BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi Jasa Keuangan …repository.ump.ac.id/296/3/DIYAH FRD BAB...

41
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) 1. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) a. Koperasi Secara harfiah kata koperasi berasal dari kata cooperation (Latin) atau cooperation (Inggris) atau co-operatie (Belanda) dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja bersama, atau bekerja sama, atau kerjasama. (Edilius, 1992:1). Dalam kamus populer yang diterbitkan Tulus Jaya Surabaya koperasi diartikan sebagai badan perkumpulan yang bertujuan mengadakan kerjasama dalam hal mengatur kebutuhan bersama. Para anggotanya membentuk modal bersama melalui simpanan-simpanan wajib dan sukarela dengan modal mana didatangkan baranng-barang keperluan para anggota (bersama). Keuntungan yang diperoleh setiap tahun dibagikan kepada para anggota dan secara kemufakatan bersama sebagian dieruntukkan dana- dana guna menggerakkan koperasi lebih lanjut. (Kartasapoetra, 2001:2) Dr. G. Mladenata didalam bukunya “Histoire Desdactrines Cooperativemengemukakan bahwa koperasi terdiri atas produsen- produsen yang bergabung secara sukarela untuk mencapai tujuann bersama, dengan mengerjakan summber-sumber yang disumbanngkan Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi Jasa Keuangan …repository.ump.ac.id/296/3/DIYAH FRD BAB...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

1. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

a. Koperasi

Secara harfiah kata koperasi berasal dari kata cooperation

(Latin) atau cooperation (Inggris) atau co-operatie (Belanda) dalam

bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja bersama, atau bekerja

sama, atau kerjasama. (Edilius, 1992:1). Dalam kamus populer yang

diterbitkan Tulus Jaya Surabaya koperasi diartikan sebagai badan

perkumpulan yang bertujuan mengadakan kerjasama dalam hal

mengatur kebutuhan bersama. Para anggotanya membentuk modal

bersama melalui simpanan-simpanan wajib dan sukarela dengan modal

mana didatangkan baranng-barang keperluan para anggota (bersama).

Keuntungan yang diperoleh setiap tahun dibagikan kepada para

anggota dan secara kemufakatan bersama sebagian dieruntukkan dana-

dana guna menggerakkan koperasi lebih lanjut. (Kartasapoetra,

2001:2)

Dr. G. Mladenata didalam bukunya “Histoire Desdactrines

Cooperative” mengemukakan bahwa koperasi terdiri atas produsen-

produsen yang bergabung secara sukarela untuk mencapai tujuann

bersama, dengan mengerjakan summber-sumber yang disumbanngkan

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

8

oleh anggota. (Subandi, 2009:19). Dari berbagai penngertian di atas

dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang

beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan

kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dan bekerja sama secara

kekeluargaan, menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan

jasmaniah para anggotanya. (Widiyanti, 1988:1)

b. Jasa

Dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia, jasa berarti perbuatan

baik atau berguna, uang, jarum, bonus, hadiah, pensiun, bunga uang,

upah dan sebagainya. (Budiono, 2005:219)

c. Keuangan

Keuangan adalah sebuah lingkup yang mempelajari cara seseorang,

bisnis, dan organisasi mengatur, mengalokasikan, dan menggunakan

sumber daya keuangan dari waktu ke waktu dengan memperhatikan

resiko-resiko dalam proyek mereka. Definisi keuangan adalah

administrasi yang mengurusi keluar masuknya uang dalam suatu

lembaga. (bahaskeuangan.com/definisi-keuangan diakses pada tanggal

5 Juli 2014 pukul 11:13)

d. Syariah

Syariah dalam pengertian masa awal adalah agama Islamyakni

segala ketentuan Allah yang disyariatkan kepada hamba-hamba-Nya,

baik menyangkut aqidah, ibadah, akhlaq dan muamalah. Namun dalam

perkembangan selanjutnya kata syariah lebih ditujukan penggunaannya

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

9

untuk hukum islam yang bersifat praktis (‘amali). Syariah adalah titah

Allah yang berhubungan dengan perbuatan para mukallaf, baik berupa

tuntutan (untuk melaksanakan atau meninggalkan), pilihan, maupun

berupa wadh’i (syarat, sebab, halangan, sah, batal dan rukhsah).

(Jamaluddin, 2011:2)

Syariah juga dapat diartikan sebagai panduan bagi tindakan

manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan karena

itu menyucikan serta memberikan signifikasi religius kepada aktivitas

yang tampak biasa saja. (Iqbal, 2008:17)

Dalam peraturan menteri negara koperasi dan usaha mikro kecil dan

menengah Republik Indonesia Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007

menyebutkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) merupakan

lembaga koperasi yang melakukan kegiatan usaha pembiayaan, investasi,

dan simpanan berdasarkan pola syariah yang perlu dikelola secara

profesional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga

dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya kepada anggota dan masyarakat sekitarnya.

2. Visi Misi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

a. Visi

Visi Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) atau dalam hal ini termasuk

bagian dari Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), harus mengarah

pada upaya untuk mewujudkan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

10

(ibadah dalam arti yang luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil

pengabdi Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya. (Ridwan, 2004:127)

Titik tekan perumusan visi Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah

mewujudkan lembaga yang profesional dan dapat meningkatkan

kualitas ibadah. Ibadah harus dipahami dalam arti yang luas, yakni

tidak saja mencakup aspek ritual peribadatan seperti shalat misalnya,

tetapi lebih luas mencakup segala aspek kehidupan. Sehingga setiap

kegiatan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) harus berorientasi pada upaya

mewujudkan ekonomi yang adil dan makmur. (Ridwan, 2004:127)

Masing-masing Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dapat saja

merumuskan visinya sendiri. Karena visi sangat dipengaruhi oleh

lingkungan bisnisnya, latar belakang masyarakatnya, serta visi para

pendirinya. Namun demikian, prinsip perumusan visi harus sama dan

tetap dipegang teguh. Karena visi sifatnya jangka panjang, maka

perumusannya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pendirian

tidak dapat begitusaja mengabaikan aspek ini. (Ridwan, 2004:127)

b. Misi

Misi Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah membangun dan

mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat

madani yang adil berkemakmuran berkemajuan, serta makmur maju

berkeadilan berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT. (Ridwan,

2004:127)

