Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

10

Transcript of Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

Page 1: Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...
Page 2: Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

ISSN 1411-9587 Juma{

CBiofogi fJropis Vol. 13 No.1, Januari 2012

Jurnal Biologi Tropis diterbitkan muJai tahun 2000 dengan frekuensi 2kali setahun oleh Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FI<IP Unram, berisi hasil penelitian dan

ulasan Umiah dalam bidang Biologi Sains.

Pelindung: Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram

Pemimpin/Wk Pemimpin Redaksi :

AA. Sukarso / I Wayan Merta

Dewan Redaksi :

Agil Al Idrus, Imam Bachtiar, Syachruddin, AR,

A. Wahab Jufri, Prapti Sedijani, I Wayan Suana,

Suripto, Mahrus, Muhlis, Fatrurrahman, Agus Ramdani

Redaktur Ahli (Peer Reviewer) :

Prof. Dr. dr. Soewignjo Soemohardjo, Sp.PD-KGEH (Unit Riset Biomedik RSUD Mataram),

Prof. Dr. Sutiman BambangSumitro, M.Sc., D.Sc. (Universitas Brawijaya) Prof. Dr. Mulyanto

(Fak. Kedokteran Unram), Prof. Ir. Sunarpi, Ph.D. (Fak. MIPA Unram)

Jurnal Biologi Tropis menerima naskah dari dosen, peneliti, mahasiswa maupun praktisi yang belum petnah diterbitkan dalam publikasi lain dengan ketentuan penulisan seperti tercantum padahalaman dalam sampul belakang. Tulisan yang dimuat dikenakan biaya

sebesar Rp 150.000,- (Seratus lima puluh ribu rupiah). Pembayaran dapat dilakukan dengan cara :

a) pembayaran langsung, b) transfer ke Tahapan BCA nomor rekening 232 - 0150623 Bank BCA Ampenan.

Salinan bukti pembayaran (b dan c) harap dikirim ke redaksi.

Penerbit : Prog. Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Mataram

J1. Majapahit No. 62 Mataram, Lombok NTB 83125 Tip. (0370) 623873 pos 112 Fax. (0370) 634918

JURNAL 1

lsi Artikel:

Abdul Syukur, Ym Kamal K~an.::karagaman Je r• ::nur ... , ........ ""

I\:arnan, Mulyono P.::rikanan Cumi-Cu

:\1. Liwa Lilhamdi E \aJuasi Perkembar

Sitti Rahrmdani, D.~ T_ 't ,,\kti\itas Antib. Tcrhadap Pertumbul

.\1. Yamin dan Kha Habitat, Aktivitas I­

reinwardf) di Pulau

Baiq Mira Dwifalil Pengarub Minyak P, .iramalicum) Terhac

:\'urlita Lestariana, 5truktur Komunitas

Ahmad Ral{sun _-\;likasi Pupuk Org l.iIiI.lCardium oeddt

1 Wayan Merta H,;. pothaJamus Sebc

Lalu Zulkifli _-\plikasi Marka Mo .\Iendapatkan Mark :crkait Penyakit Gl

Syarnsul Bahri Pola Ekspresi Gen : Termosensitif ..... .

Page 3: Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

.SN 1411-9587 JURNAL BIOLOGI TROPIS

s ;;ali setahun oleh enelitian dan

-Mataram

ani

JO Mataram),

f. Dr. Mulyanto

1m)

l maupun praktisi penulisan seperti : dikenakan biaya apat dilakukan

hi.

raram

lsi

Artikel:

Abdul S~'ukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad Mukhlis 1-7 Kamal J..:.~.mdulragaman Jenis limn Pada Padang Lamun di Perairan Tanjung Luar Lombok Dreur ............................................................................................. .

Kaman, ;\lulyono S Baskoro, Budhi H Iskandar, Ernani Lubis, dan Mustaruddin 8-14 Perikanan Cumi-Cumi Di Perairan Selat Alas Nusa Tenggara Barat ...................... .

\1. Li1t3 Lilhamdi 15-20 E \ aluasi Perkembangan Mangrove HasH Reboisasi di Tanjung Luar Lombok Timur. .

Sini Rahrmdani, D.S.D. Jekti, D.A.C. Rasmi 21-25 Lji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong ( Anredera cordifolia Ten. Steenis) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Isolat Klinik ......................................... _........ .

,1. Yamin dan Khairuddin 26-33 Habitat, Aktivitas Harian, Populasi dan Distribusi Burung Gosong (Megapodius

It-inH'ardt) di Pulau Moyo ....................................................................... .

Baiq Mira Dwifalina, I Putu Artayasa, dan Lalu Zulkifli 34-38 Pengarllh Minyak Pata ( Myristicaj ragrans) Dan Minyak Cengkeh ( Eugenia aromaticUln) Terhadap Tangkapan Lalat Buah .............................................. ..

:"urlita Lestariana, Lalu Japa dan AA. Sukarso 39-48 5!ruktllr Komunitas Fitoplankton Di Perairan Danau Asin Gili Meno Lombok Utara ...

Ahmad Ral{sun 49-53 .-\pllkasi Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jambu Mete L..Jnut:ardium occidentale L.) .................................................................... .

I \\a~'an '1erta 54-56 H~ pothalamus Sebagai Sistem Syaraf. ......................................................... .

I Lalu Zulkifli 57-63 .-\plikasi \1arka Molekuler RAPD (Random Amplified Polimorphic DNA ) Untuk \tcndapatkan Marka Spesitik Klo n Dan Analisis Polimorfisme Pada Klon Karet T~;!\.J.i! Pcnyakit Gugur Daun Corynespora ........................................................ ..

S~'amsul Bahri 64-68 Pola Eksrresi Gen Kandidat Penentu Seks Gonad Chelonia mydas Sebelum Periode Tenno~nsitii ...................................................................................... ..

Page 4: Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

1. Bioi. Trop. Vol 13 No. I, Januari 2012: 1-7 ISSN 1411-9587

KEA~EKARAGAMAN JENIS lKAN PADA PADANG LAMUN DI PERAIRA'" TA..~JUNG LUAR LOMBOK TIMUR

, Abdul S~'ukur*I', Yusli Wardiatno21, Ismudi Mucbsio21 dan Mohammad Mukhlis KamaFI.

, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Sekolah Pasca Sarjana, IPB Bogor [)epa.~emen ~fanajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan JImu Kelautan

Institut Pertanian Bogor JI. Agatis Kampus IPB Oarmaga Bogor 16680

*Corespondensi author email: [email protected]

ABSTRAK

Komunitas ikan di padang lamun saat ini cukup terancam akibat over ekploitasi sedua terus­menerus oleh nelayan. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang komunitas ikan di padang lamun sebagai dasar pengelolaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis ikan yang berasosiasi dengan padang lamun. PengambiIan data dilakukan selama lima bulan dengan menggunakan milli purse seine milik nelayan. Analisis ikan antar lobsi padang lamun dengan menggunakan uji-F pada taraf kepercayaan 5 %. Pada penelitian ini diperoleh jumlah jenis ikan yang terdiri dari42 famili, 118 spesies dan 16.049 individu. Dari -12 famili ikan tersebut berdasarkan frekuensinya ditemukan tiga famili ikan yang memiJiki keIimpahan paling tinggi pada semua lokasi padang lamun yaitu Famili Haemulidae, Mullidae dan Engraulidae. Selanjutnya lokasi dengan indek keanekaragaman yang paling rendah dari lima lokasi pengambilan contoh adalah di Gili Kere sebesar antara 2A48 dan yang paling tinggi adalah di Gili Maringkik sebesar 2,948. Dari indeks dominansi yang paling rendah di Gili Maringkik sebesar 0,077 dan yang paling tinggi di Gili Kere sebesar 0,164. Hasil Uji-F menunjukkan, bahwa antar lokasi padang lamun tidak berbeda secara signifikan terhadap jumlah individu ikan, tetapi berbeda secara signifikan terhadap jumlah spesies. Dapat disimpulkan, bahwa keanekaragaman jenis ikan yang berasosiasi dengan lamun di lokasi penelitian didominansi oleh jenis ikan dengan habitat selain padang lamun.

Kata-kata Kunci: Padang lam un, Keanekaragaman, Asosiasi dan Ikan.

ABSTRACT

Fish communities in seagrass beds at this time due to over-exploitation is threatened continuously by fishermen. Therefore we need research on fish communities in sea grass beds as a basis for management. This aims of the study were to determine the diversity of fish species associated with seagrass beds. Data of fish among area of seagrass beds were analyzed using F-test. This research recorded 16,049 individu of fish involve 118 species and 42 famlies. Based on frequency value, 3 of 42 families of fish have highest abundance namely Haemulidae, Mullidae and EngrauIidae. The range of fish diversity of in the study sites ranged from 2,448 to 2,948 and dominance indices ranged from 0,077 to 0,164. The results of F-test show, the number of individual of fish among seagrass beds areas was no significant, but the number fish species was among areas of sea grass beds was significantly different. It can be concluded, that diversity of fish species associate with seagrass beds was dominated by non seagrass fish habitats.

Key words: Seagrass, Diversity, Assosiation and Fish.

Page 5: Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

Keanekaragaman jenis ikan pada padang lamun Tanjung Luar (Abdul Syukur, dkk)

PENDAHULUAN

Umun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga dari kelo1l1pok 1l1ol1okotil yang telah

eradaptasi dengan lingkungan laut (Marlin 20 II). Salah satu peran lamun pada lingkungan laut adalah sebagai pondasi spesies atau sebagai habitat spesies baru (Waycott et al. 2009). Hal tersebut dapat dilihat dad jenis hewan yang membuat tempat atau lubang (burrows) kemudian menjadi tempat hidup spesies lain (Coleman dan Williams 2002). Selain. sebagai pondasi spesies lamun memiliki fungsi yang cukup esensial yaitu sebagai produktivitas primer melalui proses fotosintesis (Wiliams et al. 2006). Cullen dan Unsworth (20] 0) menyatakan lamun memil iki fungsi yang cukup penting untuk mendukung peningkatan produksi ikan di terumbu karang.

Nienhuis et al. (2002) menyatakan keragaman jenis ikan pada areal terumbu karang di perairan Karibbia l11emiliki korelasi positif dengan keragaman jenis ikan pada areal lamun dan kerusakan lamun dapat berdampak pada menurunnya stok ikan di areal terumbu karang. Sebelu1l1nya Dolar (1989) menyatakan bahwa kekayaan dan kelimpahan jenis ikan di areal lamun disebabkan karena lamun dapat menyediakan habitat, makanan dan perlindungan dari predator. Selanjutnya Gillanders and Bloomfield (2005) menjelaskan padang lamun memiliki peran penting untuk meningkatkan kekayaan dan kelimpahan jenis ikan dan invertebrata seperti di Barker Inlet-Port Australia Selatan. Namull demikian kerusakan lamun di lokasi tersebut telah menyebabkan berkurangnya jumlah spesies ikan dan invertebrata pada areal lamun.

Penelitian ten tang fungsi lamun sebagai habitat ikan seperti yang dilakukan oleh Pilditch et al. (2004) menjelaskan terdapat hubungan yang signifikan pada habitat yang memiliki lamun dengan kepadatan dan komposisi makroinvertebrata seperti ikan pad a beberapa esturia di pesisisr New Zealand. Selanjutnya jenis biota yang memiliki ketergantungan terhadap lamun adalah biota herbivora seperti: Tripneustes gralilla, ikan (Leptoscarus vaigiensis), penyu hijau (Chelonia midas) dan Dugong dugon rLyimo et 01. 2009). SebeJumnya Zieman et al. (1984), Mattila dan Cristoffer (1999) menjelaskan fungsi lamun terhadap ikan yaitu sebagai tempat berlindung dad predator. Hal tersebutjuga dinyatakan oleh Asmus et al. (2005) yaitu lamun memiliki fungsi yang vital untuk keberlanjutan ikan, khususnya sebagai habitat pada massa juvenil. Dalam hal ini Jones et al. (2006) menyatakan atribut lamun yang memiliki kontribusi terhadap kelil1lpahan jenis ikan adalah kerapatan, penutupan dan ukuran dari fragmentasi habitat,

sedangkan Horinouchi (2007) menyatakan kelimpahanjenis makanan ikan di padang lamun dapat menjadi indikator untuk menilai jenis ikan yang bermigrasi dari habitat lain seperti dari terumbu karang. Penelitian lain yang berkaitan dengan potensi ikan pada padang lamun telah dilakukan oleh Bell et. 01 (2007) di Taman Nasional Wakatobi, Supriyadi (2009) di areallamun Teluk Kotania dan Pelita Jaya, Marasabessy (2010) di Pulau-Pulau Derawan Kalimatan Timur.

