BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perlindungan Hukum a ...eprints.umm.ac.id/42141/3/BAB II.pdf ·...

17
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perlindungan Hukum a. Pengertian Perlindungan Hukum Istilah perlindungan hukum dalam bahasa inggris dikenal dengan legal protection, sedangkan dalam bahasa belanda dikenal dengan Rechts bescherming. Secara etimologi perlindungan hukum terdiri dari dua suku kata yakni Perlindungan dan hukum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perlindungan diartikan (1) tempat berlindung, (2) hal (perbuatan dan sebagainya), (3) proses, cara, perbuatan melindungi. 13 Hukum adalah Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan manusia, agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara profesional. Artinya perlindungan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan dengan cara-cara tertentu menurut hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlindungan hukum merupakan hak setiap warga negara, dan dilain sisi bahwa perlindungan hukum merupakan kewajiban bagi negara itu sendiri, oleh karenanya negara wajib memberikan perlindungan hukum kepada warga negaranya. Pada prinsipnya perlindungan hukum terhadap masyarakat bertumpu dan bersumber pada konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap harkat, dan martabat sebagai manusia. Sehingga 13 Kamus Besar Bahasa Indoesia (KBBI) Online, https://kbbi.web.id/perlindungan, diakses pada tanggal 12 Juli 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perlindungan Hukum a ...eprints.umm.ac.id/42141/3/BAB II.pdf ·...

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perlindungan Hukum

a. Pengertian Perlindungan Hukum

Istilah perlindungan hukum dalam bahasa inggris dikenal dengan

legal protection, sedangkan dalam bahasa belanda dikenal dengan Rechts

bescherming. Secara etimologi perlindungan hukum terdiri dari dua suku

kata yakni Perlindungan dan hukum. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia perlindungan diartikan (1) tempat berlindung, (2) hal

(perbuatan dan sebagainya), (3) proses, cara, perbuatan melindungi.13

Hukum adalah Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan

manusia, agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus

dilaksanakan secara profesional. Artinya perlindungan adalah suatu

tindakan atau perbuatan yang dilakukan dengan cara-cara tertentu

menurut hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perlindungan hukum merupakan hak setiap warga negara, dan

dilain sisi bahwa perlindungan hukum merupakan kewajiban bagi negara

itu sendiri, oleh karenanya negara wajib memberikan perlindungan hukum

kepada warga negaranya. Pada prinsipnya perlindungan hukum terhadap

masyarakat bertumpu dan bersumber pada konsep tentang pengakuan dan

perlindungan terhadap harkat, dan martabat sebagai manusia. Sehingga

13 Kamus Besar Bahasa Indoesia (KBBI) Online, https://kbbi.web.id/perlindungan,

diakses pada tanggal 12 Juli 2018

19

pengakuan dan perlindungan terhadap hak tersangka sebagai bagian dari

hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan.

Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan

pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan atau

korban, yang dapat diwujudkan dalam bentuk seperti melalui restitusi,

kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan hukum.14

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh

penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan

ketertiban dan ketentraman, sehingga memungkinkan manusia untuk

menikmati martabatnya sebagai manusia.15

Sedangkan Satjipto Raharjo mengemukakan bahwa perlindungan

hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia

(HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada

masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

hukum.16 Karena sifat sekaligus tujuan hukum menurutnya adalah

memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat, yang harus

diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum. Perlindungan hukum

merupakan tindakan bagi yang bersifat preventif dan represif.17

14 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press. Hal. 133 15 Setiono, 2004, Rule Of Law (Supremasi Hukum), Surakarta, Magister Ilmu Hukum Pasca

Sarjana Univeristas Sebelas Maret. Hal 3. 16 Satijipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Hal. 53 17 Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya, PT.