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

11

Dari pengertian tersebut diatas, dapat dipahami bahwa misi Baitul

Maal Wa Tamwil (BMT) bukan semata-mata mencari keuntungan dan

penumpukan laba modal pada segolongan orang kaya saja, tetapi lebih

berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil, sesuai

dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Masyarakat ekonomi kelas

bawah mikro harus didorong untuk berpartisipasi dalam modal melalui

simpanan penyertaan modal, sehingga mereka dapat menikmati hasil-

hasil Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). (Ridwan, 2004:127)

Struktur masyarakat madani yang adil merupakan cerminan dari

struktur masyarakat yang dibbangun pada masa Nabi Muhammad

SAW di Madinah. Pada masa ini kehidupan umat (Islam dan non

Islam) dapat berjalan secara damai. Hubungan masyarakatnya berjalan

di bawah kendali Nabi. Kehidupan ekonominya dapat berkembang.

Zakat yang menjadi kewajiban ummmat Islam serta jizyah, yang

menjadi beban warga non muslim dapat berjalan dengan baik.

Pendisribusian keuangan negara dapat dilaksanakan secara merata dan

adil. (Ridwan, 2004:127)

3. Tujuan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan bagian dari Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS). Didirikannya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

bertujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian

tersebut dapat dipahami bahwa Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

12

berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan

masyarakat. Anggota harus diberdayakan (empowering) supaya dapat

mandiri. Dengan sendirinya, tidak dapat dibenarkan jika para anggota dan

masyarakat menjadi sangat tergantung pada Baitul Maal Wa Tamwil

(BMT). Dengan menjadi anggota Baitul Maal Wa Tamwil (BMT),

masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya.

(Ridwan, 2004:128)

Pemberian mdal pinjaman sedapat mungkin dapat memandirikan

ekonomi para peminjam. Oleh sebab itu sangat perlu dilakukan

pendampingan. Dalam pelemparan pembiayaan, Baitul Maal Wa Tamwil

(BMT) harus dapat menciptakan suasana keterbukaan, sehingga dapat

mendeteksi berbagai kemungkinan yang timbul dari pembiayaan. Untuk

mempermudah pendampingan, pendekatan pola kelompok menjadi sangat

penting. Anggota dikelompokkan berdasarkan usaha yang sejenis atau

kedekatan tempat tinggal, sehingga Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dapat

dengan mudah melakukan pendampingan. (Ridwan, 2004:128)

4. Sifat Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal Wa Tamwil

(BMT) bersifat usaha bisnis, mandiri ditumbuhkembangkan secara

swadaya dan dikelola secara profesional. Sifat usaha Baitul Maal Wa

Tamwil (BMT) yang berorientasi pada bisnis (bisnis oriented)

dimaksudkan supaya pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) menjadi

kunci sukses mengembangkan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Dari

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

13

sinilah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) akan mampu memberikan bagi

hasil yang kompetitif kepada para deposannya serta mampu meningkatkan

kesejahteraan para pengelolanya sejajar dengan lembaga lain. (Ridwan,

2004:129)

Sedangkan aspek sosial Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) berorientasi

pada peningkatan kehidupan anggota yang tidak mungkin dijangkau

dengan prinsip bisnis. Pada tahap awal, kelompok anggota ini

diberdayakan dengan stimulan dana zakat, infaq dan sedekah, kemudian

setelah dinilai mampu harus dikembangkan usahanya dengan dana

bisnis/komersial. Dana zakat hanya bersifat sementara. Dengan pola ini,

penerima manfaat dana zakat akan terus bertambah. (Ridwan, 2004:129)

5. Asas dan Landasan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal Wa Tamwil

(BMT) berasaskan pancasila dan UUD 1945 serta berlandaskan prinsip

syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan,/koperasi,

kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. (Ridwan, 2004:130)

Dengan demikian keberadaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

atau Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) menjadi organisasi yang syah dan

legal. Sebagai lembaga keuangan syariah, Koperasi Jasa Keuangan Syariah

(KJKS) atau Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) harus berpegang teguh pada

prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk

mau tumbuh dn berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya

harapan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat juga keterpaduan

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

14

antara sisi sosial dan bisnis. Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya

untuk mencapai kesusksesan tersebut diraih secara bersama. Kemandirian

berarti Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal Wa

Tamwil (BMT) tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada uluran

tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi

anggota dan masyarakat, untuk itulah pola penngelolaannya harus

profesional. (Ridwan, 2004:130)

6. Prinsip-Prinsip Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

Prinsip-prinsip pelaksanaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

atau Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) sesuai dengan Undang-Undang

Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 adalah sebagai berikut:

1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal Wa Tamwil

(BMT) merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau

badan hukum koperasi yang menjadikan sistem syariah sebagai

landasan operasional.

2) Tujuan pengembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah untuk :

a) Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di

kalangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui

sistem syariah.

b) Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usha

mikro, kecil dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia

pada umumnya.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

15

c) Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam

kegiatan koperasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).

3) Koperasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal

Wa Tamwil (BMT) berfungsi untuk membangun dan mengembangkan

potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan masyarakat, dan

berperan secara aktif mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan

masyarakat.

4) Keanggotaan koperasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) bersifat sukarela dan terbuka dan

dikelola secara demokratis dan Islami.

5) Substansi anggatan dasar koperasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah

(KJKS) atau Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) minimal memuat daftar

nama pendiri, nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan,

ketentuann mengenai keanggotaan, rapat dan anggota, penngelolaan

dan permodalan, jangka waktu berdiri, pembaggian sisa hasil usaha

(SHU) dan sanksi.