Perairan Tanjung Luar yang merupakan bagian dari Teluk Jukungdi Lombok Timur memiliki potensi padang lamun yang luas. Padang lamun di perairan tersebut dapat ditemukan pada beberapa lokasi yaitu di Kampung Barn, Lungkak, Poton Bakau, Gili Kere, Gili Maringkik dan Gili Bembek. Keberadaan padang lamun di perairan tersebut dapat menjadi indikator tentang keragamanjenis ikan yang berasosiasi dengan lamun. Namun demikian penel itian tentang keragaman jenis ikan pada padang lamun di perairan tersebut belum dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis ikan yang berasosiasi dengan lamun.

BAHAN DAN METODE

Areal Iamun di lokasi studi tersebar pada 6 lokasi yaitu padang lamun Gili Kere. Gi Ii Maringkik, Gili Bembek. Kampung Barn. Lungkak dan Poton Bakau. Pada penelitian ini penggukuran luas tiap areal padang lamun dilakukan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System), Teknik penentuan tuas tiap lokasi padang Iamun dengan cara mengambil titik-titik batas terluar dari jenis lamun dapat ditemukan. Titik-titik terluar tersebut dicatat dalam koordinat Lintang Selatan (LS) dan Bujur Timur (BT). Titik-titik koordinat tersebut diolah dengan menggunakan SIG ArcGis 9,3. Hasil yang diperoleh berupa luas padang lamun dalam hektar (ha).

Pengambilan contoh ikan dilakukan p~da tiap lokasi padang lamun yaitu di Gili Kere. Gili Maringkik. Kampung Baru, Lungkak dan Poton Bakau. Alat yang digunakan adalah mini pure seine milik nelayan dengan ukuran panjang 70 m dan mata jaring sayap dengan ukuran dari 1,25 inci, 1 inci, 0,75 inci dan 0, 625 inci serta matajaring kantong dengan ukuran sebesar 0,5 inci. Pengambilan contoh ikan dilakukan pada malam hari pada saat air pasang selama lima bulan. Penarikanjaring dilakukan secara tegak lurus dengan garis pantai pada tiap areal padang lamun. Ikan yang terkumpul selanjutnya diangkat dan dikumpulkan pada wadah yang slIdah disediakan. lkan-ikan tersebut dipilah menurut jenisnya yaitll dalam famili dan spesies, lalu dihitung jumlah

indi\ ;du tiap jel1i berpedoman pada I c'! ,,/. lI99":),

Analisis i\..:ar menggunakan uj i-I untuk mengetahui jumlah spesies d, menggunakan uj DWerence). Selanj ikan pada tiap lokas menggullakan Indel InJ il-es Dom inansi

HASIL I

Struktur Komunit:

Jumlah jen i s iokasi padang lamur ..::: famili dan 118 ~

iI-an di Gili Kere dt :-,::!I ing tinggi yaitu

;'abell, Komposi lanulIl.

Lokasi

Gi Ii Kere K::Ullpung Baru Lu ngkak Poton Bakau Gi Ii \1aringkik

Lei~'gJlath idae. Ked S('CS;eS dan spesies ::1.22i adalah Alltle I Ie ,"Y!!.l1arlllls equul 'amun demikian ~emiliki jUl11lah inl 3Jatah Archamia g(

Famili ikan d ;;~"ies paling tinggi jari 9 spesies dan paling tinggi dar S~'('''I!:>eroide,> In( ..;:""2h indi\idu p:

1':'::!3h Sardill!!lla ::- .:::-:lll ikan di Gili ' :. 2:,g paling tinggi a, ?: ::',J..::entridae ma ~ ':3.:1 spesies dengan.

2

Page 6: Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

(2007) menyatakan an di padang lamun dapat leniJai jen is ikan yang n seperti dari terumbu >erkaitan dengan potensi ah dilakukan oleh Bell nal Wakatobi, Supriyadi Kotania dan Pelita Jaya, )ulau-Pulau Derawan

, yang merupakan bagian ; Timur memiliki potensi Idang lamun di perairan da beberapa lokasi yaitu Poton Bakau, Gili Kere, bek. Keberadaan padang bpat menjadi indikator yang berasosiasi dengan ~litian tentang keragaman lun di perairan terse but ~ena itu peneJitian ini i keragaman jenis ikan Iun.

METODE

;i studi tersebar pada 6 iii Kere, Gili Maringkik, ru, Lungkak dan Poton penggukuran luas tiap

In dengan menggunakan ,tem). 1eknik penentuan dengan cara mengambil

Iri jenis lamun dapat r terse but dicatat dalam (LS) dan Bujuf Timur tersebut diolah dengan 3. Hasil yangdiperoleh illam hektar (ha). kan dilakukan p~da tiap u di Gili Kere, Gili , Lungkak dan Poton adalah mini pure seine panjang 70 m dan mata ifi 1,25 inci, lind, 0,75 I jaring kantong dengan 19ambilan contoh ikan

pada saat air pasang jaring di lakukan secara Ii pada tiap areal padang elanjutnya diangkat dan ang slldah d ised iakan. 1enurut jenisnya yaitu la[u dihitung jumlah

individu tiap jenisllya dan identifikasi jenis ikan berpedoman pada kunei determinasi dad Tsukamoto ef al. (1997).

