekonomian akan bertambah. Seterusnya dalam teori Horrod-

Domar dianalisis keadaan yang perlu wujud agar pada masa berikutnya barang-

barang modal yang tersedia tersebut akan sepenuhnya digunakan. Teori Horrod-

Domar menunjukkan bahwa agar seluruh barang modal yang tersedia digunakan

sepenuhnya, permintaan agregat haruslah bertambah sebanyak kenaikan kapasitas

barang-barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi di masa lalu.

B. Teori Pertumbuhan Keynes

pandangan keynes mengenai peranan permintaan agregat untuk

menentukan tingkat kegiatan dalam suatu perekonomian. Dalam analisis keynes

membagi permintaan agregat kepada dua jenis pengeluaran yaitu pengeluaran

konsumsi oleh rumah tangga dan penanaman modal oleh pengusaha. Dalam

analisis makro ekonomi saat ini pengeluaran agregat dalam perekonomian

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

26

meliputi pula pengeluaran pemerintah dan ekspor. Dengan demikian pengeluaran

agregat dapat dibedakan kepada empat komponen yaitu rumah tangga, investasi

perusahaan, pengeluaran pemerintah dan ekspor,

Konsumsi Rumah Tangga pengeluaran konsumsi yng dilakukan oleh

seluruh rumah tangga dalam perekonomian tergantung kepada pendapatan yang

diterima oleh mereka. Semakin besar pendapatan mereka semakin besar pula

pengeluaran konsumsi mereka.sifat penting lainnya dari konsumsi rumah tangga

adalah: hanya sebagian saja dari pendapatan yang mereka terima yang akan

digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Oleh keynes perbandingan diantara

pengeluaran konsumsi pada suatu tingkat pendapatan tertentu dengan pendapatan

itu sendiri dinamakan kecondongan mengkonsumsi.

Kecondongan mengkonsumsi yang rendah, menyebabkan jurang diantara

produksi nasional pada penggunaan tenaga kerja penuh dengan pengeluaran

agregat yang sebenarnya menjadi bertambah lebar. Jurang yang lebih lebar ini

menyulitkan sesuatu perekonomian untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh. Agar penggunaan tenaga kerja penuh dapat dicapai perlulah para

pengusaha menaikkan jumlah investasi yang dilakukannya, yaitu mereka harus

dapat menginvestasikan sebanyak perbedaan diantara produksi nasional pada

penggunaan tenaga kerja penuh dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada

penggunaan tenaga kerja penuh. Apabila investasi tidak bisa mencapai tingkat

tersebut pengangguran akan berlaku.

Investasi (Penanaman Modal) penanaman modal oleh para pengusaha

terutama ditentukan oleh dua faktor yaitu efisiensi marjinal modal dan suku

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

27

bunga. Efisiensi marjinal modal menggambarkan tingkat pengembangan modal

yang akan diperoleh dari kegiatan-kegiatan investasi yang dilakukan oleh

perekonomian. Apakah seorang pengusaha akan menanam modal atau

membatalkanya tergantung pada sifat hubungan diantar efisiensi modal marjinal (

atau tingkat pendapatan minimal dari penanaman modal yang dilakukan) dengan

suku bunga. Sekiranya suku bunga lebih tinggi dari efisiensi marjinal dari

investasi itu, maka pengusaha itu akan membatalkan rencananya untuk menanam

modal. Seseorang akan menanam modal apabila hasil dari investasinya lebih

tinggi dari suku bunga. Maka, dalam sesuatu perekonomian besarnya jumlah

investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha tergantung kepada nilai

penanaman modal yang tingkat pengembalian modalnya lebih besar dari suku

bunga. Maka dalam sesuatu perekonomian besarnya jumlah investasi yang akan

dilakukan oleh pengusaha tergantung kepada nilai penanaman modal yang tingkat

pengembalian modalnya lebih besar dari suku bunga.