6) Ketentuan tentang keanggotaan dapat berupa anggota biasa, angggota

luar biasa dan calon anggota. Kesemuanya dinyatakan dalam daftar

buku anggota biasa, anggota luar biasa dan calon anggota. Ketenttuan

hak dan kewajiban masing-masing dinyatakan dalam anggaran dasar

dan anggaran rumah tangga.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

16

7) Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal Wa Tamwil

(BMT) wajib menyelenggarakan rapat anggota tahunan (RAT)

minimal satu kali dalam satu tahun. RAT merupakan kekuasaan

tertinggi yang penjelasan rincinya juga diatur dalam anggaran dasar

dan anggaran rumah tangga. RAT menetapkan:

a) Anggaran dasar

b) Kebijakan umum manajemen organisasi, keuangan dan usaha

c) Memilih, mengangkat, memmberhentikan pengurus, pengawas dan

anggota.

d) Menetapkan rencana kerja , anggaran pendapatan dan belanja, serta

mengesahkan laporan keuangan.

e) Mengesahkann laopran pertanggungjawaban pengurus dan

pengawas dalam pelaksanaan tugas.

f) Pembagian sisa hasil usaha, penggabungan, peleburan dan

pembubaran. Penggambilan keputusan dalam RAT didasarkan

pada musyawarah mufakat.

8) Masa jabatan pengurus Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) paling lama 5 tahun dan dapat dipilih

kembali. Sedangkan pengurus bertugas untuk:

a) Mengelola organisasi, usaha, serta aset dan administrasi.

b) Mengajukan rencana kerja, anggaran belanja dan pendapatan.

c) Menyelenggarakan RAT.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

17

d) Menyampaikan laporan keuangan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas.

e) Menyelenggarakan administrasi dan pembukuan keuangan dan

inventaris secara tertib.

f) Memelihara daftar buku anggota dan inventaris.

9) Pengawas koperasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) harus dipilih dari dan oleh anggota

koperasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal

Wa Tamwil (BMT) dalam rapat anggota. Pengawas bertanggungjawab

kepada rapat anggota. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat

sebagai anggota pengawas ditetapkan dalam anggaran dasar. Pengawas

bertugas:

a) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan

pengelolaan koperasi.

b) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.

Pengawas berwenang:

a) Meneliti catatan yang ada pada koperasi.

b) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. Pengawas harus

merahasiakan hasil pngawasannya terhadap pihak ketiga.

10) Modal koperasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul

Maal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari modal sendiri dan modal

pinjaman. Modal sendiri dapat berasa dari:

a) Simpanan pokok.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

18

b) Simpanan wajib.

c) Dana cadangan.

d) Hibah.

Modal pinjaman berasal dari:

a) Anggota.

b) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya.

c) Bank dan lembaga keuangan lainnya.

d) Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya.

e) Sumber lain yang sah.

Selain modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dapat

pula melakukan penumpukan modal yang berasal dari modal

penyertaan yang ketentuan mengenai penumpukan modal yang berasal

dari modal penyertaan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

B. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pemberdayaan berasal dari kata daya

yang berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan untuk

bertindak. Sementara pemberdayaan adalah proses, cara, perbuatan untuk

memberdayakan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah,

Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim

dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

19

sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan

mandiri.

Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

adalah sebagai berikut:

a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk berkarya dengan

prakarsa sendiri.

b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel dan

berkeadilan.

c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi

pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM).

d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) dan

e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

secara terpadu. (Tambunan, 2012: 17)

Sedangkan tujuan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan.

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi usaha yang tangguh dan

mandiri

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

20

c. Meningkatkan peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,

pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan

rakyat dari kemiskinan. (Tambunan, 2012:17)

C. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha atau bisnis adalah pertukaran barang jasa atau uang yang saling

menguntungkan atau memberikan manfaat (Skinner, 1992 dalam Anoraga,

2002:178). Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah unit usaha produktif

yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

di semua sektor ekonomi. (Tambunan, 2012:11). Dalam penelitian mengenai

pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui

pembiayaan dengan prinsip bagi hasil oleh Lembaga Keuangan Syariah

dikatakan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bukan hanya

yang bergerak di bidang industri yang membutuhkan bantuan modal, namun

dengan besarnya jumlah penduduk maka yang berpotensi untuk diberdayakan

juga adalah para pedagang kaki lima, misalnya saja penjual makanan,

minuman, kebutuhan pokok, dan lain sebagainya.

D. Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Syariah

1. Pembiayaan

Berdasarkan UU No 7 tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan

adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan

dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

21

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga,

imbalan atau pembagian hasil. Sebagai upaya untuk memperoleh

pendapatan yang semaksimal mungkin, aktivitas pembiayaan BMT juga

menganut asaz syariah yakni dapat berupa bagi hasil, keuntungan maupun

jasa manajemen. (Ridwan, 2004:163).

Berbagai produk pembiayaan yang ada pada perbankan islam menurut

Al Harran (1996) dalam Ascarya (2007, 122) pada dasarnya dibagi tiga

yaitu:

a. Return bearing financing, yaitu bentuk pembiayaan yang secara

komersial bersifat menguntungkan, yaitu ketika pemilik modal mau

memberikan keuntungan.

b. Return free finanncing, yaitu bentuk pembiayaan yang ditujukan

tidak hanya untuk mencari keuntungan, akan tetapi lebih ditujukan

kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

c. Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan

kepada orang yang miskin dan membutuhkannya, sehingga dalam

pembiayaan model ini sama sekali tidak ada pokok pembiayaan dan

juga keuntungan yang diambil. (Huda, 2010:40)

2. Layanan Penyaluran Dana

Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS)

layanan penyaluran dana terdiri dari beberapa jenis, yaitu syirkah

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

22

(kerjasama berbagi hasil), buyu’ (jual beli), ijarah (sewa) maupun qardh

(pinjaman). Transaksi penyaluran dana berdasarkan akad bagi hasil

dilakukan dengan 2 jenis transaksi, yakni Mudharabah dan Musyarakah.

Transaksi penyaluran dana berdasarkan akad jual beli di antaranya adalah

Murabahah, Salam dan Istishna. Transaksi penyaluran dana berdasarkan

akad sewa di antaranya adalah Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bittamlik.

Sementara transaksi berdasarkan akad pinjaman dilakukan dengan akad

Qardh.

Macam-macam pembiayaan:

a. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, artinya memukul atau

berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah

proses seseorang memukulkan kakinya dengan menjalankan usaha.

(Rivai dan Viethzal, 2008:123).