Analisis ikan antar lokasi padang [amun dengan menggunakan uj i-F pada taraf kepereayaall 5 % dan tlntuk mengetahui perbedaan all tar lokasi terbadap jumlah spesies dan individu diuji lanjut dengan menggunakan uj i HSD (Honestly Significant Difference). Selanjutnya analisis struktur komunitas ikan pada tiap lokasi padang lamun dilakukan dengan menggllnakan Indeks Keanekaragaman Shannon dan lndikes Dominansi Simpson.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Strul<tur Komunitas lk~n

Jumlahjenis ikan yang diperoleh pada semua lokas! padang lamlln 16049 individu yang terdiri dari ..+2 famili dan 118 spesies (Tabel 1). Dari 35 famili ikan di Gili Kere dlla famili denganjumlah spesies paling tinggi yaitu Famili Carangidae dan Famili

J. BioI. Trop. Vol \3 No. I, Januari 2012: 1·7 ISSN 1411-9587

empat famili tersebut adalah Leiognafhus eqllllius dari Famili Leiognathidae, Famili ikan di Lungkakdengan jumlah spesies paling tinggi adalah famiJi Leiognathidae dengan jumlah 8 spesies dan spesies denganjumlah individu palingtinggi adalah Upeneus viffatus dari Famili Mullidae. Famili ikan dengan jumlah spesies paling tinggi di Poton Bakau adalah famili Leiognathidae dan spesies dengan jumlah individu paling tinggi adalah Archall1ia gOlli dari Famili Apogonidae.

lkan dari famili denganjumlah spesies paling tinggi dan spesies denganjumlah individu palingtinggi pada tiap lokasi padang lamlln dapat menjadi dasar untuk menyatakan bahwa jenis ikan terse but adalah jenis ikan yang memiliki kelimpahan paling tinggi pada tiap lokasi padang lamun d i lokasi penel itian. Oleh karena itu jenis ikan tersebut dapat menjadi indikator untuk menilai perubahan struktur komunitas ikan pada tiap lokasi padang lamull di lokasi penelitian .

Komposisi jenis ikan (Tabel I) dapat menunjukkan tentang kekayaan spesies ikan dan kelimpahan individu ikan pada lokasi padang lamun

di penel itian_

Tabell .. Komposisijumlah famili, spesies dan individu ikan pada tiap lokasi padang Beberapa lal11l1 n. penelitian lain

t en tan g Lokasi Jul11lah famili Jumlah Total Luas J umlah k e kay a a n

spesies individll areal in div idu/ha spesies ikan dan

Gili Kere 35 72 Krun pu ng Barll 31 60 Lungkak 28 49 Poton Bakau 31 67 Gi Ii Maringkik 28 47

Leiognathidae. Kedua famili tersebut terdiri dari 7 spesies dan spesies dellgall jllmlah individll paling tinggi adalah Aflile mate dad Famili Carangidae dan Leiogl/afhus equlIlus dari Famili Leiognathidae. \1anllll1 del11ikian dari semua spesies ikan yang memiliki jumlah individll paling tinggi di Gili Kere adalah Archamia goni dari Famili Apogonidae.

Famili ikan di Kampullg Baru denganjumlah spesies paling tinggi adalah Famili Carangidaeterdiri j:Hi 9 spesies dan spesies dengan jumlah individu palil1g tinggi dari Famili Carangidae adalah S,:omberoides Iysan, sedangkan spesies dengan !umlail individu paling tihggi dari semua spesies adalah Sardinella gibbosa dari Fam!li Clupeidae. Famili ikan di Gili Maringkikdenganjumlahspesies ~ ang paling tillggi adalah Carangidae, Leiognathidae, Pomacentridae masing-masing terdiri dari 4 spesies dan spesies denganjumlah individu paling tinggi dari

lamun kelimphan 4080 46 89 individu ikan 4108 4 1027 pada padang 2147 5,6 383 lamun seperti di 3975 55 72 padang lamun 1739 32 54 Pulau-pulall

Derawan Kalimantan Timur yang terdiri dari 30 famili, 58 jenis dan 1708 individu (Marasabessy 20 I 0), di padang lamun Teluk Kotania dan Pel ita Jaya yang terdiri dari 30 famili dan 104 spesies (SlIpriyadi 2009), di padang lamun Taman Nasional Laut Waktobi sebanyak 81 spesies (Bell et al 2007)'d<;l1l di padang lamlln Kute sebanyak 85 spesies ikan (Hutomo dan Pari no in Dahuri 2003)

Jenis ikan yang memiliki kelimpahan tinggi pada tiap lokasi padang lamlln sepel1i pada Tabel 2. Selanjlltnya komposisi ikan pada tiap lokasi padang lamun kelimpahannya berdasarkan famili diperoleh bahwa di Gili Kere famili ikan yang memiliki kelimpahan tinggi sebesar 17 %, di Kampung Baru sebesar 29,03 %, di Gi Ii Maringkik sebesar 32,14 %, di Lungkak sebesar 28,57 % dan di Poton Bakau sebesar 32,25 %. Hasi I identifikasi ikan menunjukkan bahwa famili ikan dari Haemulidae, Mullidae dan Engraulidae adalah jenis ikan yang memiliki

., J

Page 7: Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

Keanekaragaman jenis ikan pada padang lamun Tanjung Luar (Abdul Syukur, dkk)

Tabel 2. Fami Ii [kan dengan Nilai Frekuensi Tinggi pada tiap Lokasi, n == 5

Gili Kere KarllP!1_n_~~;E~~ . Haemulida~?-- Haemulidae Mullidae~ Mullidae4

Siganidaej

En ggrau lidae 4

Clupeidae3 Clupeidae3

LlI tia nid ae2 Carangid ae3

Spl~yraenidael L.e1ognathidaeJ

MugiJ idae3

Apogonidae2

Gerreidae2

Lokasi ___gJ.11 Ma'in~J~~ _~_hu.Jl~k_~_ Poton Bakau

Haemulidae J

Engraulidae4

Siganidaej

Monacanthidae2

Lutjanidae2

Labridae l

L.ethri nidae1

Pom acen tridae I . Scaridae l

Keterangan: II Frekllensi tinggi pada satu lokasi 2) Fl'ekuensi tinggi pada dua lokasi ) Frekllensi tinggi pada tiga lokasi

~) Frekllensi tinggi pada empat lokasi 5 i Frekllensi Tinggi pada lima lokasi

kel impilan tinggi pada semua lokasi padang lamun di lokasi penelitian. Ikan yang memiliki frekuensi paling tinggi pada semua lokasi padang lam un adalah famili Haemulidae pada empat lokasi adalah Mulidae dan Engraulidae. Dalam hal ini meskipun famili ikan yang lain mel11iliki kelil11pahan yang tidak mereta namun dapat menjelaskan tentang tingginya peran lamun pada kelol11pok ikan tersebut. Oleh karena itu perubailan populasi dari kelompok ikan tersebut dapat menjadi indikator untllk menilai kerusakan lamun di lokasi stud i.