Bina Ilmu. Hal. 2

20

Sehingga berdasarkan uraian dan pendapat para pakar di atas dapat

simpulkan bahwa perlindungan hukum adalah perbuatan untuk

melindungi setiap orang atas perbuatan yang melanggar hukum, atau

melanggar hak orang lain, yang dilakukan oleh pemerintah melalui

aparatur penegak hukumnya dengan menggunakan cara-cara tertentu

berdasarkan hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku

sebagai upaya pemenuhan hak bagi setiap warga negara, termasuk atas

perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan oleh penguasa (aparatur

penegak hukum itu sendiri).

b. Bentuk Bentuk Perlindungan Hukum

Dalam kaitanya dengan perlindungan hukum bagi rakyat, Philipus

M.Hadjon membedakan dua macam sarana perlindungan hukum, yakni:

a) Sarana Perlindungan Hukum Preventif. Pada perlindungan hukum

preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk

mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan

pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah

mencegah terjadinya sengketa.

b) Sarana Perlindungan Hukum Represif. Perlindungan hukum yang

represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan

perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan

Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum

ini. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap

tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan

dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan

tujuan dari negara hukum.18

18 Ibid. Hal 20

21

Sedangkan muchsin, membedakan perlindungan hukum menjadi

dua bagian, yaitu:

a) Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk

mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam

peraturan perundang undangan dengan maksud untuk mencegah

suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-

batasan dalam melakukan sutu kewajiban.

b) Perlindungan Hukum Represif. Perlindungan hukum represif

merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda,

penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah

terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.19

Sehingga atas dua pandangan yang dipaparkan oleh para pakar di

atas, bahwa Perlindungan hukum yang diberikan kepada subyek

hukum dalam bentuk perangkat aturan hukum dan cara cara tertentu

baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif. Hal

tersebut merupakan representasi dari fungsi hukum itu sendiri untuk

memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan

kedamaian. Dari kedua teori perlindungan hukum di atas, bagi penulis

sangat layak untuk dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian hukum

ini.

19 Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Surakarta,

magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, hal. 20.

22

B. Tinjauan Umum Tersangka

a. Definisi Tersangka

Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatanya atau

keadaanya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku

tindak pidana.20 Jadi untuk menetapkan seseorang bertsatus sebagai

tersangka, cukup di dasarkan pada bukti permulaan/bukti awal yang

cukup.21 KUHAP tidak memberikan penjelasan mengenai apa yang

dimaksud dengan bukti permulaan. Namun dalam pasal 1 angka 21

menjelaskan Bukti Permulaan adalah alat bukti berupa Laporan Polisi

dan 1 (satu) alat bukti yang sah, yang digunakan untuk menduga bahwa

seseorang telah melakukan tindak pidana sebagai dasar untuk dapat

dilakukan penangkapan.22

b. Hak-Hak Tersangka

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) secara

yuridis memberikan jaminan kepada tersangka agar tidak diperlakukan

secara sewenang-wenang oleh aparat penegak hukum, maka pemerintah

melalui memberikan hak-hak bagi tersangka yang diatur dalam Bab VI

KUHAP mulai dari Pasal 50 sampai dengan Pasal 68.

20 M.Kajardi, dan R. Soesilo, 1997, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan

Penjelasan Resmi dan Komentar, Bogor, Penerbit Politea. Hal. 4 21 HMA Kuffal, 2008, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum (Edisi Revisi), Malang,

Penertbit UMM Press, Cetakan Kesepuluh. Hal. 131 22 Lihat pasal 1 angka 21 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2012 Tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana.

23

Seperangkat hak-hak tersangka dalam KUHAP tersebut antaralain

sebagai berikut:23

1. Hak untuk segera mendapat pemeriksaan. Tersangka berhak

segera mendapatkan pemeriksaan oleh penyidik yang

selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum, dan

tersangka berhak perkaranya segera dimajukan oleh

pengadilan ke penuntut umum (Pasal 50 ayat 1 dan ayat 2).

2. Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam

bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang

disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai

(Pasal 51)

3. Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada

penyidik. Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan

pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan

keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim (Pasal

52 KUHAP).

4. Hak untuk mendapatkan juru bahasa dalam setiap

pemeriksaan. Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan

dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak untuk setiap

waktu mendapat juru bahasa (Pasal 53 ayat 1, lih. Juga Pasal

177).

5. Hak untuk mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat

pemeriksaan. Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau

terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau

lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap

tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang diatur dalam

undang-undang/ KUHAP (Pasal 54)

6. Berhak secara bebas memilih penasihat hukum. Untuk

mendapatkan penasihat hukum tersangka atau terdakwa

berhak memilih sendiri penasihat hukumnya (Pasal 55).

7. Hak untuk berubah menjadi wajib untuk mendapat bantuan

hukum. Wajib bagi tersangka mendapat bantuan hukum bagi

tersangka dalam semua tingkat pemeriksaan jika sangkaan

yang disangkakan diancam dengan pidana mati atau ancaman

pidana minimal 15 tahun atau lebih (Pasal 56).

8. Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak

menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan

dalam KUHAP (Pasal 57).

9. Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak

menghubungi atau menerima kunjunngan dokter pribadinya

23Damang Averros Al-Khawarizmi, Hak-hak Tersangka/terdakwa secara umum dalam

KUHAP, http://www.negarahukum.com/hukum/hak-hak-tersangka-terdakwa-secara-umum-dalam-

kuhap.html, diakses pada tanggal 13 Juli 2018.

24

untuk kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya

dengan proses perkara maupun tidak (Pasal 58)

10. Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak

diberitahukan tentang penahanan atas dirinya oleh pejabat

yang berwenang, pada semua tingkat pemeriksaan dalam

proses peradilan, kepada keluarga atau orang lain yang

serumah dengan tersangka atau terdakwa ataupun orang lain

yang bantuannya dibutuhkan oleh tersangka atau terdakwa

untuk mendapatkan bantuan hukum atau jaminana bagi

penangguhannya (Pasal 59).24

11. Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima

kunjungan dari pihak yang mempunyai hubungan

kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka atau terdakwa

guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan penahanan

ataupun untuk usaha mendapatakan bantuan hukum (Pasal

60).

12. Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan

perantaraan penasihat hukumnya menghubungi dan

menerima kunjungan sanak keluraganya dalam hal yang tidak

ada hubungannya dengan perkara tersangka atau terdakwa

untuk kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan

kekeluargaan (Pasal 61).

13. Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau

dengan perantaraan penasihat hukumnya dan menerima surat

dari penasihat hukumnya dan sanak keluragan setiap kali

yang diperlukan olehnya, untuk keperluan itu bagi tersangka

atau terdakwa disediakan alat tulis-menulis (Pasal 62).

14. Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima

kunjungan dari rohaniawan (pasal 63).

15. Terdakwa berhak untuk diadili di siding pengadilan yang

terbuka untuk umum (Pasal 64).

16. Tersangka tau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan

mengajukan saksi dan atau seorang yang mempunyai

keahlian khusus guna memberikan keterangan yang

menguntungkan bagi dirinya (Pasal 65).

17. Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban

pembuktian (Pasal 66).

18. Tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti kerugian dan

rehabilitasi (Pasal 68. Lih. Juga pasal 95).

Dengan demikian, KUHAP telah menjaminkan atau memberikan

hak-hak kepada tersangka yang wajib dipenuhi atau tidak boleh dilanggar

24 Ibid

25

oleh aparat penegak hukum saat tersangka menjalani proses hukumnya.

Salah satunya hak bagi tersangka yang wajib dilindungi adalah hak untuk

memberikan keterangan secara bebas, dalam pemeriksaan pada tingkat

penyidikan dan penyidikan kepada penyidik atau hakim. Karena dalam

praktiknya, hak ini masih sering dilanggar oleh aparat penegak hukum

dalam pemeriksaan tingkat penyidikan oleh penyidik.

Agar ketentuan hukum tersebut berfungsi sebagai pelindungan

kepentingan manusia (tersangka), atau agar kepentingan manusia

(tersangka) terlindungi, maka hukum harus dilaksanakan secara

profesional oleh para penyidik. hukum menjadi nyata jika para perangkat

hukum melaksanakan dengan baik serta memenuhi, menepati aturan yang

telah dibakukan sehingga tidak terjadi penyelewengan aturan. Oleh

karena itu agar penyidik dapat memberikan perlindungan dan jaminan

hak tersangka secara utuh dalam memberikam keterangan secara bebas,

tanpa tekanan dari siapapun dan dalam bentuk apapun, maka harus

dijalankan sebagaimana dalam penjelasan pasal 52 KUHAP, yakni

supaya pemeriksaan dapat mencapai hasil yang tidak menyimpang

daripada yang sebenar-benarnya maka tersangka atau terdakwa harus

dijauhkan dari rasa takut. Oleh karena itu wajib dicegah adanya paksaan

atau tekanan terhadap tersangka.25

25 Lihat Penjelasan Pasal 52 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981

Tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana.