Secara istilah Mudharabah adalah akad kerjasama

usaha/perniagaan antara pihak pemilik dana (shahibul maal) sebagai

pihak yang menyediakan modal dana sebesar 100% dengan pihak

pengelola modal (mudharib), untuk diusahakan dengan porsi

keuntungan akan dibagi bersama (nisbah) sesuai dengan kesepakatan

di muka dari kedua belah pihak. Sedangkan kerugian (jika ada) akan

ditanggung pemilik modal, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian

atau kesalahan oleh pihak pengelola dana (mudharib), seperti

penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

23

1) Rukun Mudharabah:

a) Pihak yang berakad:

(1) Pemilik Modal (Shahibul Maal)

(2) Pengelola Modal (Mudharib)

b) Obyek yang diakadkan:

(1) Modal

(2) Kegiatan Usaha/Kerja

(3) Keuntungan

c) Sighat/Akad:

(1) Serah

(2) Terima

2) Syarat Mudharabah:

a) Pihak yang berakad, kedua belah pihak harus mempunyai

kemampuan dan kemauan untuk bekerjasama mudharabah.

b) Obyek yang diakadkan:

(1) Harus dinyatakan dalam jumlah/nominal yang jelas.

(2) Jenis pekerjaan yang dibiayai, dan jangka waktu kerjasama

pengelolaan dananya.

(3) Nisbah (porsi) pembagian keuntungan telah disepakati

bersama, dan ditentukan tata cara pembayarannya

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

24

3) Sighat/Akad:

a) Pihak-pihak yang berakad harus jelas dan disebutkan.

b) Materi akad yang berkaitan dengan modal, kegiatan usaha/kerja

dan nisbah telah disepakati bersama saat perjanjian (akad).

c) Risiko usaha yang timbul dari proses kerjasama ini harus

diperjelas pada saat ijab qabul, yakni bila terjadi kerugian

usaha maka akan ditanggung oleh pemilik modal dan pengelola

tidak mendapatkan keuntungan dari usaha yang telah

dilakukan.

d) Untuk memperkecil risiko terjadinya kerugian usaha pemilik

modal dapat menyertakan persyaratan kepada pengelola dalam

menjalankan usahanya dan harus disepakati secara bersama.

4) Akad kerjasama Mudharabah dibedakan dalam 2 jenis:

a) Mudharabah Muthlaqah, akad ini adalah perjanjian

mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu

(investasi tidak terikat), misalnya dalam ijab si pemilik modal

tidak mensyaratkan kegiatan usaha apa yang harus dilakukan

dan ketentuan-ketentuan lainnya, yang pada intinya

memberikan kebebasan kepada pengelola dana untuk

melakukan pengelolaan investasinya.

b) Mudharabah Muqayyadah, akad ini mencantumkan

persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi dan

dijalankan oleh si pengelola dana yang berkaitan dengan

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

25

tempat usaha, tata cara usaha, dan obyek investasinya (investasi

yang terikat). Sebagai contoh pengelola dana dipersyaratkan

dalamkerjasama untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

(1) Tidak mencampurkan dana mudharabah yang diterima

dengan dana lainnya.

(2) Tidak melakukan investasi pada kegiatan usaha yang

bersifat sistem jual beli cicilan, tanpa adanya penjamin dan

atau tanpa jaminan.

(3) Si pengelola dana harus melakukan sendiri kegiatan

usahanya dan tidak diwakilkan kepada pihak ketiga.

5) Tata Cara Penyelenggaraan Produk Mudharabah:

Pihak pengelola sebagai pemilik proyek dapat mengajukan

permohonan pembiayaan kepada KJKS atau UJKS Koperasi.

Kebutuhan dana tersebut dapat digunakan untuk pembiayaan yang

bersifat modal kerja dan atau investasi. (Standar Operasional

Prosedur Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan

Syariah, 2007:83-84).

b. Pembiayaan Musyarakah

Musyarakah berasal dari kata syirkah yang berarti bersekutu,

berserikat. (Yunus, 2007:196). Idris Ahmad menyebutkan syirkah

sama dengan syarikat dagang, yakni dua orang atau lebih sama-sama

berjanji akan bekerja sama dalam dagang, dengan menyerahkan modal

masing-masing, dimana keuntungan dan kerugian diperhitungkan

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

26

menurut besar kecilnya modal masing-masing. (Suhendi, 2013: 126-

127). Syirkah adalah keikutsertaan dua orang atau lebih dalam suatu

usaha tertentu dengan sejumlah modal yang telah ditetapkan

berdasarkan perjanjian untuk bersama-sama menjalankan suatu usaha

dan pembagian keuntungan dan kerugian dalam bagian yang

ditentukan. (Siddiqi, 2001: 8).

Secara teknis, akad syirkah/musyarakah (sebagaimana yang

dijelaskan oleh para ulama) adalah akad kerjasama antara dua pihak

atau lebih untuk menjalankan usaha tertentu dimana masing-masing

pihak memberikan kontribusinya (baik berupa dana atau keahlian)

dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung

bersama sesuai dengan kesepakatan. (Munir, 2007: 167-168).

Pembiayaan Musyarakah (syirkah), adalah suatu bentuk akad

kerjasama perniagaan antara beberapa pemilik modal untuk

menyertakan modalnya dalam suatu usaha, di mana masing-masing

pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen

usaha tersebut. Keuntungan dibagi menurut proporsi penyertaan modal

atau berdasarkan kesepakatan bersama. Musyarakah dapat diartikan

pula sebagai pencampuran dana untuk tujuan pembagian keuntungan.

1) Rukun Musyarakah:

(a) Pihak yang berakad (para mitra)

(b) Obyek yang diakadkan:

(1) Modal

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

27

(2) Kegiatan Usaha/Kerja

(3) Keuntungan

(c) Sighat:

(1) Serah

(2) Terima

2) Syarat Musyarakah

(a) Pihak yang berakad:

(1) Para pihak yang melakukan akad musyarakah harus dalam

kondisi cakap hukum.

(2) Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan

perwakilan.

(b) Obyek yang diakadkan:

(1) Modal diberikan dalam bentuk uang tunai, emas, perak atau

yang nilainya sama.

(2) Modal dapat pula berupa aset perdagangan, yakni barang-

barang, property, perlengkapan dan sebagainya termasuk

pula asset tidak berwujud, hak paten dan lisensi.