Keterkaitan ikandengan lamun

Areal lanum yang tersebar pada enam lokasi padang lamlln yaitl! di Gili Kere, Gili Maringkik, Gili Belllbek, Kal11pung Baru, Lungkak dan Poton Bakau, mcmiliki luas sebesar 154,21 ha. Padang lamun pada tiap lokasi eli lokasi studi dapat menunjukkan kemam puan atau kapasitas tiap areal lamun untuk ibn dapal sukses dalam siklus hidupnya. Spesies ikan danjul11lah indivielu tiap spesies (Tabel 1) dapat Illenjelnskanlentang potensi tiap areal padang lamun untuk Il1cndukung keberlanjutan keanekaragaman jenis ikan di lokasi studio

Distribusi ikan darijumlah spesies danjumlah individll pada tiap lokasi paelang lamun menunjukkan bahwa Gili Kere denganjumlah spesies palingdnggi dan Gili Maringkik dengan jumlah spesies paling rendal1. Nnl1111n demikian dari sisi jUl11lah individul ha yang paling tinggi aelalah Kal11pung Baru dan yang paling rcndah adalah Gili Maringkik (Tabel I). Hasil uji·F ;1I1tar lokasi padang lamun dengan jumlah indivielu ikan diperoleh nilai F-

hll sebesar 1,30 dan

nilai F· sebesar 2,87 atau p-value sebesar 0,302. Hasi I uj j tersebut lllenunj ukkan bahwa antar lokasi

Haemulidae' Haemll lid aeo MulJid~4 Mull idae4

En graulidae4

Engl'aulidae4

Carangidae3 Cal:angidae3

Mugilidae3 Clupeidae3

L.eiognathidae j Leiognath idae j

Gereid~2 Siganidae3

Monaeanthidae2 Mugilidae~ Apogon idae" T riehiu ridae I

padang lamun tidak berbeda seeara signifikan terhadap jumlah individu ikan yang ada pada padang lamun.

Hasil uji F antar lokasi padang lamun dengan jumlah spesies diperoleh nilai F-

hll sebesar 8,65 dan

nilai F-rab<1 sebasar 2,87. Hasil uji terse but menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antar lokasi terhadap jumlah spesies ikan yang diperoleh dari tiap lokasi padang lamun. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan amar lokasi diuji lanjut dengan menggunakan uji HSD (Honestly Significant Difference). Hasil uji tersebut menunjukkan Gili Kere tidak berbeda nyata dengan Kampung Baru dan Poton Bakau tetapi berbeda nyata dengan Lungkak dan Gili Maringkik. Hasil analisis dengan menggunakan uji­F tersebut dapat memberikan informasi bahwa ikan yang berkumpul di padang lamun tidak tergantung pada luas areal tetapi lebih ditentukan oleh faktor lain seperti waktu ikan keluar untuk meneari makan atau ketersediaan makanan serta aneaman predator sehingga memanfaatakan areal lamun untuk berlindung.

Keterkaitan ikan dengan padang lamun dapat di lihat dari keragaman jenis makanan ikan yang ada pada padang lamun. Hubungan ini dapat dilihat dari jenis ikan dan jenis makanannya di padang lanuln (TabeI3). Oleh karena itu keragamanjenis lTlakanan pada padang lamun dapat menjaeli indikator yang menunjukkan potensi lamun dalam memelihara keanekaragaman hayati dan fungsi ekologi.

Keragamanjenis ikan danjenis makanan ikan pada padang lamull (TabeI4)adalah merupakan nilai lingkungan padang lamun dalam melllelihara keanekaramagan biota laut. Berdasarkan nilai lingkungan tersebut dapat dinyatakan bahwa padang di lokasi studi eukup representatif untuk dilakukan

Tabel 3. I(eterkaitan ik

FumiliLoi-:asi

Gili Kerc ApogoniJa,

Lutj an id:1C

K:1mpung Clup<!idac

8;r1l Hm:llllll id:1<

Gili \1arin g Lcio gn ad) i,

!ill; Monacanlhi

Sig~]) idae

LlIngkak Mullida.:

Leiognathij

Mugilidae

Mullidae

Pnlon ApogoniJa B~tau

ApngoniJa

Hacllllliida

rvlugil ida.:

Mullidae

K Cleran g,lIl: !) Spes ie> ikan ,} Spesies il-.1

perlindungan. Nalllun I

;,?{ al. (2005) il1 Jelbal bal1\va areal konserva beberapa kriteria yaitu: menggambarkan kema seeara penllh untuk I ha~atL (2) keeukup menggambarkan tentar keseluruhan areal geol spesies dan kOlllunita! : ang menunj ukkan kef untuk menjamin keeL! dan spesies dapat hi Possingham e/ al (200: representatif pada per 10 - 50 % dan untul an tara 20 30 %. S sering digunakan pac 10-30%. Gladstone perlindullgan laut untu

4

Page 8: Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

1. BioI. Trap, Vol 13 No. I, Januari 2012: 1-7 ISSN 1411-9587

Tabel 3, Keterkaitan ikan dengan padang lamun.