26

C. Tinjauan Umum Penyidik dan Penyidikan

a. Definisi Penyidik serta Penyidikan

istilah penyidik jika merujuk pada peraturan kepala kepolisian

negara republik indonesia nomor 14 tahun 2012 tentang manajemen

penyidikan tindak pidana yang merujuk pada KUHAP menjelaskan

bahwa penyidik yaitu pejabat polri yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang untuk melakukan penyidikan.26 Sedangakan penyidikan

adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti

yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi

dan guna menemukan tersangkanya.27 Berdasarkan uraian diatas penulis

menyimpulkan bahwa dalam hal penyidik melakukan penyidikan tidak

dapat meninggalkan serangkaian proses penyidikan yang meliputi :

1. laporan polisi/pengaduan;

2. surat perintah tugas

3. laporan hasil penyelidikan (LHP);

4. surat perintah penyidikan; dan

5. Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP)

Serangkaian ini Sebagai satu kesatuan prosedural penyidik dalam hal

penyidik memeriksa atau menangani suatu peristiwa yang patut diduga

merupakan tindak pidana.

26 Lihat penjelasan ketentuan umum pasal BAB 1 pasal 1 ayat 4 peraturan kepala keolisian negara

republik Indonesia nomor 14 tahun 2012 tentang manajemen penyidikan tindak pidana. 27 Ibid.

27

b. Wewenang Penyidik

Dalam hal penyidik melakukan tugasnya sesuai dengan yang

diperintahkan oleh undang-undang terlebih dahulu harus memiliki

wewenang yang sah sebagai landasan dalam proses penyidikan. Istilah

wewenang sering diartikan sebagai hak untuk melakukan sesuatu atau

menjalankan suatu perintah atas wewenang yang diberikan atau tidak

melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini penyidik

diberikan wewenang oleh KUHAP untuk melaksnakan kewajibannya

yang termuat dalam poin-poin sebagai berikut :

1. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang

adanya tindak pidana;

2. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat

kejadian;

3. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa

tanda pengenal diri tersangka;

4. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan

dan penyitaan;

5. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. mengambil sidik jari dan memotret seorang;

7. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

8. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

9. mengadakan penghentian penyidikan;

10. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggung jawab.28

Dalam hal penyidik mengetahui (dengan cara apapun) menerima laporan

atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga

merupakan tindak pidana, maka wajib segara untuk melakukan tindakan

penyidikan tanpa mengurangi hak tersangka yang di jamin oleh undang-

undang baik berupa mendengarkan keterangan tersangka atau saksi dalam

28 Lihat Penjelasan Pasal 7 ayat 1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981

Tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana.

28

upaya mencari bukti-bukti tertentu dengan menjunjung tinggi hukum yang

berlaku dan meyakini bahwa setiap orang yang disangka,ditangkap, ditahan,

dan atau dihadapkan dimuka sidang pengadilan wajib dianggap tidak bersalah

sampai adanya putusan yang menyatakan kesalahannya dan telah

memperoleh kekuatan hukum tetap. dengan demikian profesional penegak

hukum baik penyidik di harapkan dapat bersinergi antara keweanangan dan

hak-hak tersangka sebagai upaya dalam menjujung tinggi hukum demi

tecapainya keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum kepada masyarakat.

D. Asas Asas Acara Pidana dan Asas lain sebagai dasar pelaksanaan

tugas kepolisian.

1. Asas praduga tak bersalah (prusamption of innocence)

Asas praduga tak bersalah merupakan salah satu pikiran konkrit

yang melandasi KUHAP dan penegakan hukum yang menjelaskan

bahwa setiap orang yang disangka,ditangkap,ditahan,dituntut dan atau

dihadapkan dimuka sidang pengadilan wajib dianggap tidak bersalah

sampai dengan adanya putusan pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.29 Serta

Dalam penjelasan uu no 48 tahun 2009 pasal 38 ayat 2 tentang

kekuasaan kehakiman menyatakan bahwa penyelidikan dan

penyidikan merupakan salah satu badan-badan lain yang fungsinya

berkaitan dengan kekuasaan kehakiman. sehinga dapat dimaknai

dalam setiap tingkatan pemriksaan baik yang dilakukan penyidik

29 Lihat Penjelasan Pasal 8 ayat 1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009

Tentang kekuasaan kehakiman.

29

harus dihormati hak-haknya sebagai warga negara sampai dengan

adanya putusan yang menyatakan kesalahannya.

Hak tersangka yang dijelaskan dalam ketentuan KUHAP

untuk dilakukan proses penyidikan merupakan suatau upaya untuk

melindungi hak tersangka sampai memperoleh kekuatan hukum tetap

yang mengikat para pihak.