(3) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah adalah

sebuah hukum dasar, dan tidak diperkenankan bagi salah

satu dari mereka untuk mencantumkan ketidakikutsertaan

mitra lainnya, namun demikian terhadap kesamaan kerja

bukanlah syarat utama. Dibolehkan seorang mitra

melaksanakan porsi pekerjaan yang lebih besar dan banyak

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

28

dibandingkan dengan mitra lainnya, sehingga dalam hal ini

mitra tersebut dapat mensyaratkan bagian keuntungan

tambahan bagi dirinya.

(c) Sighat:

(1) Berbentuk pengucapan yang menunjukkan tujuan.

(2) Akad dianggap sah jika diucapkan secara verbal, atau

dilakukan secara tertulis dan disaksikan. (Standar

Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan

Unit Jasa Keuangan Syariah, 2007:84-85).

3) Macam-macam musyarakah

Secara garis besar, musyarakah dikategorikan menjadi dua

jenis, yakni musyarakah kepemilikan (syirkah al amlak) dan

musyarakah akad (syirkah al ‘aqd). Musyarakah kepemilikan

tercipta karena adanya warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang

mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi

dalam sebuah aset nyata, dan berbagi pula dari keuntungan yanng

dihasilkan aset tersebut.

Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan, dimana

dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka

memberikan kontribusi modal musyarakah, merekapun sepakat

berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi

menjadi : syirkah al inan, al mufawadhah, al a’maal, dan syirkah

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

29

al wujuh. (Zuhaili, 1989, jilid IV, hal. 796 dalam Djuwaini, 2008:

211).

(a) Syirkah Al Inan

Syirkah Al Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih,

setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan modal

dan berpartisipasi dalam kerja. Semua pihak berbagi

keuntungan dan kerugian sebagaimana disepakati diantara

mereka, namun porsi masing-masing pihak (baik dalam

kontribusi modal, kerja ataupun bagi hasil) tidaklah harus sama

dan identik, tapi sesuai dengan kesepakatan mereka. (Zuhaili,

jilid IV, hal. 797 dalam Djuwaini, 2008: 211).

(b) Syirkah al Mufawadhah

Syirkah al Mufawadhah adalah kontrak kerjasama antara

dua orang atau lebih, setiap pihak memberikan suatu porsi dari

keseluruhan dan dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak

membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan

demikian syarat utama dari jenis musyarakah ini adalah

kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab dan

beban hutang dibagi oleh masing-masing pihak secara sama.

Madzhab Hanafi dan Maliki membolehkan jenis musyarakah

ini, tetapi dengan memberikan banyak batasan terhadapnya.

(Zuhaili, 1989, jilid IV, hal. 798 dalam Djuwaini, 2008: 212).

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

30

(c) Syirkah al a’maal

Syirkah al a’maal adalah kontrak kerjasama dua orang

seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan

berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. (Zuhaili, 1989, jilid IV,

hal. 803 dalam Djuwaini, 2008: 212).

(d) Syirkah al wujuh

Syirkah al wujuh adalah kontrak kerjasama antara dua

orang atau lebih yanng memiliki reputasi dan prestise yanng

baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara

kredit dari suatu perusahaan tanpa adanya uang cash, dan

kemudian menjual barang tersebut secara tunai. Mereka

berbagi dalam keuntungan dan kerugian. Jenis musyarakah ini

tidak memerlukan modal, karena pembellian barang dilakukan

secara kredit dan berdasarkan jaminan orang yang bersekutu.

(Zuhaili, 1989, jilid IV, hal. 801 dalam Djuwaini, 2008: 213).

4) Tata Cara Penyelenggaraan Produk Musyarakah.

Dari jenis atau variasi produk musyarakah, syirkah Al Inan

yang paling tepat untuk diimplementasikan ke dalam produk

pembiayaan KJKS atau UJKS Koperasi. Syirkah Al-Inan ini

biasanya diperuntukkan untuk pembiayaan proyek di mana mitra

dan KJKS atau UJKS Koperasi sama-sama menyediakan modal

untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek selesai mitra

mengembalikan dana tersebut berikut bagi hasil yang telah

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

31

disepakati bersama. (Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa

Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah, 2007: 85).

c. Piutang Murabahah

Murabahah adalah menjual dengan modal asli bersama tambahan

keuntungan yang jelas. Murabahah merupakan salah satu produk

penyaluran dana yang cukup digemari oleh Koperasi Jasa Keuangan

Syariah (KJKS) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) karena

karakteristiknya yang profitable, mudah dalam penerapan dan dengan

resiko yang ringan untuk diperhitungkan. (Sumiyanto, 2008: 154-155).

Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS)

murabahah adalah jual beli barang pada harga asal (harga perolehan)

dengan tambahan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh kedua

belah pihak (Penjual dan Pembeli). Karakteristiknya adalah penjual

harus memberitahu berapa harga produk yang dibeli dan menentukan

suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Cara pembayaran dan

jangka waktu disepakati bersama, dapat secara lumpsum ataupun

secara angsuran. Murabahah dengan pembayaran secara angsuran ini

disebut dengan Bai’ Bitsaman Ajil.

1) Rukun Murabahah

(a) Pihak yang berakad:

(1) Penjual

(2) Pembeli

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

32

(b) Obyek yang diakadkan:

(1) Barang yang diperjualbelikan

(2) Harga

(c) Sighat/Akad:

(1) Serah (Ijab)

(2) Terima (qabul)

2) Syarat Murabahah:

(a) Pihak yang berakad:

(1) Sebagai keabsahan suatu perjanjian (akad) para pihak

harus cakap hukum.

(2) Sukarela dan tidak di bawah tekanan (terpaksa/dipaksa)

(b) Obyek yang diperjualbelikan:

(1) Barang yang diperjualbelikan tidak termasuk barang yang

dilarang (haram), dan bermanfaat serta tidak

menyembunyikan adanya cacat barang.

(2) Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad.

(3) Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan

yang diterima pembeli.