Pengeluaran Pemerintah pemerintah bukan saja berfungsi untuk

mengatur kegiatan perekonomian tetapi juga dapat mempengaruhi tingkat

pengeluaran agregat dalam perekonomian. Di satu pihak kegiatan pemerintah

melalui pemungutan pajak akan mengurangi perbelanjaan agregat. Akan tetapi

pajak tersebut akan dibelanjakan lagi oleh pemerintah dan langkah tersebut akan

meningkatkan pengeluaran agregat. Kerapkali pemerintah membelanjakan dana

yang melebihi penerimaan pajak. Langkah seperti ini akan meningkatkan

keseluruhan pembelanjaan agregat.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

28

Ekspor Kepasar Dunia ahli ekonomi telah menunjukkan berbagai

kebaikan dari hbungan ekonomidengan luar negeri, terutama kegiatan

mengekspor dan mengimpor. Ahli ekonomi klasik telah lama menunjukkan bahwa

ekspor dapat memperluas pasar (contoh: sumbangan ekspor karet dan minyak

mentah kepada ekonomi Indonesia) dan memungkinkan negara yang mengekspor

memperoleh dana untuk mengimpor barang lain, termasuk barang modal yang

akan mengembangkan perekonomian tersebut lebih lanjut. Perkembangan

perdagangan dunia dalam dua tiga dekade belakangan ini menunjukkan pula

bahwa perkembangan ekspor yang pesat tealah dapat menciptakan percepatan

dalam pertumbuhan ekonomi di berbagai negar. Perkembangan ekspor yang pesat

tersebut menyebabkan pertambahan pesat dalam perbelanjaan agregat, yang pada

akhirnya akan menimbulkan pertumbuhan pendapatan nasional (dan pertumbuhan

ekonomi) yang pesat.

5. Hubungan Belanja Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Anasmen (2009) mengatakan bahwa dengan program peningkatan belanja

modal, mau tak mau menyentuh langsung peningkatan pembangunan beragam

infrastruktur, seperti sarana pertanian, transportasi, dan infrastruktur lain yang

langsung menopang produktivitas dan kesejahteraan rakyat. Itu berarti di masa

mendatang, semua belanja akan berorientasi ke daerah, karena membangun

bangsa adalah pembangunan daerah serta membentuk kapital atau modal yang

semakin besar di daerah. Trans-Sumatera, trans-Sulawesi, hingga trans-

Kalimantan harus diwujudkan. Untuk kepentingan rakyat, semua itu harus

dibesarkan anggarannya. Karena anggaran infrastruktur, sektor pertanian,

kesehatan dan transportasi akan dilipatgandakan, biaya operasional, perjalanan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

29

dinas, atau pun belanja modal yang tidak produktif harus diturunkan. Itu berarti

para birokrat tidak bisa lagi seenaknya bermain-main dengan belanja operasional

atau mencatut perjalanan dinas.

6. Hubungan Transfer Pemerintah Pusat dan Provinsi Dengan Pertumbuhan

Ekonomi

Menurut teori keynes Y=C+I+G+(X-M) disini pemerintah bukan saja

berfungsi untuk mengatur kegiatan perekonomian tetapi juga dapat mempengaruhi

tingkat pengeluaran agregat dalam perekonomian. Di satu pihak kegiatan

pemerintah melalui pemungutan pajak akan mengurangi perbelanjaan agregat.

Akan tetapi pajak tersebut akan dibelanjakan lagi oleh pemerintah dan langkah

tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat. Kerapkali pemerintah

membelanjakan dana yang melebihi penerimaan pajak. Langkah seperti ini akan

meningkatkan keseluruhan pembelanjaan agregat. Dana Transfer pemerintah

dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomo apabila dikelola dengan baik dan

benar untuk mendapatkan manfaatnya bagi pertumbuhan ekonomi.

7. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu serta menurut

Undang-undang no. 32 tahun 2004 yang menyatakan bahwa hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dan kerangka pemikirannya adalah sebagai

berikut:

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/35231/3/jiptummpp-gdl-nenywahyun-47121-3-babii.pdf · pengadaan/ pembelian / pembebasan penyelesaian, balik

30

8. Hipotesis

Dari tinjauan teori, dan penelitian terdahulu, maka dugaan sementara

(hipotesis) yang digunakan dalam penelitian dengan undang-undang no 32 tahun

2004 sebagai dasar adalah sebagai berikut:

a. Belanja Modal berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten / Kota di

Provinsi Jawa Timur.

b. Transfer Pemerintah Pusat berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Timur.

c. Transfer Pemerintah Provinsi berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Timur.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Belanja Modal (Tanah, Peralatan

dan Mesin, Gedung dan Bangunan ,

Jalan, irigasi dan jaringan

, Aset tetap lainnya, Konstruksi

Dalam Pengerjaan, Aset lainnya

Transfer Pemerintah Pusat -

Lainnya

(Dana otonomi Khusus dan

dana penyesuaian

Pertumbuhan

Ekonomi

Transfer Pemerintah Provinsi

(Pendapatan bagi hasil pajak

dan pendapatan bagi hasil

lainnya)