Poton BalolU Lokn,;i Famili Spesies Habitat Ikan Jenis Makan lkan Fungi Lamun

balli lkan -faemu lid aeo Gili Kere Apogonidae Archamia gon/ Padang lamun Udang, kepi ti ng dan Tel11pat hidup ~Iull idae-l cephalophda

:ngrau lidae4

:aran gid ae3

:1 upei dae3 Kampung

Lutj nnidae

Clupeidae

Lutjanlls hOlilton}

Sardinellagibbosa

Terumbu karang dan dekat h utan bakau pelagis

lkan kan. larva ikan dan udang

FitopIan kton dan

T cmpat menenri makan

T empat meneari _eiognath idae j B;:ru zooplankton makan

;iganidae3

Ilugilidae' \pogonidae-' rrichiuridae l

c,::: \1;,rmg ;.jk

Haemul idae

Leiogl1<1til idae

i'v1onacantilidae

Plectorhinchlls /21 IvomaCld atl/.\':

Leiogllafhlls equlIlu/

Acreichth,vs

T erumbu karang

Perai ran pantai

Padang lamun dan

lkan dan kepiting (oorachYlIra) Fitoplan "1 on dan zoo pi ankton Crustacea. ikan.

Tel11pat l11encari makan Tel1lpal mencari makan T empat hi du p dan

fomentoslIs:: daerah dengan dasar larva see-u rchi n dan mencari mak<ln berpasir lamun

Sigmidae Siganus gliltatui Terumbll karang Lamun dan algae Tcmpat dan padang lamlln penl:lihaan,

mel1cari makan Lungkak Mullidae Upeneus vittalu:/ Terumbu karang Udang Tempal mellcari

makan

eda secara signifikan Leiognath idae Leiognathus oblongui pelagis Fitoplan"10n dan

zooplankton T cmpat meneari makan

,n yang ada pada padang 'vlugil idae Moolgarda delicatei Bakau dan estuari n lkan dan udang T cmpat menea!'i makan

ij padang lamun dengan Mlillidae Upeneus vittOfUS' T erumbu karang Udang T empat mCllcnri

l11ak~n

ai F­hlt

sebesar 8,65 dan Poton Apogonidae Archamia gOI1 / Padang lamun Udang, kepiting dan Tempat hidup

. Hasil uji tersebut n yang sigllifikan antar ies ikan yang diperoleh

Bnknu Apogonidae

Hacl11ulidae

Archamiagon/

Plecforhinchlis

Padang lamun

Terumbu karang

cephalophda Ud ang. kepi Ii ng dan cephalophda lkan dan kepiting

Tempat hidup

T empat mencari !Un. Selanjutnya llntuk (aIVOJ11IJCldatus] (barachyura ) makan

okasidiuji lanjutdengan Honestly Significant menunjukkan Gili Kere

Mligilidac

Mullidae

Moo/garda delicatei

Upenells vittaflls]

Bakau dan estuarin

T erumbu karang

Ikan dan udan!?

Udang

Tempat meneari makall Tel1lpat mencari makan

ampung Baru dan Poton !ngan Lungkak dan Gili 19an menggunakan uj i­t informasi bahwa ikan amun tidak tergantung entukan olell faktor lain uk mencari makall atau ta ancaman predator areal lamun untuk

1I1 padang lamun dapat lakanan ikan yang ada .n ini dapat dilihat dari lI1ya di padang lamun 19amanjenis makanan enjadi indikator yang 1 dalam memelihara IOgsi ekologi. an jen is makanan ikan dalah merllpakan nila; dalam memelihara

. Berdasarkan nilai atakan bahwa padang tatifulltuk dilakukan

Kelerangan: i I;,:;pe,;ies ikan dengan jumlah individll paling tinggi -I Spesks ikan dengan fi'ekuensi paling tinggi

periindullgan, Namllil demikian menurut Fernandes t!f 01. (2005) in Jelbart et al. (2008) menjelaskan ball\va areal konservasi minimal dapat memenuhi beberapa kriteria yaitu: (I) komprehensip yang dapat menggalllbarkan kemampuan suatu areal konservasi secara penllh untuk kelestarian keanekaragaman hayati. (2) kecukupan (adequacy) yang dapat menggambarkan tentang potensi areal konservasi dari keseillruhan areal geografisnya untuk keberlanjutan spesies dan kOl11l1nitas ekologi dan (3) representatif ~ allg menunj ukkan kemampllan luas areal konservasi untllk lllenjal1lin kecukllpan dad sejumlah individu dan spesies dapat hidup dalam jallgka panjang. P0ssinghal11 ef al (2005) menyebutkanluas areal yang representatifpada perlindungan laut berkisar antara 10 - 50 % dan untuk menjaga stok ikan berkisar antara 20 - 30 %. Namun demikian standar yang sering digunakan pada perlindungan laut berkisar J0 - 30 %, Gladstone (2007) menyatakan luas areal perlindunganlallt lIntuk perlindungan spesies minimal

40 % atau antara 30 - 50 %, dan ulltuk pellyebaran larva ikan disarankan minimal 40 %.

Keanekaragaman Jenis Ikan

Hasil anal isis struktur kOl11l1nitas ikan berdasarkan nilai indeks keanekaragaman dan indeks dominansi menunjukkan bahwa di Gili Maringkik memiliki nilai keanekaragaman ikan yang paling tinggi dan Gili Kere dengan Ililai keanekaragaman ikan yang paling rendah (Tabel 4). Indeks keanekaragamall ikan dapat menggambarkan tentang jumlah jenis dan jumlah individu tiap jenis ikan. Namun demikian nilai indeks keanekaragaman tersebut tidak dapat menjelaskan telltallg dominansi suatu jenis ikan terhadap jenis ikan yang lain. Berkaitall dengan hal tersebut dari hasil anal isis indieks dominansi Simpson menunjukkan bahwa lokasi padang lamun dengan nilai indeks dominasi

5

Page 9: Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

Keanekaragaman jenis ikan pada padang lamun Tanjung Luar (Abdul Syukur, dkk)

Tabel 4. Indeks Keanekaragaman (H') dan Indeks Dominansi (D) dan Pariono (1994) in Dahuri pada tiap lokasi penelitian.