(4) Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan

(c) Sighat:

(1) Harus jelas secara spesifik (siapa) para pihak yang

berakad.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

33

(2) Antara ijab qabul harus selaras dan transparan baik dalam

spesifikasi barang (penjelasan fisik barang) maupun harga

yang disepakati (memberitahu biaya modal kepada

pembeli).

(3) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan

keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang.

3. Tata Cara Penyelenggaraan Produk Murabahah

Dari pengertian di atas, maka KJKS dan UJKS Koperasi

dapat mengimplementasikan pada produk penyaluran dana, yakni

untuk penjualan barang-barang investasi dengan kontrak jangka

pendek dengan sekali akad. Model ini paling banyak dipergunakan

dalam KJKS dan UJKS Koperasi oleh karena setting

administrasinya yang sederhana. (Di dalam lembaga keuangan

konvensional layanan ini dikenal dengan istilah kredit investasi).

Di dalam praktek kita jumpai KJKS dan UJKS Koperasi

menggunakan sistem murabahah ini untuk kebutuhan modal kerja.

Sehingga konsekuensinya diketemukan beberapa akad murabahah

yang diperpanjang bahkan sampai menjadi

berkepanjangan/berkelanjutan (evergreen) karena sifat dari modal

kerja sendiri yang merupakan kebutuhan rutin dalam kegiatan

usaha. (Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan

Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah, 2007: 86-87).

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

34

d. Piutang Salam

Salam (salaf) adalah akad pembelian (jual-beli) yang dilakukan

dengan cara, pembeli melakukan pemesanan pembelian terlebih dahulu

atas barang yang dipesan/diinginkan dan melakukan pembayaran di

muka atas barang tersebut, baik dengan cara pembayaran sekaligus

ataupun dengan cara mencicil, yang keduanya harus diselesaikan

pembayarannya (dilunasi) sebelum barang yang dipesan/diinginkan

diterima kemudian. (Penghantaran barang/delivery dilakukan dengan

cara ditangguhkan).

1) Rukun Salam:

(a) Pihak yang berakad:

(1) Pembeli/Pemesan

(2) Penjual

(b) Obyek yang diakadkan:

(1) Barang yang diperjualbelikan

(2) Harga/modal salam

(c) Sighat/Akad:

(1) Serah

(2) Terima

2) Syarat Salam

(a) Pihak yang berakad:

(1) Harus cakap hokum.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

35

(2) Sukarela (ridha) dan tidak dalam keadaan

dipaksa/terpaksa/berada di bawah tekanan.

(b) Obyek yang diakadkan:

(1) Barang yang diperjualbelikan:

Tidak termasuk barang yang diharamkan (dilarang).

Spesifikasi barang harus dapat diidentifikasi, jenis,

type, kualitas, warna dan sifat lainnya.

Ukuran barang dapat diidentifikasi sesuai dengan alat

ukurnya timbangan, takaran, berat, panjang dan lainnya.

Harus berupa barang berwujud agar dapat diakui

sebagai hutang. Boleh menentukan tanggal dan tempat

pengiriman.

(2) Harga/modal salam:

Jumlah harga (modal) yang disepakati harus jelas.

Kesepakatan mengenai pembayaran modal harus

diserahkan pada saat akad dengan cara tunai.

(c) Pembayaran salam:

Pembayaran oleh pembeli tidak diperbolehkan dengan cara

hutang, karena akan menimbulkan akad jual beli hutang

dengan hutang, atau

Pembayaran tidak diperbolehkan dengan cara kompensasi

berupa pembebasan hutang si penjual kepada pembeli,

karena bisa menimbulkan praktek riba.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

36

(d) Sighat/Akad:

Harus jelas dan disebutkan dengan siapa berakad.

Proses ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dalam

spesifikasi barang maupun harga yang telah disepakati.

Akad tidak mengandung hal-hal yang bersifat

menggantungkan keabsahan transaksi pada

peristiwa/kejadian yang akan datang.

3) Tata Cara Penyelenggaraan Produk Salam

Dipergunakan untuk membiayai produk (terutama)

pertanian dengan jangka waktu pendek (kurang atau sama dengan 6

bulan), namun di dalam praktek terhadap barang-barang yang

mempunyai spesifikasi jelas (kuantitas dan kualitas) dapat juga

dibiayai dengan produk salam ini, seperti produk garment

(pembuatan pakaian jadi)

4) Salam Paralel

(1) Salam paralel berarti melaksanakan dua transaksi salam yang

berbeda kepada para pihak yang bertransaksi. (Standar

Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan

Unit Jasa Keuangan Syariah, 2007: 87-88).

e. Piutang Istishna’

Istishna adalah akad bersama pembuat (produsen) untuk suatu

pekerjaan tertentu dalam tanggungan, atau akad jual beli suatu barang

yang akan dibuat terlebih dahulu oleh pembuat (produsen) yang juga

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

37

sekaligus menyediakan kebutuhan bahan baku barangnya. Jika bahan

baku disediakan oleh pemesan, akad ini menjadi akad Ujrah (Upah).

1) Rukun Istishna

a) Para Pihak yang Berakad:

(1) Pembuat atau Penjual atau Produsen

(2) Pemesan atau Pembeli.

b) Obyek yang diakadkan:

(1) Barang/Proyek yang dipesan dengan kriteria yang jelas.

(2) Kesepakatan atas Harga Jual

c) Sighat:

(1) Serah

(2) Terima

2) Syarat Istishna:

a) Para pihak yang melakukan akad istihna harus dalam kondisi

cakap hokum.

b) Obyek yang dipesan jelas spesifikasinya, yakni penjelasan

jenis, macam, ukuran, dan sifat barang, serta barang tersebut

merupakan barang yang biasa berlaku pada hubungan antar

manusia.

c) Pembuat (Produsen) mampu memenuhi persyaratan pesanan.

d) Harga jual ditetapkan sebesar harga pemesanan ditambah

keuntungan.

e) Harga jual tetap selama jangka waktu pemesanan.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

38

f) Jangka waktu pembuatan disepakati bersama.

3) Tata Cara Penyelenggaraan Produk Istishna:

Produk Istishna dapat diimplementasikan untuk transaksi

jual-beli yang prosesnya dilakukan dengan cara pemesanan barang

terlebih dahulu (pembeli menugasi penjual untuk membuat barang

sesuai spesifikasi tertentu, seperti pada proyek konstruksi) dan

pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan, atau ditangguhkan

sampai jangka waktu tertentu.