2. Asas equality before the law

Istilah equality before the law merupakan kalimat tafsiran bahasa

inggris yang dimaknai dengan persamaan dihadapan hukum yang

telah diakui masyarakat dunia melalui deklarasi universal hak asasi

manusia oleh Perserikatan bangsa-bangsa.30 Sejalan dengan ini

indonesia yang menganut negara hukum menuangkan pokok fikiran

mengenai persamaan dihadapan hukum dalam konstitusi negara

undang-undang dasar 1945.

Sedangkan dalam proses penerapan hukum acara pidana persamaan

dihadapan hukum dituangakan dalam undang-undang kekusasaan

kehakiman pasal 5 ayat 1 dengan frasa, pengadilan mengadili menurut

hukum tanpa membeda-bedakan dan terdapat pula dalam KUHAP

butir 3 a yang berbunyi: perlakuaan yang sama atas diri setiap orang

di muka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan.Dari

bunyi pasal tersebut dapat dimaknai bahwa seseorang dalam hal

30 Kamus hukum online indonesia-indonesia law dictonary, https://kamushukum.web.id/arti-

kata/equalitybeforethelaw diakses pada tanggal 13 Juli 2018

30

diduga melakuakan tindak pidana dapat dijatuhi sanksi sesuai dengan

perbuatannya tanpa adanya perbedaan,seperti halnya dalam proses

penyidikan yang tidak membedakan antara golongan pejabat atau

yang kaya dan masyarakat miskin berupa proses penyidikan dalam

mendapatkan hak-haknya sebagai tersangka sesuai dengan ketentuan

KUHAP Untuk tidak diperlakukan manusiawi berupa kekerasan

maupun tindakan yang dapat menimbulkan rasa takut pada seseorang

dalam proses penyidikan.

E. Teori Efektivitas Hukum

Istilah efektivitas hukum berasal dari terjemahan bahasa inggris

yaitu effectiveness of the legal theory. Terdapat dua suku kata yang

memilki arti yang berbeda yakni efektivitas dan hokum. Efektivitas Di

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada dua istilah yang berkaitan

dengan efektivitas, yaitu efektif dan keefektifan. Efektif artinya (1) ada

efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), (2) manjur atau mujarab, (3)

dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan), (4) mulai

berlaku (tentang undang-undang, peraturan).31 Keefektifan artinya (1)

keadaan berpengaruh, hal berkesan, (2) kemanjuran, kemujaraban, (3)

keberhasilan (usaha, tindakan), dan (4) hal mulainya berlakunya (undang-

undang, peraturan).32

31 Kamus Besar Bahasa Indoesia (KBBI) Online, https://kbbi.web.id/efektifn, diakses pada

tanggal 13 Juli 2018 32 Ibid, https://kbbi.web.id/kefektifan, diakses pada tanggal 13 Juli 2018

31

Sehingga dapat di artikan bahwa efektvitas adalah suatu ukuran

atas keberhasilan, ketercapaian target atau tujuan hokum atau peraturan

perundang-undangan.

a. Pengertian Efektvitas Hukum Menurut Soerjono Soekanto

Menurut Soerjono Soekanto Efektvitas Hukum adalah hukum yang

dijalankan di dalam masyarakat berdasarkan peraturan yang sudah ada.

Tujuannya adalah supaya proses penyelesaian hukum benar-benar efektif

sesuai apa yang diharapkan oleh peraturan.33

Soerjono Soekanto mengemukakan ada lima faktor efektif dan

tidaknya suatu hukum sebagai berikut:

1. Faktor Hukumnya Sendiri

Hukum yang dibuat harus ada kepastian hukum dalam

penerapanya. Jika hukum yang diterapkan tidak sesuai dengan

aturan yang ada. Maka bisa dipastikan hukum yang berjalan

tidak efektif, dikarekan tidak mendatangkan keadilan bagi

masyarakat yang berhadapan dengan hukum. Dengan demikian

hukum itu tidak boleh bertentangan satu dengan yang lain dalam

penegakanya. Semua orang mengharpkan hukum dapat

menyelesaikan pertentangan yang lahir dalam masyarakat.

2. Faktor Penegak Hukum

Dalam penegakan hukum yang dibutuhkan adalah mentalitas

seseorang yang memiliki perilaku yang baik dan taat pada

aturan hukum yang ada. Jika penegak hukum taat pada aturan,

tentu berjalanya hukum di masyarakat tidak menjadi masalah.