Lokasi

Gili Kere Kam pli ng Barll Lungkak Poton Bakau Gi Ii M aringkik

Indeks Keanekaraman (H')

2,448 2,948 2.606 2,797 2

(2003) di Lombok Selatan bahwa dari 85 spesies ikan hanya 4 spesies

Indeks Dom inansi yang khas hidup di habitat lamun .JI:)) dan dari keempat spesies terse but 0,164

satu spesies yaitu S.vngnathoides0,083 0,148 bioculatus dari Famili 0,131 Syngnath idae dan dapat sebagai

7 indikator untuk penilaian kondisi

yang pal ing besar adalah di Gili Kere dan yang paling kedl adalah di Gili Maringkik. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa di Gili Kere adajenis ikan yang cukllp dominan dari jenis ikan yang lain. lenis ikan yang cukup dominan di Gili Kere adalah jenis Archomio goni dengan totaljumlah individu sebesar 32,79 % dari totaljul1llah individu ikan di Gili Kere.

Keanekaragamanjenis ikan di lokasi penelitian tidak cukll p representatif untuk menjelaskan adanya pengaruh padang lamun sebagai habitat ikan yang berasosiasi dengan padang lamun. Dalam hal ini Griffiths (200 I) lllenyatakan konsep keanekaragalllan adalah konsep yang sederhana untuk menilai pengaruh habitat terhadap jumlah ikan dan perlu mel1lpertimbangkan faktor lain seperti faktor fisika dan killlia perairan sebagai pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya ikan yang berbasis ekosistem. Nal11un demikian berkaitan dengan fungsi padang lamun terhadap keanekaragaman jenis ikan Nemeth el al. (2007) Illenjelaskan padang lamun sebagai habitat ikan dari struktur habitat lamun dan penutupan lamun dapat menjadi alat dalam melakukan monitoring dan evaluasi tentang komposisi dan keanekaragaman jenis ikan untuk pengelolaan areal konservasi. Hal ini disebabkan kerena keanekaragaman jenis dapat menjelaskan tentang distrubusi spesies berdasarkan jumlah individu sebagai indikator dalam menilai perubahan struktur kOlTlunitas ikan (Bengen 2000).

Keanekaragaman jenis ikan yang berasosiasi dengan lanlllll di lokasi penelitian diperoleh hanya 5 famili ikan yaitu Famili Apogonidae, Monacanthidae, Syngnathidae, Atherinidae dan Scaridae yang meggunakan padang lamun sebagai habitat. lumlah famili ikan tersebut hanya sebesar 11,9% dari total famili ikan yang diperoleh pada padang lamun di lokasi penel it ian. Selanjutnya dari jumlah spesies sebesar (I 1.86%) danjwl1lah individu sebesar (23,45 %) dari total jllllliah spesies dim ind ividu ikan di lokasi penelirian. Hal ini sesLiai dengan hasil penelitian sebelulllnya yang d ilakukan oleh Peristiwadi (1991) in Oahuri (2003) di Teluk Banten yang menyatakan bahwa ikan yang hidup menetap di padang lamun jumlahnya relatifsedikit. Selanjutnya l\leh Hutomo

kesehatan lamun (Jelbart el 01. 2008).

KISBlPlLA..~

lenis ikan yang memiliki kelimpahall tinggi pada selllua lokasi padang lamun adalah jenis ikan dari famili Haemulidae. \tullidae dan Engraulidae. Luas areal tiap lokasi padang lamun tidak memiliki pengaruh yang berbeda terhadapjumlah individu ikan, sedangkan dari jumlah spesies beberapa lokasi memiliki pengaruh yang berbeda terhadap jumlah spesies ikan yaitu antara Gili Kere dengan Kampung Baru, Kampung Barn dengan Lungkak dan Lungkak dengan Gili Maringkik. Keanekaragamanjenis ikan yang berasosiasi dengan !amun di lobsi penelitian didominansi oleh jenis ikan dengan habitat selain padang lamun. Kontribusi dari UIompok ikan dengan habitat tidak di padang lamun terhadap keanekaragamanjenis ibn di Iobsi penelitian adalah sebesar 88,14 % dari jumlah spesies dan 76.55 % darijumlah individu.

DAFIAR Pl-ST..-\K-\

Asmus H, Patrick P dan Anja S. :W05. The contribudation ofseagrass beds (Zoslera naltii) to the function oftidaJ flats as ajuyenile habitat for dominant. mobile epibenthas in the Wadden Sea. Marine Biology 1.f7: 813 - 822.

Bell 1 J, Unwort R K F. \\,~Ie E. Smith 0 J. 2007. Die! troflk ofseagrass fish assemblages in the Wakatobi Marine ~ational Park. Indonesia. Es tuarine Coosiol and ShelfSc ience: 81 -88.

Bengen 0 G. 201)0. Teknik Pengombilol1 Contohdan Ana/isis DOlO Bio-Fisik. Sinopsis. Pusat Kaj Ian Sumberdaya Pesisir dan Laut I PB. Bogor.

Coleman F C dan Williems SL. 2002. Overexploiting marine ecosystem engeineers p.otential consequenses for biodiversity. Trends Ecol Evo/17: 40 - 44.

Cullen L C dan Unsworth R. K F. 20 IO. Recognising the necessity for Indo-Pacific seagrass conservation. Conservation Letters: 1 - II.

Dahuri R. 2003. K Pembangun Gramedia F

Dolar MIL 1989. fauna of the NegrosOrie Living Res<: of Ihe Regl Februari 19 University Philippines

Gillanders B M d~ Invertebra mangrove habitats. Jo

Gladstone W. :; protected ar rocky reef A1arine anQ 87.

Griffiths S P. 20( ichthyofaUi estuaries lmplicatiol assessmen Ecology 8:

Horinouchi M. 2( juvenile gol : Effecti\'e predators. Science 72:

Jelbart J, Mohaml effectivene~

: S) ngnath j, the consen beds. Aqu, Freshwa/el Wiley). DC

k-nes \1 B. lacsol 2006. Sea: Influence a Jersey. Jo Biology all.

L~imo. Florence H. Albog. Seagrass-SJ linoral zont Conserl'o, Eco.\l·stem~

\brasabessy M [ padan!l-. Kalimatan di lndonesl

6

I

Page 10: Abdul Syukur, Yusli Wardiatno, Ismudi Muchsin dan Mohammad ...