4) Istishna Paralel:

(1) Jika KJKS atau UJKS Koperasi bertindak sebagai penjual

kemudian memesan kepada pihak lain (sub-kontraktor) untuk

menyediakan barang pesanan dengan cara istishna, maka hal ini

disebut dengan Istishna paralel. (Standar Operasional Prosedur

Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan

Syariah, 2007: 88-89).

f. Ijarah

Ijarah adalah pemilikan hak atas manfaat dari penggunaan sebuah

asset sebagai ganti pembayaran. Pengertian Sewa (Ijarah) adalah sewa

atas manfaat dari sebuah asset, sedangkan sewa-beli (Ijarah wan

Iqtina) atau disebut juga Ijarah Muntahiya bi tamlik adalah sewa yang

diakhiri dengan pemindahan kepemilikan.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

39

1) Rukun Ijarah

a) Pihak yang berakad:

(1) Penyewa

(2) Pemilik barang yang disewa

b) Obyek yang diakadkan:

(1) Obyek yang disewakan.

(2) Harga sewa yang disepakati ke-2 belah pihak.

c) Sighat:

(1) Serah

(2) Terima

2) Syarat Ijarah:

a) Para pihak yang berakad

(1) Para pihak yang berakad harus dalam kondisi cakap

hokum.

(2) Sukarela (ridha) dan tidak dalam keadaan

dipaksa/terpaksa/berada di bawah tekanan.

(3) Kesepakatan kedua belah pihak untuk melakukan

penyewaan.

b) Obyek yang disewakan

(1) Obyek ijarah adalah manfaat (penggunaan) asset dan sewa.

(2) Barang yang disewa bukan barang haram.

(3) Harga sewa harus terukur

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

40

c) Sighat:

(1) Serah, dan terima yang merupakan niat dari kedua belah

pihak.

(2) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan

keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang atau

pada sebuah syarat.

3) Tata Cara Penyelenggaraan Produk Ijarah:

Di dalam transaksi Ijarah yang menjadi obyek adalah

penggunaan manfaat atas sebuah asset, dan salah satu rukun ijarah

adalah harga sewa. Dengan demikian Ijarah sesungguhnya bukan

kelompok dari jual beli. Di dalam implementasi produk ijarah,

KJKS dan UJKS Koperasi banyak menerapkan produk Ijara

Muntahiya Bit Tamlik / Wa Iqtina dan mengelompokkan produk ini

ke dalam akad jual-beli, karena memberikan pilihan kepada

penyewa untuk membeli asset yang disewa pada akhir masa sewa.

Hal ini disebabkan untuk proses kemudahan di sisi operasional

KJKS dan UJKS Koperasi dalam hal pemeliharaan asset pada masa

atau sesudah sewa. (Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa

Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah, 2007: 89-90).

g. Qardh

Pinjaman Kebajikan (Qardh) adalah jenis pembiayaan melalui

peminjaman harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan.

Dalam literatur Fiqh, Qardh dikategorikan sebagai aqd tathawwu yaitu

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

41

akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Dalam rangka

mewujudkan tanggung-jawab sosial, KJKS dan UJKS Koperasi dapat

memberikan fasilitas yang disebut Al-Qardhul Hasan, yaitu

penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang layak untuk

mendapatkannya. Secara syariah peminjam hanya berkewajiban

membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun syariah

membolehkan peminjam untuk memberikan imbalan sesuai

kerelaannya, tetapi KJKS dan UJKS Koperasi pemberi Qardh tidak

diperkenankan untuk meminta imbalan apapun.

1) Rukun Qardh:

a) Ada peminjam

b) Ada pemberi pinjaman

c) Ada dana

d) Ada serah terima

2) Syarat Qardh:

a) Dana yang digunakan bermanfaat.

b) Adanya kesepakatan kedua belah pihak.

3) Tata Cara Penyelenggaraan Produk Pinjaman Qardh dan Al

Qardhul Hasan:

a) Pinjaman Qardh, sebagai produk pelengkap untuk memenuhi

kebutuhan dana mendesak, dan atau untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan lain yang tidak bersifat komersial.

Pinjaman Qardh diberikan dengan jangka waktu yang sangat

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

42

pendek. Sumber dana Pinjaman Qardh ini diperoleh dari modal

KJKS atau UJKS Koperasi sendiri. Penyajian Pinjaman Qardh

dilakukan dalam Aktiva Lain-lain.

b) Al-Qardhul Hasan, untuk memenuhi kebutuhan bersifat sosial.

Sumber dana diperoleh dari dana ekstern dan bukan berasal

dari dana KJKS atau UJKS Koperasi sendiri. Dana Al-Qardhul

Hasan diperoleh dari dana kebajikan seperti Zakat, Infaq dan

Shadaqah. Pinjaman Al-Qardhul hasan tidak dibukukan dalam

Neraca KJKS dan UJKS Koperasi, tetapi dilaporkan dalam

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Al Qardhul Hasan.

(Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan

Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah, 2007: 90-91).

h. Rahn

Menurut etimologi ar rahn berarti atsubuutu wa Dawamu artinya

tetap dan kekal, atau al habsu wa luzumu artinya pengekangan dan

keharusan dan juga bisa berarti jaminan. Jadi ar rahn adalah

menjadikan barang berharga sebagi jaminan utang. Dengan begitu

jaminan tersebut berkaitan erat dengan utang piutang dan timbul dari

padanya. (Ghazaly dkk, 2010: 265)

Berikut yang termasuk rukun Ar Rahn:

1) Pihak yang menggadaikan (rahin)

2) Pihak yang menerima gadai (murtahin)

3) Objek yang digadaikan (marhun)

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

43

4) Hutang (marhun bih)

5) Ijab qabul (sighat). (Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa

Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah, 2007: 91).