Maka yang menjadi kunci utama keberhasilan penegakan

hukum harus berbuat jujur. Agar masyaraat meraskaan

kebenaran dan keadilan terhadap persoala yang alami. Hal yang

lain penegak hukum dilarang melakukan penyalahgunaan

kewenagan dalam menjalankan tugas penyidikan. Jika hal ini

salah disalah gunakan akan berdampak buruk terhadap penegak

hukum.

33 Soerjono Soekanto, 1988, Efektvitas Hukum dan Penerapan Sanksi, Bandung, CV.Ramadja

Karya, Hal. 80

32

3. Faktor Sarana atau fasilitas Pendukung

Berjalanya fungsi penegakan hukum harus didukung seperti

sarana prasarana yang memadai di antaranya transportasi, alat

komunikasi, alat kantor, sumber daya manusia, dan keuangan.

Jika tidak didukung oleh fasilitas yang mendukung akan

menjadi tidak efektifnya penegakan hukum.

4. Faktor Masyarakat

Dalam penegakan hukum masyarakat juga memiliki peran

mematuhi segala peraturan yang sudah ada. Jika masyarakat

tidak mematuhi atau apatis terhadap peraturan yang ada. Hal ini

akan berdampak pada penegakan hukum dalam upaya untuk

menciptakan kepastian hukum bagi masyarakat.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan adalah sikap manusia atas apa yang dikerjakan dan

apa yang tidak dia kerjakan. Sikap menjadi penentu berjalanya

penegak hukum dalam masyarakat. Supaya masyarakat sadar

hukum terhadap berbagai peraturan yang ada dan mau

menjalankan apa yang menjadi laranganya.34

Kelima faktor tersebut saling berkaitan erat dan dan merupakan esensi

dari penegakan hukum, yang juga merupakan tolak ukur dari efektvitas

penegakan hukum.35

b. Pengertian Efektvitas Hukum Menurut Hans Kelsen

Menurut Hans Kelsen efektivitas hukum adalah norma-norma

hukum yang ada di dalam masyarakat harus diterapkan dan di jalankan

berdasarkan ketentuan yang berlaku. Artinya norma hukum sebagai

pedoman bagi masyarakat untuk bertindak sesuai perintah. Ada dua aspek

yang penting dalam hukum yakni (1) aspek statis (nomostatis), (2) aspek

dinamis (nomodinamic) hukum yang mengatur perbuatan tertentu.36

34 Soerjono soekanto, 2008, Faktor Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, Jakarta,

Penerbit PT.Raja Grafindo Persada, Hal.8 35 Ibid 36 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Penerbit Kencana. Hal.158

33

Dengan demikian apabila suatu norma hukum yang hidup,

berkembang, dan berlaku dalam masyarakat menjadi suatu pedoman sikap

dan tindakan, sekaligus pembatas atas perbuatan setiap individu

masyarakat, agar tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Apabila

dilanggara maka tentu akan mendapatkan sanksi atas pelanggaranya.

c. Pengertian Efektvitas Hukum Menurut Lawrence M. Friedman

Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa sistem hukum

memiliki unsur diantaranya:37

a. subtansi hukum (legal substance) yakni pemikiran penegak hukum

harus bertindak berdasarkan produk hukum yang dibuat dan

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

b. Skturktur Hukum (legal structure) yakni terdiri dari lembaga hukum

seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan, yang bertugas memberikan

pelayanan penegak hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Budaya Hukum (legal culture) yakni perilaku masyarakat atau

manusia mendukung sistem hukum berjalan dengan baik di

masyarakat.

Lebih lanjut Lawrence M. Friedman menyatakan bahwa, A legal

system in actual is a operation is a complex organisme in wich structure,

subtance, and culture interest.38 Artinya suatu sistem dalam operasi

aktualnya merupakan suatu organisme yang kompleks dimana struktur,

37 Lawrence M. Friedman, 1975, The Legal System, A Social Scinece Prespective, New York,

Penerbit Rusell Sage Foundation, Hal.14 38 Ibid. Hal.16

34

subtansi, dan budaya hukum. Sehingga dalam pelaksanaan sistem hukum,

ketiga sub sistem inilah yang sangat menentukan apakah suatu sistem

dapat berjalan dengan baik.