I; 99-1) in Dahuri bok SeJatan bahwa ikan hanya 4 spesies Ip di habitat lamun )3t spesies terse but litu Syngnathoides

dari Famili dan dapat sebagai {. penilaian kondisi tun (Jelbart et a/.

i il.eJimpahan tillggi 10 adalah jenis ikan Ie dan Engraulidae. mun tidak memiliki umlah individu ikan, ~s beberapa lokasi da terhadap jumlah re dengan Kampung Ingkak dan Lungkak aragaman jen is ikan di lokasi penelitian ~ngan habitat selain !Iompok ikan dengan

lamun terhadap asi penelitian adalah pesies dan 76.55 %

nja S. 2005. The beds (Zostera nollii) as ajuvenile habitat

-nthos in the Wadden 813822.

:. Smith 0 J. 2007. I assemblages in the al Park. Indonesia. ,!{fScience: 81 -88. rmbilan Contoh dan r. Sinopsis. Pusat isir dan Laut IPB.

)02. Overexploiting ~ineers p.otential ~rsity. Trends Ecol

20 IO. Recognising ·Pacific seagrass 11 Letters: I - J I .

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Dolar MIL 1989. A survei on the fish and crustacean fauna of the seagrass Beds in Nail Bais Bay. Negros Oriental Philippina dalam: Acala (eds). Living Resources in Coastal Areas. Proceding of the Regional Symposium. 30 Januari - I Februari 1989 Mani la. Marine Science Institut University of the Philippines Quazon City. Philippines: 367-377.

Gillanders B M dan Bloomfield A L. 2005. Fish and Invertebrate assemblages in seagrass, mangrove saltmarsh, and non vegetated habitats. Journal Estuaries 28: 63 77.

Gladstone W. 2007. Requirements for marine protected areas to conserve the biodiversity of rocky reef fishes. Aquatic Conservation Marine and Freshwater Ecosystems 17: 71 ­87.

Griffiths S P. 200 I. Diel variation in the seagrass ichthyofaunas of three intermittently open estuaries in South-Eastern Australia: Implications for improving fish diversity assessments. Fisheries Management and Ecology 8: 123 - 140.

Horinollch i M. 2007. Distribusi patterns of benthic juvenile gobies in and around seagrass habitat : Effectiveness of seagrass shelter against predators. Estuarine. Coastal and Shelf Science 72: 657 664.

lelbart J, Mohammad R S dan William G. 2008. The effectiveness of seahorses and pipefish (Pisces : Syngnathidae) as a flagship group to evaluate the conservation value of estuarine seagrass beds. Aqua/ic Conservation Marine and Freshwater Ecosystems. (www Interscience Wiley). DOl: 10.1 002/aqc. 1009.

Jones M B. Jacson E L, Attrill M J dan Rowden A A. 2006. Seagrass complexity hierarrchies : Influence on fish groups around the Coast of Jersey. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 330: 38 54.

l~imo. Florence M. Charles L, Esther M, Mariam H, Albogast T K dan Thomas J. 2009. Seagrass-sea-urchin interaction in shaflow littoral zone of Dares Salam, Tanzania. Aquatic Conservation: Marine and Freshwater Eco.~yste/1ls 19: 19 - 26.

\larasabessy M D. 20 IO. Sumberdaya ikan di daerah padang lamun Pulall-Pulau Derawan Kalil}1atanTil11ur. Oceanologi dan Limnologi £Ii Indonesia 36: 193 - 210.

J. BioI. Trop. Vol 13 No. I, Januan LUlL: 1-/

ISSN 1411-9587

Marlin M D. 2011. Seagrass. Springer Science + Business Media. B V. Biologi Program. University ofHawaii at Manoa. Hawaii USA.

Mattila J dan Christoffer B. 1999. The relative importance of food and shelter for seagrass­associated invertebrates: a latitudinal comparation of habitat choosing by isopod grazers. Oecologia 120: 162 172.

Nemeth 0 J dan Jered B J. 2007. A new method to describe seagrass habitat sampled during fisheries-independent monitoring. Estuaries and Coasts 30: 171 - 178.

Nienhuis PH, Nagelkerken I, Robel'tsC M, Van-Der G V, Dorenbosch M, Van Riel M C dan Cocheret de la M C. 2002. Haw important are mangroves and seagrass beds for coral-reef fish ? The nursery hypothesis tested on an Island Scala. Marine Ecology Progess Series 244: 299 305.

Pilditch C A, Van Houte-Howes K S S and Turner S J. 2004. Spatial differences in macroinvertebrate communities in intertidal seagrass habitats an unvegetated sediment in three New Zaeland Estuaries. Estuaries 27 (6): 945-957.

Possingham H P, Simon A B dan Greg AS. 2005. Intertidal habitat conservation: identifying conservation targets in the absence ofdeta i led biological information. Aquatic Conservation Marine and Freshwater Ecosystems J 5: 271

288. Supriyadi I H. 2009. Pemetaan lamun dan biota

osiasinya untuk idelltifikasi perlindungan lamun di Teluk Kotania dan Pelitajaya: Oceanologi dan Limnologi di Indonesia 35: 167-183.

Tsukamoto K, Keiichi M dan Kurnaen SO. 1997. Fiel Guide to Lombok Island: Identification Guide to Marine Organisms In Seagrass Beds Lombok Island. Indonesia.

Waycott M, Hubes A R, Williams S L, Duarte C M dan Jr K L H. 2009. assosiations of concern: declining seagrass and threatened dependent spesies. Form Ecol Environ 7 (5): 242 -246.

Williams S L, Orth R J, Carruthers Tim J B, Dennison W C, Duarte C M, Fourqurean J W, Kenneth L, Short F T dan Waycott M. 2006. A global crisis for seagras ecosystems. BioScience 56 (12): 987 -996.

Zieman J C dan Michael B R. 1984. Diel variation in the fish fauna of a tropical Seagrass feeding ground. Bulletin ofMarine Science 34: 335­345.

7