E. Penelitian Terdahulu

1. Analisis Pembiayaan Musyarakah di BMT Tumang Cabang Cepogo oleh

Laela Mukaromah. Hasil penelitian:

a. Prosedur pembiayaan musyarakah di BMT TUMANG Cabang Cepogo

Dalam analisis yang dilakukan penulis terhadap prosedur

pembiayaan musyarakah terdapat hal-hal yang sudah sesuai dengan

prosedur pembiayaan secara umum dan ada pula yang belum sesuai,

Prosedur yang sudah sesuai antara lain 1) Prinsip musyarakah; 2)

Ketentuan dasar pembiayaan musyarakah; 3) Macam-macam

pembiayaan menurut tujuannya; 4) Unsur-unsur pembiayaan; 5)

Ketentuan dasar pembiayaan musyarakah; 6) Informasi yang

dilampirkan dalam permohonan pembiayaan. Sedangkan yang belum

sesuai adalah 1) Prinsip-prinsip pembiayaan; 2) Prinsip transaksi

musyarakah; 3) Rukun syirkah; 4) Ketentuan pihak-pihak yang

berakad; 5) Beban biaya operasional; 6) Penyalesaian perselisihan; 7)

ketentuan akad; 8) Analisis dalam pembiayaan musyarakah; 9) Hal-hal

yang perlu diinformasikan dalam kontrak akad musyarakah; 10) Cara

pengembalian pinjaman dalam pembiayaan musyarakah.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

44

b. Langkah-langkah yang dilakukan untuk meminimalisir risiko yang

dapat terjadi dalam pembiayaan musyarakah di BMT TUMANG

Cabang Cepogo. Dalam penelitian terhadap langkah-langkah yang

dilakukan oleh BMT TUMANG Cabang Cepogo untuk meminimalisir

risiko yang dapat terjadi dalam pembiayaan musyarakah, terdapat

langkah-langkah yang sudah sesuai dengan teori yang ada, dan juga

ada yang belum sesuai. Langkah-langkah yang sudah sesuai antara

lain: 1) Fungsi manajemen dalam pembiayaan musyarakah; 2)

Mnajemen risiko dalam pembiayaan musyarakah; 3) Perbedaan

manjemen risiko lembaga keuangan syariah dan konvensional; 4)

Identifikasi risiko dalam pembiayaan musyarakah. Sedangkan langkah-

langkah yang belum sesuai dengan teori antara lain: 1) Antisispasi

risiko yang berkaitan dengan adanya DPS; 2) Pengukuran risiko; 3)

Pemantauan risiko dalam pembiayaan musyarakah; 4) Proses

manajemen risiko dalam pembiayaan musyarakah; 5) Analisis 7P

dalam pembiayaan musyarakah.

2. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) melalui

Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil oleh Lembaga Keuangan Syariah

(Studi pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Lembaga Keuangan

Syariah di Kota Malang) oleh Rizki Tri Anugrah Bhakti, Mochammad

Bakri, Siti Hamidah.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

45

Hasil penelitian:

Penulisan jurnal ini membahas tentang pemberdayaan usaha mikro,

kecil dan menengah (UMKM) melalui pembiayaan dengan prinsip bagi

hasil oleh lembaga keuangan syariah di Kota Malang. Hal ini

dilatarbelakangi kemampuan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia cukup besar, yaitu sebanyak

97,3% dari total angkatan kerja yang bekerja. Peran usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM) tersebut dalam kenyataannya terkendala oleh

beberapa hal, diantaranya adalah permasalahan modal. Disinilah lembaga

keuangan syariah dengan pembiayaan berprinsip bagi hasil diharapkan

menjadi solusi yang ideal, hal ini dikarenakan pada pembiayaan tersebut

digunakan prinsip bagi hasil (profit sharing). Mengamati fenomena yang

demikian maka perlu dikaji mengenai beberapa hal, pertama pelaksanaan

pembiayaan pada lembaga keuangan syariah di Kota Malang berkenaan

dengan prinsip bagi hasil yang dirasa sangat ideal bagi usaha mikro, kecil

dan menengah (UMKM). Kedua adalah berkenaan dengan faktor-faktor

penghambat pelaksanaan pembiayaan pada lembaga keuangan syariah di

Kota Malang berkenaan dengan prinsip bagi hasil, dan ketiga adalah

berkaitan dengan solusi mengatasi faktor-faktor penghambat penghambat

pelaksanaan pembiayaan pada lembaga keuangan syariah di Kota Malang

berkenaan dengan prinsip bagi hasil yang dirasa sangat ideal tersebut.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

46

3. Pemberdayaan UMKM melalui Revitalisasi Fungsi Intermediary

Perbankan untuk Menunjang Sektor Riil oleh Lastuti Abubakar dan R.

Kartikasari

Hasil Penelitian:

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan terkait

dengan pemberdayaan UMKM melalui revitalisasi fungsi intermediary

perbankan dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Regulasi perbankan yang ada belum sepenuhnya mendukung fungsi

intermediary, khususnya regulasi perbankan yang memfasilitasi

perbankan untuk lebih banyak memilih fee based income dan regulasi

tentang sistem pengawasan Bank Indonesia yang berbasis risiko (risk

based supervision); sehingga prinsip prudential banking ditafsirkan

terlalu berhati-hati,khususnya dalam pemberian kredit.

b. Hambatan yang dihadapi UMKM untuk memperoleh kredit perbankan

adalah hambatan regulasi berupa tidak dipenuhinya persyaratan

pemberian kredit, antara lain ketersediaan agunan (collateral) sehingga

UMKM dianggap tidak bankable; di samping itu UMKM seringkali

mengabaikan persyaratan teknis seperti keberadaan SIUP, SITU dan

rekening koran.

c. Upaya yang diperlukan untuk optimalisasi fungsi intermediary dapat

berupa upaya internal UMKM dengan mengupayakan UMKM menjadi

bankable, internal perbankan dengan menciptakan linkage antara Bank

dengan Lembaga Keuangan Mikro dalam menyalurkan kredit program

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015

47

seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) mikro, dan eksternal melalui

keikutsertaan pemerintah dalam penyediaan modal melalui penyaluran

dana dengan melibatkan fungsi pemberdayaan lembaga penjamin

kredit bagi UMKM.

Peranan Koperasi Jasa..., Diyah Febrikawati Ratna Dhahita, FAI UMP, 2015